parasomnia
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
PARASOMNIA
Parasomnia (Parasomnias) adalah perilaku abnormal atau peristiwa yang muncul pada
saat tidur atau pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur. Diantara berbagai bentuk
parasomnia yang lebih umum adalah gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur dan gangguan
berjalan sambil tidur.
Parasomnia adalah mimpi yang hidup dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur.
Sejumlah gerakan diluar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali, bisa terjadi selama tidur. Hal ini
lebih sering terjadi pada anak-anak.
Sesaat sebelum tidur, hampir semua orang kadang mengalami sentakan tunggal, singkat
dan diluar kesadaran pada seluruh tubuh. Kadang mereka juga mengalami kelumpuhan tidur atau
halusinasi ringan. Selama tidur, secara normal orang kadang mengalami sentakan kaki; orang dewasa
bisa mengalami gerakan periodik, mimpi buruk dan giginya mengatup dengan kuat. Ada beberapa
gangguan tidur parasomia seperti :
Berjalan dalam keadaan tidur, teror malam dan mimpi buruk sering terjadi pada anak- anak dan
membuat mereka ketakutan. Kejang epileptik bisa terjadi pada usia berapa saja.
Akatisia (kaki yang tidak bisa diam) merupakan kelainan yang relatif sering ditemukan, yang sering
terjadi sesaat sebelum tertidur, terutama pada usia diatas 50 tahun. Penderita akatisia, terutama
ketika sedang mengalami stres, merasakan sensasi tidak nyaman yang samar-samar pada
tungkainya, yang disertai dengan gerakan kaki spontan dan tak terkendali.
Teror malam merupakan episode menakutkan, dimana penderita menjerit, memukul dan seringkali
berjalan dalam tidurnya. Episode ini biasanya timbul selama fase tidur non-REM. Pemberian
benzodiazepin (misalnya diazepam) bisa membantu meringankan gejala.
Mimpi buruk merupakan mimpi nyata yang menakutkan, yang bisa terjadi pada anak-anak dan
dewasa. Setelah mimpi, biasanya penderita akan terbangun secara tiba-tiba.
Mimpi buruk terjadi selama tidur REM dan lebih sering terjadi pada saat penderita mengalami stres,
demam atau kelelahan yang luar biasa atau setelah minum alkohol.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penderima gangguan tidur parasomnia.
Ngelindur inilah nama lain dari parasomnia. Parasomnia merupakan mimpi yang hidup
dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur. Sejumlah gerakan di luar kesadaran dan tidak dapat
diingat kembali bisa terjadi selama tidur. Hal ini sering dialami anak-anak.
Penyebab secara pasti belum diketahui. Benzodiazepine yang diminum sebelum tidur
kadang bisa mengurangi gejala yang terjadi. Teror malam merupakan episode yang menakutkan
sehingga penderita menjerit, memukul dan seringkali berjalan dalam tidurnya. Maka dari itu,
seringkali penderita diberi benzodiazepine (misalnya diazepam) yang bisa membantu meringankan
gejala.
Mimpi buruk merupakan mimpi yang menakutkan yang bisa terjadi pada segala usia.
Setelah mimpi biasanya penderita akan terbangun secara tiba-tiba. Mempi buruk terjadi selama tidur
REM dan lebih sering terjadi pada saat penderita mengalami stress, demam ataupun keadaan yang
sangat lelah dan bisa juga terjadi setelah minum alkohol.
Ada istilah khusus pada berjalan sambil tidur, yaitu somnabulisme. Somnabulisme
merupakan berjalan dalam keadaan setengah sadar dan di luar kesadaran penderita. Seringkali
terjadi pada masa akhir anak-anak dan remaja. Ketika berjalan sambil tidur, penderita dapat
berbicara dengan suara yang tidak begitu jelas. Sebagian besar penderitanya tidak dapat mengingat
bahwa dirinya pernah berjalan sambil tidur.
Lebih jelasnya, berikut adalah gambaran klinis esensial untuk diagnosis pasti somnabulisme:
1) Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal
tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah);
2) Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relative tak
memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk
berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan
susah payah;
3) Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak ingat apa yang
terjadi;
4) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan
aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu
singkat;
5) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekitarnya adalah tuntun kembali
penderita ke kamar tidurnya dan biarkan lampu dikamar maupun ruangan lain menyala agar
kecenderungan somnabulismenya berkurang. Jauhkan benda-benda yang berbahaya dan mudah
pecah dari penderita serta pastikan kunci pintu dan jendela dengan rapat. Hal yang tidak dianjurkan
adalah membangunkan penderita secara paksa karena dapat mengakibatkan kemarahan pada
penderita.
Gangguan tidur berupa adanya kejadian-kejadian abnormal pada waktu tidur atau ketika
baru bangun, banyak diderita oleh anak daripada orang dewasa dan jika mulai terjadinya sudah
dewasa maka lebih kronis, contohnya :
a. Somnambulisme (Sleepwalking) : Penderita tidak responsif terhadap orang lain yang mencoba
membangunkannya dan mereka lupa apa yang terjadi, penderita sering melakukan makan, membuka
pintu maupun berjalan keliling rumah.
b. Mimpi buruk (Nightmare) : mimpi buruknya terjadi berkali-kali dan mereka menjadi distres karena
mimpinya atau gangguan yang terjadi pada tidurnya.
c. Teror tidur : sering bangun sekonyong-konyong dan panik dan bukan karena mimpi buruk, terjadi
gejala-gejala fisik selain adanya pengalaman psikologis yang berupa ketakutan. Gejala fisik itu berupa
berkeringat, detak jantung cepat dan sesak nafas.
--------- Faktor Penyebab Insomnia
Faktor faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia
diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi
yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi
insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman,
melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.21
Secara garis besarnya, faktor-faktor penyebab insomnia yaitu:
a. Stres atau kecemasan
Didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan
permasalahan yang sedang dihadapi.
b. Depresi
Depresi selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan
keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri
dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan
sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.
c. Kelainan-kelainan kronis
Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, artritis, atau
peyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.
d. Efek samping pengobatan
Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab
insomnia.
e. Pola makan yang buruk
Mengonsumsi makanan berat saat sebelum tidur bisa menyulitkan untuk
tertidur.
f. Kafein, Nikotin, dan Alkohol
Kafein dan nikotin adalah zat stimulan. Alkohol dapat
mengacaukan pola tidur.
g. Kurang olahraga
Kurang olahraga juga dapat menjadi faktor sulit tidur yang
signifikan.
Penyebab lainnya bias berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik, seperti:
a. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun).
b. Wanita hamil
c. Riwayat depresi/penurunan
Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh:
a. Stres
b. Suasana yang ramai
c. Perbedaan suhu udara
d. Perubahan lingkungan sekitar
e. Masalah jadwal tidur dan bangun tidur yang tidak teratur f.
Efek samping pengobatan.
PERANAN NEUROTRANSMITER
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik. Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin
yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga.Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
Sistem AdrenergikNeuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur.Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
Sistem KholinergikSitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal danpenurunan REM.
Sistem histaminergikPengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
Sistem hormonPengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway.Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun.