parameter 30 juni 31 juli 2014

18
Edwansyah Gumayenda Page 1 Parameter 31 Juli-31 Agustus 2014 : Komparasi dari nilai sebesar Rp 15.305.000 (lima belas juta tiga ratus lima ribu rupiah) per 9 Juni 2014 untuk satu buah gelar sarjana muda sektoral pendidikan ekonomi (SE,.) yakni sistim okupasi yang berlaku di kota Pagaralam adalah tidak layaknya iklim investasi hingga modus identitas palsu merampas hak orang lain melalui aksi ‘mark-up’ dan hak pengampuan harta benda karena mendaftar harta benda yang bukan merupakan hak milik, melanjutkan tesis memiliki pengaruh sebagai permasalahan mahasiswa/i mendiagnosa dirinya dalam keadaan terampu atau terculik. Penjelasan tersebut dikonvergensi oleh Semester Pendek yang dilakukan mulai dari 30 Juni 2014 hingga 24 Juli 2014 dengan volume (8) kali pertemuan untuk deskripsi presentasi dan ujian di ruangan aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam (22-24 Juli 2014), berarti Rp 15.305.000 ditambah Rp 110.000 ( dari 11 kali pertemuan dikali Rp 10.000). Kumulatif nilai komparatif tersebut per 2 Agustus 2014 menjadi Rp 15.415.000 (lima belas juta empat ratus lima belas ribu rupiah). Perlu diketahui kurikulum yang diikuti pada semester pendek tersebut meliputi (3) mata kuliah yakni (a) Teori Pengambil Keputusan, (b) Teknik Proyeksi Bisnis, dan (c) Manajemen Strategis. Mengonfirmasi kondisi teraniaya atau terculiknya Gumayenda dengan konvergensi resume kejahatan dari motif-motif parasitisme, pronosiasi hati, transfigurasi, komutasi, dan substitusi, menjelaskan krisis kepercayaan, yakni pertanyaan yang membiarkan kecenderungan mengorupsi dan memanipulasi dengan mengamputasi secara absolut dan kemutlakan yang pasti akan disalah- gunakan, dikarenakan ketentuan hukum mulai dari modus penangkapan dan pembuktian kasus-kasus korban aniaya dari pelaku-pelaku berkasus pengampuan (:perwalian orang tua palsu kepada anak korban dan sebaliknya anak beridentitas palsu melakukan kejahatan hingga memperoleh hak pengampuan/perwalian yang mengupayakan orang tua terusir dari identitas dan harta benda bahkan terbunuh) dan penculikan dapat melakukan penyelidikan

Upload: edwansyah-gumayenda

Post on 15-Jul-2015

90 views

Category:

Government & Nonprofit


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 1

Parameter 31 Juli-31 Agustus 2014 :

Komparasi dari nilai sebesar Rp 15.305.000 (lima belas juta tiga ratus

lima ribu rupiah) per 9 Juni 2014 untuk satu buah gelar sarjana muda sektoral

pendidikan ekonomi (SE,.) yakni sistim okupasi yang berlaku di kota Pagaralam

adalah tidak layaknya iklim investasi hingga modus identitas palsu merampas

hak orang lain melalui aksi ‘mark-up’ dan hak pengampuan harta benda karena

mendaftar harta benda yang bukan merupakan hak milik, melanjutkan tesis

memiliki pengaruh sebagai permasalahan mahasiswa/i mendiagnosa dirinya

dalam keadaan terampu atau terculik. Penjelasan tersebut dikonvergensi oleh

Semester Pendek yang dilakukan mulai dari 30 Juni 2014 hingga 24 Juli 2014

dengan volume (8) kali pertemuan untuk deskripsi presentasi dan ujian di

ruangan aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagaralam (22-24 Juli

2014), berarti Rp 15.305.000 ditambah Rp 110.000 ( dari 11 kali pertemuan

dikali Rp 10.000). Kumulatif nilai komparatif tersebut per 2 Agustus 2014

menjadi Rp 15.415.000 (lima belas juta empat ratus lima belas ribu rupiah).

Perlu diketahui kurikulum yang diikuti pada semester pendek tersebut meliputi

(3) mata kuliah yakni (a) Teori Pengambil Keputusan, (b) Teknik Proyeksi Bisnis,

dan (c) Manajemen Strategis.

Mengonfirmasi kondisi teraniaya atau terculiknya Gumayenda dengan

konvergensi resume kejahatan dari motif-motif parasitisme, pronosiasi hati,

transfigurasi, komutasi, dan substitusi, menjelaskan krisis kepercayaan, yakni

pertanyaan yang membiarkan kecenderungan mengorupsi dan memanipulasi

dengan mengamputasi secara absolut dan kemutlakan yang pasti akan disalah-

gunakan, dikarenakan ketentuan hukum mulai dari modus penangkapan dan

pembuktian kasus-kasus korban aniaya dari pelaku-pelaku berkasus

pengampuan (:perwalian orang tua palsu kepada anak korban dan sebaliknya

anak beridentitas palsu melakukan kejahatan hingga memperoleh hak

pengampuan/perwalian yang mengupayakan orang tua terusir dari identitas dan

harta benda bahkan terbunuh) dan penculikan dapat melakukan penyelidikan

Page 2: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 2

dan penuntutan sendiri yang mengatur naskah kerugian terhadap korban,

seperti : (1) Apakah Gumayenda tersebut asli, (2) Mengapa Gumayenda tidak

segera mengadukan kejadian yang menimpa orang tuanya bila perlakuan orang

tua palsu begitu menyiksanya, (3) Bagaimana Gumayenda menghidupi dan

mencukupi nafkahnya ketika orang tua palsu dan kelompok kejahatan Susiawan

mengolaborasi kejahatan Reza-reza palsu mengamputasi sistim okupasi dan

memaksakan kondisi terpasung sehingga Gumayenda tidak memiliki kapasitas

dan empati dari konsumerisme dan nilai tambah status sosialnya (:rasa ingin

mengetahui keberadaan orang tua (:masih hidup atau telah meninggal dunia)

dan kondisi penipuan/penggelapan yang dilakukan oleh Reza-reza palsu, orang

tua palsu, dan kelompok kejahatan Susiawan) , dan (4) Apakah penegasan

ekstorsi tidak menjerakan Gumayenda untuk melakukan pembuktian terhadap

orang tua palsu, Reza-reza palsu, dan pelaku-pelaku yang menghendaki

kolaborasi membekukan hak dan kasus keluarga Indra Rasiwan hingga infiltrasi

melakukan pengucilan yang memaksakan kondisi Gumayenda seperti kelinci

percobaan dengan modus percobaan pembunuhan.

Objektifitas yang terkumulasi hingga 2 Agustus 2014 adalah pernyataan

dari pelaku-pelaku kejahatan seperti Reza-reza palsu, Indra Rasiwan palsu,

Nirwana palsu, Andi Nova Zemla, Meri Arfan Masuning, Pandi Arfan Masuning,

Jimmy Arfan Masuning, Andry Suharindi alias Andoet, Surlina Parno,

Mayangsari, Sastra Mico, Susanti Angraini, Eli Kusmala, Yanto, Jemakir, Meki

Burlian Sohar, Budi Sukardi, Bujang San, Pajeroni Zawawi, Atik Jemakir, Jemakir,

Elta Eli Kusmala, Juli-Ana, Nugroho Siswanto, Klicuk, Lam Sohar, Asbon, dan

kolaborasi Rasiwan-Sjamsuri-Sohar yakni kelompok kejahatan Susiawan

mendefinisikan mereka menyepakati untuk mengorbankan Indra Rasiwan dan

anak istri sebagai objek-objek pelecehan hingga mengindoktrinasi diskredit

terhadap Indra Rasiwan dan Nirwana Indra Rasiwan demi menjelaskan keluarga

Rasiwan-Sjamsuri adalah sampel buruk karena melakukan modus trafficking

yakni menelantarkan kehidupan manusia (:keluarga dan kaum kerabat) dengan

Page 3: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 3

perbudakan dan penculikan yang diekskalasi modus pronosiasi hati dan

kejahatan seksual waria yang mengontroversi kondisi korban terusir dari

identitas, reputasi, dan harta benda, dan melakukan resume kejahatan seperti

kegiatan menjual diri dan organisasi ulang kejahatan dari modus anak-anak

nakal (:anak hilang yang direkrut ketika terjerat kriminal dan memenuhi

pelatihan organisasi kejahatan seperti kelompok kejahatan Susiawan) bila

muatan mereka mendelegitimasi pidana umum dan menjadi ekskalasi re-

organisasi bersifat lex-specialis bila kejahatan menjadi kepercayaan

membekukan kecurigaan bersama dan mempercayakan eksistansinya eksekutif

yang menjadi objek buruannya. Namun Susiawan alias Deo Harunata alias Edo

(:mengklaim diri sebagai ‘lullaby’ Walikota Pagaralam Djazuli Kuris yang

mengupayakan status vakum Pagaralam 2008) dan Reza-reza palsu menjelaskan

objektifitas mereka lantaran frustrasinya modus penipuan yang dilakukan

dengan menginfiltrasi parasitisme menggunakan rekrutan seperti anak-anak

hilang, panti asuhan, dan korban-korban yang didiskredit dengan pemasungan

hingga mereka tidak mampu menolak kejahatan hingga menjerumuskan diri

untuk organisasi ulang kejahatan, yakni perlakuan kejahatan terhadap

Gumayenda dilakukan dengan pendahuluan naskah kerugian yang dialami oleh

mantan Bupati Lahat Harunata Supeno yang didiskredit oleh kasus penculikan

Nirwana Indra Rasiwan dan mengalami korupsi dari status kasus per kasusnya

Roy Lanzen dan kelompok kejahatan kota Pagaralam yakni mereka tidak

mempunyai ‘ad-hoc’ mengenai pelaku kejahatan meskipun diakui kecurigaan

bersama disepakati dengan mereduksi kasus Indra Rasiwan dengan modus

substitusi identitas palsu dan menempatkan Gumayenda sebagai tindakan yang

memutuskan kekuatan hukum pada kemutlakan penahanan dan penangkapan

tidak berlaku bagi pelaku yang mengenai simetrisnya kekuasaan dan

kecenderungan eksekusinya, melainkan penyadapannya akan melakukan status

darurat terhadap rekrutan dari pelebaran asumsi yakni situasi identitas palsu

yang absolutnya adalah membunuh kolaborasi signifikan—kumulatif kasus

Page 4: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 4

perekrutan Jamaah Muslimin Ciampea Bogor, Roy Lanzen, Purnawan alias Ciko,

Suhendi Yanto, Andri Arsal, dan Taufan Putra yakni kolaborasi beridentitas palsu

hingga mereka berbuat cabul dan dapat diminggirkan oleh prinsipal

komparasinya (:oknum Rasiwan yang menggunakan Orang Serambi, waria, dan

kejahatan kota Pagaralam dari perekrutan Djazuli Kuris, Bedul, Harun Zawawi,

Budiarto Marsul, Sukron Keuw, Hermanto Keuw, Marsup, Suharindi, Elvera,

Sastra Mico, Ahmad Feriansyah, Novran Parno, Asbon, Badar, Betty, dan modus

perzinahan yang dilakukan dengan menikahi salah satu pelaku waria dan atau

memanipulasi situasi identitasnya sebagai muallaf (:Atik Jemakir alias Herti alias

Etek—modus nikah mut’ah, Reza palsu—modus muallaf, Ramadhan Harunata

alias Adan—modus menikahi pentolan Jamaah Muslimin (:Geng Syeh Ramidi

dari Jamaah Jawa dan Syeh Lutfie Syadun dari Jamaah Sunda Empang Bogor)

dan memerankan Ikhwanul Muslimin yang siap memberontak karena merasa di

‘backing’ oleh ayah kandung yang merupakan mantan pejabat Bupati Lahat

Harunata Supeno, dan Susiawan alias Edo Supeno—modus waria)), bahkan

hidup bergantung kepada germo (mucikari) identitas palsu yang tidak mau

kalah untuk memberikan situasi kepada korban perekrutan yakni memaksa

hidup dengan menjajakan diri sebagai pemuas syahwat yang memepas dalam

belanga dan mencuri periuk nasi orang lain)—dikarenakan resume dan

keburukannya telah diketahui dan mendesak amputasi maupun sanitasi untuk

melupakan urusan mengorupsi kasus kejahatan dan resume reputasi yang di

organisasi ulang melalui kejahatan dengan kecenderungan yang sama—adapun

Syeh (:selain julukan Kibas) merupakan gelar yang diberikan oleh kejahilan kaum

Arab keturunan yang menyebar di pulau Jawa dan Sunda kepada sesama

mereka yang gemar kawin dan mencicipi daun-daun muda sebagai komparasi

dalil atau hukum syar’i rentan dimodifikasi demi pemuasan syahwat.

Perlu dipahami dalam konteks pemisahan antara perbuatan pidana dan

pertanggungjawaban pidana. Seseorang yang melakukan perbuatan pidana

belum tentu dijatuhi pidana, tergantung apakah orang tersebut dapat

Page 5: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 5

dimintakan pertanggungjawaban pidana ataukah tidak. Akan tetapi, seseorang

yang dijatuhi pidana sudah pasti telah melakukan perbuatan pidana dan

kepadanya dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana. Kumulatif tersebut

mengalami divergensi yakni pertanggungjawaban diperoleh dari menstatuskan

target operasi sebaliknya terhadap korban dengan memintakan pidana dan

kebutuhan akan dana dan data yang akurat tergantung apakah orang tersebut

menimbulkan pertanyaan dan sejauh mana tanggung-jawab perkara dalam

perkara ‘a quo’. Ada tiga elemen dalam kesalahan yang bersifat kumulatif (:

seseorang dinyatakan bersalah dan kepadanya dapat dimintakan pertanggung-

jawaban pidana jika memenuhi ketiga elemen tersebut), yakni (1) Kemampuan

bertanggung-jawab, (2) Adanya sikap bathin antara pelaku dan perbuatan

pidana yang dilakukan (:melahirkan dan bentuk kesalahan yaitu kesengajaan dan

kealpaan. Kesengajaan adalah mengetahui dan menghendaki, sedangkan

kealpaan adalah kurang adanya kehati-hatian atau kurang adanya penduga-

dugaan), (3) Tidak ada alasan penghapus pertanggung-jawaban pidana yang

secara garis besar dibagi menjadi alasan pembenar dan alasan pemaaf. Alasan

pembenar menghapuskan sifat melawan hukum perbuatan yang meliputi

perintah jabatan, perintah undang-undang, pembelaan terpaksa, dan keadaan

darurat penuh daya paksa. Sedangkan alasan pemaaf, menghapuskan sifat

dapat dicelanya pelaku yang terdiri dari kemampuan bertanggung-jawab,

pembelaan terpaksa yang melampaui batas, perintah jabatan yang tidak sah,

dan daya paksa.

Pembuktian perihal elemen kemampuan bertanggung-jawab,

menjelaskan kondisi memprihatinkan karena absolutnya identitas palsu yang

membekukan hak dan kasus kejahatan. Lebih lanjut mengenai kecakapan

bertindak tidak dalam kapasitasnya, dan bentuk ahli dari tindakan keputusannya

pun melakukan perbuatan yang sengaja melanjutkan kemampuan bertanggung-

jawab mengenai kealpaan yang pelaku kejahatan organisasi. Dakwaan tersebut

diilustrasikan dari kondisi Gumayenda yang dimanipulasi untuk : (1) Modus

Page 6: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 6

pronosiasi hati dengan perlakuan pemasungan yakni perlakuan kelaparan dan

pengucilan untuk tidak memperoleh pengayoman dan perlindungan, (2)

Patronasi yang dipalsukan karena kaum kerabat menggunakan identitas palsu

yang mengupayakan trafficking yakni “menjual” Gumayenda kepada kelompok

kejahatan Susiawan yang akan mengondisikan kemunduran mental dan

kejahatan waria (gay/homoseks) terhadap korban, (3) Surat Tanda Bukti Lapor di

Kepolisian Resor Pagaralam yakni STBL/B-130/IX/2006/SPK diabaikan oleh

petugas karena memilih beridentitas palsu dan “menjual” reputasi dari POLRI,

(4) Menghapuskan sifat melawan hukum mengetalase Indra Rasiwan palsu,

Nirwana palsu, dan Reza palsu yang mengklaim kekerabatan terhadap

Gumayenda, (5) Menghapuskan sifat melawan hukum memerintahkan hak

keluarga yang menggelapkan hak Gumayenda atas harta benda milik Indra

Rasiwan, (6) Melakukan pembelaan terpaksa karena beridentitas palsu orang

tua kandung dan kaum kerabat namun dengan memfokuskan penganiayaan

guna melakukan pengusiran Gumayenda secara tidak melawan hukum, (7)

Menghapuskan sifat dapat dicelanya Indra Rasiwan palsu dengan dampak

kerugian yakni terputusnya hak orang tua terhadap anak dan keputusan

menggelapkan hak keluarga Indra Rasiwan kepada Reza-reza palsu yang

mengklaim ekstorsi Kepolisian Resor Pagaralam-Lahat dikarenakan melakukan

modus substitusi dan mutasi identitas dari fungsi Kepolisian, (8) Menghapuskan

sifat dapat dicelanya Nirwana palsu yang meliputi pembelaan terpaksa ibu

kandung terhadap anak kandung dan kapasitas anak sulung atau anak tertua

dalam melakukan hirarki hak keluarga, (9) Menghapuskan sifat dapat dicelanya

dan menghapuskan sifat perbuatan melawan hukum ketika Indra Rasiwan palsu

dan Nirwana palsu membohongi dan memanipulasi anak-anak kandung Indra

Rasiwan perihal hilangnya orang tua kandung mereka, (10) Menghapuskan sifat

dapat dicelanya kondisi penganiayaan yang tengah berlangsung dengan

melakukan intimidasi lingkungan yakni ancaman membongkar identitas palsu

dan aksi perampokan kepada siapa saja yang memberikan simpati dan

Page 7: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 7

pertolongan kepada Gumayenda, (11) Menghapuskan sifat perbuatan melawan

hukum mengenai pemasungan yang dilakukan terhadap Gumayenda yakni

mengekskalasi ekstorsi modus kejahatan pronosiasi hati sebagai klaim agama

Nasrani Xaverius Pagaralam dan kemampuan bertanggung-jawab kelompok

mereka menguasai dan “mengamankan” harta benda pribumi ditengah-tengah

kebodohan massa, (12) Menghapuskan sifat dapat dicelanya pelaku melakukan

penculikan dan pengampuan seperti kondisi pengampuan gelap Gumayenda

yakni melegalkan aksi perampasan dengan mendeterminasi kebodohan massa

yang memicu konflik kelompok mayoritas dengan kemiskinan dan kelompok

minoritas dengan kesengajaan pelaku kejahatan, (13) Menghapuskan sifat dapat

melawan perbuatan hukum ketika melakukan aksi (385) diatas properti orang

lain yakni melakukan substitusi pelaku-pelaku parasitisme (tunggul) seperti yang

dilakukan oleh Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, dan Reza-reza palsu, (14)

Menghapuskan sifat dapat dicelanya substitusi pelaku-pelaku parasitisme

(tunggul) yakni mengupayakan kontroversi secara implisit mensyaratkan bentuk

kesalahan berupa kesengajaan, (15) Menghapuskan sifat dapat dicelanya pelaku

mengklaim properti orang lain atau korban dengan membawa serta pelaku-

pelaku parasitisme (tunggul) lainnya dan mengklaim sebagai kaum kerabat yang

mensyaratkan adanya bentuk kesalahan berupa properti bersama dan atau

persengketaan, (16) Melahirkan bentuk kesalahan berupa kealpaan dikarenakan

Gumayenda tidak mampu melawan intimidasi demi menanyakan identitas -

identitas asli dari Indra Rasiwan palsu, Nirwana palsu, dan Reza-reza palsu, (17)

Melahirkan kesengajaan yakni menghendaki kemunduran mental Gumayenda

menggunakan instrumen pronosiasi hati dan pengucilan yang dilakukan oleh

kelompok kejahatan waria Susiawan, Reza-reza palsu, dan kelompok kejahatan

Nasrani Xaverius Pagaralam yakni Atik Jemakir alias Herti alias Etik alias Etek,

Harun Zawawi, Parno, Taher Sukardi, dan Nurbaiti, bahkan mengklaim

kesengajaan dengan mengesampingkan syarat bentuk kesalahan dari ekskalasi

klaim Nasrani dan homoseks yakni misionarisme yang menukar (:substitusi

Page 8: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 8

bermodus penculikan dan pemasungan) seluruh pribumi Pagaralam dan

sekitarnya beserta orang-orang beragama Islam yang mengetahui resume buruk

masa lalu pelaku kejahatan, (18) Menghapuskan sifat perbuatan melawan

hukum yakni mengundang kaum kerabat Gumayenda yang belum bertukar

identitas dan atau telah terjerat kejahatan waria Susiawan untuk berkunjung di

Ade Irma Suryani (:Peltu Menalis) nomor 82/85 kecamatan Jarai guna

menyamarkan modus pemerasan dari korban kepada Nirwana palsu dan Reza-

reza palsu yang diteruskan kepada Susiawan, Atik Jemakir, Eli Kusmala, Pandi

Arfan Masuning, Susanti Angraini, Elta Eli Kusmala, Bela Eli Kusmala, Serly Yanto,

Melia Yanto, Bambang Yanto, dan Iding, (19) Melahirkan kealpaan karena

beridentitas palsu yakni membandrol uang jatah dari kaum kerabat dan

pertolongan yang menghampiri Gumayenda, (20) Menghapuskan sifat dapat

dicelanya petugas-petugas Kepolisian Resor Pagaralam dengan menduduki

Polsek Jarai dan berkolaborasi menebus uang jatah dari instrumen pronosiasi

hati, akses identitas palsu seperti jabatan yang ditinggalkan pemiliknya, dan

pengambilan jatah dari modus identitas palsu yang berhasil mengekskalasi

modus substitusi kepada instansi-instansi pemerintah daerah, kabupaten

maupun kota, (21) Melahirkan kesengajaan yakni klaim Nirwana palsu sebagai

identitas pejabat Walikota Pagaralam Ida Fitriati Basjuni mendistribusikan

modus penjatahan kepada rekrutan selama beragama Nasrani yang

mengakomodasi pemuasan syahwat pria, (22) Melahirkan kealpaan yakni

Gumayenda untuk tetap tinggal terlantar di Ade Irma Suryani (:Peltu Menalis)

82/85 kecamatan Jarai, dikarenakan kapasitas identitas palsu kelompok

kejahatan Susiawan dan Reza-reza palsu tidak mampu mengakomodasi keadaan

‘necessitas non habet legem’, (23) Terkait adanya sifat bathin antar korban yakni

orang tua > anak > kekerabatan (ras) > sistim okupasi > tanah kelahiran > agama,

maka syarat kealpaan dipertanggungjawabkan dengan mendivergensi

kemampuan pertanggungjawaban dari modus penipuan identitas palsu yang

lebih dulu mengklaim perampasan di instansi militer milik pemerintah

Page 9: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 9

kabupaten maupun pemerintah kota, seperti yang terjadi di desa-desa

Aromantai, Talang Pisang, Rambai Kaca, Kapitan, Guruh Agung, Simpang Manna,

Tanjung Agung, dan KODIM 0405 dan KODIM 0406 Pagaralam-Lahat—Reza-reza

palsu dari kelompok kejahatan waria Susiawan mengklaim ekskalasi strata dan

identitas palsu mereka di KODIM tersebut karena merasa sukses “menukar”

Panglima Daerah Militer II Sriwijaya dengan yang palsu yakni Mayor Jenderal TNI

AD Syafriel Marasin bahkan berhasil dilecehkan secara seksual waria dan diklaim

rasa malu pejabat perwira tinggi militer Angkatan Darat tersebut sebagai

tonggak baru kejahatan waria di provinsi Sumatera Selatan, (25) Kealpaan

instansi militer dipertanggungjawabkan dengan mengekskalasi opini yakni

merampas hasil pertanian dan perkebunan milik pribumi lantaran iri dengki dan

butuh uang cepat adalah menodongkan senjata api, menerobos properti orang

lain berdalih situasi darurat membutuhkan persinggahan (:umumnya terjadi

tindak pelecehan seksual dan penodongan), menjelaskan krisis keuangan dari

identitas palsu sebelumnya yakni disertir dikarenakan di”geser” oleh pelaku

baru, dan seragam Koramil (Komando Rayon Militer) maupun KODIM (Komando

Distrik Militer) yang dilegalkan berbisnis yakni berwiraswasta dan mengenal

penjatahan dari mucikari-mucikari identitas palsu, (26) Kesengajaan mengenal

instansi militer yakni mengesampingkan opini semula, sebagai berikut :

“solidaritas dari nasib di “tukar” dan hampir terhapus dari sifat hukum maupun

haknya adalah menghendaki ketamakan ketika properti, properti intelektual,

dan identitas palsu meliputi perintah jabatan dan perintah undang-undang,

sementara penghapusan yang dikondisikan karena khawatir diketahui resume

masa lalunya dipertanggungjawabkan oleh pelaku sebagai kontekstual

pengulangan dan atau rekonstruksi yang mengonvergensi kualitas pengetahuan

akan kasus kontroversi dan konvergensinya yakni menganiaya patronasi dan

menjenuhkan nasionalisme, adalah klisenya eksekusi perekrutan dan eksekusi

identitas palsu mengadili harta benda rampokan yang dikolaborasi dengan

modus persengketaan dan pegadaian,” dan (27) Sifat menghapuskan perbuatan

Page 10: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 10

melawan hukum karena frustrasi terkorupsi oleh komparasi prinsipal yang

memaksa untuk mencabuli prinsip sebelumnya dan mencari kondisi indoktrinasi

sebagai antisipasi ‘doctrine of issue’ atau heresi yang mengintimidasi, elevatif

mendefinisikan kondisi darurat tak mengenal hukum menjadi alasan pemaaf.

Bentuk perlindungan dan pengakuan dokumen pribadi dan status hukum

warga negara wajib difasilitasi negara, pernyataan tersebut sementara menepis

penduga-dugaan mengenai ketentuan teks pribadi menstatuskan kepemilikan

identitas dan perumusan tuntutan hak. Dalam Undang-undang nomor 23/2006

tentang administrasi kependudukan diluruskan mengenai kolom agama sesuai

ketentuan perundangan atau bagi penghayat kepercayaan, yang akhirnya

mengidealkan penghapusan kolom agama dalam kartu tanda penduduk—

pendekatan memastikan pembenar pada pelaku ketika melakukan ‘tacit

knowledge’ yakni pengertian akan membohongi publik dengan menyatakan

keraguan melalui media—seperti santo yang diklaim oleh banyak agama dan

boleh berbeda prinsipal pada waktu yang lainnya bergantung pada konsili dan

jahiliyah yang menikmati kualitas sekali pakai tersebut. Pernyataan tersebut

dikondisikan sebagai diskriminasi administrasi, membiarkan adanya asal-usul

yang tidak melanggar ketentuan dan terdapat dalam peraturan atau

perundangan lainnya. Dampaknya, asal-usul yang dapat disengaja untuk salah

tafsir akan dipaksa untuk mengikuti database yang salah, dan tafsiran yang tidak

berstandar keaslian identitas tersebut mengesahkan pertentangan yang akan

mengadili transaksi identitas menjadi palsu dan rentan tersulut konflik—

kumulasi heretik yang mendefinisikan konsili sebagai kondisi internalisasi nilai

dari penyuaraan yang mempersoalkan kebijakan pada proses yang

menginternalisasi penelantaran pengadaan pilihan—kasus pemerintah

kabupaten Empat Lawang (:Rya Fitria dan Budi Antoni alJufri digembor-

gemborkan oleh Susiawan sebagai klien yang menyewa jasa ‘lullaby’ dari

kelompok kejahatannya) dan Status Vakum Pagaralam 2008 (:unsur kesengajaan

yang dielevasi khusus karena malu untuk menarget situasi identitas yang pasti

Page 11: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 11

mengalami diskredit, karenanya mendesak daya paksa untuk situasi identitas

palsu dan tanpa meninggalkan jejak—kondisi memilukan ketika mengetahui

Djazuli Kuris di”tukar” dan melakukan pencabulan bersama kelompok kejahatan

waria karena mengklaim agama Yahudi yang mendefinisikan heresi bagi kaum

kafir bermonoseksual, karenanya biseksual sangat dianjurkan kepada beliau).

Pengadilan transaksi identitas palsu berkaitan dengan pernyataan bahwa hukum

pidana yang dipersoalkan tidak hanya kesalahan yuridis, tetapi juga ‘moral

hazzard’ dalam melakukan suatu perbuatan. ‘Moral hazzard’ berkaitan erat

dengan sikap bathin seseorang dalam melakukan suatu perbuatan dan tentunya

tidak mudah dibuktikan. Relevannya pelaku beridentitas palsu mendiskredit

korban beridentitas palsu untuk sukar membuktikan kompetisi identitasnya

terhadap pelaku-pelaku beridentitas palsu, terlihat dari kesesuaian fakta-fakta

yang atas dasar bukti-bukti dilecehkan. Termasuk peraturan tidak membahas

pengawasan kepada pelaku mengenai kepemilikan identitasnya, antara pelaku

dan penggantinya saat pertukaran pun melakukan perbuatan berbentuk alasan

pemaaf, yakni menghapuskan sifat dapat dicelanya pelaku terdiri dari

kemampuan bertanggung-jawab dan pembelaan terpaksa yang melampaui

batas dan—(1) Apakah Gumayenda tersebut asli—hubungan bank terhadap

Gumayenda menegaskan identitasnya telah ditelusuri oleh unit sosial ekonomi

dan disini letak hak Gumayenda teramputasi, karenanya penentuan hak

beraturan umum tidak akan diberikan oleh penguasa Pagaralam, seperti

transaksi transfer uang yang pernah di blok oleh pihak lain, asuransi

kemahasiswaan, bea siswa, dana bantuan sekolah, dan penyalahgunaan

rekening tersebut sebagai jaminan oleh pihak lain (:kejahatan kelompok kota

Pagaralam/Nasrani dalam perbankan—money laundry dan sengketa pegadaian),

berikut nomor-nomor rekening bank milik Gumayenda : (a) Bank Sumsel Babel

cabang Pagaralam, nomor rekening : 1520987881, dan (b) Bank BCA, kantor

cabang Pagaralam, nomor rekekning : 8515008701.

Page 12: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 12

(2) Mengapa Gumayenda tidak segera mengadukan kejadian yang

menimpa orang tuanya bila perlakuan orang tua palsu begitu menyiksanya,

Berarti keadaan darurat yang tidak mengenal hukum menjadi perbuatan pidana

yang dapat dikesampingkan, adalah suatu rangkaian resume kejahatan yang

terilustrasi berikut ini menentukan pertanggungjawaban pidana untuk dapat

dikesampingkan : Modus parasitisme pun akhirnya teridentifikasi oleh

Gumayenda yang mengalami pemasungan signifikan dari orang tua palsu, Reza

palsu, Atik Jemakir, Klicuk, Johar, Yanto, Asbon, Bujang San, Taher Sukardi, Eli

Kusmala, Parno, Susiawan, Pajeroni Zawawi, dan Yahun, berikut ini : (a)

Susiawan menitipkan secara paksa orang asing berinisial Adi Chottawa di

kediaman Gumayenda (:Ade Irma Suryani (:Peltu Menalis) nomor 82/85

kecamatan Jarai) yang diset untuk memprovokasi harta waris dan sorotan

publik karena diketahui mengalami cacat psikis dengan kejahatan waria, (b)

Susanti Angraini penetrasi dengan intimidasi orang tua palsu Gumayenda dan

modus perampokannya digaji oleh ekstorsi pemerintah kota Pagaralam karena

resume kejahatan Budiarto Marsul mengontroversi Bupati Lahat Harunata

Supeno melakukan pembekuan hak tuntutan hukum dari kasus penculikan

orang tua Gumayenda, (c) Kolaborasi Susiawan kepada keluarga Arfan Masuning

karena Meri Arfan Masuning menolak penangkapan dengan tuntutan modus

kejahatan pronosiasi hati (:mengekspos aib untuk modus pemerasan dan

perampokan dengan penculikan) dan identitas palsu keluarga besar Rasiwan

yang setuju meninggalkan harta benda yang dilelang mereka (:kasus pertukaran

identitas dan transfigurasi Arfan Masuning kepada Harunata Supeno) dan

reputasi buruk karena terjerat kejahatan waria Susiawan, mengekspos aib dan

transfigurasi menjual identitas Indra Rasiwan dan anak istri, (d) Arfan Masuning

melegit pendiktasian pronosiasi hati dengan instalasi instrumen pronosiasi hati,

frekuensi sinyal rendah, narkoba, dan penetrasi kejahatan waria di kediaman

Gumayenda—Ade Irma Suryani (:Peltu Menalis) nomor 82/85 kecamatan Jarai,

(e) Intimidasi Reza-reza palsu yang memaksa harta waris Indra Rasiwan harus

Page 13: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 13

mengatasnamakan diri mereka karena Nirwana Indra Rasiwan palsu mengklaim

menyetubuhi Indra Rasiwan, (f) Atik Jemakir alias Herti alias Etik alias Etek

mengekspos tuntutan non hukum dengan merajuk kepada Indra Rasiwan dan

anak istri, koheren dengan tentatif substitusi Idrus Zawawi yang kumulatif

menyerahkan properti Musali dengan memfitnah reputasi dan otentifikasi palsu

Indra Rasiwan, (g) Kulminatif substitusi oknum-oknum Rasiwan mengekspos

Budiarto Marsul via Bujang San yang diset untuk mengekspos aib musuh-musuh

Bupati Lahat Harunata Supeno, (h) Kompensasi Susiawan mengusir Gumayenda

dengan mencemarkan reputasi via kejahatan prostitusi gay, pemakaian narkoba,

dan memukuli Gumayenda, (i) Surat pencekalan bagi Bupati Lahat Harunata

Supeno terkait kasus PT. Bukit Asam Muaraenim yang mengultivas i kejahatan

identitas palsu merekayasa kejahatan nepotisme dan membunuhi inang-inang

identitas palsu seperti yang dialami oleh Soekidjo bin Sun Mamad.

Diktatorisme dengan memapankan harta benda yang dirampok dari

korban seperti Gumayenda mengumulasi koherensi alibi dari korban-korban

yang mayoritas menemukan pelaku sama dengan identitas kerabat dan kolega

yang dirampas karena terpaksa meninggalkan harta benda dikarenakan tidak

betah dan berupaya menyelamatkan anak istri dari kekejaman benalu (sponger)

seperti Reza palsu, Indra Rasiwan palsu, Sylvana Dolora Agustien palsu, dan

kejahatan Susiawan yang mengintimidasi kolega maupun kerabat korban untuk

tidak memberikan dukungan bahkan gemar infiltrasi di rumah-rumah korban

untuk mengutil makanan sampai dengan menzinahi tuan rumah bahkan

mengimperatif pengusiran bagi korban dengan mengucilkannya untuk mudah

diculik dan dikondisikan oleh Susiawan untuk menjadi gay (homoseks atau

waria) kulminatifnya membangun hirarki germo (mucikari) karena korban akan

dipaksa melacurkan diri dengan intimidasi menebus kebebasan dari kondisi

penculikan yang dilakukan oleh Susanti Angraini yang kini tengah mengimperatif

Jemakir, Atik Jemakir, Bambang Yanto, Melia Yanto, dan warga Muarapayang—

Azhari Muarapayang—yang merupakan gusuran dari desa Talang Kelapa

Page 14: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 14

kecamatan Tumbak Ulas Pagaralam dan berprofesi sebagai benalu (sponger)

demi mengusir dan menadahkan harta benda korban ketika terusir dari harta

benda atau terjerat kejahatan Yahudi homoseks (waria) Pagaralam (:motif

kejahatan parasitisme)—Reza-reza palsu dan Susiawan menjelaskan keresahan

umat Nasrani dan kekeliruan Santo Mikael asal Tanjung Sakti terhadap Xaverius

asal Pagaralam—kedua-duanya mewakili nuansa perdusunan yang merupakan

kesukaan misionarisme terhadap jahiliyah—bahwa agama Yahudi yang dipeluk

oleh santo-santo tersebut telah melanggengkan kota Pagaralam sebagai

distributor pekat pemuas syahwat pria yang dididik untuk memusuhi pribumi

dan umat Islam, seperti yang Susiawan dan Atik Jemakir ilustrasikan bersama

Reza-reza palsu mengetalase Sastra Mico dan Elvera sebagai ikon-ikon nasional

Pagaralam berstatus perdusunan misionarisme membangun konsili ditengah-

tengah jahiliyah bahkan menggunakannya sebagai kuantitas sekali pakai

(:naifnya deduksi “menghemat waktu” dengan cepat mengambil keputusan

yakni jalan pintas via ikon nasional Pagaralam tersebut dalam menentukan karir

dan sistim okupasi pada nepotime pemerintah kota Pagaralam dan komunalitas

pemuas syahwat pria). Rekonstruksi dugaan dalam konteks penyertaan delik,

menjelaskan kondisi Gumayenda tidak layak untuk mengadukan kejahatan

pelaku karena saksi-saksi yang didengarkan keterangannya dalam perkara

tersebut melebihkan barang bukti kepada adanya kesepakatan untuk saling

pengertian antara pelaku kejahatan dan dalam melakukan kejahatan (objektif

penyertaan). Namun dalam konteks perwujudan niat untuk kesesuaian hak

warga negara dalam undang-undang nomor 39/1999 tentang Hak azasi manusia

pasal (4) yakni hak warga negara berupa hak hidup, hak untuk tak disiksa, hak

kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, dan hak beragama, kondisi

Gumayenda dituntut untuk melaporkan kondisinya kepada pihak Kepolisian

Resor yang dapat dijangkaunya dengan penyertaan pertentangan diskriminasi

mulai dari diskriminasi administrasi, pertentangan yang memicu konflik berbasis

suku, agama, dan ras, karena penafsiran yang palsu dari objek penyertaan

Page 15: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 15

tersebut diatas, sampai dengan memenuhi dampak dari kegagalan wacana

objektif penyertaan yang akan menimbulkan kerugian terhadap kondisi

Gumayenda karena tidak mengenal hukum.

Studi estimasi korupsi direncanakan menghasilkan aktualitas korupsi,

namun mereka gagal dalam mendeteksi korupsi yang memang tidak bisa

terjangkau, terutama karena korupsi yang begitu menyebar secara horizontal

dan vertikal. Pembandingan biaya aktual proyek dengan biaya estimasi dibuat

secara independen. Setiap unit biaya diteliti, dari hasil studi tersebut bisa dilihat

dana yang cukup signifikan. Istilah pengeluaran yang hilang adalah selisih biaya

resmi proyek dikurangi biaya estimasi independen dari ahli teknik. Korupsi

bukan soal pengadaan semata, dalam sejumlah pemberian izin monopoli impor

atau ekspor maupun penghindaran pajak, bea masuk, dan penyunatan dana

bantuan, termasuk bantuan untuk bencana. Korupsi berhakikat sebagai ‘miss-

use of power’ yakni hal yang mubazir, secara akuntansi, investigasi, dan suap

tidak ada perbuatan yang dihapuskan dari melawan hukum namun utilitas yang

tidak memiliki persaingan. Ongkos korupsi sangat mahal walaupun bisa

dikatakan bahwa estimasi moneter atau nilai persentase korupsi itu tak

mencerminkan angka sebenarnya, dan karenanya tak pernah menjadi jantung

dari diskursus mengenai korupsi. Relevansi bahwa korupsi itu adalah rahasia

dan merupakan kegiatan memalukan dimana menarget untuk lari tanpa

meninggalkan jejak. Signifikan beberapa ahli meninggalkan doktrin mereka dari

mengukur kerugian terhadap publik adalah etos yang mengimbangi

perhitungan. Korupsi pada gilirannya akan merusak tatanan bangsa, demokrasi,

hukum, dan legitimasi negara. Korupsi akan merusak pabrik sosial dan akan

membelah bangsa, dan tak mudah disembuhkan. Jadi, tipologi studi estimasi

mengenai identitas palsu dan pengendalian pembiayaan aksi korupsi diluar

kegiatan pelaku kejahatan, melembagakan sifat perbuatan melawan hukumnya

saja. Indepedensi pelaku membandingkan biaya terilustrasi dari kondisi

perampasan hak Gumayenda yang didahulukan dengan menukar orang tua

Page 16: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 16

kandung dan melihatnya sebagai wewenang kelompok kejahatan Susiawan dan

Reza-reza palsu membangun orang-orang tua mereka untuk klaim pengakuan

dari kondisi Gumayenda yang disengaja tinggal terlantar di Ade Irma Suryani

(:Peltu Menalis) nomor 82/85 kecamatan Jarai sejak tahun 2006. Secara

jangkauan hukum tanpa adanya pengendalian identitas palsu, berarti giliran

pelaku kejahatan merusak kasus kejahatan tanpa meninggalkan jejak. Dengan

frustrasi dan traumanya keluarga Indra Rasiwan, Reza-reza palsu leluasa

memperkosa hak korban, bahkan berdemokrasi untuk melakukan alasan

pembenar dan alasan pemaaf karena lembaga keluarga Rasiwan, keseluruhan

telah setuju beridentitas palsu yang berarti tercabutnya tuntutan hak. Adalah

kegiatan memalukan karena hilangnya hirarki hak keluarga, sehingga

memperkosa dilakukan secara induksi yakni menzinahi satu sama lain hingga

okupasi yang angkanya jauh dari aksi korupsi mereka dapat jauh ditangkap dan

lebih baik mentradisikan pelecehan atau penculikan dengan pemasungan

beridentitas palsu yang merampas harta benda mitra kejahatan—(3) Bagaimana

Gumayenda menghidupi dan mencukupi nafkahnya ketika orang tua palsu dan

kelompok kejahatan Susiawan mengolaborasi kejahatan Reza-reza palsu

mengamputasi sistim okupasi dan memaksakan kondisi terpasung sehingga

Gumayenda tidak memiliki kapasitas dan empati dari konsumerisme dan nilai

tambah status sosialnya (:rasa ingin mengetahui keberadaan orang tua (:masih

hidup atau telah meninggal dunia) dan kondisi penipuan/penggelapan yang

dilakukan oleh Reza-reza palsu, orang tua palsu, dan kelompok kejahatan

Susiawan).

Disahkannya undang-undang dalam penutupan sidang, mengalokasikan

nominal yakni sifat yang memaksa dan mengebiri sejumlah hak. Kreativitas

sosial dan pengendaliannya dialokasikan langsung untuk memberikan sentuhan

nyata dan memastikan masyarakat diseluruh wilayah mengefektifkan koordinasi

imperatif. Ekstorsi berkumulasi sama bahkan memunculkan intervensi karena

perkiraan kemunculan konflik yang jauh dari pengendaliannya. Konflik dengan

Page 17: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 17

proses-proses politik, perebutan yang panas karena ‘backing’ atau jargon yang

mengefektifkan korupsi, dan kemustahilan politik desa mempersoalkan

perebutan. Kedua adalah proses kuasa pengguna, akan berpotensi untuk selalu

dicurigai terutama para pesaing. Peluang penyalahgunaan kewenangan akan

berorientasi pada perintah jabatan yang tidak sah, artinya kualitas perencanaan

pada sifat ekstorsi bergantung pada implementasi pelaku yang menjadi

eksekutor dan memastikan alokasi kesalahan dengan kealpaan pelaku tersebut

menjadi virus akuntabilitas. Aturan umum semakin transparan pada kesalahan

penafsiran yang menjadi pedoman dan mentradisi yang akan memudahkan

akuntabilitas membentuk kepemimpinan dari salah kaprahnya arahan good

village governance (:dalam kaitan paradigma baru yakni membutuhkan langkah-

langkah keniscayaan yang menyejahterakan minoritas dan mengendalikan

kreativitas yang tengah berkembang untuk dilumpuhkan atau dikuasai).

(4) Apakah penegasan ekstorsi tidak menjerakan Gumayenda untuk

melakukan pembuktian terhadap orang tua palsu, Reza-reza palsu, dan pelaku-

pelaku yang menghendaki kolaborasi membekukan hak dan kasus keluarga

Indra Rasiwan (:masih dalam keadaan hilang dan belum diketahui apakah

mereka masih hidup atau telah meninggal dunia) hingga infiltrasi melakukan

pengucilan yang memaksakan kondisi Gumayenda seperti kelinci percobaan

dengan modus percobaan pembunuhan, dijelaskan dari basis ruang dan modal

sosial—imperatif Susiawan dan Eli Kusmala kepada Reza-reza palsu, Nirwana

palsu, Indra Rasiwan palsu, Atik Jemakir, dan Susanti Angraini untuk terus

menganiaya hingga menstatuskan kemunduran mental dan perilaku sehingga

Susiawan, Hartal Burlian Sohar, dan mantan Bupati Lahat Harunata Supeno

dapat menggunakan kondisi teraniayanya Gumayenda sebagai penuntutan hak

didepan hukum, menjadi motif terbesar memalukan—yang mendampingi

profesional dalam berparadigma, pencapaian tujuan dengan terbuka, dan

menanamkan kecintaan kepada pengembangan pengenal maupun dikenal oleh

hukum, adalah rahasia dan memalukan pada ’Presume of Perjury One Self’,

Page 18: Parameter 30 juni 31 juli 2014

Edwansyah Gumayenda Page 18

merupakan kemungkinan mendeterminasi ambang batas kesetaraan dan

keadilan hingga menunda pernyataan demi memberdayakan peningkatan

proses pada hal-hal inspeksi dan internalisasi nilai dari penyuaraan yang

mempersoalkan kebijakan pada proses yang menginternalisasi penelantaran

pengadaan pilihan dan inspeksi kebijakan pengawasan umum, yang mengakui

kegagalan estimasi mengenai jangkauan hukum terhadap korupsi dan ekstorsi.

Apalagi jika persiapan dalam bentuk keterampilan dihadapi dengan mengeroyok

identitas palsu dan menukar nasib korban sebagai bentuk peniruan konspiratif

yang mengalokasikan dana sebagai karakter solidnya hukum tidak mengenal

orang. Selisik menyebutkan aturan umum pada identitas palsu yakni keahlian

dan keraguan menjadi korupsi akhir, pada gilirannya menyebutkan persaksian

palsu membatasi ambang kesetaraan dikarenakan studi dengan pendekatan dan

metodenya mempercayai intervensi dengan pasti mengarah kepada

internalisasi, rasa malu, dan penyuaraan mempersoalkan kejahatan pada kuasa

pengguna untuk mewanti-wanti keperluan pada persiapan sosialisasi.