berita oikoumene juni-juli 2020

52
O ikoumene untuk keesaan dan kebangsaan Juni-Juli 2020 berita Gereja dan Pandemi Covid-19 ISSN 0726-2762 Langkah Konkret Gerakan Gereja Melawan Covid-19 Ketika Jemaat Kembali Beribadah di Gedung Gereja Potret Gereja di Tengah Pandemi Covid-19

Upload: berilhuliselan

Post on 22-Aug-2020

72 views

Category:

Spiritual


1 download

DESCRIPTION

Gereja dan Pandemi Covid-19

TRANSCRIPT

Page 1: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

Oikoumeneuntuk keesaan dan kebangsaan

Juni-Juli 2020berita

Gereja dan Pandemi Covid-19

ISSN 0726-2762

Langkah Konkret Gerakan Gereja Melawan Covid-19

Ketika Jemaat Kembali Beribadah di Gedung Gereja

Potret Gereja di Tengah Pandemi Covid-19

Page 2: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020
Page 3: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

1

Penasihat:Pdt. Gomar Gultom(Ketua Umum PGI)

Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty(Sekretaris Umum PGI)

Pemimpin Umum/ Penanggung Jawab:Pdt. Krise Anki Rotti-Gosal

Pemimpin Redaksi:Irma Simanjuntak

Redaktur Pelaksana:Markus Saragih

Sekretaris Redaksi:Nugroho Agung Sutrisno

Editor:Philips Artha

Dewan Redaksi:Jeirry Sumampow, Rainy Hutabarat, Irma Simanjuntak, Markus Saragih, Nugroho Agung Sutrisno, Philips Artha, Beril Huliselan

Kontributor Daerah:Aleksander Mangoting,Jury Nefosan Terok

Distribusi:Sumarno

Desain dan Tata Letak:Beril Huliselan

Susunan Redaksi

Surat RedaksiVirus Corona yang menerpa Indonesia sejak Maret 2020 telah memorak-morandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat, tidak hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial, budaya, bahkan keagamaan kita. Sejak saat itu, seluruh elemen bangsa, termasuk gereja, ikut berupaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, Cina ini, baik secara bersama-sama maupun personal.

Spontan gereja-gereja mengambil inisiatip, mulai dari melakukan aksi pembagian sembako, nasi bungkus, masker, dan lain sebagainya, bahkan hingga menyentuh daerah-daerah terpencil.

Selain itu ada juga yang menjual bahan kebutuhan dengan harga murah yang dilakukan di gereja masing-masing. Semua dilakukan untuk menolong mereka yang terdampak tanpa melihat latar belakang.

Demikian halnya Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Sumbangsih penuh diberikan PGI melalui gerakan Gereja Melawan Covid-19 (GMC 19). Gerakan ini merupakan manifestasi dari iman dan panggilan Gereja untuk membela serta merawat kehidupan. Sebagai langkah awal, GMC 19 melibatkan tenaga ahli dari RS PGI Cikini dan Dompet Dhuafa menggelar pelatihan, secara khusus terkait penyemprotan disinfektan, kepada para relawan muda lintas iman untuk terlibat dalam penanggulangan Covid-19.

Tercatat, sejak didirikan pada 21 Maret 2020, relawan GMC19 telah melakukan penyemprotan disinfektan kepada lebih dari 100 rumah ibadah di Jabodetabek. Capaian ini tentunya patut diapresiasi.

Gereja dan Covid-19 menjadi tema besar dari Majalah Berita Oikoumene edisi Juni-Juli 2020, dan secara khusus menyoroti sejumlah gereja yang telah melaksanakan ibadah secara fisik lantaran adanya pelonggaran PSBB, lewat Sajian Utama. Selain itu, Redaksi juga menyajikan sejumlah artikel yang terkait Covid-19.

Pada kesempatan ini, Redaksi menginformasikan bahwa akibat pandemi Covid-19 ternyata berdampak pula bagi penerbitan Majalah Berita Oikoumene. Sebab itu, Redaksi memohon maaf atas keterlambatan terbit. Perlu disampaikan pula, selain dalam bentuk cetak, Redaksi juga menerbitkan Majalah Berita Oikoumene dalam bentuk e-paper.

Dengan adanya tampilan baru ini, diharapkan Majalah Berita Oikoumene semakin dikenal dan memberikan manfaat kepada umat dan pimpinan gereja.

Salam

Page 4: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 20202

3 refleksiLenting Diri Kala Pandemi

6 sajian utama• Ketika Jemaat Kembali Beribadah di Gedung

Gereja

• Langkah Konkret Gerakan Gereja Melawan Covid-19

10 kajianPotret Gereja di Tengah Pandemi Covid-19

14 OpiniMembaca Arah Percakapan Tentang Pancasila

21 varia• Pernyataan Bersama Lembaga Keagamaan;

Tolak RUU HIP• Disiplin Individu Maupun Kolektif Kunci

Keberhasilan PSBB • Teknologi Aplikasi untuk Petani dan

Masyarakat dari GBKP• Lumbung Diakonia Gereja Toraja:

Menjangkau yang Belum Terjangkau• Upaya Meneguhkan Penghayat Kepercayaan

di Ruang Publik• Melepas Kepergian Pdt. Em. Prof. Sularso

Sopater, D.Th.• Oikonomics, Pengembangan Ekonomi

Jemaat di Tengah Pandemi Covid-19

D A F TA R I S I Berita OikOumene

38 historiaKehidupan Bergereja di Vietnam

41 sosokTenaga Medis, Natalina Panjaitan: Kami Tidak Hanya Mengobati, Tetapi Juga Penyemangat!

43 resensiMenonton Film Rohani, Perkokoh Iman di Tengah Pandemi Covid-19

46 Teka-Teki Silang

31 internasional• Keputusan Presiden Erdogan membangkit-

kan “Kesedihan dan Kesedihan dan Kegelisahan Dewan Gereja se-Dunia

• Pelecehan Hak Asasi Manusia Berkedok Covid-19 di Kolombia

• Akankah Covid-19 Memburuk Kerawanan Pangan di Asia?

Page 5: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

3REFLEKSI

Lenting Diri KaLa PanDemiLenting Diri KaLa PanDemi

Oleh: Yoel m. indrasmoro

”L enting” itu istilah fisika. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan ”lenting” sebagai ”mengenyal; kenyal (seperti per, karet busa,

rotan)”. Sedangkan kelentingan adalah ”sifat bahan yang kembali dengan sendirinya ke bentuk semula apabila meregang atau apabila penyangganya tidak bekerja lagi”.

Ambil contoh sebuah penggaris plastik. Penggaris tersebut otomatis melengkung ke bawah ketika diberi beban di atasnya. Kalau beban terlampau besar, kemungkinan besar patah. Namun, saat beban itu diambil, penggaris itu akan kembali pada keadaan semula, bahkan bisa melengkung ke atas.

Nah, pertanyaannya: Bagaimana meningkatkan daya lenting diri agar kita mampu bertahan kala pandemi COVID-19, kembali, bahkan melampaui keadaan kita sebelumnya saat memasuki era kenormalan baru?

Ajarlah Kami

Untuk menjawabnya, mari kita merenungkan doa Musa ini: ”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90:12). Dalam kecerdasan dan pengalamannya, Musa masih ingin belajar! Bahkan keinginan belajarnya itu dijadikan doa.

Musa sadar dia tidak mengerti makna hidup. Sehingga dia meminta Allah mengajarkannya. Musa memohon karena percaya bahwa Allahlah yang punya hidup. Karena hidup itu milik Allah, dia belajar dari Allah sendiri. Musa tidak mengklaim dirinya mahatahu. Dia memosisikan diri sebagai murid yang ingin belajar. Dan dia pandai memilih guru.

Semua itu bukan tanpa tujuan. Tujuannya bukan

sekadar beroleh pengetahuan kehidupan, tetapi hati yang bijaksana. Pelajaran tentang hidup bukan untuk kepuasan otak, melainkan untuk mendapatkan hati yang lebih bijak.

Menurut Musa, itu hanya mungkin didapat dengan cara tidak melewatkan hari begitu saja. Hari bukanlah kumpulan waktu, tetapi anugerah Allah. Karena itu, kita perlu bertanya dalam diri: apakah hikmah yang kita petik hari ini sebagai modal bagi hari mendatang. Itu berarti bicara juga soal pengalaman diri.

Apa yang Dipelajari?

Tentu ada banyak yang bisa kita pelajari baik sebagai bangsa, gereja, maupun keluarga kala pandemi ini. Kita akan memfokuskan pada keluarga. Bagaimanapun keluarga adalah unit bangsa dan gereja terkecil. Dan beberapa di

Pelajaran tentang hidup bukan un-tuk kepuasan otak, melainkan untuk mendapatkan hati yang lebih bijak.

Page 6: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 20204

• Gereja Tuhan di Indonesia (GTdI), 1 Juni• Gereja Kristus Yesus (GKY), 3 Juni• Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB), 6

Juni• Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH), 6

Juni• Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB), 7

Juni• Gereja Toraja Mamasa (GTM), 7 Juni• Gereja Kristus (GK), 12 Juni• Gereja Kristen di Sulawesi Selatan (GKSS),

12 Juni• Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII), 17 Juni• Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow

(GMIBM), 28 Juni• Gereja Kristen Protestan di Mentawai

(GKPM), 9 Juli

antaranya:

1. Jika ada anggota keluarga berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan) atau PDP (Pasien Dalam Pengawasan), bahkan OTG (Orang Tanpa Gejala), kita tak perlu panik. Kepanikan hanya akan membuat kita sulit berpikir jernih, yang merupakan prasyarat utama dalam memutuskan.

2. Jika ada anggota keluarga berstatus ODP atau PDP, bahkan OTG (Orang Tanpa Gejala) − seandainya tidak parah-parah amat − sebaiknya dirawat di rumah saja. Pengalaman diri sebagai PDP dan ODP membuktikan bahwa saya masih bisa mengerjakan banyak hal di rumah.

Kesibukan itu membuat saya tak hanya fokus pada status kesehatan. Yang pasti: saya mendapatkan hiburan dari anggota keluarga.

3. Jika ada anggota keluarga berstatus ODP atau PDP, bahkan OTG, baik sebagai anggota keluarga kita turut menjaga perasaannya − yang sering berubah cepat laksana roller coaster. Pak Djajadi − seorang kawan sesama ODP − stres karena merasa dikucilkan di rumahnya sendiri. Jangan pula memberikan kabar-kabar kematian, yang memang tidak berkait secara langsung dengannya karena bisa menjatuhkan semangat!

4. Jika ada anggota keluarga kita berstatus ODP atau

PDP, bahkan OTG, baik jika kita intensif dalam pendampingan anak. Kenyataan itu − ditambah berita yang mereka dapatkan dari gawai − bisa membuat mereka ketakutan. Dan ketakutan hanya akan menurunkan daya tahan tubuh. Pada titik ini kita bisa terus mengingatkan bahwa mereka adalah milik Allah. Apa pun yang terjadi Allah tahu dan siap menemani.

5. Yang tak boleh dilupakan, kita perlu terus menekankan kepada anggota keluarga bahwa Allah tak bekerja sendirian. Akal budi − yang merupakan karunia Allah sendiri − harus digunakan sebaik-baiknya untuk memutus penyebaran

• Gereja Kristen Sangkakala Indonesia (GKSI), 10 Juli

• Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB), 10 Juli

• Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indo-nesia (KGMPI), 10 Juli

• Gereja Mission Batak (GMK), 17 Juli• Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo

(GPIG), 18 Juli• Gereja Kristen Anugerah (GKA), 20 Juli• Gereja Pentakosta Pusat Surabaya (GPPS),

20 Juli• Gereja Isa Almasih (GIA), 21 Juli• Gereja Rehoboth (GR), 27 Juli• Gereja Kristen Oikoumene di Indonesia

(GKO), 29 Juli

• PGI Mengucapkan Selamat HUT Kepada:

Page 7: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

5

Covid-19: rajin cuci tangan, jaga jarak, dan jalankan pola hidup sehat!

6. Usahakan suasana rumah penuh sukacita. Masa pandemi ini − di mana seluruh anggota keluarga bertemu 1 x 24 jam − merupakan kesempatan emas bagi kita untuk kembali mengentalkan ikatan kekeluargaan kita. Bisa jadi ada gesekan di sana sini: antara suami dan istri, anak dan orang tua, adik dan kakak. Namun demikian, rumah semestinya menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua penghuninya!

7. Berkait profesi, kita memahami bahwa pandemi ini menyebabkan banyak orang terkena PHK. Karena itu, kita perlu meningkatkan kualitas kerja kita! Sebab tanpa kualitas

unggulan, bisa jadi kita tidak akan dipertahankan oleh perusahaan. Atau, seandainya sudah di-PHK, kita perlu mencoba keterampilan baru, bisa juga hobi baru. Siapa tahu, hobi itu malah menjadi mata pencarian baru nantinya. Dan pada era pandemi ini banyak sekali seminar online gratis yang bisa kita ikuti. Semestinya masa pandemi ini membuat kita menjadi pribadi yang lebih unggul dari sebelumnya. Mari tingkatkan kapasitas diri − menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri!

8. Berkait ibadah, inilah saatnya untuk menjadi lebih dekat dengan Allah, bersikap lebih reflektif dan kreatif. Gereja telah menyediakan renungan pagi, doa malam, pemahaman Alkitab atau

REFLEKSI

sarasehan, juga ibadah online. Lakukanlah semua itu dengan sukacita! Lagi pula, tak ada ongkos yang kita keluarkan, kecuali kuota internet.

9. Yang tak boleh kita lupa, tak hanya kita sendiri yang susah akibat pandemi ini. Karena itu, mari kita juga belajar berbagi! Caranya: mari berhemat, agar mampu berbagi!

Akhirnya, tetap semangat! Sebab kita milik Allah dan akan terus menjadi milik Allah. Dan sebagai Pemilik, Allah tidak akan lepas tangan, apalagi angkat tangan.

Kenyataan bahwa kita adalah milik Allah sejatinya merupakan daya lenting sempurna, yang dianugerahkan Allah bagi kita. Sehingga kita pun menjadi lebih siap menyambut masa kenormalan baru. Percayalah! ∎

Saling berbagi di tengah Pandemi Covid-19

Page 8: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 20206

Ibadah di GKPS CililitanIbadah di GKPS Cililitan

V irus Corona yang menerpa Indonesia sejak Maret 2020, telah memporak-

porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal peribadatan. Umat, termasuk jemaat gereja, terpaksa beribadah di rumah karena pemerintah mengambil langkah guna memutus mata rantai penyebaran virus ini, yaitu dengan mengimbau agar seluruh masyarakat melakukan social distancing, physical distancing, serta memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dampaknya, hampir tiga bulan lebih jemaat beribadah secara virtual. Namun, berdasarkan perkembangan terkini dan beragam evaluasi di berbagai wilayah, pemerintah telah membuat kebijakan baru dalam bentuk pelonggaran PSBB pada daerah-daerah yang dinilai sebagai zona aman (hijau). Salah satu konsekuensi pemberlakuan kebijakan tersebut, masyarakat dapat beribadah kembali di rumah ibadah dengan beberapa ketentuan. Dalam kata lain, warga Jemaat dapat beribadah kembali di gedung gereja dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti jumlah yang beribadah maksimal 50 persen dari kapasitas, harus ada jarak aman 1 meter antarorang, menggunakan masker, cek suhu tubuh, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan.

Menyikapi pelonggaran PSBB ini, PGI tetap mengimbau warga gereja untuk tetap bersabar dan menahan diri. Sebagai langkah antisipatif,

KetiKa Jemaat KembaLi beribaDah Di geDung gereJa

KetiKa Jemaat KembaLi beribaDah Di geDung gereJa

bagi jemaat yang berada pada daerah dengan kurva epidemiologis penyebaran virus telah terkendali, sebagaimana telah ditetapkan sebagai zona aman oleh otoritas setempat, serta telah mempertimbangkan dengan matang untuk melakukan refungsionalisasi gedung gerejanya sebagai tempat ibadah rutin, serta memerhatikan panduan teknis yang harus dilakukan sejalan dengan upaya menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Menurut PGI, kunci keberhasilan untuk keluar dari masa sulit pandemi covid 19 ini adalah “disiplin.” Apapun upaya yang dilakukan pemerintah dan berbagai lembaga untuk menghentikan pandemi

Page 9: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

7

covid 19 ini akan sia-sia tanpa kedisiplinan diri masyarakat. Sebagaimana akar kata “disiplin” itu sendiri, dari kata “discipulus” (bhs. Latin) yang berubah menjadi “deciple” (bhs. Old French) dan melahirkan dua kata dalam bahasa Inggris, “disciple” (murid Kristus) dan “discipline” (disiplin).

“Maka sebagai pengikut Kristus, kedisiplinan menjadi salah satu ciri utama kehidupan pengikut Kristus, sesuatu yang sangat penting untuk kita terapkan saat ini. Sehingga, memasuki masa apapun, termasuk masa “Normal Baru” (The New Normal) sikap kedisplinan tersebut menjadi prayasarat untuk dapat beradaptasi dengannya,” demikian pandangan PGI.

Pengamatan Berita Oikoumene, sejumlah gereja telah kembali melaksanakan ibadah Minggu secara tatap muka, seperti di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Kramat Jati Horeb, Jakarta Timur. Pada Minggu (5/7) jemaat di gereja tersebut melaksanakan ibadah tatap muka. “Setelah tiga bulan sejak wabah ini merebak Maret lalu, ini merupakan ibadah pertama dan menjadi sejarah bagi jemaat ini,” kata Pdt. Manuel Esau Raintung, Ketua Majelis Jemaat (KMJ) saat memberi renungan ketika ibadah pagi itu.

Dengan menggunakan protokol ketat, gedung gereja yang biasanya nampung 300- an jemaat hanya menampung 56 orang

di jam ibadah pukul 09.00 pagi. “Ya kami membuat pendaftaran lebih dulu bagi jemaat baik lewat online pendaftarannya dan juga dengan bantuan majelis yang ada di sektor masing-masing. Kami menyelenggarakan 4 kali ibadah seperti ibadha sebelum wbah ini terjadi. Yaitu pukul 7 pagi dan pukul 10 pagi di Geudng Koinonia Paspamres, pukul 9 pagi dan pukul 5 sore di gedung GPIB

Horeb,” tambah Pdt. Raintung yang juga Ketua PGIW DKI Jakarta.

Total kehadiran jemaat yang hadir dalam 4 kali ibadah di GPIB Horeb berjumlah 150 orang lebih. Ibadah tatap muka yang dilakukan berbarengan dengan ibadah online yang disiarkan lewat youtube. “Ya kami memang membatasi jemaat yang usia anak-anak di bawah 12 tahun dan usia 55 tahun ke atas untuk sementara tidak datang ke gereja dan mereka bisa beribadah lewat online.Kami juga telah mendapat

izin dari Kecamatan dan keluarahan setempat sehingga ibadah tatap muka ini dapat dilaksanakan.”

Di Jakarta, kata Pdt. Raintung sejumlah ibadah memang tidak dipaksa melakukan ibadah tatap muka tapi diserahkan ke masing-masing jemaat. Protokol Kesehatan dilakukan dengan ketat, seperti penyemprotan cairan disinfektan sebelum dan sesudah ibadah, cairan cuci tangan dan hand sanitizer disediakan di depan pintu masuk. Jemaat harus mendaftarkan diri sebelum masuk ke gereja, jarak duduk tiap jemaat dibatasi 1 meter lebih, menggunakan masker sepanjang ibadah dan tidak bersalaman satu sama lain.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Jemaat Cililitan, Jakarta, yang sejak 5 Juli 2020 telah melaksanakan ibadah secara tatap muka. Menurut Pimpinan Majelis Jemaat GKPS Cililitan, Jamulianer Saragih, ibadah dilaksanakan mengikuti

apa yang telah ditetapkan dalam Surat Edaran Menteri Agama No 15/2020 tentang Prosedur Pelaksanaan Ibadah di Rumah Ibadah, dan Pergub No. 51 Tahun 2020.

“Menggunakan masker, cuci tangan, cek suhu tubuh, pembatasan jumlah jemaat saat ibadah, jaga jarak 1 meter baik kanan-kiri, depan-belakang, kami lakukan. Bahkan jemaat yang hadir kami tetapkan tidak sampai 50 persen. Kalau dalam

Menurut PGI, kunci keberhasi-lan untuk keluar dari masa sulit pandemi covid- 19 ini adalah “disiplin”.

Sajian Utama

Page 10: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 20208

kondisi normal sekali ibadah bisa 350 orang yang hadir, sekarang kami tetapkan hanya 95 orang. Begitu juga jadwal ibadah dari dua kali ibadah Minggu pukul 7.00 dan 9.30, kini hanya satu kali saja yaitu pukul 9.00 WIB. Inilah langkah-langkah yang wajib kami lakukan sebelum ibadah, sebagai komitmen dan dukungan kepada pemerintah untuk bagaimana kita memutus mata rantai covid-19,” jelas Jamulianer.

Selain itu, jemaat yang akan beribadah juga diatur persektor agar tidak melebihi ketentuan. Sementara untuk lansia dan anak-anak Sekolah Minggu mengikuti ibadah dari live streaming. Majelis juga membentuk Tim Gugus Tugas Covid-19 GKPS Cililitan, yang bertugas untuk mengatur dan memantau pelaksanaan protokol kesehatan apakah berjalan dengan baik di setiap ibadah.

Tidak hanya di Jakarta, di Purbalingga, Jawa Tengah juga melakukan hal yang sama dalam beribadah. Menurut Edy Purwanto, salah seorang jemaat di Gereja Kristen Jawa (GKJ), gerejanya mulai beribadah tatap muka.

Dia menjelaskan, gerejanya melakukan protokol kesehatan yang ketat demi menjaga keamanan dan kenyamanan jemaat, contohnya dengan membatasi kapasitas jumlah tempat duduk. “Kapasitas tempat duduk setiap ibadah dibatasi maksimal 140 orang. Ibadah kami lakukan tiga kali, jam 07.00, jam 09.00 dan jam 16.30 WIB,” katanya.

Kendati demikian dia juga menginformasikan bahwa masih ada beberapa jemaat yang mengikuti ibadah secara daring dari rumah masing-masing. “Khususnya bagi jemaat yang sudah berusia lanjut dan kemungkinan mudah terpapar penyakit lebih memilih mengikuti ibadah dari rumah secara daring,” katanya.

Ditambahkan, sebelum memulai ibadah seluruh jemaat diminta untuk datang setengah jam lebih awal. Setelah itu sebelum masuk ke gedung gereja dilakukan pengecekan suhu tubuh dan diminta untuk mencuci tangan. “Deretan kursi juga sudah diberi tanda dan yang bertanda silang tidak boleh diduduki guna menerapkan jarak fisik antarjemaat,” katanya.

Protokol kesehatan telah dilakukan sesuai rekomendasi Tim Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan COVID-19 Kabupaten Purbalingga.

Semua pihak tentu berharap, dengan adanya pelonggaraan PSBB, jemaat dapat kembali melaksanakan ibadah dengan aman dan nyaman. Ini juga yang diharapkan Jamulianer Saragih. Sebab itu, dia meminta kepada pemerintah untuk tidak bosan-bosannya mensosialisasikan panduan ibadah sesuai dengan dinamika yang terjadi, berdasarkan monitoring, dan suvervisi dari Gugus Tugas Covid-19 yang telah dibentuk oleh pemerintah. Dan konsisten untuk mengingatkan masyarakat agar semakin peduli, sehingga Indonesia benar-benar bebas dari pandemi Covid-19. ∎ (Markus Saragih dan Philips Artha)

Ibadah di GPIB Horeb

Page 11: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

9

LangKah KonKret geraKan gereJa meLawan CoviD-19LangKah KonKret geraKan gereJa meLawan CoviD-19

P endemi Covid-19 mengganggu berbagai aktivitas kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 terus dilakukan

pemerintah pusat dan daerah.

Pemerintah tidak sendiri. Sumbangsih penuh diberikan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). PGI telah melakukan langkah konkret melalui gerakan Gereja Melawan Covid-19 (GMC 19).

Gerakan ini merupakan manifestasi dari iman dan panggilan Gereja untuk membela serta merawat kehidupan. Sebagai langkah awal, GMC 19 melibatkan tenaga ahli dari RS PGI Cikini dan Dompet Dhuafa menggelar pelatihan kepada para relawan muda lintas iman untuk terlibat dalam penanggulangan Covid-19.

Disinfektan adalah materi utama pelatihan. Animo generasi muda sangat tinggi, sehingga pelatihan dilakukan dalam dua gelombang yakni pada 18 Maret 2020 dan 20 Maret 2020. Kini, tercatat 57 anak muda lintas iman bergabung menjadi relawan GMC 19.

Sejumlah rumah ibadah yang telah menerima aksi penyemprotan disinfektan oleh GMC 19 antara lain Gereja Kasih Karunia (Gekari) Jemaat Anthiokhia, Jakarta Selatan; GPKB Tanjung Priok, Jakarta Utara; Gereja Baptis Indonesia Dahlia, Tanjung Priok, Jakarta Utara; Musala Maharaja, Pondok Kopi, Jakarta Timur; Masjid At Taqwa, Pulo Gebang, Jakarta Timur, dan masih banyak lagi. Aksi penyemprotan disinfektan yang dilakukan oleh relawan GMC19 telah tembus 100 rumah ibadah. Capaian ini tentunya patut diapresiasi. Sejak pertama kali diluncurkan pada tanggal 21 Maret 2020.

Program Pelayanan Penyemportan Disinfektan bagi

Rumah Ibadah mendapatkan sambutan yang luar biasa dari berbagai gereja, rumah ibadah agama lain dan juga komunitas masyarakat.

Selain aksi penyemprotan, imbauan dan seruan pastoral juga dilayangkan kepada gereja-gereja anggota secara bertahap. Sebanyak 91 Gereja anggota PGI tersebar dari Aceh sampai Papua.

Sebaran Covid-19 belum tampak merata di seluruh wilayah. Untuk itu, imbauan PGI tidak boleh tunggal. Bagi daerah-daerah dengan tingkat sebaran yang tinggi, PGI mengimbau untuk mengalihkan Ibadah Minggu menjadi ibadah berbasis keluarga selama dua minggu, sambil dilihat perkembangannya kemudian.

Untuk jemaat-jemaat yang belum terpapar Covid-19, disarankan menerapkan protokol ibadah secara ketat untuk mengantisipasi penularan Covid-19. Bila sudah ditemukan kasus, disarankan meningkatkan pengelolaan ibadah di tengah keluarga masing-masing. Apa yang terjadi pada gereja besar ‘megachurch’ di Korea Selatan haruslah menjadi pembelajaran berharga gereja-gereja lainnya.

Selain imbauan, sejumlah video pendek edukasi segera diproduksi Tim Yakoma. Komisi-komisi pelayanan dilibatkan berdasarkan kepakaran anggota komisi. Komisi kesehatan di antaranya, terlibat dalam pembuatan video edukasi terkait pencegahan Covid-19 dan pengelolaan makanan sehat.

Hingga saat ini, masih banyak rumah ibadah yang minta disemprot disinfektan. Untuk itu. komitmen GMC19 untuk menjalani tugas hingga pandemi Covid-19 berakhir. ∎

Sajian Utama

Page 12: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202010

Potret gereJa Di tengah PanDemi CoviD-19

Potret gereJa Di tengah PanDemi CoviD-19

Oleh: Beril Huliselan

P ada 2 Maret 2020, Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengumumkan terjadinya infeksi Covid-19 yang kemudian diikuti dengan imbauan social distancing

pada 5 Maret 2020. Sejak pengumuman tersebut, penyebaran Covid-19 tampak tidak mudah dikendaikan sehingga, sebelum vaksin ditemukan, pilihan pembatasan sosial (fisik) dan penggunaan pelindung diri (masker, face shield dan hand sanitizer) menjadi pilihan pemerintah dan berbagai lembaga, termasuk gereja, dalam menghambat penyebaran Covid-19. Hal ini juga yang mendorong berbagai gereja untuk mendorong pembatasan aktivitas di gedung gereja, penguatan protokol kesehatan dan pengembangan aktivitas daring (online) dalam pelayanan gereja.

Di tengah situasi ini, Komisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PGI mencoba menangkap potret gereja di tengah pandemi Covid-19 yang telah mendorong pembatasan sosial (fisik) dan penguatan protokol kesehatan di berbagai daerah. Upaya ini dilakukan melalui survei daring (online) sebanyak dua kali, yakni pada 28 - 31 Maret 2020 dengan 2.747 responden dan kedua pada 6 - 13 Juni 2020 dengan 2.265 responden.

Secara umum, responden berasal dari semua pulau yang ada di Indonesia dengan variasi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelompok usia. Pada survei pertama maupun kedua, sebaran responden yang terkait dengan pulau maupun karakteristik responden (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelompok usia) praktis tidak banyak mengalami perubahan. Namun, tim peneliti tentunya menyadari bahwa ada kesulitan dalam menjaga sebaran responden, dan ini merupakan keterbatasan yang

...ekonomi me-rupakan wilayah yang mengalami pukulan serius ... Apabila pandemi terus berlangsung dan tidak ada terobosan maka terbuka kemung-kinan persentase mereka yang kolaps secara ekonomi makin bertambah.

umum dijumpai dalam survei daring. Sebenarnya, hal ini bisa diatasi dengan melakukan pembobotan data, namun tentunya membutuhkan tambahan waktu, tenaga dan dana. Sekalipun demikian, kedua survei ini pada dasarnya bisa digunakan sebagai gambaran awal untuk melihat potret gereja di tengah pandemi Covid-19. Di sini istilah

Page 13: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

11Kajian

Page 14: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202012

gereja dikaitkan dengan prilaku dan pembacaan dari sudut pandang warga warga gereja. Dengan kata lain, unit analisnya adalah warga gereja.

Apabila dibahasakan dalam satu narasi maka, pertama, kedua survei ini secara deskriptif hendak melihat, dari kaca mata warga gereja, kesiapan gereja memandu umat di tengah Pandemi Covid-19 dan gambaran tingkat kepatuhan umat itu sendiri. Kedua, potret kondisi warga gereja di tengah pandemi Covid-19, baik secara ekonomi, psikologis, prilaku (behavior) dan sikap (attitude) beragama maupun gambaran dukungan sosial yang ada.

Pada poin pertama, survei ini menangkap hal yang positif mengingat 96% responden memandang gereja melakukan sosialisasi dan memandu umat dalam menghadapi pandemi Covid -19. Demikian juga dengan respons gereja terhadap permintaan pendampingan pastoral, 92% permintaan yang masuk direspons oleh gereja, hanya 8% permohonan yang tidak ditindaklanjuti gereja.

Gereja juga menempati posisi tertinggi dalam menyalurkan dukungan sosial (sembako) kepada warga gereja, disusul pemerintah, pihak lain dan masyarakat sekitar. Namun, perlu juga dicatat bahwa dukungan sosial (sembako) dari gereja hanya dirasakan oleh 22.4% responden; dukungan pemerintah, pihak lain

dan masyarakat lebih rendah lagi.

Dari segi tingkat kepatuhan umat, kita juga mendapat gambaran yang positif di mana mayoritas responden membatasi diri untuk kegiatan-kegiatan yang bisa ditunda atau dialihkan ke rumah. Survei pertama dan kedua memperlihatkan bahwa mayoritas responden (90% lebih) memilih untuk beribadah di rumah dan menunda rencana keluar kota maupun berkumpul bersama keluarga/teman. Aktivitas keluar

rumah lebih diprioritaskan pada belanja kebutuhan sehari-hari dan berobat, di luar ini ada yang juga harus keluar rumah karena tuntutan pekerjaan.

Catatan di atas, terkait belanja kebutuhan sehari-hari, sekaligus memperlihatkan bahwa mayoritas responden (90% lebih) masih mengandalkan pasar fisik untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ini bisa menjadi catatan bagi gereja untuk mengedepankan pengembangan ekonomi berbasis komunitas/umat di mana pemenuhan kebutuhan

sehari-hari ditopang oleh pasar yang basisnya adalah komunitas. Ini sekaligus akan membentuk daya tahan komunitas/umat di tengah bencana dan mengurangi ketergantungan pada produksi masal mengingat komunitas memenuhi dirinya sendiri. Di sini kita perlu ingat bahwa persoalan ekologis sesungguhnya memiliki keterkaitan dengan produksi masal yang tidak terkendali. Karena itu, pandemi menjadi momen untuk mulai mengembangkan model-model ekonomi komunitas yang diharapkan berkontribusi pada pengurangan ambisi akan produksi masal.

Hal lain yang juga perlu menjadi catatan bagi gereja adalah adanya persentase responden (hampir 60%) yang melakukan belanja kesehatan, baik dalam bentuk berobat maupun membeli obat. Kondisi ini masih ditambah dengan pergumulan warga gereja dengan persoalan depresi. Sejauh ini, gejala depresi yang ada masih memperlihatkan kondisi ringan (73.1% responden); 1.5% responden yang mengindikasikan gejalan depresi berat, 3.5% cukup serius dan 21.9% sedang. Di sini Pandemi menjadi momen bagi gereja untuk meninjau kembali (review) daya dukung gereja dalam pelayanan pastoral, kesehatan dan ekonomi, tentunya dalam kerja sama dengan berbagai mitra (baik pemerintah maupun nonpemerintah). Upaya ini bisa juga dikaitkan dengan menyiapkan gereja tanggap bencana (termasuk bencana ekologi) yang diharapkan bisa

kedua survei...ini mengingatkan kita akan perlu-nya penguatan oikoumene lokal

Page 15: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

13

terintegrasi dengan seluruh gerak gereja.

Dari data yang ada, ekonomi merupakan wilayah yang mengalami pukulan serius. Mayoritas responden (55.2%) memandang bahwa mereka tidak sanggup bertahan apabila tidak mendapat dukungan sosial. Bahkan, 27.7% responden bisa dikatakan berada dalam posisi kolaps mengingat daya tahan mereka hanya sekitar 1-3 bulan saja. Apabila pandemi terus berlangsung dan tidak ada terobosan maka terbuka kemungkinan persentase mereka yang kolaps secara ekonomi makin bertambah.

Dalam konteks prilaku dan sikap beragama, masa pandemi yang sudah dilalui sekitar 5 bulan (Maret-Juli 2020) bisa dikatakan belum menghasilkan pergeseran, yakni perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain. Memang, ada sedikit fluktuasi pada naiknya aktivitas berdoa, disusul aktivitas membaca Alkitab dan membantu sesama, namun fluktuasi tersebut belum menunjukan adanya pergeseran dalam prilaku dan sikap beragama.

Dalam konteks prilaku beragama, kesetiaan pada organized religion, khususnya terkait dengan gereja asal, masih sangat kuat. Ini terlihat pada tingginya aktivitas ibadah minggu secara komunal yang dipandu siaran daring dari gereja asal. Kemudian, kerinduan untuk kembali beribadah di gedung gereja juga tetap tinggi. Bahkan, mayoritas responden (86.1%) tetap ingin beribadah

di gereja asalnya (tidak pindah keanggotaan gereja), hanya 0.2% responden yang ingin pindah keanggotaan gereja. Dengan demikian, tidak betul kesimpulan yang mengatakan bahwa pandemi akan membuat terjadi perpindahan keanggotaan gereja dalam jumlah besar atau membuat orang pergi meninggalkan gereja. Demikian juga dengan dugaan terjadinya individualisasi dalam agama di masa pandemi, data yang ada justru memperlihatkan sebaliknya; organized religion dengan communal setting-nya tetap kuat sebagai basis pengalaman dan prilaku warga gereja.

Sementara soal sikap (attitude) dalam beragama, khususnya terkait pandemi, terekam dalam pandangan/sikap warga gereja terhadap pandemi Covid-19. Mayoritas responden (66.1%) memandang pandemi diakibatkan oleh cara hidup yang tidak bersih/sehat, hanya 3.9% responden yang mengatakan pandemi adalah murni hukuman Tuhan. Sisanya (30%), berada di posisi tengah (in between), yakni mereka yang melihat pandemi sebagai hukuman Tuhan dan sekaligus cara hidup yang tidak bersih/sehat. Potret ini menunjukan bahwa belum ada indikasi yang memperlihatkan terjadinya pergeseran dalam sikap beragama. Namun, dugaan saya, perdebatan mengenai apakah pandemi merupakan hukuman Tuhan atau bukan berlangsung pada mereka yang berada di posisi tengah ini (in between), sebesar 30%. Karena itu, gereja

perlu masuk dalam percakapan yang berada di posisi tengah (in between) tersebut agar, pertama, dialog gereja dengan tantangan ekologis tidak terus diganggu (distract) oleh persoalan hukuman Tuhan tersebut. Kedua, persoalan hukuman Tuhan, apabila tidak ditangani, memiliki dampak terhadap gerak purifikasi di dalam kehidupan gereja dan berakibat pada terjadinya friksi. Upaya gereja masuk dalam percakapan tersebut tidak cukup dilakukan dengan hanya membuat pernyataan dan imbauan, namun harus masuk dalam percakapan sehari-hari umat, misalnya melalui Penelaahan Alkitab (PA) keluarga, pemuda-remaja dan seterusnya.

Secara umum, kedua survei daring ini mengingatkan kita akan perlunya penguatan oikoumene lokal, yakni interkoneksi gereja-gereja dan berbagai mitra di tingkat lokal. Interkoneksi seperti ini akan berfungsi sebagai fondasi bagi pengelolaan semua potensi gereja dalam membangun daya tahan komunitas/umat secara ekonomi, sosial dan budaya yang sekaligus merefleksikan keseimbangan antara manusia, alam dan kebudayaan. Pada titik inilah kita bisa berbicara mengenai keberlanjutan atau sustainibility. Sesungguhnya, semangat inilah yang terkandung dalam Program Kerja Lima Tahun (Prokelita) PGI 2020-2024, dan sekaligus menjadi jangkar untuk menilai arak-arakan oikoumene di Indonesia dalam lima tahun ke depan, yakni 2020-2024. ∎

Kajian

Page 16: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202014

membaCa arah PerCaKaPan tentang PanCasiLa

membaCa arah PerCaKaPan tentang PanCasiLa

Oleh: Johny n. Simanjuntak

...arah percakapan Pancasila adalah... mengkritisi dan mengevaluasi... individu, komunitas, lembaga atau organi-sasi bangsa Indonesia yang disorot dalam perspektif pelaksa-naan Pancasila.

Keberadaan Pancasila

T ulisan sederhana ini didasarkan pada pernyataan konklusif defenitif yaitu pertama, bahwa hal yang terkait dengan historitas Pancasila,

penerimaan secara kenegaraan, kedudukan dalam tatanan ketata negaraan, bagi kami sudah selesai dan tuntas. Percakapan dalam lingkup masalah tersebut, tidak perlu diulang ulang. Menghormati, memegang teguh dan setia pada kesepakatan bangsa Indonesia yang diwakili putra maha terbaik bangsa Indonesia telah menghasilkan dasar pada 18 agustus 1945, merupakan sikap arif yang harus dipupuk dan dipelihara.

Keyakinan kedua adalah kejelasan dan kepastian bahwa Pancasila yang dibicarakan adalah prinsip prinsip yang tertulis jelas dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu Ketuhanan Yang Mahaesa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indoensia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip itulah yang dinamai sila. Karena ada lima prinsip maka di sebut Pancasila (lima sila)

Meskipun dalam Pembukaan UUD 1945, tidak terdapat kosakata Pancasila untuk menyebut bahwa prinsip (sila) di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut sebagai sila dari pancasila, bangsa Indonesia sudah menerima secara pasti bahwa ketika kita menyebut Pancasila, prinsip prinsip yang dalam pembukaan itulah yang dimaksudkan sebagai sila dari Pancasila. Siapa yang memberi nama Pancasila terhadap lima sila yang terdapat dalam

Pembukaan UUD 1945, ternyata, bangsa Indonesia tidak memasalahkan juga. Yang lebih dipentingkan adalah bahwa lima sila tersebutlah yang harus digunakan sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan diatas Pancasila itulah dibangun cara, haluan dan prinsip mengelola Negara Kesatuan Repebulik Indonesia. Itu sudah jelas dan diterima bangsa Indonesia sejak 18 Agustus 1945.

Memang dalam konteks kajian akademik, tidak

Page 17: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

15

boleh dinafikan bahwa seluk beluk Pancasila termasuk sejarah, makna masing-masing sila, urutan sila, perdebatan sekitar Pancasila, pro kontra keberadaan dan kedudukan Pancasila, tentu saja dapat dan bisa dikaji secara kritis. Dalam forum semangat akademis, upaya seperti itu, tentu saja terbuka lebar. Semua, termasuk Negara, harus mendukung, semangat dan gairah akademis yang menempatkan Pancasila sebagai objek kajian.

Akan tetapi, dalam percakapan pengelolaan negara baik masa kini maupun masa depan, seharusnya percakapan berangkat dari sesuatu yang sudah pasti yaitu menghormati, memegang teguh dan setia pada hasil kesepakatan bangsa Indonesia.

Dengan latar seperti itu, arah percakapan Pancasila adalah membicarakan, mengkritisi dan mengevaluasi realitas individu, komunitas, lembaga atau organisasi bangsa Indonesia yang disorot dalam perspektif pelaksanaan Pancasila. Dalam rangka itu, berdasarkan pengamatan ada beberapa pesoalan yang menarik dibicarakan di sini.

Kancah Sosial Sumber Pancasila

Pertama, kancah sosial sumber Pancasila. Sangat menarik jika merujuk pada salah satu doktrin yang diajarkan ketika mempelajari Pancasila, bahwa Pancasila digali dari kehidupan dan keberadaan Bangsa Indonesia. Tentu yang dimaksud ialah kehidupan bangsa Indonesia pada masa masa sebelum kemerdekaan

yaitu sebelum 17 Agustus 1945. Secara umum dan singkat dapat dikatakan bahwa keadaan bangsa Indonesia ketika itu, masih dalam suasana tradisional. Adapun ciri kehidupan masyarakat Indonesia yang tradisional adalah guyub, mobilitas sosial vertikal dan horizontal masih terbatas. susunan sosial tampak hirarkis, Individu ada tetapi lebih sering tenggelam dalam ikatan komunitas. Dalam kehidupan sosial, yang utama adalah kepentingan komunitas bukan Individu. Timbangan sosial yang berlaku lebih memberat ke komunitas. Sejalan dengan itu, prinsip yang tumbuh, berkembang dan dilaksanakan dalam masyarakat tradisional adalah gotong royong, toleransi, tepo seliro, mawas diri, berbagi rasa, karsa dan harta, tidak mencari untung berlebih, moral sosial mengontrol keinginan tamak, ada kebiasaan tolong menolong, selalu menjaga perasaan dan kehormatan pihak lain dan masih banyak yang lain. Ciri itu terlaksana pada semua

segemen kehidupan termasuk bidang politik, bidang konomi, bidang social, budaya, keamanan dan segala macam urusan.

Memeriksa realitas masyarakat Indonesia terkini, kita menemukan keadaan yang tidak lagi sama dengan keadaan masyarakat ketika Pancasila digali dari kancah masyarakat Indonesia yang tradisional. Dalam potret keadaan masyarakat saat ini, kita temukan penonjolan sifat individu, menghindari gotong royong, bersikap menang sendiri, anti dialog, suka menjahati (menzolimi) orang lain, intoleran dan cari untung sebanyak banyak meski merugikan oang lain, kurang peduli terhadap sesama dsb. Singkatnya, keadaan masyarakat terkini terasa bertolak belakang dengan kancah masayarakat tradisional sebagai rahim dari sila-sila Pancasila. Lebih lanjut, membaca realitas pada era digital yang diisi dengan era post truth perbedaan itu makin menganga (kontras). Pertanyaannya, apakah

Gotong-royong di desaSumber: kompasiana.com

Opini

Page 18: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202016

Pancasila dapat dilaksanakan seutuh utuhnya dalam kondisi masyarakat terkini mengingat terdapat perbedaan sebagaimana digambarkan tadi. Pengalaman menunjukkan, keadaan terkini masyarakat Indonesia yang kontras dengan kancah sosial rahim Pancasila itulah salah satu faktor utama penggagal terlaksananya Pancasila dalam mengelola Negara dan kehidupan masyarakat. Sebenarmya revolusi mental yang pernah dikumandangkan Presiden Jokowi, dapat menjadi salah satu alernatif utuk mengeliminasi faktor penggagal pelaksanaan Pancasila. Hanya saja, kumandang Revolusi mental, lebih ramai dalam pidato (retorika) katimbang trencana kerja yang terlaksana. Semoga, program yang baik itu, masih ada dalam agenda Presiden Jokowi

Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara bukan Pilar Negara

Hal kedua, perlu mempertegas bahwa kedudukan Pancasila adaah Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kutipan syair lagu berjudul “Garuda Pancasila “: Pancasila dasar Negara …..merupakan siyair yg sangat jelas. Dan mestinya tidak dilupakan oleh siapa pun. Sayangnya posisi Pancasila seperti itu kurang diperhatikan oleh pencetus program sosialisasi pilar NKRI. Mereka menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar NKRI. Program ini sudah berjalan, akan tetapi judul programnya menuai protes. Kami yakin bahwa perumusan judul program itu

tidak dimaksudkan merendahkan Pancasila. Hanya saja, telah menjadi fakta bahwa petinggi petinggi di Repebulik ini, bisa saja keliru menempatkan Pancasila. Akankah terulang hal demikian? diharapkan tidak lagi terjadi. Untuk itu, harus dipastikan bahwa penyelenggara Negara betul betul paham hakikat dan seluk beluk Pancasila secara komprehensif. Sengaja ditonjolkan Penyelenggara Negara. Tujuannya ialah menjamin bahwa kontribusi siginifikant mereka pada proses pengamalan Pancasila dan Peragaan sila sila pancasila dalam : kebijakan negara, program Negara , kegiatan Negara serta keputusan Negara, jelas dan tepat, sehingga merupakan ekspose sejati dan substansial atas nilai nilai yang terkandung pancasila itu sendiri.

Pancasila sebagai dasar NKRI bermakna bahwa diatas sila sila pancasila itulah ditancapkan pilar pilar NKRI. Tentang pilar pilar Negara Pancasila meskipun sebenarnya belum tertuang dalam satu dokumen kenegaraan yangg utuh sehingga apa yang dietahui publik tentang pilar Negara Pancasila, itu bersumber dari pikiran pikiran yang dinyatakan dan dilontarkan oleh cerdik pandai yang hormat dan berjuang untuk mewujudkan Negara Pancasila. Dengan demikian ada ruang bagi kami untuk merumuskan gagasan tentang pilar Negara Keastuan Repebulik Indonesia. Dalam tulisan ini, kami merumuskan Pilar pilar Negara Pancasila ialah Kesepakatan Nasional, Kesatuan

pulau pulau dalam wilayah hukum Indonesia, keberagaman (budaya, adat, keyakinan ) Azas azas pengelolaan Negara, Prinsip prinsip hubungan rakyat dengan pengelola Negara. Dalam pengalaman Pancasila, tindakan atau perbuatan penyelenggara Negara harusah memperkuat pilar pilar Negara Pancasila. Karena itu, dalam mengelola negara penyelenggara Negara tidak boleh mengabaikan sila sila Pancasila, tetapi justru merefleksikannya. Sebagai contoh tindakan negara dalam mengelola ekonomi: tidak boleh mengabaikan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rayat Indonesia. Negara harus adil membagi ruang ekonomi dan fasilitas mengelola ekonomi. Negara harus memastikan bahwa ekonomi rakyat terjamin berjalan lancar dan pelaku ekonomi rakyat mendapat fasiltas ekonomi yang layak. Sektor ekonomi non formal, yang umumnya menjadi salah satu ciri ekonomi rakyat, haruslah dijamin, dilindungi, dimudahkan dan dibesarkan oleh Negara.

Penjelasan ringkas ini merupakan penegasan untuk mengatakan bahwa penyelenggara negara adalah batu penjuru utama pengamalan Pancasila. Penyelenggara Negara harus menggunakan seluruh fasilitas negara yang dipakainya, semua modal negara yang dikuasainya, semua wewenang yang melekat pada jabatan dan kedudukannya serta fungsinya untuk meragakan pancasila secara substansi dan tepat. Bagaimana kenyatanya? Pertanyaan yang memandu kita dilapangan ialah akankah

Page 19: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

17

keberadaan penyelenggara Negara yang demikian itu, bisa terwujud pada zaman dan keadaan sekarang? kita semua berharap akan memperoleh jawaban yang prospektif. Tetapi dari dan oleh siapa? Jawaban terhadap Pertanyaam itu, memerlukan pengamatan lapangan, penelitian, survey dsb. Itulah yang antara lain, tugas penting Badan Pembinaan Idiologi Pancasila dan semua yang cinta Pancasila ke depan.

Kajian Terhadap Pancasila.

Terdapat banyak sarjana yang menulis tentang Pancasila. Karya tulis yang berusaha memaparkan sorotan berbagai disiplin terhadap Pancasila. Semua merupakan bahan bacaan yang memperkaya wawasan berpancasila. Masyarakat akademis biasanya mengenal karya Tulis misanya Prof Notonagoro, dosen Universitas Gadjah Mada antara lain: “Pancasila dasar Falsafah Negara”

“Pancasila secara ilmiah poluler “ atau tulisan Prof Ismail Suny “Mekanisme Demokrasi Pancasila “ itu sekedar contoh. Ada banyak sarjana filsafat, sosiolgi, politik, budaya yang melahirkan buku tentang Pancasila. Mungkin ada ratusan bahkan ribuan buku yang ditulis para sarjana dan diterbitkan untuk berbagai kebutuhan.

Gairah dan semangat menggali dan mengembangkan sila sila Pancasila dari berbagai aspek ilmu, tumbuh berkembang pasca peristiwa geger nasional yaitu G.30. S. Ini bisa difahami karena salah satu pernyataan penting Orde Baru utk mencirikan (stigmatiasasi) Orde Lama ialah adanya tindakan penyelewengan Pancasila. Kemudian Ordebaru memateraikan dirinya dengan motto Orde Baru : melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Untuk melaksanakan Pancasila secara

murni dan kosekwen, diperlukan ulasan yang bisa memahamkan semua pihak. Maka lahir berbagai institusi yang mendalami Pancasila, di universitas dan di negara dan muncul bajyak tulisan tulisan tentang Pancasila. Salah perguruan tinggi Negeri di Malang menamai lembaganya “laboratorium Pancasila “. kemudian pada lingkup Negara dikenal Bada Penyelenggara penyelenggara pendidikan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (BP 7) tokoh nasional yang banyak menjleskan Pancasila Ruslan Abdul Gani, sangat menginspirasi dan memberi arah perjalanan Lembaga ini. Melalui lembaga ini, terselenggara penataran Pedoman pengghayatan (P 4). Sejumlah tokoh nasional, direkruit menjadi maggala (penatar) P 4. Sebagai salah seorang yuang pernah ikut P4 tingkat Provinsi, kami menggunakan karya tulis para sarjana tentang

Opini

Page 20: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202018

Pancasila, sebagai modal untuk menyusun makalah dan bahan berdiskusi dalam proses Penataran tersebut. Karya tulis tentang Pancasila oleh para sarajana dari berbagai disiplin, menghasilkan karya tulis sangat penting dan bermanfaat untuk membimbing dan menuntun semua pihak: mahasiswa, masyarakat, pemerintah, agar memiliki wawasan berPancasila secara baik dan benar. Melalui membaca karya tulis itu, dapatlah diharapkan bahwa semua pihak, siapa pun, tidak berpancasila secara hanya denan tafsirannya sediri.

Dalam rangka menghormati karya anak bangsa dan seluruh hartakarun yang diwariskannya, kita sehsrusnya bersikap bahwa karya tulis siapa pun tentan Pancasila, haruslah mendapat perhatian dan pengharagaan. maka sedah semestinya Badan atau Lembaga yang ditugasi Prsiden membina Idiologi Pancasila merencanakan progam sederhana yaitu mengumpulkan seluruh karya tulis tentang Pancasila selanjutnya melakukan kajian kritis baik terhadap seluruh karya maupun terhadap penulisnya serta memetakan pemikiran tentang Pancasila. Dengan begitu, kita dapat berharap bahwa harta karun tersebut akan berguna sebagai modal penting dalam mengembangkan wawasan Pancasila dari setiap warga Indonesia. Dalam kaitan itu, bangsa ini perlu mempertimbangkan untuk membangun sebuah lokus

dalam tindakan dan perilakunya. Ini seiring dengan pandangan bahwa pancasila adalah Idiologi yang memuat nilai-nilai luhur. Dengan upaya dan pandangan begitu, harta karun tersebut, dapat dimanfaatkan secara optimal. Kita menghindari kesan bahwa pada era digital ini seolah olah kita memulai dari titik nol ketika bicara Pancasila. Generasi

(mungkin gedung) tempat dimana semua dinamika Pancasila tertampung dan dapat dilihat, dibaca, ditonton didiskusikan oleh setiap anak bangsa. Perjalanan Pancasila terekam, terdokumentasi dan tersedia. Jika anak bangsa ini ingin mendalami Pancasila, semua informasi, data, kisah atau sejarah atau visualisai dapat dibaca, didalami dan diskusikan di lokus itu.

Jadi yang perlu dan segera kita lakukan sekarang, sebagai anak bangsa yang terutama yang sudah hidup dan mengalami pemerintahan yang berbeda beda ialah mendorong seluruh elemen Negara atau mengambil inisiatif produktif agar menginventarisai seluruh buku tenang Pancasila dalam untuk kemudian memetakan pemikiran para ahli baik yg eksplisit maupun implisit tertuang dalam tulisan tulisan tersebut. Menggolongkannya sebagai buku standar atau rujukan.bermuatan kontroversi atau memicu kontroversi. Mencatat subjek penulis untuk memperoleh penghargaan yang layak atau mengoreksi tulisannya dan sebagainya. Gagasan diatas didasarkan pada pandangan etis bahwa menulis tentang Pancasila menuntut penulisnya untuk memperagakan Pancasila

Sebagai dasar Negara, ma-suk akal jika Pancasila men-duduki posisi sebagai sum-ber dari segala sumber hukum. Inilah salah satu doktrin penting dan pokok yang di-turunkan dari kesepakatan nasional bang-sa Indonesia.

Page 21: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

19

muda harus diyakinkan bahwa bangsa Indonesia telah memiliki harta karun Pancasila yang dapat dimanfaatkan sebagai modal menata Negara dan Bangsa Indonesia.

Pancasila: Sumber Segala Sumber Hukum

Sebagai dasar Negara, masuk akal jika Pancasila menduduki posisi sebagai sumber dari segala sumber hukum. Inilah salah satu doktrin penting dan pokok yang diturunkan dari kesepakatan nasional bangsa Indonesia. Pengertian sumber hukum didalam ilmu hukum adalah sesuatu dokumen atau file atau teks yang didalamnya dapat dibaca kalimat atau kata atau tanda tanda norma atau ketentuan misalnya Peraturan perundangan, yurisprudensi, perjanjian Internasional dsb. Darimanakah sumber dari norma yag ada dalam peraturan atau yang ada dalam Yruisprudensi atau yang ada dalam pandangan ahli hukum tersebut? Ya dari Pancasila. Didalam Pancasila tidak ditemukan norma hukum tetapi nilai nilai yang harus dirumuskan menjadi norma oleh pembuat Peraturan prundangan. Tegasnya. sila sila Pancasila merupakan gugusan nilai dan itulah menjadi sumber norma dalamsemua aspek yang harus diterjemahkan oleh pembuat peraturan perundangan menjadi rumusan normat dalam berbagai peraturan perundangan.

Konsekwensi dari kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ialah bahwa semua pihak yang terlibat

dalam merumuskan hukum atau perancang hukum harus memastikan bahwa norma norma yang terkandung dalam peraturan perundangan tersebut seiring sejalan dan senafas dengan sila-sila pancasila itu. Betapa mulia tanggung jawab dan kerja anggota DPR sebagai pembentuk Undang undang dan Satuan Unit kerja pemerintah sebagai perumus peraturan perundangan disektornya. Hanya saja, dalam percangan peraturan perundangan dan rumusan peraturan perundangan terkini, kemuliaan tersebut sepertinya tidak tampak. kinerja perancangan peraturan perundangan yang sedang berjalan kini, belum memberi rasa nyaman berpancasila. Ada banyak peraturan perundangan yang justru bertentangan dengan Pancasila. Inilah ganjalan kemajuan Indonesia.

Privatisasi Nama Pancasila

Satu pertanyaan sederhana: apakah Nama pancasila bisa diklaim sebagai milik pribadi ? meminjam cara melihat dari sudut hukum merek, pertanyaannya ialah siapa pemilik hak merek Pancasila ? tentu saja jawabnya adalah Negara. Hal ini mirip dengan lambang lambang negara yang tidak bisa diklaim sebagai milik pribadi. Penggunaan kosakata Pancasila sebagai merek organisasi, institusi, tidak sejalan dengan kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara. Ada ancaman dan bahaya pemburukan terhadap Pancasila yang adalah

Dasar Negara. Ancaman dan bahaya yang dimaksud adalah kinerja dan perilaku organisasi atau institusi tersebut bisa dianggap masyarakat (publik) sebagai representasi Pancasila. Bagaiaman jika organisasi atau isntitusi melegalkan kekerasan atau praktek buruk megelola organisasi? Maka, individu atau massa atau siapa pun tidak bisa disalahan jika menarik kesan bahwa karakter atau sifat dan tindakan, perilaku seperti iutlah Pancasila. Dan kemudian menolak dan sinis tehadap Pancasila. Padahal yang diragakana oleh Organisasi atau Institusi itu, tidak cocok dan tidak mencerminkan nilai nilai dan kedudukan Pancasila. Pertanyaan yang muncul ialah apakah ada peraturan perundangan yang melarang penggunaan kosakata Pancasila untuk menjadi nama organisasi atau institusi? sejauh yang telah ditelusuri, belum ada hukum yang memuat larangan itu, secara tegas atau tersimpul. Mungkin untuk hal semacam inilah diperlukan diterbitkan peraturan perundangan.

Pancasila Bukan Sebagai Pentung Tetapi Paradigma

Jika pada masa rezim orde Baru, ada kalanya Pancasila dipakai untuk: mementung seseorang yang mengakibatkan kariernya tamat, melegitimasi aparat untuk menangkap memenjarakan seseorang dan masih banyak perilaku lainnya. Anti pancasila, itu sering digunakan masa itu. Label anti pancasila, pada masa Orde Baru, sangat mengerikan.

Opini

Page 22: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202020

Membuat yang dilabeli tidak bisa apa-apa. Tidak ada peradilan untuk membersihkan label anti pancasila. Itu ketika Orde Baru.

Orde sekarang tentu saja tidak boleh lagi menjadikan Pancasila sebagai pentung. Semua pihak harus memanfaatkan fungisi kognitifnya, affektifnya dan psikomotoirknya untuk mahami bahwa pancasila adalah gugusan nilai luhur yang harus diimpelentasikan oleh semua pihak. Itu semua memerlukan totalitas pengakuan, penundukan, pengadopsian dalam pikiran dan tindakan. terhadap nla nilai. Menecgah membuat Pancasila sebagai senjata untuk menindas, menyingkirkan atau memfitnah orang lain, merupakan tugas penting semua pihak. Pancasila bukanlah alat melainkan gugus nilai luhur. Praktek kekerasan, prakrek anti demokratis adalah bentuk tindakan yang banyak terjadi dalam mengelola negar bahkan tyerjadi saat ini. Praktek itu, tidaklah sesuai dengan nilai nilai Pancasila. Martabat dan keluhuran manusia Indonesia, dijamin secara pasti oleh Pancasila. Itulah etos yang seharusnya dihayati penyelenggara Neaga dalam mengelola Negara Kesatuan Repebulik Indonesia.

Memistikkan Pancasila

Ada sejumlah orang yang gemar membuat pancasila sebagai sesuatu yang memiliki sifat sifat mistik. Pancasila sakti, katanya. Sepertinya Pancasila memiliki kekuatan magis dan metafisik utk meluluh lantakkan

penentangnya. Dengan segala hormat, harus dikatakan bahwa sukar bahkan bagi masyarakatg berakal sehat tidak mungkin meyakini bahwa Pancasila memiliki kekuatan magis seperti itu. Juga penting di ingat, bagwa anak anak zaman era digital ini, tidak bisa memahami apa yang dimaksud Pancasila Sakti. Sejak dulu telah dinyatakan oleh para penulis Pancasila bahwa sila-sila Pancasila adalah gugusan nilai luhur. Ia akan menjadi kenyataan jika diragakan oleh manusia Indonesia. Jadi subjek pancasila yang utama dan pertama adalah manusia Indonesia yang memiliki kedudukan, jabatan, fungsi, professi berbeda beda. Bahwa nilai nilai Pancasila itu, luhur dan jika dihayati dan dilaksanakan oleh semua manusia Indonesia maka dipastikan akan mampu menangkal atau mengalahkan segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan sila sila pancasila misalnya mencegah dan menentang: sikap dan tindakan yang diskirminatif, anti kepelbagaian, otoriter, anti dialog dsb. Dengan pemahaman demikian, kita menyatakan bahwa subjek Pancasila itulah yang melakukan perlawanan terhadap tindakan yg bertentangan dengan Pancasila.

Perlukah Undang-Undang Tentang Pancasila?

Beberapa kali sudah disebut dalam tulisan ini bahwa memang ada beberapa soal tentang dan dari Pancasila itu yang harus diatur dalam Undang Undang. Misalnya: penggunaan nama

kosakata “Pancasila“ oleh lembaga atau organisasi, Penegasan bahwa Pancasia sebagai sumber dari segala segala hukum, penguatan tehadap Badan pembinaan Indiologi Pancasila dsb. Pada awal tulsian ini sudah ditegasa bahwa berkaitan dengan Pancasila itu sendiri, bagi kami sudah tuntas dan jelas. Meski demikian, perlu ada undang undang yang mengatur tentang implementasi Pancasila dalam mengelola Negara dan Kehidupan masyarakat. Kami memandang penting untuk kepastian melalui undang -undang bahwa dalam setiap perancangan peraturan perundangan, pembahasanya, selalu dirujuk pada nilai Pnacasila. Karena itu harus selalu melibatkan para sarjana yang mendalami Pancasila.

Selain itu, kami juga membutuhkan kepastian melalui undang-undang bahwa setiap penyelenggara negara memahami secara baik semua sila sila Pancasila untuk kemudian menjadi dasar tindakan tindakan mengelola Negara.

Jadi, undang undang yang kita harapkan adalah undang undang tentang pelaksanaan pancasila dalam semua segemen negara, isntitusi yang diberi tangggungjawab untuk menganalisis semua lingkungan penerapan Pnacasila, Pendidikan Pancasila, proses pembudayaan Pancasila. Kita harapkan UU seperti itulah yang akan dibahas setelah dicabut RUU HIP yang menuai kontroversi tersebut. ∎

Page 23: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

21

pernyataan bersama di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (3/7).

Ada empat poin yang tertuang dalam pernyataan bersama tersebut. Pertama, Pancasila adalah dasar negara dan sumber segala sumber hukum negara Republik Indonesia. Secara konstitusional kedudukan dan fungsi Pancasila sudah sangat kuat sehingga tidak memerlukan aturan lain yang berpotensi mereduksi dan memperlemah Pancasila.

Kedua, rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara adalah sebagaimana termaktub dalam alinea keempat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Rumusan-rumusan lain yang disampaikan oleh individu atau dokumen lain yang

berbeda dengan Pembukaan UUD 1945 adalah bagian dari sejarah bangsa yang tidak seharusnya diperdebatkan lagi karena berpotensi menghidupkan kembali perdebatan ideologis yang kontra produktif. Yang lebih diperlukan adalah internalisasi dan pengamalan Pancasila dalam diri dan kepribadian bangsa Indonesia serta implementasi dalam perundang-undangan, kebijakan, dan penyelenggaraan negara.

Ketiga, pemerintah menyatakan menunda pembahasan RUU HIP. Oleh karena itu DPR hendaknya menunjukkan sikap dan karakter negarawan dengan lebih memahami arus aspirasi masyarakat dan lebih mementingkan bangsa dan negara di atas kepentingan partai politik dan golongan.

Keempat, saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi wabah pandemi Covid-19 serta berbagai dampak yang ditimbulkan terutama sosial dan ekonomi. Karena itu semua pihak hendaknya saling memperkuat persatuan dan bekerjasama untuk mengatasi wabah pandemi Covid-19 dan dampak yang ditimbulkannya serta menjaga situasi kehidupan bangsa yang kondusif, aman, dan damai.

Sebelumnya, lembaga keagamaan

Pernyataan sikap wakil lembaga keagamaan

Pernyataan Bersama Lembaga Keagamaan; Tolak RUU HIP

Penyusunan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) menjadi polemik di tengah masyarakat. Pro-kontra menyelimuti rancangan-undang-undang yang telah ditetapkan dalam Prolegnas Prioritas Tahun 2020 ini.

Sejumlah pimpinan lembaga keagamaan di Indonesia, turut angkat suara. Adalah Abdul Mu’ti (PP Muhammadiyah), Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty (PGI), KH. Helmy Faisal Zaini (PB NU), Romo Agustinus Heri Wibowo (KWI), KS Arsana (PHDI), Pandita Citra Surya (PP PERMABUDHI), dan Xs Budi S Tanuwibowo (Matakin), mengeluarkan

Pernyataan bersama Lembaga Keagamaan; toLaK ruu hiPPernyataan bersama Lembaga Keagamaan; toLaK ruu hiP

Varia

Page 24: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202022

di Indonesia telah mengeluarkan pernyataan sikap masing-masing terkait RUU HIP ini. PGI misalnya. Dalam pernyataan sikap yang dikeluarkan pada 2 Juli 2020 menegaskan, yang dibutuhkan saat ini adalah sebuah undang-undang yang difokuskan untuk memperkuat posisi dan tanggungjawab BPIP terhadap pembinaan implementasi Pancasila dalam perilaku etis berbangsa dan bernegara. Sebuah undang-undang yang tidak memberi ruang untuk terjadinya penafsiran ulang sila-sila Pancasila dan keutuhannya yang selama ini telah diterima sebagai ideologi bangsa yang bersifat final.

Terhadap pertimbangan itu, PGI mengapresiasi keputusan pemerintah saat ini untuk menunda pembahasan RUU HIP. Selama masa penundaan ini, PGI berpendapat baiknya pemerintah dan parlemen membuat daftar masalah setelah mendengar masukan dari berbagai elemen masyarakat yang sangat mencintai Pancasila. PGI mendukung sepenuhnya mekanisme konstitusional yang dikelola secara kredibel dan transparan oleh pemerintah dan parlemen untuk menyikapi berbagai masukan dan pertimbangan publik terhadap masalah ini.

Sedangkan kepada masyarakat, PGI mengimbau untuk tetap tenang dan menjaga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit akibat Pandemi Covid-19 saat ini. Apapun

pandangan dan tanggapan terhadap polemik perumusan RUU HIP hendaklah disampaikan secara bermartabat dalam koridor hukum dan perundang-undangan yang berlaku, sambil mewaspadai upaya-upaya yang mempolitisir polemik ini untuk tujuan-tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Sementara itu, PP Muhammadiyah bertekad mengawal RUU tersebut dengan menyiapkan tim “jihad konstitusi” yang diketuai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti. 

Sebagaimana diketahui, RUU HIP merupakan usulan DPR RI, dan dalam rapat Badan Legislasi (Baleg) pada 22 April 2020, ditetapkan dalam Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2020. Fraksi PDIP dan Nasdem menyetujui sepenuhnya RUU HIP tanpa syarat. Sedangkan Golkar mendukung pembahasan dilanjutkan dengan sejumlah catatan. Gerindra juga menyetujui draf dengan catatan. 

Fraksi PKB menyetujui draf RUU dilanjutkan sebagai inisiatif DPR dengan catatan menambahkan rumusan UUD 1945 sebagai konsideran. Sedangkan Fraksi Demokrat menarik keanggotaan dari panja karena merasa regulasi itu tak mendesak dibahas saat rakyat sedang kesulitan menghadapi pandemi Covid.

Fraksi PKS meminta RUU disempurnakan lebih dulu sebelum diajukan ke sidang paripurna dengan menguatkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa serta dimasukkannya TAP

MPRS XXV/MPRS/1966 sebagai konsideran. Soal perlunya TAP MPRS XXV/MPRS/1966 sebagai konsideran, juga disampaikan Fraksi PAN. Sementara Fraksi PPP meminta beberapa penyesuaian dan meminta kedudukan BPIP sejajar lembaga negara lainnya.

Sejatinya, dalam Ketentuan Umum, RUU HIP dijelaskan sebagai pedoman bagi cipta, rasa, karsa, dan karya

kedudukan dan fungsi Pancasila sudah sa-ngat kuat sehingga tidak me-merlukan aturan lain yang ber-potensi mereduksi dan mem-perlemah Pancasila.

Page 25: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

23

seluruh bangsa Indonesia dalam mencapai keadilan dan kesejahteraan sosial dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong untuk

mewujudkan suatu tata masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan/demokrasi

yang berkeadilan sosial. Namun ada yang menuding RUU HIP mencabut Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang larangan ajaran komunisme, marxisme, dan leninisme. ∎

Angka-angka perhitungan akibat pengaruh pandemi Covid-19 sudah bergerak menurun. Namun jangan lengah karena suatu saat ini dapat berubah dengan cepat, bila kita semua tidak disiplin melaksanakan protokol kesehatan yang sudah disampaikan pemerintah, seperti cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak.

Demikian ditegaskan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan, dalam diskusi virtual bersama para pendeta dan pimpinan gereja, dengan tema Berubah atau Tertinggal. Tantangan Gereja Memasuki Kenormalan Baru, Senin (1/6). Dialog tersebut merupakan serangkaian diskusi yang digelar dalam rangka Jubileum 70 Tahun Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

“Disiplin individu, dan kolektif harus betul-betul dijalankan. Oleh sebab itu, saya sarankan jangan lelah-lelahnya kalau khotbah dikaitkan kepada disiplin ini, kaitkan kebersamaan, kaitkan

DisiPLin inDiviDu mauPun KoLeKtif KunCi KeberhasiLan PsbbDisiPLin inDiviDu mauPun KoLeKtif KunCi KeberhasiLan Psbb

seperti yang ada dalam Galatia 6:2. Karena PSBB itu sukses sangat bergantung kepada disiplin untuk jaga jarak, cuci tangan dan penggunaan masker. Jangan pernah bosan-bosannya untuk menyampaikan ini,” jelas Luhut.

Dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan, lanjut Luhut, maka itu berarti lebih dari 60 persen kita telah menyelesaikan masalah Covid-19 ini. “Jadi sederhana sekali. Disitulah

kunci keberhasilan kita, betapa dahsyatnya penggunaan masker. Kita tidak perlu ketakutan yang berlebihan, dan juga kita perlu cek ricek agar tidak mudah menyebarkan berita-berita di media sosial yang tidak jelas sehingga menimbulkan ketakutan karena itu tidak baik,” tambahnya.

Memasuki masa kenormalan baru yang akan ditetapkan oleh pemerintah, Luhut juga mengingatkan pentingnya

Luhut Binsar Panjaitan dalam webinar PGI

Varia

Page 26: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202024

disiplin untuk melakukan protokol kesehatan. Karena dengan demikian kita telah ikut mengurangi orang yang sakit atau meninggal akibat kelalaian kita. Selain itu, pentingnya koordinasi dengan pemerintah, baik pusat maupun daerah. “Jadi sekali lagi saya tekankan kepada Bapak Ibu kalau khotbah selalu menekankan disiplin ini. Ini menjadi momentum yang baik bagi kita untuk mengingatkan anak, anak, keluarga kita, dan jemaat untuk selalu disiplin,” ujarnya.

Lebih jauh Luhut menjelakan, kebijakan social distancing merupakan pilihan tepat yang telah diambil oleh pemerintah. Presiden Jokowi dengan cermat mempelajari, mendengarkan, dan melihat semua yang terjadi sehingga dikeluarkanlah apa yang

disebut PSBB. Berbagai upaya terus dilakukan, termasuk upaya yang berbasis masyarakat yang dikembangkan saat ini, begitu pula dengan alokasi anggaran.

“Covid-19 mempercepat kemandirian sektor nasional, seperti misalnya kita baru sadar kalau alat-alat kesehatan, obat, APD dan lainnya itu 90 persen kita impor, sekarang Presiden menekankan kita akan memakai memproduksi sendiri. Nah, saya menghimbau agar putra-putri kita di gereja terlibat untuk memproduksi di dalam negeri,” katanya.

Dalam kaitan itu, pemerintah juga ingin memajukan program Bangga Buatan Indonesia untuk membantu transformasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

dari offline ke online. Karena akibat pandemik Covid-19 ini terjadi penurunan penjualan produk UMKM. Pemerintah menargetkan sampai akhir tahun ini penjualan akan semakin bertambah. “Gereja saya harap bisa berperan di sini, supaya jemaat-jemaat bisa masuk dalam program ini,” ujarnya.

Diskusi virtual yang berlangsung selama 3 jam itu, banyak memberikan masukan kepada seluruh peserta. Tidak hanya pertanyaan tetapi juga informasi disampaikan dalam sesi tanya jawab, termasuk apa yang telah dilakukan oleh gereja dalam rangka bersama-sama menolong masyarakat yang terdampak Covid-19. ∎

Melihat masih tingginya aktivitas masyarakat terutama petani dan pedagang di pasar-pasar tradisional yang ada di seluruh wilayah pelayanan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), baik di perkotaan maupun di pedesaan, sehingga banyak orang berkumpul dan melakukan transaksi jual beli. Begitu juga masih banyaknya masyarakat yang pergi berbelanja ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari, yang sangat rentan untuk

tertular dan menularkan virus kepada orang lain.

Untuk itu, Moderamen GBKP melalui Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 GBKP pada 1 Mei 2020 telah me-launching pasar online berbasis aplikasi dengan nama “TIGATA”. Aplikasi ini dapat di instal melalui tautan atau link: bit.ly/Tigata.

Pembuatan aplikasi pasar berbasis online ini, menurut Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt. Agustinus

Pengarapen Purba, S.Th, M.A, bertujuan untuk membantu para petani. Karena pada saat ini banyak harga produk-produk pertanian yang anjlok di pasar sementara harga kebutuhan pokok masih tinggi. Hal ini menyebabkan banyak petani yang mengalami krisis ekonomi, pasar online ini juga memberikan harga yang murah kepada para konsumen.

Selain itu, memberikan solusi kepada masyarakat untuk tetap

teKnoLogi aPLiKasi untuK Petani Dan masyaraKat Dari gbKPteKnoLogi aPLiKasi untuK Petani Dan masyaraKat Dari gbKP

Page 27: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

25

tinggal di rumah sehingga mempercepat pemutusan mata rantai penyebaran virus Covid-19 di wilayah-wilayah pelayanan GBKP.

Seperti diinformsaikan sebelumnya melalui media

sosial facebook Moderamen GBKP, aplikasi yang masih dalam tahap uji coba ini, dibuat untuk membantu para Petani menjual Produk kepada Konsumen, dan dibuat secepat mungkin untuk menjawab pergumulan situasi

Pandemi Covid-19 saat ini. Aplikasi ini digagas GBKP melalui Diakoni dan Tim GUGUS Covid-19 GBKP bersama #paktanidigital. ∎

Dalam menghadapi pandemi corona pemerintah memberikan bantuan sembako dan juga bantuan dana kepada keluarga yang terdampak dengan sejumlah kriteria. Dalam operasionalnya, lurah dan desa, kalau di Toraja disebut Lembang, mendata keluarga yang terdampak. Namun dalam operasional di lapangan,

Lumbung DiaKonia gereJa toraJa: menJangKau yang beLum terJangKau

Lumbung DiaKonia gereJa toraJa: menJangKau yang beLum terJangKau

sering ada yang telupakan atau tidak masuk dalam data mereka (pemerintah, red) namun sangat membutuhkan secara ekonomi. Inilah yang kemudian disebut belum terjangkau.

Berangkat dari kondisi nyata di lapangan, maka Gereja Toraja membuat apa

yang disebut LUMBUNG DIAKONIA: Menjangkau yang Belum Terjangkau & Bangun Kemandirian Pangan. Lumbung Diakonia pada dasarnya merupakan gerakan bersama menghadapi dampak pandemi Covid 19, yang diharapkan hadir di seluruh lingkup pelayanan Gereja Toraja, baik Jemaat, Klasis, Wilayah dan Sinode, dengan peran yang tentu disesuaikan dengan konteks pelayanan masing-masing.

Lumbung Diakonia pertama dimaksudkan sebagai upaya tanggap darurat pemberian bantuan pangan untuk mendukung upaya pemerintah di daerah menjangkau warga masyarakat yang belum terjangkau.

Karena itu, segenap jemaat diharapkan memperhatikan dengan seksama warga jemaat dan masyarakat di wilayah pelayanannya, sebagaimana yang sudah dan sedang dilakukan di

Penyerahan bantuan lumbung diakoniaSumber: Palopopos.co.id

Varia

Page 28: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202026

sejumlah jemaat. Jika jemaat setempat belum mampu berdiakonia secara mandiri, maka diharapkan dapat ditangani bersama di lingkup pelayanan yang lebih luas seperti klasis, wilayah, atau sinode.

Lumbung Diakonia Crisis Centre Gereja Toraja, melalui Lumbung 1 di Rantepao dan Lumbung 2 di Makale, berupaya fokus pada area/warga yang belum sempat terjangkau, baik oleh pemerintah setempat ataupun melalui jemaat-jemaat terdekat. Oleh sebab itu, pada tahap awal kini, rekan-rekan pengurus wilayah sedang berupaya mengidentifikasi jemaat-jemaat yang sudah mampu berdiakonia secara mandiri, bahkan bisa berbagi ke jemaat lainnya.

Fokus Lumbung Diakonia yang kedua, ialah gerakan bersama semua komponen masyarakat membangun kemandirian pangan dalam waktu dekat, gerakan menanam dan memelihara ikan, dan sebagainya. Kerja sama di semua lingkup pelayanan dengan pemerintah dan segenap pihak lainnya diharapkan dapat mendorong terwujudnya upaya ini.

Lumbung dimaknai sebagai Tempat untuk duduk (tongkon) membicarakan hal-hal yang penting, tempat menyimpan stok berbagai kebutuhan, tempat untuk mengambil dan membagi secara arif apa yang dibutuhkan, simbol kemauan berusaha untuk mencukupkan kebutuhan dan persediaan cadangan berbagai bentuk kebutuhan, terutama

pangan, serta simbol harapan dan doa, kiranya Tuhan memberkati usaha dan pekerjaan sampai memberi hasil yang melimpah.

Terkait harapan di atas, hingga kini melalui bantuan sejumlah pihak khususnya melalui Dewan Penasehat Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI), telah dilakukan sejumlah langkah koordinasi yang diharapkan dapat membantu kita segera dalam penyediaan bibit.

Dalam operasional lapangan, Lumbung Diakonia ini sudah menerima sejumlah sumbangan baik berupa beras, indomie, uang, dan berbagai jenis sembako baik lewat kantor di Tana Toraja yang beralamat di kantor Badan Pekerja Sinode Wilayah III Makale (BPSW III Makale) maupun di kantor Rantepao. Nantinya tentu akan berkoordinasi dengan jemaat untuk dapat melihat keluarga keluarga yang belum terjangkau oleh bantuan pemerintah dan layak untuk mendapatka bantuan.

Dalam implementasi di lapangan, program Lumbung Diakonia disinkronkan dengan program Persekutuan Kaum Bapak Gereja Toraja (PKBGT) . Hal ini sudah ditindak lanjuti oleh sejumlah Klasis dan Jemaat dalam lingkup Gereja Toraja.

Program yang dicanangkan Gereja Toraja merupakan bagian dari kegiatan sosial dan solidaritas global merawat bumi dan sesama. ∎ (Aleksander Mangoting)

Lumbung Diakonia...dimaksud-kan sebagai upaya tanggap darurat pemberian bantuan pangan untuk men-dukung upaya pemerintah menjang-kau warga masya-rakat yang belum terjangkau.

Page 29: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

27

uPaya meneguhKan Penghayat KePerCayaan Di ruang PubLiK

uPaya meneguhKan Penghayat KePerCayaan Di ruang PubLiK

Sejak Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan judicial review Undang-Undang Administrasi Kependudukan 2017 lalu, terlihat adanya kemajuan konstitusional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setelah sekian lama masyarakat dari komunitas penghayat kepercayaan mengalami berbagai perlakuan diskriminasi dan tidak mendapatkan secara penuh hak-haknya sebagai warga negara yang sepatutnya.

Sebagai manusia yang hidup di satu bumi, tentunya langkah pemerintah untuk memberikan hak konstitusional kepada warga negara secara setara patut diapresiasi. Persoalannya kemudian adalah pasca putusan MK tersebut, meskipun Penghayat Kepercayaan sudah mendapatkan hak konstitusinya, namun dalam interaksi sosial dan/atau ruang publik masih belum terlihat pengakuan yang setara kepada komunitas penghayat kepercayaan, baik oleh pemerintah maupun organisasi-organisasi sipil lainnya.

Demikian latarbelakang dari webinar bertajuk Rekognisi Penghayat Kepercayaan di Ruang Publik yang dilaksanakan oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jumat (12/6). Webinar yang dipandu oleh Nia

Sjarifudin ini, menghadirkan nara sumber Pdt. Gomar Gultom (Ketua Umum PGI), KH. Imam Pituduh (PBNU), Augustine Dwi (Yayasan Satunama), dan Retno Lastani (MLKI).

Mengawali webinar, Retno Lastani menuturkan ketika era reformasi, intern penghayat sendiri mulai bangkit, didukung oleh LSM, dan para tokoh agama. Kemudian disahkanlah UU Adminduk yang harus diterima meski masih terasa adanya diskriminasi. Sebab itu, rekognisi di ruang publik dibutuhkan para penghayat kepercayaan untuk dapat melaksanakan ibadahnya, bekerja dan bermasyarakat tanpa dikucilkan atau dianggap aneh. Dan mendapatkan image yang setara dengan yang lainnya.

Menurutnya, dengan adanya rekognisi ini diharapkan ada perlindungan, dan implementasinya dijalankan dengan konsisten. Sehingga, kita bisa hidup bersama-sama dan merasa aman melakukan keyakinan kita di ruang publik.

Hal senada juga disampaikan Augustine Dwi. Dia melihat, rekognisi bagi penghayat kepercayaan memang masih harus diperjuangkan tiada henti, dan melalui jalan panjang. Sebab itu, yang perlu dilakukan adalah kerja bersama, kerja kolaboratif, dan melibatkan kawan-kawan penghayat kepercayaan.

“Penghayat kepercayaan sudah lama ada di Indonesia, sebelum jaman modern, sudah ada agama lokal. Dari data yang kita dapatkan

Varia

Page 30: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202028

ada 190 komunitas penghayat kepercayaan terorganisasi. Pasang surut sudah dijelaskan bu Retno, dan saya sangat sedih, apa yang dialami teman-teman tidak bisa diterima. Mereke berpikir ini suatu yang primitif, mistik, ghoib, apa yang dilakukan teman teman penganut kepercayaan menyimpang,” kata Augustine.

Sementara itu, Pdt. Gomar Gultom melihat akar persoalannya ada di UU PMPS No 1 Tahun 1965. Perjalanan sejarah Indonesia seolah-olah dikapling oleh 6 agama yang ada. “Kesimpulan ini cukup valid, perhatikan regulasi yang ada terkait penyebaran agama, misal surat edaran menteri agama, keputusan mentri, selalu ditekankan dakwah disebut kepada mereka belum beragama dari enam agama itu, yang di luar agama itu sah-sah aja didakwah.

Selain itu, adanya sekarang ini budaya atau dekade kerakusan. Hampir tidak ada hari kita tanpa hura-hura, mengumbar amarah, bukan hanya ekonomi tapi juga dalam kehidupan beragama. Akhirnya agama-agama merebut ruang publik. “PGI ikut mendukung adanya

judicial revieuw terhadap UU PMPS ini. Bagaimana kerasnya mencabut ini, sayangnya kita dikalahkan, tetapi kita masih ingat, dalam keputusan MK masih sempat Sunda Wiwitan bertemu dengan ketua ditegaskan perlunya ekskutif review dan legislatif review. Ini yang tidak jalan. Tetapi kita ingat 2018, kembali MK menolak gugatan Ahmadiyah yang mengatakan kontitusional tidak diadukan. Dari sini saya mau katakan perlunya jaminan konstitusional, bukan hanya agama juga berkeyakinan,” ujarnya.

Pdt. Gomar mengusulkan untuk tetap dilakukan advokasi dalam legislasi nasional. Di sisi lain perlu kampanye internal masing-masing agama untuk perlu menghidupi bergama secara substansial.

Sedangkan Imam Pitudu melihat tantangan yang kita hadapi di era reformasi industri, 4.0 di mana percapatan perubahan yang luar biasa, kemanusiaan juga ikut bergerak. Dikhawatirkan orang tidak lagi peduli terhadap agama, relasi antar iman, juga bagaimana menjaga kedaulatan pangan.

“Adanya tatanan dunia baru, dimana posisi kawan penghayat kepercayaan, sekarang bisa digerus. Local society, jangan kan yang seagama, yang berbeda agama dianggap itu menyakitkan, hari ini batuk juga dibenci, langsung dianggap corona,” ujarnya.

Kaitannya dengan rekognisi, menurut Imam, bukan hanya sekedar afirmasi, tapi bagaimana pemerintah menjamin keadilan ditengah keberagaman. “Agama juga mendorong keadilan itu, jika ada agama menguluarkan fatwa yang engga benar” katanya.

Imam menambahkan, perlunya ada kepastian hukum, dan tidak membuat tafsiran sendiri. Disinilah kelemahan kita karena tidak ada pemuka agama yang masuk pada regulator. Kita harus berjuang jihad di regulasi, kalau tidak terus menerus  judial review. Selain itu, pentingnya komitmen membangun kepercayaan ini penting, kita dorong pemerintah membuat perlindungan.  Bagaimana kita juga menjaga keberagaman, beragam caranya, melihatnya secara utuh. ∎

meLePas KePergian PDt. em. Prof. suLarso soPater, D.th.meLePas KePergian PDt. em. Prof. suLarso soPater, D.th.Gerakan oikoumene di Indonesia, bahkan dunia, kembali berduka atas berpulangnya Pdt. Em. Prof. Sularso Sopater, DTh, dalam usia 86 tahun, pada Jumat, 26

Juni 2020 pukul 18:46 WIB, di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta. Sebelumnya, almarhum sempat dirawat selama lebih dari satu minggu.

Pak Larso, panggilan akrabnya, lahir di Yogyakarta, 9 Mei 1934. Meraih gelar Master Teologi di Grand Rapids Michigan USA tahun 1975, lalu mengajar

Page 31: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

29

dogmatika di STT Jakarta sejak tahun 1978. Gelar doktor teologi diperoleh dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.

Pelayanan Sularso Sopater diawali sebagai pendeta di Gereja Kristen Jawa, Ketua Sinode GKJ, dan terakhir sebagai Ketua Umum PGI selama 3 periode (1987-1989, 1989-1994, dan 1994-1999).

Sedangkan di pemerintahan, Sularso Sopater pernah menjabat sebagai Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dari era Soeharto hingga Megawati. Setelah itu DPA dihapus dalam UUD 1945 yang diamendemen. Dan, pada 13 Agustus 1999 menerima Bintang Mahaputera Utama dari Presiden RI, (Alm) BJ Habibie.

Saat ibadah pelepasan yang dilaksanakan oleh PGI bersama STFT Jakarta di Capel RS. PGI Cikini, Sabtu (27/6), Ketua

Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, menuturkan, kehadiran Pak. Larso lebih sebagai sosok Bapak bagi para mahasiswa STT Jakarta ketika itu.

“Kami yang satu angkatan ketika itu, sangat dekat sekali dengan beliau. Dalam facebook saya menulis berbagai peristiwa yang mewarnai perjalanan kami sebagai mahasiswa ketika itu. Dari berbagai obituari yang saya baca, hampir semua mahasiswanya senada dengan apa yang disampaikan dalam khotbah tadi, bahwa kehadiran beliau lebih sebagai sosok Bapak bagi kami, yang mengayomi anaknya. Tidak banyak bicara tetapi memberi teladan dari laku dan sikap hidupnya yang sangat bersahaja,” jelasnya.

Lanjut Pdt. Gomar, saat menjabat sebagai Ketua Umum PGI Sularso Sopater membawa warna dalam peran dan kepemimpinannya, termasuk membawa corak tersendiri juga bagi gereja di Indonesia.

Perjalanan kepemimpinannya justru dijalaninya di masa-masa sulit, karena saat itu Indonesia sedang beralih dari masyarakat yang selama 30an tahun di bawah rezim militeristik, menuju kepada demokratisasi, yang banyak diwarnai oleh eforia reformasi ketika itu.

“Salah satu isu yang menyeruak ketika itu, dan ada dibenak kita semua yaitu penyerahan emas ke Istana. Framing media dan kepentingan politis orang-orang tertentu ketika itu, sadar atau tidak telah menjebak kita semua, menjebak para pimpinan gereja dan juga menjebak para sahabatnya, bahkan murid-muridnya. Tetapi 18 tahun kemudian ketika peluncuran buku Sularso Sopater: Kukuh di Jalan Ibu pada April 2016, beliau menjawab duduk soal yang sebenarnya,” kata Pdt. Gomar.

Menurutnya, di situlah letak keunggulan kepemimpinan Pak. Larso, yang bersedia memikul beban orang lain, tidak mau melempar kesalahan dan tanggungjawab kepada orang lain.

“Artinya beliau membenam semua cercaan yang tidak pada tempatnya itu bagi dirinya sendiri. Mungkin kita bertanya mengapa beliau mendiamkan hal itu sebegitu lama? Tetapi bagi saya sebagai orang yang mengenal beliau lebih dekat, justru disitulah letak keunggulan kepemimpinan beliau,” tegasnya.

Sebagai wujud penghormatan terakhir dan penghargaan kepada Pdt. Em. Prof. Sularso Sopater,

Ibadah di Grha Oikoumene sebelum menuju TPU Pondok Kelapa

Varia

Page 32: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202030

keluarga serta Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ), keluarga besar PGI, pensiunan, serta lembaga mitra melaksanakan ibadah syukur di Grha Oikoumene, sebelum jenazah diberangkatkan menuju TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Minggu (28/6).

Pada kesempatan itu, MPH-PGI menyerahkan tanda kasih kepada keluarga berupa foto Sularso Sopater dalam ukuran besar dengan kalimat yang sering diucapkannya dalam setiap kesempatan yaitu “Kasih Sejati Melandasi Gerakan Oikoumene”

serta karangan bunga.

Karangan bunga juga diberikan oleh Majelis Pertimbangan PGI Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat-Lebang kepada keluarga, dan Pdt. Jois Manarisip dari Mission 21 kepada Sinode GKJ. Sedangkan Pdt. Weinata Sairin menyerahkan kenang-kenangan berupa foto dan video Sularso Sopater kepada keluarga.

“Saya berharap gereja-gereja mempersiapkan sumber daya manusia ke depan yang karakternya model Pak Larso. Hal ini bisa dimulai dengan

mengumpulkan pemikiran-pemikiran almarhum lalu dibukukan, semacam ensiklopedi atau apa,” ujar Pdt. Weinata Sairin ketika ditemui BO saat acara tersebut.

Bercerita mengenai Pak. Larso, mantan Wasekum PGI tersebut memandang almarhum sebagai sosok yang egaliter, humble, tidak neko-neko, mengapresiasi siapapun, dan tidak memandang orang dari latarbelakangnya.

Selamat jalan Pak. Larso. Karya dan ketauladananmu akan selalu kami kenang. ∎

oiKonomiCs, Pengembangan eKonomi Jemaat Di tengah PanDemi CoviD-19oiKonomiCs, Pengembangan eKonomi Jemaat Di tengah PanDemi CoviD-19

Kita tidak bisa menutup mata atas tantangan yang dihadapi oleh sebagian anggota jemaat yang merupakan dampak langsung dari Pandemi Covid-19, yaitu menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja maupun mereka yang kehilangan mata pencarian akibat dari kebijakan PSBB. Sebab itu, perlu dipikirkan bagaimana semua simpul gereja berkolaborasi sehingga menjadi sebuah kekuatan yang besar, bagi peluang-peluang interpreunership bisnis-bisnis online.

Jauh menjelang Sidang Raya PGI, November 2019 di Waingapu, kolaborasi teman-teman di

Bidang Keadilan dan Perdamaian PGI dan Yakoma PGI telah coba merancang sebuah platform digital untuk pemberdayaan ekonomi. Adalah Elya Geraldy Muskitta yang memperkenalkan program Oikonomics

memungkinkan ini semua. Meski di awal terseok-seok, tiba-tiba bangkit dan dengan cepat mendarat di benak banyak pihak, dan dari ragam lapisan serta berbagai wilayah.

Salah satu dari yang kini menggeliat adalah banyaknya emak-emak yang terfasilitasi

dengan platform ini, antara lain para pemula bisnis kuliner. Mulai dari jamu, kopi, kue wajik, babi panggang dan lainnya. Semua olahan rumahan, bersih dan dikemas apik.

Bagi yang ingin gabung dan manfaatkan platform ini silahkan klik https://oikonomics.id. Di sana tersedia ragam peluang dan fasilitas, antara lain: konsul online, digischool, kolaborasi dan sebagainya. ∎

Page 33: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

31

KePutusan PresiDen erDogan mem-bangKitKan “KeseDihan Dan Ke-geLisahan” Dewan gereJa se-Dunia

KePutusan PresiDen erDogan mem-bangKitKan “KeseDihan Dan Ke-geLisahan” Dewan gereJa se-Dunia

Pimpinan Dewan Gereja Sedunia yang berbasis di Jenewa telah menulis surat kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyatakan “kesedihan dan cemas” dari anggota WCC atas keputusannya untuk mengubah Hagia Sophia yang terkenal di dunia menjadi masjid.

Pdt. Prof Dr Ioan Sauca, Sekretaris Jenderal WCC sementara, mengirim surat itu kepada presiden Turki pada tanggal 11 Juli dan mencatat bahwa sejak 1934, “Hagia Sophia telah menjadi tempat keterbukaan, pertemuan, dan inspirasi bagi orang-orang dari semua bangsa dan agama.

Dia mengatakan itu telah menjadi “ekspresi kuat” dari “komitmen Turki untuk sekularisme dan inklusi dan keinginannya untuk meninggalkan konflik masa lalu.”

Hagia Sophia pertama kali dibangun 1.500 tahun yang lalu sebagai katedral Kristen Ortodoks dan diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman pada tahun 1453. Namun pada tahun 1934, ia menjadi museum dan sekarang menjadi situs Warisan Dunia UNESCO.

Sauca menulis, “Saya berkewajiban untuk menyampaikan kepada Anda

kesedihan dan kekecewaan Dewan Gereja-Gereja Sedunia - dan dari 350 gereja anggotanya di lebih dari 110 negara, yang mewakili lebih dari setengah miliar orang Kristen di seluruh dunia - pada langkah yang Anda miliki baru saja diambil.

“Dengan memutuskan untuk mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid, Anda telah membalikkan tanda positif keterbukaan Turki dan mengubahnya menjadi tanda pengucilan dan perpecahan.”

Sauca mengatakan bahwa sayangnya, keputusan di Turki diambil tanpa pemberitahuan

atau diskusi dengan UNESCO mengenai dampak keputusan tersebut terhadap nilai universal Hagia Sophia yang diakui di bawah World Heritage Convention.

“Selama bertahun-tahun, Dewan Gereja Sedunia telah melakukan upaya besar untuk mendukung keterlibatan aktif gereja-gereja anggotanya dalam dialog antaragama, dalam rangka membangun jembatan saling menghormati ... antara berbagai komunitas agama.

“Lebih jauh lagi, dalam masa-masa sulit, WCC bersama dengan

Hagia Sofia di Istanbul, Turkey

Internasional

Page 34: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202032

gereja-gereja anggotanya telah berbicara dalam membela dan mendukung komunitas agama lain, termasuk komunitas Muslim, agar hak dan integritas mereka dihormati,” kata Sauca.

Mengubah “tempat lambang” seperti Hagia Sophia dari museum kembali ke masjid akan “tak

terhindarkan akan menciptakan ketidakpastian, kecurigaan dan ketidakpercayaan, merongrong semua upaya kami untuk menyatukan orang-orang dari agama berbeda di meja dialog dan kerja sama.”

WCC juga khawatir keputusan itu “akan mendorong ambisi

kelompok lain di tempat lain yang berusaha untuk membatalkan status quo yang ada dan untuk mempromosikan perpecahan baru antara komunitas agama”. (www.oikoumene.org). ∎

PeLeCehan haK asasi manusia berKeDoK CoviD-19 Di KoLombia

PeLeCehan haK asasi manusia berKeDoK CoviD-19 Di KoLombia

Berkedok isolasi untuk mencegah penyebaran COVID-19, kekerasan beragam terjadi di Kolombia, serta pelanggaran terhadap hak-hak para pemimpin sosial, penduduk asli, Afro-Kolombia, dan para petani.

Hal tersebut terkuak dalam seri webinar pertama yang dipromosikan oleh DIPAZ, terkait sikap antar-gereja untuk dialog perdamaian, untuk mendorong dialog multilateral tentang keadaan hak asasi manusia dan tantangan proses perdamaian, yang diadakan pada 9 Juli.

Pdt. Douglas Leonard, perwakilan Dewan Gereja Dunia (WCC) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, menyatakan keprihatinannya bahwa pembunuhan telah meningkat selama pandemi COVID-19, dengan peningkatan hingga 37% kepada para pemimpin sosial dan mantan kombatan.

“Pandemi COVID-19 tidak boleh

digunakan sebagai pembenaran untuk mengurangi perlindungan,” katanya. “Kami prihatin dengan marginalisasi berkelanjutan dari komunitas miskin Afro-Kolombia, Pribumi dan pedesaan. Dialog, untuk berhasil, harus inklusif. “

Ada pembunuhan berulang, ancaman kematian, pemindahan, pemusnahan paksa tanaman

terlarang, dan perampasan tanah di Kolombia. Ekonomi ilegal menciptakan tempat berkembang biak bagi operasi kelompok bersenjata dan kriminal.

Kelambanan negara dalam menangani ketidakadilan yang mendasar telah mengakibatkan meningkatnya militerisasi kehidupan di daerah pedesaan,

Seorang lelaki tua dari Micoahumado, Bolivar Selatan.

Page 35: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

33

dengan pelanggaran polisi dan militer yang menghancurkan kehidupan masyarakat.

Webinar ini menyoroti perlunya menciptakan dialog multi-pemangku kepentingan, dengan fokus pada realitas lokal terkait dengan situasi hak asasi manusia dan perdamaian di daerah pedesaan, tantangan yang dihadapi oleh entitas regional dan masyarakat sipil, dan peluang untuk rekonsiliasi.

Alina Entelis, dari Organisasi Dewan Keamanan, mengingatkan para peserta bahwa setiap tiga bulan Dewan Keamanan bertemu untuk mendengar laporan Misi Verifikasi di Kolombia dan bahwa saat ini semua anggota Dewan Keamanan PBB menegaskan perlunya membawa pelaku kekerasan ke pengadilan.

Bersama dengan DIPAZ, gereja anggotanya, Gereja Presbiterian Kolombia, dan beberapa gereja

dan mitra ekumenis, WCC telah bekerja untuk mendukung proses perdamaian Kolombia selama bertahun-tahun. Pada 2019, WCC terus memonitor dan melaporkan kembali ke sistem PBB tentang kurangnya implementasi penuh perjanjian damai dengan FARC, yang sebelumnya merupakan kelompok gerilya terbesar di Kolombia. (www.oikoumene.org) ∎

aKanKah CoviD-19 memburuK Kerawanan Pangan Di asia?aKanKah CoviD-19 memburuK Kerawanan Pangan Di asia?Akankah Covid-19 Memburuk Kerawanan Pangan di Asia? Demikian tema dari rangkaian konferensi virtual yang diinisiasi oleh Christian Conference of Asia (CCA), dan telah berlangsung sejak 30 April-28 Mei 2020. Kegiatan yang berlangsung selama satu bulan ini, diikuti lebih dari 2.500 orang peserta baik dari CCA, media sosial, selain sekitar 60 peserta terdaftar dan diundang via Zoom.

Para panelis merupakan para ahli ketahanan pangan yang mewakili Program Pangan Dunia PBB (UN-WFP), organisasi masyarakat sipil (OMS), dan organisasi berbasis agama (FBO) yang mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan, yang membahas dampak Covid- 19 krisis ketahanan pangan dan

produksi pangan berkelanjutan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Mereka juga mengeksplorasi restrukturisasi budaya agraria baru untuk meningkatkan produksi pangan dan keberlanjutan di Asia yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan di masa depan.

Dr. Mathews George Chunakara, Sekretaris Jenderal CCA, yang memoderatori sesi ini, memperkenalkan tema tersebut dan mengatakan bahwa bahkan sebelum penyebaran virus Covid-19, masalah ketahanan pangan merupakan masalah serius di beberapa negara di dunia. Pandemi telah memperburuk risiko kerawanan pangan di Asia, dengan situasi terkunci, kendala mobilitas, dan hilangnya lapangan kerja

yang memengaruhi produksi, pasokan, dan distribusi makanan, dan pengurangan kemampuan jutaan orang yang rentan untuk mendapatkan dan membeli makanan.

Menyinggung perlunya membahas tema yang dihadapi, Dr. Mathews George Chunakara menjelaskan, sebagai bagian dari refleksi dan tanggapan terhadap pandemi Covid-19 dan krisis yang terjadi kemudian, adalah kebutuhan waktu untuk memahami hubungan antara pandemi global dan kerawanan pangan. UN-WFP telah memperingatkan ‘bencana kemanusiaan global yang menjulang’ karena Covid-19 dapat menggandakan jumlah orang yang akan menghadapi kelaparan dan kelaparan akut pada akhir

Internasional

Page 36: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202034

2020.

“Kehilangan pendapatan dan kenaikan harga pangan yang paralel telah menyebabkan penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat dari komunitas miskin dan rentan. Karena kekurangan gizi karena asupan makanan yang terbatas dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah, sebagian besar penduduk Asia berada pada risiko yang lebih besar tertular virus virulen. Oleh karena itu, sangat penting untuk merancang solusi pemulihan inklusif untuk ketahanan pangan bahkan pada periode pasca krisis,” tambah Dr Mathews George Chunakara.

Kun Li, juru bicara UN-WFP, mencatat dampak pandemi Covid-19 pada pertanian, mata pencaharian, dan keamanan pangan di Asia. Dia mengatakan bahwa 65 juta orang di kawasan Asia-Pasifik rentan terhadap kekurangan makanan, dan menggambarkan

situasi itu sebagai kuburan dan membutuhkan perhatian mendesak dari para pembuat kebijakan. “Dampak ekonomi akan menimbulkan lebih banyak rasa sakit daripada virus itu sendiri dan akan menggerus keuntungan perkembangan yang dibuat sejauh ini,” katanya.

Mendorong pemerintah untuk meminimalkan risiko bagi warganya, Li mengatakan bahwa negara-negara harus memodifikasi jaring pengaman sosial yang ada untuk menghadapi tantangan unik yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Kehati-hatian perlu diambil untuk memastikan bahwa bagian masyarakat yang rentan, misalnya, pekerja migran dan mereka yang bekerja di sektor informal, tidak lolos dari keretakan. Meskipun produksi pangan secara keseluruhan tidak terpengaruh, gangguan rantai pasokan dan ketersediaan tenaga kerja yang akan menimbulkan masalah di

masa depan. Kejadian perubahan iklim yang parah dalam beberapa bulan mendatang, seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan, bersama dengan konflik bersenjata di beberapa negara bagian cenderung menambah kelaparan.

Dr Ed Sabio, Direktur ECHO Asia, yang berfokus pada kebutuhan untuk membantu petani kecil dan orang miskin di Asia untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mata pencaharian, menekankan nilai perspektif lokal dan masyarakat tentang ketahanan pangan.

“Tidak seorang pun dari kita memiliki pengalaman sebelumnya dengan pandemi atau krisis sebesar ini,” katanya, memberikan alasan untuk perlunya sebuah lensa titik-temu dan kolaborasi sambil menyelesaikan krisis pangan. “Suara-suara petani skala kecil sangat penting dalam mengamankan kemitraan yang bermakna dan inklusif dengan pemerintah,” katanya, sambil menekankan pentingnya merangsang sistem pangan masyarakat, mendukung pertanian keluarga, dan mengembangkan teknologi pertanian berkelanjutan

Dr Sabio berbagi pelajaran untuk diintegrasikan ke dalam desain pasca-pemulihan, dengan mengatakan bahwa pertanian keluarga tahan terhadap risiko dan bahwa sumber makanan yang beraneka ragam menyediakan isolasi terhadap kekurangan gizi. Dia lebih suka menciptakan saling ketergantungan internal

Konferensi virtual oleh Christian Conference of Asia (CCA)

Page 37: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

35

dari pada internasional dan juga berpendapat bahwa strategi jangka pendek untuk mengurangi dampak krisis pangan adalah dengan mendistribusikan benih kepada masyarakat sehingga mereka dapat segera menanam kembali dan memproduksi makanan mereka sendiri.

Manosi Abe Chatterjee, seorang anggota staf muda dari Asian Rural Institute (ARI), berfokus pada pelatihan pertanian berkelanjutan melalui pertanian organik terintegrasi dan pembangunan masyarakat untuk berbagi makanan. Dia merinci situasi khusus negara, menunjuk terutama pada kemandirian pangan Jepang yang suram yang tetap di bawah 40%. Kendala mobilitas dan gangguan rantai pasokan telah sangat meminimalkan impor makanan Jepang.

Menurut Chatterjee, ini berisiko mengingat beberapa rumah tangga tidak akan bisa mendapatkan makanan. Sebaliknya, penutupan sektor pariwisata berarti bahwa sejumlah besar makanan, baik mentah maupun olahan, dibiarkan tidak terjual, dan makanan tanpa pembeli di sektor ini ditinggalkan dan dibiarkan membusuk. Paradoks ini menyiratkan bahwa meskipun ada makanan yang cukup, kelaparan tetap ada dan tidak ada distribusi makanan di antara keluarga yang membutuhkan.

Dia menganjurkan promosi

pertanian sebagai profesi yang layak bagi kaum muda di daerah pedesaan untuk mencapai swasembada dan menanam pangan di dalam negeri. Dia juga mengingatkan para peserta tentang tanggung jawab sebagai konsumen, meminta mereka untuk memperhatikan beberapa pola konsumsi makanan mereka

yang berpotensi merusak; misalnya, menyediakan makanan yang tersedia di luar musim dan mengonsumsi lebih banyak makanan impor daripada makanan yang diproduksi secara lokal.

Usha Soolapani, Direktur Thanal, sekelompok penggemar alam yang berusaha mempromosikan generasi yang sadar lingkungan di India, mengatakan bahwa pekerjaan di pertanian di

negara itu tidak stabil dan tidak dapat diprediksi mengingat musiman sektor ini. Meskipun pengadaan biji-bijian makanan dimungkinkan, sistem distribusi publik cacat dan awalnya tidak berfungsi. Dia menghalangi kompetisi di antara petani dan mengecam sistem pasar bebas sambil mengatakan bahwa kolektif petani dan pengembangan masyarakat adalah kunci dalam mengatasi krisis pangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Soolapani juga membawa perhatian pada masalah malnutrisi perkotaan, karena asupan makanan bergizi keluarga dikompromikan karena kendala keuangan di bawah krisis Covid-19. Beberapa komunitas tidak lagi menumbuhkan makanan yang beraneka ragam karena sistem pangan global-makro. Sementara masyarakat pedesaan dapat mengkonsumsi lebih banyak makanan dengan keanekaragaman hayati, ini tidak terjadi di daerah perkotaan.

Dia merekomendasikan agar OMS dan FBO di daerah perkotaan merancang dan memulai kebun masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang rentan. Dia juga mendorong membangun hubungan antara kolektif petani dan sekolah, di mana sekolah yang memiliki fasilitas untuk itu dapat melibatkan siswa mereka dalam pertanian skala kecil.

Pendeta Jae Hak Ahn, Sekretaris Asosiasi Forum Pertanian Pemberian Kehidupan Kristen

...strategi jang-ka pendek... mengurangi dampak krisis pangan adalah dengan men-distribusikan benih kepada masyarakat...

Internasional

Page 38: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202036

Asia di Korea Selatan, mengatakan bahwa kehidupan sebelum krisis adalah salah satu penderitaan bagi para petani karena perdagangan bebas, pertanian perkebunan, dan pertanian skala besar. Semua ini sangat mendasar pada konsekuensi globalisasi; runtuhnya hambatan perdagangan dan tirani perusahaan pertanian multinasional terhadap petani di negara-negara miskin Asia menyebabkan masyarakat pedesaan hancur dan kehilangan kedaulatan petani benih, yang menyerahkan hidup mereka ke bisnis semata.

Pdt. Ahn memanggil gereja-gereja dunia untuk bertindak dan mendesak mereka untuk memimpin dalam membangun komunitas berdasarkan ‘pertanian pemberi kehidupan’. Dia berkata, “Gereja harus melangkah lebih jauh dalam komunitas ibadah mereka yang beriman, memulihkan hubungan dengan alam, dan menyelamatkan hidup! Tanah yang dipegang oleh gereja-gereja dunia dan denominasi mereka harus dapat diakses secara gratis oleh anggota gereja pedesaan. Gereja harus memberikan landasan untuk pertanian mandiri, mengembalikan hak atas hasil panen mereka kepada petani, dan mempromosikan jalur koeksistensi melalui transaksi produk pertanian antara gereja desa dan kota.”

”Ini akan menjadi cara untuk menghidupkan kembali budaya agraris baru dengan mengembalikan kedaulatan

pangan dan memperkuat lokalitas dalam menghadapi globalisasi,” simpulnya.

Joyanta Adhikari, dari Komisi Kristiani untuk Pembangunan di Bangladesh (CCDB), berbicara tentang dampak krisis COVID-19 terhadap pendapatan dan belanja konsumen sektor-sektor yang terpinggirkan di negara-negara Asia dan bagaimana situasi penguncian dan hilangnya pekerjaan memengaruhi orang-orang dalam hal mereka. ketahanan pangan, pilihan makanan, dan asupan gizi. Dia menekankan pentingnya berinvestasi dalam inovasi dan penelitian dan mengatakan bahwa teknik dan teknologi pertanian yang tahan iklim adalah kebutuhan saat ini.

Dr Ardniel Baladjay, Direktur Departemen Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian dari Universitas Southern Mindanao di Filipina, menyatakan bahwa ada kolaborasi antara berbagai departemen pemerintah dan

universitas negeri mengenai proyek-proyek untuk memungkinkan ketahanan pangan melalui produksi pangan, pemrosesan, dan pemasaran. Departemen Pertanian memastikan kerangka kerja kebijakan yang mendukung, investasi publik, dan layanan dukungan yang diperlukan untuk bisnis yang berorientasi domestik dan ekspor, dan juga menyelaraskan kembali program-program untuk mengatasi kontinuitas dalam rantai pasokan makanan.

Dr. Baladjay menekankan perlunya memperkuat layanan kredit dan dukungan untuk mengembangkan rantai pasokan supermarket benih yang berorientasi petani dan menghidupkan kembali program layanan perluasan pertanian berbasis sains.

Para panelis dengan suara bulat setuju bahwa restrukturisasi agraria besar-besaran diperlukan untuk mengurangi krisis pangan

Page 39: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

37

yang akan datang. Globalisasi dan dominasi rantai pasokan makanan global oleh perusahaan perdagangan raksasa telah menyebabkan sistem yang sangat rumit dan rumit dengan beberapa ketergantungan yang saling berhubungan, sehingga memperburuk kerentanan negara-negara berkembang tertentu di Asia.

Selain itu, sangat penting untuk memperkuat kedaulatan pangan dan mengurangi sensitivitas perdagangan negara-negara sambil memberdayakan para petani untuk melepaskan diri dari sistem global di mana mereka dipaksa untuk mengadopsi praktik-praktik yang tidak berkelanjutan seperti tanaman pertanian tunggal dan pertanian.

Dalam sambutan penutupnya, Dr. Mathews George Chunakara mencatat, “Krisis pangan adalah situasi yang sudah ada sebelumnya yang diperburuk oleh pandemi COVID-19. Meskipun kami telah membuat kemajuan teknologi dan menganggapnya sebagai ‘keberhasilan’ model pembangunan kami, ini terbukti tidak cukup dalam mengatasi ketidaksetaraan, kemiskinan, dan kelaparan di dunia. Memang benar bahwa selama beberapa dekade terakhir, beberapa negara Asia telah memajukan produksi pertanian.

Namun, paradoks dari situasi ini adalah bahwa meskipun makanan tersedia dalam surplus di tingkat makro, aksesibilitas makanan di tingkat rumah tangga tetap menjadi masalah,

terutama di daerah pedesaan terpencil karena kurangnya pendapatan dan kapasitas pembelian yang tepat. Dampak Covid-19 membawa dunia ke tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan konsekuensi sosial dan ekonomi yang mendalam, termasuk membahayakan ketahanan pangan dan gizi.

“Pandemi Covid-19 telah mengungkapkan kenyataan yang lebih tidak nyaman tentang struktur ekonomi dan masyarakat kita yang sekarang harus kita hadapi. Dalam konteks ini, seri webinar CCA telah menjadi langkah pertama untuk

mengatasi dan menanggapi krisis ini, ”kata Dr Mathews George.

Seri webinar CCA diprakarsai sebagai bagian dari upaya advokasi organisasi dan telah berfungsi sebagai platform dan forum untuk berbagi tantangan yang muncul, belajar dari praktik terbaik satu sama lain, dan mengembangkan wawasan dan solusi bersama. (www.cca.org.hk) ∎

Gereja harus melangkah lebih jauh dalam komunitas ibadah mereka yang ber-iman, memulihkan hubung-an dengan alam, dan me-nyelamatkan hidup! Tanah yang dipegang oleh gereja-gereja dunia dan denomi-nasi mereka harus dapat diakses secara gratis oleh anggota gereja pedesaan.

Internasional

Page 40: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202038

M inggu sore di awal Mei 2019, saya meniatkan untuk ikut ibadah di

Stone Church Sa Pa, gereja yang dibangun pada 1934 oleh Prancis. Gereja ini adalah satu dari sangat sedikit bangunan peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh di jantung Sa Pa (kadang ditulis Sapa), kota kecil yang sejuk di utara Vietnam.

Nama Sa Pa (Cha Pa) mulai dikenal pada awal 1900 ketika Prancis memasuki wilayah Lao Cai dan membangun markas militernya di sebuah bukit di kaki gunung Ham Rong. Alamnya yang hijau dengan hawa sejuknya membuat Sa Pa dibangun sebagai destinasi medis dan pelesir bagi orang–orang Prancis yang memerlukan tempat bersantai dan beristirahat dari kepenatan Hanoi. Berbagai fasilitas pun dibangun, seperti rumah-rumah peristirahatan, gereja, sanatorium militer, hotel, vila, juga kantor -kantor cabang pemerintahan.

Kota kecil itu kemudian berkembang dan menjadi tujuan berlibur di musim panas. Untuk memenuhi kebutuhan persediaan makanan, Prancis mengizinkan orang – orang dari etnis Kinh (suku asli Vietnam) untuk datang membuka usaha pertanian dan berdagang. Jalur perdagangan dan transporasi darat, yaitu jalur kereta api yang menghubungkan Hanoi dan Lao Cai serta jalan raya antara Lao Cai dan Sa Pa – pun dibangun demi memudahkan pedagang dari Tiongkok untuk datang berdagang.

Pada awal 1947 ketika Viet Minh menyerang Sa Pa, mereka menghancurkan fasilitas publik yang dibangun oleh Prancis termasuk penginapannya. Tak lama, Prancis kembali menduduki Sa Pa. Namun ketika Prancis akhirnya angkat kaki dari sana;

mereka tega mengebom Sa Pa dari udara, menghancurkan sebagian besar fasilitas yang tersisa yang pernah mereka bangun. Sa Pa ditinggalkan dalam keadaan luluh lantak, dibiarkan terbengkalai hingga awal 1960an pemerintah Vietnam Utara

Gereja Protestan di Hao Tao, Vietnam

KehiDuPan bergereJa Di vietnam

KehiDuPan bergereJa Di vietnam

Page 41: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

39

Kristen Protestan masuk ke Vietnam jauh setelah Roma Katolik diperkenalkan oleh para misionaris Katolik dari Eropa pada abad ke-16, terutama dari Prancis.

meminta pemerintah Lao Cai membenahi Sa Pa kembali.

Saya datang ke Sa Pa saat kota itu telah berubah menjadi destinasi wisata populer Vietnam. Pagi itu saya baru tiba dengan bus malam dari Hanoi, tak sempat mengecek jadwal ibadah di Stone Church Sa Pa. Ketika bertanya kepada Mac, petugas di hostel tempat menginap, dirinya tak tahu karena tak pernah ke gereja. Dia hanya mengatakan, sebagai ikon kota, Stone Church selalu ramai dikunjungi turis di akhir pekan. Saya berpikir selama ada kesempatan, kenapa tidak memanfaatkan waktu untuk beribadah di situ?

Dari penginapan, saya berjalan kaki ke pusat kota untuk mengejar jadwal ibadah sore yang saya kira-kira saja tak jauh berbeda dengan jadwal ibadah pada umumnya di gereja-gereja di Indonesia, pukul 15.00 sore. Ternyata memang ada, jadwalnya ibadah khusus kaum ibu. Bila tak salah mengingat, ada 5 (lima) orang perempuan paruh baya yang telah duduk di dalam gereja sore itu. Suara mereka lamat – lamat memenuhi ruang ibadah dengan pujian dalam bahasa setempat yang sangat asing di pendengaran. Penasaran, saya mengambil buku pujian yang diselipkan di laci bangku dan membolak – balik isinya. Tak ada satupun lagu yang ditulis dalam bahasa Inggris di sana. Sementara perempuan – perempuan itu makin bersemangat bernyanyi.

Vietnam dikenal sebagai negara sosial-komunis yang memberikan kebebasan kepada warganya

untuk memilih agama yang ingin dianutnya. Tak jarang, ada warga yang bisa saja menyebut dirinya beragama Kristen tapi masih juga rajin sembayang ke kuil. Ada pula yang tak jelas agamanya – cenderung menyebut diri tak beragama – tapi di kesehariannya menerapkan ajaran Buddha.

Dulu sekali, ketika Vietnam belum berdiri sendiri sebagai satu negara, kehidupan beragama masih sangat dibatasi sering terjadi kisruh yang dipicu persoalan agama hingga beberapa biksu mengorbankan nyawanya untuk menuntut keadilan kepada pemerintah yang berkuasa. Kini, jika ditilik dari persentase umat, yang terbanyak adalah Buddha (14%), Katolik (7,4%), Cao Dai (1,2%), Kristen Protestan (1,1%), Islam (0,1%), sisanya adalah agama nenek moyang.

Kristen Protestan masuk ke Vietnam jauh setelah

Roma Katolik yang mulai diperkenalkan oleh para misionaris Katolik dari Eropa pada abad ke16, terutama dari Prancis. Wajar saja, karena pada masa itu Laos, Kamboja, dan Vietnam adalah wilayah federasi Perancis – dikenal dengan nama Indocina (French Indochina) – yang menerapkan aturan tidak boleh ada ajaran kristen lain yang masuk ke wilayah tersebut selain yang dibawa oleh misionaris Prancis.

Adalah Robert Alexander Jaffray misionaris dari Christian & Missionary Alliance (C&MA) yang pertama kali dikirim ke Annam (sekarang Da Nang, Vietnam Tengah) pada 1916 untuk melebarkan misi pelayanannya dari Cina ke Vietnam. Selama menjalankan misi, Jaffray memonitor perkembangan pelayanan dari posnya di Wuzhou, Cina yang menjadi kantornya selama 35 tahun dan sesekali melakukan

Historia

Page 42: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202040

Gereja Sa Pa Stone di Vietnam

perjalanan ke Vietnam. Pada 1928, Jaffray meneruskan pelayanan misi ke Kalimantan sebelum ia dan keluarganya pindah dan mengembangkan pelayanannya di Makassar sebelum meninggal pada 1946.

Di hari lain ketika berjalan-jalan di sekitar Quang Trong Square, saya berkenalan dengan 2 (dua) orang perempuan H’mong di depan Stone Church,. Mama Lili dan Mama Ca yang sehari-hari menawarkan jasa sebagai pemandu lokal bagi turis-turis asing yang ingin trekking menikmati suasana perkampungan etnis minoritas di Lembah Muang Hoa. Hari itu saya ikut Mama Lili berjalan kaki selama 4 (empat) jam ke rumahnya di Hao Thao.

Di perjalanan itu, kami melewati tiga gereja. Satu gedung gereja yang tampak megah di lembah, sayangnya saya tak sempat turun ke sana serta dua gereja sederhana yang berjarak satu jam berjalan dengan langkah pendek-pendek ke rumah Mama Lili. Bangunan gereja sederhana yang pertama kami temui adalah gereja Katolik. Menurut Mama Lili, kampung tempat berdirinya gereja adalah daerah misi Katolik. Warganya hidup berkecukupan karena mendapat bantuan dari gereja. Saya menangkap ada nada iri pada kata-katanya. Terlebih ketika ia melanjutkan Ketika kami akan melewati satu gereja yang lebih sederhana dari ini.

Karena penasaran, saya jadi bertanya, kepercayaan Mama Lili. I am kicing, what about you? Dia

menjawab dengan balik bertanya saat saya masih menerka, mungkin yang dia maksud kicing adalah agama nenek moyang. Ketika saya jawab I am Christian, Mama Lili tertawa riang dan memeluk saya.

Meski angka persentasenya terlihat kecil, perkembangan agama Kristen Protestan di Vietnam termasuk pesat terutama di kalangan etis minoritas yang mendiami lembah-lembah di sisi utara Vietnam termasuk Sa Pa. Bahkan, ada satu studi yang menyebutkan kekristenan berkembang pesat pada akhir 1980 meski tak ada misionaris Kristen yang masuk ke Vietnam di masa itu.

Lalu dari mana mereka mendapatkan pengajaran Kristen? Etnis H’mong yang sebagian besar beragama Kristen, mulai tinggal di lembah Muang Hoa sejak melakukan eksodus dari Tiongkok, turun ke selatan demi mencari penghidupan yang layak. Mereka berjalan hingga ke perbatasan Thailand.

Kehidupan mereka yang sangat sederhana mengandalkan hasil pertanian dan menjual souvenir berupa kain tenun kepada turis. Untuk hiburan, mereka mendapatkannya dari siaran radio termasuk mendengarkan siaran penginjilan berbahasa H’mong yang disiarkan dari radio Manila. Betapa luar biasa Tuhan bekerja untuk menjangkau jiwa-jiwa yang lebih banyak dianaktirikan oleh pemerintah Vietnam. Mungkin, ini yang dimaksud Mama Lili tempo hari.

Sepulang ke Hanoi, saya bertandang ke Katedral St Joseph yang hanya berjarak beberapa langkah dari peninapan, juga ke Katedral Huyen Sy sewaktu berada di Ho Chi Minh. Meski memiliki jadwal pelayanan dalam seminggu, gereja hanya akan ramai saat perayaan natal. Di hari Minggu dan di hari-hari lain hampir serupa dengan Stone Church Sa Pa, bangku-bangku umat di ruang ibadahnya hanya diisi oleh segelintir warga senior. Ke mana generasi milenial-nya? ∎ (Olive Bendon)

Page 43: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

41

Seperti dituturkan Natalina Panjaitan, S.Kep.

Natalina Panjaitan, S.Kep adalah Ketua Tim Perawat IGD RS UKI, Jakarta. Sejak 14 Maret 2020 lalu, dia bersama tenaga medis lainnya berjibaku menangani pasien Covid-19. “Kita merasa sedih, cemas dan ada rasa khawatir saat merawat, tetapi dibalik itu, kita juga merasa kasihan melihat para pasien karena harus diisolasi tanpa keluarga, dan sering menanyakan apakah mereka bisa sembuh? Sebab itu, kitalah yang jadi penyemangat buat mereka. Kita bukan hanya mengobati penyakitnya, tetapi juga harus

S ebagai garda terdepan dalam menangani wabah Covid 19, tugas tenaga medis di rumah

sakit tentulah tidak ringan. Selama 24  jam mereka harus memberi perhatian kepada pasien, sehingga tidak menutup kemungkinan bakal ikut terpapar. Banyak di antara tenaga medis yang akhirnya merasa khawatir.

Meski di tengah kekhawatiran, para tenaga medis tetap semangat untuk melakukan tugas, karena dirasakan kehadiran mereka tidak hanya mengobati, tetapi juga memberi semangat kepada para pasien Covid-19.

bisa memberi semangat dan menghibur hati mereka,” katanya ketika dihubungi lewat Whatsapp.

Saat masuk ruang isolasi, lanjut Natalina, pasien sangat bersemangat melihat para tenaga medis datang mendekati mereka. Seolah-olah mereka punya semangat baru. Itulah yang membuat dirinya merasa dibutuhkan, dan melupakan kekwatiran akan tertular.  

Dengan semangat yang tinggi akan membuat pasien bertahan dalam menghadapi penyakitnya, sehingga termotivasi untuk sembuh. Ini menjadi kombinasi

tenaga meDis, nataLina PanJaitan: Kami tiDaK hanya mengobati, tetaPi Juga Penyemangat!

tenaga meDis, nataLina PanJaitan: Kami tiDaK hanya mengobati, tetaPi Juga Penyemangat!

Sosok

Page 44: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202042

yang baik dengan pengobatan yang diberikan dalam proses penyembuhan. “Kami juga sebagai tenaga medis  juga menjadi semangat apabila pasien yang kami rawat mendapat kesembuhan,” katanya.

Ini pula yang menurut Natalina dialami oleh salah satu pasiennya yang sudah sepuh dan dirawat di ruang isolasi. Karena selalu diberi semangat, Ia akhirnya berhasil sembuh, meskipun ada juga beberapa pasien yang di ruang isolasi tidak tertolong.

“Selama seminggu di ruang isolasi sementara dia tetap bertahan hidup, sedangkan pasien lain di isolasi juga sudah ada yang meninggal. Kami terus menguatkan si nenek supaya tetap semangat, agar bisa berkumpul lagi dengan cucu. Akhirnya dia sembuh dan diperbolehkan pulang. Walaupun beberapa hari kemudian dibawa ke IGD dengan kondisi kritis dam akhirnya meninggal juga,” kisahnya.

Banyak pengalaman yang sangat menyentuh hati Natalina ketika menangani pasien Covid-19.  Salah satunya, saat melihat seorang pasien meninggal dan langsung dilakukan pemulasaran. Karena tidak bisa menyaksikan, keluarga hanya bisa menangis. “Mendengar

tangisan keluarga membuat kita merasakan kesedihan yang dalam,” katanya.

Hingga kini, pasien covid-19 terus meningkat. Meski ditengah situasi ini, Natalina mengaku tetap semangat untuk melaksanakan tugasnya karena selalu mendapat dukungan dan doa dari keluarga. Dia berharap,

agar masyarakat mematuhi apa yang telah ditetapkan pemerintah dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19, sehingga beban para tenaga medis pun semakin berkurang.

Selain itu, dia juga mengharapkan agar saat datang berobat ke rumah sakit sangat diharapkan kejujuran dari masyarakat ketika ditanyakan keluhan-keluhan, terutama yang menyangkut gejala Covid-19. Dan, tidak menjauhi para tenaga medis. ∎

...para pasien karena harus di-isolasi keluarga ... Sebab itu, kitalah yang jadi penyemangat buat mereka.

Page 45: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

43

P andemi Covid-19 yang menjalar sejak awal tahun telah menghantam

semua sektor kehidupan. Banyak orang menjadi goyah karena kehilangan orang – orang kesayangan, sumber penghasilan, dan harus siap menghadapi tatanan kehidupan baru yang serba tak nyaman.

Ada yang hilang ketika kehidupan sosial dibatasi dan kebiasaaan – kebiasaan yang (dulu) wajar harus diubah dengan berdiam dan berkegiatan di rumah saja. Keraguan akan penyertaan bahkan keberadaan Tuhan pun mencuat ke permukaan.

Benarkah TUHAN itu ada?

Kalau DIA ada, kenapa (pandemi) ini terjadi?

Apakah dunia segera kiamat?

Yang tetap bertahan pun tak sedikit meski bosan pastilah menghampiri. Siap, tidak siap; kita harus mulai terbiasa dengan pembatasan sosial berskala besar dalam tatanan kehidupan baru. TUHAN tidak akan membiarkan kita melangkah sendiri selama kita juga setia di jalanNYA.

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi. – [Mat 1:5]

Diperlukan stimulus yang sehat agar dapat bertahan

dengan pemikiran positif dalam masa pandemi yang entah kapan berakhir agar kehidupan sosial, mental, terlebih rohani dapat terus bertumbuh dengan baik. Menonton film salah satu stimulus

yang baik untuk membangun motivasi, mencari inspirasi, terapi kesehatan di samping sarana hiburan untuk mengatasi jenuh di rumah.

fiLm rohani, Per-KoKoh iman Di tengah

PanDemi CoviD-19

fiLm rohani, Per-KoKoh iman Di tengah

PanDemi CoviD-19

Resensi

Page 46: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202044

Lima film rohani kristen berikut memiliki pesan kuat tentang iman yang tak goyah meski dalam kondisi sangat sulit sekali pun.

1 – Faith Like Potatoes (2006)

Film drama yang diangkat dari kisah nyata seorang Skotlandia yang lahir di Afrika Selatan, Angus Buchan. Angus terlahir dari keluarga petani yang menaruh percaya pada keberhasilan karena usaha dan kerja keras yang dilakukan dengan kekuatan tangannya sendiri. Keadaan memaksa Angus dan keluarganya meninggalkan tanah pertaniannya di Zambia dan memulai satu kehidupan baru di ladang yang baru dibelinya dengan mencoba menanam kentang.

Karakternya yang keras pelan – pelan diubahkan Tuhan lewat mujizat – mujizat yang dialaminya dalam setiap kesulitan yang ditemui di kehidupannya. Angus belajar bahwa iman bertumbuh seperti bibit kentang yang ditimbunnya ke dalam tanah tanpa tahu proses yang terjadi di dalam sana hingga tiba waktunya panen, baru kelihatan wujudnya. Iman adalah pengharapan satu – satunya pada Tuhan yang menggerakkan Angus mengajak Simeon, pembantunya, untuk berdoa memohon hujan turun saat api melahap ladangnya di musim kemarau panjang. Transformasi besar terjadi dalam kehidupannya ketika Angus dan keluarganya memutuskan untuk menerima Kristus secara pribadi dan berserah total pada tuntunan Tuhan.

2 – The Blind Side (2009)

Diangkat dari kisah nyata kehidupan Michael Oher, atlet football Amerika. Perjuangannya untuk keluar dari trauma sebagai anak yang lahir dari keluarga broken home dan pertemuannya dengan keluarga Tuohy yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Kasih, kesabaran, dan kepekaan Leigh Anne Tuohy melihat potensi tersembunyi dari Oher meyakinkannya untuk membantu Oher bahkan mengangkatnya menjadi anak.

3 – War Room (2015)

Sukses dalam karir tak selamanya menjadi cermin keberhasilan menjalani kehidupan berumah tangga meski dari luar semuanya tampak baik-baik saja. Hal ini berlaku bagi keluarga Tony dan Elizabeth Jordan. Tony yang egois, angkuh dengan pencapaiannya dan keras kepala; tak menghargai keluarganya. Elizabeth yang juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai agen penjualan rumah serta hubungan yang tak

harmonis dengan Tony pun lebih sering membalas dengan keras kepala sikap Tony. Keseharian mereka diwarnai dengan amarah. Perbincangan sederhana di meja makan bisa berakhir dengan luapan emosi karena masing-masing mengedepankan ego, hingga Danielle, puteri semata wayangnya sering pula terkena tempiasan emosi.

Rumah tangga Elizabeth dan Tony mengalami masa suam-suam kuku. Pertemuan Elizabeth dengan Oma Clara mengantarkannya pada sebuah perubahan dalam menghadapi persoalan kehidupan. Padanya, Oma Clara berbagi tentang arti berserah, mendoakan dan mengasihi suami yang dibencinya, dan berperang lewat doa untuk melawan iblis yang mengacaukan hidup dan rumah tangganya untuk menyelamatkan perkawinannya. Jika kau menginginkan kemenangan, kau harus menyerah lebih dulu. War Room bercerita tentang

Page 47: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

45

bagaimana karakter seseorang diubahkan lewat doa.

4 – Hacksaw Ridge (2016)

Hacksaw Ridge, film drama perang yang digarap berdasarkan kisah veteran paramedik Amerika semasa perang dunia kedua pada pertempuran Okinawa, Jepang; Desmond T. Doss. Terpanggil untuk mengabdi pada negara, Doss memutuskan untuk ikut wajib militer. Sebagai pemeluk Advent Hari Ketujuh yang taat, Doss tak ingin menyakiti sesama meski di situasi perang, pantang baginya memegang senjata. Karenanya ia mengajukan diri menjadi tenaga medis.

Doss tak pernah lupa untuk berdoa acap kali hendak melakukan sesuatu. Doss merasa tak ada yang salah dengan apa yang diyakininya. Apa yang dia lakukan pun tak merugikan orang lain, tapi bagi orang di sekelilingnya Doss adalah orang yang bermasalah. Doss rela dimasukkan ke dalam sel, yang membuat dirinya sendiri mengalami perang bathin terlebih karena hari dirinya disel adalah hari pernikahannya. Ia rela dipenjara demi mempertahankan imannya.

Sejarah mencatat, pertempuran Okinawa adalah salah satu pertempuran hebat semasa Perang Pasifik. Panggilan jiwanya untuk menolong sesama, membuat Doss memutuskan tinggal di atas bukit meski dirinya memiliki kesempatan untuk menyelamat-kan diri sendiri. Selama 12 jam ia berlari dan menarik tubuh – tubuh

yang terluka, memberi pertolongan pertama lalu menurunkan mereka ke lembah dengan seutas tambang, sendirian!

5 - Overcomer (2019)

John Harrison adalah pelatih basket di sebuah SMA yang bertekad membawa tim-nya menjadi juara dalam kompetisi ketika keadaan ekonomi memaksa anggota tim-nya ikut orang tua mereka pindah ke kota lain karena pabrik tempat sebagian besar warga kota itu mencari nafkah, tutup. Agar tetap memiliki kegiatan, kepala sekolah memberi John tugas baru untuk melatih atlit lari lintas alam. Pekerjaan baru yang tak disenangi dan membuatnya stres sehingga sering timbul riak–riak di keluarganya.

Meski setengah hati, John akhirnya melatih Hannah, satu – satunya siswa di sekolah yang tertarik untuk ikut olah raga lintas alam dan mempersiap-kannya untuk ikut kompetisi. Hannah memiliki persoalannya sendiri tinggal bersama nenek yang merawatnya sedari kecil juga

dalam mencari jati dirinya.

Selama masih hidup, setiap manusia tak lepas dari masalah. Yang membedakan adalah bagaimana cara kita melihat dan menempatkan masalah itu. Perubahan – perubahan besar terjadi ketika John melibatkan Tuhan dilibatkan dalam menyelesaikan persolannya. Dan Hannah, menemukan jawaban atas pertanyaan siapakah dirinya ketika membaca Efesus.

Where there is love, there is hope. Where there is trust, there is peace. Where there is faith, there is growth. ∎

Resensi

Page 48: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202046

teKa-teKi siLangteKa-teKi siLang

Page 49: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

47

Ketentuan :

1. Tiga orang pemenang akan mendapat hadiah dari Redaksi Berita Oikoumene

2. Jawaban dikirim ke Redaksi, BO Grha Oikoumene Lt. 3 Jl. Salemba Raya No 10 atau melalui email: [email protected]

3. Jawaban paling lambat diterima pada akhir Agustus 2020

MENDATAR

2. Peninggalan orang tua6. Laut diantara pulau-pulau7. Mengabungkan 2 bagian tubuh tumbuhan 9. Bibit penyakit yang dilemahkan10. Lokan14. Teka-teki (inggris)16. Dimensi, ukuran tinggi, panjang, lebar18. Rangkaian jurus karate19. Baki, nampan22. Menentang, menyangkal25. Kata Pengantar, Pendahuluan26. Yang mnengetahui suatu peristiwa27. Tiruan, palsu

MENURUN1. Kaadilan (Inggirs)3. Bahan bakar pesawat4. Bintik, titik hitam5. Penderita, Orang Sakit8. Wabah merebak di banyak tempat10. Stasiun kereta api di Yogyakarta11. Jenis mata uang12. Teman sekerja13. Wujud, sudut pandangan, aspek14. Perdamaian (inggris)15. Salah atu aplikasi untuk webinar17. Tidak ada rasa20. Nama salah satu dari 12 murid21. Bagian daun yang besar,,tangkai daun kelapa22. Pola Hidup Bersih dan Sehat23. Bagian kaki pada hewan24. Dekat, erat (terkait perkawanan)

Teka-Teki Silang

Page 50: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020

BERITA OIKOUMENE | JULI 202048

beritaOikoumeneFORMULIR BERLANGGANAN BERITA OIKOUMENE

Nama : ..................................................................................................................................................................................

Alamat Kirim : ..................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

Kota : ....................................................................................... Kode Pos ....................................................................

Telepon : ........................................................................................ Fax ................................................................................

No. WhatsApp : ........................................................................................

Kirim formulir ini melalui:(1) Email (hasil scan atau foto) ke: [email protected], atau(2) Whatsapp (hasil scan atau foto) ke WhatsApp: +62 821-1026-4160(3) Fax (hasil scan atau foto) ke: 021 - 3150457(4) Alamat PGI di Grha Oikoumene

Grha Oikoumene, Jl. Salemba Raya No. 10, Jakarta Pusat (10430)Telp. (021) 3150451, Fax. (021) 3150457; Email: [email protected]; WhatsApp: +62 821-1026-4160

Bayar langsung ke alamat Majalah Berita Oikoumene

Transfer ke rekening BRI cabang Cut Mutiah, Jakarta. No. Rek. 02030-01-001287305, a/n. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia

Pembayaran (Beri tanda silang (x) pada pilihan anda)

Keterangan: Bukti pembayaran/transfer dikirim melalui email, whatsapp atau fax

Masa langganan (Beri tanda silang (x) pada pilihan anda)

6 Edisi (6 x @ Rp 15.000 = Rp 90.000)

12 Edisi (12 x @ Rp 15.000 = Rp 180.000)

Mulai dari Edisi

Bulan...................................... Tahun............... ...............eks

Jumlah

Bulan...................................... Tahun............... ...............eks

Item

Ttd.,

(.......................................................................)

Page 51: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020
Page 52: Berita Oikoumene Juni-Juli 2020