paradigma dan ragam penelitian kualitatif

Upload: andi-tenritte-an

Post on 14-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MAKALAH

    PENELITIAN KUALITATIF

    Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

    Kualitatif di Universitas Negeri Makassar

    A. TENRITTE

    1211040012

    JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

    2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan

    berdasarkan waktu yang telah ditetapkan. Makalah ini disusun dalam rangka

    memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif di Universitas

    Negeri Makassar, Fakultas MIPA, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan

    Matematika.

    Makalah ini terwujud dari beberapa sumber yang relevan dengan

    pembahasan materi Penelitian Kualitatif. Tak lupa penulis mengucapkan terima

    kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, motivasi dan turut

    membantu penulis dalam menyusun makalah ini.

    Dengan demikian, semoga hasil mampu ini mampu mewadahi beberapa

    manfaat sesuai tujuan penyusunannya. Demikian penulis menyadari segala

    kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan dan penyajian makalah ini.

    Karena itu, penulis sangat mengharapakan kritik yang membangun dan saran yang

    bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para mahasiswa.

    Makassar, 21 Februari 2015

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

    PEMBAHASAN ................................................................................................. 1

    A. Asal Muasal Penelitian Kualitatif ........................................................... 1

    B. Karakteristik Penelitian Kualitatif........................................................... 4

    C. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif ............... 7

    D. Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif ............................................................. 12

    1. Penelitian Etnografi .......................................................................... 12

    2. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)...................................... 14

    3. Penelitian Tindakan .......................................................................... 15

    4. Penelitian dan Pengembangan.......................................................... 17

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

  • 1

    PEMBAHASAN

    A. Asal Muasal Penelitian Kualitatif

    Dalam penelitian, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi,

    diantaranya harus mengikuti metode yang ketat, rigorous, yang secara

    disiplin berpengaruh pada aturan-aturan tertentu agar mencapai hasil yang

    objektif; harus sedapat mungkin membatasi kekeliruan atau kesalahan dalam

    data yang dikumpulkan maupun dalam penafsirannya; serta harus

    mempublikasikan hasil penelitian agar terbuka kritik dari semua pihak untuk

    dibantah, ditolak atau diterima.

    Pada mulanya, metode kuantitatif yang dianggap memenuhi syarat

    tersebut. Namun dalam beberapa dekade terakhir, semakin berkembangnya

    metode penelitian kualitatif atau naturalistik terutama dalam beberapa ilmu

    social.

    Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma ialah

    suatu perangkat kepercayaan, nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia

    sekitar. Paradigma mengarahkan penelitian. Dengan timbulnya paradigma

    baru tentang dunia, timbul pula paradigma baru dalam penelitian serta metode

    yang digunakan. Perubahan paradigma dalam ilmu pengetahuan merupakan

    revolusi dalam cara-cara berfikir yang merangsang imajinasi, kepercayaan,

    tapi juga resiko.

    Dari zaman Aristoteles ( 350 s.M) sampai David Hume (1750),

    orang berpandangan bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti

    mengamatinya sebagai pengamat yang pasif, artinya tidak dengan sengaja

    memanipulasi lingkungan dan tidak mengadakan eksperimen dengan

    lingkungan itu. Masa itu disebut masa pra-positivisme. Setelah itu, timbul

    pandangan baru bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan

    dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen. Timbullah apa

    yang disebut metode ilmiah.

    Terdapat kepercayaan bahwa dapat menemukan aturan-aturan, hukum-

    hukum dan prinsip-prinsip umum tentang dunia, baik dalam ilmu-ilmu alam

  • 2

    maupun dalm ilmu-ilmu social. Hukum-hukum itu dapat ditemukan dari data

    empiris dengan menggunakan sampel yang luas. Masa ini disebut masa

    positivisme. Metode empirik yang didasarkan pada pandangan positivisme

    menganggap bahwa pengalaman bersifat objektif dan dapat diukur. Menurut

    pandangan ini, realitas hanya ada satu dan dapat dipecah menjadi bagian-

    bagian. Hukum yang berlaku bagi bagian yang kecil juga berlaku bagi

    keseluruhan.

    Ciri-ciri pandangan positivism, antara lain:

    1. Logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur

    secara kuantitatif agar dapat dicari hubungan antara berbagai variabel.

    2. Mencari hukum universal yang dapat meliputi semua kasus, walaupun

    dengan pengolahan statistic dicapai tingkat probabilitas dengan

    mementingkan sampling untuk mencari generalisasi.

    3. Netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat

    diamati langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan

    diukur dengan instrumen yang valid dan reliable. Netralitas

    memungkinkan penelitian itu direplikasi.

    Menurut positivisme kenyataan dan kebenaran sudah ada di lingkungan

    sekitar, tetapi untuk mendapatkannya harus melalui pengamatan yang tidak

    dipengaruhi oleh prasangka. Dalam penelitian positivistic terdapat pemisahan

    atau jarak antara pengamat dan yang diamati. Pengamat tersebut harus

    objektif dan tidak terlibat dalam apa yang diamatinya. Hubungan antara

    sebab-akibat bersifat linier. Positivisme berpandangan bahwa penelitian dan

    hasil penelitian bebas dari sistem nilai-nilai dan pengaruh dari orang yang

    mengamatinya.

    Pandangan positivisme dibantah oleh pendirian baru yang dinyatakan

    oleh penganut post-positivisme. Menurut Rich (1979) Post-positivisme tidak

    menerima adanya hanya ada satu kebenaran. Kebenaran (kalau ada) lebih

    kompleks daripada yang diduga. Pengalaman manusia begitu kompleks

    sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu. Menurut post-positivisme,

    teori harus terbuka.

  • 3

    Post-positivisme memiliki metode yang lain dari metode positivisme.

    Penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting), sehingga

    metodenya disebut metode naturalistik.

    Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

    lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

    bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus

    turun ke lapangan dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama. Peneliti

    kualitatif bukanlah mencari kebenaran mutlak, akan tetapi bergantung pada

    dunia realitas empiric dan consensus dalam masyarakat ilmuan.

    Pendirian naturalistik mengakui adanya dunia luar, akan tetapi tidak

    dapat diketahui secara mutlak apa sebenarnya dunia luar itu. Untuk

    mempelajari dunia luar tersebut, penelitian positivistic menggunakan teori

    tertentu. Penelitian naturalistic bersifat induktif serta mencoba mencari dan

    menemukan suatu teori berdasarkan data yang dikumpulkan. Sedaangkan

    Penelitian yang bersifat hipotetiko-deduktif, merupakan penelitian yang

    diadakan untuk mendapatkan bukti-bukti yang membenarkan serta menerima

    hipotesis dan tidak memberikan penalaran baru.

    Secara garis besar, perbedaan pandangan positivisme dengan

    pandangan post positivisme adalah sebagai berikut:

    1. Positivisme mempelajari permukaan masalah atau bagian luarnya,

    sedangkan post-positivisme mencoba memperoleh gambaran yang lebih

    mendalam.

    2. Positivisme bersifat atomistic, memecah kenyataan dalam bagian-bagian,

    mencari hubungan antara variabel yang terbatas, sedangkan post-

    positivisme memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya

    dan mencoba memperoleh pemahaman yang holistik.

    3. Tujuan utama penelitian positivistik ialah mencapai generalisasi yang

    dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi, sedangkan tujuan

    utama penelitian pot-positivistik ialah memahami makna atau Verstehen.

  • 4

    4. Positivisme bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan

    menguji hipotesis, sedangkan post-positivisme memandang hasil

    penelitian sebagai spekulatif.

    B. Karakteristik Penelitian Kualitatif

    Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982)

    adalah sebagai berikut:

    1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan

    peneliti adalah instrumen kunci.

    2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, artinya data yang terkumpul

    lebih berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

    angka.

    3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

    outcome.

    4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

    5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

    teramati)

    Menurut Erikson dalam Susan Stainback (2003) ciri-ciri penelitian

    kualitatif dikemukakan bahwa metode penelitian kualitatif dilakukan secara

    intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-

    hati apa yang terjadi, melakukan analisis refleksi terhadap berbagai dokumen

    yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara

    mendetail.

    Adapun beberapa karakteristik penelitian kualitatif, sebagai berikut:

    1. Latar alamiah

    Peneliti mengumpulkan data observasi berdasarkan situasi yang

    alamiah, sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Peneliti

    berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diteliti.

    2. Peneliti sebagai instrument penelitian

    Peneliti adalah key instrument atau alat peneliti utama. Peneliti

    mengadakan pengamatan sendiri dan melakukan wawancara yang tidak

  • 5

    berstruktur. Peneliti sebagai intrumen dapat memahami makna interaksi

    antar-manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang

    terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan

    alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai

    alat penelitian.

    3. Bersifat deskriptif

    Peneliti mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan

    dalam bentuk laporan dan uraian. Penelitian ini tidak mengutamakan

    angka-angka dan statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif.

    4. Mementingkan proses dan produk

    Penelitian ini memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya

    sesuatu.

    5. Mencari makna

    Metode ini berusaha memahami kelakuan manusia dalam konteks

    yang lebih luas, dipandang dari kerangka pemikiran dan perasaan

    responden.

    6. Mengutamakan data langsung

    Peneliti yang langsung ke lapangan untuk mengadakan observasi

    atau waawancara. Ia tidak menggunakan tes atau angket oleh sebab

    dengan demikian akan mengambil jarak dengan sumber data.

    7. Triangulasi

    Data atau informasi dari satu pihak harus di chek kebenarannya

    dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain. Tujuannya untuk

    membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari

    berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara

    ini juga dapat mencegah bahaya subjektivitas.

    8. Menampilkan rincian kontekstual

    Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat terinci

    mengenai hal-hal yang dianggap berkaitan dengan masalah yang diteliti.

    Data dipandang saling berkaitan dan merupakan suatu keseluruhan atau

    struktur.

  • 6

    9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti

    Peneliti tidak menganggap dirinya lebih tinggi atau lebih tahu, tetapi

    datang untuk belajar, untuk menambah pengetahuan dan pemahamannya.

    10. Mengutamakan perspektif emic

    Mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia

    memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. Peneliti tidak

    mendesakkan pandangannya sendiri.

    11. Verifikasi

    Untuk memperoleh hasil yang dapat lebih dipercaya, peneliti

    mencari kasus-kasus yang berbeda atau bertentangan dengan apa yang

    telah ditemukan. Tujuannya untuk memperoleh hasil yang tingkat

    kepercayaannya lebih tinggi dan mencakup situasi yang lebih luas.

    12. Sampling yang purposive

    Pada metode naturalistic, sampel yang digunakan biasanya sedikit

    dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Penelitian kualitatif

    sering berupa studi kasus atau multi-kasus.

    13. Menggunakan audit trail

    Audit berarti a regular examination and checking of account or

    financial records, jadi pemeriksaan keuangan secara teratur,

    penyelidikan apakah keadaan pembukuan keuangan sesuai dengan bukti-

    bukti penerimaan dan pengeluaran. Sedangkan trail berarti mengikuti

    jejak atau melacak. Demikian dalam penelitian diadakan audit trail

    yakni untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data

    yang dikumpulkan.

    14. Partisipasi tanpa mengganggu

    Untuk memperoleh situasi yang natural atau wajar, peneliti

    hendaknya tidak menonjolkan diri dalam melakukan observasi, sehingga

    peneliti tidak dianggap sebagai orang-luar dan tidak mengganggu

    kewajaran situasi jika sering berada dalam situasi tersebut.

  • 7

    15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian

    Analisis muncul dengan sendirinya jika peneliti menafsirkan data

    yang diperolehnya. Sebenarnya pada semua data, setiap deskripsi

    mengandung tafsiran. Namun, terdapat perbedaan antara data deskriptif

    dan data analisis atau tafsiran.

    Tujuan penelitian naturalistik bukanlah untuk menguji hipotesis yang

    didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola-pola

    yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori. Teori ini lambat laun

    mendapat bentuk tertentu berdasarkan analisis data yang bertambah

    sepanjang penelitian berlangsung. Yang ingin dicapai ialah teori yang

    grounded, yakni yang dilandaskan atau didasarkan atas data.

    16. Desain yang bersifat sementara

    Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus

    disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain

    yang disusun secara ketat sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu

    disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak dapat dibayangkan

    sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan ganda di lapangan; kedua, tidak

    dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu akan

    terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan; ketiga,

    bermacam system nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak

    dapat diramalkan.

    C. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Peneliatian Kuantitatif

    Perbedaan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif telah

    banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Guba dan Lincoln (1981: 62-82)

    memberikan uraian mengenai perbedaan paradigma antara kedua penelitian

    ini. Istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif adalah naturalistic

    inquiry atau inkuiri alamiah, sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan

    istilah scientific paradigm atau paradigma ilmiah .

    Berikut uraian perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitian

    kuantitatif dari segi paradigma, antara lain:

  • 8

    1. Teknik yang digunakan

    Pada dasarnya, baik teknik kualitatif maupun teknik kuantitatif

    dapat digunakan bersama-sama. Namun, penekanannya diletakkan pada

    teknik tertentu. Paradigma ilmiah memberi tekanan pada teknik

    kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah memberikan tekanan pada

    penggunaan teknik kualitatif.

    2. Kriteria kualitas

    Dalam menentukan penelitian yang baik, paradigma ilmiah sangat

    percaya pada kriteria rigor, yaitu kesahihan eksternal dan internal,

    keandalan, dan objektivitas. Menurut guba dan Lincoln (1981:66),

    penekanan pada kriteria tersebut terang membawa eksperimen pada

    penyusunan desain yang bagus, tetapi sering sempit cakupannya.

    Sedangkan paradigma alamiah menggunakan kriteria relevansi,

    artinya signifikansi dari pribadi terhadap lingkungan senyatanya. Usaha

    menemukan kepastian dan keaslian merupakan hal yang penting dalam

    penelitian alamiah.

    3. Sumber Teori

    Pada paradigma ilmiah, sebagian besar pengetahuan tentang

    perilaku sosial diarahkan pada verifikasi hipotesis yang diturunkan dari

    teori a priori. Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah

    dedukatif dan logis dalam pengetahuan prilaku sosial. Proses

    penyusunan teori berputar-putar pada proses deduksi yang bisa

    diverifikasi dari dunia dasar atas dasar asumsi a priori.

    Sedangkan paradigma alamiah, menemukan teori dengan cara

    menariknya sejak awal dari alam, yaitu dari data yang berasal dari dunia

    nyata. Metode yang digunakan adalah metode menemukan dengan

    menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Penyusunan

    teorinya dimulai dari-dasar, sesuai dengan situasi empiris dan penting

    untuk meramalkan, menerangkan, menafsirkan, dan mengaplikasikan.

    4. Pertanyaan tentang Kausalitas

  • 9

    Penelitian biasanya dihadapkan pada penentuan hubungan sebab-

    akibat. Jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab akibat penting

    untuk keperluan meramalkan, control di satu pihak, dan verstehen di

    lain pihak. Kedua paradigma ilmiah maupun alamiah menggunakan

    pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun dengan cara yang berbeda.

    Pada paradigma ilmiah, tertarik pada apa yang diusahakan terjadi

    dalam situasi yang telah dirancang sebelumnya, sedangkan paradigma

    alamiah lebih tertarik pada apa yang terjadi pada latar alamiah.

    5. Tipe pengetahuan yang digunakan

    Paradigma ilmiah membatasi diri pada pengetahuan proposisional.

    Pengetahuan demikian merupakan esensi metode untuk menyatakan

    proposisi secara eksplisit dalam bentuk hipotesis yang diuji untuk

    menentukan validitasnya. Sebaliknya, paradigma alamiah mengizinkan

    dan mendorong pengetahuan yang diketahui bersama guna

    dimunculkan untuk keperluan membantu pembetukan teori dari-dasar

    maupun untuk memperbaiki komunikasi kembali kepada sumber

    informasi dengan cara peristilahan mereka.

    6. Pendirian

    Paradigma ilmiah berpendirian reduksionis. Dalam hal ini mereka

    menyempitkan penelitian pada fokus yang relatif kecil dengan jalan

    membebankan kendala-kendala, baik dalam kondisi antiseden pada

    inquiri (untuk keperluan mengontrol ) maupun pada keluaran-keluaran.

    Jadi, dimulai dengan menyusun pertanyaan atau hipotesis, kemudian

    hanya mencari informasi yang akan memberikan jawaban pada

    pertanyaan atau menguji hipotesis-hipotesis itu.

    Paradigma alamiah berpendirian ekspansionis. Mereka mencari

    perspektif yang akan mengarahkan pada deskripsi dan pengertian

    fenomena sebagai keseluruhan atau akhirnya dengan jalan menemukan

    sesuatu yang mencermikan kerumitan gejala-gejala itu. Mereka

    memasuki lapangan, membangun dan melihat pembawaannya yang

    tampak dari arah mana pun titik masuknya. Setiap langkah inkuiri

  • 10

    didasarkan atas sejumlah pengetahuan yang dikumpulkan sedikit demi

    sedikit berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Jadi, peneliti ilmiah

    mengambil sikap terstruktur, terarah, dan tunggal, sedangkan peneliti

    alamiah berpendirian terbuka, menjajagi dan kompleks.

    7. Maksud

    Paradigma ilmiah mempunyai maksud dalam usahanya

    menemukan pengetahuan melalui verifikasi hipotesis yang

    dispesifikasikan secara a priori. Paradigma alamiah menitikberatkan

    upayanya pada usaha menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yang

    belum ada dalam teori yang berlaku.

    8. Waktu untuk mengumpulkan data dan aturan analisis

    Pada paradigma ilmiah, peneliti dapat menetapkan semua aturan

    pengumpulan dan analisis data sebelumnya. Mereka sudah mengetahui

    hipotesis yang akan diuji dan dapat mengembangkan instrument yang

    cocok dengan variabel. Instrument ditetapkan sebelumnya tentang

    ukuran terhadap yang diketahui sehingga memungkinkan menetapkan

    waktu melakukan analisis.

    Sedangkan paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenankan

    memformulasikan secara a proiri. Datanya dikumpulkan serta

    dikategorikan dalam bentuk kasar dan diunitkan oleh peneliti/analis.

    Peneliti kurang dibimbing oleh aturan, sehingga perlu langkah-langkah

    tertentu untuk memastikan adanya aturan yang tidak ambigu dan

    ditetapkan secara sistematis serta seragam.

  • 11

    Perbedaan antara penelitian kualitatif dengan penelitian

    kuantitatif ditinjau dari segi karakteristiknya

    Perbedaan Metode Penelitian Kualitatif Metode Penelitian Kuantitatif

    Desain

    - Umum

    - Fleksibel

    - Berkembang, tampil dalam

    proses penelitian

    - Spesifik, jelas, terinci

    - Ditentukan secara mantap

    sejak awal

    - Menjadi pegangan langkah

    demi langkah

    Tujuan

    - Memperoleh pemahaman,

    makna Verstehen

    - Mengembangkan teori

    - Menggambarkan realitas

    yang kompleks

    - Menunjukkan hubungan

    antara variabel

    - Mentest teori

    - Mencari generalisasi yang

    mempunyai nilai prediktif

    Tekhnik

    penilaian

    - Observasi, participant

    observation

    - Terutama wawancara

    terbuka

    - Eksperimen, survey, observasi

    berstruktur

    - Wawancara berstruktur

    Instrumen

    penelitian

    - Peneliti sebagai instrumen

    (human instrument)

    - Buku catatan, tape recorder

    - Tes, angket, wawancara, skala

    - Komputer, kalkulator

    Data

    - Deskriptif

    - Dokumen pribadi, catatan

    lapangan, ucapan responden,

    dokumen, dan lain-lain

    - Kuantitatif

    - Hasil pengukuran berdasarkan

    variabel yang

    dioperasionalkan dengan

    menggunakan instrumen

    Sampel

    - Kecil

    - Tidak representative

    - Purposif

    - Besar

    - Representative

    - Sedapat mungkin random

    Analisis - Terus-menerus sejak awal - Pada taraf akhir setelah

  • 12

    sampai akhir penelitian

    - Induktif

    - Mencari pola, model, tema

    pengumpulan data selesai

    - Deduktif

    - Menggunakan statistic

    Hubungan

    dengan

    responden

    - Empati, akrab

    - Kedudukan sama, setaraf

    - Jangka lama

    - Berjarak, sering tanpa kontak

    langsung

    - Hubungan antara peneliti-

    subjek

    - Jangka pendek

    Usulan

    desain

    - Singkat

    - Sedikit tanpa literatur

    - Pendekatan secara umum

    - Masalah yang diduga relevan

    - Tidak ada hipotesis

    - Focus penelitian seirng

    ditulis setelah ada data yang

    dikumpulkan dari lapangan

    - Luas dan terinci

    - Banyak literatur yang

    berhubungan dengan masalah

    - Prosedur yang spesifik dan

    terinci langkah-langkahnya

    - Masalah yang diuraikan dan

    ditujukan kepada focus

    tertentu

    - Hipotesis dirumuskan dengan

    jelas

    - Ditulis terinci dan lengkap

    sebelum terjun ke lapangan

    D. Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif

    Terdapat beberapa jenis penelitian kualitatif, diantaranya:

    1. Penelitian Etnografi

    Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna

    sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena

    sosiokultural.

    Dalam terminologi metode, secara umum, istilah etnografi

    mengacu pada penelitian sosial yang memiliki karakteristik berikut:

  • 13

    a. Perilaku manusia dikaji dalam konteks sehari-hari, bukan dibawah

    kondisi eksperimental yang diciptakan oleh peneliti.

    b. Data dikumpulkan dari suatu rentangan sumber, tetapi observasi dan

    percakapan yang relatif informal biasanya lebih diutamakan.

    c. Pendekatan untuk pengumpulan data tidak terstruktur dalam arti

    tidak melibatkan penggunaan suatu set rencana yang terperinci yang

    disusun sebelumnya, juga tidak menggunakan kategori yang telah

    ditetapkan sebelumnya untuk penginterpretasian apa yang dikatakan

    atau dilakukan orang. Hal ini bukan berarti penelitian tidak

    sistematis, tetapi pada awalnya data dikumpulkan sebagai suatu

    format mentah dan sebisa mungkin dijadikan medan yang luas.

    d. Fokus penelitian biasanya merupakan latar tunggal atau kelompok

    dari skala yang relatif kecil.

    e. Analisis data melibatkan interpretasi arti daan fungsi tindakan

    manusia serta sebagia besar mengambil format deskripsi verbal dan

    penjelasan, dengan kualifikasi dan analisis statistik yang kebanyakan

    memainkan peran subordinat.

    Hammersley (1990) dalam Genzuk (2005:3) mengemukakan tiga

    prinsip metodologis yang digunakan untuk menyediakan dasar pemikiran

    terhadap corak metode etnografi yang spesifik. Adapun prinsip-prinsip

    metodologis penelitian etnografi tersebut, antara lain:

    a. Naturalisme

    Ini merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah

    untuk menangkap karakter perilaku manusia yang muncul secara

    alami, dan hanya dapat diperoleh melalui kontak langsung

    dengannya, bukan melalui inferensi dari apa yang dilakukan orang

    dalam latar buatan seperti eksperimen atau dari apa yang mereka

    katakan dalam wawancara tentang apa yang mereka lakukan.

    b. Pemahaman

    Yang sentral disini adalah alasan bahwa tindakan manusia

    berbeda dari perilaku objek fisik, bahkan dari makhluk lainnya:

  • 14

    tindakan tersebut tidak hanya berisi tanggapan stimulus, tetapi

    meliputi interpretasi terhadap stimulus dan kontruksi tanggapan.

    Kadang-kadang tanggapan ini mencerminkan penolakan yang

    lengkap terhadap konsep kausalitas sebagai tidak dapat diterapkan

    dalam dunia sosial, dan desakan tegas atas karakter yang dibangun

    secara bebas dari tindakan manusia dan institusi. Alasan lain bahwa

    hubungan kausal ditemukan dalam dunia sosial, tetapi berbeda

    dengan jenis kuasalitas mekanis dan fenomena fisik. Namun ahli

    etnografi berasal bahwapenting bagi anda untuk meneliti latar yang

    lebih anda kenal. Ahli etnografi beralasan bahwa mempelajari

    budaya dari suatu kelompok yang diteliti sebelum seseorang dapat

    menghasilkan penjelasan yang validun tuk perilaku anggotanya

    memang diperlukan. Ini merupakan alasan untuk sentralitas

    pengamatan partisipan dan wawancara tidak terstruktur pada metode

    etnografi.

    c. Penemuan

    Corak lain dari pemikiran etnografi adalah konsepsi proses

    penelitian sebagai induktif atau berdasarkan temuan,dari pada

    dibatasi pada pengujian hipotesis secara eksplisit. Itu beralasan

    bahwa jika seseorang mendekati suatu set hipotesis, mungkin dia

    gagal menemukan hakikat fenomena tersebut sebenarnya dibutakan

    oleh asumsi yang dibangun kedalam hipotesis tersebut.

    2. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)

    Menurut Glaser dan Strauss Grounded Theory adalah teori umum

    dari metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan

    validasi dari teori ilmu sosial.

    Beberapa karakteristik dari Grounded Theory diantaranya:

    a. Merujuk pada teori yang dikembangkan secara induktif dari suatu

    korpus data.

  • 15

    b. Grounded theory direkonstruksi sebagai suatu usaha yang

    berorientasi pada masalah dimana teori-teori secara induktif

    diturunkan dari data-data yang kuat, dielaborasi melalui konstruksi

    model yang masukakal, dan dijastifikasi dalam istilah tentang

    koherensi penjelasannya.

    c. Hasil proses pengumpulan dan analisis data merupakan suatu teori,

    teori level substantif, yang ditulis oleh peneliti tertutup pada suatu

    masalah khusus atau populasi orang.

    d. Teori diuji secara empiris.

    Haig (2004: 1-5) mengemukakan beberapa prinsip metodologis

    penelitian Grounded Theory sebagai metode ilmiah, yaitu:

    a. Perumusan Masalah

    b. Deteksi Fenomena

    c. Penurunan Teori (Theory Generation)

    d. Pengembangan Teori

    e. Penelitian Teori

    f. Grounded Theory yang direkonstruksi

    3. Penelitian Tindakan

    Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk

    memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta

    lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang

    diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan (Hopkin, 1993).

    Penelitian tindakan mempunyai tujuan utama menyediakan suatu

    kerangka penyeledikan kualitatif oleh para guru dan peneliti di dalam

    situasi pekerjaan kelas yang kompleks.

    Dari segi praktik profesional umum, konsultasi atau pemecahan

    masalah sehari-hari yang menekankan pada studi ilmiah, penelitian ini

    berbeda dengan jenis penelitian lain yakni peneliti mengkaji

    permasalahan secara sistematis dan memastikan intervensi tersebut

    diinformasikan oleh pertimbangan teoritis. Sebagian besar waktu peneliti

  • 16

    dihabiskan untuk menentukan peralatan metodologis sesuai dengan

    urgensi situasi dan untuk pengumpulan, penganalisisan, dan ppenyajian

    data pada suatu basis siklus yang berkelanjutan.

    Adapun perbedaan lainnya dari penelitian tindakan dengan jenis

    penelitian lain, diantaranya:

    a. Berfokus pada usaha melibatkan orang kedalam penelitian dan

    dengan sepenuh hati menerapkan apa yang sudah mereka pelajari,

    ketika mereka melakukannya sendiri.

    b. Penelitian ini mempunyai dimensi sosial penelitian yaitu mengambil

    tempat dalam situasi dunia nyata.

    c. Bertujuan untuk memecahkan permasalahn yang nyata.

    d. Inisiatif peneliti tidak sama dengan disiplin lainnya, tidak melakukan

    usaha apapun untuk meninggalkan sasaran, tetapi secara terbuka

    mengakui kekurangan mereka pada peserta lainnya.

    Terdapat enam prinsip-prinsip penelitian tindakan, diantaranya:

    a. Kritik Reflektif

    Prinsip kritik reflektif menjamin orang merefleksikan pada isu

    dan proses serta membuat eksplisit interpretasi, penyimpangan,

    asumsi, dan peduli, terhadap pertimbangan yang dibuat.

    b. Kritik Dialektida

    Suatu kritik dialektida diperlukan untuk memahami serangkaian

    hubungan antara fenomena tersebut.

    c. Sumber Daya Kolaboratif

    Prinsip sumber daya kolaboratif memprasyaratkan bahwa setiap

    gagasan seseorang sama penting dengan sumber daya potensial

    untuk menciptakan kategori interpretif analisis, merundingkan di

    antaa partisipan tersebut; bekerja keras untuk menghindari

    kredibilitas miring yang berakar dari status utama dari seseorang

    pemilik gagasan.

  • 17

    d. Ambil Resiko

    Proses perubahan berpotensi mengancam semua cara yang telah

    ditetapkan sebelumnya untuk melakukan sesuatu, dengan

    menciptakan ketakutan psikis di antara para psikis itu. Salah satu

    ketakutan yang paling menonjol datang dari resiko ke ego yang

    berpangkal dari diskusi terbuka tentang penafsiran, gagasan, dan

    pertimbangan seseorang. Pemrakarsa penelitian tindakan akan

    menggunakan prinsip ini untuk menghilangkan ketakutan orang lain

    dan mengundang keikutsertaan dengan menunjukkan bahwa mereka

    juga akan tunduk pada proses yang sama, dan bahwa apapun

    hasilnya, pelajaran akan berlangsung.

    e. Struktur Jamak

    Sifat alami penelitian yang berwujud serbaragam pandangan,

    komentar, dan kritik, mendorong ke arah berbagai penafsiran dan

    tindakan yang mungkin.Struktur jamak dari penelitian ini

    memerlukan teks jamak untuk melaporkan. Ini berarti bahwa akan

    ada banyak perhitungan dibuat secara eksplisit, dengan komentar

    pada pertentangan mereka, dan rentangan pilihan untuk tindakan

    yang diperkenalkan.

    f. Teori, Praktik, Transformasi

    Dalam peneltitian tindakan, teori menginformasikan praktik,

    praktik menyuling teori di dalam transformasi yang kontinu.Dalam

    siklus transformatif, secara kontinu mengubah penekanan antara

    teori dan praktik.

    4. Penelitian dan Pengembangan

    Menurut Gall dan Borg dalam buku Educational Research: an

    Introduction (2003: 569) model pengembangan pendidikan berdasarkan

    pada industri yang menggunakan temuan-temuan penelitian dalam

    merancang produk, dan prosedur baru. Dengan penelitian model-model

    tersebut dites di lapangan secara sistematis, di evaluasi, di perbaiki

  • 18

    hingga memperoleh kriteria khusus tentang keefektifan, kualitas, atau

    standar yang sama.

    Terdapat beberapa karakteristik dari penelitian dan pengembangan,

    antara lain:

    a. Tujuan utamanya untuk mengembangkan produk-produk yang

    efektif digunakan di sekolah-sekolah, bukan untuk merumuskan atau

    menguji teori.

    b. Merupakan jenis penelitian pragmatik yang menawarkan suatu cara

    untuuk menguji teori dan memvalidasi praktik yang terus-menerus

    dilakukan secara esensial melalui tradisi yang tidak menantang.

    c. Desain pengembangan produk dan proogram pembelajaran

    dipandang menjadi jantung dari bidang desain dan teknologi

    pembelajaran.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Emzir. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kulitatif. Jakarta:

    Rajawali Pers.

    Moleong, Lexy J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya.

    Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.