paper_tkk_i_kel_2

11
PAPER KEBIJAKAN ENERGI Pengaruh Bahan Bakar Transportasi terhadap Pencemaran Udara dan Solusinya Disusun Oleh : Ebenezer L . T ( 29162 ) Ferdinan M Sinaga ( 28538 ) Michael Kuron ( 28594 ) Nuring Tyas W ( 28122 ) Oni Kresnawan ( 29067 ) Paul Augustin T ( 28509 ) Rony Sianturi ( 28697 ) Thomas Ari Negara ( 28385 ) Yanto Tobing ( 28083 ) Yohannes Ridwan S. ( 28598 ) JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006

Upload: amar-senjaku-ofdetraisar

Post on 28-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MAKALAH

TRANSCRIPT

Page 1: Paper_TKK_I_Kel_2

PAPER KEBIJAKAN ENERGI

Pengaruh Bahan Bakar Transportasi terhadap Pencemaran Udara dan Solusinya

Disusun Oleh : Ebenezer L . T ( 29162 )

Ferdinan M Sinaga ( 28538 )

Michael Kuron ( 28594 )

Nuring Tyas W ( 28122 )

Oni Kresnawan ( 29067 )

Paul Augustin T ( 28509 )

Rony Sianturi ( 28697 )

Thomas Ari Negara ( 28385 )

Yanto Tobing ( 28083 )

Yohannes Ridwan S. ( 28598 )

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2006

Page 2: Paper_TKK_I_Kel_2

Pengaruh Bahan Bakar Transportasi terhadap Pencemaran

Udara dan Solusinya

LATAR BELAKANG

Selama kita hidup tentu membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam udara

terkandung dari gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03% karbon

dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Gas oksigen merupakan

komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti itu

dibilang sebagai udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat

aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya.

Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa

pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara.

Kondisi seperti itu lazim disebut dengan pencemaran (polusi) udara. Menurut Isna Marifat

M.Sc., Ketua Penyelenggara Segar Jakartaku, 70 persen pencemaran udara Jakarta disebabkan

oleh kendaraan bermotor. Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah

mencapai titik yang mengkhawatirkan terutama dikota-kota besar. Tingginya pertumbuhan jumlah

kendaraan bermotor di kota-kota besar di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 8-12% per tahun

(Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas (Januari 2000)). Oleh

sebab itu, pencemaran udara yang dibahas dalam paper ini dibatasi hanya yang berasal dari sektor

transportasi.

ISI

A. Defenisi Udara Tercemar / Batas Pengukuran Pencemaran Terendah & Teratas

Udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal

dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat

pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas dapat

dibedakan dalam golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol),

golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida),

golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon), dan golongan gas yang

berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap). Jenis pencemaran udara berbentuk partikel

Page 3: Paper_TKK_I_Kel_2

dibedakan menjadi tiga. Pertama, mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan

timah. Kedua, bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene. Ketiga,

makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing. Sementara itu, jenis pencemaran udara

menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu pencemaran udara bebas dan

pencemaran udara ruangan. Kategori pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah

(letusan gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia,

misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor. Sedangkan

pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan.

Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon

monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon (O3), Hidro karbon (HC), PM 10, Partikel

debu ( PM 2,5 ), TSP (debu), Pb (Timah Hitam).

Tabel I.

Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

B. Pertumbuhan Produksi Kendaraan Bermotor dan Konsumsi BBM Untuk

Transportasi

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang terjadi di kota-kota besar mencapai 8-

12% per tahun. Dimana data mengenai pertumbuhan dari berbagai jenis kendaraan dari tahun

1990 hingga tahun 1999 dapat dilihat pada tabel II.

Page 4: Paper_TKK_I_Kel_2

Tabel II.

Jumlah kendaraan di Indonesia mulai tahun 1990-1999

(Tidak termasuk kendaraan ABRI dan CD )

Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas (Januari 2000)

Dari data pada tahun 1990 hingga tahun 1998 dapat dilihat bahwa jenis kendaraan yang

mendominasi adalah sepeda motor. Dimana grafik mengenai persentase kendaraan yang ada

di Indonesia sebagai berikut

Persentase Jumlah Kendaraan

72%

15%

9%

4%

13%

Kendaraan Roda DuaMobil PenumpangMobil BarangMobil Bus

Gambar 1. Persentase Jumlah Kendaraan

Dan yang menjadi masalah dalam pencemaran udara adalah emisi kendaraan bermotor

dimana sebagian besar kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM)

berupa Premix, Premium atau Solar yang mengandung timah hitam (Leaded) berperan

sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan. Dengan emisi

yang dihasilkan masing-masing kendaraan pada daerah Jabotabek adalah :

Page 5: Paper_TKK_I_Kel_2

Tabel. III

Perkiraan Emisi dan Buang Dari Berbagai Kendaraan

Bermotor di JABOTABEK

Sumber: The Study on the Interqrated Air Qulity Manajement for Jakarta Metropolitan Area

Dan juga konsumsi BBM secara Nasional dari Pertamina (April 99 – Nopember 99) berupa

Premix, Premium dan Solar mencapai 34.499.347 KI, dengan konsumsi Bahan Bakar Minyak

(BBM) untuk transpotasi darat berdasarkan Badan Litbang Perhubungan (1996) pada Tabel

III.

Tabel. IV

PERKIRAAN RATA-RATA KONSUMSI ENERGI SEKTOR TRANSPORTASI

Sumber: Skenario Pengunaan teknologi Efisien, Dit. Teknologi konversi dan Konservasi Energi

Page 6: Paper_TKK_I_Kel_2

C. Pengaruh Zat Hasil Bakar terhadap Makhluk Hidup

C.1. SULFUR DIOKSIDA

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk

gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang

keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah

iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi

pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi

terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama

terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan

kadiovaskular. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai

berikut :

S + O2 < --------- > SO2

2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3

C.2. CARBON MONOKSIDA

Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu

udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa lain, CO mempunyai

potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan

pigmen darah yaitu haemoglobin.

C.3. NITROGEN DIOKSIDA

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm

dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut

disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm

akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit

atau kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit

terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

C.4. OZON

Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan

oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon

sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di

udara pada ketinggian 30km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm

secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari

Page 7: Paper_TKK_I_Kel_2

jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi

sinar matahari dengan kuat di daerah panjang gelombang 240-320 nm. (catatan ditanyakan

kenapa?)

C.5. HIDROKARBON

Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk

ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di

daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan

luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

Tabel V.

Jenis – jenis Hidrokarbon Aromatic dan Pengaruh pada Kesehatan Manusia.

C.6. KHLORIN

Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis

gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas

khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain

bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.

Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan

dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan

peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen

seperti pada proses yang terjadi di bawah ini.

C.7. PARTIKEL DEBU

Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang

dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan

berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena

Page 8: Paper_TKK_I_Kel_2

partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan

menyebabkan iritasi.

C.8. TIMAH HITAM

Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein

yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala

keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut

muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan,

konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan

penglihatan.

Tabel V. Indeks Standar Pencemaran Udara

Page 9: Paper_TKK_I_Kel_2

D. Solusi

Beberapa usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat pencemaran udara terutama di

kota-kota besar antara lain:

1. Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar gas:

a. Keringanan pajak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas berupa

PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). Ref. PERPU. No.21 tahun 1997.

b. Pemberian keringanan pajak untuk bea-impor conversion kit, sehingga harga jualnya

dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat.

c. Peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk

(ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada setiap kendaraan baru yang sudah

diproduksi.

2. Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)

Kebijakan pemerintah untuk percepatan pembuatan BBN antara lain:

a. Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional.

b. Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan

BBN.

c. Keputusan Presiden (Keppres) No.10 tahun 2006 tentang Tim Nasional

pengembangan BBN untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran.

Solusi BBN untuk transportasi adalah sebagai pengganti/subtitusi solar atau bensin. Untuk

solar digunakan bio-diesel, sedangkan untuk bensin digunakan bio-ethanol. Bio-diesel

merupakan bentuk ester dari minyak nabati (sawit, minyak kelapa, jarak pagar,dll).

Sedangkan bio-ethanol merupakan anhydrous alkohol berasal dari fermentasi tetes/nira

tebu, singkong, jagung atau sagu. Berikut skenario kebijakan implementasi BBN:

Page 10: Paper_TKK_I_Kel_2

Gambar 2. Skenario Implementasi BBN

Tabel VI. Perbandingan minyak jarak (BBN) dengan minyak diesel (BBM)

Blending 10% (B10) adalah bahan bakar dengan komposisi 10% minyak nabati dan 90%

minyak solar. B10 jauh lebih ramah lingkungan dan memiliki nilai cetane lebih tinggi.

Angka cetane B10 sekitar 64 sehingga membuat tarikan mesin kendaraan jauh lebih tinggi

dibandingkan solar biasa. Sementara nilai opasitas (kadar asap) turun antara 10-20 persen.

Penurunan juga terjadi pada kandungan sulfur pada biodiesel hasil pencampuran tersebut.

(Sumber: SUARA PEMBARUAN DAILY, 28/9/04)

Page 11: Paper_TKK_I_Kel_2

3. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 95 Tahun 2000 Tentang Pemeriksaan

Emisi Dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi di Propinsi DKI Jakarta

KESIMPULAN

Tingkat polusi udara dari sektor transportasi sudah melebihi baku mutu lingkungan.

Sehingga diperlukan kerjasama yang komprehensif dari pemerintah terutama Departemen

Perhubungan, masyarakat dan produsen kendaraan bermotor.

Referensi

Pengembangan BBN sebagai Upaya Percepatan Pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan

presentasi TIM BUMN-ESDM-RISTEK BPPT-DEPTANDEPHUT

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian Pencemaran Udara.

http://bplhd.jakarta.go.id/dalcem_udara.asp?cek=1, Jakarta, 21 – 09 – 2006.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Zat – zat Pencemar Udara.

http://bplhd.jakarta.go.id/dalcem_udara.asp?cek=2, Jakarta, 21 – 09 – 2006.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengendalian Pencemaran Udara.

http://bplhd.jakarta.go.id/dalcem_udara.asp?cek=4, Jakarta, 21 – 09 – 2006.

Sudrajad, Agung., Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan.

http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=111, Jakarta, 12 – 09 – 2006.

Komisi Pemberantas Bensin Bertimbal. http://www.kpbb.org/download.html.

Jakarta,12-09-2006