paper regional

18

Click here to load reader

Upload: pii-lyra-ramadati

Post on 02-Aug-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Regional

ANALISIS POTENSI DAN SEKTOR UNGULAN

PENDAHULUAN

Struktur pertumbuhan ekonomi daerah membahas tentang tendensi pertumbuhan

ekonomi. Data yang digunakan utnuk analisis ini adalah Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), Propinsi Sumatera Barat untuk periode 2000-2007. Tahun 2000 sengaja

dipilih karena mulai tahun ini, kondisi ekonomi daerah mulai pulih dari krisis ekonomi

sehingga gejolak data tidak terlalu besar.

Tendensi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan adalah seperti terlihat pada

Tabel 1.1. Disini terlihat bahwa laju pertumbuhan Sumatera Selatan dari tahun 2001

sampai 2007 mengalami peningkatan. Terbukti pada tahun 2001 laju pertumbuhannya

dengan migas sebesar 2,47 persen mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 5,84

persen. Sedangkan laju pertumbuhannya tanpa migas pada tahun 2001 rata-rata sebesar

2,93 persen juga mengalami peningkatan pada tahun 2007 rata-rata sebesar 8,04 persen.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, terutama sektor komunikasi adalah sektor yang

pertumbuhannya yang paling pesat di tahun 2007 mencapai rata-rata sebesar 14,32

persen. Selanjutnya sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa tumbuh sebesar 9,14 persen,

sedangkan sektor pertambangan dan Penggalian pertumbuhannya paling lamban hanya

sebesar 0,25 persen.

Arah bagi kebijakan pembangunan yang akan ditempuh oleh pemerintah daerah

dapat dilakukan dengan melihat spesialisasi keunggulan dari tiap wilayah atau

kecamatan. Kebijakan pembangunan yang dialokasikan dalam bentuk dana pembangunan

dapat betul-betul tepat sasaran, sehingga ketimpangan antara satu wilayah dengan

wilayah yang lainnya dapat diperkecil. Wilayah-wilayah yang selama ini tertinggal

diharapkan dapat mampu mengejar ketertinggalannya dengan tetap berjalan pada fungsi

wilayah masing-masing. Skala yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah dalam

sistem ekonomi, administrasi dan pelayanan umum berakibat fungsi dari wilayah tersebut

berbeda pula dalam pola harmonisasi yang mampu saling menunjang peran wilayah satu

dengan yang lainnya. (Yudistri, 2005 : 83)

Page 2: Paper Regional

Tabel 1.1

Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan

Dengan Harga Konstan 2000 (%)

NO Lapangan UsahaTahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

1 Pertanian   4.25 4.53 4.98 6.14 5.88 6.44 6.48

2 Pertambangan dan Hasil-hasilnya   1.84 -0.17 -0.06 0.41 0.42 0.36 0.25

3 Industri Pengolahan   1.73 3.58 4.55 5.87 4.75 5.30 5.70

  a. Industri Migas   -1.77 2.17 -0.70 -0.95 -1.34 -1.48 -1.52

  b. Industri Tanpa Migas   3.27 4.17 6.71 8.48 6.88 7.49 7.83

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih   9.94 4.26 4.15 5.48 6.66 7.67 7.40

5 Bangunan / Konstruksi   5.00 5.82 6.69 8.56 7.61 7.25 8.11

6 Perdagangan   4.87 5.54 5.35 6.21 7.73 7.93 9.04

7 Pengangkutan dan Komunikasi   5.16 6.10 9.68 11.4911.56

10.56 14.32

  a. Pengankutan   2.92 3.61 7.23 7.86 6.58 6.46 7.01

  b. Komunikasi  14.65

15.58

18.05 22.76

25.13

20.08 29.37

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan   2.86 4.07 5.27 7.12 7.37 8.26 9.14

9 Jasa-jasa   -5.06 3.82 4.65 3.64 6.72 7.90 9.06

  a. Pemerintahan Umum  

-10.75 2.83 4.31 2.02 6.68 8.27 9.43

  b. Swasta   4.88 5.30 5.14 5.97 6.78 7.39 8.54

PDRB dengan migas   2.47 3.08 3.68 4.63 4.84 5.20 5.84

PDRB tanpa migas   2.92 4.75 5.73 6.74 7.29 7.33 8.68Sumber: BPS, Sumatera Selatan, 2007.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial

Menurut Asyard dalam Yudistri (2005 : 85) teori basis ekonomi menyatakan

bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung

dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi pada

intinya membedakan aktifitas sektor basis dan aktifitas sektor non basis. Aktifitas sektor

basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah

itu, sedangkan aktifitas sektor non basis merupakan sektor sekunder artinya tergantung

perkembangan yang terjadi dari pembanguanan menyeluruh itu. Teori pertumbuhan

berbasis ekspor tertanam pada gagasan bahwa perekonomian lokal harus menambah

aliran uang masuknya agar tumbuh dan satu-satunya cara yang paling efektif untuk

menembah aliran uang masuk adalah menembah ekspor.

Page 3: Paper Regional

Basis ekonomi dari sebuah komoditas terdiri atas aktifitas-aktifitas yang

menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan

perekonomian. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal,

termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasikan kekayaan

daerah dan penciptaan peluang kerja, dan daerah mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada

termasuk dari luar daerah dalam upaya meningkatkan peluang ekspor. Konsep kunci dari

teori berbasis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan.

Lebih lanjut dalam analisis teori basis ekonomi, teori tersebut dapat digunakan

untuk menentukan sektor dan subsektor potensial di Kabupaten Musi Rawas

berddasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Apabila sektor potensial

tersebut dapat dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan pendapatan daerah secara optimal.

Menurut terori ini suatu daerah dapat dibedakan menjadi daerah andalan dan

bukan andalan, yang selanjutnya dimodifikasikan menjadi sektor/subsektor ekonomi

potensial dan bukan sektor/subsektor ekonomi potensial.

Karena kerangka teoritis yang digunakan dalam analisa ini adalah Model Basis

Ekspor, maka pada tahap pertama perlu dibuktikan secara statistik peranan variabel

ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan. Sejalan dengan analisis ini,

perlu pula dilakukan pengetesan tentang pengaruh sektor basis terhadap pertumbuhan

ekonomi Sumatera Selatan. Untuk dapat melakukan ini, telebih dahulu perlu ditentukan

secara empirik sektor-sektor mana yang dapat dikelompokkan sebagai sektor basis dan

mana yang dapat dikelompokkan sebagai sektor basis yang sebenarnya memerlukan

penelitian yang sangat mendalam menyangkut dengan tingkat kesuburan tanah, potensi

sumber daya alam, kemampuan teknologi produksi, pemasaran dan kemampuan

sumberdaya manusia yang mengelola kegiatan tersebut. Akan tetapi penelitian terhadap

hal ini memakan waktu lama dan biaya sangat besar. Karena dalam penelitian ini

dilakukan jalan pintas dengan menerapkan teknik sederhana yaitu menggunkan Formula

Location Quatient (LQ).

Page 4: Paper Regional

/

Dimana Yij adalah nilai tambah sektor i di region j. Bila data tentang jumlah pekerja

(employment) untuk masing-masing sektor tersedia. Formula ini juga dapat dihitung

menggunakan data tersebut. Hasil perhitungan koefisien ini akan berkisar satu dengan

pengertian sebagai berikut. Bila LQij > 1 berarti sektor tersebut adalah sektor basis dan

sebaliknya bila LQij < 1 maka sektor tersebut bukan dan hanya sebagai sektor penunjang.

METODE PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada masalah yang berhubungan

dengan analisis potensi dan sektor unggulan. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi/lembaga yang terkait dengan

permasalahan yang akan diteliti yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi.

Metode pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi

pustaka dan metode dokumentasi. Metode studi pustaka adalah yang bersumber dari

kepustakaan yang berupa jurnal, tulisan ilmiah, maupun artikel. Metode dokumentasi

merupakan data yang dikumpulkan dari berbagai instansi atau lembaga yang terkait

dengan permasalahan yang akan diteliti, studi pustaka dan penelitian sebelumnya secara

deskriptif. Data yang digunakan untuk dianalisis adalah data runtun tahun 2000-2006.

Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis potensi dan sektor

unggulan.

Analisis Potensi dan Sektor Unggulan

Untuk mengetahui potensi dari sektor dan subsektor yang dapat

diunggulkan yang ada di kabupaten Musi Rawas, sebelumnya dipergunakan

analisis Model Rasio pertumbuhan dan analisis LQ yang kemudian hasil kedua

analisis tersebut di Overlay, guna mengetahui sektor dan subsektor unggulan di

Kabupaten Musi Rawas dengan membandingkan dengan sektor dan subsektor

yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Page 5: Paper Regional

Dengan mengacu pada model pendekatan LQ dapat disajikan bentuk

persamaan seperti berikut:

jangan lupo rumusnya

Keterangan:

Eij = Produksi komoditas i di Kabupaten (j)

Ej = Produksi komoditas total di Kabupaten (j)

Ein = Produksi komoditas i di Provinsi (n)

En = Produksi komoditas total di Provinsi (n)

Setelah LQ dihitung maka didapat sebagai berikut:

1. Nilai LQ suatu komoditas > 1 maka komoditas tersebut dapat dikatakan sebagai

komoditas basic atau unggulan, sehingga perekonomian di suatu kabupaten

memiliki kesempatan lebih besar untuk memenuhi kebutuhan daerah akan

produk-produk dengan komoditas-komoditas sendiri;

2. Nilai LQ suatu komoditas < 1 maka komoditas tersebut bukan merupakan

komoditas basic atau unggulan sehingga dapat dikatakan kabupaten tersebut

kekurangan produk atas komoditas tersebut dan harus mendatakannya dari daerah

lain.

3. Nilai LQ suatu komoditas = 1 maka komoditas tersebut mempunyai konstribusi

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa mampu memenuhi

permintaan akan permintaan akan komoditas tersebut dari luar.

Alat analisis lain dirasa juga penting dipergunakan untuk mengidentifikasi sektor

dan subsektor ekonomi potensial. Hal ini mengacu kepada rekomendasi Yusuf dalam

Yusdistri (1999 : 220- 223), yang menganjurkan untuk menggunakan lebih dari satu alat

analisis dalam mengidentifikasi sektor ekonomi potensial di suatu wilayah. Oelh karena

itu, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) akan turut digunakan untuk menganalisis sektor

dan subsektor ekonomi potensial bedasarkan kriteria pertumbuhan PDRB.

Page 6: Paper Regional

MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam

skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis MRP terdapat

dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:

(a) Rasio pertumbuhan wilayah studi (Rps) yaitu perbandingan antara pertumbuhan

pendapatan (PDRB) sektor i di wilayah studi dengan peertumbuhan pendapatan

(PDRB) sektor i referensi.

Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (Rps) =

(b) Rasio pertumbuhan wilayah referensi (Rpr) yaitu perbandingan rata-rata

pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di wilayah referensi dengan rata-rata

pertumbuhan pendapatan (PDRB) total di wilayah referensi.

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (Rpr) =

Keterangan:

belom dibuat

Dalam penelitian ini digunakan persamaan model rasio pertumbuhan wilayah

studi (Rps), dengan asumsi jika pertumbuhan pendapatan suatu sektor di Kabupaten Musi

Rawas lebih tinggi dibandingkan pada kegiatan yang sama di Provinsi maka Rps bertnda

positif(+).

Setelah melakukan analisis LQ dan MRP dapat dilanjutkan dengan analisis

Overlay yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi kegiatan ekonomi potensial dalam

suatu wilayah yang didasarkan atas kriteria pertumbuhan (hasil analisis studi atau Rps)

dan kriteria konstribusi antara sektor/subsektor ekonomi potensial yang menggambarkan

keadaan daerah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan (+) dan konstribusi (+): menunjukkan suatu sektor (subssektor)

yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari konstribusinya.

2. Peertumbuhan (+) dan konstribusi (-): menunjukkan suatu sektor (subsektor)yang

pertumbuhannya dominan tetapi konstribusinya kecil.

Page 7: Paper Regional

3. Pertumbuhan (-) dan konsrtibusi (+): menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang

pertumbuhannya kecil tetapi konstribusinya besar.

4. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-): menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang

tidak potensial baik kriteria pertumbuhan maupun konstribusinya.

Dari proses ketiga analisis tersebut maka dapat diketahui sektor dan subsektor

mana saja yang laju pertumbuhan dan konstribusinya lebih tinggi dibandingkan dengan

sektor dan sub sektor yang sama di provinsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan analisis LQ dilakukan untuk melihat seberapa basar sumbangan suatu

sektor dan subsektor terhadap PDRB antara Kabupaten Musi Rawas dan Provinsi

Sumatera Selatan. Dari 9 Sektor yang dianalisis, Hasil perhitungan dengan menggunakan

data 2000-2007 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1.4.

Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.4 ternyata sektor-sektor ekonomi Musi Rawas

yang dapat dikelompokan sebagai sektor basis adalah Sektor-sektor Pertanian, dan

Pertambangan dan hasil-hasilnya yang dapat digolongkan pada Sektor Basis. Ini berarti

bahwa kedua sektor ini merupakan kegiatan ekonomi daerah yang mempunyai

Keuntungan Kompetitif untuk dikembangkan dalam rangka mendorong proses

pengembangan kedua sektor ini. Sedangkan peranan sektor ekonomi lainnya adalah

sebagai sektor penunjang dari Sektor Basis tersebut.

Dengan demikian terlihat bahwa keterpaduan antara Sektor Basis dan Sektor Non

Basis juga merupakan unsur penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Musi

Rawas.

Tabel 1.4

Nilai Location Quetient Musi Rawas Menurut Sektor

2000-2007

NO Lapangan UsahaTahun Rerat

a2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

1 Pertanian   1.83 1.85 1.82 1.86 1.88 1.88 1.88 1.91 1.86

2 Pertambangan dan Hasil-hasilnya 1.41 1.36 1.44 1.39 1.43 1.46 1.51 1.55 1.44

Page 8: Paper Regional

3 Industri Pengolahan 0.40 0.43 0.42 0.43 0.43 0.44 0.44 0.45 0.43

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.15 0.15 0.15 0.16 0.16 0.16 0.15 0.16 0.15

5 Bangunan / Konstruksi 0.51 0.54 0.53 0.53 0.51 0.48 0.48 0.50 0.50

6 Perdagangan 0.33 0.34 0.33 0.34 0.33 0.32 0.32 0.31 0.33

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.09 0.10

8Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0.43 0.45 0.44 0.45 0.44 0.43 0.41 0.40 0.43

9 Jasa-jasa   0.76 0.84 0.83 0.85 0.83 0.85 0.83 0.79 0.82Sumber: BPS, PDRB Sumsel & Kabupaten Musi Rawas Diolah, 2007

Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ masing-masing subsektor, maka subsektor

yang dapat dikategorikan sebagai subsektor unggulan dengan nilai LQ masing-masing

yaitu

Analisis MPR yang dalam hal ini menggunakan Rasio peertumbuhan studi (Rps)

digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan suatu sektor dan subsektor kabupaten

dibandingkan dengan asumsi bila laju peertumbuhan sektor dan subsektor Kabupaten

Musi Rawas lebih tinggi maka bertanda positif.

Berdasarkan hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan (Tabel 3), maka untuk sektor yang

menunjukkan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan propinsi yaitu

Selanjutnya, untuk melengkapi analisis tentang pertumbuhan ekonomi daerah,

dirasakan perlu untuk melihat struktur pertumbuhan ekonomi daerah Sumatera Selatan

dalam kaitannya dengan kabupaten dan kota. Salah satu kabupaten yang dipilh untuk

perbandingan tersebut adalah Kabupaten Musi Rawas berikut tingkat PDRB

Perkapita untuk periode tahun 2003-2007. Hasil perhitungan yang diperoleh ditampilkan

pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan dan Pendapatan Perkapita Propinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Musi RawasPeriode 2003 – 2007

Sumatera Selatan Musi Rawas

Page 9: Paper Regional

Laju Pertumbuhan PDRB * (%)

4.84 5.00

PDRB perkapita **(Rp. Juta)

11.98 8.78

Keterangan : * Dihitung dengan harga Konstan 2000** Dihitung dengan harga berlaku.

Sumber : Diolah dari BPS, Sumatera Selatan

Seperti yang terlihat pada Tabel 1.2, kabupaten Musi Rawas mempunyai laju

pertumbuhan yang relatif cepat (di atas rata-rata laju pertumbuhan Sumatera Selatan).

Untuk melihat tingkat kemakmuran daerah secara kasar, perlu dianalisis nilai PDRB

perkapita. Sebagaimana pada Tabel 1.2, kabupaten Musi Rawas mempunyai pendapatan

perkapita yang lebih rendah daripada rata-rata pendapatan perkapita Sumatera Selatan.

Dengan menggunakan metode Klassen Typology, dapat pula diketahui

pengemlompokan daerah kabupaten dan kota dalam Propinsi Sumatera Selatan menurut

pertumbuhannya. Dengan menggunakan Matrix Klassen dapat dilakukan 4

pengelompokkan daerah denganmenggunakan laju pertumbuhan dan pendapatan

perkapita sebagai indikator. Namun demikian perlu dicatat bahwa pengelompokkan ini

adalah bersifat dinamis karena sangat tergantung pada perkembangan kegiatan

pembangunan pada kabupaten yang bersangkutan. Ini berarti bahwa dalam beberapa

tahun kedepan, pengelompokkan akan dapat berobah sesuai dengan perkembangan laju

pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita daerah yang bersangkutan. Perubahan

tersebut akan mudah terjadi pada daerah-daerah yang kondisinya telah berada dekat

dengan batas rata-rata dari tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita. Untuk melihat

dimana letak kabupaten Musi Rawas dalam Matrix Klassen dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3

Pengelompokkan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Musi Rawas berdasarkan Klassen Typology

Laju Pertumbuhan

Pendapatanperkapita

Laju Pertumbuhan

Diatas Rata-rata

Laju pertumbuhan

Dibawah Rata-rata

Pendapatan PerkapitaDiatas Rata-rata

Daerah Maju Daerah Maju Tapi Tertekan

Daerah Berkembang Daerah RelatifTerbelakang

Page 10: Paper Regional

Pendapatan PerkapitaDibawah Rata-rata

MUSI RAWAS

Catatan : Pengelompokan ini didasarkan pada data Laju Pertumbuhan dan PDRB perkapita pada Tabel 1.2

Seperti yang terlihat pada Tabel 1.3 bahwa kabupaten Musi Rawas

dikelompokkan sebagai daerah yang sedang berkembang karena mempunyai laju

pertumbuhan PDRB yang relatif tinggi, walaupun pendapatan perkapita masih lebih

rendah dibandingkan dengan rata-rata secara keseluruhan daerah.

Perlu dicatat bahwa pengelompokkan sektor-sektor berdasarkan Location

Quetient ini pada dasarnya masih juga bersifat kasar karena hanya didasarkan pada

informasi sekunder, yaitu nilai tambah produksi sebagaimana diperoleh dari angka PDRB

Agar analisis menjadi teliti, sebaliknya hasil perhitungan ini dicheck kembali dengan

informasi yang diperoleh dari survei lapangan. Aspek-aspek yang perlu diteliti melalui

survei lapangan antara lain mencakup aspek : pemasaran, teknologi produksi, penyediaan

sarana produksi dan ketersediaan tenaga terampil yang relevan dengan kegiatan

bersangkutan.

PENDAHULUAN

Page 11: Paper Regional

Analisis pertumbuhan ekonomi regional kasus Propinsi Sumatera Selatan dan

Kabupaten Musi Rawas dimaksudkan untuk mambahas kondisi dan Struktur

pertumbuhan ekonomi daerah Propinsi Sumatera Selatan dewasa ini yang selanjutnya

akan dijadikan landasan utama utnuk melakukan proyeksi kondisi dimasa mendatang.

Pembahasan ini mencakup analisis struktur ekonomi daerah dan faktor utama penentu

pertumbuhan ekonomi daerah yang diperlukan sebagai dasar utama untuk perumusan

pola kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa yang akan datang. Dengan

diketahuinya secara teruji faktor-faktor tersebut maka kebijaksanaan pembangunan

ekonomi daerah akan dapat digerakkan secara lebih terarah.

TUGAS

EKONOMI REGIONAL

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

Page 12: Paper Regional

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

MUTIA LYRA RIFANI

51061002012

IESP

UNIVERSITAS SRIWIJAYA