paper praktikum teknik optik
DESCRIPTION
desain OptikTRANSCRIPT
-
Desain Divais Optik Beam Expander dengan
Menggunakan Perangkat Lunak OSLO Karina Anggraeni, Nufiqurakhmah, Angkik Pandu Rizky, Devic Oktora, Sirojulaili
S1 Lintas Jalur Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Abstract Dewasa ini alat optik merupakan kemajuan bagi peradaban manusia. Alat optik dapat berupa teleskop, kamera,
teropong, mikroskop, dan lain - lain. Dalam perancangan alat
optik perlu diperhatikan komponen komponen dan parameter yang tersusun dalam desain alat optik tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya aberasi. Beam expander adalah komponen
pada optik yang digunakan untuk memperbesar beam. Beam
expander merupakan konsep dasar yang digunakan pada teleskop.
Desain optik pada beam expander yang telah dirancang
menggunakan perangkat lunak OSLO dan dibandingkan dengan
percobaan secara langsung. Analisa data dilakukan setelah
diperoleh hasil desain beam expander menggunakan OSLO dan
eksperimen langsung.
Kata kunci desain optik, aberasi, beam expander, OSLO
I. PENDAHULUAN
Penglihatan merupakan indera yang penting bagi
manusia. Dimana dengan penglihatan kita dapat mengenal
dunia. Namun tidak semua dapat dilihat dengan mata
telanjang manusia. Beberapa objek dengan jarak yang jauh
maupun ukuran yang kecil harus kita lihat untuk mendapatkan
informasi dari objek tersebut. Oleh karena itu manusia
merancang divais optik, yang salah satunya berupa lensa.
Pemanfaatan lensa sendiri dewasa ini kita rasakan sangat
besar, mulai dari hanya mengabadikan momen dengan
kamera, melakukan percobaan dengan mikroskop, hingga penemuan bintang dan planet baru menggunakan teleskop.
Perancangan divais optik diperlukan untuk membantu
dalam kegiatan manusia. Salah satunya adalah desain beam
expander. Beam Expander adalah komponen optik yang
digunakan untuk memperbesar beam. Desain dibuat pada
perangkat lunak OSLO dan selanjutnya diimplementasikan
dalam eksperimen secara nyata. Paper ini akan membahas
mengenai hasil yang diperoleh dari desain beam expander
secara simulasi dan eksperimen.
II. DASAR TEORI
2.1 Desain Optik
Desain optik adalah membuat rancangan alat optik. Alat optik dapat berupa teleskop, kamera, teropong, mikroskop dan
lain lain. Dalam perancangan alat optik ini harus memperhatikan komponen komponen yang terkandung
dalam desain alat optik tersebut. Hal ini untuk menghindari
adanya aberasi.
2.2 Beam Expander
Beam expander adalah komponen pada optik yang digunakan untuk memperbesar beam. Beam expander
merupakan konsep dasar yang digunakan pada teleskop. Jenis
beam expander ada 2 yaitu :
1) Galilean Beam Expander
Galilean beam expander terdiri dari lensa negatif dan lensa
positif.
Gambar 2.1 Galilean Beam Expander
2) Keplerian Beam Expander
Keplerian beam expander terdiri dari 2 lensa positif.
Gambar 2.2 Keplerian Beam Expander
Beam divergence tergantung pada diameter beam seperti
pada persamaan berikut :
Perbesaran dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
-
Mp =
atau Mp =
Selain itu, untuk mengetahui output diameter beam dapat
dihitung dari panjang sinar keluaran dari input diameter beam.
Gambar 2.3 Jarak input beam dengan output beam
Laser beam divergence menggunakan sudut penuh
sehingga yang digunakan bukan
.
Dari persamaan di atas maka
Persamaan di atas bisa digunakan jika besar tidak dipengaruhi aberasi sferis. Jika dipengaruhi aberasi sferis
maka seperti ini hasilnya :
1) Galilean beam expander
Gambar 2.4 Pengaruh Aberasi Sferis pada Beam Expander Galilean
2) Keplerian beam expander
Gambar 2.5 Pengaruh Aberasi Sferis pada Beam Expander Keplerian
Dalam mendesain alat optik berdasarkan pada prinsip
optika geometri. Prinsip optika geometri yang digunakan
adalah optika geometri pada lensa cekung dan cembung.
Pembentukan bayangan pada lensa mematuhi aturan berikut::
1) Sinar datang pada lensa cembung sejajar dengan sumbu lensa akan dibiaskan menuju titik fokus lensa.
Sebaliknya jika sinar datang melewati titik fokus akan
dibiaskan sejajar sumbu lensa.
2) Sinar datang pada lensa cekung sejajar dengan sumbu lensa akan dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
fokus lensa. Sebaliknya jika sinar datang menuju titik
fokus akan dibiaskan sejajar sumbu lensa.
3) Sinar yang datang melalui pusat lensa akan diteruskan..
Pembentukan bayangan pada lensa sebagai berikut :
1) Lensa cekung
Gambar 2/6 Pembentukan Bayangan pada Lensa Cekung
2) Lensa cembung
Gambar 2.7 Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung
2.3 Aberasi
Aberasi disebutj uga kesesatan atau kecacatan lensa.
Aberasi adalah kelainan bentuk bayangan yang dihasilkan
oleh lensa atau cermin. (Tippler, 2001). Aberasi optik adalah
degradasi kinerja suatu sistem optik dari standar pendek atan
paraksial optika geometri. Degradasi yang terjadi dapat
disebabkan sifat-sifat optik dari cahaya maupun dari sifat-sifat optik sebagai medium terakhir yang dilalui sinar sebelum
mencapai mata pengamatnya.
1) Aberasi Sferis Aberasi sferis adalah gejala kesalahan terbentuknya
bayangan yang diakibatkan pengaruh kelengkungan lensa atau
cermin. Aberasi semacam ini akan menghasilkan bayangan
-
yang tidak memenuhi hukum-hukum pemantulan atau
pembiasan. Ada dua jenis aberasi sferis :
2) Aberasi Kromatik Aberasi kromatik adalah pembiasan cahaya yang berbeda
panjang gelombang pada titik fokus yang berbeda. Prinsip
dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena fokus lensa
berbeda beda untuk tiap tiap warna. Ada dua macam aberasi kromatik :
3) Aberasi Monokromatik Aberasi monokromatik sering juga disebut aberasi tingkat
ketiga adalah aberasi yang terjadi walaupun sistem optik mempunyai lensa dengan bidang sferis yang telah sempurna
dan tidak terjadi dispersi cahaya.
4) Koma Koma adalah gejala dimana bayangan sebuah titik sinar
yang terletak di luar sumbu lensa tidak berbetuk titik pula.
Dapat dihindari dengan diafragma.
5) Distorsi Distorsi adalah gejala bayangan benda yang
berbentuk bujur sangkar tidak berbentuk bujur sangkar lagi.
Dapat dihindari dengan lensa ganda dengan difragma di
tengahnya.
6) Astigmatisme Astigmatisme adalah gejala dimana bayangan benda titik
tidak berupa titik tapi berupa ellips atau lingkaran.
Astigmatisme itu sama dengan koma namun koma terbentuk
akibat penyebaran gambar dari suatu titik pada suatu bidang
yang tegak lurus pada sumbu lensa sedangkan astigmatisme
terbentuk sebagai penyebaran gambar dalam suatu arah
sepanjang sumbu lensa.
III. DESAIN DIVAIS OPTIK BEAM EXPANDER DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK OSLO
3.1 Pengenalan OSLO OSLO (Optics Software for Layout Optimization)
adalah software yang digunakan untuk mendesain suatu
divais optik. Umumnya layar permukaan OSLO terdiri
dari dua surfaces yaitu object surface di bagian kiri dan image surface di bagian kanan. Ada 3 parameter utama dalam setiap surfaces yaitu jari-jari kelengkungan (ketebalan
material), indeks refraksi (tipe kaca), dan jari jari apperture.
OSLO terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Command,
Spreadsheet, Main Window, Graphic Windows, Status Bar,
Text Window, dan Slider-whell Window.
Desain beam expander dilakukan dengan memasukkan
nilai tertentu pada parameter surfaces sebelum disimulasikan.
3.2. Eksperimen Desain Divais Optik Beam Expander
Desain yang dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak OSLO menggunakan dua buah lensa yang memiliki titik
fokus berbeda, yaitu 100mm dan 330mm. Beberapa parameter
surfaces diberikan untuk desain beam expander.
Gambar 3.1 Perancangan Beam Expander dengan menentukan parameter
surfaces
Gambar 3.2 Tampilan desain Beam Expander dengan menggunakan software
OSLO
Setelah dilakukan desain beam expander dengan
menggunakan perangkat lunak OSLO selanjutnya dilakukan
eksperimen secara langsung. Eksperimen dilakukan dengan
menggunakan sebuah laser dan dua buah lensa dengan titik
fokus berbeda dan posisi yang diatur sesuai desain pada
OSLO.
Hasil eksperimen dengan laser dan lensa memberikan hasil
yang berbeda dengan desain divais pada perangkat lunak
OSLO, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini :
TABLE 4.1
PERBANDINGAN HASIL DESAIN BEAM EXPANDER MENGGUNAKAN
PERANGKAT LUNAK OSLO DAN EKSPERIMEN LANGSUNG
Desain Divais Optik Radius Aperture
Radius
Ukuran
Beam
Perangkat Lunak OSLO 5mm 17.025mm 3.4 X
Eksperimen langsung 2mm 5mm 2.5 X
Pada hasil percoban diperoleh perbesaran beam pada
eksperimen langsung sebesar 2,5 kali. Sementara pada
simulasi dengan OSLO diperoleh perbesaran 3,4 kali.
Perbedaan hasil yang diperoleh dapat terjadi karena beberapa
faktor. Salah satunya adalah pengaturan posisi lensa dan laser.
Pengaturan posisi lensa dan laser sesuai dengan desain pada
-
OSLO dilakukan secara manual. Hal ini memungkinkan
terjadi kesalahan karena posisi laser yang tidak tepat pada
sumbu utama. Perambatan kesalahan juga terjadi akibat layar
yang berfungsi menangkap beam hanya menggunakan kertas
dan digambar dengan alat tulis.
Perbesaran yang terjadi pada eksperimen langsung pun
tidak mengalami perubahan meskipun jarak kedua lensa
diubah. Hal ini dapat terjadi akibat cahaya laser yang jatuh
tidak tepat pada titik fokus. Berkas cahaya mengalami bias
sehingga titik fokus tidak membentuk conical sempurna dan
berpengaruh pada perbesaran bayangan yang terjadi. Kecacatan pada lensa atau aberasi juga berpengaruh pada
hasil eksperimen. Simulasi yang dilakukan pada perangkat
lunak OSLO memberikan informasi faktor yang berpengaruh
pada desain beam expander adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3 Ray Intercept Curves Analysis
Gambar 3.4 Analis aberasi kromatis
Hasil simulasi dengan menggunakan perangkat lunak
OSLO menunjukkan adanya pengaruh dari aberasi kromatis.
Sementara pada eksperimen langsung yang dilakukan juga
mengindikasikan terjadinya aberasi kromatis. Aberasi ini
terjadi akibat perbedaan panjang gelombang dari sumber
cahaya (laser) mengakibatkan titik fokusnya juga berbeda. Laser yang digunakan tidak benar - benar bersifat
monokromatis. Pada batas tertentu cahaya berwarna lain yang
menyebabkan perbedaan panjang gelombang cahaya yang
dihasilkan laser.
IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa : Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dalam perancanagan beam expander dan desain optik lain di gunakan software OSLO.
2. Dalam eksperimen pembuatan beam expander menggunakan laser dan dua lensa didapatkan nilai
perbesaran beam yang berbeda dengan desain
menggunakan software OSLO .
3. Manfaat atau kegunaan dari ekperimen ini adalah untuk mendesain optik dengan optimasi untuk menurunkan
aberasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Modul Praktikum Teknik Optik 2014
[2] Bennett, C.A.,2008. Principles of Physical Optiks. USA: John Wiley & Sons.
[3] http://optikafisika.blogspot.com/2013/03/teori-aberasi.html
[4] http://www.edmundoptics.com/technical-resources-center/lasers/beam-expanders
[5] http://spie.org/x34432.xml
[6] http://share.its.ac.id/pluginfile.php/2002/mod_resource/ content/1/OPTIKA_GEOMETRI.pdf