paper pembangunan dan politik agribisnis

13
TUGAS MK. PEMBANGUNAN DAN POLITIK AGRIBISNIS KONTRIBUSI PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA Oleh : Hayyu Draifi Marla (H34134006) Program Sarjana Agribisnis Alih Jenis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Upload: hayyudraifimarla

Post on 25-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Pembangunan dan Politik Agribisnis di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

TUGAS MK. PEMBANGUNAN DAN POLITIK AGRIBISNIS

KONTRIBUSI PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

Oleh :

Hayyu Draifi Marla (H34134006)

Program Sarjana Agribisnis Alih Jenis

Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

2014

Page 2: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

Kontribusi Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Bruto

Pembangunan ekonomi suatu negara harus memiliki pondasi yang kuat yaitu sektor

pertanian sebagai penggerak dari sektor-sektor yang lain. Di negara-negara maju sektor pertanian

merupakan sektor yang sangat penting dan merupakan sektor utama yang digunakan dalam

pembangunan perekonomian. Berawal dari sektor pertanian, sektor sektor lain akan mengalami

pertumbuhan sehingga menghasilkan pertumbuhan perekonomian yang seimbang dan semakin

mantap. Perekonomian yang berjalan tanpa pertumbuhan, atau dengan pertumbuhan tetapi hanya

dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat saja, dapat memperburuk kesejahteraan masyarakat,

yang kemudian dapat memicu terjadinya kesenjangan sosial.

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pertumbuhan perekonomian

Indonesia yang dapat ditunjukkan dari Produk Domestik Bruto (PDB). Terbukti pada saat sektor

lain mengalami kontraksi PDB, sektor pertanian mengalami kenaikan PDB. Pada tahun 1998 saat

Indonesia dilanda krisis, sektor pertanian mampu bertahan dan tetap menyumbangkan PDB yang

positif sementara sektor lainnya mengalami penurunan yang drastis. Sektor pertanian juga

berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dan kesempatan kerja atau berusaha, peningkatan

pendapatan masyarakat, serta perolehan sumber devisa. Sektor pertanian terbukti menjadi andalan

dalam perekonomian nasional.

Tabel 1. Kontribusi PDB atas Harga Berlaku Tahun 2008 S.D 2014

Sumber: BPS (diolah oleh pusdiatin)

Page 3: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

Dari data BPS dalam kurun waktu 5 tahun (2008-2013) kontribusi sektor pertanian berada

pada posisi kedua setelah industri pengolahan. Kemudian posisi ketiga adalah perdagangan, hotel,

dan restaurant. Dari data tersebut terbukti bahwa sektor pertanian berkontribusi besar dalam

pembangunan perekonomian Indonesia. Dari besarnya presentasi kontribusi PDB sektor pertanian

memang berfluktuasi, namun sektor pertanian tetap menduduki peringkat kedua sebagai kontributor

pembangunan Ekonomi Indonesia.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDB Atas Harga Konstan tahun 2000 (Persen)

Sumber: BPS

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, laju pertumbuhan PDB sektor pertanian masih kecil

jika dibangdingkan dengan sektor non pertanian. Hal tersebut sangat disayangkan sebab sektor

pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar pada pembangunan perekonomian Indonesia.

Perekonomian Indonesia memang berkembang tetapi pada sektor non pertanian, sedangkan sektor

pertanian laju pertumbuhannya tidak begitu besar. Laju pertumbuhan sektor pertanian tidak

seimbang dengan sektor non pertanian, dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas ekonomi

Indonesia.

Page 4: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

Kontribusi Produk

Keunggulan negara Indonesia yang agraris membuat Indonesia mampu membudidayakan

berbagai macam komoditas pertanian antara lain adalah komoditas holtikultura, bahan pangan, dan

perkebunan. Disamping itu keunggulan lain negara agraris adalah mayoritas tumbuhan dapat

tumbuh dengan subur di Indonesia. Sektor pertanian di Indonesia berkontribusi dalam ketersediaan

bahan pangan dan bahan baku. Bahan pangan yang dapat dihasilkan antara lain beras, jagung,

singkong dan bahan pangan lainnya kecuali gandum. Sektor pertanian dapat menunjang sektor non

pertanian yang membutuhkan tenaga kerja. Ketersediaan pangan tersebut akan dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia sehingga masyarakat Indonesia mampu bekerja dan beraktivitas yang pada

akhirnya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun saat ini di Indonesia memperlakukan kebijakan impor beras dari Vietnam. Hal ini

sangat ironis sekali, Indonesia sebagai negara agraris seharusnya mampu memenuhi kebutuhan

pangan. Pemerintah selaku pembuat kebijakan seharusnya meninjau kembali impor beras tersebut.

Kebijakan impor dapat dilakukan apabila tidak mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Dalam kasus impor beras tersebut petani padi sangatlah dirugikan. Impor beras yang dilakukan oleh

Indonesia sangat bergantung dengan harga dolar. Kenaikan harga dolar akan mempengaruhi harga

beras impor tersebut di dalam negeri. Jika harga beras naik, maka akan diikuti oleh kenaikan harga

barang yang lain dan kenaikan upah yang akan berdampak pada inflasi.

Beras dari Vietnam memang mempunyai harga yang lebih rendah daripada beras dalam

negeri. Hal tersebut menyebabkan pemerintah memilih untuk impor beras daripada memberikan

penyuluhan teknologi kepada petani bagaimana meningkatkan produktivitas padi yang pada

akhirnya kesejahteraan petani akan tercapai. Pemerintah lebih memilih impor dan tidak

memperhatikan kesejahteraan para petani Indonesia. Di satu sisi permintaan beras dalam negeri

yang semakin meningkat memang mendesak pemerintah untuk mengimpor beras. Budaya

masyarakat Indonesia “belum makan, jika belum makan nasi” meningkatkan permintaan beras.Hal

ini berawal dari revolusi hijau yang dilakukan pemerintah pada masa lampau.

Revolusi hijau di Indonesia yaitu intensifikasi tanaman padi. Semua lahan digunakan untuk

menanam satu jenis tanaman yaitu padi saja. Kebijakan tersebut memang menghantarkan Indonesia

menuju kedaulatan pangan pada saat pemerintahan presiden Soeharto dan hanya bertahan 5 tahun

saja (1984-1989). Sebaliknya, revolusi hijau memiliki dampak negative karena menurunkan

keanekaragaman hayati. Dampak negative tersebut membuat masyarakat Indonesia sekarang

(generasi muda) tidak mengenal sumber karbohidrat selain dari nasi. Padahal terdapat pula tanaman

lain seperti singkong, ubi dan jagung yang juga merupakan sumber karbohidrat.

Page 5: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

Revolusi hijau hanya memberikan keuntungan bagi petani yang memiliki lahan luas saja,

sedangkan petani yang memiliki lahan sempit tidak dapat melakukan intensifikasi padi dan tidak

memperoleh keuntungan. Akibatnya adalah kesenjangan sosial yang semakin besar. Oleh sebab itu

setiap kebijakan hendaknya perlu dikaji dampak jangka panjangnya bagi kesejahteraan masyarakat

Indonesia. Kebijakan yang dibuat pemerintah seharusnya murni untuk mensejahterakan rakyat

Indonesia dan tidak disertai dengan politik yang hanya menguntungkan beberapa pihak saja dan

merugikan masyarakat Indonesia.

Kontribusi sektor pertanian sebagai bahan baku juga sangat besar. Sebagai contoh adalah

kelapa sawit dan getah karet. Turunan CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik,

sedangkan getah karet digunakan sebagai bahan baku industri ban dan karet. Industri mebel

membutuhkan bahan baku berupa kayu yang tidak lain berasal dari hasil pertanian. Saat ini

Indonesia hanya mampu mengekspor bahan-bahan baku mentah, sementara produksinya dilakukan

oleh pihak asing dan produk hasil olahan tersebut dijual kembali ke Indonesia dengan harga yang

tinggi.

Kontribusi Pasar

Penduduk di sekitar sektor pertanian adalah pasar utama bagi pasar domestik. Para petani

yang padi yang membudidayakan padi juga termasuk pasar. Petani padi dan sekitar sektor pertanian

adalah konsumen baik dalam produk konsumsi maupun jasa. Petani padi membutuhkan jasa

lembaga keuangan dan kelembagaan agribisnis untuk mengolah lahan. Integrasi sistem agribisnis

yang baik akan melibatkan semua pelaku di dalamnya yang berfungsi sebagai pelaku konsumen dan

produsen. Produk sektor pertanian adalah produk yang sangat vital karena terkait dengan bahan

pangan dan bahan baku. Para pekerja sektor non pertanian membutuhkan asupan pangan untuk

dapat bekerja dan digunakan untuk menghasilkan suatu produk.

Sektor non pertanian seperti industry kosmetik membutuhkanbahan baku yang berasal dari

turunan CPO untuk dapat berproduksi. Kemudian industri ban membutuhkanbahan baku berupa

getah karet yang berasal dari perkebunan karet. Industri mebel juga membutuhkan bahan baku

berupa kayu untuk memproduksi suatu barang. Sektor pertanian berkontribusi dalam menciptakan

pasar barang yang digunakan untuk produksi lebih lanjut (industri).

Kontribusi Faktor Produksi

Faktor produki terdiri dari capital (modal) dan tenaga kerja. Sektor pertanian saat ini dinilai

kurang menguntungkan daripada sektor non pertanian. Karena biaya bertani yang sangat tinggi

Page 6: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

menjadi persoalan pelik yang menyebabkan masyarakat menganggap berprofesi sebagai petani

sama sekali tidak menguntungkan. Sehingga terjadi transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor pertanian. Para petani padi bealih profesi menjadi karyawan sehingga sektor pertanian dalam

negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri yang pada akhirnya menetapkan

kebijakan impor.

Faktor produksi yang kedua adalah modal. Resiko investasi sektor pertanian yang lebih

besar daripada sektor non pertanian membuat investor memilih sektor non pertanian. Investasi oleh

asing masih berfokus pada sektor non pertanian karena memberikan imbalan yang lebih besar

daripada sektor pertanian. Hal tersebut disebabkan karena sifat-sifat dari produk pertanian yang

bulky dan perishable. Saat ini Indonesia belum mampu memperkecil resiko tersebut karena

keterbatasan teknologi dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani.

Kontribusi Devisa

Sektor pertanian termasuk kelautan, selain memiliki kontribusi terhadap PDB setelah

industri pengolahan, juga berkontribusi dalam menghasilkan devisa. Pertanian juga mempunyai

kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau

pengurangan tingkat ketergantungan negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian.

Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang,

rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah. Pembangunan ekonomi yang

stabil dapat tercapai jika Indonesia mampu memperkuat sektor pertanian terlebih dahulu.

Sebagai negara agraris Indonesia memiliki potensi dalam budidaya pertanian. Akan tetapi

saat ini pemerintah lebih memilih untuk impor beras daripada meningkatkan produktivitas sektor

pertanian dalam negeri khususnya bahan pangan. Permasalahan yang ada di sektor pertanian

membuat para petani beralih profesi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pembangunan ekonomi Indonesia akan berjalan dengan mantap apabila permasalahan dalam sektor

pertanian diselesaikan. Sehingga kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan dapat melakukan eksor ke

negara lain.

Peran sektor pertanian dalam peningkatan devisa dapat kontradiksi dengan perannya dalam

bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sektor pertanian terhadap pasar dan industri

domestik bisa saja tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar

kebutuhan pasar dan industri domestik disuplai oleh produk-produk impor. Peningkatan ekspor

sektor pertanian dapat berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya

Page 7: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi

pertumbuhan ekspor pertanian.

REFERENSI

Bukhori, M. 2013. Sektor Pertanian Terhadap Pembangunan Indonesia. Universitas Veteran

Surabaya.

Gie, Kwik Kian. Jurnal Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional: Sektor Pertanian Sebagai

“Prime Mover” Pembangunan Ekonomi Nasional.

Daryanto , Arief. Jurnal Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian dalam Perspektif

Pembangunan Nasional. Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor.

Syah, Amiruddin dan Dermorejo K Saktyanu. Jurnal Kontribusi Sektor Pertanian Dalam

Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial

Ekonomi Pertanian, Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian RI.

Firdaus, Randy Ferdi. 2014. Petani Makin Miskin Penyebab Indonesia Impor Beras.

http://www.merdeka.com diakses pada tanggal 27 Juni 2014

Maulana, Ian. 2013. Revolusi Hijau-Pengertian Revolusi Hijau dan Dampaknya.

http://ianmaulana13037.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id . diakses pada tanggal 27 Juni

2014.

Page 8: Paper Pembangunan Dan Politik Agribisnis

Selain Vietnam, RI Juga Banyak Impor Beras dari Negara-negara IniMaikel Jefriando - detikfinance

Rabu, 05/02/2014 07:20 WIB

Jakarta - Memasuki tahun 2014, Indonesia dihebohkan dengan keberadaan beras asal

Vietnam yang katanya ilegal beredar di Pasar Induk Cipinang, Jakarta. Beras ini menjadi

perdebatan, bagi para pedagang, importir hingga pejabat pemerintahan. Sejatinya, beras impor

tidak hanya berasal dari Vietnam. Ada berbagai negara yang ikut memasok beras ke pasar dalam

negeri. Seperti Thailand, India dan Pakistan. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat

selama tahun 2013 ada 472 ribu ton beras yang diimpor atau senilai dengan US$ 246 juta.

Namun kembali pada aturan yang dibuat oleh pemerintah, bahwa beras yang boleh diimpor oleh

perusahaan swasta hanya beras khusus (premium). Sehingga jika Perum Bulog tidak melakukan

impor pada tahun 2013, maka harusnya 472 ribu ton tersebut bukanlah beras umum (premium).

Berdasarkan data BPS yang dikutip detikFinance, Rabu (5/2/2014)