pembangunan agribisnis

Upload: yoelia

Post on 03-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    1/29

    Pembangunan Agribisnis Peternakan20072012Pembangunan Peternakan berwawasan Agribisnis dan BerkelanjutanOleh : Ir. R o h m a d

    Makalah disampaikan pada Pelatihandi Desa NGINO Kecamatan PLEMAHAN Kabupaten KEDIRIHari Rabu, 9 Nopember 2011

    PENGERTIAN AGRIBISNISEra globalisasi membawa konsekuensi perlunya perubahan struktur ekonomi,

    industri dan perdagangan. Pemerintah dan masyarakat Indonesia khususnya

    para wirausahawan bidang pertanian harus sudah mengantisipasi masalah-

    masalah yang akan dihadapi pada era perdagangan bebas dengan mengubah

    orientasi produksi menjadi orientasi Agribisnis yang diharapkan dapat

    mengintegrasikan sektor pertanian (Inti dan Turunannya) dalam sistem

    perdagangan internasional.

    Menurut Bungaran Saragih (2004) pengertian Agribisnis itu sendiri meliputi

    semua aktivitas sebagai suatu rangkaian sistem yang terdiri dari :

    1.Sub Sistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, teknologi danpengembangan sumberdaya pertanian.

    2.Sub Sistem Produksi dan Usaha Tani3.

    Sub Sistem Pengolahan Hasil-Hasil Pertanian atau Agroindustri.

    4.Sub Sistem distribusi dan Pemasaran Hasil Pertanian.Dengan demikian Sistem Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang

    berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, dimana keberhasilan

    http://rohmatfapertanian.wordpress.com/2012/07/20/pembangunan-agribisnis-peternakan/kepala-halaman-3/
  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    2/29

    pengembangan agribisnis sangat bergantung pada kemajuan-kemajuan yang

    dapat dicapai pada setiap simpul yang menjadi Sub Sistemnya.

    EVALUASI KEBIJAKANEvaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.

    1.Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang validdan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh

    kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan

    publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-

    tujuan tertentu (misalnya, perbaikankesehatan) dan target tertentu.

    2.Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadapnilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelasdengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai

    juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan

    dan target dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam

    menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analis dapat menguji

    alternatif.sumber nilai maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk

    rasionalitas (teknis, ekonomis, legal, sosial, substantif).

    3.Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metodeanalisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah danrekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan

    dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan,

    sebagai contoh, dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu

    didefinisikan ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi

    alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan

    menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya

    perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.

    Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, digunakan tipe

    kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi hasil kebijakan. Perbedaan utama

    antara kriteria untuk evaluasi dan kriteria untuk rekomendasi adalah pada

    waktu ketika kriteria diterapkan atau diaplikasikan. Kriteria untuk evaluasi

    diterapkan secara restrospektif (ex post), sedangkan kriteria untuk

    rekomendasi diterapkan secara prospektif (ex ante). Mengingat kurang jelasnya

    http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/
  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    3/29

    arti evaluasi di dalam analisis kebijakan, menjadi sangat penting untuk

    membedakan beberapa pendekatan dalam evaluasi kebijakan, yaitu evaluasi

    semu, evaluasi formal, dan evaluasi teoritis keputusan.

    Pengertian Sistem AgribisnisIstilah agribisnis yang terungkap sejauh ini memberikan kesan kepada kita

    bahwa agribisnis adalah suatu corak pertanian tertentu dengan jati diri yang

    berbeda dengan pertanian tradisional (yang dilakoni mengikuti budidaya yang

    berakar pada adat istiadat dari komunitas tradisional) maupun dari pertanian

    hobi yang tidak mendambakan nilai tambah komersial. Agribisnis adalah

    pertanian yang organisasi dan manajemennya secara rasional dirancang untuk

    mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan menghasilkan

    barang dan/atau jasa yang diminta pasar. Oleh karena itu dalam agribisnis

    proses transformasi material yang diselenggarakan tidak terbatas kepada

    budidaya proses biologik dari biota (tanaman, ternak, ikan) tetapi juga proses

    pra usahatani, pasca panen, pengolahan dan niaga yang secara struktural

    diperlukan untuk memperkuat posisi adu tawar (bargaining) dalam interaksi

    dengan mitra transaksi di pasar. Ikatan keterkaitan fungsional dari kegiatan

    pra usahatani, budidaya, pasca panen, pengolahan, pengawetan dan

    pengendalian mutu serta niaga perlu terwadahi secara terpadu dalam suatu

    sistem agribisnis yang secara sinkron menjamin kinerja dari masing-masingsatuan sub proses itu menjadi pemberi nilai tambah yang menguntungkan, baik

    bagi dirinya maupun secara keseluruhan.

    Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem,

    yaitu (a) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan

    pengembangan sumberdaya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani;

    (c ) subsistem pengolahan hasil atau agroindustri, dan (d) subsistem pemasaran

    hasil; (e) subsistem prasarana dan (f) subsistem pembinaan.

    PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS1.Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem

    penyediaan sarana produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usaha

    tani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan sub-sistem

    pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    4/29

    dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-

    sistem pembinaan.

    2.Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini terletak padalemahnya keterkaitan sub-sistem tersebut. Apa yang terjadi di lapangan

    adalah bahwa sub-sistem tersebut bekerja sendiri-sendiri.

    3.Agar pelaksanaan sistem agribisnis berjalan lancar dan agar keterkaitanantarsub-sistem bertambah kuat maka diperlukan dukungan

    sumberdaya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Penekanan

    pada SDA terletak pada bagaimana menerapkan sistem agribisnis yang

    memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainibility). Penekanan pada

    SDM terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas SDM di berbagai

    sektor kegiatan sistem agribisnis.

    Pentingnya Memahami Wawasan AgribisnisKita akan membahas Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis dalam arti

    mengapa perlu agribisnis dalam pembangunan pertanian? Pengalaman

    menunjukkan bahwa pembangunan yang berwawasan agribisnis ini mampu:

    1.meningkatkan pendapatan produsen;2.meningkatkan penyerapan tenaga kerja;3.meningkatkan perolehan devisa; dan4.menambah jumlah agroindustri baru.

    Untuk itu pengalaman juga menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan

    didukung oleh strategi pertanian tangguh. Petaninya, pembinanya dan

    lembaganya harus tangguh. Ini artinya SDM dan lembaga pendukungnya

    (agrisupport activities) harus tangguh.

    Kondisi lain yang mendukung keberhasilan pembangunan pertanian tersebut

    adalah karena kondisi agroklimat yang ada sangat menguntungkan dan

    kemauan politik pemerintah juga sangat mendukung. Walaupun demikian di

    sana-sini masih banyak kekurangan. Ini dapat dibuktikan dari produktivitas

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    5/29

    (produksi per hektar) komoditas yang sama dari yang dihasilkan oleh negara

    lain. Ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah kalah bersaing.

    Kondisi kalah bersaing pada masa mendatang dalam era globalisasi atau era

    GATT, maka hal tersebut akan lebih serius lagi. Oleh karena itu upaya-upayauntuk meningkatkan daya saing perlu terus ditingkatkan lagi.

    Untuk meningkatkan daya saing ini dapat dilakukan dengan berbagai cara

    antara lain dengan penggunaan teknologi baru, melakukan efisiensi di segala

    bidang agar biaya produksi dapat ditekan, produksi dapat ditingkatkan dan

    keuntungan yang lebih besar dapat diraih. Juga melaksanakan usahanya

    dengan sentuhan-sentuhan sistem agribisnis, sebab dengan sentuhan sistem

    agribisnis maka keuntungan akan lebih besar lagi. Untuk mengawali

    peningkatan daya saing itu perlu diberikan prioritas pada komoditas unggulan.

    Keterkaitan Pelaku Ekonomi AgribisnisPelaku ekonomi atau yang lazim disebut pula dengan dunia-usaha terdiri dari

    BUMN, Swasta dan Koperasi. Pembagian seperti ini tentunya tergantung dari

    kebutuhan, namun pembagian dunia usaha menjadi BUMN, Swasta dan

    Koperasi adalah lazim digunakan dalam terminologi yang ada. Ketiga pelaku

    ekonomi ini saling bekerja sama satu sama lain menurut kepentingannya

    masing-masing.

    Hal ini disebabkan baik BUMN, Swasta maupun Koperasi mempunyai kekuatan

    dan kelemahan masing-masing. Karena itu mereka saling membutuhkan satu

    sama lain. Begitu pula halnya dengan usaha pengembangan agribisnis, ketiga

    pelaku ekonomi ini saling bekerja sama menurut kepentingannya masing-

    masing.

    Agribisnis sebagai Suatu PendekatanAgribisnis itu adalah suatu sistem pendekatan pembangunan yang utuh. Sistem

    ini terdiri dari empat subsistem yaitu penyediaan sarana produksi dan

    peralatan, usahatani, pengolahan dan pemasaran. Dalam pelaksanaan lebih

    lanjut agar empat subsistem dapat berjalan dengan baik maka diperlukan dua

    subsistem lagi, yaitu subsistem infrastruktur dan subsistem pembinaan.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    6/29

    Oleh karena itu pelaksanaan agribisnis memerlukan koordinasi dari berbagai

    pendekatan pembangunan pertanian. Profesor Mosher dengan pendekatan lima

    prinsip utama, Soekartawi dengan RTIC-endowment, Schultz dengan konsep

    traditional agrivulture dan sebagainya.

    Setelah koordinasi tersebut berjalan lancar, maka diperlukan penciptaan

    kondisi yang kondusif yang memadai di pedesaan atau di daerah di mana

    agribisnis tersebut dilaksanakan. Kondisi kondusif ini antara lain adalah

    1.tersedianya komponen agribisnis secara lengkap di pedesaan;2.adanya wirausaha dan kemitraan dan3.kondisi lain yang mendukung.

    Analisis SWOTSecara asasi karena sifatnya sebagai industri yang bertumpu kepada proses

    biologis, dunia peternakan adalah dunia pedesaan. Data statistik menunjukkan

    lebih dari 54 persen dari angkatan kerja pedesaan bermata pencaharian di

    bidang pertanian/peternakan dengan rata-rata pendapatan relatif lebih rendah

    dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang bekerja di sektor lain dan yang

    tinggal di perkotaan. Rendahnya pendapatan penduduk pedesaan, terutama

    yang bekerja di sektor perrtanian-peternakan ada hubungannya dengan

    struktur pedesaan yang kurang kondusif bagi perkembangan agribisnis yang

    dinamik dan kompetitif, karena sosok usahatani peternakan yang lemah

    prasarana, fisik dan non fisik yang masih belum memadai, serta terbatasnya

    jangkauan pasar. Kita semua mengetahui bahwa hampir sebagian besar

    produksi hasil peternakan adalah hasil jerih payah nelayan yang bertumpu

    kepada usahatani keluarga , yang didukung dengan sumberdaya manusia dan

    iptek yang masih tertinggal. Kondisi struktural demikian itu menyebabkan

    terbatasnya kemampuan nelayan untuk menjangkau sarana produksi dankesempatan memperoleh sinergi yang diperlukannya untuk berkembang

    Ditinjau dari aspek dukungan pendanaan dari perbankan, ternyata investasi

    peternakan juga sangat kurang diminati dunia usaha.. Hal ini menjadi salah

    satu indikator dari adanya suku bunga perbankan yang dirasakan terlalu tinggi

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    7/29

    untuk usahatani di pedesaan dan fakta bahwa lembaga dan sistem perbankan

    belum sepenuhnya menjangkau nelayan, baik dari segi kelembagaan maupun

    prosedurnya. Andaikata jangkauan tersebut sampai kepada sasarannya,

    ternyata lembaga perbankan justru telah menjadi sarana untuk mengalirnya

    dana dari pedesaan ke perkotaan, karena pedesaan lebih banyak menyimpan

    daripada meminjam. Disini terlihat bahwa ketertinggalan dan keterbatasan

    nelayan ternyata merupakan faktor kondisional yang berada dibalik

    mengalirnya dana dari pedesaan ke perkotaan tersebut.

    Kondisi lain yang ikut memperlambat laju penanaman modal di sektor

    pertanian khususnya peternakan adalah keharusan untuk sejak awal

    menerapkan pendekatan terpadu yang utuh. Produk peternakan mempunyai

    karakteristik yang mudah rusak dan bervolume dengan dibandingkan nilainya.

    Penanganan pasca panen, penyimpanan , pengolahan, pengangkutan dan

    lancarnya pemasaran menjadi sangat penting. Apabila penanam modal tidak

    mampu menerapkan prinsip integrasi vertikal dalam investasinya, maka ia

    terpaksa harus bergantung kepada adanya investasi lain yang menjamin

    hadirnya semua mata rantai yang diperlukan agar produknya dapat dipasarkan

    dengan baik.

    Hal-hal lain yang juga memberikan peran dalam memperlebar kesenjangan

    antar wilayah maupun diantara masyarakat pedesaan sendiri, adalah apa yangkita sebut sebagai kegagalan pasar. Dari pengalaman selama ini dapat

    ditunjukkan bahwa perkembangan ekonomi yang mengandalkan pada kekuatan

    pasar saja justru hanya dinikmati oleh masyarakat kelas menengah keatas.

    Masyarakat ekonomi lemah termasuk didalamnya nelayan di pedesaan tidak

    sepenuhnya mampu memanfaatkannya.

    Berhadapan dengan berbagai tantangan yang menggugah tekad untuk

    menghadapinya itu, terbuka luas peluang berkembangnya agribisnis untuk

    memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun luar negeri akan berbagai

    hasil peternakan, yang lokasi dan sumberdayanya berada di Indonesia, serta

    didukung dengan sumberdaya manusia, ilmu dan teknologi, organisasi dan

    manajemen, serta modal, kekayaan sosial ekonomi dan sosial budaya bangsa

    Indonesia sebagai bangsa pejuang yang handal.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    8/29

    Peluang dari segi permintaan timbul disamping karena dinamika pertumbuhan

    penduduk, juga karena dinamika pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan

    arus globalisasi. Penduduk yang bertambah, pertumbuhan perkotaan,

    industrialisasi, peningkatan pendapatan, peningkatan kecerdasan/pendidikan

    dan lain-lainnya, merupakan perubahan lingkungan strategik dari sisi

    permintaaan yang manakala diantisipasi dan diapresiasi secara tepat akan

    menjadi peluang usaha agribisnis yang menjanjikan nilai tambah. Dari segi

    penawaran, peluang tersebut terbuka karena kemampuan ekonomi pedesaan

    yang semakin besar dan semakin terbuka sebagai hasil dari perubahan dan

    kemajuannya dalam transformasi struktural peternakan terdisional menjadi

    peternakan dan pedesaan maju. Berkat pengalaman dan pelajaran yang diraih

    dalam proses pembangunan dan modernisasi pertanian untuk mencapai

    swasembada pangan, ekonomi pedesaan sudah menjadi bagian integral darisistem ekonomi nasional. Proses perubahan untuk menjawab kebutuhan

    pangan nasional tersebut telah mengembangkan kelembagaan sistem

    agribisnis di pedesaan yaitu perangkat yang menjadi penghantar masukan iptek

    sarana, dana dan jasa, serta industri pengolahan hasil secara meluas di seluruh

    pedesaan.

    Tantangan dan peluang serta kondisi sumberdaya pertanian termasuk

    peternakan yang merupakan kekayaan sumberdaya potensial dalam menapak

    era pembangunan PJP II dan yang dilengkapi dengan kebijaksanaan

    pembangunan yang berorientasi ke pedesaan, menempatkan pembangunan

    pertanian pada posisi sebagai arena pembangunan ekonomi yang perlu

    melakukan penyesuaian dalam pendekatan, yaitu dari orientasi usahatani untuk

    mencukupi kebutuhan menjadi pendekatan agribisnis untuk meraih nilai

    tambah bagi wilayah pedesaan melalui kemampuannya untuk bersaing guna

    mencapai kesejahteraan yang adil dan merata.

    Strategi pembangunan pertanian termasuk peternakan yang berwawasanagribisnis merupakan upaya sistematik yang dipandang ampuh dalam mencapai

    beberapa tujuan ganda antara lain 1) menarik dan mendorong sektor

    peternakan, 2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan

    fleksibel, 3) menciptakan nilai tambah, 4) meningkatkan penerimaan devisa, 5)

    menciptakan lapangan kerja dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    9/29

    Dengan sistem agribisnis sebagai perangkat penggerak pembangunan

    peternakan, sektor peternakan akan dapat memainkan pernan positip dalam

    pembangunan nasional, baik dalam pertumbuhan, pemerataan maupun

    stabilisasi. Adalah wajar apabila ternyata masyarakat pembangunan selalu

    dihadapkan dengan kenyataan bahwa sasarannya selalu meningkat di satu

    pihak, sementara kendalanya ternyata mengikat di pihak lainnya.. Pencapaian

    semua tujuan dan sasaran yang menjadi harapan tersebut akan sangat

    tergantung kepada kehandalan dari sistem agribisnis yang dikembangkan.

    Beberapa faktor strategik yang terkait dengan kehandalan tatanan agribisnis

    yang dikembangkan itu adalah 1) lingkungan strategik;2) permintaan; 3)

    sumberdaya, serta 4) ilmu dan teknologi.

    1) Lingkungan StrategikPengaruh globalisasi dengan sangat cepat menyusup pada struktur dan strategi

    badan-badan usaha multinasional. Persaingan antar industri telah berubah

    dengan munculnya kerjasama antara badan-badan usaha yang selama ini saling

    bersaing, untuk mencapai tingkat keuntungan ekonomi yang tinggi. Dampak

    daripadanya seringkali sulit untuk diantisipasi karena pengaruhnya dapat saja

    melanggar kaidah-kaidah ekonomi yang fundamental. Gambaran tersebut

    sesungguhnya menunjukkan betapa teori keunggulan komparatif tidak lagi

    sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia dewasa ini.

    Jelas bahwa cepatnya fenomena globalisasi ekonomi tersebut membawa

    dampak yang sulit, baik untuk negara-negara industri maupun negara-negara

    berkembang seperti Indonesia. Keadaan di atas seringkali lebih dipersulit

    dengan semakin tampaknya sifat proteksionistis negara-negara maju dalam

    perdagangan, persaingan tidak sehat antara sesama badan usaha multinasional

    dalam upaya melestarikan kegiatan ekonominya dan lain sebagainya. Di pihak

    lain, seringkali tuntutan keseimbangan neraca perdagangan antar negara

    mengakibatkan bentuk perdagangan menjadi semakin tidak dilandasi oleh

    prinsip-prinsip keunggulan komparatifnya, karena hubungan bilateral menjadi

    prinsip utama dibandingkan prinsip persaingan. Dengan demikian menjadi

    semakin penting bagi kita untuk menanamkan wawasan competitiveness

    sebagai landasan pembangunan peternakan.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    10/29

    2) PermintaanBagi dunia peternakan, dampak globalisasi ekonomi akan segera terlihat pada

    sektor-sektor produksi dari berbagai komoditas peternakan. Jika ingin terus

    meningkatkan kemampuan bersaing komoditas peternakan kita di pasarInternasional, maka mau tidak mau kita harus menangkap setiap gejala ataupun

    pergerakan yang terjadi pada pasar internasional tersebut. Jelas bahwa

    kecendrungan peningkatan produksi komoditas primer di satu pihak, yang

    disertai lambannya pertumbuhan permintaan, telah menimbulkan kelebihan

    penawaran yang pada gilirannya akan semakin menajamkan persaingan antar

    sesama negara produsen. Sementara itu negara-negara konsumen menjadi

    semakin sadar akan kepentingannya dalam menghadapi negara produsen,

    sehingga sistim produksi peternakan harus senantiasa dikelola dengan

    berorientasi pada permintaan pasar.

    Perubahan perilaku dan selera pasar yang semakin cepat sangat sulit untuk

    diantisipasi dengan tepat oleh negara-negara produsen. Teknologi industri

    yang semakin canggih semakin menuntut keefisienan ekonomi, kehandalan

    kualitas, disiplin serta profesionalisme dengan segala etika yang terkait

    dengannya.

    3) SumberdayaIndonesia adalah negara yang sangat kaya sumberdaya alam. Masalahnya

    adalah bagaimana mengelola, memanfaatkan secara optimal dan sekaligus

    memperluas resource base dari sumberdaya alam dimaksud, sebagaimana

    diisyaratkan oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Secara hakiki, upaya

    pembangunan yang sedang ditempuh pada saat ini dapat dilakukan dengan

    mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia di setiap

    wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang bersangkutan.

    Diantara sumberdaya potensial tersebut, ada yang berupa sumberdaya alam(natural resources), sumberdaya manusia (human resources) serta sumberdaya

    buatan (man-made resources).

    Potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam dari tanah air

    Indonesia tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    11/29

    masyarakat. Namun demikian, perlu disadari bahwa pengelolaan sumberdaya

    potensial (potential endowment resources) semacam itu mempunyai sifat

    khas, yaitu keterkaitan (interdependency) yang kompleks dan rumit, yang pada

    gilirannya berpengaruh kepada kelestarian (sustainability) sumberdaya

    tersebut.

    Dengan demikian semakin jelas terlihat, bahwa dalam pemanfaatan

    sumberdaya pembangunan selalu terkait pada persoalan-persoalan spesifik

    dari sumberdaya. Selain sifat langka dan uniknya, pertimbangan perlu

    diberikan kepada adanya masalah eksternalitas, tidak terbelahkan atau

    indivisibility, public goods, property right, serta kelangkaan spasial yang

    merupakan sumber dari monopoli alami atau natural monopoly.

    Kesemua gambaran tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa potensi

    sumberdaya pertanian, khususnya peternakan memberikan kesempatan yang

    sangat luas untuk mengembangkan prinsip-prinsip keunggulan kompetitif

    tanpa meninggalkan dua prinsip penting yaitu (a) wawasan agroekosistem dan

    (b) wawasan lokalita/wilayah/regional. Kedua wawasan tersebut pada dasarnya

    memberikan arah agar kegiatan agribisnis selalu memperhatikan kondisi dan

    potensi sumberdaya alam dan lingkungannya.

    4) Ilmu dan TeknologiIlmu dan teknologi merupakan perangkat instrumental hasil karya manusia

    untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi karyanya, termasuk karya

    dalam menumbuhkembangkan agribisnis di pedesaan. Peningkatan

    produktivitas dan efisiensi setiap simpul dalam rangkaian sistem agribisnis

    akan menghasilkan perbaikan dalam perolehan nilai tambah secara

    proporsional bagi setiap pelaku di dalam rangkaian sistem tersebut.

    Sebagai hasil karya manusia, ilmu dan teknologi merupakan sumberdaya

    dinamik yang universal dan mempunyai mobilitas tinggi.. Pengembangan,penyebaran, penerapan dan alih teknologi tentunya perlu diberi isi kearifan

    pertimbangan agar bersifat selektif dan tepat guna serta sesuai dengan nilai

    budaya bangsa. Penerapan iptek tersebut seyogyanya dilakukan sesuai

    keragaman dan karakteristik wilayah baik dari segi lahan,agroklimat maupun

    sosial ekonomi, sosial budaya serta tingkat kemampuan masyarakat setempat

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    12/29

    dalam mengadopsinya. Iptek juga berarti kemampuan rekayasa dan rancang

    bangun sebagai hasil daya cipta dan daya kreatif manusia. Disinilah relevansi

    peranan perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk menumbuhkan budaya

    iptek yang bermuara pada tumbuhnya dinamika dalam menciptakan rakitan

    teknologi yang kompatibel dengan keunikan dari masing-masing wilayah.

    Berkembangnya iptek yang spesifik lokasi tersebut, pada gilirannya akan

    menghasilkan suatu pola pengembangan agribisnis yang dilandaskan pada

    keunggulan kompetitif wilayah, sebagai warna dan nuansa dari pengembangan

    agribisnis di Indonesia. Sarana pengembangan dan penyebaran serta adopsi

    iptek oleh sistem agribisnis tidak cukup hanya dengan eksistensi lembaga

    perguruan tinggi dengan litbang saja, tapi juga memerlukan hadirnya secara

    menyeluruh di pedesaan fasilitas belajar seperti adanya lembaga penyuluhan

    peternakan, sekolah-sekolah kejuruan, berbagai kursus ketrampilan, serta jugalembaga konsultasi yang tersebar dan bergerak melayani masyarakat

    nelayan/pedesaan.

    Berbagai tantangan, peluang, lingkungan strategik, permintaan/penawaran,

    sumberdaya dan iptek, beserta iklim kondusif yang diciptakan oleh perangkat

    kebijakan dan pengaturan adalah komponen fungsional /struktural dari

    perangkat masyarakat ekonomi yang menjadi wadah dari proses transformasi

    pembentukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai

    komponen tentunya dia hanya akan berarti manakala berada dalam tatanan

    tertentu yang memberinya posisi, aturan, daya, arah, takaran dan ukuran yang

    tepat, guna terwujudnya transformasi masukan menjadi luaran secara efisien

    dan menghasilkan nilai tambah yang optimal. Ini berarti dibutuhkan suatu

    sistem yang tepat agar pembangunan peternakan dapat menghantarkan

    peternakan kepada kondisi yang tangguh, maju dan efisien. Sistem inilah yang

    disebut sistem agribisnis.

    Kebijakan Peternakan yang disusun diatas telah memenuhi sistem agribisnis

    yang diharapkan., yaitu salah satunya adalah berusaha meningkatkanketerkaitan antara subsistem sehingga setiap kegiatan pada masing-masing

    subsistem dapat berjalan secara berkelanjutan dengan tingkat efisiensi yang

    tinggi.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    13/29

    Dalam rangka mewujudkan usaha peternakan yang berwawasan agribisnis,

    telah dikembangkan sentra-sentra produksi antara lain di Jawa Barat,

    dikembangkan budidaya Tuna/Cakalang. Diharapkan di daerah ini telah

    dibangun pula prasarana dan sarana yang memadai guna mendukung budidaya

    Tuna tersebut, antara lain tersedianya jalur transportasi yang layak guna,

    adanya proses pengolahan walaupun dalam skala rumah tangga, tersedianya

    pasar yang dapat menampung hasil produksi tersebut, dan adanya pembinaan

    yang kontinu dari aparat pembuat kebijakan. Akan lebih terlihat keberhasilan

    suatu kebijakan apabila pada salah satu programnya terdapat pilot proyek

    yang benar-benar mengikuti aturan yang ada pada kebijakan tersebut.

    Prospek Pengembangan Usahatani Yang Berwawasan Agribisnis PolaKemitraanPemasyarakatan AgribisnisPemasyarakatan agribisnis melalui pengembangan usaha pertanian yang

    berorientasi agribisnis menitik beratkan pada upaya pengembangan

    instrument-instrumen agribisnis sebagai sesuatu sistem ditingkat makro, yaitu

    : peningkatan mutu hasil pertanian, pengembangan pasar dan informasi pasar,

    pengembangan usaha dan hubungan kelembagaan serta pengembangan

    investasi yang berwawasan lingkungan. Ditingkat makro yaitu penerapan-

    penerapan konsep pengembangan sentra komoditi yang merupakan satuan

    kawasan pengembangan agribisnis lokalita (KAPAL).

    Peningkatan Mutu Hasil PertanianKebijaksanaan operasional untuk pengembangan standarisasi dan akreditas

    hasil pertanian yang diarahkan pada pengembangan/pemasyarakatan sistem

    jaminan mutu mulai dari hulu (tingkat petani) sampai dengan hilir.

    Di tingkat petani pemasyarakatan mutu, yang dimulai dari pengelolaan

    budidaya sampai pada tingkat manajemen budidaya. Sementara ditingkat hilir,

    pemasyarakatan standar mutu produk diarahkan pada permintaan pasar.

    Pengembangan Pasar dan Informasi Pasar

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    14/29

    Kebijakan makro yang perlu diambil dalam rangka perbaikan struktur dan

    sistem pasar, antara lain ialah :

    Adanya perumusan aturan main antara pelaku, sehingga masing-masing pelakudapat bertransaksi secara seimbang, dan tidak terjadi eksploitasi antara pelaku.

    Penerapan model-model kelembagaan yang dapat menciptakan transparasipembentukan harga (price discovery) dan menghilangkan kolusi.

    Melancarkan arus informasi pasar dari dan ke, antara sentra produksi dan pasarbaik domestik maupun internasional.

    Pengembangan Usaha dan Hubungan Kelembagaan

    Kebijaksanaan untuk menumbuhkan usaha dibidang pertanian sertameningkatkan peranan kelembagaan diarahkan pada :

    Pengembangan usahatani melalui pola kemitraan usaha dan kewirausahaan. Pengembangan kelembagaan agribisnis di pedesaan. Meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan sector-sektor hilir. Pengembangan sumber daya dan sarana agribisnis, serta Peningkatan kerjasama organisasi profesi.

    Pengembangan Investasi Berwawasan LingkunganGuna mendorong pengembangan investasi dan aspek permodalan dibidang

    agribisnis ditempuh dengan cara mengupayakan agar investasi agribisnis

    sejalan dengan insentif pada sektor lainnya baik melalui kebijakan moneter,

    fiskal maupun teknis. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan modal

    investasi.

    HARMONISASI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASISSISTEM PERTANIAN ORGANIKPertanian organik semakin mendapat perhatian dari sebagian besar masyarakat,

    baik di negara maju maupun negara berkembang, khususnya mereka yang

    sangat memperhatikan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia maupun

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    15/29

    lingkungan. Produk pertanian organik diyakini dapat menjamin kesehatan

    manusia dan lingkungan karena dihasilkan melalui proses produksi yang

    berwawasan lingkungan. Trend masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back

    to nature) telah menyebabkan permintaan produk pertanian organik di seluruh

    dunia tumbuh pesat sekitar 20 30 % per tahun. Berdasarkan hal tersebut,

    diperkirakan pada tahun 2012 , pangsa pasar dunia terhadap produk pertanian

    organik akan mencapai U$ 100 milyar.

    Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable

    resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources),

    untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap

    lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :

    penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya.

    Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada

    penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.

    Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian

    berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian,

    seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman

    dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan

    sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaanproduktivitas tanah. The International Federation of Organic Agriculture

    Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1)

    menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,

    (2) membudidayakan tanaman secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan

    siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4) memelihara dan

    meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh

    bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara

    keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, serta (7)mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem

    usaha tani.

    Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan

    kontribusi dalam meningkatkan keuntungan harmonisasai produktivitas

    pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    16/29

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat tani adalah sebagai berikut: (1)

    pengendalian hama terpadu, (2) aplikasi sistem rotasi dan budidaya rumput, (3)

    konservasi lahan, (4) menjaga kualitas air/lahan basah, (5) aplikasi tanaman

    pelindung, (6) diversifikasi lahan dan tanaman, (7) pengelolaan nutrisi tanaman,

    (8) agroforestri (wana tani), (9) manajemen pemasaran, dan (10) audit dan

    evaluasi manajemen pertanian secara terpadu dan holistik.

    Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat

    disimpulkan bahwa pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif

    pertanian yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada

    usaha tani, sehingga produk-produk hasil pertanian dapat bernilai komersial

    tinggi, menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan keamanan pangan, dan

    dapat memberikan kesadaran masyarakat dan petani khususnya dalam

    melestarikan ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, untuk menerapkan sistem

    pertanian ramah lingkungan yang harmonis dan berkelanjutan, perlu dilakukan

    upaya antara lain : (1) sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya

    pertanian yang ramah lingkungan, (2) penggalakkan konsumsi produk hasil

    pertanian organik, (3) diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk

    mendapatkan produk organik yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu

    ditekankan bahwa usaha tani yang berorientasi pasar global perlu menekankan

    aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga yang bersaing. Mari kita sambut

    dan sukseskan realisasi program kerja Go Organic

    MEMBANGUN INDUSTRI PETERNAKAN BERKELANJUTANMelalui kemajuan teknologi khususnya teknoligi biologis dan kimiawi yang

    disebut sebagai revolusi hijau (green revolution), telah membawa perubahan

    besar baik di bidang pertanian maupun pada ekosistem secara keseluruhan.

    Kemajuan teknologi ini menyebabkan manusia mampu menghasilkan produk-

    produk pertanian, khususnya bahan pangan yang jauh lebih besar daripadakemampuan produksi alamiah dari alam.

    Perkembangan yang bersifat trade off tersebut di satu sisi mampu

    meningkatkan produksi dan produktivitas sektor peternakan dalam memenuhi

    kebutuhan manusia yang semakin meningkat sejalan dengan meledaknya

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    17/29

    jumlah penduduk. Di sisi lain menyebabkan penurunan (worse off) kualitas

    lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan sektor peternakan menjadi semakin

    tergantung dengan input luar yang tinggi dengan penggunaan teknologi

    canggih. Sistem peternakan yang semakin tergantung dengan dengan input

    luar yang berlebihan dan tidak seimbang, tidak hanya berdampak pada ekologi

    dan lingkungan, tetapi juga terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik

    diantaranya dengan adanya ketergantungan pada impor peralatan, bibit serta

    input lainnya.

    Perubahan konsep agriculture (budaya bertani) menjadi agribusines (bisnis

    pertanian) yang lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dengan

    tuntutan efisiensi yang tinggi telah memunculkan paradigma baru dalam

    peternakan dengan menggunakan teknologi canggih (sophisticated) yang

    cenderung kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Perkembangan ini

    telah menyebabkan ketidakseimbangan biokimia ekosistem yang terwujud

    dalam bentuk kemerosotan bahkan kerusakan ekosistem mulai dari skala

    mikro, makro, dan skala global (misalnya : global warming, ozon layer

    depletion, global klimat change), yang pada akhirnya dapat mengancam

    kesejahteraan dan keberlanjutan hidup manusia.

    Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,

    telah meningkatkan perhatian konsumen tentang aspek informasi nutrisi darimakanan yang akan dikonsumsi. Konsumen yang kita hadapi saat ini dan yang

    akan datang telah menuntut (demanding demand) kualitas bahan makanan

    konsumsi yang aman dan menyehatkan. Secara keseluruhan hal ini telah

    menyebabkan peningkatan tuntutan akan keberagaman (increased demand for

    variety), tuntutan akan atribut gizi yang lengkap (increased nutritional

    information), dan peningkatan tuntutan akan kenyamanan dalam menkonsumsi

    (increased demand for convenience).

    Perkembangan mutahir dari preferensi konsumen yang secara konvergen telah

    merubah perilaku konsumen dalam mengevaluasi produk yang akan dibeli.

    Dewasa ini konsumen telah menuntut atribut produk yang lebi rinci dan

    lengkap. (1) Bahan pangan aman untuk kesehatan (food safety attributes),

    seperti kandungan patogen (food bone patogens), kandungan logam berat

    (heavy metals) dan sebagainya. (2) Bahan makanan mengandung nutrisi yang

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    18/29

    dapat mendukung kesehatan (nutritional attributes), seperti kandungan lemak

    (fat content), kandungan serat (fiber), kandungan mineral, asam amino dan lain

    sebagainya. (3) Kandungan nilai dari bahan makanan (value attributes), seperti

    kemurnian (purity), komposisi kimia apakah alamiah atau diperkaya

    (enrichment), ukuran (size), penampilan (appearance), rasa (tastes), dan aspek

    nilai penyajian (konventence of preparation). (4) Bagaimana pengepakan

    dilakukan (package attributes), apa materialnya, label dan informasi lainnya.

    Dalam ligkungan dan iklim seperti ini maka yang menjadi perhatian untuk

    dapat memanfaatkan peluang adalah suatu industri peternakan yang efisien

    dan berwawasan lingkungan, yang mampu memanfaatkan potensi sumber daya

    alam setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan pertanian yang

    berkelanjutan. Oleh karena itu pendekatan pembangunan peternakan dengan

    paradigma lama perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan melakukan

    perubahan yang sistematis dan integratif dalam paradigma pembangunan.

    Perubahan preferensi konsumen yang lebih menginginkan produk yang ramah

    lingkungan perlu diikuti perkembangannya dan diendogenuskan dalam

    pembangunan industri agribisnis berbasis peternakan. Untuk itu perlu

    dilakukan pengkajian kembali terhadap pemanfaatan teknologi agar tidak

    hanya berorientasi pada penggunaan input energi secara maksimal, tetapi perlu

    diarahkan pada penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Tujuan

    pembangunan harus tetap berjalan seimbang yaitu peningkatan produktivitas

    dan produksi dalam memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat

    dan disisi lain harus memperhatikan pencapaian keberlanjutan sistem produksi,

    peningkatan kesejahteraan petani, dan pelestarian lingkungan hidup yang

    memerlukan langkah terobosan di bidang penelitian.

    Degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan Implikasinya BagiPembangunan Peternakan BerkelanjutanPembanguan ekonomi yang cepat akan menyebabkan adanya penurunan nilai

    (degradasi) terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Kerusakan terhadap

    sumber daya alam tersebut dapat berupa perusakann/penggundulan hutan

    (deforestation), daerah aliran sungai (watershed), kehilangan keragaman biologi

    (biodiversity), erosi yang berlebihan, kerusakan yang dicirikan oleh meluasnya

    padang alang-alang, kelebihan tangkapan ikan (overfishing), ikan mati akibat

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    19/29

    pemupukan berat dan residu pestisida dan pencemaran air oleh zat-zat kimia

    yang berbahaya.

    Saptana et al. (1995) dalam Dewi et al. (1999) mengemukakan bahwa

    kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang disebabkan oleh : Sistemekonomi yang salah arus sehingga menghasilkan keragaman yang buruk (bad

    economy), dan keadaan ekonomi yang buruk ditimbulkan oleh kebijaksanaan

    pemerintah yang salah arah (goverment failure), terutama berkaitan dengan

    distorsi dalam ekonomi pasar. Distorsi tersebut kemudian menimbulkan

    terjadinya isyarat-isyarat harga pasar yang salah (false price signal) kepada

    produsen dan konsumen, sehingga kejadian tersebut mengarah mislokasi

    sumber daya yang tidak efisien berupa kemubasiran dalam pemanfaatan

    sumber daya alam tersebut. Sumber daya alam sebagai hak milik bersama

    (common property resources), dimana hak pemilikannya (property right) tidak

    jelas yang cenderung untuk tidak dihargai sehingga cenderung terjadi

    eksploitasi sumber daya alam.

    Paradigma pembangunan yang tidak pernah mempertimbangkan perubahan

    aset produktif berupa cadangan sumber daya alam yang semakin menipis

    (resourece stock depletion).

    Untuk mempertahankan keberlanjutan aliran serta kualitas cadangan sumber

    daya pertanian sepanjang waktu, maka harus menerima dan melaksanakankaidah-kaidah berikut (Saptana et al., 1995 dalam Dewi et al., 1999) : Untuk

    sumber daya yang dapat pulih (renewable resource) agar diusahakan

    pengguanaan lebih kecil atau sama dengan daya laju pertumbuhan alamiah

    untuk mempermudahnya kembali. Untuk pemakainnya sumber daya yang tidak

    dapat pulih (exhausthable resource) agar diusahakan optimalisasi tingkat

    penggunaanya, dengan syarat agar dicarikan substansinya dari sumber daya

    lainnya dan untuk meningkatkan efisiensi pemakainnya agar digunakan

    teknologi maju yang hemat energi.

    Agar dapat memanfaatkan sumber daya alam secara efisien maka nilai jasa

    lingkungan dan cadangan sumber daya alam bersangkutan harus

    diperhitungkan analisis neraca ekonomisnya.

    Membangun Industri Peternakan Berwawasan Lingkungan

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    20/29

    Pembangunan peternakan harus dilakukan dengan pola pembagunan

    berkelanjutan yang diartikan sebagai upaya pengelolaan dan konservasi sumber

    daya peternakan (lahan, air, dan sumber daya genetik) melalui orientasi

    perubahan teknologi dan kelembagan sedemikian rupa sehingga menjamin

    tercapainya kebutuhan yang diperlukan secara berkesinambungan dari waktu

    ke waktu.

    Pembangunan peternakan berkelanjutan yang memperhatikan aspek konservasi

    sumber daya alam, air dan sumber daya genetik tanaman dan hewan tersebut

    harus berwawasan ligkungan, artinya: tidak menimbulkan pencemaran serta

    degradasi dalam mutu lingkungan hidup, yakni secara teknis tepat guna, secara

    ekonomi layak diusahakan, secara sosial dapat diterima, secara ekologis tetap

    menjamin keseimbangan ekosistem lainnya. Implikasinya pembangunan

    peternakan berwawasan lingkungan adalah : (1) terpeliharanya kapasitas

    produksi sumber daya alam, (2) mengurangi dampak pencemaran dan

    penurunan kualitas linkungan hidup, (3) dapat menghasilkan produk primer

    maupun sekunder yang berkualitas dan higienis dan berdaya saing tinggi, serta

    (4) dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang memadai bagi

    peternak.

    Dilihat dari basis sumber daya yang digunakan, agribisnis peternakan sangat

    tergantung pada faktor ekosistem atau lingkungan. Oleh karena itupembangunan peternakan dengan pendekatan agribnisnis dapat terus tumbuh

    secara berkelanjutan sesuai dengan ekosistem spesifik lokasi dimana agribisnis

    dikembangkan. Strategi pembangunan peternakan yang berkelanjutan pada

    sistem produksi dilakukan dengan pendekatan usahatani (farming system)

    berupa integrasi tanaman dan ternak, pendaurulang bahan organik, pengolahan

    lahan konservasi, pengurangan bahan input kimia (LISA = Low Input

    Sustainable Agriculture), pengendalian hama terpadu dan sistem produksi

    tanaman-ternak. Pada subsitem agroindustri dilakukan pengolahan produksipeternakan primer menjadi sekunder atau tersier serta pengolahan limbah.

    Beberapa keuntungan pembangunan peternakan yang berkelanjutan dengan

    pendekatan agribisnis antara lain :

    Pengembangan agribisnis peternakan didasarkan atas sumber daya alam yangdapat diperbaharui (renewable) tidak akan pernah habis.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    21/29

    Kegiatan agribsinis peternakan dapat diintegrasikan dengan mudah sehinggainteraksi masyarakat dengan lingkungan dapat dipertahankan.

    Dapat membuka peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatandengan adanya nilai tambah hasil produksi peternakan bersifat standar,

    berkualitas baik dan berdaya saing tinggi.

    DASASILA PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI INDONESIAeternakan diakui sebagai salah satu komoditas pangan yang memberikan

    kontribusi yang cukup besar bagi devisa negara dan harus dikembangkan

    untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pada kenyataannya, target

    kebutuhan protein hewani asal ternak sebesar 6 g/kapita/hari masih jauh dari

    terpenuhi. Ada sedikitnya sepuluh permasalahan yang dihadapi oleh bangsaIndonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan standar

    gizi nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan secara

    maksimal, sumber daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul

    produk nasional, kualitas produk yang belum standar, efisiensi dan

    produktivitas yang rendah, sumber daya manusia yang belum dimanfaatkan

    secara optimal, belum adanya keterpaduan antara pelaku peternakan,

    komitmen yang rendah dan tingginya kontribusi peternakan pada pencemaran

    lingkungan.

    Bahkan, akhir-akhir ini produk ternak dari luar negeri semakin membanjiri

    pasar Indonesia dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik. Hal

    ini sangat sulit untuk dihindari, karena adanya kecenderungan adanya

    perdagangan bebas dan Indonesia mau tidak mau harus menghadapinya. Hal

    ini tentu saja mengancam perkembangan peternakan di Indonesia.

    Untuk mengantisipasi terpaan dari luar, peternakan di Indonesia harus

    mengubah strategi agar mampu bertahan dan bahkan mampu bersaing dengan

    produk luar baik dalam memperebutkan pasar nasional maupun pasar

    internasional.

    A. Dasasila Peternakan

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    22/29

    Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, penulis mengemukakan selupuh

    dasar peternakan yang harus dikembangkan dan diterapkan di Indonesia.

    Sepuluh dasar tersebut yang penulis namakan Dasasila Peternakan telah

    diseminarkan di forum seminar nasional yang diselenggarakan pada tanggal 17

    Mei 2004 di Bengkulu. Konsep ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

    1.Interaksi Pelaku Peternakan yang Harmonis.2.Interaksi Pelaku Peternakan dengan Lingkungan yang Harmonis.3.Pengembangan Pakan Berbasis Bahan Baku Lokal yang Kompetitif.4.Penciptaan Bibit Unggul.5.Perencanaan Usaha Terintegratif.6.Penciptaan Tatalaksana Berbasis Peternakan Berkelanjutan.7.Kesehatan yang Optimal bagi Ternak, Peternak dan Masyarakat.8.Pengelolaan Keuangan,Kemudahan Berusaha & Kemudahan Mendapatkan

    Modal Usaha.

    9.Pemasaran Terpadu.10. Kesejahteraan bagi Ternak, Peternak dan Masyarakat Luas.

    Sepuluh sila tersebut telah ada dan telah dimengerti dan dipahami oleh dunia

    peternakan di Indonesia. Namun dalam kenyataannya kebijakan pemerintah dan

    juga strategi swasta masih terkotak-kotak. Belum terintegrasi.

    Interaksi Pelaku Peternakan yang HarmonisSila pertama dan kedua merupakan sila yang amat fundamental. Kedua sila ini

    merupakan atmosfir ideal yang hendak diraih, dan juga merupakan intisari dari

    sila-sila selanjutnya.

    Pada sila pertama dikemukakan bahwa untuk mencapai dunia peternakan yang

    ideal, para pelaku peternakan baik yang terkait secara langsung ataupun tidak

    langsung harus berinteraksi secara harmonis. Yang dimaksud dengan para

    pelaku peternakan antara lain pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertanian

    sub peternakan beserta jajarannya, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas-dinas

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    23/29

    Peternakan dll.), Asosiasi-asosiasi Peternakan, Bank, Pengusaha, Peternak,

    Perguruan Tinggi dan lain sebagainya yang terkait dengan dunia usaha

    peternakan.

    Interaksi antar pelaku peternakan yang harmonis dapat diamati pada Bagan 1 dibawah ini. Dari bagan tersebut, pemerintah berperan sebagai koordinator

    semua kegiatan peternakan, dimana dalam membuat kebijakan umum harus

    melakukan koordinasi dengan seluruh komponen yang terlibat dalam

    peternakan. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang

    menguntungkan semua pihak.

    Dalam implementasinya maka kesejajaran antara pelaku peternakan di bawah

    koordinasi pemerintah, sehingga satu dengan yang lainnya tidak bersifat

    dominan. Untuk mencapai kesejajaran, maka peternak harus berada dalam

    suatu wadah yang kokoh yaitu koperasi mandiri yang menasional, yang

    mempunyai kekuatan tawar dengan pelaku peternakan lainnya. Semua elemen

    pelaku peternakan secara bebas memberi umpan balik kepada perintah dan

    dapat memberi input terhadap elemen lainnya. Pemerintah selain sebagai

    koordinator, ia juga sebagai pihak evaluator dan pengontrol pelaksanaan

    kebijakan di lapangan. Jadi, untuk menghasilkan interaksi yang harmonis perlu

    adanya sistem peternakan yang baik.

    Dalam konsep sistem peternakan meliputi proses, struktur dan fungsi. Proses

    merupakan pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan

    antara satu dengan lainnya. Dalam sistem peternakan lembaga seperti

    departemen pertanian, direktorat jenderal peternakan, asosiasi-asosiasi,

    birokrasi dll. tidak lain adalah proses-proses. Lembaga-lembaga ini

    mempunyai kehidupan masing-masing. Mereka mencerminkan struktur

    perilaku. Struktur ini meliputi lembaga-lembaga formal dan informal.

    Sementara fungsi adalah membuat keputusan-keputusan yang mengikat

    seluruh masyarakat seperti kebijakan umum dan pengalokasian nilai-nilai

    dalam masyarakat peternakan.

    Dalam sistem peternakan ada 4 komponen yang harus diperhatikan yaitu

    kekuasaan, kepentingan, kebijakan dan budaya peternakan. Kekuasaan adalah

    cara untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam alokasi sumber daya di antara

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    24/29

    kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kepentingan adalah sebagai tujuan-

    tujuan yang ingin dikejar oleh pelaku peternakan. Kebijakan sebagai hasil

    interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam bentuk undang-

    undang. Budaya peternakan adalah sebagai orientasi subjektif individu terhadap

    sistem peternakan yang berlaku. Keempat komponen tersebut harus dibangun

    secara bersama, agar dicapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak yang

    bergerak di bidang peternakan.

    Interaksi Pelaku Peternakan dengan Lingkungan yang HarmonisSila kedua pelaku peternakan juga harus berinteraksi secara harmonis dengan

    lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan fisik dan lingkungan

    sosial.

    Lingkungan fisik ada yang bersifat mikro dan ada pula yang bersifat makro.

    Nah, dalam kaitannya dengan lingkungan fisik ini pelaku peternakan selain

    menggunakan sumber daya alam secara optimal juga harus menjaga

    keseimbangan lingkungan fisik di mana mereka berusaha. Hal ini berarti setiap

    limbah yang dihasilkan harus diolah sedemikian rupa sehingga limbah sebelum

    dialirkan ke sumber air harus bebas dari kontaminan. Selain itu, peternakan

    harus dikelola dengan menghasilkan tingkat polusi seminimal mungkin.

    Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah dapat berupa lingkungan

    sosial dalam sistem kegiatan peternakan itu sendiri dan dapat pula berupa

    masyarakat luas di mana mereka beraktivitas. Kegiatan peternakan sebaiknya

    memperhatikan aspirasi masyarakat di sekitar mereka. Agar supaya kehadiran

    mereka dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, maka sudah selayaknya

    mereka merekrut masyarakat sebagai pekerja atau tenaga professional serta

    melatih mereka agar mendapat pekerjaan dan masa depan yang lebih baik.

    Dengan cara ini sebenarnya menghindarkan perusahaan peternakan dari sikap

    dan perilaku negatif dari masyarakat.

    Disamping itu, para pelaku peternakan harus memperhatikan hak-hak

    konsumen seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

    8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Para pelaku diharapkan tidak

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    25/29

    melakukan hal-hal yang merugikan konsumen seperti menyembunyikan

    kualitas produknya.

    Pengembangan Pakan Berbasis Bahan Baku Lokal yang KompetitifSila ketiga merupakan salah satu jabaran sila pertama. Untuk mengembangkan

    peternakan yang mempunyai kekuatan pasar yang tinggi, maka dunia

    peternakan harus mengembangkan pakan yang mempunyai nilai kompetitif

    yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pakan menempati porsi terbesar dari

    total produksi. Kita tidak bisa mengandalkan begitu saja negara lain sebagai

    pensuplai pakan ternak. Sebab, hal ini sangat rawan bagi dunia peternakan

    nasional. Kita bisa saja membentuk suatu asosiasi multinegara untuk

    mengembangkan pakan tersebut, asalkan kita mempunyai kekuatan yang

    seimbang.

    Artinya kita harus berusaha untuk mengembangkan salah satu sumberdaya

    pakan yang amat penting bagi kegiatan peternakan di negara lain, sementara

    negara lain yang tergabung dalam ikatan perjanjian tersebut memproduksi

    bahan pakan lain. Dengan cara ini, Indonesia mempunyai kekuatan tawar yang

    tinggi. Mungkin kita bisa mulai kerjasama dengan negara tetangga yang

    tergabung dalam negara ASEAN.

    Penciptaan Bibit UnggulSila keempat yaitu penciptaan bibit unggul. Idealnya, jika sistem peternakan

    yang bersifat universal terbentuk, maka bibit unggul tidaklah harus diproduksi

    di masing-masing negara. Namun, dalam alam empiris hal ini sangat sulit

    untuk diterapkan. Oleh sebab itu, agar dunia peternakan dapat berkembang di

    tingkat nasional, kita seharusnya menciptakan bibit unggul yang khas. Mungkin

    kita akan kalah bersaing dengan negara lain dalam hal penciptaan ternak

    unggul yang sudah ada. Oleh sebab itu, kita dapat mengembangkan bibitunggul yang belum dikembangkan oleh negara lain. Alam telah menyediakan

    hal tersebut di negara kita yaitu berupa plasma nutfah yang beraneka ragam.

    Tinggal kita mau dan mempunyai kemampuan untuk menggali dan

    mengembangkannya. Saya yakin, kita telah banyak memiliki ahli pemuliaan,

    namun pada kenyataannya belum dimanfaatkan seoptimal mungkin.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    26/29

    Kita mempunyai banyak plasma nutfah untuk keperluan pengembangan bibit

    unggul. Sebagai contoh kita dapat mengembangkan budidaya ayam hutan

    merah dan hijau untuk keperluan pengembangan ayam hias yang khas. Sebagai

    contoh ayam Burgo yang merupakan hasil persilangan ayam hutan merah dan

    ayam kampung menghasilkan ayam hias yang bagus pada ayam jantan,

    sedangkan ayam betina mempunyai produksi telur yang lebih tinggi dari ayam

    kampung. Kita juga mempunyai ayam Arab yang produksi telurnya menyamai

    ayam ras. Kita juga mempunyai domba Garut sebagai penghasil wol yang halus.

    Kita juga mempunyai kerbau asli seperti kerbau Enggano dan kerbau Benuang

    yang mempunyai postur tubuh yang besar. Dan jangan lupa, kita juga

    mempunyai rusa Sambar yang mempunyai tubuh yang besar. Dan juga masih

    mempunyai kambing gunung yang berbadan besar. Dan, masih banyak lagi

    plasma nutfah yang belum digali. Semua plasma nutfah tersebut memerlukanpenangan serius agar diperoleh bibit unggul yang mampu menembus pasar

    internasional.

    Perencanaan Usaha TerintegratifSila kelima adalah perencanaan usaha terintegratif. Artinya dalam

    merencanakan usaha peternakan kita tidak dapat hanya merencanakan usaha

    di masing-masing perusahaan, tetapi juga melakukan perencanaan usaha

    menyeluruh secara nasional.

    Perencanaan memang perlu dalam pengembangan perusahaan peternakan yang

    handal. Dewasa ini, peternak kecil dan menengah kurang mempunyai

    perencanaan yang baik, sehingga mereka kurang dapat memprediksi

    perkembangan pasar. Hal ini berakibat dalam pengembangan usaha mereka

    hanya berdasarkan perkiraan saja. Memang, pada perusahaan besar, telah

    dilakukan perencanaan yang baik, sehingga mereka mampu mengendalikan

    pasar. Namun, ketika perusahaan besar berhadapan dengan perusahaan besar

    dari negara lain maka daya tahan mereka masih cukup rawan. Oleh sebab itu,

    mereka harus mampu membuat perencanaan yang mampu mengimbangi

    invansi perusahaan dari luar.

    Nah, untuk menghadapi invansi dari luar, maka perusahaan tidak dapat

    mengandalkan kekuatan perusahaan itu sendiri. Juga, bukan sekedar

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    27/29

    mengandalkan kekuatan asosiasi perusahaan tersebut secara terpisah dengan

    asosiasi pelaku peternakan lainnya. Akan tetapi, para pelaku peternakan harus

    secara terpadu bekerja sama dan membuat perencanaan terpadu secara

    nasional, dari perusahaan hulu sampai dengan perusahaan hilir.

    Penciptaan Tatalaksana Berbasis Peternakan BerkelanjutanSila keenam adalah penciptaan atau pekembangan teknologi tata laksana

    berbasis peternakan berkelanjutan. Sila keenam ini merupakan salah satu

    jabaran sila kedua. Artinya dalam kegiatan usaha peternakan harus

    memperhatikan keserasian dan keseimbangan lingkungan fisik. Kegiatan-

    kegiatan peternakan diupayakan menghasilkan dampak negatif terhadap

    lingkungan yang paling rendah. Memang, hal ini memerlukan biaya yang tinggi.

    Namun itulah yang seharusnya dilakukan oleh para pelaku peternakan. Dewasa

    ini telah dilakukan penelitian-penelitian untuk mengurangi gas metan dan gas

    amoniak. Gas metan dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang berbahaya

    bagi lapisan ozon, sedangkan gas amoniak dapat menimbulkan hujan asam,

    menurunkan pH tanah dan air.

    Dalam tatalaksana peternakan berkelanjutan, maka pemeliharaan ternak diatur

    sedemikian rupa sehingga menghasilkan produksi dan efisiensi produksi yang

    menguntungkan bagi peternak tetapi menghasilkan polusi seminimal mungkin.

    Salah satu caranya adalah dengan menyusun ransum yang bermutu baik,

    sehingga kemungkinan nutrisi tersebut terbuang menjadi feses berkurang

    drastis. Hal ini akan mengurangi produksi feses. Feses yang diproduksi dapat

    langsung diolah menjadi pupuk kandang pada areal terpisah. Demikian pula

    limbah cair yang dihasilkan ternak dapat diproses menjadi senyawa yang

    berguna bagi tanaman. Seperti diketahui urin ternak mengadung banyak

    senyawa aktif untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk merangsang

    pertumbuhan tanaman karena urin mengandung hormon pengatur tumbuh.

    Kesehatan yang Optimal bagi Ternak, Peternak dan MasyarakatSila ketujuh kesehatan yang optimal bagi ternak, peternak, dan masyarakat.

    Dalam kegiatan usaha peternakan factor kesehatan harus menjadi prioritas

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    28/29

    utama. Kesehatan yang harus diperhatikan meliputi kesehatan ternak,

    kesehataan pelaku peternakan itu sendiri dan juga kesehatan masyarakat.

    Kesehatan peternak, dapat dicapai jika dalam pengelolaannya memperhatikan

    sila keenam. Dengan pengelolaan yang baik, maka kandang menjadi tidakberbau, menghasilkan gas beracun yang masih dalam ambang toleransi dll.

    Dengan cara ini kesehatan peternak dan pekerjanya menjadi terjamin.

    Kesehatan ternak dapat dicapai jika peternak memperhatikan semua aspek

    yang dibutuhkan ternak seperti kebutuhan pakan, air minum, lingkungan mikro

    yang sehat, dan juga kasih saying peternak. Dalam era sekarang, peternak juga

    dituntut untuk memperhatikan kesejahteraan ternaknya. Jadi, selain memenuhi

    kebutuhan fisik, peternak juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan non-fisik

    ternak seperti kebutuhan bersosialisasi dll. Memang, jika peternak dituntut

    seperti ini, maka biaya produksi meningkat. Ini memang menjadi problema kita

    bersama.

    Memperhatikan kesehatan masyarakat berarti seorang peternak harus

    memproduksi produk ternak yang bergizi dan aman dikonsumsi. Aman berarti

    produk tersebut bebas dari mikrobia patogen dan bebas dari residu obat-

    obatan, rendah kandungan zat-zat yang dapat menimbulkan dampak penyakit

    dan sebagainya. Selain itu, peternak juga harus memperhatikan bahwa

    kegiatannya tidak menimbulkan gangguang bagi kesehatan masyarakat di

    sekitarnya. Artinya, peternak harus meminimisasi polusi yang diakibatkan oleh

    kegiatan peternakannya.

    Pengelolaan Keuangan, dan Kemudahan Berusaha serta Kemudahan

    Mendapatkan Modal Usaha. Usaha peternakan tidak akan berjalan dengan baik

    jika tidak ada pengelolaan keuangan yang baik, kemudahan dalam berusaha

    serta ketersediaan modal yang memadai. Point ini dituangkan dalam sila ke

    delapan. Seringkali peternak terutama peternak kecil sulit mendapatkan modalusaha terutama dari bank. Meskipun ada program pemerintah tentang hal ini,

    namun pada kenyataannya peternak masih mendapatkan kesulitan dalam

    mengurus permodalan. Untuk mempermudah mendapat modal usaha, maka

    peternak dapat bergabung membentuk koperasi atau badan usaha bersama.

  • 7/28/2019 Pembangunan Agribisnis

    29/29

    Pemasaran TerpaduSebagai konsekwensi sila pertama maka dalam dunia ideal pelaku peternakan

    seharusnya melakukan pemasaran terpadu atau terintegratif. Dalam dunia

    ideal, dalam proses kegiatan pemasaran tidak ada satu pihakpun yangdirugikan kepentingannya. Pada kenyataan empiris pemasaran lebih banyak

    dikuasai oleh individu atau lembaga tertentu. Bahkan sering terjadi adanya

    mafia perdagangan dan adanya persaingan bebas. Hal ini menyebabkan

    peternak kecil dalam posisi tawar yang rendah dan tidak berdaya.

    Kesejahteraan bagi Ternak, Peternak dan Masyarakat LuasDan sila terakhir adalah merupakan tujuan akhir dari semua kegiatan

    peternakan yaitu terciptanya kesejahteraan baik lahir maupun batin.Kesejahteraan ini tidak saja menyangkut seluruh pelaku peternakan, tetapi juga

    masyarakat dan bahkan juga kesejahteraan ternak. Kesejahteraan bagi pelaku

    peternakan dapat diartikan bahwa mereka mendapat penghasilan yang

    memadai untuk keperluan hidup yang standar, ketenangan dan keamanan

    dalam berusaha dll.

    Kesejahteraan bagi masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat dapat

    memperoleh kebutuhan gizinya terutama protein asal produk ternak dengan

    harga yang terjangkau, keamanan pangan terjamin. Diharapkan pula pelaku

    peternakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dalam arti

    mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan pendapatan

    masyarakat luas. Selain itu, peternak dalam aktivitasnya harus pula

    memperhatikan hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh seekor ternak. Jadi

    ternak, jangan hanya dijadikan objek untuk menddapatkan penghasilan, tetapi

    peternak harus juga memperhatikan keperluan dan kebutuhan mereka seperti

    makan, minum, kebutuhan akan interaksi antara mereka, kasih saying dari

    peternak dll.

    Demikian yang bisa saya sampaikan dalam mendukung Pembangunan

    Peternakan yang berwawasan agribisnis dan berkelanjutan. Terimakasi