paper oseanografi pencemaran laut

17
Pencemaran Laut Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Oseanografi Perikanan Disusun Oleh : Kelompok 6 Deni Prastyo 230110120024 Heru Sandra Nurhuda 230110120031 Muhammad Riqi H. 230110120038 Erra Dian Saputra 230110120041 Kiki Hendriana 230110120045 Muhammad Ghifari 230110120059 Kelas : Perikanan – A PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UIVERSITAS PADJADJARAN

Upload: erradian

Post on 28-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

pencemaran laut

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Oseanografi pencemaran Laut

Pencemaran Laut

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Oseanografi Perikanan

Disusun Oleh : Kelompok 6

Deni Prastyo 230110120024

Heru Sandra Nurhuda 230110120031

Muhammad Riqi H. 230110120038

Erra Dian Saputra 230110120041

Kiki Hendriana 230110120045

Muhammad Ghifari 230110120059

Kelas : Perikanan – A

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2013

Page 2: Paper Oseanografi pencemaran Laut

PENCEMARAN LAUT

I. Definisi Pencemaran Laut

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999, Pencemaran Laut diartikan

sebagai masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam

lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun samapai ketingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya

(Pramudianto,1999).

Sedangkan konvensi hukum laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea =

UNCLOS III)mengartikan bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut

termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat

merusak sumber daya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan manusia,

gangguan terhadap kegiatan dilaut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar,

menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan serta manfaatnya ( Siahaan, 1989 dalam

Misran,2002)

            Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel

kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar adalah

pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam

laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan

semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel

kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar

sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui

tumpahan.

Penyebab Pencemaran Laut

Pencemaran oleh minyak

Pencemaran oleh logam berat

Pencemaran oleh pestisida

Pencemaran akibat proses Eutrofikasi

Pencemaran akibat peningkatan keasaman

Pencemaran akibat polusi kebisingan

Page 3: Paper Oseanografi pencemaran Laut

II. Dampak Pencemaran Laut terhadap Perikanan

Dampak utama pencemaran laut adalah kematian ikan, atau setidaknya menyebabkan

stress pada ikan yang menyebabkan perkembangannya menurun. Racun dari dampak

pencemaran juga dapat terakumulasi dalam tubuh ikan sehingga akan sangat berbayaha jika

terkonsumsi oleh manusia. Selain berdampak pada ikan pencemaran juga akan merusak terumbu

karang yang menjadi habitan dan tempat mencari makan bagi ikan.

Ikan-ikan mati akibat laut yang tercemar

Sumber : internet

Selain itu, dilaporkan bahwa Beberapa kasus pencemaran minyak telah menghancurkan

hewan dan tumbuh–tumbuhan yang hidup di batu-batuan dan pasir di wilayah pantai, juga

merusak area mangrove serta daerah air payau secara luas. Hutan mangrove merupakansumber

nutrien dan tempat pemijah bagi ikan, dapat rusak oleh pengaruh minyak terhadap sistem

perakaran yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, akan tertutup minyak sehingga kadar

oksigen dalam akar berkurang.

Tumpahan minyak berpengaruh besar pada ekosistem laut, penetrasi cahaya menurun di

bawah oil slick atau lapisan minyak. Proses fotosintesis terhalang pada zona euphotik sehingga

rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus. Lapisan minyak juga

menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya

sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.

Page 4: Paper Oseanografi pencemaran Laut

III. Pencemaran Laut akibat Eutrofikasi

  Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa

yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan

peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan

dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen,

penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.

            Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang

diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi.  Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke

lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.

            The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen)

wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah

pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di

Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan yang

membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan

beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.

IV. Pencemaran Laut akibat bahan-bahan beracun dan berbahaya

Pencemaran Laut Oleh Logam Berat

Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk

setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan. Logam

berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn),

dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan

berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam

berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan

industri dan pertambangan.

            Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :

Kertas                          : Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn

Petro-chemical            : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn

Pengelantang              : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn

Pupuk                          : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn

Kilang minyak             : Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn

Page 5: Paper Oseanografi pencemaran Laut

Baja                             : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn

Logam bukan besi      : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn

Kendaraan bermotor   : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn

Semen, keramik         : Cr

Tekstil                          : Cr

Industri kulit                 : Cr

Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn

            Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat tahan

urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam

perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara langsung

ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara

tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh

manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap

kesehatan.

Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia

            Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan

limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya

(NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton

limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki

benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna

kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana

mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.

Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Jepang

            Kasus minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan ribuan

orang meninggal dunia akibat pencemaran mercury di Teluk Minamata Jepang. Industri Kimia

Chisso menggunakan mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam memproduksi

acetaldehyde sintesis di mana setiap memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah

antara 30-100 gr mercury dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk

Minamata.

Page 6: Paper Oseanografi pencemaran Laut

  Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air

maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging

kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat

Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit

Minamata mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut

yang tercemar tersebut dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan

indera perasa dan bahkan banyak yang meninggal dunia.

Pencemaran oleh pestisida

      Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja

ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau

organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai

spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa

merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di

laut.

      Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang

disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini termasuk golongan

yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan

dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat

berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat

mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat

ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut. Hewan biasanya

menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa organisme air termasuk ikan dan

udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan tubuhnya.

    Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring

makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit,

yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.

Page 7: Paper Oseanografi pencemaran Laut

V. Pencemaran Laut akibat tumpahan Minyak

Pencemaran minyak di perairan paling sering terjadi dibandingkan di darat dan sangat

memprihatinkan. Lingkungan laut merupakan suatu system yang terus menerus berubah secara

dinamis, selain menyediakan tempat rekreasi yang indah dan suatu laboraotium untuk

mempelajari segala kehidupan di dunia. Tetapi dalam persepsi umum sejak dahulu laut selalu

dipandang sebagai tempat terakhir yang cocok untuk pembuangan limbah yang dihasilkan oleh

manusia.

Polusi dan tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang menjadi

focus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat

sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup disekitar pantai tersebut.

Pencemaran minyak semakin banyak terjadi sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan

minyak untuk dunia industry yang harus diangkut dari sumbernya yang cukup jauh,

meningkatnya jumlah anjungan-anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Dan juga karena

semakin meningkatnya transportasi laut.

Pencemaran laut Timur Leste akibat tumpahan minyaksumber : internet

Menurut Pertamina (2002), pencemaran minyak di laut berasal dari :

a. Ladang minyak bawah laut

b. Operasi kapal tanker

c. Docking (perbaikan/perawatan kapal)

Page 8: Paper Oseanografi pencemaran Laut

d. Terminal bongkar muat tengah laut

e. Tangki ballast dan tangki bahan bakar

f. Scraffing kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)

g. Kecelakaan tanker ( kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran, dan tabrakan)

h. Sumber di darat (minyak pelumas bekas atau cairan yang mengandung hidrokarbon

i. Tempat pembersihan (dari limbah pembuangan refinery)

Beberapa contoh kasus pencemaran atau tumpahnya minyak di laut

a. Kasus Minamata di Jepang

b. Pencemaran minyak di kepulauan seribu

c. Pantai balik papan yang menjadi langganan tercemar limbah minyak

VI. Cara penanggulangan Pencemaran Laut agar sumberdaya perikanan tetap lestari

Adanya Peraturan perundang-undangan tentang ekosistem pesisir dan laut, diantaranya :

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1999, tentang pengendalian dan/atau perusakan laut,

yang mengatur tentang : perlindungan mutu laut, pencegahan pencemaran laut,

pencegahan perusakan laut, penanggulangan pencemaran dan /atau perusakan laut,

pemulihan mutu laut, keadaan darurat, dumping, pengawasan, pembiayaan, dan ganti

rugi.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan HIdup Nomor 51 tahun 2004, tentang Baku Mutu

Air Laut, meliputi :

1. Baku Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan

2. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari

3. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor 04 Tahun 2001, tentang Kriteria Baku

Kerusakan Terumbu Karang

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 47 Tahun 2001,

tentang Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, tentang Kriteria

Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

Page 9: Paper Oseanografi pencemaran Laut

Selain adanya peraturan perundangan – undangan diatas, upaya untuk menanggulangi

pencemaran di lautan diantarany

o Tidak membuang sampah ke laut

o Penggunaan pestisida secukupnya

o Kurangi penggunaan plastik

o Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.

o Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

o Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.

o Pendaurulangan sampah organik

o Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi

tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.

o Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah

Penanggulangan pencemaran laut :

» Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir 

pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang minyak.

» Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga

ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia

marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.

» Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta

masyarakat.         

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat pencemaran laut

diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi kehidupan.

2.  Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta isinya.

3. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.

4. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan lain-lain

yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.

5.Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan

mencemari laut.

Page 10: Paper Oseanografi pencemaran Laut

Konvensi Internasional yang menangani regulasi mengenai Pencemaran laut berdasarkan

catatan Rusmana (2012) adalah

A. United Nation Covention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS)                   

Konvensi Hukum Laut 1982 adalah merupakan puncak karya dari PBB tentang hukum laut, yang

disetujui di montego Bay, Jamaica tanggal 10 Desember 1982[9].  Konvensi Hukum Laut 1982

secara lengkap mengatur perlindungan dan pelestarian lingkungan laut (protection and

preservation of the marine environment) yang terdapat dalam Pasal 192-237.

Pasal 192 berbunyi : yang menegaskan bahwa setiap Negara mempunyai kewajiban untuk

melindungi dan melestarikan lingkungan laut. Pasal 193 menggariskan prinsip penting dalam

pemanfaatan sumber daya di lingkungan laut, yaitu prinsip yang berbunyi : bahwa setiap Negara

mempunyai hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya sesuai dengan kebijakan

lingkungan mereka dan sesuai dengan kewajibannya untuk melindungi dan melestarikan

lingkungan laut.

Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk melakukan upaya-upaya guna

mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengendalikan (control) pencemaran lingkungan

laut dari setiap sumber pencemaran, seperti pencemaran dari pembuangan limbah berbahaya dan

beracun yang berasal dari sumber daratan (land-based sources), dumping, dari kapal, dari

instalasi eksplorasi dan eksploitasi. Dalam berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan

pengendalian pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus melakukan kerja sama baik

kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur oleh Pasal 197-201 Konvensi

Hukum Laut 1982.

B.  International Conventions on Civil Liability for Oil Pollution  Damage 1969 (Civil

Liability Convention)

Konvensi Internasional Mengenai Pertanggungjawaban Perdata Terhadap Pencemaran

Minyak di Laut (International Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage). CLC

1969 merupakan konvensi yang mengatur tentang ganti rugi pencemaran laut oleh minyak

karena kecelakaan kapal tanker. Konvensi ini berlaku untuk pencemaran lingkungan laut di laut

territorial Negara peserta. Dalam hal pertanggungjawaban ganti rugi pencemaran lingkungan

laut maka prinsip yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak.

Page 11: Paper Oseanografi pencemaran Laut

C.   Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of  Wastes and Other Matter

1972 (London Dumping Convention)

London Dumping Convention merupakan Konvensi Internasional untuk mencegah

terjadinya Pembuangan (dumping), yang dimaksud adalah pembuangan limbah yang berbahaya

baik itu dari kapal laut, pesawat udara ataupun pabrik industri. Para Negara konvensi

berkewajiban untuk memperhatikan tindakan dumping tersebut. Dumping dapat menyebabkan

pencemaran laut yang mengakibatkan ancaman kesehatan bagi manusia, merusak ekosistem dan

mengganggu kenyamanan lintasan di laut.

Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang diatur dalam London

Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan sintetik, sisa residu minyak, bahan

campuran radio aktif dan lain-lain. Pengecualian dari tindakan dumping ini adalah apabila

ada “foce majeur”, yaitu dimana pada suatu keadaan terdapat hal yang membahayakan

kehidupan manusia atau keadaan yang dapat mengakibatkan keselamatan bagi kapal-kapal.

D.   The International Covention on Oil Pollution Preparedness  Response And Cooperation

1990 (OPRC)

OPRC adalah sebuah konvensi kerjasama internasional menanggulangi pencemaran laut

dikarenakan tumpahan minyak dan bahan beracun yang berbahaya. Dari pengertian yang ada,

maka dapat kita simpulkan bahwa Konvensi ini dengan cepat memberikan bantuan ataupun

pertolongan bagi korban pencemaran laut tersebut, pertolongan tersebut dengan cara penyediaan

peralatan bantuan agar upaya pemulihan dan evakuasi korban dapat ditanggulangi dengan segera.

E.    International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973(Marine Pollution)

Marpol 73/78 adalah konvensi internasional untuk pencegahan pencemaran dari kapal,1973

sebagaimana diubah oleh protocol 1978. Marpol 73/78 dirancang dengan tujuan untuk

meminimalkan pencemaran laut , dan melestarikan lingkungan laut melalui penghapusan

pencemaran lengkap oleh minyak dan zat berbahaya lainya dan meminimalkan pembuangan zat-

zat tersebut tanpa disengaja.

International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973 yang kemudian

disempurnakan dengan Protocol pada tahun 1978 dan konvensi ini dikenal dengan nama

MARPOL 1973/1978. MARPOL 1973/1978 memuat 6 (enam) Annexes yang berisi regulasi-

regulasi mengenai pencegahan polusi dari kapal terhadap :

Page 12: Paper Oseanografi pencemaran Laut

Daftar Pustaka

http://gudang-ilmu-arianto.blogspot.com/2013/05/makalah-pencemaran-

laut_7.html(diakses pada 20 November 2013 pkl 06:30 wib)

Kuncowati. 2010. Pengaruh Pencemaran minyak di Laut terhadap Ekosistem Laut. J.

aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhan, Vol 1 No 1 : Universitas Hang tuah

Nurul, Agus K. 2013. Dampak Pencemaran Laut.

http://agusnurul.blogspot.com/2011/02/marine-pollution-pencemaran-laut-tugas.html

diakses pada 19 november 2013.

Suwito, Vivien Anjadi. 2013. Sumber-sumber pencemaran di laut.

http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-laut.html. Diakses

pada tanggal 19 November 2013