paper hukum pembiayaan

27
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. Salah satu hal yang cukup penting dalam dunia bisnis adalah masalah modal. Lembaga yang secara konvensional menyediakan modal adalah lembaga keuangan Bank. Namun, bank dalam menyalurkan dana nya membutuhkan jaminan atau (collaterall). Untuk mengatasi masalah jaminan tersebut dalam praktek bisnis muncul lembaga pembiayaan yang cukup fleksibel jika dibandingkan dengan bank 1 . Melihat lembaga pembiayaan mulai diminati sebagai salah satu alternative dalam pembiayaan perusahaan, maka pemerintah mengeluarkan keputusan presiden No.61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan. Adapun latar belakang munculnya lembaga pembiayaan dijelaskan dalam pertimbangan Keppers ini, yakni bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya sebagai sumber dana pembangunan makin meningkat. Lembaga pembiayaan termasuk dalam ruang lingkup hukum ekonomi, dimana lembaga pembiayaan itu merupakan lembaga yang macam-macam 1 Munir Fuadi. Hukum tentang Lembaga Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, 1995, hal 3 1

Upload: intan

Post on 15-Jun-2015

3.881 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sekedar tambahan informasi aja..hehe

TRANSCRIPT

Page 1: paper Hukum Pembiayaan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang.

Salah satu hal yang cukup penting dalam dunia bisnis adalah masalah modal. Lembaga

yang secara konvensional menyediakan modal adalah lembaga keuangan Bank. Namun, bank

dalam menyalurkan dana nya membutuhkan jaminan atau (collaterall). Untuk mengatasi

masalah jaminan tersebut dalam praktek bisnis muncul lembaga pembiayaan yang cukup

fleksibel jika dibandingkan dengan bank1.

Melihat lembaga pembiayaan mulai diminati sebagai salah satu alternative dalam

pembiayaan perusahaan, maka pemerintah mengeluarkan keputusan presiden No.61 tahun 1988

tentang lembaga pembiayaan.

Adapun latar belakang munculnya lembaga pembiayaan dijelaskan dalam pertimbangan

Keppers ini, yakni bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana

penyediaan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat perlu lebih diperluas sehingga peranannya

sebagai sumber dana pembangunan makin meningkat.

Lembaga pembiayaan termasuk dalam ruang lingkup hukum ekonomi, dimana lembaga

pembiayaan itu merupakan lembaga yang macam-macam kegiatannya diatur dalam pasal 2

keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1351/KMK/012/1998, yang diantaranya

adalah

1. Sewa guna usaha

2. Modal ventura

3. Perdagangan surat berharga

4. Anjak piutang

5. Usaha kartu kredit

6. Pembiayaan konsumen

1 Munir Fuadi. Hukum tentang Lembaga Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, 1995, hal 31

Page 2: paper Hukum Pembiayaan

Lembaga pembiayaan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena

lembaga pembiayaan merupakan sumber pembiayaan dari setiap kegiatan perekonomian di

Indonesia. Dalam kegiatan usahanya, lembaga pembiayaan lebih menekankan pada fungsi

pembiayaan. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana

secara langsung dari masyarakat.

Pelaksanaan lebih lanjut dijabarkan dalam SK MenKeu Republik Indonesia No.

1257/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan

untuk mengetahuai lebih tentang leasing maka penulis akan membahas dalam makalah ini.

Penulis akan membahas mengenai leasing, karena leasing dikenal memiliki kelebihan

yaitu lebih fleksibel, biaya yang dibutuhkan relatif murah, menghemat pajak, pengaturan

tidak terlalu rumit, rendah nya resiko dan adanya perlindungan terhadap barang yang disewa.

Oleh karena itu leasing cukup diminati oleh masyarakat,

1.2. Permasalahan

1.2.1. Apa keunggulan lembaga pembiayaan “(Leasing)” dalam perekonomian di

Indonesia?

1.2.2. Bagaimana Hubunagn Hukum Pembiayaan (Leasing) Dengan Hukum Ekonomi ?

2

Page 3: paper Hukum Pembiayaan

BAB II

PEMBAHASAN

Hukum pembiayaan adalah suatu aturan yang mengatur tentang kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung

dari masyarakat.

Salah satu hal yang cukup penting dalam dunia bisnis adalah masalah modal. Lembaga

yang secara konvensional menyediakan modal diantaranya adalah lembaga pembiayaan.

Pendirian lembaga pembiayaan ditujukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari

masyarakat. Pasal 1 butir 5 Keppres no 61 tahun 1988 menyebutkan :

“Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan

bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam

bidang usaha lembaga pembiayaan”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lembaga pembiayaaan berbeda dengan bank pada umumnya.

Bank dalam menyalurkan dananya membutuhkan jaminan (Collateral) sedangkan pada lembaga

pembiayaan syarat yang diajukan cukup flesibel dibandingkan bank, sehingga pada akhirnya

lembaga pembiayaan cukup diminati oleh masyarakat.

2.1 Jenis Lembaga Pembiayaan

Lembaga Pembiayaan terdiri dari :

3

Page 4: paper Hukum Pembiayaan

1. Perdagangan Surat Berharga

Perusahaan Perdagangan Surat Berharga adalah badan usaha yang melakukan

kegiatan perdagangan surat berharga.

2. Venture Capital (Modal Ventura)

Modal ventura adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung

risiko. Modal ventura merupakan pranata bisnis yang relative baru, jadi belum

memperoleh pengaturan yang memadai.

Menurut Tony Lorenz, modal ventura adalah :

“ investasi jangka panjang dalam bentuk penyediaan modal yang beresiko tinggi

dimana penyedia dana (venture capitalist) bertujuan utama memperoleh

keuntungan (capital gain) bukan pendapatan bunga atau dividen”

Menurut Clinton Richardson :

“ modal ventura adalah dana yang diinvestasikan pada perusahaan pasangan

usaha yang beresiko tinggi bagi investor.”

Menurut Robert White :

“modal ventura sebagai usaha penyediaan pembiayaan untuk membentuk dan

mengembangkan usaha-usaha baru dibidang teknologi dan non teknologi.”

Menurut PP no. 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan:

“modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee

company) untuk jangka waktu tertentu.”

CIRI KHAS :

a. Bantuan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha.

b. Bersifat sementara, sampai pada masanya dilakukan investasi

c. Perusahaan modal ventura terlibat dalam manajemen perusahaan pasangan usaha

yang dibiayainya.

d. Pembiayaan bukan dalam bentuk pinjaman 9loan), melaikan penyertaan modal

(equity participation).

4

Page 5: paper Hukum Pembiayaan

e. Pembiayaan itu beresiko tinggi karena modal usaha (risk capital) yang tidak didukung

oleh jaminan (collateral)

f. Motif utama adalah bisnis pembiayaan yang mengharapkan keuntungan relative

tinggi sebagai imbalan pembiayaan risiko tinggi.

g. Pembiayaan umumnya berjangka panjang dari 5 sampai 10 tahun.

h. Pembiayaan ditujukan kepada perusahaan kecil atau masih baru, tetapi berpotensi

besar untuk berkembang dan prospek cerah, bidang teknologi atau non teknologi, atau

usaha yang mengandung terobosan baru. Perusahaan ini sulit memperoleh kredit

perbankan.

3. Leasing (Sewa Guna Usaha)

Sewa guna usaha adalah bentuk pembiayaan perusahaan berupa penyediaan

barang modal yang digunakan untuk menjalankan usahanya dengan membayar sewa

selama jangka waktu tertentu.

The Equipment Leasing Association di Inggris mendifinisikan :

“lease adalah kontrak antara lessor dan lessee untuk penyewaan suatu jenis

barang (asset) tertentu langsung dari pabrik atau agen penjual oleh lessee. Hak

kepemilikan atas barang tetapa pada lessor, hak pakai atas barang ada pada lessee

dengan membayar sewa yang jumlah dan jangka waktunya telah ditetapkan.”

Menurut Surat keputusan bersama menteri keuangan dan menteri perindustrian dan

perdagangan tanggal 7 Januari 1947, tentang Perizinan usaha leasing:

“ leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan

barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu

tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi)

bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan, atau

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati

bersama.”

Menurut ketentuan pasal 1 huruf (a) keputusan Menteri Keuangan no 1169 tentang

kegiatan sewa guna usaha (leasing):

5

Page 6: paper Hukum Pembiayaan

“leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik

secara sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lessee selama jangka

waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala

Menurut ketentuan pasal keputusan menteri keuangan nomor 1169 tahun 1991:

“setiap transaksi sewa guna usaha (lease agreement). Perjanjian sewa guna usaha

wajib dibuat dalam bahasa Indonesia dan apabila dipandang perlu dapat

diterjemahkan kedalam bahasa asing.

4. Factoring (Anjak Piutang)

Anjak piutang dapat didefinisikan sebagai transaksi pembelian dan atau

penagihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek klien (penjual) kepada

perusahaan factoring, yang kemudian akan ditagih oleh perusahaan anjak piutang kepada

pembeli karena adanya pembayaran kepada klien oleh perusahaan factoring (factor)

Menurut Dahlan Slamet (1995), anjak piutang didefinisikan sebagai suatu

kontrak, atas dasar mana Perusahaan Anjak Piutang menyediakan jasa-jasa antara lain

jasa pembiayaanjasa pembukuan (maintenance of accounts), jasa penagihan piutang, dan

jasa perlindungan terhadap resiko kredit, dan untuk itu Klien berkewajiban kepada

Perusahaan Anjak Piutang secara terus menerus menjual atau menjaminkan piutang yang

berasal dari penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No, 1251 / KM013/1988 tanggal 20

Desember 1988, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek

suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

5. Consumer Finance (Pembiayaan Konsumen)

Di Inggris pembiayaan yang disediakan untuk pengadaan barang kebutuhan

konsumen dikenal dengan istilah Kredit Konsumen( Constumer Credit ), tetapi di

Indonesia lebih dikenal dengan Pembiayaan Konsumen ( Consumer Finance ), yang

pengertiannya juga meliputi Constumer Credit.

6

Page 7: paper Hukum Pembiayaan

Menurut ketentuan pasal 1 angka (6) Keppres No. 61 Tahun 1988 pembiayaan

konsumen adalah pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan

sistem pembayaran angsuran atau berkala.

6. Credit Card (Kartu Kredit)

Kartu Kredit adalah alat pembayaran melalui jasa Bank/ Perusahaan Pembiayaan

dalam transaksi jual beli barang/ jasa, atau alat untuk menarik uang tunai di Bank/

Perusahaan Pembiayaan. Alat pembayaran tersebut diterbitkan berdasarkan perjanjian

penerbitan Kartu Kredit. Berdasarkan perjanjian tersebut, peminjam memperoleh

pinjaman dana dari Bank/Perusahaan Pembiayaan.Peminjam dana yang menerima Kartu

Kredit disebut Pemegang Kartu (Card Holder), dan Bank Perusahaan Pembiayaan yang

menyerahkan Kartu Kredit disebut Penerbitan ( Issuer).

2.2.1. Keunggulan Lembaga Pembiayaan “(Leasing)” dalam Perekonomian Indonesia.

Indonesia sebagai salah Negara yang sedang berkembang sangat bertumpu pada

pertumbuhan ekonomi di negaranya sebagi penunjang dari pembangunan di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi dapat bersumber dari berbagai kegiatan masyarakat yang berkaitan

dengan dunia usaha baik dibdang perdagangan maupun perindustrian. Namun karena Indonesia

masih merupakan Negara berkembang jadi persebaran modal untuk memulai suatu usaha di

bidang pedagangan maupun perindutrian oleh masyarakat masih belum merata. Masih banyak

golongan masyarakat yang membutuhkan modal dalam rangka menjalankan usahanya yang

kemudian bermuara pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia, karena hal diatas maka lembaga

pembiayaan di butuhkan dalam perekonomian di Indonesia.

Salah satu lembaga pembiayaan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia

adalah lembaga sewa guna usaha. Lembaga sewa guna usaha menjadi elemen penting

pertumbuhan dunia ekonomi di Indonesia karena memiliki banyak kelebihan yang sesuai dengan

karakteristik pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

7

Page 8: paper Hukum Pembiayaan

Keunggulan :

Pertama adalah fleksibelitas dari segi keadaan keuangan lesse, sewa guna usaha

memberikan kemudahan pembiayaan sewa yang dapat dilakukan secara berkala oleh lesse. Di

Indonesia hal ini menjadi keunggulan yang penting karena untuk memulai usaha denga sewa

guna usaha tidak perlu memberatkan keuangan dari perusahaan sehingga perusahaan dapat cepat

berkembang.

Kedua adalah biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk merealisasikan kontrak sewa

guna usaha tidak besar atau relative murah. Sehingga perusahaan kecil dapat dengan mudah

menjalankan usahanya melalui sewa guna usaha.

Ketiga adalah adanya penghematan pajak apabila suatu perusahaan melakukan sewa guna

usaha. Hal ini diperkuat dengan adanya Keputusan Menteri Keuangan No.1169 thun 1991

tentang kegiatan sewa usaha. Penghematan pajak tentunya akan sangat membatu perusahaan-

perusahaan untuk semakin berkembang karena pengeluaran dalam bentuk pajak berkurang.

Keempat adalah pengaturan sewa guna usaha tidak terlalu rumit sehingga dapat

dilakukan dengan mudah oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sehingga pada akhirnya

membantu perusahaan untuk cepat mengembangkan usahanya.

Kelima adalah criteria perusahaan yang dapat menerima lesse yang longgar, perusahaan-

perusahaan di Indonesia tidak semuanya memenuhi criteria sebagai perusahaan yang bonafit,

dengan adanya kelonggaran dalam penerimaan perusahaan yang akan melakukan sewa guna

usaha maka perusahaan-perusaahn yang sedang berkembang dapat dengan mudah menerima

manfaat dari sewa guna usaha.

Keunggulan yang keenam adalah rendahnya resiko yang ditanggung baik oleh pemberi

sewa guna usaha maupun penerima sewa guna usaha apabila terjadi pemutusan kontrak di tengah

jalan.Dengan rendahnya resiko maka kedua belah pihak baik lessee maupun lessor dapat tenagng

dengan adanya perjanjian sewa guna usaha. Keunggulan yang ketujuh dan juga penting di

Indonesia adalah transaksi sewa guna usaha sering dilakukan tanpa uang muka dan

pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% yang tentunya akan sangat membantu arus kas

8

Page 9: paper Hukum Pembiayaan

bagi perusahaan yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang sedang berkembang yang

jumlahnya sangat banyak di Indonesia.Keunggulan yang terakhir yang juga sangat penting

adalah adanya perlindungan terhadap lessee dari kerugian akibat barang yang disewa mengalami

ketinggalan modal karena pesatnya kemaajuan teknologi.Sehingaa akan membantu perusahaan

lessee yang sedang berkembang.

2.2.2 Hubungan hukum pembiayaan dengan hukum ekonomi.

Yang akan kita bahas disini mengenai hubungan leasing dengan hukum ekonomi

Leasing termasuk salah satu kegiatan dari lembaga pembiayaan.Lembaga Pembiayaan, dalam hal

ini leasing muncul dalam kegiatan perekonomian.Dan mengenai hubungan antara leasing dengan

hukum ekonomi maka bisa kita tinjau dari dasar hukum leasing yaitu :

Kaidah hukum administratif nya yaitu:

1. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-38/MK/IV/1/1972, Tentang Lembaga

Keuangan yang telah diubah dengan Keputusan Menteri keuangan Nomor

562/KMK/011/1982

2. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia No.Kep.-122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974,

No.30/Kpb/I/1974 Tentang Perizinan Usaha Leasing.

3. Keputusan Presiden RI No.61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan.

4. Keputusan Menteri Keuangan RI no. 1251/KMK.013/1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah berkali-kali diubah, terakhir dengan

keputusan Pembiayaan Perusahaan.

5. Keputusan Menteri Keuangan RI, No 634/KMK.013/1990, tentang Pengadaan Barang Modal

Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha (perusahaan leasing)

6. Keputusan Menteri Keuangan RI no. 1169/KMK.01/1991, tentang kegiatan Sewa Guna Usaha

(leasing)9

Page 10: paper Hukum Pembiayaan

7. Segi Hukum Perdata (Hukum ekonomi erat kaitannya dengan Hukum Perdata)

Setiap kegiatan usaha pembiayaan, dalam hal ini sewa guna usaha ada 2 sumber hukum

perdata yang mendasari sewa guna usaha yaitu :

Asas Kebebasan Berkontrak (kaidah hukum materiil)

Perjanjian dalam sewa guna usaha selalu dibuat tertulis sebagai dokumen hukum yang

menjadi dasar kepastian hukum.Perjanjian sewa vguna usaha dibuat berdasarkan asas

kebebasan berkontrak yang memuat rumusan kewajiban dan hak lessor dan lessee sebagai

perusahaan yang dibiayai.

UU Bidang Hukum Perdata (kaidah hukum formil)

Perjanjian sewa guna usaha tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata.Sumber hukum

utama sewa guna usaha adalah perjanjian sewa-menyewa yang diatur dalam KUH Perdata

yang terdapat dalam pasal 1548-1580 KUH Perdata.

Segi perdata di luar KUH Perdata (kaidah hukum formil)

Ketentuan-ketentuan dalam berbagai UU di luar KUH Perdata yang mengatur aspek

perdata sewa guna usaha yaitu :

UU No.9 Tahun 1969 Tentang Badan Usaha Milik Negara

UU No.1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas

UU No.5 Tahun 1960 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Agraria

UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan

Pelaksanaannya.

10

Page 11: paper Hukum Pembiayaan

8. Segi Hukum Publik

Sewa Guna Usaha banyak menyangkut kepentingan public (masyarakat luas,

Negara/pemerintah) terutama yang bersifat administrative.Oleh karena itu sewa gyna usaha

banyak diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan administrasi Negara yang

meliputi :

UU Bidang Hukum Publik (kaidah hukum formil)

UU No.3 tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan dan peraturan pelaksanaannya.

UU No.7 tahun 1992 jo.UU No.10 tahun 1998 Tentang Perbankan

UU No.12 Tahun 1985, UU No.7 Tahun 1991, UU No.8 tahun 1991 Tentang

Perpajakan

UU No 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan

UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Tentang Lembaga Pembiayaan (kaidah hukum formil)

Keputusan Presiden No 61 Tahun 1988 yang mengatur tentang lembaga pembiayaan

Keputusan Mentri Keuangan No 1251 Tahun 1988 yang mengatur tentang ketentuan

dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan

Perusahaan Khusus Tentang Sewa Guna Usaha

Keputusan Mentri Keuangan No 1169/1991 Tentang kegiatan sewa guna usaha

(leasing) tgl 27 november 1991.

Salah satu kasus yang berhubungan dengan Leasing yang terjadi di Indonesia adalah seperti

berikut :

11

Page 12: paper Hukum Pembiayaan

KASUS SENGKETA KONTRAK LEASING 

KASUS POSISI 

- Eddy adalah Direktur CV. Grafel Offset di Surabaya, suatu perusahaan di

bidang percetakan.  Pada 1984 berkeinginan menambah kemampuan Cetak

perusahaannya.  Untuk itu, Eddy memesan sebuah mesin offset “Miller.TP.295” melalui

jasa leasing dari PT Pamor Cipta Inti Leasing yang dipimpin Ir. Wilson Tjugiarto. 

Sebagai penjamin adalah PT Baginda Putera, yang dikelola Baginda Batangtaris.  Maka

diantara ketiganya terjadi hubungan bisnis. 

- PT Pamor Cipta Inti Leasing adalah Lessor.  Pemasok barang (supplier) dan

penerima jaminan dari CV. GRAFEL Offset dan PT Baginda Putera.

- CV. Grafel Offset adalah Lessee, yang menerima barang dari Lessor dan

pemberi jaminan pada lessor untuk pembayaran ganti rugi jika terjadi kegagalan

pelaksanaan perjanjian.

- Sedangkan PT Baginda Putra adalah Supplier atau Importir yang memasok

barang kepada Lessee; sekaligus pemberi jaminan kepada PT Pamor Cipta Inti Leasing

untuk membeli kembali barang tersebut, jika Lessee gagal melaksanakan perjanjian. 

- Tanggal 18 November 1983, dibuatlah “perjanjian leasing” di hadapan Notaris

di Jakarta, Samsul Hadi, SH, yang ditanda tangani Wilson sebagai pimpinan PT Pamor

Cipta Inti Leasing.  Eddy mewakili CV. Grafel Offset.  Pada saat yang sama

ditandatangani pula surat garansi (jaminan) dan ganti kerugian oleh Eddy (CV. Grafel

Offset) serta surat garansi untuk pembelian kembali yang ditandatangani pihak PT

Baginda Putra. 

- Dari perjanjian yang dibuat, maka masing-masing pihak mempunyai

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi sesuai dengan yang diperjanjikan.

Cara pembayaran yang disepakati: 

12

Page 13: paper Hukum Pembiayaan

- CV. Grafel Offset harus mendepositokan uang pada “PT Pamor Cipta

Inti Leasing” sebesar Rp 25.650.000,-

- “Lease Period” (masa produktif mesin) selama 3 tahun Lessee

diwajibkan membayar harga mesin secara bertahap.

- “Lease Rent” yang harus dibayar tiap bulan Rp 6.021.370,-

- “Residual Value” sebesar 20% = Rp 34.200.000,- 

- Dalam perkembangannya, setelah mesin yang dipesan telah diterima CV.

Grafel Offset, Eddy tidak mampu membayar kewajibannya.  Tanggal 12/9/1984, Eddy

menyatakan diri tidak mampu lagi mengangsur harga mesin dan meminta agar mesin itu

diangkat.  Sebagaimana disepakati, adalah kewajiban PT Baginda Putra, sebagai

penjamin yang harus membeli kembali mesin tersebut (guarantee to buy back).  Jumlah

yang harus dibayar PT Baginda Putera sebagai penjamin adalah Rp 220.352.367,-. 

Namun demikian, meski telah dihubungi persurat berkali-kali, PT Baginda Putera tidak

memberikan tanggapan untuk melaksanakan kewajibannya. 

- Mesin yang kemudian disimpan di gudang PT Pamor Cipta Inti tersebut, tidak

dapat lagi dioperasikan, apalagi dipasarkan karena bagian-bagian penting dari mesin

offset itu (electronic Monitoring System WEKO TYPE 7309 dan Spare parts MILLER

TP 29 S TYPE WL 230/59), diambil oleh Baginda Batang Taris tanpa sepengetahuan

Wilson. 

- “Perjanjian Leasing” antar PT Pamor Cipta Inti-CV. Grafel Offset-PT

Baginda Putera, pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, karena Eddy telah membayar

Residual Value sebesar 15% = Rp 25.650.000,- ini berarti Eddy telah menggunakan hak

opsi, yakni akan membeli barang, modal jika harga sewa telah dibayar seluruhnya. 

- Oleh karena merasa dirugikan, Ir. Wilson Tjugiarto, membawa masalah ini ke

persidangan perdata pengadilan negeri Jakarta Selatan untuk menggugat Eddy (CV.

Grafel Offset) sebagai Tergugat I dan Baginda Batang Taris (PT Baginda Putera) sebagai

13

Page 14: paper Hukum Pembiayaan

Tergugat II.  Kepada Majelis Hakim Wilson sebagai Penggugat memohon putusan

sebagai berikut: 

1. Mengabulkan seluruh gugatan;

2. Menyatakan para Tergugat telah melakukan ingkar janji;

3. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas harta benda para Tergugat;

4. Menyatakan satu “Perjanjian Leasing” tanggal 18 November 1983 yang ditanda

tangani oleh Penggugat (PT Pamor Cipta Inti Leasing) dengan Tergugat I (CV.

Grafel Offset) beserta lampirannya:

a. Surat garansi dan ganti kerugian yang ditanda tangani oleh Tergugat I

(CV. Grafel Offset).

b. Surat garansi untuk pembelian kembali yang ditanda tangani oleh

Tergugat II (PT Baginda Putera).

5. Menghukum para Tergugat secara tanggung renteng membeli kembali mesin

offset merk “Miller PT.29.S” yang perinciannya sebagi berikut:

- Total Lease Receivable:    36 x Rp. 6.021.370   =  Rp 216.769.320,-

- Residual Value 5%   Rp     8.550.000,-

- Overdue interested (Juli-Agustus 1984)  Rp        547.342,-

- Biaya perjalanan ke Surabaya 2x  Rp        507.075,- +

Jumlah Rp 226.373.737,-

- Cicilan I (Juni 1984)     Rp     6.021.370,- +

- Jumlah Rp 220.352.367,-

6. Menghukum para Tergugat secara tanggung renteng membayar bunga 5% per

bulan dari jumlah yang harus dibayar kembali oleh para Tergugat kepada

14

Page 15: paper Hukum Pembiayaan

Penggugat sampai dengan mesin tersebut dibeli kembali oleh Tergugat dari

Penggugat.

7. Menghukum para Tergugat membayar uang denda … dst … 

PENGADILAN NEGERI: 

- Hakim Pertama yang mengadili perkara ini, memberikan pertimbangan yuridis

sebagai berikut:

- Dalam eksepsinya, Tergugat II, mengemukakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan tidak wenang memeriksa perkara ini, karena Tergugat I berdomisili di Surabaya. 

Dan hal ini bertentangan dengan pasal 118 (2) HIR.  Selain itu, gugatan terhadap Tergugat

I dan II secara pribadi adalah keliru, sebab Tergugat I dan II, tidak mempunyai hubungan

hukum dengan Penggugat.

- Mengenai hal itu, Majelis merujuk pada pasal 25 Perjanjian (bukti P-IV), yang

bersepakat menunjuk Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sebagai Pengadilan yang

memeriksa perkara.  Jika terjadi sengketa.  Oleh karenanya Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan, tetap berwenang memeriksa perkara ini.  Sehingga Eksepsi Tergugat II, harus

ditolak.

- Sedangkan tentang “error in persona”, Penggugat telah jelas menyebutkan nama

Tergugat I sebagai pribadi, maupun selaku Direktur CV. Grafel Offset dan Tergugat II

sebagai pribadi dan atau Managing Director dan atas nama PT Baginda Putera.  Hal ini

jelas bahwa para Tergugat, digugat sebagai pribadi dan dalam hubungan sebagai Direktur

dari perusahaannya masing-masing. Karenanya, gugatan Penggugat telah tepat dan Eksepsi

Tergugat II, harus pula ditolak. 

15

Page 16: paper Hukum Pembiayaan

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Leasing memiliki kelebihan yaitu lebih fleksibel dari segi keadaan keuangan, biaya yang

dibutuhkan perusahaan untuk merealisassi kontrak sewa guna relatif murah, menghemat

pajak, pengaturan sewa guna usaha tidak terlalu rumit, rendah nya resiko dan adanya

perlindungan terhadap barang yang disewa. Oleh karena itu leasing cukup diminati oleh

masyarakat,

2. Hubungan antara leasing dengan hukum ekonomi di tinjau dari kaidah administratif yaitu

diwujudkan dalam Surat Keputusan Mentri Keuangan Nomor kep-38/MK/IV/1/1972

tentang Lembaga Keuangan, kaidah formil yaitu berupa UU bidang hukum perdata dan

UU dalam bidang publik, dan kaidah materiil yang diwujudkan asas kebebasan

berkontrak

III.2 Saran

Dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana yang

dibutuhkan oleh masyarakat diperluas. Dan pengaturan tentang lembaga pembiayaan lebih di

perjelas. Tujuannya agar masyarakat lebih mudah mendapatkan dana untuk membiayaai

kegiatan ekonomi yang dilakukan.

Saran yang dapat penulis berikan kepada Pemerintah yaitu berupa pembentukan peraturan

perundang-undangan yang mengatur secara spesifik mengenai lembaga pembiayaan yaitu

leasing (sewa guna usaha), sedangkan bagi masyarakat, diharapkan agar mencari dan

memahami tentang leasing baik keutungan dan kerugian.

16

Page 17: paper Hukum Pembiayaan

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Suharwardi K. 2004. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta : Sinar Grafika

Muhammad Abdulkadir, Rilda Murniatai. 2004. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Sembiring, Sentosa. 2004. Hukum Dagang. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0505/28/Fokus/1777438.htm

http://www.unmiset.org/legal/indonesianlaw/uu/Uu197301.htm

www.detik.com

www.sinar-harapan.com

www.kenywiston.com/hrtcmare41.doc

(Diakses pada tanggal 5 Mei 2008)

17

Page 18: paper Hukum Pembiayaan

Hukum Pembiayaan

”Leasing”Disusun Untuk Memenuhi tugas Terstruktur II

Matakuliah Hukum Ekonomi

Disusun oleh :

Hera Pratita (0610110084)

Iis Hariyanto (0610110088)

I gede Jaya Wisesa (0610110192)

Intan Nur N (0610110094)

Intan Puspita Y (0610110095)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2008

18