landasan hukum dan pembiayaan organisasi internasional

42
Landasan Hukum dan Pembiayaan Organisasi Internasional A. Pendahuluan Landasan hukum organisasi internasional merupakan hal yang penting dalam suatu organisasi internasional. Hal ini menentukan bagaimana organisasi internasional itu akan bergerak, bagaimana organisasi internasional akan memberlakukan kegiatannya dan hal– hal lain sebagainya. Hal itulah yang membuat kami tertarik untuk membahas hal ini selain memenuhi tugas yang diberikan juga untuk mendalami pemahaman kami tentang organisasi internasional itu sendiri. Ukuran anggaran organisasi internasional, yang berarti penilaian dan kemampuan untuk memperoleh kontribusi dari negara- negara anggota merupakan masalah mendasar yang pada beberapa organisasi internasional juga terdapat dalam landasan hukumnya. Persoalan pembiayaan sangat vital guna berjalannya tugas-tugas dan fungsi suatu organisasi internasional. 1 Bahkan tak jarang persoalan anggaran dapat digunakan sebagai faktor untuk mempengaruhi keputusan–keputusan yang diambil oleh organisasi internasional. Dalam makalah ini dijelaskan anggaran dasar organisasi internasional. Bab ini membahas tentang bagaimanakah anggaran dasar itu dan seberapa pentingnya bagi organisasi internasional. Kemudian kami membahas tentang prinsip–prinsip yang berlaku dalam amandemen anggaran dasar organisasi internasional. Kami 11 Phillipe Sands dan Pierre Klein, Bowett’s law of International Institutions, (London: Sweet & Maxwell 2001) hal. 565. 1

Upload: gaby-diovani

Post on 25-Nov-2015

720 views

Category:

Documents


91 download

DESCRIPTION

organisasi iternasional

TRANSCRIPT

Landasan Hukum dan Pembiayaan Organisasi InternasionalA. Pendahuluan

Landasan hukum organisasi internasional merupakan hal yang penting dalam suatu organisasi internasional. Hal ini menentukan bagaimana organisasi internasional itu akan bergerak, bagaimana organisasi internasional akan memberlakukan kegiatannya dan halhal lain sebagainya. Hal itulah yang membuat kami tertarik untuk membahas hal ini selain memenuhi tugas yang diberikan juga untuk mendalami pemahaman kami tentang organisasi internasional itu sendiri.

Ukuran anggaran organisasi internasional, yang berarti penilaian dan kemampuan untuk memperoleh kontribusi dari negara-negara anggota merupakan masalah mendasar yang pada beberapa organisasi internasional juga terdapat dalam landasan hukumnya. Persoalan pembiayaan sangat vital guna berjalannya tugas-tugas dan fungsi suatu organisasi internasional. Bahkan tak jarang persoalan anggaran dapat digunakan sebagai faktor untuk mempengaruhi keputusankeputusan yang diambil oleh organisasi internasional.

Dalam makalah ini dijelaskan anggaran dasar organisasi internasional. Bab ini membahas tentang bagaimanakah anggaran dasar itu dan seberapa pentingnya bagi organisasi internasional. Kemudian kami membahas tentang prinsipprinsip yang berlaku dalam amandemen anggaran dasar organisasi internasional. Kami memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan anggaran dasar organisasi internasional yang kami pilih. Kami jelaskan pula mekanisme pembiayaan beberapa organisasi internasional, pembagian beban anggaran, dan beberapa contoh terkait dengan kontribusi negara anggota guna membiayai suatu organisasi internasional.B. Landasan Hukum Organisasi Internasional

Setiap organisasi internasional memiliki seperangkat peraturan yang menjadi hukumnya sendiri. Peraturan dapat disebut sebagai landasan hukum dari organisasi internasional itu sendiri. Landasan hukum dari sebuah organisasi internasional sangatlah penting karena landasan hukum ini menentukan bagaimana ruang lingkup, serta tujuan dari dibentuknya organisasi internasional tersebut. Contohnya adalah tujuan pembentukan PBB yang tertera dalam Pasal 1 piagam PBB, dan prosedur dari cara kerja ICJ pada chapter 3 dari statuta ICJ, mulai dari Pasal 39 sampai dengan Pasal 64. Setiap organisasi internasional mempunyai hukumnya sendirisendiri dan bagaimana suatu organisasi internasional memperlakukan hukumnya, tergantung dari organisasi internasional itu sendiri. Contohnya adalah:1. Organisasi diakhir pertengahan abad ke 20, seperti Commission of the Cape Spartel, dan European International Comission for Danube yang memiliki kekuasaan yang mengatur mengenai negara disekitar sungai Danube, yang mana berakhir pada akhir abad ke 20.2. Keputusan Uni Eropa yang bisa mempengaruhi kebijakan domestik di seluruh negara anggotanya, seperti kebijakankebijakan dalam bidang ekonomi dan transportasi.Hal hal diatas ini dipengaruhi oleh landasan hukum atau konstitusi dari organisasi internasional tersebut. Peraturan atau konstitusi yang menjadi landasan hukum dari organisasi internasional ini berupa anggaran dasar. Karena itulah kami memutuskan untuk membahas hal hal yang berkenaan dengan pembahasan anggaran dasar, karena hal tersebut otomatis adalah landasan hukum dari organisasi internasional. Salah satu segi yang menonjol dalam perkembangan hubungan antar negara sejak perang dunia II adalah pesatnya pertumbuhan kerjasama regional. Perkembangan tersebut sifatnya merata dan tidak terbatas pada negara-negara tertentu, tetapi dapat disaksikan di seluruh kawasan dunia, baik di negara-negara maju, maupun di negara-negara yang sedang berkembang, di negara-negara barat, maupun di negara-negara Timur. Hubungan yang makin rapat dan kehidupan bangsa bangsa yang bergantung satu sama lain itu menuntut adanya kerjasama antar bangsa dalam suatu sistem kerjasama regional. Dengan mengadakan pengelompokkan, negara negara kecil akan lebih memperkuat posisi tukar dalam menghadapi raksasa raksasa ekonomi dunia. Atas nama satu kelompok, suara mereka akan merupakan suatu suara yang lebih berat dan tidak dapat begitu saja diabaikan. Lewat kerjasama regional mereka dapat memperjuangkan kepentingan masing masing dengan harapan mencapai hasil yang diinginkan. ASEAN memiliki sejarah yang menarik. ASEAN lahir, tumbuh, dan berkembang seirama dengan tuntutan sejarah. Kehadirannya sangat penting bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara, bahkan di dunia. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) atau yang lebih kita kenal dengan Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara, sebagai kerjasama regional dalam kenyataannya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Asia Tenggara.

Pembentukan ASEAN dimulai dengan diadakannya pertemuan 5 menteri menteri luar negeri dari negara-negara Asia Tenggara di Bangkok selama 3 hari dari tanggal 5 8 Agustus 1967. Mereka adalah Adam Malik (Indonesia) Tun Abdul Rajak (Malaysia), Thanat Khoman (Thailand), Rajaratnam (Singapura), dan Narciso Ramos (Filipina). Pada tanggal 8 Agustus 1967 mereka mencapai persetujuan untuk membentuk suatu organisasi kerjasama negara-negara Asia Tenggara. Organisasi ini dinamakan ASEAN (Association of South East Asian Nations). Persetujuan yang ditanda-tangani oleh kelima menteri luar negeri itu kemudian dikenal sebagai Deklarasi Bangkok dan menjadi dasar pembentukan ASEAN.

ASEAN adalah salah satu dari sedikit organisasi internasional yang bersifat anomali karena selama lebih dari 40 tahun tidak memiliki landasan hukum (konstitusi). Dengan ketiadaan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, ASEAN secara aturan bukanlah subyek hukum internasional. Landasan kerjasamanya sebatas komitmen politis non binding, berupa deklarasi, statement, dan keputusan para menteri dan KTT.Tidak seperti organisasi internasional lainnya yang pembentukannya berdasarkan instrumen pokok, dalam pembentukan ASEAN, walaupun tidak dengan persetujuan, wakil dari 5 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina telah mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk mendirikan ASEAN tanpa persetujuan maupun ratifikasi. Pendirian tersebut hanya didirikan atas deklarasi yang ditanda tangani oleh 5 mentri luar negeri saja. Dalam perjalanannya hingga empat dekade ASEAN belum memiliki suatu landasan formal yang berkekuatan hukum, mengingat selama ini kerjasama ASEAN cenderung bersifat informal dengan pendekatan musyawarah mufakat. Oleh karena itu, disusunlah ASEAN Charter yang akan menjadi pedoman. Setelah melalui proses panjang, pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke13 di Singapura tahun 2007, negara-negara anggota ASEAN telah menandatangani Piagam ASEAN.C. Anggaran Dasar Organisasi Internasional

Hampir seluruh perjanjian internasional antar negara atau treaty adalah hal yang mendasari anggaran dasar suatu organisasi internasional. Penyebutan anggaran dasar pada setiap organisasi internasional dapat berbeda beda. Misalnya PBB menyebutnya dengan charter, lalu ICAO menyebut anggaran dasarnya dengan convention, dan lain sebagainya.

Hampir seluruh anggaran dasar dari organisasi internasional dikatakan adalah berupa perjanjian. Dikatakan hampir karena di dalam beberapa kasus pendirian organisasi internasional, pendirian tersebut berasal dari kebijakan organisasi internasional yang lain.

Anggaran dasar suatu organisasi internasional yang berupa perjanjian dapat tercipta diluar dokumen hukum tersendiri, seperti lahirnya anggaran dasar dari ICAO yang berasal dari Chicago Convention on International Civil Aviation atau anggaran dasar PBB yang berasal dari San Francisco Conference 1945, dan dapat pula tercipta dari perjanjian diluar dari perjanjian pembentukan organisasi internasional itu sendiri, seperti konsepsi lahirnya WTO dari perjanjian GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) tetapi yang menjadi landasan hukum atau anggaran dasarnya sendiri berasal dari Perjanjian Marrakech.

Telah disebutkan diatas bahwa anggaran dasar suatu organisasi internasional adalah suatu treaty atau perjanjian internasional. Tetapi, tidak secara otomatis suatu perjanjian internasional adalah sama dengan anggaran dasar organisasi internasional. Terdapat perbedaan antara anggaran dasar organisasi internasional dengan perjanjian internasional. Perbedaan perbedaan tersebut menurut Henry G. Schemers adalah:1) Membentuk suatu badan hukum2) Pembatasan untuk reservasi.3) Pembaruan secara diam-diam.1. Membentuk suatu badan hukum

Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban dari negara para pihak tetapi juga membuat subjek hukum internasional baru. Dikarenakan menjadi subjek hukum internasional, organisasi internasional memiliki kapabilitas untuk melakukan perjanjian internasional dan mengambil bagian dalam sebuah hubungan internasional, serta dilengkapi organ organ sendiri di dalam tubuh organisasi.2. Pembatasan untuk reservasi

Walaupun reservasi dibolehkan dalam perjanjian internasional, namun untuk suatu anggaran dasar organsiasi internasional hal ini dibatasi karena akan menimbulkan goncangan pada organisasi itu sendiri, walaupun pada Pasal 19 dan 23 dari konvensi Wina pembatasan tidak dilarang dikarenakan beberapa hal. Pembatasan dari reservasi disini memiliki sebuah alasan bahwa di dalam organisasi internasional, yang ada bukan hanya kerja sama dalam hal partisipasi saja dengan negara lain akan tetapi juga bekerja sama dalam hal memutuskan masalah masalah penting, yang mana dibutuhkan kesamaan aturan yang mengikat mereka guna mencapai tujuan dari organisasi internasional itu sendiri. Pembatasan reservasi dalam anggaran dasar organisasi internasional didukung oleh Pasal 20 poin ketiga, mengenai penerimaan dan penolakan dari reservasi, dari konvensi Wina bahwa:

When the treaty is constituent instrument of an International organization and unless otherwise provides, a reservation requires the acceptance of the competent organs of the organization.Akan tetapi, suatu anggaran dasar organisasi internasional dapat diadakan amandemen jika dirasakan perlu atau disesuaikan menurut kebutuhan organisasi internasional.3. Pembaharuan secara diam diam

Suatu organisansi internasional harus beradaptasi dengan pembaharuan yang ada dalam masyarakat internasional. Organsiasi internasional mempunyai alat perlengkapan yang berwenang untuk mengubah anggaran dasar bila diperlukan. Biasanya di dalam anggaran dasar itu sendiri telah ditentukan bagaimana suatu anggaran dasar dapat diubah. Meskipun tidak ada ketentuan mengenai perubahan konstitusi, konstitusi dapat diubah oleh alat perlengkapan utama / organ suatu organisasi internasional, yang mana dalam penerimaan konstitusinya dengan melakukan penafsiran ketentuan dalam konstitusi apakah sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Apabila penafsiran itu tidak ditolak, maka dapat diartikan bahwa negara negara anggota menyetujui amandemen konstitusi dan penafsiran tersebut akan mengikat. D. Amandemen Lebih LanjutProses amandemen pada tiap organsasi berbeda, tergantung tata cara amandemen yang diatur dalam konstitusinya masing masing. Hal ini merupakan karakter esensial dari sebuah organisasi internasional. Contohnya adalah pada PBB. Perubahan atau amandemen pada piagam PBB harus dilakukan setelah melalui tahap 2 kali sidang, yaitu pada sidang majelis umum PBB yang mengusulkan amandemen harus 2/3 anggota majelis umum dan kemudian perubahan bisa terjadi apabila proses ratifikasi dilakukan oleh 2/3 kuorum dari anggota yang hadir, termasuk dewan keamanan tetap. Pada umumnya prinsip-prinsip amandemen ini terbagi 3, yakni:1. Prinsip - prinsip kesepakatanPrinsip ini merupakan bentuk yang mengatakan bahwa amandemen atau perubahan harus diadopsi oleh sebagian besar anggota yang pada umumnya atau 2/3 dari majelis umum, diratifikasi tidak kurang dari atau 2/3 majelis umum dan disepakati oleh seluruh anggota. Dalam hal prinsip kesepakatan, bagi negara yang tidak meratifikasi tidak dikenakan adanya pemaksaan atau ikatan untuk negara negara yang tidak meratifikasi. Penganut pandangan ini antara lain:a) LBB sebagaimana ditulis dalam konvensinya:

Amandement of this convenant will take effect when ratified by the member of the league whose representative compose the council and by majoritry of the members of the league whose representative compose the assembly.b) Poin A pada Pasal 94 konstitusi ICAOTerdapat dua tahap dalam mengamandemen konstitusi ICAO. Tahap pertama adalah tahap penyetujuan untuk mengamandemen konstitusi tersebut. Untuk menyetujui sebuah amandemen konstitusi, dibutuhkan persetujuan dari 2/3 anggota dari majelis umum. Tahap kedua adalah tahap meratifikasi sebuah amandemen agar amandemen tersebut berlaku. Tahap ratifikasi ini membutuhkan quorum ratifikasi oleh anggota majelis umum sebesar 2/3. Tetapi yang hanya meratifikasi amandemen adalah negara yang menyetujui amandemen tersebut. 2. Prinsip legislatifMenurut prinsip legislatif, hampir sama seperti prinsip kesepakatan, dibutuhkan suara mayoritas untuk menentukan amandemen yang mengikat. Akan tetapi, prinsip legislatif ini sangat berbeda dengan prinsip kesepakatan dalam hal pengikatan kepada anggota. Apabila dalam prinsip kesepakatan amandemen tersebut berlaku pada negara yang meratifikasi saja, dalam prinsip legislatif kekuatan amandemen akan mengikat terhadap seluruh anggota, termasuk anggota yang tidak setuju ataupun meratifikasi amandemen tersebut. Tetapi dengan catatan bahwa proses amandemen tetap harus memenuhi quorum yang ditentukan, yakni biasanya 2/3 atau .Contoh dari penganut hal ini adalah:

a) PBB dengan Pasal 108 piagam PBBnya bahwa suatu amendemen berlaku untuk semua anggota apabila telah disetujui 2/3 anggota mejelis umum dan diratifikasi 2/3 dari anggota PBB, termasuk oleh seluruh dewan keamanan.b) UNESCO dengan anggaran dasarnya pada Pasal 13 yakni:

Proposals for amendments to this Constitution shall become effective upon receiving the approval of the General Conference by a two-thirds majority; provided, however, that those amendments which involve fundamental alterations in the aims of the Organization or new obligations for the Member States shall require subsequent acceptance on the part of two thirds of the Member States before they come into force. The draft texts of proposed amendments shall be communicated by the Director-General to the Member States at least six months in advance of their consideration by the General Conference.c) WHO dengan anggaran dasarnya pada Pasal 73 yaitu:Texts of proposed amendments to this Constitution shall be communicated by the Director-General to Members at least six months in advance of their consideration by the Health Assembly. Amendments shall come into force for all Members when adopted by a two-thirds vote of the Health Assembly and accepted by two-thirds of the Members in accordance with their respective constitutional processes.

3. Kombinasi antara dua prinsipTerdapat amandemen yang membedakan antara amandemen minor dan mayor. Dalam melakukan amandemen minor cukup dengan prinsip perubahan dengan prinsip legislatif. Sedangkan dalam amandemen mayor butuh prinsip kesepakatan. Sebagai contoh konstitusi FAO Pasal 20 yang membedakan antara perubahan yang menyangkut kewajiban baru bagi anggota anggotanya dan perubahan yang tidak menyangkut kewajiban baru bagi anggota anggotanya:a. Amendments to this Constitution involving new obligations for Member nations shall require the approval of the Conference by a vote concurred in by a two-thirds majority of all the members of the Conference and shall take effect on acceptance by two-thirds of the Member nations for each Member nation accepting the amendment and thereafter for each remaining Member nation on acceptance by it.b. Other amendments shall take effect on adoption by the Conference by a vote concurred in by a two-thirds majority of all the members of the Conference.E. PenafsiranPenafsiran yang berbeda dari anggaran dasar suatu organisasi dapat menimbulkan perselisihan di dalam organisasi tersebut. Perselisihan dapat timbul diantara organisasi dan anggotanya, sesama anggota, bahkan dengan pihak ketiga. Untuk itu, di dalam anggaran dasar terkadang dinyatakan pihak atau badan yang bertugas untuk menafsirkan Pasal atau anggaran dasar tersebut. Akan tetapi itu hanya terkadang, bukan sebagian besar. Di dalam anggaran dasar dapat menyatakan penafsiran otoritas dari sisi non hukum (organ politik atau teknik), penafsiran otoritas dari sisi hukum, dan penafsiran kombinasi diantara keduanya. Pada prakteknya, sebagian besar perselisihan yang timbul dari penafsiran diselesaikan oleh organ politik atau teknik dari organisasi tersebut.Dalam beberapa organisasi internasional, mereka tidak menyebutkan secara spesifik kekuatan dari organ organ mereka sendiri untuk menafsirkan konvensi ketika terjadi perselisihan. Namun mencantumkan bahwa perselisihan tersebut dapat dirujuk kepada arbitrase. F. Waktu berlaku

Kapan waktu berlaku dari suatu amandemen tidak terdapat suatu aturan yang baku untuk seluruh anggaran dasar. Karena dalam anggaran dasar, waktu berlaku dari suatu amandemen ditentukan oleh anggaran dasar itu sendiri. Contohnya pada Piagam PBB yang mana mengikat dalam 4 bulan dari penandatanganannya, setelah diratifikasi oleh 5 anggota dewan keamanan tetap dan mayoritas dari negara yang menandatangani. Akan tetapi apabila tidak ditentukan, biasanya amandemen untuk penambahan organ atau alat perlengkapan utama berlaku efektif sehari setelah disahkannya amandemen tersebut.

G. Reaksi anggota terhadap amandemen

Terdapat kemungkinan suatu anggota menolak untuk amandemen, yang biasa terjadi pada amandemen dengan prinsip kesepakatan, atau penolakan anggota untuk menerima kehendak mayoritas dalam amandemen yang berprinsip legislatif. Dalam hal ini ada kemungkinan anggota untuk dapat mengundurkan diri. Contohnya ketika Denmark, melalui referendumnya pada tahun 1992, menolak beberapa Pasal yang diamandemen di dalam European Community Treaty, yang mana amandemen pada waktu itu dilakukan agar mengadopsi sesuai dengan Maastricht Treaty. Ketika perubahan dilakukan pada Maastricht Treaty agar lebih mengakomodir kepentingan rakyat Denmark mengenai kewarganegaraan, akhirnya Denmark meratifikasi Pasal Pasal yang sebelumnya ditolak tersebut berdasarkan keputusan hasil referendum pada tahun 1993.H. Pembiayaan Organisasi InternasionalPersoalan pembiayaan sangat vital guna berjalannya tugas-tugas dan fungsi suatu organisasi internasional. Bahkan tak jarang persoalan anggaran dapat digunakan sebagai faktor untuk mempengaruhi keputusankeputusan yang diambil oleh organisasi internasional.Pembiayaan suatu organisasi internasional secara normal meliputi biaya administrasi untuk pembiayaan aktivitas organisasi internasional seperti gaji pegawai, percetakan, biaya konferensi dan lain-lain; dan biaya untuk aktifitas yang harus dikerjakan sebagai hasil keputusan politik organisasi. Menurut Schemers, pengeluaran suatu organisasi internasional dibedakan dalam dua hal, yaitu pembiayaan sehubungan dengan instrumen (PBB menggunakan istilah object of expenditure) dan bidang aktivitas.

Pembiayaan sehubungan dengan instrumen adalah pembiayaan yang dipakai oleh organisasi internasional untuk melaksanakan tugasnya, seperti gaji staf, biaya untuk konferensi, biaya untuk peralatan, dan lain-lain.Pembiayaan bidang aktivitas dibedakan antara bidang-bidang yang harus dilaksanakan oleh suatu organisasi, misalnya bantuan teknis (technical assistance), pembangunan sosial (social development), industri (industrialization). Hal ini tergantung pada tugas-tugas organisasi. Pembiayaan berdasarkan instrumen ini didasarkan pada berapa pengeluaran yang dibutuhkan untuk pembiayaan setiap instrumen. Pembiayaan yang didasarkan pada instrumen juga mudah untuk mengadakan audit.Pada pembiayaan yang disasarkan pada aktivitas organisasi internasional, tujuan dari pemakaian dana akan lebih mudah diidentifikasikan. Negara anggota lebih tertarik untuk mengetahui tujuan dari kontribusinya digunakan untuk apa. Dalam praktek biasanya pembiayaan didasarkan pada instrumen, misalnya untuk gaji personel organisasi, pengeluaran untuk gedung, biaya-biaya sidang, peralatan dan biaya-biaya lainnya seperti pos, telepon dan lain-lain.Sedangkan pembiayaan untuk aktivitas yang bukan rutin tetapi merupakan aktivitas yang diperlukan untuk melaksanakan policy organisasi internasional, misalnya bantuan teknik ataupun ekonomi pada negara-negara berkembang, ataupun pengiriman pasukan perdamaian ditentukan dalam anggaran khusus dan dibiayai dengan kontribusi sukarela.Dalam lingkup PBB hubungan antara policy dan dana untuk membiayai aktifitas untuk merealisasi policy tadi telah dibuat financial regulations dimana ditentukan suatu organ PBB tidak dapat mengambil suatu keputusan tentang pembiayaan kecuali sebelumnya telah melaporkan pada Sekjen PBB tentang usulan administrasi dan pembiayaan, usulan pengeluaran tersebut tidak bisa memakai dana yang ada, biaya itu baru akan dikeluarkan bila Majelis Umum telah menentukan memberikan biaya yang diperlukan sebagaimana dimuat dalam Pasal 17 ayat 1 Piagam PBB.Anggaran suatu organisasi internasional dapat dibedakan antara pengeluaran biasa (ordinary expences) dan pengeluaran darurat (extra ordinary expences). Pada sejumlah program tertentu ditempatkan sebagai program-program pengeluaran darurat, dalam hal ini negara anggota dapat menyumbangkan secara sukarela dan bukan merupakan bagian dari anggaran biasa. Misalnya pengeluaran untuk UNICEF (United Nations Internasional Childrens Emergency Fund), UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine).Operasi pemeliharaan perdamaian dibiayai melalui sistem terpisah dari anggaran rutin PBB, tetapi masih dibagi antara negara anggota. Untuk tujuan pembagian pengeluaran ini, negara-negara anggota dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

a) Anggota Tetap Dewan Keamanan. Membayar 100 persen ditambah jumlah yang tidak terbagi ke anggota lainnya.b) Secara khusus, bernama negara anggota ekonomi maju yang bukan anggota Dewan Keamanan. Membayar 100 persen dari anggaran reguler.

c) Negara anggota yang ekonominya kurang berkembang. Membayar 20 persen dari anggaran reguler.

d) Negara anggota yang ekonominya kurang berkembang yang secara khusus disebutkan (kebanyakan negara-negara berkembang). Membayar 10 persen darianggaran reguler.

Untuk menangani masalah anggaran dan administrasi Majelis Umum PBB berdasarkan Resolusi Majelis Umum No. 14(I) tanggal 13 Februari 1946 dibentuk The Advisory Committee on Administrative and Budgetary Question (ACABQ) yang terdiri dari 16 anggota dimana di dalamnya termasuk tiga ahli dalam bidang keuangan.

Prosedur untuk Menetapkan AnggaranOlahan dari perkiraan anggaran dalam PBB adalah tugas dari Under-Secretary for Administration and Management, kepala Dewan Program, Perencanaan dan Anggaran yang telah didirikan pada tahun 1982. The board membuat rencana jangka menengah dan mempersiapkan rancangan anggaran berdasarkan proposal yang dibuat oleh setiap unit. Rancangan ini dikembangkan atas dasar "budget outline" yang disebut, disiapkan atas partisipasi the Advisory Committee on Administrative and Budgetary Questions (ACABQ) and Committee for Programme and Co-ordination (CPC), dan diserahkan ke General Assembly satu tahun di muka dari rancangan anggaran. Draft perkiraan anggaran akan mencakup perkiraan asli, mewakili biaya pelaksanaan keputusan yang diambil selama tahun keuangan yang terkait anggaran, estimasi revisi anggaran untuk menutupi keputusan baru, dan perkiraan dana cadangan untuk menutupi "pengeluaran tak terduga" yang timbul setelah anggaran telah terpilih. Perkiraan yang terakhir akan melaluiACABQ, the CPC, the Fifth Committee of the Assembly, danakhirnya ke Assembly.I. The Advisory Committee on Administrative and Budgetary Question (ACABQ)

The Advisory Committee on Administrative and Budgetary Question (ACABQ) atau Komite Penasehat Pertanyaan Administrasi dan Anggaran adalah organ dari Majelis Umum, terdiri dari 16 anggota yang ditunjuk oleh Majelis dalam kapasitas masing-masing. Fungsi dan tanggung jawab Komite Penasehat, serta komposisi, diatur oleh ketentuan-ketentuan resolusi Sidang 14 (I) 13 Februari 1946 dan 32/103 tanggal 14 Desember 1977 dan aturan 155-157 dari aturan Majelis. Fungsi utama dari Komite Penasehat adalah:

a) untuk memeriksa dan melaporkan anggaran yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal kepada Majelis Umum;

b) untuk memberikan nasihat kepada Majelis Umum mengenai segala hal-hal administratif dan anggaran yang dimaksud;

c) untuk memeriksa atas nama Majelis Umum, anggaran administratif badan-badan khusus dan proposal untuk pengaturan keuangan dengan lembaga-lembaga tersebut;

d) untuk mempertimbangkan dan melaporkan kepada Majelis Umum mengenai laporan auditor pada rekening Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus. Program kerja Komite ditentukan oleh persyaratan dari Majelis Umum dan badan legislatif lain.

J. Committee on ContributionCommittee on Contribution (Komite Kontribusi) dibentuk pada tahun 1946 dan mempunyai tugas dan memberikan saran pada Majelis Umum mengenai masalah-masalahsehubungan dengan kontribusi dalam rangka Piagam 19 PBB. Dalam lingkup PBB besarnya kontribusi para anggota ditentukan dalam kriteria kemampuan untuk membayar (capacity to pay), didasarkan pada pendapatan nasional (total national income), pendapatan per kapita dan dari kenyataan ekonomi disebabkan akibat adanya perang dan kemampuan untuk memperoleh mata uang asing.

Biaya Organisasi harus ditanggung oleh Anggota sebagaimana ditentukan oleh Majelis Umum (Pasal 17, ayat 2, dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa). Disamping pendapatan nasional, Majelis Umum telah memutuskan faktor-faktor lain yang akan dipakai sebagai penetapan kontribusi suatu anggota, dengan Resolusi Majelis Umum 2118(XX), 21 Desember 1965 ditetapkan juga harus memperhatikan keadaan negara berkembang untuk masalah ekonomi dan keuangan yang dihadapi. Hal ini disebabkan masalah ekonomi dan keuangan yang dihadapi oleh negara berkembang merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam menetapkan kontribusi negara anggota.Komite Kontribusi memberi saran kepada Majelis Umum, sesuai Pasal 17, pembagian kontribusi biaya Organisasi diantara Anggota sesuai dengan kapasitas untuk membayar. Komite juga memberi saran kepada Majelis Umum pada penilaian tetap untuk Anggota baru, dan pada tingkat banding oleh Anggota untuk perubahan penilaian.Komite juga memberikan nasihat tentang tindakan yang akan diambil sehubungan dengan penerapan Pasal 19 Piagam PBB.Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menunggak dalam pembayaran kontribusi keuangan untuk Organisasi tidak memiliki suara dalam Majelis Umum jika jumlah tunggakan yang sama atau melebihi jumlah iuran untuk dua tahun penuh sebelumnya. Bagaimanapun juga, Majelis Umum dapat, mengizinkan Anggota tersebut untuk memiliki suara jika yakin bahwa kegagalan untuk membayar adalah karena kondisi di luar kendali Anggota (Pasal 19 dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Perlu dicatat bahwa Pasal 17 (2) dari Piagam menyatakan bahwa Biaya Organisasi harus ditanggung oleh Anggota sebagaimana dibagi oleh Majelis Umum. Untuk anggaran rutin, alokasi yang dipilih oleh Majelis dipecah oleh setiap bagian dari anggaran. Alokasi yang terpakai diserahkan kembali ke Negara-negara Anggota.Jumlah uang yang ditentukan Majelis Umum harus dinilai dan disetujui bersama antara Negara Anggota sesuai dengan skala penilaian. Surat penilaian untuk anggaran rutin dikirim ke negara-negara anggota pada tanggal 1 Januari setiap tahun.

Periode keuangan adalah sebagai berikut:

(I) anggaran Reguler dan pengadilan - Dua tahun kalender berturut-turut;

(Ii) operasi Penjaga Perdamaian - 1 Juli tahun berjalan sampai 30 tahun Juni mendatang.

K. Dana kontingensi

Dana kontingensi adalah Tingkat sumber daya, ditetapkan pada 0,75 persen dari keseluruhan tingkat garis yang dapat ditambahkan ke anggaran untuk mengakomodasi tambahan pengeluaran yang timbul dari implikasi anggaran program mandat atau perkiraan revisi kegiatan yang tidak diramalkan dalam program anggaran yang diusulkan.

L. Dana Perdamaian Cadangan

Dana Perdamaian Cadangan dibentuk pada tahun 1992, pada tingkat $ 150 juta, sebagai mekanisme arus kas untuk memastikan respon cepat dari Organisasi untuk kebutuhan operasi pemeliharaan perdamaian.

M. Dana Modal Kerja

Dana Modal Kerja didirikan pada tahun 1946 untuk memberikan kemajuan yang diperlukan untuk membiayai alokasi anggaran, sambil menunggu penerimaan kontribusi, dan biaya tak terduga untuk membiayai dan menunggu tindakan luar biasa oleh Majelis Umum. Pada tahun 1982 tingkat Dana ditetapkan di $ 100 juta, dan pada bulan Juli 2006 Majelis Umum memutuskan bahwa tingkat harus ditingkatkan sampai $ 150 juta yang efektif 1 Januari 2007. Sekretaris Jenderal diberi kewenangan untuk terlebih dahulu mengeluarkan dana sampai $2 juta atas pengeluaran dari modal kerja ini.

N. Rekening Khusus

Rekening Khusus PBB didirikan berdasarkan resolusi Majelis Umum 2053 A (XX) 15 Desember 1965 untuk mengakomodasi hasil banding Sekretaris-Jenderal untuk Pemerintah semua Negara Anggota untuk membuat sumbangan sukarela sehingga kesulitan keuangan Organisasi dapat dipecahkan dan masa depan akan dihadapkan dengan harapan baru dan kepercayaan diri.

Dengan resolusi Majelis Umum 3049 A (XXVII) dari 19 Desember 1972, Sekretaris Jenderal diminta untuk membuat akun khusus untuk kontribusi sukarela yang dapat dibayar dan digunakan untuk tujuan menghilangkan kesulitan keuangan masa lalu dari PBB dan terutama untuk mengatasi defisit jangka pendek Organisasi.

O. Sumber Pembiayaan Lainnya

Di samping kontribusi dari anggota, pembiayaan suatu organisasi internasional dapat juga diperoleh dari pendapatan lainnya. Misalnya European Communities yang pembiayaannya tidak tergantung pada kontribusi negara anggotanya, tetapi diperoleh dari pajak hasil pertanian, tarif eksternal dan pajak pertambahan nilai.Kelompok Bank Dunia (IBRD, IDA, IFC) dan Internasional Monetary Fund (IMF) kontribusi negara anggota adalah dalam bentuk kuota atau saham. Kontribusi tidak digunakan untuk pembiayaan organisasi, tetapi dipergunakan untuk mendukung operasi finansial. Sedangkan penghasilan dari IMF dan Kelompok Bank Dunia diperoleh dari transaksi, penghasilan dari penanaman modal.Bank Dunia merupakan sumber penting dari bantuan keuangan dan teknis untuk negara-negara berkembang di seluruh dunia. Misi bank dunia adalah untuk memerangi kemiskinan dengan semangat dan profesionalisme bagi hasil yang abadi dan untuk membantu orang membantu diri mereka sendiri dan lingkungan mereka dengan menyediakan sumber daya, berbagi pengetahuan, peningkatan kapasitas dan menempa kemitraan di sektor publik dan swasta.

Bank dunia bukan bank dalam arti umum; terdiri dari dua lembaga pembangunan yang unik yang dimiliki oleh 187 negara anggota: Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD) dan Internasional Development Association (IDA).Masing-masing lembaga memainkan peran yang berbeda namun kolaboratif dalam memajukan visi globalisasi yang inklusif dan berkesinambungan. IBRD bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara miskin dengan pendapatan menengah dan kredit, sedangkan IDA berfokus pada negara-negara termiskin di dunia. Dilengkapi oleh Internasional Finance Corporation (IFC), Badan Penjaminan Investasi Multilateral (MIGA) dan Pusat Internasional untuk Penyelesaian Perselisihan Investasi (ICSID).Bersama-sama, worldbank menyediakan pinjaman berbunga rendah, bebas bunga kredit dan hibah kepada negara-negara berkembang untuk beragam tujuan yang mencakup investasi di bidang pendidikan, kesehatan, administrasi publik, infrastruktur, pengembangan sektor keuangan dan swasta, pertanian dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Bank Dunia, didirikan pada tahun 1944, berkantor pusat di Washington, DC memiliki lebih dari 10.000 karyawan di lebih dari 100 kantor di seluruh dunia.Bank Dunia mengumpulkan uang dalam beberapa cara berbeda untuk mendukung keringanan dan tanpa bunga pinjaman (kredit) dan hibah oleh Bank Dunia (IBRD dan IDA) yangditawarkan kepada negara berkembang dan miskin.Pinjaman IBRD kepada negara-negara berkembang terutama dibiayai dengan menjual AAA-nilai obligasi di pasar keuangan dunia. Obligasi IBRD dibeli oleh berbagai investor swasta dan institusi di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Sementara IBRD mendapatkan margin kecil pada pinjaman ini, sebagian besar dari pendapatan berasal dari pinjaman keluar modal secara mandiri. Modal ini terdiri dari dana cadangan dibangun selama bertahun-tahun dan uang dibayarkan dari 187 pemegang saham bank negara anggota. Penghasilan IBRD juga digunakan untuk membayar biaya operasional Bank Dunia dan telah memberikan kontribusi untuk IDA dan pengurangan utang.Dukungan pemegang saham juga sangat penting bagi Bank. Hal ini tercermin dalam dukungan modal yang diterima dari pemegang saham dalam memenuhi kewajiban utang pelayanan kepada IBRD. Bank Dunia juga memiliki US $ 178 miliar pada apa yang dikenal sebagai "callable capital," yang dapat ditarik dari pemegang saham sebagai dukungan, hal itu diperlukan untuk memenuhi kewajiban pinjaman IBRD untuk (obligasi) atau jaminan.IDA, sumber terbesar di dunia, bebas bunga pinjaman dan hibah bantuan kepada negara-negara termiskin, diisi kembali setiap tiga tahun oleh 40 negara-negara donor. Dana tambahan yang diregenerasi melalui pembayaran pokok pinjaman pada tahun ke 35-40, tidak ada bunga pinjaman, yang kemudian tersedia kembali untuk pinjaman. IDA menyumbang hampir 40 persen dari pinjaman.Bank Dunia sering memiliki surplus pada akhir tahun fiskal, yang diperoleh dari suku bunga yang dikenakan pada beberapa pinjaman dan dari biaya yang dikenakan untuk beberapa layanan. Beberapa surplus digunakan untuk IDA, bagian dari bank yang memberikan hibah dan pinjaman tanpa bunga bagi negara-negara termiskin di dunia. Sisa surplus digunakan untuk bantuan utang bagi negara-negara miskin, ditambahkan ke cadangan keuangan, atau membantu menanggapi krisis kemanusiaan yang tidak terduga.

Robert B. Zoellick adalah presiden 11 Bank. Dia adalah ketua Dewan Direksi Bank Eksekutif dan juga presiden dari lima organisasi yang saling terkait yang membentuk Grup Bank Dunia. Presiden dipilih oleh dewan gubernur untuk masa jabatan lima tahun. Dewan Direksi Eksekutif dan Presiden Bank, berfungsi sebagai ketua dewan yang bertanggung jawab untuk melakukan operasi umum Bank, mengawasi pekerjaan Bank setiap hari, dan melakukan tugas di bawah kekuasaan yang didelegasikan kepada mereka oleh Dewan Gubernur. Para direktur bertemu dua kali seminggu di Washington, DC, untuk menyetujui pinjaman baru dan untuk me-review operasional bank dan kebijakan.Dewan Gubernur terdiri dari pemegang saham (187 negara) yang anggotanya membuat kebijakan tertinggi di Bank. Umumnya, para gubernur adalah menteri keuangan atau menteri pembangunan negara anggota. Mereka bertemu setahun sekali pada Pertemuan Tahunan Dewan Gubernur Grup Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk menetapkan kebijakan keseluruhan keanggotaan, meninjau lembaga negara dan melakukan tugas-tugas lainnya. Karena gubernur bertemu hanya setiap tahun, mereka mendelegasikan tugas khusus untuk 24 Direktur Eksekutif, yang bekerja on-site di Bank.Menurut Pasal-Pasal Perjanjian, lima pemegang saham terbesar, Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, masing-masing menunjuk seorang direktur eksekutif, sementara negara-negara anggota lainnya diwakili oleh 19 direktur eksekutif yang mewakili konstituen di beberapa negara. Masing-masing direksi dipilih oleh sebuah negara atau kelompok negara setiap dua tahun. Ini adalah kebiasaan untuk aturan pemilu untuk memastikan bahwa keseimbangan geografis yang luas dipertahankan dalam Dewan.

P. Pengecualian Kontribusi

Anggota yang berniat untuk meminta pengecualian berdasarkan Pasal 19 dari Piagam PBB ditarik ke ketentuan Resolusi Majelis Umum 54/237 C, di mana Majelis, antara lain, mendesak Negara-negara Anggota tersebut untuk memberikan informasi yang mendukung selengkap mungkin. Majelis juga memutuskan bahwa permintaan untuk pengecualian dalam Pasal 19 harus disampaikan oleh Negara-negara Anggota setidaknya dua minggu sebelum sidang Komite Kontribusi untuk memastikan review penuh dari permintaan.

Dalam Pasal 17 Piagam PBB ditentukan bahwa Majelis Umum mempertimbangkan dan menyetujui anggaran Organisasi. Biaya Organisasi harus ditanggung oleh Anggota sebagaimana dibagi oleh Majelis Umum. Majelis Umum mempertimbangkan dan menyetujui setiap pengaturan keuangan dan anggaran dengan badan-badan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dan harus memeriksa anggaran administratif badan-badan khusus tersebut dengan maksud untuk membuat rekomendasi kepada instansi yang bersangkutan.

Dalam Pasal 19 Piagam PBB, Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menunggak dalam pembayaran kontribusi keuangan untuk Organisasi tidak memiliki suara dalam Majelis Umum jika jumlah tunggakan sama atau melebihi jumlah iuran untuk dua tahun penuh sebelumnya. Majelis Umum dapat mengizinkan tersebut Anggota untuk memilih jika yakin bahwa kegagalan untuk membayar adalah karena kondisi di luar kendali Anggota.

Dalam Pasal 20 Piagam PBB ditentukan bahwa Majelis Umum akan bertemu dalam sesi tahunan biasa dan dalam sesi khusus. Pada sesi khusus akan diadakan pertemuan oleh Sekretaris Jenderal atas permintaan Dewan Keamanan atau dari mayoritas Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Q. Anggaran pada Badan-Badan Khusus PBB

Anggaran pada Badan-Badan Khusus PBB, misalnya Food and Agricultural Organization (FAO) Conference yang akan menentukan berapa kontribusi masing-masing anggota (Pasal 18 Anggaran Dasar FAO.Pada World Health Organization (WHO) ditentukan bahwa Direktur Jenderal WHO mengajukan anggaran oraganisasi pada the Board, kemudian diserahkan kepada the Assembly disertai dengan rekomendasi.

R. Kewajiban Pembayaran Kontribusi

Menurut Pasal 17 Piagam PBB, tidak ada ketentuan yang menentukan bahwa kontribusi meruapakan kewajiban hukum.Menurut Pasal 19 Piagam PBB, bila suatu anggota tidak membayar kontribusinya dan tunggakannya jumlahnya sama atau melebihi dua kali jumlah kontribusi yang harus dibayar untuk dua tahun sebelumnya maka negara anggota tersebut tidak diberi hak suara di Majelis Umum. Majelis Umum dapat memperkenankan negara anggota tersebut memberikan suaranya bila kelalaian memberikan kontribusi itu disebabkan oleh keadaan di luar kekuasaan anggota tersebut. Bila didasarkan pada Pasal 25 Piagam PBB, maka biaya yang harus dipikul oleh PBB untuk suatu kegiatan merupakan kewajiban hukum bagi para anggota.

S. Uni Eropa

Uni Eropa memiliki berbagai sumber pendapatan. Hal ini tidak semata-mata tergantung pada kontribusi dari negara-negara anggota, tetapi memiliki sumber daya sendiri dalam bentuk bea masuk pada produk-produk dari luar Uni Eropa, dan persentase dari pajak pertambahan nilai yang dikenakan oleh masing-masing negara.

Uni Eropa memiliki beberapa sumber penghasilan untuk membiayai administrasi dan kegiatan dan untuk dapat mencapai tujuannya mengurangi kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan yang sedang berkembang. Negara-negara anggota mengumpulkan uang atas nama Uni Eropa.

Tiga sumber utama pendapatan adalah:

a) 0,73% dari pendapatan nasional bruto dari masing-masing negara anggota, yang menyumbang dua-pertiga dari anggaran Uni Eropa. Prinsip dasar di balik perhitungan kontribusi setiap negara Uni Eropa adalah salah satu dari solidaritas dan kemampuan untuk membayar. Namun, penyesuaian dilakukan jika ini menghasilkan beban berlebihan pada negara-negara tertentu.

b) Bea masuk pada produk-produk dari luar Uni Eropa atau biasa disebut sumber daya yang tradisional.

c) Sebuah persentase dari pendapatan masing-masing negara yang diharmonisasi oleh Uni Eropa menjadi pajak pertambahan nilai (PPN).

Uni Eropa juga menerima pajak yang dibayar oleh staf Uni Eropa pada gaji mereka, kontribusi dari negara-negara non-Uni Eropa untuk program Uni Eropa tertentu dan denda dari perusahaan yang melanggar aturan dan peraturan Uni Eropa.

Uni Eropa tidak menggunakan uang dengan serta merta. Proses pemeriksaan tahunan dilakukan secara menyeluruh atas rencana pengeluaran tahunan setiap komisi. Proposal Komisi diperdebatkan oleh Parlemen Eropa dan Dewan Menteri Uni Eropa, yang kemudian bernegosiasi dengan satu samauntuk memutus kanapa yang diperlukan sebelum anggaran akhirnya diadopsi dalam bulan Desember setiap tahun. Parlemen memiliki keputusan terakhir hanya pada lebih dari setengahitem pengeluaran. Ini termasuk penggunaan sebagian dengan dana untuk daerah yang kurang makmur, lingkungan, investasi, penelitian dan pendidikan. Para menteri memutuskan pada tingkat akhir, pada mayoritas bentuk pengeluaran pertanian, dan pada keputusan yang mempengaruhi keadilan, kebebasan, kewarganegaraan dan keamanan. Meskipun demikian, anggaran hanya dapat cair jika mayoritas anggota European Parliament setuju dengan penuh, dan tiga perlima suara mendukung. Defisit tidak diperbolehkan.

Setiap tahun anggaran cair dalam rencana pengeluaran jangka panjang yang dikenal sebagai 'Kerangka keuangan'. Ini adalah suatu kerangka kerja tujuh tahun, yang sedang berjalan adalah 2007-2013. Hal ini memungkinkan Uni Eropa untuk merencanakan program-program pengeluaran efektif untuk beberapa tahun ke depan.

Dana tersebut berasal dari Anggaran Uni Eropa terutama dibiayai dari tiga sumber daya yang telah disebutkan di atas. Sebagian besar (sekitar tiga perempat) dana ini dibebankan pada negara-negara anggota.

Kemampuan untuk membayar diukur dengan kemakmuran nasional mereka, dinyatakan sebagai produk domestik bruto. Prinsip dasar di balik perhitungan masing-masing Kontribusi negara anggota adalah salah satu solidaritas dan kemampuan untuk membayar. Namun, penyesuaian dilakukan jika ini tampaknya menghasilkan beban berlebihan pada beberapa negara anggota.

Selain itu, dana berasal dari bea masuk pada produk pertanian dan proporsi tetap dariuang negara anggota yang dikumpulkan dalam pajak pertambahan nilai (PPN). Bentuk-bentuk penerimaan tidak bisa dikatakan berasal dari negara anggota tertentu.

Setiap pengeluaran tunduk pada audit internal dan evaluasi eksternal guna mengetahui penggunaan setiap dana. Laporandari pengawas mandiri Uni Eropa, Pengadilan Auditor Eropa,dan investigasi oleh Uni Eropa pada OLAF. OLAF menyelidiki uang yang dikeluarkan secara tidak benar. OLAF juga bekerja dengan rekan-rekan negara anggotanya untuk menghentikan penyelundupan biaya anggaran di Uni Eropa. Penyelundupan menghindari bea masuk, adalah komponen kunci dari pendapatan Uni Eropa.

T. ASEAN

Dalam Bab IX Piagam ASEAN, pada Pasal 29 ditentukan prinsip umum sebagai berikut:

Ayat (1) ASEAN akan menyusun aturan-aturan dan prosedur-prosedur keuanganyang sesuai dengan standar internasional.Ayat (2) ASEAN akan melaksanakan kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik pengelolaan keuangan yang sehat dan tertib anggaran. Ayat (3) Rekening-rekening keuangan wajib diaudit internal dan eksternal.

Pada Pasal 30 ditentukan Anggarandan Pembiayaan Operasional Sekretariat ASEAN sebagai berikut:

1. Sekretariat ASEAN wajib disediakan sumber-sumber keuangan yangdiperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya secara efektif.

2. Anggaran operasional Sekretariat ASEAN wajib dipenuhi oleh Negara-Negara Anggota ASEAN melalui kontribusi tahunan yang setara yangdibayarkan secara tepat waktu.

3. Sekretaris Jenderal wajib menyiapkan anggaran operasional tahunanSekretariat ASEAN untuk mendapat persetujuan dari Dewan Koordinasi ASEAN berdasarkan rekomendasi Komite Wakil Tetap.

4. Sekretariat ASEAN bekerja sesuai dengan aturan-aturan dan prosedur-prosedurkeuangan yang ditetapkan oleh Dewan Koordinasi ASEANberdasarkan rekomendasi Komite Wakil Tetap.

U. Kasus Indonesia

Indonesia melakukan penarikan diri dari Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 9 Juli 1964. Indonesia telah sejak lama secara konsisten menolak untuk mengakui keberadaan Malaysia dan telah menerapkan kebijakan agresi terhadap Negara baru.Presiden Sukarno mengancam bahwa, jika Malaysia mengambil posisinyadi Dewan Keamanan, Indonesia akan menarik diri dari Perserikatan Bangsa-bangsa. Malaysia telah terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan dan Indonesia telah konsekuen menyatakan penarikan dirinya.

Ini adalah kejadian pertama dimana anggota PBB menarik diri atau mengancam untuk melakukannya dan, selain besardampak politik yang tentu saja akan dirasakan dalam Organisasi, deklarasi di Indonesia menimbulkan sejumlah pertanyaan penting dari sisi hukum dan sifat praktis. Dari sini tampaknya ada dua isu sentral, yaitu suatu negara tidak memiliki hak untuk menarik diri dari PBB dan, jika tidak memiliki hak seperti itu, maka apakah efek dari penarikan itu diakui atau tidak.

Dalam Piagam tidak ada ketentuan untuk atau larangan penarikan, apakah atau benar tidaknya tergantung pada sebuah interpretasi dalam membaca Piagam PBB. Alat bantu untuk interpretasi adalah analogi dari Kovenan Liga, konstitusi lembaga internasional lainnya, prinsip-prinsip umum penafsiran perjanjian dan, sebagian besar dari semua, draft rencana Piagam itu sendiri.

Lord Robert Cecil mengatakan bahwa aturan hukum internasional adalah bahwa jika tidak ada yang pasti, istilah penarikan tetap adalah ilegal dan ini tampaknya merupakan pendapat yang banyak diakui. Meskipun kesepakatan tidak tercapai, keseimbangan pendapat adalah seperti itu, dalam ketakutan yang tepat mungkin dinyatakan tidak ada, klausul itu dimasukkan. Bahkan pengacara internasional yang menyangkal keabsahan penarikan di mana adaada ketentuan mengungkapkan untuk itu, bagaimanapun siap untuk mengakui suatuhak untuk penarikan di bawah doktrin rebus sic stantibus dimana situasi yang berubah sehingga menggugurkan dasar kewajiban.

ILC menyimpulkan bahwa sebuah perjanjian yang berisi ketentuan tentang pemutusan tidak ada dan yang tidak menyediakan pembatalan atau penarikan tidak dikenakan dapat dibatalkan atau penarikan kecuali muncul dari karakter perjanjian itu dan dari keadaan kesimpulan ataupernyataan para pihak bahwa para pihak dimaksudkan untuk mengakui kemungkinan pembatalan atau penarikan. Dalam kasus terakhir, seorang pihak dapat membatalkan atau menarik diri dari perjanjian pada saat memberi kepada pihak lain atau untuk masa tidak kurang dari dua belas bulan.

Malaysia ke Dewan Keamanan dianggap "keadaan luar biasa" bagi Indonesia Sesuai dengan ketentuan Piagam, namun tidak dapat dibawa pada kesamaan pendapat. Pihak lainnnya berpendapat bahwa itu bukan merupakan suatu yang luar biasa dan keadaan di luar kendali.

Dengan demikian tampak bahwa Indonesia tidak punya hak untuk menyatakan penarikan dari PBB dan deklarasinya telah melanggar kewajibannya berdasarkan Piagam PBB. Bisa dikatakan bahwa penarikan diklaim Indonesia dari PBB tidak efektif dan Indonesia masih tunduk pada semua tugasnya berdasarkan Piagam PBB, termasuk melakukan kontrobusi terhadap pembiayaan PBB.Suatu tindakan tidak harus sepenuhnya legal atau ilegal, hal itu mungkin memiliki aspek-aspek dari kedua legalitas dan ilegalitas; Indonesia dapat tidak mempunyai hak hukum untuk menarik diri dari PBB tapi pasti memiliki kekuatan hukum untuk melakukannya. Piagam membuat sebuah sistem hukum "berdasarkan pada prinsip persamaan kedaulatan semua anggotanya "dan akibatnya tidak adanya kekuasaan untuk tidak menarik, bisa dalam hal hukum dipertimbangkan dalam struktur konstitusional.

Kelsen berpendapat: Jika kedaulatan menyiratkan hak asasi menarik dari organisasi yang didirikan oleh perjanjian internasional untuk yang Negara adalah pihak yang melakukan perjanjian, maka kedaulatan berarti bahwa suatu Negara berdaulat terikat dengan suatu perjanjian yang merupakan pihak, hanya selama perjanjian itu menyenangkan. Hal ini hampir tidak dapat dipungkiri bahwa ini adalah fungsi penting dari Organisasi internasional didirikan oleh Piagam untuk membatasi 'kedaulatan' dari Anggota dan dengan demikian untuk menghilangkan gagasan tentang kedaulatan tak terbatas, meskipun kata-kata dari Pasal 2, ayat. 1, menyatakan 'Kesetaraan kedaulatan' dari Anggota sebagai prinsip Organisasi.

Dalam kasus PBB, meskipun tidak ada hak penarikan, tidak ada sanksi yang melekat pada penarikan dalam ketiadaan hak untuk melakukannya dan oleh karena itu meskipun Indonesia telah melanggar kewajiban perjanjiannya tidak ada tindakan hukum dapat diambil terhadap Indonesia.

Dalam konstitusi Liga, meskipun ada ketentuan untuk penarikan, efektivitas penarikan seperti itu dibuat bersyarat pada pemenuhan oleh anggota menarik kewajiban keuangan dan lainnya di bawah Kovenan dan hukum internasional. Meski begitu, Jerman, Jepang dan Paraguay semua berhasil meninggalkan Liga tanpa sepenuhnya memenuhi kewajiban mereka dan secara efektif meninggalkan Organisasi ketika mereka tidak memiliki hukum yang ketat mengenai penarikan diri.

Dalam konstitusi ILO, dalam konstitusi asli FAO, dan dalam Kovenan Liga, ada ketentuan bahwa kewajiban keuangan harus dipenuhi sebelum penarikan dapat menjadi efektif, dan memang hampir semua Negara yang mengundurkan diri dari Liga tidak membayar tunggakan utang mereka. Di sisi lain hanya Kovenan Liga dan, sampai batas tertentu, ILO telah memiliki formula untuk menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban lain yang sudah ada dan Amerika yang menarik diri dari Liga gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya.

Meskipun ketentuan untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban yang ada di Kovenan, Negara tidak menemukan itu "mungkin" untuk menarik diri tanpa memenuhi kewajiban. Jerman, Jepang dan Paraguay semua gagal untuk memenuhi kewajiban internasional mereka dan kewajiban Kovenan namun semua bangsa-bangsa ini berhasil meninggalkan Liga. Hukum di posisi ini adalah jelas bahwa, meskipun semua negara-negara ini telah meninggalkan Liga, mereka tetap melanggar hukum internasional karena gagal untuk memenuhi kewajiban mereka. Ini kemudian telah menjadi pengaturan konstitusional untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban yang ada tetapi apa yang ada adalah posisi di mana ketentuan kewajiban tersebut tidak dilakukan.

Dari sepuluh badan-badan khusus dari PBB hanya tiga, yaitu ILO, FAO dan UNESCO telah menambahkan pengamanan keuangan untuk klausul penarikan mereka. Hal ini sangat tidak mungkin bahwa tujuh dari Badan-badan PBB akan meninggalkan diri mereka sedemikian rentan posisi mereka jika, pada hukum internasional, tidak adanya klausa menandakan bahwa mereka akan memiliki tanggung jawab untuk membayar hutang yang ada setelah penarikan. Ini harus disimpulkan bahwa klausa dimasukkan oleh ILO, FAO dan UNESCO tidak mengubah posisi hukum sama sekali. Negara tetap bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban yang independen selama keanggotaan dan jika gagal untuk melakukannya maka ia telah melakukan pelanggaran hukum internasional.

Pemerintah Britania Raya, tanggal 8 Maret 1965 melalui perwakilan tetap di PBB mengungkapkan keyakinan bahwa pemilihan Malaysia ke Dewan Keamanan "Bukan merupakan keadaan begitu luar biasa di alam sebagai untuk membenarkan Pemerintah Indonesia dalam menarik diri dari Organisasi itu, "dan bahwa "Negara yang telah menyatakan niat untuk mundurdari Organisasi tersebut tetap terikat untuk memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Pasal 2 Piagam, terkait dengan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

V. Konsekuensi Hukum atas Kegagalan untuk Membayar Kontribusi AnggaranPada akhir tahun 1961 PBB menghadapi defisit sebesar $ 150 juta karena anggota tidak membayar kontribusi. Alasan penolakan untuk membayar bervariasi, beberapa negara menentang legalitas operasi dan beberapa mempermasalahkan bahwa biaya operasi adalah tanggung jawab kolektif sebagaimana anggaran normal.

Pada tahun 1965 Sekretaris Jenderal melaporkan bahwa 16 negara, termasuk Perancis dan bekas Uni Soviet, berada pada tunggakan dalam jumlah melebihi kontribusi mereka dinilai sejak dua tahun sebelumnya. Sebagaimana telah diketahui, setelah kapitulasi AS, Majelis Umum menolak untuk menerapkan sanksi pencabutanhak suara di Majelis berdasarkan Pasal 19 Piagam PBB. Lebih penting dari kapitulasi AS, bagaimanapun, adalah reservasi dimana AS melekat padanya, memungkinkan dirinya untuk menuntut hak pembebasan dari prinsip tanggung jawab keuangan kolektif di masa depan, harus itu melihat alasan utama.Sampai pertengahan 1980-an Amerika Serikat telah membayar tepat waktu iuran PBB, tetapi mulaisaat itu hingga seterusnya penyumbang terbesar untuk PBB mulai melakukan kebijakan pemotongan selektif nilaikontribusinya. Pemotongan tersebut didorong oleh defisit anggarannya dan ketidaksetujuan dari meningkatnya biaya organisasi internasional serta ketidaksepakatan dengan isi program politik dari sejumlah resolusi Majelis Umum. Sebagai hasil dari pemotongan perkiraan PBB bahwa AS berhutang $ 1,6 miliar pada tanggal 31 Mei 1999, $ 620 juta untuk anggaran rutin dan $ 1,02 miliar untuk pemeliharaan perdamaian dan pengadilan internasional. Pada akhir tahun 1998 AS telah membayar hanya untuk PBB untuk menghindari kemungkinan skenario 19 Pasal yang timbul. AS telah diperingatkan bahwa dibutuhkan setidaknya $ 300 juta untuk membayar pada akhir 1999 untuk menghindari kehilangan hak suara di Majelis Umum.Keengganan Majelis Umum untuk menerapkan sanksi Pasal 19 telah membangkitkan pemikiran apakah ada keadaan di mana kontribusi dapat dinilai secara hukum.Secara umum, pandangan bahwa hak hukum untuk menunggak pembayaran tidak dapat disimpulkan dari keengganan negara-negara anggota untuk menerapkan Pasal 19.

Ketentuan banyak diterapkan pada suspensi atau bahkan dikeluarkan dari keanggotaan sebagai sanksi akibattidak ada pembayaran kontribusi anggaran memperkuat pandangan bahwa kewajiban untuk membayar kewajiban hukum. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir Majelis Umum telah menerapkan sanksi Pasal 19 ke sejumlah negara yang telah lebih dari dua tahun di belakang belummelakukan pembayaran iuran mereka. Pada tahun 1999 dua negara, Yugoslavia dan Irak, telah kehilangan hak suaranya karena menunggak 12,6 juta dan 9,1 juta.

Namun, sanksi tidak pernah diterapkan pada salah satu kontributor utama. Meski demikian, perhatian yang AS telah menghindari yang tunggakan lebih dari dua tahun mungkin menunjukkan AS menyadari bahwa sanksi juga dapat diterapkan untuk kontributor utama bagi pelanggaran kewajiban.

Penunggakan kontribusi sejak tahun 1960 telah menjadi praktek yang tumbuh pada bagian dari negara-negara anggota untuk menahan sebagian atau seluruh kontribusi mereka untuk PBB. Specialized Agencies dari PBB juga telah dipengaruhi oleh pemotongan anggaran, kasus yang sangat mencolok adalah hasil anggaran yang muncul pada tahun 1970 ketika AS berhenti berkontribusi kepada ILO dalam upaya untuk memaksa pembatalan penunjukan Asisten Dirjen Direktur Jenderal dari Uni Soviet.

Pada awalnya ini hanya pemotongan selektif, ditargetkan untuk operasi penjaga perdamaian yang kontroversial atau program yang masing-masing negara anggota tidak mendukung. Hal ini mendasari penalaran pemotongan AS sehubungan dengan Komisi Persiapan Hukum Laut, program untuk melindungi hak-hak rakyat Palestina dan keputusan Majelis Umum untuk membangun markas Komisi Ekonomi untuk Afrika di Addis Ababa, Ethiopia.Penahanan Kontribusi Dinilai oleh negara anggota untuk alasan apapun, apalagi ketidaksetujuan sebagai minoritas dengan Keputusan dari PBB, adalah ilegal dalam terang kewajiban hukum anggota untuk membayar iuran untuk PBB.Pada tingkat praktis, pemotongan kebijakan negara-negara anggota, dan terutama orang-orang dari keberhasilan AS dalam mempengaruhi keputusan-keputusan dari badan internasional. Galey berpendapat, bagaimanapun, bahwa tindakan menahan sementara oleh negara-negara telah memberikan kontribusi terhadap perubahan dalam aturan dan prosedur PBB, namun tidak membawa perubahan mendasar untuk norma-norma rezim dan prinsip-prinsip.

Kesimpulan

Landasan hukum dari sebuah organisasi internasional sangatlah penting karena landasan hukum ini menentukan bagaimana ruang lingkup, serta tujuan dari dibentuknya organisasi internasional tersebut. Landasan hukum juga menentukan bagaimana organisasi internasional itu akan bergerak, bagaimana organisasi internasional akan memberlakukan kegiatannya. Pada beberapa organisasi internasional, masalah pembiayaan juga dimasukkan dalam landasan hukum dari organisasi tersebut.Pembiayaan suatu organisasi internasional umumnya terbagi menjadi dua, yaitu untuk membiayai kegiatan administrasi dan untuk membiayai hasil keputusan-keputusan organisasi. Pengeluaran organisasi dapat digai menjadi pengeluaran biasa dan pengeluaran darurat. Sumber pendanaan juga dibagi berdasarkan mekanisme yang beragam untuk mengakomodir keadilan bagi semua pihak. Sumber pendanaan suatu organisasi internasional dapat diperoleh melalui kontribusi anggota, pajak pertambahan, maupun sumber-sumber lainnya. Kegagalan dalam melakukan kontribusi pada suatu organisasi internasional memiliki dampak yang cukup luas, baik ke dalam organisasi tersebut, maupun berdampak pada program dan keputusan yang diambil. Sanksi-sanksi atas kegagalan kontribusi juga telah dibuat agar suatu anggota tidak dengan mudah meninggalkan kewajiban pembayaran.1 Phillipe Sands dan Pierre Klein, Bowetts law of International Institutions, (London: Sweet & Maxwell 2001) hal. 565.

Norman Hill, International Organization (New York: Harper and Brothers, 1952), hlm. 160.

Sri S. Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional (Jakarta: UI-Press, 2004), hlm. 183.

Hasnil Basri Siregar, Hukum Organisasi Internasional, (Medan : Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1994), hal.143.

. Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta : Penerbit Alumni, 1997), hal.92.

6. Henry G. Schermers, International Institutional Law (The Netherlands, Rockville, Maryland, USA: Sijthooff, Alphen aan den Rijn, 1980), hlm. 559-565.

1 Phillipe Sands dan Pierre Klein, Bowetts law of International Institutions, (London: Sweet & Maxwell 2001) hal. 565.

D.W. Bowett, hal. 413, sebagaimana dikutip oleh Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2004), hal. 177.

Phillipe Sands and Pierre Klein, Bowetts law of Internasional Institutions (London: Sweet & Maxwell 2001), hal. 571.

HYPERLINK "http://www.un.org/ga/acabq/" http://www.un.org/ga/acabq/ diunduh pada 16 Oktober 2011 pukul 20:00.

Phillipe Sands and Pierre Klein, op.cit., hal. 569.

HYPERLINK "http://www.un.org/en/ga/contributions/" http://www.un.org/en/ga/contributions/ diunduh pada 16 Oktober 2011 pukul 21:20.

D.W. Bowett, Hukum Organisasi Internasional(Jakarta: Sinar Grafika), 2007.

HYPERLINK "http://www.un.org/en/ga/contributions/glossary.shtml" http://www.un.org/en/ga/contributions/glossary.shtml diunduh pada 16 Oktober 2011 pukul 22:00.

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/EXTABOUTUS/0,,pagePK:50004410~piPK: 36602 ~theSite PK:29708,00.html diunduh pada 20 Oktober 2011 pukul 19:00.

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/EXTSITETOOLS/0,,contentMDK:20147466~menuPK:344189~pagePK:98400~piPK:98424~theSitePK:95474,00.html diunduh pada 20 Oktober 2011 pukul 22:00.

HYPERLINK "http://www.un.org/en/ga/contributions/nextsession.shtml" http://www.un.org/en/ga/contributions/nextsession.shtml diunduh pada 16 Oktober 2011 pukul 22:10.

HYPERLINK "http://www.un.org/en/documents/charter/chapter4.shtml" http://www.un.org/en/documents/charter/chapter4.shtml diunduh pada 17 Oktober 2011 pukul 18:30.

Sri Setyaningsih Suwardi, op.cit., hal. 182.

HYPERLINK "http://europa.eu/about-eu/basic-information/money/revenue-income/index_en.htm" http://europa.eu/about-eu/basic-information/money/revenue-income/index_en.htm diunduh pada 20 Oktober 2011 pukul 14:00.

HYPERLINK "http://ec.europa.eu/publications/booklets/move/62/en.pdf" http://ec.europa.eu/publications/booklets/move/62/en.pdf diunduh pada 20 Oktober 2011 pukul 14:30.

HYPERLINK "http://www.jstor.org/stable/756973" http://www.jstor.org/stable/756973 diunduh pada 20 oktober 2011 pukul 15:15.

Ibid.

Ibid.

Phillipe Sands and Pierre Kleinop.cit., hal. 572

Phillipe Sands and Pierre Klein, op.cit., hal. 580

1