paper etika dan kejahatan bisnis

26

Click here to load reader

Upload: handik-zusen

Post on 18-Jun-2015

1.817 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PERAN POLRI DALAM PENANGANAN PERKARA MONOPOLI PASAR RITEL DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH KPPU YANG DIDUGA DILAKUKAN OLEH PT. CARREFOUR INDONESIA

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

Kliping tentang Kasus Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Carrefour Kalahkan KPPURabu, 17 Februari 2010 | 15:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keberatan PT Carrefour Indonesia terhadap putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berbuah manis. Majelis hakim yang diketuai Kusno membatalkan seluruh putusan KPPU terhadap Carrefour terkait putusan monopoli pasar ritel di Indonesia.

Dalam putusannya, majelis hakim mengacu pada Pasal 45 UU No 5/1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan ketentuan terkait lainnya dalam pasar ritel.

"Mengadili, menerima dan mengabulkan permohonan pemohon, menyatakan bahwa pemohon keberatan tidak terbukti melanggar Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 25 ayat 1 huruf a UU Nomor 5/1999, membatalkan keputusan KPPU Nomor 9/KPPU-R/2009 tanggal 3 November 2009 untuk seluruhnya," ujar Kusno di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (17/2/2010).

Majelis hakim mengabulkan permohonan Carrefour karena menilai KPPU telah salah dalam menafsirkan terkait monopoli pasar ritel yang menyebutkan bahwa akibat Carrefour mengakuisi Alfa Retailindo, Carrefour menguasasi pasar ritel sebesar 58 persen.

"Barang barang yang dijual di ritel Carrefour dijual sama dengan di pasar ritel lain dengan karakteristik yang sama," ujar Kusno dalam salah satu pertimbangannya.

Hakim juga menggunakan acuan tiga riset, yakni AC Nielsen, Mars Indonesia, dan Euro Monitor, yang menyebutkan bahwa dalam penelitian pasar ritel menyebutkan bahwa Carrefour tidak menguasai pasar secara dominan.

"Majelis tidak sepakat dengan termohon, yakni KPPU, terkait penguasaan pasar, karena berdasar riset setelah akuisisi pangsa pasar jauh di bawah 50 persen," ujar Kusno. (Kontan/Epung Saepudin)

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/02/17/15234193/Carrefour.Kalahkan.KPPU, diakses pada tanggal 21 Februari 2010.

Page 2: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

PERAN POLRI DALAM PENANGANAN PERKARA MONOPOLI PASAR RITEL DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH KPPU YANG DIDUGA DILAKUKAN OLEH PT.

CARREFOUR INDONESIA

1. Kondisi saat ini

Secara universal, dalam suatu negara yang menganut paham

demokratis, maka supremasi hukum merupakan salah satu isu yang selalu

mengemuka untuk senantiasa dituntut oleh publik agar dijunjung tinggi dan

ditegakkan demi tercapainya tujuan dari hukum itu sendiri yaitu, tercapainya

manfaat hukum, kepastian hukum dan keadilan hukum. Demikian pula dalam

hal menjalankan kepentingan di bidang perekonomian melalui pelaksanaan

berbagai kegiatan bisnis, maka dalam konteks hubungan internasional antar

negara-negara di dunia telah disepakati suatu konvensi internasional yang

mengatur tentang hukum persaingan usaha dalam rangka mengantisipasi

terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat (unfair competition), yaitu

sebagaimana yang diatur dalam Article 10bis dalam Paris Convention for

the Protection of Industrial Property (1967). Indonesia selaku salah satu

negara anggota WIPO (World Intellectual Property Organization) telah

meratifikasi konvensi tersebut berdasarkan Keputusan Presiden No. 24 tahun

1979 pada tanggal 10 Mei 1979. Namun demikian, perhatian secara serius

terhadap hukum persaingan usaha tersebut, baru terwujud pada tahun 1999

dengan diundangkannya UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang selanjutnya ditindaklanjuti

dengan pembentukan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha).

Keberadaan KPPU tersebut hingga saat ini cukup membawa dampak

positif terhadap iklim usaha di Indonesia sehingga dengan iklim usaha yang

semakin sehat maka persaingan usaha pun juga akan berlangsung secara

fair dan berimplikasi terhadap terwujudnya kesejahteraan rakyat. Persaingan

usaha dimungkinkan terjadi di setiap jenis usaha karena pada prinsipnya

setiap pihak yang melakukan usaha tersebut akan berupaya meraih

keberhasilan / kesuksesan dalam menjalankan usahanya tersebut.

Permasalahannya adalah terhadap cara-cara yang digunakan dalam rangka

2

Page 3: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

mencapai keberhasilan / kesuksesan oleh para pelaku usaha tersebut apabila

tidak diatur dengan suatu regulasi maka akan terjadi penggunaan cara-cara

bersaing yang tidak sehat dengan melanggar etika bisnis sehingga dapat

merugikan pihak-pihak lainnya. Salah satu lapangan usaha yang rentan

dengan terjadinya praktek persaingan usaha tidak sehat di era modern ini

adalah terkait dengan sektor usaha bisnis ritel modern. Kerentanan dari

eksistensi sektor usaha tersebut terutama terkait dengan eksistensi pasar

tradisional di Indonesia. Apabila ekspansi bisnis ritel modern tidak diatur

dengan ketentuan perundang-undangan yang dapat menjamin terciptanya

iklim usaha yang sehat, maka niscaya akan terjadi praktek persaingan usaha

yang tidak sehat antara sektor usaha bisnis ritel modern dengan sektor usaha

pasar tradisional beserta berbagai implikasi sosiologis lainnya, misalnya

terkait dengan permasalahan di bidang ketenagakerjaan, hukum pidana,

pertumbuhan ekonomi kelas menengah ke bawah, dll. Hal tersebut

dikarenakan ekspansi pasar yang dilakukan oleh para pelaku usaha bisnis

ritel modern di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Hal tersebut nampak dari hasil studi komprehensif yang dilakukan oleh PT

Media Data Riset bahwa perkembangan bisnis ritel modern ini dapat

ditunjukan dari segi omzet yang  masih tumbuh secara nyata yakni dari

sekitar Rp 42 triliun pada tahun 2005, meningkat menjadi sekitar Rp 58 triliun

pada tahun 2007 dan tahun 2008 sudah mencapai sekitar Rp 67 triliun.

Peningkatan omzet belakangan ini, terutama didorong semakin maraknya

pembukaan outlet gerai baru hypermarket dan minimarket1.

Salah satu permasalahan yang sedang mengemuka terkait dengan

ekspansi bisnis ritel modern yang diduga mengandung praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat saat ini adalah upaya dari peritel asing

Carrefour melalui PT Carrefour Indonesia dalam melakukan akuisisi PT Alfa

Retailindo (Alfa). Penanganan kasus dimaksud telah dicatatkan sebagai

perkara No. 09/KPPU-L/2009 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

(UU No.5/1999).  Kasus tersebut terkait dengan dugaan monopoli dan atau

1 PT Media Data Riset Survey Research Services, Peta Persaingan Bisnis Ritel Modern di Indonesia 2009, diakses dari situs : http://mediadata.co.id/Multi-Client-Studies/MCS-Indonesian-Edition/Peta-Persaingan-Bisnis-Ritel-Modern-di-Indonesia-2009.html, pada tanggal 22 Februari 2010.

3

Page 4: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

persaingan tidak sehat dengan bukti awal terhadap indikasi pelanggaran PT

Carrefour Indonesia atas pasal 17 ayat (1) jo pasal 25 UU No. 5/19992.

Dalam keputusannya, Ketua Majelis Dedi Martadisastra menyatakan bahwa

Carrefour dinyatakan melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) UU

No. 5 tahun 1999 atau Monopoli atas kepemilikan PT Alfa Retailindo. Setelah

akuisisi Alfamart, Carrefour menguasai pasar retail sebesar 48,3 persen,

meningkat dari sebelumnya 37,9 persen dan menguasai 66,7 persen pasar

pemasok3.  Dalam perkembangannya, kasus tersebut semakin menyita

perhatian publik terkait dengan dibatalkannya putusan KPPU tersebut oleh

PN Jakarta Selatan dan ditindaklanjuti oleh pihak KPPU yang akan

melakukan langkah kasasi ke Mahkamah Agung (MA)4.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Dengan masih berjalannya perkara tersebut diatas menuju tahap kasasi,

maka dalam hal ini belum terdapat putusan yang berkekuatan hukum tetap

(in kracht van gewijsde), sehingga secara yuridis normatif belum dapat

dikatakan bahwa PT. Carrefour Indonesia telah melanggar pasal 17 ayat (1)

jo pasal 25 UU No. 5/1999. Oleh karena itu dalam melakukan analisis

terhadap perkara dimaksud, penulis membatasi pada ruang lingkup mulai

awal mula munculnya perkara dimaksud sampai dengan dikeluarkannya

putusan PN Jakarta Selatan tentang pembatalan putusan KPPU

No.09/KPPU-L/2009 mengenai kasus monopoli dan dominasi Carrefour di

pasar ritel nasional. Fokus dari analisis dimaksud adalah untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan putusan atas perkara

dimaksud antara KPPU dengan PN Jakarta Selatan. Dalam melakukan

analisis dimaksud, penulis akan menggunakan teori tentang tiga unsur dari

2 KPPU, Kasus Akuisisi Alfa oleh Carrefour: Proses Penegakan Hukum Persaingan oleh KPPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/baru/index.php?type=art&aid=613&encodurl=02%2F 22%2F10%2C02%3A02%3A13, pada tanggal 22 Februari 2010.

3 Metrotvnews, Carrefour menolak putusan KPPU, diakses dari situs : http://metrotvnews. com/index.php/metromain/newsvideo/2009/11/05/93506/Carrefour-Menolak-Putusan-KPPU/116, pada tanggal 22 Februari 2010.

4 Detik Finance, Carrefour Kalahkan KPPU, DPR Curiga Ada Mafia, diakses dari situs : http://www. detikfinance.com/read/2010/02/18/172940/1302350/4/carrefour-kalahkan-kppu-dpr-curiga-ada-mafia, pada tanggal 22 Februari 2010.

4

Page 5: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

sistem hukum (Three Elements of Legal System) yang dikemukakan oleh

Lawrence M. Friedman5, sebagai berikut :

a. Struktur Hukum (Legal Structure)

Peran utama dalam penegakan hukum persaingan usaha di

Indonesia hingga saat ini diemban oleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU) yang bertindak sebagai lembaga independen di

Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Vide pasal 30 ayat

(1) UU No. 5 tahun 1999). Dalam pelaksanaan pengawasan dimaksud,

KPPU memiliki wewenang sebagaimana yang diamanatkan dalam

pasal 36 UU No. 5 tahun 1999.

Posisi KPPU sebagai lembaga independen, secara substansial

seolah mengemban multi fungsi dalam penanganan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat, antara lain selaku penyelidik,

penuntut sampai dengan pemutus perkara pada peradilan tingkat

pertama. Sehubungan dengan penanganan kasus Carrefour tersebut

diatas, maka dalam posisi yang demikian memang terdapat aspek

positifnya dimana KPPU dalam konteks ideal dapat terlepas dari

berbagai bentuk intervensi tertentu yang berupaya agar penanganan

suatu perkara praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

tersebut dapat ”diarahkan” secara subyektif menurut kepentingan

tertentu, namun di sisi lain terdapat aspek negatif berupa kelemahan-

kelemahan yang dimiliki oleh KPPU, antara lain sebagai berikut :

1) Tidak terdapat dukungan teknis dan taktis dari lembaga negara

lainnya dalam penanganan perkara praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat dikarenakan domain wewenang

penanganan perkara dimaksud hanya dimiliki oleh KPPU. Hal ini

dapat menyebabkan kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan

KPPU terhadap pihak yang diduga melakukan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat menjadi tidak optimal, terutama

dalam hal pembuktiannya.

5 Andi Nuzul, KESADARAN HUKUM : Landasan Memperbaiki Sistem Hukum, diakses dari situs : http://andinuzul.wordpress.com/2009/02/25/kesadaran-hukum-landasan-memperbaiki-sistem-hukum/, pada tanggal 22 Februari 2010.

5

Page 6: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

2) Tidak terdapat lembaga independen tertentu yang ditetapkan

berdasarkan standar tertentu pula dalam rangka mendukung

pemeriksaan KPPU terkait dengan hal-hal mengenai riset tentang

posisi dominan suatu pihak yang diduga melanggar larangan

praktek monopoli maupun persaingan usaha tidak sehat. Tidak

adanya standarisasi lembaga riset dimaksud akan menyebabkan

perbedaan penafsiran antara KPPU dengan pihak pelaku usaha

yang diduga melakukan pelanggaran praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat serta pihak Pengadilan Negeri

maupun Mahkamah Agung

3) Dengan struktur organisasi yang ada saat ini, dimana KPPU terdiri

dari dari satu kantor pusat dan lima kantor perwakilan daerah

(KPD)6, maka masih terdapat rasio yang jauh tidak berimbang

dengan jumlah perkara yang dilaporkan pada KPPU yang

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun7 seiring dengan laju

globalisasi dan dilaksanakannya berbagai perjanjian tentang

perdagangan bebas, seperti AFTA (Asia Free Trade Area) dan /

atau ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement).

4) Para komisioner dan staf KPPU hingga saat ini cenderung dipilih

dari kalangan pakar di bidang ekonomi, padahal dalam penegakan

hukum persaingan usaha terdapat berbagai domain disiplin ilmu

yang terlibat di dalamnya seperti bidang penuntutan yang

memerlukan kemampuan penuntut umum yang handal, bidang

penyelidikan dan penyidikan yang memerlukan kemampuan

seorang investigator yang handal, kemampuan audit yang handal,

dll, sehingga seharusnya dalam KPPU dilibatkan para komisioner

dan staf KPPU dengan latar belakang profesi yang beragam

layaknya KPK, antara lain terdiri dari latar belakang jaksa /

penuntut umum, Polri, BPK, PPATK, dll.

6 Struktur Organisasi KPPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/baru/index.php?aid= 52&mode=art&mnid=47&encodurl=02%2F22%2F10%2C11%3A02%3A11, pada tanggal 22 Februari 2010.

7 Statistik Laporan Masuk 2000-2009 KPPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/ baru/index.php?aid=1020&mode=art&mnid=90&encodurl=02%2F22%2F10%2C11%3A02%3A4, pada tanggal 22 Februari 2010.

6

Page 7: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

b. Substansi Hukum (Legal Substance)

Substansi utama berupa undang-undang sebagai dasar hukum

pelaksanaan wewenang KPPU termasuk ruang lingkup obyek

pengawasan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat hingga saat ini hanya berdasarkan satu undang-undang yaitu UU

No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat, yang di dalamnya meliputi substansi hukum materiil

maupun formil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. jur.

M. Udin Silalahi, SH., LL.M, yaitu seorang Peneliti dari Departemen

Ekonomi, CSIS, Jakarta, ditemukan tentang sejumlah kelemahan dari

UU No. 5 tahun 1999 sehingga dalam hasil penelitian tersebut juga

direkomendasikan beberapa materi UU No. 5 tahun 1999 yang perlu

direvisi8.

Khusus terhadap pengaturan yang terkait dengan sektor usaha

bisnis ritel modern, pasar tradisional serta pusat perbelanjaan, saat ini

pemerintah Indonesia telah memiliki regulasi berupa Peraturan

Presiden No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Namun demikian,

keberadaan perpres tersebut juga masih menyisakan pro dan kontra

hingga saat ini, antara lain terkait dengan permasalahan zonasi, skala

usaha bisnis ritel, trading term, dll9, termasuk juga permasalahan

tentang mandat yang sangat besar kepada pemerintah daerah melalui

otonomi daerah dalam hal pemberian perijinan sehinggayang

cenderung terjadi adalah pemerintah daerah menggenjot pendapatan

asli daerah (PAD) terhadap peritel besar dengan cara lebih

mengutamakan peritel besar daripada pedagang pasar10. Demikian pula

8 Dr. jur. M. Udin Silalahi, SH., LL.M, Kondisi Pranata Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Wacana Revisi UU No. 5/1999, diakses dari situs : http://www.kedai-kebebasan.org/download/ 1168938495_Kondisi_Pranata_HPU-20-12-06.ppt, pada tanggal 22 Februari 2010. Disampaikan pada Diskusi Panel tentang Competition Law & Practice, pada tanggal 20 Desember 2006 diselenggarakan oleh GTZ-ICL dengan CSIS, di Gedung CSIS Jakarta.

9 Indonesia Retail, Hal-Hal yang Penting di Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, diakses dari situs : http://indonesiaretail.com/2008/01/04/hal-hal-yang-penting-di-peraturan-presiden-no-112-tahun-2007/, pada tanggal 22 Februari 2010.

10 Kompas, Pedagang Tradisional Menyusut, Revisi Perpres 112/2007, diakses dari situs : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/03/10/20582914/Pedagang.Tradisional.Menyusut..Revisi.Perpres.1122007, pada tanggal 22 Februari 2010.

7

Page 8: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

regulasi teknisnya berupa Permendag Nomor 53 tahun 2008 tentang

pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern pun

juga masih menimbulkan pro dan kontra11.

Dengan merujuk dari berbagai pendapat terkait dengan

kelemahan-kelamahan maupun pro dan kontra tentang peraturan

perundang-undangan tersebut diatas, dalam hal ini terutama

sehubungan dengan kasus Carrefour, maka dapat dianalisis mengenai

aspek substansi hukumnya (legal substance) sebagai berikut :

1) Terdapat kerancuan ataupun tidak standarnya mekanisme

pembuktian atas pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU

No. 5 tahun 1999 terkait dengan penentuan ”posisi dominan”

dikarenakan kekuatan pembuktian atas pasal-pasal tersebut

cenderung diletakkan pada kekuatan hasil survey lembaga riset

tertentu yang belum terjangkau pengaturannya oleh UU No. 5

tahun 1999, baik terkait dengan subyeknya (pelaku riset), metode

(metodologi riset) serta obyek (ruang lingkup riset) sehingga akan

sering terjadi perbedaan persepsi maupun penafsiran antara pihak-

pihak yang terkait dalam suatu penanganan perkara monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat akibat perbedaan acuan data hasil

riset dari lembaga yang berbeda, seperti halnya dalam kasus

Carrefour, hakim PN Jakarta Selatan menggunakan data hasil riset

dari AC Nielsen daripada menggunakan data yang diajukan oleh

KPPU, sehingga Carrefour dimenangkan dalam upaya bandingnya

melawan putusan KPPU12.

2) Terdapat perbedaan persepsi terkait dengan penafsiran pasal 17

ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 tahun 1999

mengenai pemahaman skala usaha bisnis ritel yaitu tentang

kategorisasi pasar modern, dimana PN Jakarta Selatan tidak

mempertimbangkan kategorisasi pasar modern dalam bentuk

11 Detik Finance, Diprotes Asosiasi, Permendag 53/2008 Tetap Berlaku 1 Januari, diakses dari situs : http://www.detikfinance.com/read/2009/01/01/091119/1061811/4/diprotes-asosiasi-permendag-53-2008-tetap-berlaku-1-januari, pada tanggal 22 Februari 2010.

12 Koran Jakarta, Carrefour Dinilai Tidak Monopoli, diakses dari situs : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?idkat=31&id=45481, pada tanggal 22 Februari 2010.

8

Page 9: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

hipermarket, supermarket, dan minimarket, sedangkan KPPU

membagi kategorisasi ketiganya secara jelas13.

3) Perpres Nomor 112 tahun 2007 dan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 53 tahun 2008 menyebutkan, tidak ada

larangan bagi peritel modern untuk menerapkan trading terms yang

sama. Penerapan trading terms sesuai dengan kedua peraturan

tersebut14. Oleh karena itu, dugaan pelanggaran atas pasal 17 ayat

(1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 tahun 1999 yang

dikenakan oleh KPPU terhadap Carrefour menjadi lemah dengan

sendirinya secara yuridis.

c. Budaya Hukum (Legal Culture)

Budaya hukum di Indonesia yang dipandang oleh publik melekat

dengan praktek-praktek KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) memang

kenyataannya masih terjadi hingga saat ini, tak terkecuali dengan

penegakan hukum persaingan usaha, antara lain dengan terungkapnya

kasus suap oleh Billy Sindoro terhadap komisioner KPPU Muhammad

Iqbal sehubungan dengan penanganan perkara Astro (berkaitan

dengan Putusan KPPI No. 3/KPPU-L/2008 (Putusan Astro))15.

Oleh karena itu pula, terkait dengan kasus-kasus lain yang

ditangani oleh KPPU dikhawatirkan terjadi hal yang sama, yaitu

penyimpangan-penyimpangan yang menjadikan putusan KPPU atas

suatu perkara menjadi tidak obyektif, misalnya dikarenakan terjadinya

penyuapan, intervensi pihak tertentu, dll16. Termasuk pula putusan PN

Jakarta Selatan yang membatalkan putusan KPPU dalam kasus

Carrefour tersebut juga memunculkan berbagai spekulasi, diantaranya

tentang spekulasi dugaan adanya intervensi Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono yang dikaitkan dengan terjadinya pertemuannya dengan

13 Koran Jakarta, Kemenangan Carrefour Ancam Pemasok, diakses dari situs : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=45575, pada tanggal 22 Februari 2010.

14 Rakyat Merdeka Online, 892 Perkara Monopoli, Awas Dimainin, diakses dari situs : http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2009/09/12/81093/892-Perkara-Monopoli-Awas...-Dimainin, pada tanggal 22 Februari 2010.

15 A. Junaidi, Mengawal Kredibilitas KPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/baru/ index.php?type=art&aid=567&encodurl=03%2F23%2F09%2C09%3A03%3A58, pada tanggal 22 Februari 2010.

16 Kilas Berita, KPK Harus Selidiki Kasus Besar Yang Ditangani KPPU, diakses dari situs : http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/5951-kpk-harus-selidiki-kasus-besar-yang-ditangani-kppu, pada tanggal 22 Februari 2010.

9

Page 10: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

CEO Carrefour di Perancis walaupun hal tersebut telah dibantah oleh

pihak istana17.

Sehubungan dengan putusan PN Jakarta Selatan atas kasus

Carrefour tersebut, banyak pihak yang menyatakan pro maupun kontra.

Apabila putusan PN Jakarta Selatan tersebut memang murni dilakukan

secara obyektif tanpa adanya intervensi dari pihak mana pun, maka

tidak menjadi masalah terkait dengan pihak mana yang dimenangkan

ataupun dikalahkan, namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya,

maka tentu saja putusan dimaksud akan mencederai rasa keadilan

masyarakat dan membawa implikasi terhadap berbagai sektor lainnya,

terutama terhadap kelangsungan usaha pasar tradisional. Oleh karena

itu dalam hal ini diperlukan integritas yang tinggi dari para penegak

hukum persaingan usaha sehingga tidak menempatkan kepentingan

tertentu dengan mengorbankan tujuan hukum itu sendiri.

Walaupun hingga saat ini belum terdapat dugaan tentang

penyimpangan dalam bentuk apapun terkait dengan putusan KPPU dan

PN Jakarta Selatan atas kasus Carrefour tersebut, namun upaya kontrol

sosial (social control) tetap diperlukan untuk mengawal jalannya kasus

tersebut hingga mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap

(in kracht van gewijsde) dari MA. Upaya kontrol tersebut antara lain

dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga negara yang berkompeten,

antara lain KPK, Polri, Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung sendiri

serta elemen masyarakat pada umumnya termasuk LSM di bidang

persaingan usaha seperti Monopoly Watch, dsb.

Yang terjadi saat ini terkait dengan budaya hukum dalam

penegakan hukum persaingan usaha adalah kurang pedulinya pihak-

pihak terkait, baik lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah serta

masyarakat secara umum untuk turut melakukan pemantauan terhadap

dinamika kegiatan bisnis yang mengandung praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Padahal apabila pihak-pihak tersebut

turut aware terhadap dinamika dimaksud, maka niscaya akan tercipta

sistem penegakan hukum yang tangguh atas hukum persaingan usaha 17 Detik Finance, Istana Bantah SBY Adakan Pertemuan Khusus dengan CEO Carrefour,

diakses dari situs : http://www.detikfinance.com/read/2009/12/22/090718/1264082/4/istana-bantah-sby-adakan-pertemuan-khusus-dengan-ceo-carrefour, pada tanggal 22 Februari 2010.

10

Page 11: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

di Indonesia yang tentunya dengan didukung pula oleh struktur dan

substansi hukum yang baik pula.

3. Kondisi yang diharapkan

Berdasarkan berbagai fakta sebagaimana tersebut diatas terkait dengan

kondisi riil penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia, terutama

sehubungan dengan penanganan kasus Carrefour yang sedang menyita

perhatian publik saat ini, maka tentunya perlu ditindaklanjuti dengan upaya-

upaya tertentu dalam rangka perbaikan dan penguatan kualitas penegakan

hukum persaingan usaha di Indonesia sehingga akan dapat mewujudkan

kondisi yang diharapkan sebagai berikut :

a. Terjadinya perbaikan kelemahan-kelemahan terhadap unsur struktur

hukum (legal structure) sebagaimana dikemukakan penulis pada poin 2.

a tersebut diatas, sehingga terwujud postur penegak hukum persaingan

usaha di Indonesia yang kredibel.

b. Terlaksananya upaya-upaya sinkronisasi dan revisi terhadap berbagai

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang hukum persaingan

usaha sebagaimana dibahas oleh penulis pada poin 2. b diatas,

sehingga dapat terwujud substansi hukum (legal substance) yang dapat

menjangkau berbagai bentuk pelanggaran dalam konteks hukum

persaingan usaha.

c. Terciptanya budaya hukum (legal culture) yang dapat memberikan ruang

kondusif bagi terlaksananya penegakan hukum persaingan usaha (legal

substance) yang dilaksanakan oleh struktur hukum di bidang persaingan

usaha (legal structure).

4. Peran Polri

Dalam perspektif substansial ataupun materiil hukum persaingan usaha

berdasarkan UU No. 5 tahun 1999, Polri tidak memiliki wewenang untuk turut

melakukan penyidikan terhadap perkara dugaan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, namun berdasarkan undang-undang tersebut,

Polri memiliki beberapa peran dalam konteks formil berupa pemberian

dukungan teknis dan taktis terhadap penegakan hukum persaingan usaha

yang dilakukan oleh KPPU, antara lain sebagaimana yang dinyatakan dalam

beberapa pasal pada UU No. 5 tahun 1999, sebagai berikut :

11

Page 12: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

a. Pasal 36 huruf g

KPPU berwenang meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan

pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana

dimaksud huruf e (memanggil pelaku usaha yang diduga telah

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini) dan

huruf f (memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang

yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan Undang-

undang ini), yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.

b. Pasal 42 ayat (3)

Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (2) (Pelaku usaha dilarang

menolak diperiksa, menolak memberikan informasi yang diperlukan

dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan, atau menghambat proses

penyelidikan dan atau pemeriksaan) oleh Komisi diserahkan kepada

penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Pasal 44 ayat (4)

Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (Dalam waktu

30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan

putusan Komisi sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat (4), pelaku usaha

wajib melaksanakan) putusan tersebut dan menyampaikan laporan

pelaksanaannya kepada Komisi) dan ayat (2) (Pelaku usaha dapat

mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri selambat-lambatnya

14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan putusan

tersebut) tidak dijalankan oleh pelaku usaha, Komisi menyerahkan

putusan tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Pasal 44 ayat (5)

Putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4)

(Putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus

dibacakan dalam suatu sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum

dan segera diberitahukan kepada pelaku usaha) merupakan bukti

permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.

Namun demikian, peran Polri dalam penegakan hukum persaingan

usaha di Indonesia tidak terbatas sebagaimana yang ditentukan dalam

12

Page 13: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

beberapa pasal pada UU No. 5 tahun 1999 tersebut diatas, melainkan lebih

dari itu, yakni meliputi penanganan atas berbagai implikasi dari proses

penegakan hukum persaingan usaha oleh KPPU, misalnya implikasi atas

ekspansi pasar yang dilakukan oleh Carrefour di beberapa wilayah di

Indonesia mendapatkan tentangan / penolakan dari masyarakat setempat

sehingga terjadi dampak sosiologis bahkan kriminal akibat ketidakpuasan

atas pemberian ijin oleh pajabat daerah terhadap pengembangan segmen

usaha bisnis ritel Carrefour pada daerah tersebut yang dikhawatirkan

mengancam kelangsungan usaha para pedagang di pasar tradisional, antara

lain sebagaimana yang terjadi di Cibinong18, Purbalingga19, Jakarta20, dll.

Ekstensivikasi dari peran Polri dalam penegakan hukum persaingan

usaha tersebut dilandasi oleh tugas pokok Polri selaku pemelihara keamanan

dan ketertiban; pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat; dan penegak

hukum (vide pasal 13 UU No. 2 tahun 2002). Oleh karena itu, Polri tidak

dapat menghindarkan diri dari untuk menangani berbagai implikasi yang

timbul akibat penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia. Maka,

dengan demikian, yaitu melalui peran aktif Polri yang senantiasa turut

mengawal penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia, niscaya akan

dapat terwujud iklim usaha yang sehat demi tercapainya kesejahteraan

masyarakat.

5. Output Penulisan

Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia memiliki tujuan mulia

yaitu sebagaimana yang tercantum dalam konsideran UU No. 5 tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

sebagai berikut :

a. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada

terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945;

18 Pasar Cibinong, Pedagang Tetap Tolak Pembangunan Carrefour, diakses dari situs : http://pdpasartohaga.wordpress.com/2008/01/11/pasar-cibinong-pedagang-tetap-tolak-pembangunan-carrefour/, pada tanggal 23 Februari 2010.

19 Tempo Interaktif, Carrefour Ditolak Berdagang di Purbalingga, diakses dari situs : http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/06/02/brk,20090602-179327,id.html, pada tanggal 23 Februari 2010.

20 Detik News, Tolak Kapitalisme Asing, Carrefour di MT Haryono Didemo, diakses dari situs : http://www.detiknews.com/read/2009/07/31/112130/1174978/10/tolak-kapitalisme-asing-carrefour-di-mt-haryono-didemo, pada tanggal 23 Februari 2010.

13

Page 14: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

b. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya

kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di

dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam

iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar;

c. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam

situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan

adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu,

dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh

Negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjian internasional;

d. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a,

huruf b, dan huruf c, atas usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat perlu

disusun Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Terkait dengan pembahasan penanganan kasus Carrefour tersebut

diatas yang saat ini telah sampai pada tahapan pembatalan putusan KPPU

oleh PN Jakarta Selatan dan kemungkinan besar akan berlanjut ke tahapan

pengajuan kasasi oleh KPPU ke MA, maka terdapat beberapa output yang

hendak dicapai oleh penulis dari penulisan ini, antara lain sebagai berikut :

a. Terwujudnya penegakan hukum persaingan usaha secara obyektif dan

kredibel atas kasus dugaan praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia hingga

didapatkannya putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van

gewijsde) sehingga tidak mencederai rasa keadilan dari pihak-pihak

yang terkait dalam kasus tersebut, baik dari pihak Carrefour, KPPU

maupun masyarakat pada umumnya dan para pedagang kecil (pasar

tradisional) pada khususnya.

b. Terwujudnya semangat persaingan usaha yang sehat di Indonesia

sehingga dinamika pergerakan pasar pada sektor ekonomi riil dapat

bersaing secara kompetitif berdasarkan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku serta dengan tetap memperhatikan etika bisnis.

c. Terwujudnya peran Polri yang optimal dalam mengawal penegakan

hukum persaingan usaha di Indonesia guna terjaminnya stabilitas

14

Page 15: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

keamanan dalam negeri yang dilandasi dengan terciptanya

kesejahteraan rakyat secara umum.

Jakarta, 25 Februari 2010

Penulis

HANDIK ZUSENNO. MHS. 6877

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

1. PT Media Data Riset Survey Research Services, Peta Persaingan Bisnis Ritel

Modern di Indonesia 2009, diakses dari situs :

http://mediadata.co.id/Multi-Client-Studies/MCS-Indonesian-

Edition /Peta-Persaingan-Bisnis-Ritel-Modern-di-Indonesia-

2009.html, pada tanggal 22 Februari 2010.

2. KPPU, Kasus Akuisisi Alfa oleh Carrefour: Proses Penegakan Hukum

Persaingan oleh KPPU, diakses dari situs :

http://www.kppu.go.id/baru/index.php?

type=art&aid=613&encodurl=02%2F

22%2F10%2C02%3A02%3A13, pada tanggal 22 Februari 2010.

3. Metrotvnews, Carrefour menolak putusan KPPU, diakses dari situs :

http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/11/0

5/93506/Carrefour-Menolak-Putusan-KPPU/116, pada tanggal 22

Februari 2010.

4. Detik Finance, Carrefour Kalahkan KPPU, DPR Curiga Ada Mafia, diakses

dari situs : http://www. detikfinance.com/read/2010/02/18/172940/

1302350/4/carrefour-kalahkan-kppu-dpr-curiga-ada-mafia, pada

tanggal 22 Februari 2010.

5. Andi Nuzul, KESADARAN HUKUM : Landasan Memperbaiki Sistem Hukum,

diakses dari situs :

http://andinuzul.wordpress.com/2009/02/25/kesadaran-hukum-

landasan-memperbaiki-sistem-hukum/, pada tanggal 22 Februari

2010.

6. Struktur Organisasi KPPU, diakses dari situs :

http://www.kppu.go.id/baru/index.php?

aid=52&mode=art&mnid=47&encodurl=02%2F22%2F10%2C11%3

A02%3A11, pada tanggal 22 Februari 2010.

7. Statistik Laporan Masuk 2000-2009 KPPU, diakses dari situs :

http://www.kppu.go.id/baru/index.php?

aid=1020&mode=art&mnid=90&encodurl=02%2F22%2F10%2C11

%3A02%3A4, pada tanggal 22 Februari 2010.

16

Page 17: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

8. Dr. jur. M. Udin Silalahi, SH., LL.M, Kondisi Pranata Hukum Persaingan

Usaha di Indonesia dan Wacana Revisi UU No. 5/1999, diakses

dari situs :

http://www.kedai-kebebasan.org/download/1168938495_Kondisi_

Pranata_HPU-20-12-06.ppt, pada tanggal 22 Februari 2010.

9. Indonesia Retail, Hal-Hal yang Penting di Peraturan Presiden Nomor 112

Tahun 2007, diakses dari situs :

http://indonesiaretail.com/2008/01/04/hal-hal-yang-penting-di-

peraturan-presiden-no-112-tahun-2007/, pada tanggal 22 Februari

2010.

10. Kompas, Pedagang Tradisional Menyusut, Revisi Perpres 112/2007, diakses

dari situs : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/03/10/

20582914/Pedagang.Tradisional.Menyusut..Revisi.Perpres.112200

7, pada tanggal 22 Februari 2010.

11. Detik Finance, Diprotes Asosiasi, Permendag 53/2008 Tetap Berlaku 1

Januari, diakses dari situs :

http://www.detikfinance.com/read/2009/01/01/091119/1061811/4/di

protes-asosiasi-permendag-53-2008-tetap-berlaku-1-januari, pada

tanggal 22 Februari 2010.

12. Koran Jakarta, Carrefour Dinilai Tidak Monopoli, diakses dari situs :

http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?idkat=31&id=45481,

pada tanggal 22 Februari 2010.

13. Koran Jakarta, Kemenangan Carrefour Ancam Pemasok, diakses dari situs :

http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=45575, pada

tanggal 22 Februari 2010.

14. Rakyat Merdeka Online, 892 Perkara Monopoli, Awas Dimainin, diakses dari

situs :

http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2009/09/12/81093/892-

Perkara-Monopoli-Awas...-Dimainin, pada tanggal 22 Februari

2010.

15. A. Junaidi, Mengawal Kredibilitas KPU, diakses dari situs :

http://www.kppu.go.id/baru/ index.php?

17

Page 18: Paper Etika Dan Kejahatan Bisnis

type=art&aid=567&encodurl=03%2F23%2F09%2C09%3A03%3A5

8, pada tanggal 22 Februari 2010.

16. Kilas Berita, KPK Harus Selidiki Kasus Besar Yang Ditangani KPPU, diakses

dari situs :

http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/5951-kpk-

harus-selidiki-kasus-besar-yang-ditangani-kppu, pada tanggal 22

Februari 2010.

17. Detik Finance, Istana Bantah SBY Adakan Pertemuan Khusus dengan CEO

Carrefour, diakses dari situs :

http://www.detikfinance.com/read/2009/12/22/090718/1264082/4/ist

ana-bantah-sby-adakan-pertemuan-khusus-dengan-ceo-carrefour,

pada tanggal 22 Februari 2010.

18. Pasar Cibinong, Pedagang Tetap Tolak Pembangunan Carrefour, diakses

dari situs :

http://pdpasartohaga.wordpress.com/2008/01/11/pasar-cibinong-

pedagang-tetap-tolak-pembangunan-carrefour/, pada tanggal 23

Februari 2010.

19. Tempo Interaktif, Carrefour Ditolak Berdagang di Purbalingga, diakses dari

situs :

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/06/02/brk,20090602-

179327,id.html, pada tanggal 23 Februari 2010.

20. Detik News, Tolak Kapitalisme Asing, Carrefour di MT Haryono Didemo,

diakses dari situs :

http://www.detiknews.com/read/2009/07/31/112130/1174978/10/tol

ak-kapitalisme-asing-carrefour-di-mt-haryono-didemo

18