paper diplomasi isi

15
Perkembangan Diplomasi pada Masa India Kuno, Yunani, Romawi, Bizantium, dan Renaissance Praktek diplomasi yang kita jalani sekarang ini telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Mulai dari masa India Kuno, Yunani, Romawi Kuno, sesudah Renaissance, dan perkembangan hingga sekarang. Kesalamatan duta yang sangat dihargai negara mereka telah dikenal sejak semula. Inilah sebabnya mengapa sejak zaman dahulu, ketika manusia masih menempuh kehidupan liar, duta-duta itu umunya dianggap sebagai orang suci. Hak imunitas yang kemudian diberikan membawa diplomasi kepada keadaan sekarang yang makmur. 1. Perkembangan Diplomasi pada Masa India Kuno Kegiatan diplomasi sudah terlihat jelas pada masa ini karena banyaknya bukti tertulis yang menunjukkan kegiatan diplomasi tersebut. Seperti pada periode Vedic sudah ada berbagai utusan seperti duta, prahita, palgala, suta, dan sebagainya. Duta sendiri merupakan istilah untuk ahli pengumpul informasi mengenai kekuatan musuh, sedangkan Prahitamerupakan utusan yang dikirim oleh raja, di sini dapat terlihat jelas bahwa sudah adanya kegiatan semacam diplomasi, hal itu tertulis dengan jelas dalam kitab peninggalan raja-raja pada masa itu, seperti kitab Yajurweda. 1

Upload: auliawajeng

Post on 24-Sep-2015

275 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

about diplomacy

TRANSCRIPT

Perkembangan Diplomasi pada Masa India Kuno, Yunani, Romawi, Bizantium, dan Renaissance

Praktek diplomasi yang kita jalani sekarang ini telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Mulai dari masa India Kuno, Yunani, Romawi Kuno, sesudah Renaissance, dan perkembangan hingga sekarang. Kesalamatan duta yang sangat dihargai negara mereka telah dikenal sejak semula. Inilah sebabnya mengapa sejak zaman dahulu, ketika manusia masih menempuh kehidupan liar, duta-duta itu umunya dianggap sebagai orang suci. Hak imunitas yang kemudian diberikan membawa diplomasi kepada keadaan sekarang yang makmur.

1. Perkembangan Diplomasi pada Masa India KunoKegiatan diplomasi sudah terlihat jelas pada masa ini karena banyaknya bukti tertulis yang menunjukkan kegiatan diplomasi tersebut. Seperti pada periode Vedic sudah ada berbagai utusan sepertiduta,prahita,palgala,suta, dan sebagainya.Dutasendiri merupakan istilah untuk ahli pengumpul informasi mengenai kekuatan musuh, sedangkanPrahitamerupakan utusan yang dikirim oleh raja, di sini dapat terlihat jelas bahwa sudah adanya kegiatan semacam diplomasi, hal itu tertulis dengan jelas dalam kitab peninggalan raja-raja pada masa itu, seperti kitab Yajurweda.Kita telah mempunyai bukti tertulis untuk menunjukkan bahwa kegiatan diplomatik telah berlangsung sejak lama di India dan telah lambatlaun berkembang. Bahkan pada periode Vedic kita menjumpai referensi berbagai tipe utusan seperti duta, prahita, palgala, suta, dan sebagainya. Duta disebut sejak masa Regweda dan sesudahnya. Istilah prahita digunakan pertama kali di kitab Yajurweda. Menurut Sayana, dua adalah ahli dalam mengumpulkan informasi mengenai kekuatan musuh, prahita merupakan seorang utusan yang dikirim oleh rajanya. Jadi. tampak bahwa fungsi para duta, yang dulunya bekerja sebagai penyampai pesan dan utusan, telah diperluas pada periode Yajurweda dan telah dibebani tanggung jawab baru.Pada masa sesudah Yajurweda bahwa istilath utusan bisa dikatakan mulai digunakan dalam arti yang tegas. Dalam periode ini muncul banyak contoh penunjukan wakil-wakil diplomatik oleh para penguasa untuk mewakili mereka di istana satu sama lain, baik dalam waktu damai maupun perang. Palgala dan Suta merupakan pejabat-pejabat tinggi yang bisa jadi punya pengaruh dalam pemilihan raja-raja. Mereka juga ditugaskan untuk membawa misi-misi diplomatik penting negara-negara lain. Palgala terutama berfungsi sebagai pembawa pesan politik penting ke negara-negara tetangga. Suta melaksanakan sejumlah tugas seperti charioteer, penyebarluasan informasi, dan lain-lain. Menurut Dekmeier, di bawah Suta-lah terwujud sebuah departemen diplomasi, meskipun ia tidak menyebut sumber yang membawanya ke kesimpulan itu. Apabila kesimpulan itu benar, maka bisa dikatakan bahwa dibawah Suta-lah institusionalisasi diplomasi dimulai di India. Hal itu juga menunjukkan bahwa setelah zaman Weda kemajuan pesat evolusi diplomatic telah terjadi.Selanjutnya pada abad ke-4 SM lahirnya sejumlah penulis yang menulis mengenai beberapa aspek diplomasi, seperti Kautilya yang menulis Arthasastra mengenai kenegaraan, Arthasastra sendiri berisi tentang analisa tujuan, instrumen, praktek dan metode diplomasi. Tulisan Kautilya ini masih sering diterapkan di dunia modern saat ini.

2. Perkembangan Diplomasi pada Masa YunaniPerkembangan diplomasi di Yunani dapat dilihat dari tulisan Thucydides yang di dalamnya membahas mengenai gagasan tentang praktek-praktek diplomasi yang ada di Yunani pada masa itu. Sejak abad ke-6 SM para masyarakat kota Yunani telah melakukan praktek memilih ahli pidato mereka yang terbaik sebagai utusan mereka yang bertugas membela kasus mereka di hadapan Majelis rakyat dari liga atau kota-kota. Selanjutnya pengiriman dan penerimaan duta-duta menjadi sangat sering di antara Negara-negara kota di Yunani pada abad ke-5 SM.Menurut mitologi Yunani, dewa bangsa Olypia, Hermes, terlibat kegiatan-kegiatan diplomatic. Zeus, raja para dewa, menugaskan Hermes untuk misi-misi diplomatic yang sulit termasuk membunuh Argos. Hermes melambangkan sifat-sifat mempesona, penuh tipu-daya dan cerdik. Oleh karenanya Nicholson menyatakan Pilihan kedewaan ini mempunyai akibat yang tidak menguntungkan pada reputasi Lembaga Diplomatik sesudahnya.Bahkan di awal periode sejarah Yunani melibatkan sistem yang terinci bagi pencapaian kegiatan-kegiatan diplomasi. Juru bicara atau penyampai pesan dan mereka yang melakukan negosiasi di antara suku-suku bangsa yang berbeda dianggap ada di bawah pengawasan dewa Hermes dan memperoleh hak istimewa kekebalan. Banyaknya kata-kata Yunani yang berarti perdamaian, pembicaraan menuju perdamaian lokal sementara, bersatu, konvensi, perjanjian seremonial, akhir perdamaian dan sebagainya membuktikan kenyataan bahwa kegiatan-kegiatan diplomatic masa Yunani Kuno.

3. Perkembangan Diplomasi pada Masa Romawi KunoPerkembangan diplomasi di Romawi Kuno tidak begitu berkontirbusi dalam perkembangan sarana-sarana diplomasi saat sekarang ini, karena bangsa Romawi pada saat itu lebih suka memaksakan kehendaknya daripada melakukan perundingan atas dasar timbal balik. Walaupun Romawi pada saat itu tidak melakukan praktek diplomasi dengan menggunakan seni negosiasi, namun mereka tetap meletakkan tekanan pada sanksi perjanjian.Tradisi diplomasi dan metode-metode diplomasi serta praktek-prakteknya ini disebarkan dari bangsa Yunani kepada bangsa Romawi. Romawi punya practical sense yang baik dan kapasitas administrasi yang mengagumkan. Tetapi mereka tidak membuat kontribusi yang penting pada perkembangan seni negosiasi yang sangat penting dalam diplomasi. Mereka lebih suka memaksakan kehendaknya daripada melakukan perundingan atas dasar timbal balik. Mereka menyerbu lawannya yang keras kepala dan hanya mengecualikan mereka yang mau tunduk pada kehendak Romawi; Dalam pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional, mereka menciptakan beberapa ungkapan seperti: ius civile (hukum yang diterapkan pada warganegara Romawi) ius gentium (hukum yang diterapkan pada warganegara Romawi dengan orang asing); dan ius naturale (hukum yang umum bagi seluruh umat manusia).Pada mulanya bangsa Romawi memasuki sebuah perjanjian atas dasar azas timbal balik dan Koalisi Latin yang dimulai sebagai koalisi antar partner yang sejajar. Tetapi kemudian ketika Romawi menjadi kuat, mereka mulai mengancam anggota koalisi lain sebagai bawahannya dan prinsip timbal balik dan kesejajaran lenyap. Jadi tak ada Konsep Kesejajaran dalam diplomasi Romawi. Mereka meletakkan tekanan pada sanksi perjanjian. Bangsa Romawi menganggap perjanjian sebagai kontrak hukum dan menekankan kepada kewajiban yang diatur oleh hukum itu. Bangsa Romawi juga mengembangkan sistem yang rumit dalam mengatur peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penerimaan perwakilan asing. Duta Besar yang sedang berkunjung dan stafnya diberi hak imunitas. Apabila ada seorang staf kedutaan yang ketahuan melanggar hukum, ia dikirim kembali ke negara asalnya, sehingga ia bisa diadili di negaranya sesuai dengan hukum negaranya. Setelah kekuasaan Romawi naik dengan pesat, perwakilan asing diperlakukan dengan kehormatan yang sedikit. Selama periode ini apabila suatu kedutaan datang berkunjung dan sampai di pinggiran kota, personelnya harus menunggu di luar, memberitahukan kehadirannya, dan hanya setelah mendapat persetujuan Senat baru bisa masuk ke Kota Roma. Sepanjang Roma masih kuat dan merupakan pusat kekaisaran Romawi, ia memperlakukan negara lain dengan perlakuan yang jelas menghina walaupun terselubung.Tetapi ketika Roma mulai menurun, para penguasa Roma merasa perlu memanfaatkan seni negosiasi atau diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Namun hal itu tak mampu menahan keruntuhan Roma sehingga Roma kehilangan Kebesaran dan Kekuasaannya. Keruntuhan ini akhirnya ditanggung oleh Kekaisaran Romawi Timur.Perkembangan Diplomasi Abad 15-16. Akhir abad 18 atau awal abad 19, diplomasi sering berarti suatu studi dan pemeliharaan arsip-arsip dari perundingan internasional. Konsep ini teristimewa barlaku dalam abad pertengahan. Diplomasi modern sebagai suatu profesi (jabatan, pekerjaan) yang teratur (organized) tumbuh di Italia dalam abad pertengahan. Persaingan di antara negara-negara kota Italia dan metode yang digunakan oleh para penguasa untuk memelihara dan mencapai kepentingan-kepentingan mereka telah digambarkan dengan baik oleh Machiavelli dalam bukunya The Prince Tahta Suci (Holli See, Paus) dan negara-negara kota Italia telah mengembangkan sejak lama sistem-sistem diplomasi. Kemungkinan sekali tahta suci adalah yang pertama kali mempergunakan sistem perwakilan (yang bersifat) permanen, yang sesungguhnya merupakan sifat karakteristik (khas) dari diplomasi modern Namun misi permanen yang ditempatkan oleh Fransisco Sforza, Duke of Milan, di Genoa pada tahun 1455.

4. Perkembangan Diplomasi pada Masa ByzantiumRomawi Timur atau Kekaisaran Byzantium menunjukkan kelihaiannya dalam seni diplomasi. mereka sangat membantu perkembangan ini. Menurut Nicholson, Kekaisanm Byzantium adalah yang pertama mengorganisasi departemen luar negeri untuk berhubungan dengan urusan-urusan luar negeri. Mereka juga melatih para duta besar untuk dikirim ke negara lain. Para utusan ini diberi petunjuk dalam bentuk instruksi tertulis dan ditekankan untuk sopan dalam berhubungan dengan orang-orang asing. Apabila ada seorang Kaisar baru naik tahta utusan khusus dikirim ke luar negeri untuk mengumumkan pristiwa ini. Jadi beberapa praktek institusional diplomatik dilibatkan selama periode ini. Di sekitar sarana diplomatik bangsa Byzantium juga menunjukkan taktik dan kepandaian yang banyak. Mereka harus bertempur mlawan beberapa musuh agar bisa bertahan hidup, oleh karena Itu mereka berusaha untuk survive dan bahkan meningkatkan kekuatannya dengan pesat melalui diplomasi yang pandai. Bangsa Byzantium menerapkan berbagai sarana diplomatik. Salah-satunya adalah dengan menyebarkan bibit permusuhan atau perpecahan di antara mereka yang mungkin bisa menjadi musuh.. Dengan menciptakan perpecahan di antara musuh potensial ini para penguasa Byzantium secara simulttan mencapai praktek-praktek diplomasi yang dua generasi lamanya yaitu, divide and rule, dipecah dan dikuasai dan divide and survive, memecah-belah dan bertahan hidup. Muslihat yang pertama umumnya dicapai oleh para penguasa kekaisaran yang sangat luas yang menimbulkan perpecahan di antara berbagai ras dan kelas dalarn daerah kekuasaannya dalam rangka berusaha mengabadikan dan memelihara kekuasaan mereka. Politik yang kedua biasanya dilakukan oleh pihak yang1emah yang menimbulkan perselisihan di antara para saingannya dalarn rangka bertahan hidup. Kekaisaran Romawi juga berusaha untuk membeli kemauan baik dan persahabatan suku-suku bangsa perbatasan dengan membujuk atau member bantuan kepada mereka. Byzantium berusaha membuat suku-suku bangsa itu berada di pihak mereka dengan mengubah mereka menjadi Kristen. Ini menciptakan suatu identitas budaya dan religious yang mana pada zaman itu fanatisme agama mampu memperkuat kekuasaan penguasa Kristen Byzantium. Dengan penggunaan metode-metode ini secara bijaksana dan bersama-samalah yang menyebabkan kaisar Justinianus bisa memperluas kekuasaannya atas daerah yang luas dan tetap bisa menjauhkan suku-suku bangsa Laut Hitam dan Pegunungan Kaukasia. Pada tahap selanjutnya dari sejarah Byzantium pada saat kekuasaannya sudahsangat menurun, taktik yang sama digunakan untuk menyelamatkan dirinya dari kecenderungan ancaman bangsa Bulgaria, Magyar dan Rusia.Saat kekaisaran Romawi Timur dalam fase akhirnya sedang kehilangan kekuasaannya, kaisarnya mengambil jalan lain kepada politik divide and survive. Akan tetapi dalam usaha menciptakan perpecahan diantara para raja lalim yang bertetangga dengannya dan mengadu domba satu dengan yang lain, penting sekali bahwa para penguasa di Kontantinopel tetap diberi informasi sepenuhnya tentang kelemahan-kelemahan mereka, ambisi dan sumberdaya mereka. Karenanya para utusan Kaisar Byzantium diminta tidak hanya untuk mewakili penguasa mereka saja tetapi juga untuk mengumpulkan informasi vital yang berhubungan dengan kondisi dalam negeri dan hubungan luar negeri Negara-negara dimana ia dikirim. Jadi dibutuhkan persyaratan bahwa orang yang dikirim sebagai utusan itu harus mempunyai pengamatan yang teliti, penilaian yang baik, dan cukup pandai untuk melihat apa yang sedang terjadi di Negara dimana ia di kirim.Dengan uraian di atas kita bisa menyempulakan bahwa dalam perkembangan diplomasi Kekaisaran Romawi Timur telah membuat sumbangan yang berarti.

5. Perkembangan Diplomasi pada Masa Sesudah RenaissancePerkembangan diplomasi pada masa ini dibagi ke dalam tiga periode, yaitu Italia, Perancis, dan Modern. Diplomasi modern pertama kali berkembang di kota-kota Italia karena mereka berdiri di luar sistem feodal, dimana mereka diikat bersama-sama oleh kepentingan yang sama. Pelayanan diplomatik diletakkan pada dasar yang kuat sejak tercatatnya kedutaan yang dikirim oleh Duke of Milan ke Genoa pada pertengahan abad ke-15, dan kebutuhan ditempatkannya korps diplomat setelah itu diakui. Selama waktu yang disebut periode Italia, kemajuan-kemajuan positif terjadi dalam perkembangan diplomasi.Selanjutnya periode Perancis, dimana metode diplomasi Perancis yang berasal dari Richeliu telah digunakan oleh semua negara Eropa selama tiga abad yang mendahului perubahan tahun 1919. Metode Perancis bertahan sebagai suatu model diplomasi dalam waktu yang lama. Selama periode ini bangsa Perancis memberikan penekanan yang besar pada instruksi tertulis yang diberikan kepada para duta besar.1. Periode ItaliaKarena beberapa sebab diplomasi modern pertama kali dikembangkan di Negara-negara kota Italia. Sebab utama adalah bahwa mereka berdiri di luar sitem feudal utama dan mereka diikat bersama-sama oleh banyak kepentingan yang sama. Mereka juga member tempat kepada persaingan yang dalam memajukan kepentingan mereka sendiri. Dalam usaha memperoleh supermasi, mereka saling membentuk koalisi yang membantu mereka dalam memperoleh tujuan ini. Factor-faktor ini membantu munculnya negarawan-diplomat komersial Negara-negara kota Italia pada abad ke-13 dan 14.Munculnya kembali system Negara kota selama Renaissance di Italia ditemani oleh seni diplomasi yang sedang berkembang pesat. Karya Machiavelli,The Prince, merupakan yang paling populer diantara pembahasan diplomasi kontemporer. Dalam periode inilah penempatan utusan permanen lambat laun menjadi mode. Kasus pertama yang tercatat adalah kedutaan yang dikirim olehDuke of Milanke Genoa pada pertengahan abad ke-15. Mulai saat itu dan seterusnya pelayanan diplomatic diletakkan pada dasar yang kuat. Kebutuhan ditempatkannya sebuah korps diplomat yang profesional juga lambat laun diakui. Para diplomat lama diminta untuk melakukan sebuah tugas termasuk perolehan informasi, pengamanan kepentingan politik, militer dan komersial negaranya. Sungguh bangkitnya diplomasi, yang terorganisai banyak berutang pada perkembangan jaringan komersial yang ekstensif di Eropa dan Timur Tengah dan pada masalah-masalah politik dan militer.2. Periode PerancisMengenai sistem diplomasi Perancis Nicholson mengatakan, Dengan metode Perancis yang saya maksud teori dan praktek dalam hubungan internasional yang berasala dari Richeliu, dianalisa oleh Callieres dan diterapkan oleh semua negara Eropa selama tiga abad yang mendahului perubahan tahun 1919 akan tetapibanyak perubahan- perubahan penting lainnya terjadi selama periode panjang tiga abad ini yaitu pada saat Diplomasi lama sedang menjadi mode.Dengan munculnya abad ke-17 terdapat beberapa faktor yang mendukung pelaksanaa tatanan dalam praktekpraktek diplomatik menggantikan kondisi-kondisi kekacauan yang mengawalinya. Dalam kaitan ini sebuah peranan penting telah dimainkan oleh Hugo Grotius. Diterbitkannya bukuDe Jure Belli et Pacis(Hukum Perang dan Damai) pada tahun 1965 oleh Hugo Grotius telah membantu perkembangan hukum internasional dan memainkan peran penting dalam evolusi diplomasi yang teratur. Kepada masalah itulah perhatian semua perang yang berfikir tentang kenyataan bahwa ada beberapa prisnsip tertentu yang sama bagi semua umat manusia yang harus membentuk basis peraturan tingkahlaku internasional. Kesadaran ini merintis jalan bagi diterimanya beberapa aturan untuk dipelihara dan dipertahankan dalam melaksanakan hubungan internasional melalui prisedur-prosedur diplomatik yang terorganisir dan teratur.3. Transisi Diplomasi Lama ke BaruMunculnya sitem negara bangsa mengantar suatu zaman kegiatan diplomatik yang lebih besar. Periode yang berkisar antara munculnya sistem negara bangsa sampai munculnya Perang Dunia I, umumnya digambarkan sebagai era Diplomasi Lama. Pada kongres Wina 1815 diplomasi lama memperoleh keberhasilannya dengan disepakatinya wakil lima negara untuk mengakhiri penaklukan suatu negara serta diakuinya kedaulatan negara.Para ahli sering menggunakan istilah diplomasi lama dan diplomasi baru. Setelah perang dunia I terjadi perubahan besar pada car-cara dan sarana diplomasi. Prinsip dan tujuan diplomasi masih sama namun metode dan teknik berbeda. Dalam diplomasi baru atau terbuka mengandung tiga gagasan yaitu harus tidak ada perjanjian rahasia, negosiasi harus dilakukan secara terbuka serta apabila ada suatu perjanjian yang sudah dicapai tidak boleh ada usaha dibelakang layar untuk mengubah ketetapan secara rahasia.Ada beberapa faktor yang membantu kemunculan diplomasi baru menggantikan diplomasi lama yaitu:1.Kebangkitan Rusia Sosialis2.Munculnya Amerika Serikat di politik dunia dan keikutsertaan negara-negara Amerika Latin dalam kehidupan internasional.3.Kebangkitan Asia dan masuknya negara-negara dalam pergaulan internasional.4.Kebangkitan pendapat umum.5.Perkembangan sistem komunikasi.

Kesimpulan : Jadi dapat disimpulkan, bahwa diplomasi merupakan suatu cara yang dipakai oleh suatu negara untuk mengedepankan kepentingannya dengan cara-cara damai. Diplomasi sendiri telah berkembang sejak masa India Kuno, Yunani, Romawi Kuno, masa setelah Renaissanse dan hingga sekarang. Selain itu diplomasi juga telah dipuji karena diplomasi telah mencoba mencapai tujuan-tujuan maksimal suatu kelompok tanpa melakukan peperangan. Akan tetapi diplomasi tidak seluruhnya tidak cocok dengan perang karena diplomasi memiliki peranan penting selama perang.

DAFTAR PUSTAKA

Roy, S.L., 1991,Evolusi Diplomasi, Rajawali Pers, Jakarta.HiUnjani:2012 https://internationalrelationsunjani.wordpress.com/2012/05/07/sejarah-dan-perkembangan-diplomasi/ (diakses pada 28 Februari 2015)Jeko:2014 http://jekonjawani1927.blogspot.com/2014/11/sejarah-diplomasi.html (diakses pada 28 Februari 2015)

1