diplomasi & militer

24
Nama : Mohammad Mukti Ajidharma NPM : 180310120009 FINAL PAPER ASSIGNMENT PERAN DIPLOMASI DAN MILITER DALAM PROSES KEMERDEKAAN INDONESIA Diplomasi sebagai Sarana Penyelesaian Pertikaian Perjuangan diplomasi adalah hal yang menarik pada waktu itu. Selain karena sebagai bangsa yang baru pengalaman untuk melakukan diplomasi serba terbatas, hal lain yang patut kita cermati adalah kemerdekaan yang baru saja diplokamirkan ternyata bertentangan dengan tatanan dunia pada waktu itu. Dalam konteks itu, kemerdekaan bukanlah hak segala bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, tetapi kemerdekaan adalah sesuatu yang diperjanjikan. Jadi, perjuangan diplomasi Indonesia tidak hanya melawan pada masa itu bukan hanya negeri Belanda, bahkan tatanan internasional.

Upload: mohammad-mukti-ajidharma

Post on 02-Jan-2016

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perjuangan perbedaan antara diplomasi dan usaha militer dalam perjuangan kemerdekaan indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Diplomasi & Militer

Nama : Mohammad Mukti Ajidharma

NPM : 180310120009

FINAL PAPER ASSIGNMENT

PERAN DIPLOMASI DAN MILITER DALAM PROSES

KEMERDEKAAN INDONESIA

Diplomasi sebagai Sarana Penyelesaian Pertikaian

Perjuangan diplomasi adalah hal yang menarik pada waktu itu. Selain karena

sebagai bangsa yang baru pengalaman untuk melakukan diplomasi serba terbatas, hal

lain yang patut kita cermati adalah kemerdekaan yang baru saja diplokamirkan

ternyata bertentangan dengan tatanan dunia pada waktu itu. Dalam konteks itu,

kemerdekaan bukanlah hak segala bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

UUD 1945, tetapi kemerdekaan adalah sesuatu yang diperjanjikan. Jadi, perjuangan

diplomasi Indonesia tidak hanya melawan pada masa itu bukan hanya negeri Belanda,

bahkan tatanan internasional.

Piagam PBB yang lahir hampir bersamaan dengan Proklamasi RI pun belum

mengakui hak bangsa terjajah untuk merdeka.Tepat rasanya manakala Presiden

Soekarno mendirikan Departemen Luar Negeri dua hari setelah proklamasi.

Demikian pula Mohammad Hatta dalam pidatonya pada 15 Desember 1945

menegaskan bahwa diplomasi Indonesia haruslah didukung seluruh lapisan rakyat.

Mr Ahmad Soebarjo adalah Menteri Luar Negeri pertama Indonesia. Hal pertama dan

utama yang dilakukan Kementerian Luar Negeri pada masa Ahmad Soebardjo adalah

menyiarkan kemerdekaan Indonesia ke masyarakat internasional. Hal ini tidak

Page 2: Diplomasi & Militer

mudah, karena ketatnya intimidasi Jepang yang sudah takluk kepada sekutu.Karena

belum memiliki kantor, maka Ahmad Soebardjo membuka kantor di rumahnya

sendiri di Jl Cikini Raya no 80-82 Jakarta. Pada masa itu hanya ada beberapa staf

yang membantu beliau, seperti Ny Herawati Diah, Paramita Abdulrachman, Mr

Sudjono, Suyoso Hadiasmoro, dan Hadi Thayeb. Kemudian kantor berpindah ke Jl

Cilacap no 4 yang merupakan bekas gedung Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan di zaman Belanda dan Jepang. Namun, karena sering dilempari granat

oleh NICA, maka pada Oktober 1945 kantor dipindahkan ke Jl Pegangsaan Timur no

36, bekas rumah pelukis Dezentje. Di sinilah organisasi Kemlu mulai

mengembangkan diri meskipun serba terbatas. Mula-mula hanya ada satu sekretariat

yang dipimpin Mr Sudjono yang menjadi Sekretaris Kemlu pertama. Bagian-bagian

yang dibentuk pada waktu itu di antaranya adalah Bagian Hubungan Masyarakat,

Bagian Terjemahan dengan juru bahasanya, Bagian Penerangan merangkap

Penghubung yang memelihara hubungan dengan Kementerian lainnya, Konsulat-

konsulat asing, dan Markas Besar Tentara Sekutu di Jakarta. Ada pula bagian politik

dan bagian yang mengurus kepegawaian, keuangan, dan arsip.

Kegiatan Kemlu pada waktu itu difokuskan pada hubungan dengan pimpinan

tentara dan sipil Jepang yang masih berada di Jakarta dan persiapan dalam rangka

kedatangan NICA. Mengingat perlunya usaha yang progresif untuk memperoleh

pengakuan internasional sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin, maka

harus ada upaya segera menghimpun tenaga-tenaga terbaik guna membantu Menteri

Luar Negeri. Sutan Sjahrir, yang kemudian menjadi Perdana Menteri merangkap

Menteri Luar Negeri, memperhatikan serius hal ini.Pada masa itu mulailah dirintis

usaha membuka perwakilan di luar negeri. Mula-mula dibuka kantor perwakilan di

Singapura pimpinan Mr Utoyo Ramelan, disusul dengan perwakilan-perwakilan di

New Delhi (Dr Soedarsono), Karachi (Idham), Rangoon (Maryunani), Canberra (Mr

Usman Sastroamidjojo), Bangkok (Izak Mahdi), Kairo (H Rasyidi), Baghdad (Imron

Rosyadi), London (Dr Soebandrio), Kabul (Mayjen Abdul Kadir), New York (LN

Page 3: Diplomasi & Militer

Palar).Semakin meningkatkan usaha memperoleh pengakuan dari amsyarakat

internasional.

Pencapaian yang sangat penting dalam masa Syahrir adalah mulai dibahasnya

masalah Indonesia di PBB pada Januari 1946 atas usul utusan Republik Sosialis

Ukraina sebagai reaksi atas tertindasnya rakyat Indonesia. Agus Salim yang menjadi

Menteri Muda Luar Negeri pada masa Syahrir, memiliki kontribusi besar dalam

memromosikan kemerdekaan Indonesia, terutama kepada negara-negara Timur

Tengah. Tercatat Mesir adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan

Indonesia pada 23 Maret 1946. Selanjutnya, negara-negara Liga Arab (Mesir, Irak,

Lebanon, Arab Saudi, Syria, Yaman, dan Yordania) mengeluarkan resolusi pada 18

Nopember 1946 yang mengakui Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Penindasan

terus-menerus tentara Belanda terhadap Indonesia kemudian memaksa keduanya

duduk dalam Perundingan Linggajati yang diinisiasi oleh Loard Killen, komisi

khusus Inggris.

Hasil perundingan yang ditandatangani pada 25 Maret 1947 itu pada

pokoknya memuat pengakuan Belanda secara de facto atas Republik Indonesia yang

meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura.Perundingan itu tidak serta merta menghentikan

pertempuran. Malah, Belanda melakukan agresi militer. Berkaitan dengan itu, Sutan

Sjahrir mendapat kesempatan berbicara di muka Sidang DK PBB untuk menjelaskan

tindakan semena-mena Belanda dan pada akhirnya meminta DK untuk membentuk

badan arbitrase yang tidak memihak. Badan itu bernama Komisi Tiga Negara (KTN)

yang beranggotakan Belgia, Australia, dan Amerika Serikat.Pada Juli 1947, Kemlu

memindahkan kantor ke Yogyakarta sebagai akibat adanya agresi militer Belanda. Di

Yogyakarta, Kemlu semula berada di Jl Terban Taman no 8 dan kemudian pindah ke

Jl Mahameru no 11. Kegiatan Kemlu di Yogyakarta difokuskan untuk memfasilitasi

berbagai perundingan, terutama aktivitas KTN.KTN kemudian memelopori

Perundingan Renville pada 8 Desember 1947 yang menghasilkan pengakuan de facto

Indonesia dengan wilayah yang lebih sempit.

Page 4: Diplomasi & Militer

Di dalam negeri, hasil perundingan mendapat penentangan dari beberapa

pihak. PKI di bawah Muso menyatakan pemberontakan Madiun pada September

1948. Sebelumnya PM Amir Syarifuddin yang menandatangani Perjanjian Renville

juga mengundurkan diri dan membelot karena kekecewaan terhadap PNI dan

Masyumi. Hal ini merupakan tantangan berat bagi diplomasi Indonesia.Diplomasi

Indonesia tidak berhenti meski Belanda merebut ibu kota Yogyakarta pada 19

Desember 1949. Sesaat sebelum ditawan, Menlu Agus Salim sempat mengirim

mandat kepada LN Palar, Dr Soedarsono, dan Mr Maramis untuk terus berdiplomasi

di luar negeri. Ketiga diplomat inilah (dan PDRI Bukittinggi) yang berjasa

menyiarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Birma, New Delhi, dan seluruh dunia,

hingga ke Markas Besar PBB, New York. Akibatnya, PBB memrakarsai perundingan

Indonesia dengan Belanda di mana delegasi Indonesia dipimpin Mohammad Roem

pada April 1949. Perundingan ini menyepakati diadakannya Konferensi Meja Bundar

(KMB) yang pada akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia. Tidak lama setelah itu,

Indonesia masuk menjadi anggota PBB.Proses diplomasi Indonesia yang penuh

tantangan, baik dari dinamika domestik, ancaman arogansi Belanda, maupun tatanan

internasional yang tidak kondusif, telah membuat diplomasi Indonesia menjadi

matang dalam kebeliaannya.

Sejak awal terlihat bahwa diplomasi Indonesia memainkan peran yang

independen, jelas, tegas, dan berwibawa. Dengan politik luar negeri yang bebas dan

aktif, Indonesia tidak mudah terjebak dalam konstelasi konflik global. Meski

berjuang melawan kolonialisme, bukan berarti Indonesia memihak pada komunisme.

Bahkan, selain memberantas PKI, Indonesia justru memilih Australia, yang

merupakan sekutu blok liberalis, untuk menjadi anggota KTN.Diplomasi Indonesia

juga mengajarkan bahwa konflik tidak harus diselesaikan dengan kekerasan, tetapi

bisa juga melalui perundingan. Diplomat Indonesia sekarang juga harus meneladani

kebersahajaan, kegigihan, kecakapan, dan semangat diplomat era kemerdekaan. Pada

Konferensi Asia Afrika 1955 misalnya, Ali Sastroamijoyo dan Roeslan Abdulgani

Page 5: Diplomasi & Militer

harus rela menggunakan jasnya untuk mengepel lantai karena atap Gedung Merdeka

yang bocor. Terlihat bahwa keterbatasan dan segala tantangan tidaklah menjadi

hambatan bagi diplomasi era itu. Perjuangan LN Palar dan Dr Soedarsono di PBB

pun sangat besar. Diplomat Indonesia di PBB bertahun-tahun gigih memperjuangan

hak dari bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan nasibnya sendiri yang kemudian

baru diakui PBB pada tahun 1960 melalui Resolusi PBB Nomor 1514.

Membuka album kenangan diplomasi Indonesia harusnya tidak hanya melulu

mempelajari fakta historis. Lebih dari itu, sisi-sisi perjuangan diplomasi era

kemerdekaan harus mengilhami diplomat-diplomat Indonesia secara individu maupun

Deplu secara kolektif untuk menunjukkan diplomasi perjuangan yang sejati.

Bertempur Melawan Sekutu

Saat Perang Pasifik berlangsung, sekutu membagi indonesia menjadi dua

daerah operasi. Sumatera dimasukkan dalam daerah operasi SEAC dibawah pimpinan

Lord Louise Moutbattan, sedangkan Jawa dan Indonesia bagian timur dimasukkan

dalam daerah operasi SWPC dibawah komando Jendral Mac Arthur. Menyerahnya

Jerman pada Mei 1945 dan dalam Konfrensi Gabungan Kepala Staf Sekutu di

Postdam Juli 1945, maka seluruh daerah operasi digabungkan menjadi satu dengan

SEAC. Hal itu dikarenakan Mac Arthur ingin memfokuskan seluruh kekuatanya

untuk menyerang kepulauan Jepang.

Sekutu membuat daerah operasi untuk mengamankan Indonesia dari Jepang

dengan dibentuknya AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dibawah

komando Letnan Jendral Sir Philips Christison, yang bertugas untuk membantu

Indonesia mengusir Jepang dari Indonesia. Kemudian tugas tersebut berganti

dikarenakan Jepang menyerah kepada Sekutu sebelum diadakan penyerangan

terhadap Jepang, tugas yang kini di emban oleh AFNEI adalah tugas administratif.

Diantara tugas AFNEI sebagai administratif negara Indonesia adalah:

Page 6: Diplomasi & Militer

1) Menerima penyerahan dari tentara Jepang;

2) Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;

3) Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;

4) Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian

diserahkan kepada pemerintahan sipil;

5) Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka

didepan pengadilan sekutu.

Namun dalam menjalankan tugasnya AFNEI tidak bisa mengatur seluruh

wilayah Indonesia, sehingga AFNEI meminta bantuan kepada Australia yang

merupakan commonweal Inggris untuk mengatur wilayah Indonesia bagian timur.

Selain itu dalam mengatur setiap wilayah di Indonesia bagian barat, AFNEI juga

mengalami masalah sehingga harus membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian

yaitu: Wilayah Sumatra, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sebelum setiap divisi dikirim

untuk mengatur setiap kota di wilayah Indonesia seperti yang sudah direncanakan,

Sekutu terlebih dahulu mengirim Mayor Greenhalg untuk mendirikan markas besar

Sekutu di Jakarta pada tanggal 14 September 1945.

Lima belas hari kemudian rombongan pertama tentara Sekutu tiba di

pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Setelah itu kemudian menyusul tentara Sekutu

yang lain mendarat di Indonesia, sehingga tak heran jika pada bulan Oktober tentara

Sekutu sudah mendarat di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Semarang,

Surabaya, Medan, Padang, dan Palembang. Setelah mendarat di pelabuhan-pelabuhan

terbesar di Indonesia, kemudian para tentara Sekutu bergerak kedaerah pedalaman

untuk membebaskan para interniran dan menerima penyerahan dari Jepang. Disisi

lain Australia juga sudah mendarat di Indonesia bagian timur. Kedatangan tentara

sekutu ini disambut baik oleh pemerintah Indonesia karena menurut wawancara di

Singapura, kedatangan Sekutu ke Indonesia adalah untuk membebaskan para tawanan

perang dan interniran serta melucuti persenjataan Jepang. Sekutu tidak akan

mencampuri urusan politik dan tidak akan menyingkirkan RI, bahkan Sekutu akan

Page 7: Diplomasi & Militer

mengadakan musyawarah dengan pemimpin RI. Hal ini menghebohkan pihak

Belanda, sedangkan pihak Indonesia berpendapat bahwa inilah pengakuan de facto

terhadap RI. Akan tetapi, kepercayaan Indonesia mulai pudar ketika tentara Indonesia

mulai mencium kedatangan NICA yang dibonceng oleh Sekutu. Keadaan pada saat

itu mulai memanas karena NICA secara tidak langsung bermaksud untuk

menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda, suasana semakin tegang ketika

tentara NICA mempersejatai anggota KNIL yang baru dibebaskan dari tawanan

Jepang.

Di kota-kota yang diduki Sekutu, para anggota KNIL memancing kerusuhan

dengan mengadakan provokasi-provokasi bersenjata. Bahkan di Jakarta, para anggota

KNIL mencoba membunuh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Menteri Penerangan

Amir Syarifuddin. Dalam aksinya para anggota KNIL menggunakan seragam Sekutu,

hal inilah yang menjadi salah satu faktor Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta

pindah ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946 yang sampai akhir tahun 1949

dijadikan sebagai ibukota RI. Kemudian muncul penilaian dari pihak Indonesia

bahwa Sekutu melindungi Belanda, sehingga muncul beberapa pemborantakan

diantaranya:

a) Pertempuran Surabaya

25 Oktober 1945, bagian dari Divisi India ke-23 yang mendapat tugas dari

panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran

Sekutu yang dipimpin oleh Brigadier A.W.S. Mallaby telah mendarat di Surabaya.

Kedatangan Divisi ini diterima secara berat hati oleh Pemerintah Jawa Timur yang

pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur R.M.T.A. Surjo. Akhirnya Sekutu dapat

meyakinkan Pemerintah RI dalam berbagai kesepakatan, salah satunya Inggris

mengatakan bahwa mereka berjanji tidak akan menggangu urusan politik bangsa

Indonesia dan mereka juga mennyatakan bahwa diantara mereka tidak terdapat

tentara Belanda.

Page 8: Diplomasi & Militer

Pada akhirnya Indonesia di khianati untuk kesekian kalinya, salah satu bentuk

nyata dari penghianat Inggris adalah pada tanggal 26 Oktober 1945 satu pleton dari

Field Security Section melakukan penyergapan di Kalisosok untuk membebaskan

Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda) dan kawan-kawannya.

Tindakan Inggris tidak berhenti sampai disitu, buktinya 27 Oktober 1945 mereka

menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur

untuk menyerahkan senjata yang didapat dari Jepang. Pemerintahpun melakukan

pertemuan dengan Mallaby untuk meminta konfirmasi mengenai hal tersebut. Namun

Mallaby mengatakan bahwa ia tidak tau menahu tentang hal tersebut, tetapi menurut

Mallaby jika itu merupakan perintah Inggris maka ia akan tetap menjalankan sesuai

dengan apa yang diperintahkan.

27 Oktober 1945 merupakan kontak senjata pertama antara pemuda dan

Inggris, peristiwa tersebut mulai bertambah kritis hingga Inggris merasa tidak

nyaman akan posisinya. Untuk itu Inggirs meminta kepada Presiden Soekarno agar

pihak Indonesia menghentikan serangan tersebut. Akhirnya pada 30 Oktober 1945

Presiden, Wakil Presiden, berserta Menterinya melakukan perundingan dengan hasil

menghentikan kontak senjata. Dalam perundingan inilah akhirnya eksistensi RI

diakui oleh Inggris. Sementara itu di tempat-tempat lain masih terjadi kontak senjata

tempat terakhir adalah gedung bank Internatio yang berjarak 100 meter dari jembatan

merah.

Ditempat ini pulalah akhirnya Brigadier Mallaby menghembuskan nafas

terkhirnya, didalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid VI mengatakan bahwa

Mallaby tewas karena ditusuk dengan bayonet dan bambu runcing oleh pemuda.

Tetapi menurut kesimpulan dari bung Tomo dalam sebuah buku yang berjudul

pertempuan Surabaya bahwa pada saat itu Mallaby tanpa sengaja terbunuh oleh

pasukannya sendiri, sebagaimana dituturkan oleh Kapten RC. Smith di depan

Mahkamah Militer Inggris.

Page 9: Diplomasi & Militer

Sesudah itu Inggris mulai mendatangkan pasukannya ke Indonesia, selain itu

tanggal 9 November 1945 Inggris mengirimkan ultimatum yang intinya menghina

dan merendahkan harga diri bangsa Indonesia. Untuk menentukan sikap para

pemimpin di surabaya mengadakan pertemuan, selain itu mereka juga berusaha

menghubungi Soekarno untuk meminta pertimbangan atas ultimatum tersebut tetapi

mereka hanya dapat menghubungi Menteri Luar Negeri Mr. Ahmad Subardjo yang

menyerahkan “kata putus” pada rakyat Surabaya. Secara resmi melalui siaran radio

menyatakan menolak ultimatum Inggris.

Sementara itu pemuda sudah siap siaga membuat pertahanan didalam kota.

Meskipun mereka dipersilahkan untuk meniggalkan kota, tetapi para pemuda memilih

tetap bertahan untuk mempertahankan kota Surabaya. Kota Surabaya pun dibagi

menjadi tiga sektor pertahanan diantaranya sektor barat, sektor tengah, dan sektor

timur. Sementara itu, saat Bung Tomo melakukan siaran hal itulah yang membakar

semangat juang para rakyat.

Keadaan semakin ekplosif, saat Inggris berhasil menguasai garis pertahanan

pertama pihak Indonesia. Apalagi setelah disertai dengan pengeboman, meskipun

Inggris secara terus menerus melancarkan aksinya tetapi para pemuda tetap gigih

mempertahankan kota Surabaya hingga pada 28 November 1945 yang merupakan

pertempuran terakhir yaitu di Gunungsari.

b) Pertempuran Ambarawa

Pertempuran yang berlangsung 20 November sampai 15 Desmber 1945

diawali dari insiden di Magelang saat Brigade Artileri dari Divisi India ke-23

mendarat disemarang yang dipimpin oleh Brigadier Bethell. Divisi ini mempunyai

tujuan yang sama seperti halnya di Surabaya, hingga insiden itupun pecah pada

tanggal 26 Oktober 1945 di Magelang. Insiden ini berhenti setelah Presiden dan

Sekutu mengadakan perundingan untuk melakukan genjatan senjata pada tanggal 2

November 1945. 20 November 1945 di Ambarawa terjadi pertempuran antara TKR

Page 10: Diplomasi & Militer

dan Inggris, karena banykanya serangan yang dilakukan Ingggris maka 21 November

1945 pasuka TKR melakukan serangan fajar dengan tujuan memukul mundur

pasukan Inggris yang menduduki desa Pingit. Akhirnya Inggris telah terkapung oleh

pasukan Indonesia, meskipun demikian Inggris tetap menyusun cara bagaimana untuk

bisa mematahkan kedudukan TKR.

Pertempuran antara TKR dan pasukan Inggris terus berlangsung hingga

tanggal12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran. Dalam

waktu singkat mereka berhasil mengepung kedudukan musuh yang diperkirakan

berpusat di benteng Willem, yang terletak di tengah kota Ambarawa. Pasukan

Inggrispun merasa terjepit, maka mereka berusaha keras untuk memutuskan

pertempuran. Akhirnya 15 Desember 1945 Inggris meninggalkan kota Ambarawa dan

mundur ke Semarang. Pertempuran ini memiliki arti penting, dan hal itupun juga

diakui oleh pihak Inggris bahwa pasukan Indonesia sulit untuk ditaklakukkan meski

Inggris mengerahkan seluruh kakuatannya.

c) Pertempuran Medan Area

Sekutu dibawah pimpinan T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara 9 Oktober

1945. Yang mengejutkan adalah ikut sertanya NICA dalam rombongan sekutu yang

dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Pemerintah RI Sumatra Utara

mengizinka mereka untuk menempati beberapa hotel di kota medan, hal itu karena

semata-mata untuk menghormati tugas mereka. Sehari setelah mendarat tim dari

RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan di beberapa daerah untuk membantu

membebaskan para tawanan dan dikirim ke Medam atas persetujuan Gubernur M.

Hassan. Ternyata hal yang mengherankan adalah kelompok mereka langsung

dibentuk menjadi medan Batalyon KNIL. Sikap ini menimbulkan berbagai insiden

yang dilakukan secara Spontan oleh pemuda, tepatnya 13 Oktober 1945 merupakan

awal insiden, hal ini dipicu oleh seorang penghuni hotel yang menginjak-injak

lencana Merah Putih yang dipakai oleh seseorang yang ditemuinya.

Page 11: Diplomasi & Militer

Dari insiden itulah kemudian menjalar dibeberapa kota lainnya, sebagaimana

dikota-kota lain di Indonesia. Inggris memulai aksinya untuk melemahkan kekuatan

RI yaitu dengan berbagai ultimatum yang dikirim untuk Indonesia, hal itu pulalah

yang membuat NICA merasa besar kepala karena mendapat dukungan dari pihak

Inggris. Demikian pula aksi teror yang dilakukan oleh Amerika Serikat sehingga

semakin timbul rasa permusuhan dikalangan pemuda, karena mereka tidak pernah

merasa aman da keselamatan Inggris juga tidak di jamin oleh pemerintah RI. Selain

itu meningkatnya korban dari pihak Inggris membuat mereka memperkuat

kedudukanya dan secara sepihak membentuk batas kekuasaanya.

1 Desember 1945 beberapa papan dipasang dengan bertuliskan Fixed

Boundaris Medan Area diberbagai kota oleh pihak serikat membuat kota medan

terkenal dengan Medan Area.tindakan ini adalah tantangan bagi para pemuda, piha

Inggris dan NICA melakukan aksi pembersihan terhadap unsur Republik. Aksi

tersebut mendapat balasan dari para pemuda, sehingga banyak daerah yang menjadi

tidak aman. Inggrispun juga mulai mengancam pihak pemuda sehingga perlawanan

juga terus memuncak, akhirnya dengan bernagai cara Inggris berhasil menguasai kota

Medan, sehingga mustahil dapa melakukan serangan terhadap Inggris jika tidak ada

satu komando.

10 Agustus 1946, ditebing tinggi diadakan suatu pertemuan antara komanda

pasukan yang berjuang di Medan Area, hasil dari pertemuan ini adalah dibentuknya

Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area, yng dibagi menjadi empat sektor dan

setiap sektor masih dibagi lagi menjadi sub sektor dengan bekal inilah mereka

meneruskan perjuangan di Medan Area.

d) Pertempuran Padang dan Sekitarnya

Di Pelabuhan Teluk Bayur pasukan Inggris mendarat dibawah pimpinan

Brigadier Hutchinson, dua hari kemudian 13 Oktober 1945 ia mengadakan pertemuan

dengan Pemerintah RI Sumatra Barat. Tujuannya sama seperti Sekutu yang datang

Page 12: Diplomasi & Militer

didaerah lain, mereka juga ingin meminjam kantor residen yang akan digunakan

sebagai kantornya. Indonesia yang masih mencari pengakuan dari negara lain

menafsirkan bahwa permintaan tersebut adalah pengakuan de facto dari Inggris untuk

Indonesia. Lagi-lagi Inggris tidak dapat memegang perjanjian tersebut, buktinya

banyak rumah rakyat yang di obrak-abrik hanya untuk mencari senjata. Pasukan

Belandapun mendapat perlindungan dari Inggris hingga Belanda berani melakukan

langkah-langkah, salah satunya adalah memukuli seorang kepala sekolah, hal ini

adalah pemicu serangan yang dilakukan tanggal 17 November 1945. Insiden

bertambah luas yang terjadi pada 5 Desember 1945, apalagi hal tersebut dengan

terbunuhnya beberapa anggota Inggris, sehingga Inggris melakukan serentetan

balasan pada TKR yang juga menyebabkan beberapa anggotanya tewas.

Pertempuran yang besar terjadi pada tanggal 21 Februari 1946, akhirnya

mereka dapat menghancurkan pos pertehanan Inggris dan membongkar gudang

senjata. Tapi setelah itu, Inggris membalasnya pada tanggal 14 Juni 1946 dengan

menyerang Batu Busuak, TRI pun juga melancarkan serangan terhadap kedudukan

Inggris 7-9 Juli 1946 dan akhirnya Inggrispun meninggalkan Simpang Haru yang

merupakan tempat penyerangan selama tiga hari tersebut.Serangan masih tetap

berlanjut dan mereka masih tetap bertahan meskipun tujuan utama mereka telah

terlaksan, hal itu karena Inggris menunggu kesiapan Belanda untuk mengambil alih

kedudukan mereka. 28 November 1946 merupakan serah terima pasukan Inggris

dengan Belanda dan esok harinya Inggrispun meningglakan Padang.

e) Pertempuran Bandung Lautan Api

12 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigade Mac Donald pasukan Inggris tiba

diBandung. Sejak awal hubungan antara mereka dengan Pemerintah RI sudah

bersitegang, orang-orang Belandapun yang baru di bebaskan sudah memperlihatkan

sikap yang tidak baik. Akibatnya, bentroka bersenjatapun tidak dapat dipungkiri lagi.

24 November 1945 TKR dan badan perjuangan lainnya melancarkan serangan

Page 13: Diplomasi & Militer

terhadap kedudukan Inggris, tiga hari kemudian Mac Donald menyampaikan

ultimatum agar para penduduk mengosongkan Bandung Utara. Jawaban dari

ultimatum tersebut adalah berdirinya pos-pos gerilya diberbagai tempat, sehingga

selama bulan Desemberpun terjadi beberapa pertempuran. Inggrispun masih tetap

berusaha merebut apa yang dimiliki bangsa Indonesia, pertempuranpun juga terjadi

ketika Inggris ingin membebaskan interniran Belanda dari kamp-kamp interniran.

Selama berlangsungnya pertempuran, banyak serdadu India yang menjadi

bagian Inggris, melakukan desersi dan bergabung dengan pasukan Indonesia. Pihak

Inggris akhirnya meminta kepada panglima devisi tiga agar pasuka India tersebut

diserahkan kepada mereka. Kegagalan bangsa Indonesia dalam melakukan serangan

maupun penyelesaian menyebabkan Inggris bermain ditingkat atas. 23 Maret 1946

mereka memberikan ultimatum kepada Perdana Menteri Sutan Sjahrir agar bangsa

Indonesia meningglkan Bandung, tetapi hal itu ditolak secara tegas karena hal

tersebut dirasa tidak mungkin. 23 Maret 1946 dengan alasan untuk menyelamatkan

TRI dari kehancuran, Sjahrir mendesak Nasution agar ultimatum tersebut dipenui,

karena dirasa TRI belum mampu menghadapi pasukan Inggris. Akhirnya sekali lagi

Nasution menghubungi Inggris agar batas waktu tersebut diperpanjang tetapi hasilnya

Inggris tetap menolak dan sebaliknya Nasutionpun juga menolak tawaran Inggris

untuk meminjamkan truk untuk mengangkut pasukan Indonesia.

Dalam pertemuan antara Nasution dan para komandan TRI, para pemimpin

lasykar dan aparat pemerintahan mencapai kesepakatan yaitu akan membumi

hanguskan Bandung sebelum tempat itu ditinggalkan. Akhirnya tempat pertama yang

dibumi hsnguskan adalah Bank Rakyat, dan dilanjutkan ditempat penting lainya.

Selain itu anggota TRI juga membakar asrama mereka sendiri, akhirnya 24 Maret

1946 semua orang meninggalkan Bandung yang saat itu sudah menjadi lautan api.

Kesimpulan

Page 14: Diplomasi & Militer

Perang Kemerdekaan merupakan awal kehidupan baru Bangsa Indonesia, Proklamasi

yang diikrarkan atas nama Bangsa Indonesiapun telah menggema diseluruh penjuru

negeri dan hal itu pulalah yang terus membangkitkan rasa percaya diri serta

keberanian para rakyat Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaanya.

Untuk itu segala cara dilakukan para rakyat Indonesia, baik dengan melakukan

Perjuangan Militer melalui pertempuran dan Diplomasi melalui berbagai

perundingan. Sekutu yang awalnya hanya bertujuan untuk membebaskan para

Interniran dan melucuti senjata Jepang ternyata mengingkari hal tersebut, apalagi

setelah mengetahui bahwa sekutu juga memboncengi tentara Belanda (NICA).

Setelah mengetahui hal tersebut, rakyat Indonesia terutama para pemuda merasa

geram. Apalagi sikap tentara Belanda yang sombong dan tetap merasa berkuasa

setelah dibebaskan oleh sekutu, perpecahan dan pertikaianpun akhirnya tidak dapat

dihindari. Di beberapa kota besar diIndonesia terjadi pertempuran, salah satunya di

Surabaya, Bandung, Padang, Medan dll.Diplomasi yang dilakukan Indonesia dengan

sekutu maupun Belanda selalu berakhir dengan pengkhianatan, dari alasan itu pulalah

perubahan Badan Keamanan Rakyat (BKR), berubah menjadi TKR (Tentara

Keamanan Rakyat). Tetapi setelah pemerintah juga merasakan bahwa Belanda sudah

terlalu menghimpit bangsa Indonesia maka TKR ini berevolusi menjadi Tentara

Nasional Indonesia (TNI), peran TNI dapat dikatakan mempunyai nilai penting

disamping Diplomasi. TNI merupakan badan pertahanan negara yang bertugas untuk

tetap mempertahankan kesatuan NKRI, apalagi selain Belanda banyak terjadi

pembrontakan didalam negeri. Salah satunya adalah intervensi Amir Syarifudin,

pembentukan FDR, Pemberontakan PKI Madiun oleh Musso dll.Hal tersebut

membuat konsentrasi Bangsa Indonesia terpecah belah begitu juga dengan TNI,

disamping Belanda mereka juga harus menghadapi bangsa sendiri. Akhirnya,

pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dapat diredam. Meski demikian Belanda

tetap menjadi ancaman Besar dan kemungkinan Agresi Militer Belanda II pun dapat

terjadi, disinilah titik peran penting TNI untuk menunjukkan bahwa TNI adalah

pertahanan Bangsa Indonesia, maka dari itu TNI dibagi menjadi beberapa bentuk.

Page 15: Diplomasi & Militer

Pertama, Pasukan Mobil, yang beertugas tempur dengan perbandingan senjata dan

personal. Kedua,Pasukan teritorial yang bertugas melaksanakan pembinaan teritorial

dan perlawanan statis.ketiga,Melaksanakan Wingate (menyusup) kedaerah kekuasaan

musuh yang pernah ditinggalkan karena “hijrah”, untuk diisi dengan kekuatan grilya,

untuk menciptakan kanting di daerah tersebut.

Sumber:

Sejarah Indonesia IV

Buletin All Writer,edisi 5