paper bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan gunung merapi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan galian industri dapat ditentukan berdasarkan asal bahan tersebut
didapat. Berdasarkan sumbernya bahan galian tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yaitu : bahan galian berdasarkan dengan batuan sedimen,
bahan galian berdasarkan dengan batuan gunung api, bahan galian berdasarkan
ubahan hidrotermal dan bahan galian berdasarkan batuan malihan.
Bahan galian ini dapat diperoleh secara langsung dari alam. Proses
pengambilan bahan galian ini pun dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat seadanya atau dengan menggunakan alat yang lengkap.
Bahan galian ini digunakan dalam industri, sebagai bahan baku dalam suatu
proses industri kimia
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada paper ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu bahan galian ?
2. Jelaskan klasifikasi atau golongan dari bahan galian?
3. Apa saja bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan merapi?
4. Apa manfaat dari bahan galian industri yang berasal dari gunung merapi dan
bagaimana proses pengolahan bahan galian tersebut?
1
1.3 Tujuan dan manfaat
1. Mengetahui golongan atau klasifikasi dari bahan galian industri.
2. Dapat mengaplikasikannya dalam suatu proses industry.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Golongan Bahan Galian
Bahan galian industri merupakan semua mineral dan batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir
industri dan konstruksi termasuk juga minerallogam yang bukan untuk dilebur
seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.
Potensi bahan galian strategis (Golongan A) adalah Minyak Bumi, Gas
Bumi, Batu Bara dan Nikel. Bahan galian yang vital (Golongan B) adalah :
Emas, Intan, Timah Hitam, Seng, Antimonit, Kristal Kwarsa, Pasir Besi,
Belerang, Pirit, Mika, Rutinium dan Zirkon. Bahan galian yang termasuk
(Golongan C) adalah : Pasir Kwarsa, Kaolin, Gips, Pospat, Batu Kapur, Tanah
Liat, Andesit, Kalsit dan Bantuan Beke Vulkanik. Bahan galian Golongan A
adalah jenis Batu Bara, sedangkan bahan galian Golongan C terdiri dari pasir,
Batu Kapur, Batu Padas, Tanah.
2.2 Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya
Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan batuan
tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam
Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut :
a. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen,
kelompok ini dapat dibagi menjadi :
3
1. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping :
Batugamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan
gipsum.
2. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya
: bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium,
mangan, felspar.
b. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian,
perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon,
andesit dan basalt, pasir gunung api, dan breksi pumice.
c. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam &
ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar,
bauksit, mika, dan asbes.
d. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu &
endapan letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum,
kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu.
e. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal :
barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.
f. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit,
marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.
2.3 Penjelasan Bahan Galian Industri berdasarkan kaitan batuan gunung
merapi.
A) OBSIDIAN
Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya
silica. Pembekuan terjadi demikian cepat sehingga mineral pembentuknya
tidak sempat mengkristal dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak
beraturan. Obsidian kebanyakan berwarna putih keabu-abuan hingga hitam,
kadang-kadang ada garis merah kecoklatan dan hitam. Dijumpai pula obsidian
yang berwarna kehijauan, ungu ataupun warna perak. Jenis ini dikenal dengan
4
obsidian pelangi. Obsidian dengan silika sebagai komposisi utama
mempunyai kekerasan lebih dari 6 menurut Mohs, berat jenis 3-3,5,
mempunyai sifatpecahan konkodial. Menurut reaksi Bowen, mineral silika
akan melebur pada temperature 7000 – 8000 C.
Teknik Penambangan
Dilakukan dengan sistem kuari dengan peralatan sederhana. Karena
obsidian merupakan tubuh batuan yang keras, pada tahap awal penambangan
untuk memperoleh blok-blok yang cukup besar dimulai proses peledakan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
1. Obsidian mempunya warna indah dank eras, disamping itu mudah
dibentuk. Pada jaman prasejarah, manusia purba memanfaatkan obsidian
untuk senjata/kapak atau”titikan” penimbul api.
2. Bangunan Karena sifatnya yang keras dan sangat resisten, obsidian dapat
dimanfaatkan sebagai fondasi bangunan. Obsidian tidak porous, hal ini
mengakibatkan daya rekat semen menjadi berkurang. Obsidian bila
dipecah mempunyai sifat konkodial dengan pinggiran yang tajam. Oleh
karenanya dalam pengerjaan harus hati-hati.
3. Bahan batu mulia Karena sifatnya yang kompak, beberapa jenis berwarna
terang dan transparan obsidian dapat dibentuk menjadi batu mulia.
Menurut klasifikasi Kinge, obsidian termasuk batu mulia tanggung
(Halfedestenen) batu kelas IV.
4. Bahan perlit rekayasa/artificial ferlit Perlit artificial dapat direkayasa
dengan bahan baku dari obsidian (Sukandarrumidi, 1983). Dari penelitian
dengan bahan baku obsidian dari nagrek sesudah dipanakan dengann oven
selama 90 menit pada temperature 10000 – 11000 C trjadi perubahan
sebagai berikut :
5
Semula warna hitam berubah menjadi putih keabuan
Volume berkembang menjadi 5 kali lipat
Berat jenis yang semula 3,35 berubah menjadi 0,6
Selama perubahan warna, keluar air dari massa batuan, dan batuan
menjadi berpori dan lengket antara fregmen yang satu dengan yang
lain.
Dengan demikian maka artificial perlit beratnya menjadi sangat kurang
dengan kekuatan yang tinggi. Oleh sebab itu perlit rekayasa dari obsidian,
dapat digunakan untuk bahan beton ringan ataupun dinding perendam dan
isolasi panas.
Tempat Diketemukan
Kebanyakan obsidian didapatkan sebagai batuan beku luar pada
gunung api Indonesia yang berumur relative muda (Pleistosen Kuarter).
Tempat diketemukannya obsidian antara lain :
1. Jambi : G. Gantung, S Purgut dan S Penuh (pada batuan lava andesit).
2. Jawa barat : Nagreg Kab. Bandung (berupa sisipan dan bongkah pada
batuan tras); G. ciamis Kab. Garut (terdapat selang-seling dengan perlit
diatas andesit); Ciasmara Kab. Bogor: Leuwiliang, G. Kiaraberes, kurang
lebih 6 km sebelah barat G. Salak (merupakan lava dan kurang lebih
panjang 2 km dan aliran lava yang merupakan susunan balok berwarna
abu-abu dengansteroida); Terogog, Priangan (singkapan 100 – 150
panjang, tebal 1 – 5 m); Anyer, G. Barengkong sebelah selatan/barat
Barengkok, Banten.
6
B) PERLIT
Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tibi-tiba dengan
tekana yang tinggi dengan suasana basah. Komposisi utama adalah mineral
silikat berbutir sangat halus, terbangun oleh steroida-steroida kecil, ringan.
Warnanya abu-abu muda hingga abu-abu kehitaman. Perlitini bila dipanaskan
bertahap hingga mencapai suhu antara 9500 – 10500 C, akan mencapai
perkembangan isi yang tetapdan maksimum. Sifat perkembangan ini sangat
penting untuk penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan bahan
bangunan ringan. Menurut hasil penelitian perlit yang baik mengandung SiO2
70%, air 2-5%, Na dan K sebanyak 5-8% berat. Dengan susunan ini perlit
akan mempunyai suhu kelembaban/pencairan rendah, demikian pula suhu
pemuaiannya tidak jauh berbeda. Banyaknya air yang dikandungnya akan
berpengaruh terhadap pemuaian. Air yang terlalu banyak akan mengakibatkan
desintegrasi. Berat jenis perlit sebelum diolah/dipanaskan antara 1,10-2,50,
setelah dipanaskan menjadi 0,11-0,15.
Teknik Penambangan
Dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Karna perlit merupakan
bahan galian lunak, penambangan dilakukan dengan alat sederhana.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Perlit disamping didapatkan dialam, dapat pula dibuat/direkayasa dari
obsidian dengan pemanasan.
1. Bahan Bangunan Perlit dimanfaatkan sebagai “very light aggregateI”
untuk beton atau bata cetak yang sangat ringan. Disamping itu perlit dapat
pula meninggikan daya isolasi terhadap panas dan suara/peredam, tetapi
mempunyai daya tekan rendah.
2. Dalam bentuk ukuran pasir dipergunakan untuk penyaring air.
7
Tempat Diketemukan
Seperti halnya obsidian, perlit didapatkan disekitar gunung api yang
relatif muda. Tempat diketemukan antara lain:
1. Sumatera Utara: Pansur Nipitu Kec. Silindung Kab. Tapanuli utara
(prosentase nilai ekspansi 158,3% terdapat sebagai bongkah-bongkah
dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian).
2. Sumatra Barat: Bukit Rasam Kec. Lubuk Sikaping Kab. Pasaman
(prosentase nilai ekspansi maksimum 51,51% H2O 0,03%, minimum
50,,00% H2O 2,83% terdapat sebagai bongkah dalam tufa); Bukit Sipinang
Kec. Sepuluh Koto, Singkarak Kab. Solok (prosentase nilai ekspansi 945
terdapat sebagai bongkah dalam tufa dan berasosiasi dengan obsidian);
Bukit Batu Kambing Kab. Solok (nilai ekspansi maksimum 63,15% H2O
0,05%, minimum 8,50% H2O 1,12% terdapat dalam Formasi Andesit).
C) PUMICE/BATU APUNG
Pumice terjadi bila magma asam muncul kepermukaan dan
bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba buih gelas alam dengan gas
yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan
magmamembeku dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan
atau aliran permukaan, bahan lepas atau fragmen dalam breksi gunung api.
Batu apung dapat pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga
gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan obsidian dari Krakatau, suhu yang
diperlukan untuk mengubah obsidian menjadi batu apung rata-rata 8800 C.
berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan
tersebut, oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai
sifat hydraulic. Pumice berwarna putih abu-abu kekuningan sampai merah,
tekstur vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik
berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang yang
8
terorientasi. Kadang kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/ kalsit. Batuan ni
tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu higrokopis (mengisap
air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah. Kekuatan tekanan antara
30-20 kg/cm2. Komposisi utama mineral silikatamorf.
Teknik Penambangan
Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relative
tidak keras. Oleh sebab itu penambangan dilakukan dengan tambang
terbuka/tambang permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap
pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dekehendaki ukuran butir
tertentu proses pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
1. Sebagai bahan bangunan
Sebagai bahan tahan api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk
lembaran sifatnya yang hidraulis baik untuk teknik bangunan basah.
Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi panas dan suara untuk
solasi kamar/peredam atau lemari es
2. Industri Sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran butir
tertentu disamping untuk abrasive khususnya bahan poles atau logam
Tempat Diketemukan
Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian
gunung api Kuarter sampai tersier muda. Tempat dimana batu apung
didapatkan antara lain :
1. Lampung: sekitar kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang (sebagai
hasil letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu apung).
9
2. Jawa Barat: Kawah Danu, Banten, sepanjang pantai laut sebelah barat
(diduga hasil kegiatan G. Krakatau); Nagreg Kab. Bandung (berupa
fragmen dalam batuan tufa); Mancak, Pabuaran, Kab. Serang (mutu baik
untuk agregat beton,berupa fragmen pada batuan tufa dan aliran
permukaan) Cicurug Kab. Sukabumi (kandungan SiO2=63,20%,
Al2O3=12,5% berupa fragmen pada batuan tufa); Cikatomas, Cicurug, G.
Kiaraberes, Bogor.
3. Daerah Istimewa Yogyakarta: Kulon proggo pada Formasi Andesit Tua.
4. Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgesela (tebal
singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Masbagik Kab. Lombok Timur (tebal
singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Kopang, Mangtang Kec. Batu Kilang
Kab. Lombok barat (telah dimanfaatkan untuk batako sebaran 300Ha);
Narimaga Kec. Rambiga Kab. Lombok Barat (tebal singkapan 2-4 m,
telah diusahakan rakyat)
D) TRASS
Tras disebut pula sebagai pozolan, merupakan bahan galian yang
cukup banyak mengandung banyak silica amorf yang dapat larut didalam air
atau dalam larutan asam. Nama pozolan diambil dari nama desa Puzzouli de
Napel, Italia dimana bahan tersebut ditemukan. Tras ( alam) pada umumnya
terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak mengandung feldspar dan silica,
antara lain breksi andesit, granit, rhyolit, yang telah mengalami pelapukan
lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah menjadi mineral
lempung/kaolin dan senyawa silika amorf. Makin lanjut tingkat
kelapukannya makin bagus kualitas tras tersebut. (Tabel 2.1).
10
Tabel 2.1 Standar unsur kimia tras yang diusahakan adalah sebagai berikut:
Unsur Kisaran % berat
SiO2
Al2O3
Fe2O3
H2O
CaO
MgO
40,76 - 56,20
17,35 - 27,95
7,35 – 13,15
3,35 – 10,70
0,82 – 10,27
1.95 – 8,05
Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat – sifat yang khas, sifat
tras yang terpenting adalah apabila di campur dengan kapur padam ( kapur
tohor ) dan air akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini disebabkan oleh
Oksida silica ( SiO2 ) yang amorf dan oksida alumunia ( Al2O3 ) di dalam tras
yang menjadikannya bersifat asam.
Teknik Penambangan
Bahan galian tras relative lunak dan dekat permukaan. Oleh sebab itu
penambangan terbuka dapat dilakukan denga peralatan sederhana.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat mengikat dan mengeras tetapi
apabila dalam keadaan butir halus dan kemudian dicampur drngan kapur
padam dan air secukupnya maka akan mempunyai sifat hidraulis didalam
beberapa waktu.
11
Penggunaan trass antara lain :
1. Untuk luluh, plesteran, lantai. Untuk keperluan itu campuran tras : kapur
padam = 5: 1, dan air secukupnya. Ditambah dengan semen Portland akan
memberikan hasil yang baik.
2. Batako,
3. Semen Rakyat.
Tempat Penyebaran
Penyebaran tras di Indonesia mengikuti jalur rangkaian gunung api Tersier dan
Kuarter antara lain :
1. Nanggroe Aceh Darussalam : Ujung Batu dan Krueng Raya, Kab. Aceh
besar ( pelapukan tufa breksi dengan komponen dasit dan andesit ),
Gronggong Kab. Aceh Pidie ( beupa tufa pasiran berbutir kasar – kasar
halus telah mengalami pelapukan ), Takengon Kec. Takengon Kab, Aceh
Tengah ( berupa tufa pasir bebutir kasar mengandung komponen batu apung
yang telah lapuk ).
2. Sumatera Utara : Sarula Kab. Tapanuli Utara ( berasal dari pelapukan tufa
riolit berbatu apung ).
3. Sumatera Barat : Muaro Labuah Kab. Solok Selatan, Kota Padang Panjang,
Matur dan Gadut Kab. Agam( dapat dipergunakan sebagai bata cetak atau
tanah mantap dengan penstabil kapur atau semen, kuat tekan = 4,6 – 19;
kuat lentur = 1,9-9,3 ), Bonjol Kab. Pasaman ( telah digunakan sebagai
bahan baku bata cetak dan bahan bangunan ).
12
E) BELERANG
Belerang atau Sulfur ditemukan dalam dua bentuk yaitu sebagai
senyawa sulfide dan sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfide
didapatkan dalam bentuk Gelena-PbS, Kalkopirit-CuFeS2 dan Pirit FeS.
Kesemuanya terbentuk akibat proses hidrotermal, kecuali yang tersebut
terakhir dapat pula akibat proses sedimentasi dalam kondisi tertentu. Sedang
belerang alam dapat berbentuk Kristal bercampur lumpur atau merupakan
hasil sublimasi. Endapan belerang ini terbentuk akibat kegiatan sulfatara,
fumarola atau sebagai akibat dari larutan yang mengandung belerang keluar
dari perut bumi melalui rekahan-rekahan, serat selalu berkaitan dengan
rangaian gunung api aktif. Balerang berwarna kuning, kekerasan 1,5-2,5,
berat jenis 2,05 , bila dibakar berwarna biru, menghasilkan gas SO2 yang
berbau tidak enak
Teknik Penambangan
Pengendapan endapan belerang dapat dikerjakan dengan tambang
terbuka. Penggalian belerangnya dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana
dan sengan penambangan teknik penyemprotan. Apabila cadangan
belerangnya sedikit maka penambangan dilakukan dengan cara manual yang
dilakukan dengan alat-alat sederhana dan dengan tenaga manusia.
Untuk endapan belerang yang ditutupi lapisan penutup yang cukup
tebal, cara penambangannya dapat dilakukan dengan cara Frasch Process,
yaitu dengan pemboran kemudian dimasukan air panas ( suhu 335° F )
kedalam endapan belerang. Melalui pipa-pipa kondensasi dipompakan
13
keluar dan ditampung dan diendapkan. Tahap berikutnya disublimasi untuk
mendapatkan belerang yang bersih.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Cara pengolahann belerang tergantung dari jenis endapannya dan hasil
yang diinginkan. Untuk belerang yang berbentuk Kristal langsung dapat
dimasukkan ke dalam autoklaf. Dalam autoklaf dimasukkan/ ditambahkan
soalr, air, dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan memasukkan uap air
panas dengan tekanan 3 ATM selama 30-60 menit. Pemisahan akan terjadi
karena belerang mempunyai titik didih yang rendah di banding pengotor
lainnya. Hasilnya berupa belerang cair dialirkan melalui filter kemudian
dicetak.
Untuk belerang jenis lumpur, pengolahannya perlu dilakukan secar
floatasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf. Tujuan dari
floatasi adalah untuk meningkatkan kadar belerang dan memisahkan senyawa-
senyawa besi sulfat dan silikat dari larutan. Cara pengolahan lain untuk
belerang jenis ini dengan cara pelarutan dan penghabluran dengan
menggunakan pelarut karbon disulfide, dimethyl disulfit atau larutan
hidrokarbon berat lainnya.
Untuk pengolahan belerang secara sederhana dapat dilakukan dengan
jalan memanaskan bongkah- bongkah belerang di salam wajan besi atau
alumunium yang berdiameter 80- 100 cm di atas tungku sederhana yang
terbuat dari tanah liat/ andesit. Pemanasan dilakukan dengan kayu atau
kompor minyak tanah sambil diaduk- aduk, sesudah belerang mencair
kemudian disaring dengan kantong- kantong yang terbuat dari kain.
Selanjutnya ditampung dalam tabung-tabung banbu sebagai alat cetakannya.
14
Pemanfaatan
Balerang banyak digunakan dalam industry kimia yaitu untuk
pembuatan asam sulfat ( H2SO4 ) yang diperlukan untuk pembuatan pupuk,
penghalusan minyak bahan-bahan kimia berat dan keperluan lain untuk
metalurgi. Disamping belerang dimanfaatkan dalam industry cat, industry
karet, industry tekstil, industry korek api, bahan peledak, industry kertas,
pabrik gula, industry ban,dan lain-lain.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
1. Untuk industry gula
Kadar S = 99,3%, As = 0,05% ( Maksimum ), bitumen = 0,03%, H2O =
0,01%, Abu = 0,03%, Sisa Bakar = 0,7%, dan CS2 = 0,08%
2. Untuk industry pupuk
Kadar S = 99,8% ( minimum ), H2O = 0,19%, abu = 0,03%, sisa bakar =
0,20%, acid sebagai H2SO4 = 0,07%, NaCl = 41,87bppm, Fe = 36,10 ppm
3. Kadar untuk industry kimia dasar ( kecuali pupuk )
Kadar S = 99,8%, bitumen = 130 ppm, H2O = 1,52%, abu = 0,009 %,
Fe2O3 = 0,0008%
4. Lain-lain
Industri korek api kadar S = 98%, industry karet yang tidak termasuk
golongan manapun diperlukan ukuran butir = 300 mesh
5. Industry Ban ( luar dan dalam )
Kadar S = 99,99%, ukuran butir = 325 mesh, abu = 0,01%, moisture =
0,01%, H2SO4 metter = 0,04%, CS2 insoluble = 0,04 %.
Mata air panas yang sering muncul di sekitar gunung api, juga
mengandung belerang, dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit kulit
( sebagai disinfektan )
Tempat Ditemukan
15
Balerang biasanya ditemukan pada rangkaian gunung api aktif antara lain :
1. NAD : G. Lamo Mete, P. We, Kab. Aceh Besar ( merupakan endapan
fumarola ), Meluak Gayolestan Kec. Blangkejeraen Kab. Aceh
Tenggara ( endapan sulfatara ), G. Seoulawah Kab. Aceh Barat,
Burniteulong, Kab. Aceh Tengah
2. Jambi : Sungai Tutun, Air Hangat Kec: Air Hangat Kab. Kerinci
( terdapat sekitar mata air panas, umumnya menempel pada batuan
lempung tufaan ), G. Kunyit Kec. Gunung Raya Kab. Kerinci
( terdapat disekitar mata air panas pada umumnya menempel pada
batuan lempung tufaan ).
3. Jawa Barat : G. Papandayan ( Tipe sublimasi ), G. Kraha ( tipe
sublimasi ), G. Galunggung ( tipe sublimasi ) , G.Putri (tipe endapan
lumpur, telah disunakan untuk industry kimia dan pupuk), G. Ciremai,
G. Tangkuban Perahu, G. Wayang, G. Matang, Kaah saat, Kawah
Mas.
4. Maluku: Wuslah, P.Damar (tipe sublimasi dan endapan lumpur kadar
S = 55-79%)
F) TRAKHIT
Merupakan batuan beku luar, kristalnya relative kecil mempunyai
mineral seperti granit tapi tidak mengandung kuarsa, utamanya adalah
mineral feldspar jenis ortoklas. Warnanya tidak seterang granit yaitu
berwarna kuning muda hingg abu-abu, berat jenis 2,1 – 2,3 kekuatan tekan
500- 900 kg/cm2. Mineral feldsparnya sangat dominan sehingga apabila
mengalami pelapukan feldspar tersebuta akan berubah menjadi kaolin.
Batuan ini terdapat sebagai retas, aliran permukaan bongkah, debu ataupun
breksi gunung api.
Teknik Penambangan
16
Untuk batuan yang masih keras, cara penambangannya sama dengan
cara penambangan obsidian. Untuk batuan yang telah mengalami
pelapukan penambangan dilakukan dengan alat sederhana.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Untuk keperluan ornamen, pengolahan dilakukan dengan cara
digergaji atau dibentuk dan dipoles sesuai dengan ukuran. Kandungan
ortoklas yang dominan menyebabkan batuan ini tidak tahan abrasi.
Kandungan K2O yang cukup tinggi, trkhit yang dibuat dalam bentuk serbuk
dapat digunakan sebagai pupuk. Kandungan mineral ortoklas yang cukup
tinggi dapat dipergunakan sebagai bahan keramik.
Tempat Ditemukan
1. Bengkulu : Rejang Lebong ( dalam batuan andesit )
2. Sumatera Selatan : Gunung Batu sebelah timur Palembang ( dalam
batuan ortoklas porfir)
3. Lampung : G. Siamang dan G. Galih Wijaya
4. Jawa Tengah : G. Muria dan Karang Kobar
5. Sulawesi Selatan : Balloci Kab. Pangkep, S. Gentungan 15 km selatan
ujung pandang, pangkajene.
G) Kayu Terkersikkan ( Silicified Wood )
Ketika terkersikkan merupakan hasil proses permineralisasi oleh
mineral silica ( disebut pula sebagai proses silifikasi ) pada tumbuhan.
Jaringan batang tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari unsure
C.H.O.N.S.P oleh bakteri anaerobic dimakan sehingga akan meninggalkan
pori-pori dengan pola seperti jaringan semula. Pori-pori ini kemudian diisi
17
oleh larutan silica yang berasal dari batuan disekelilingnya. Oleh sebab itu
kayu terkersikkan berkaitan erat dengan batuan piroklastik/ yang bersifat
silikaan baik yang berumur kuarter maupun yang lebih tua. Bentuk dan
ukuran dari silicified wood sesuai dengan bentuk dan ukuran batang timbuhan
semula demikian pula pola jaringannya. Ukurannya pun sangat bervariasi.
Silicified wood yang berwarna gelap mempunyai umur yang relative lebih tua
dari yang berwarna agak terang, sangat resisten.
Teknik Penambangan
Silicified Wood pada umumnya tampak dipermukaan karena batuan
penutupnya ter erosi, sesudahnya ada yang terangkut air hujan kemudian
mengendap di sungai. Oleh karenanya teknik penambangannya sangat
sederhana, mempergunakan alat- alat sederhana pula. Ketelitian yang
diinginkan adalah pelaksana penambangan dapat membedakan dan
mengidentifikasi silicified wood dengan jenis bahan galian lain.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Selicified wood yang berasal dari daerah tambang dibersihkan dari
kotorannya dengan cara menyemprotkan air. Kemudian dibentuk sesuai dengn
keinginan. Bentuk ini pada umumnya dimanfaatkan untuk ornament dinding
rumah ataupun hiasan taman. Silicified wood tahan terhadap air hujan dan
cuaca, sehingga dapat dipasang/ diletakkan dimana saja. Silicified wood yang
berserat halus, dapat diasah dan dibentuk menjadi perhiasan / untuk mata
cincin. Silicified wood yang dibentuk digolongkan kedalam batu mulia
tanggung ( halfedelstenen ) jenis batu kelas IV ( menurut Kinge ).
Tempat Ditemukan
Beberapa tempat ditemukannya silicified wood selalu berkaitan dengan batuan
piroklastik/ ersifat silikaan. Tempat tersebut antara lain :
18
1. Sumatera Selatan : Seleman Kec. Tj Agung Kab. Muara Enim,
Sukacinta dan Senabing Kec. Merapi Kab. Lahat
2. Jawa Barat : Mekarsari Kec. Sajira Kab. Lebak
3. Jawa Tengah : daerah Sangiran Solo, S. Basoka Wonogiri, Samigaluh
Kulonprogo
4. Jawa Timur : Mrayan dan Badegan Kec. Ngrayun Kab. Ponorogo
H) OPAL
Opal dengan rumus kimia SiO2 n H2O terbentuk sebagai pengerasan
dari agar-agar silica ( silica gel ) yang bearsal dari batuan piroklasik. Larutan
silica tersebut, karena pengaruh air tanah selanjutnya dilarutkan dalam pori-
pori, rongga atau rekahan batuan yang bersifat kedap air. Opal yang
mempunyai rumus kimia SiO2 n H2O dimana harga n berkisar antara 1
sampai 26, termasuk batu mulia tanggung ( Halfedelstenen ) kelas IV dengan
nilai kekerasan 4 s/d 7. Opal jenis batu mulia ini mengandung air kristal
sejumlah 6 sampai 10%, mempunyai struktur amorf indeks bias tunggal
1,44- 1,46 , berat jenis 1,98-2,20. Berat jenis ini bergantung pada jenis opal
yang bersangkutan, mungkin ada hubungannya dengan jumlah air kristal di
dalamnya. Missal opa hitam dan opal susu mempunyai berat jenis 2,10
sedangkan opal api berat jenisnya 2,00. Opal mempunyai warna bervariasi
olehkarenanya dalam dunia perdagangan disebut batu akik Kalimaya, Biduri
Sisik, Biduri Ratna Kecana, Biduri Dahana Sutra, Akik Raja,dan Akik
Widorari. Permainan warna pada oal disebabkan oleh lapisan-lapisan tipis
(film)yang berbeda indeks biasnya.
Film-film ini diduga merupakan pengisian (sekunder) didalam
retakan-retakan yang terjadi karena tarikan agar-agar silica selama
pengendapan dan pengeringan. Anggapan lain adanya kristal-kristal kalsit
yang kecil dan udara yang mengisi Kristal atau retakan-retakan tersebut.
Pendapat terakhir mengatakan bahwa air Kristal dan molekul SiO2 tersusun
seperti ayakan yang terbentuk karena proses polimerisasi di dalam agar-agar
19
silica tersebut dan ini telah dibuktikan dengan kenampakan pada scanning
Electron microscop dengan perbesaran 50.000 kali. Opal dibagi menjadi 3
kelompok utama yaitu:
a. opal biasa termasuk kalsedon, opal mulia dan opal matrik.Opal biasa ialah
silica amorf yang sarang hingga dapat melekat di lidah missal fosil kayu
yang terkersikkan dimana struktur serat-seratnya masih terlihat jelah.
b. Opal mulia, bervariasi dan terbagi 4 kelas berdasarkan atas warnanya,
yaitu :
1. Opal Hitam, merupakan warna dasar gelap yaitu biru, hijau, merah,
abu-abu, dan hitam. Opal hitam yang warna dasarnya betul-betul hitam
sangat jarang ditemukan dan harganya sangat mahal. Satu-satunya
penghasil opal hitam terbesar adalah Australia, daerah Banten sering di
dapatkan jenis opal, yang terbanyak jenis opal mawar ( Rose Opal )
2. Opal susu atau Opal putih yaitu opal yang mempunyai warna dasar
putih seperti susu atau putih keabu-abuan.
3. Opal api yang mempunyai warna dasar tembus cahaya ( bening ) atau
mengkilap dengan warna oranye atau kemerah-merahan. Opal jenis ini
jarang atau sama sekali tidak memperlihatkan permainan warna.
4. Opal air mempunyai warna dasar bening dan tembus cahaya,
memperlihatkan permainan warna pelangi. Opal jenis ini mudah
menjadi suram atau pucat karena terlalu sarang.
c. Opal matrik terdiri dari limonit pejal berwarna coklat yang mengandung
urat-urat kecil atau bintik-bintik opal mulia. Opal mula didalam masa
dasar limonit ini tidak mungkin untuk diasah secara terpisah karena
terlalu kecil, sehingga dibentuk dan diasah berikut matriknya. Opal
matrik kurang berharga biasnya hanya untuk koleksi.
Teknik Penambangan
Penambangan bahan galian opal kebanyakan dilaksanakan oleh rakyat
dengan metode dan peralatan yang sederhana
20
Pengolahan dan Pemanfaatan
Opal yang berasal dari penambangan digergaji dan digerenda sesuai
bentuk dan ukuran yang di inginkan untuk dimanfaatkan sebagai ornament
atau hiasan antara lain mata cincin, Kristal lampu gantung.
I) Kalsedon
Kaldeson merupakan salah satu variasi mineral silica yang terbentuk
oleh pengendapan bertahap sehingga memberikan kenampakan berlapis dari
larutan silica koloid tidak jenuh di dalam rongga atau celah-celah batuan
perangkap. Silica koloid ( agar-agar silica ) tersebut berasal dari mineral
lempung atau batuan piroklastik yang mengalami proses diagenese khususnya
karena pengaruh air tanah. Berbeda dengan opal kalsedon berlubang-lubang
lembut sehingga memungkinkan diberi bermacam-macam warna di dalamnya.
Warna utama dari kalsedon adalah Hijau ( dikenal sebagai krisopras ) tetapi
ada juga yang berwarna merah ( karnelian ), coklat (sordion), menunjukan
perlapisan yang konsentris (agat), perlapisan sejajar (Oniks), oniks merah
(sardonic)
Teknik Penambangan
Dilakukan dengan system penambangan rakyat, dengan peralatan
sederhana. Pada umumnya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Kalsedon yang berasa dari penambangan, dipotong dengan gergaji
batu, sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Tahap berikutnya,
21
dipoles. Kalsedon dimanfaatkan sebagai batu mulia atau pun untuk
hiasan/ornament.
Tempat Ditemukan
Kalsedon ditemukan di Indonesia mengikuti jalur gunung api mulai
dari Sumatera, Jawa, NTB, NTT, hingga Sulawesi. Tempat- tempat tersebut
yang sudah diusahakan oleh rakyat adalah:
1. Jawa Tengah: Daerah Rah Tau Kec. Batuwarno Kab. Wonogiri (sebagai
pengisian pada batuan dasit dengan struktur gigi, system Kristal hexagonal tak
sempurna); Daerah sekitar K. Tirtomoyo Kab. Wonogiri (sebagai pengisian
rongga-rongga dalam lava basalt dengan ukuran 1-20 cm, warna kelabu putih
kecoklatan, mikrokristalin dan transclusent.
2. Nusa Tenggara Barat: Kab. Lobok Tengah, Kec. Pamunjak dan lereng timur
gunung Mereje Dan daerah Awang (terdapat sebagai Agat, dan kalsedon
warna putih, kuning, kemerahan).
3. Maluku: Daerah Kasikuta, di hulu S. Kasikutan (terdapat padaaFormasi
Bacaan, merupakan urat-urat pada batuan andesit yang berumur tersier
bawah).
J) ANDESIT DAN BASALT
Merupakan jenis batuan bekuluar, meruakan hasil pembekuan magma
yang bersifat intermedier sampai basa dipermukaan bumi. Jeni batuan ini
bertekstur porforitik afanitik, komosisi minerak utama jenis plagioklas,
mineral mesik adalah prioksen dan amfibol sedang ineral tambahan adalah
apatit dan zircon. Jenis batuan ini berwarna gelap umumya abu-abu sampai
hitam, tahan terhada air hujan, berat jenis 2,3-3,7 kuat tekan 600-2400 kg/cm2.
22
Dijumpai sebagai retas, sill, lakolit aliran permukaan atau sebagai fragmen
dan lahar Gunung api atau pun fragmen breksi.
Teknik Penambangan
Batuan andesit dan basalt merupakan batuan yang cukup kerasdan
massif. Apabila penambangan dilakukan oleh rakyat, karena keterbatasan
modal dilakukan dengan peralatan sederhana denganproduksi yang sangat
terbatas. Apabila diinginkan produksi bongkah yang cukup banyak dalam
waktu yang relative singkat,penambangangan dilakukan dengan peledakan,
diawali dengan pembuatan lubang tembak yang sangat dianjurkan.Walaupun
demikian persyaratan keamanan harus tetap diperhatikan. Penggunaan
backhoe, showel, buldoser atau sraper pada pelaksanaan penambangan
dianjurkan sedang pengangkutan bongkah dari tempat penambangan ketempat
pengumpulan dipergunakan dengan truck ungkit. Apabila dikehendaki bentuk
dan ukuran tertentu, penambangan awal yang menghasilkan bentukan balok
dapat dilakukan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Bentuk bongkah dengan ukuran yang masih dapat diangkat oleh
manusia, andesit dan basalt dimanfaatkan untuk fondasi rumah. Apabila akan
dibentuk menjadi batu candi (bentuan empat persegi panjang/kubus dengan
ukuran tertentu) atau dibentuk menjadi batu temple dengan ukuran tertentu,
penggergajian system basah pada balok hasil penambangan dapat dilakukan.
Andesit dan basalt apabila dimanfaatkan sebagai batu temple/hiasan pada
tembok luar/pengganti tegel, dan ditempatkan diluar (yang tidak terlindungi
dari hujan dan panas matahari) tidak ada masalah karena kedua jenis batuan
tersebut cukup resisten.
23
Bentukan balok andesit dan basalt apabila telah disentuh oleh seniman
patung dengan rekayasa seni dapat dibentuk menjadi patung/relief yang tentu
saja akan meningkatkan nilai jual.
Untuk keperluan lainnya bongkah hasil peledakan yang ukurannya
tidak sesuai dengan ukuran konsumen dapat dipecah lagi dengan palu atau alat
mekanis (breaker/crusher) untuk disesuaikan ukurannya. Batu yang sudah
sesuai ukurannya dimuat dengan alat muat (wheel loader) dan diangkut
dengan truk ungkit kekonsumen. Secara umum, kegiatan peremukan terdiri
dari 3 kegiatan utama yaitu peremukan, pengayakan dan pengangkatan. Bagan
alir proses peremukan seperti berikut (gambar di bawah).
Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah yang
terdiri dari berbagai ukuran, missal < 10 mm, > 10 - < 20 mm, > 20 - < 30
mm, >30 – 50< mm dan sebagainya. Sebagian batu pecah tersebut
dipergunakan untuk pembangunan rumah (concrete beton) atau pun untuk alas
jalan. Untuk batu pecah kebanyakan dipergunakan spesifikasi ukuran butir
sebagai berikut: untuk batu pecah berdasarkan ukuran yang dihasilkan terdiri
dari:
1. Abu dengan ukuran < 10 mm
2. Split dengan ukuran (1 x 1 cm, 1 x 2 cm, 2 x 3 cm, 3 x 5 cm)
3. Screening dengan ukuran 2 x 10 cm
Abu yang dihasilkan tidak tercampur bahan organik. Seperti halnya pasir
andesit/pasir basalt yang bersih (tidak tercampur bahan organik) baik
digunakan untuk bahan adukan beton. Ukuran split umumnya digunakan
untuk campuran beton dan aspal. Sedangkan ukuran yang lebih besar
digunakan sebagai pelapis jalan dan pondasi.
Tempat diketemukan
24
Terdapat disepanjang jalur gunung api, baik yang masih aktif atau pun
yang sudah mati. Penyebarannya terdapat di:
1. Daerah Istimewa Yogyakarta: G. merapi, G. Gajah; G. ijo kulon progo.
2. Jawa Timur: G. Gajah Mungkur Kab. Pasuruan; ketapang lawang Kab.
Malang; Pasir putih Besuki Kab. Panarukan.
3. Kalimantan Selatan: Jimban, Tambnag,Kab. Tanah Laut, Ujung Batu P.
Laut. Kab. Kota Baru.
4. Nusa tenggara Tinur: lekebay kec. Paga Kab. Sikka
5. Sulawesi Selatan: bilibii Kec Boto nompo Kab. Gowa, Lena
Kec.Parangloe.
K) PASIR GUNUNG API
Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang
dihasilkan pada saat gunung api meletus. Komposisi mineralogi pasir gunung
api tidak jauh berbeda dengan komposisi batuan/magma asal. Pada saat
gunung api meletus material yang dilontarkan ukurannya sangat bervariasi
mulai dari bongkah sampai pasir. Pada umumnya suatu letusan yang
mendadak sangat kuat akan membentuk suatu kaldera yang sangat luas,
misalnya G. Bromo di Jawa Timur. Dengan demikian pasir yang dimuntahkan
mempunyai penyebaran yang sangat luas. Apabila letusannya tidak kuat
sehingga tidak mampu menghamburkan material yang terbawa dari dalam
perut bumi, maka pembentukan kepundan akan terjadi dan penumpukan pasir
akan terjadi disekitar kepundan. Pasir tersebut bersifat relative masih lepas,
dan pada saat turun hujan di puncak, tumpukan pasir akan longsor dan
bersama dengan air hujan akan mengalir melalui sungai yang berhulu
disekitar puncak gunung api. Aliran ini mempunya kekentalan yang tinggi
sehingga mampu mengapungkan dan menghamyutkan benda/material yang
dilalui oleh air sungai bahkan mampu meluap sampai dilembah sungai. Aliran
demikian dikenal sebagai aliran lahar dingin. Untuk menghindarkan
25
kerusakan lebih lanjut dibagian hiker sungai akibat luapan “banjir pasir” maka
dibuat checkdam. Checkdam ini dibangungun secara berurutan, sehingga pada
satu sungai sangat dimungkinkan dibangun beberapa buah checkdam. Sebagai
contoh untuk mengendalikan sungai Boyong yang berhulu dilereng puncak G.
Merapi, Jawa tengah yag mengalir melalui daeerah antara Turgo dan
Kaliurang, kearah selatan (Daerah Istimewa Yogyakarta) paling sedikit telah
dibaangun 5 buah checkdam dengan nama BOD 1 – BOD 5, fungsi lain dari
bangunan ini :
1. Menghambat dan menampung aliran pasir.
2. Menyediakan tempat sedimen pasir sehingga erosi vertical tebing sungai
dapat dicegah, pendalaman sungai dapat dihindarkan.
3. Mencegah terjadinya banjir lahar dingin.
4. Menyediakan tempat meresapnya air sungai/air hujan, sehingga ikut
berperan dalam melakukan konservasi air tanah.
Teknik Penambangan
Teknik penambangan pasir gunung api disesuaikan dengan jenis endapan,
produksi yang diinginkan dan rencana pemanfaatannya , yaitu:
1. Endapan G. Api Kuarter/Resen Pada endapan ini tanah penutup belum
terbentuk.didapatkan sepanjang alur sungai.taknik penambangan dengan
alat sederhana antara lain dengan sekop dengan pemilihan endapan secara
selektif dengan cara ini jumlah produksisangat terbatas/
2. Endapan pasir gunung api yang telah membentuk formasi endapan seperti
ini telah tertutup oleh tanah penutup/soil. Pekerjaan awal dilakukan
dengan cara land clearing/ pembersihantanah penutup. Endapan pasir jenis
ini pada umumnya sudah agak keras tercampur dengan lempung.
3. Endapan pasir pantai Endapan ini merupakan endapan lanjutan dari pasir
yang ada di sekitar muara sungai/lepas pantai. Untuk menambang
26
dipergunakan pompa hisap berkekuatan tinggi dan hasil pemompaan akan
ditampung ditongkang dan siap diangkut dan dipasarkan.
Pemanfaatan
Pemanfaatan utama pasir gunung api untuk bahan konstruksi
bangunan, persyaratan utama jika dimanfaatkan pasir harus bersih bebas dari
lemung dan zat organik.
L) BREKSI PUMICE
Breksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir kasar fragmen
breksinya merupkan pumice dengan bentuk dan ukuran sangat bervariasi,
berwarna putih abu-abu, matrik terdiri batu lempung dngan silika amorf
Teknik penambangan
Endapan breksi pumice tersingkap dipermukaan. Oleh sebab itu teknik
pelaksanaan dilakukan dengan tambang terbuka mempergunakan alat alat
sederhana. Breksi pumice mudah lapuk menghasilkan tanah warnanya
gelap.pada saat ditambang tanah ini harus dikupas lebih dulu.
Pengolahan dan Pemanfaaatan
Balok breksi pumice(breksi batu apung) diproses ditempat pemotongan batu
dengan gergaji khusus.Breksi pumice dengan ukuran 5 x 10 x 22 cm bila
dibandingkan dengan bata merah dan batako dengan dasar sifat fisiknya.
27
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam pemakaian breksi pumice sebagai
bahan bangunan kinstruksi antara lain:
1. Mempunyai kekuatan tinggi hamper 2 x kuat tekan bata merah
2. Lebih ringan dibandingkan dengan bata merah dan batako, oleh
karenanya sangat sesuai untuk bangunan bertingkat
3. Menyerap panas dengan prioritas tinggi apabila dipakai sebagai dinding
akan mudah menyerap kelembaban udara sehingga menyejukkan ruangan
disiang hari.
4. Daya hantar panas rendah, sehingga menghangatkan ruangan dimalam
harimempunyai tekstur alami yang cukup menarik.
Tempat Diketemukan
Breksi pumice terjadi karena aktifitas vulkanisme merupakan batuan
piroklastik. Dengan demikian keberadaannya disepanjang jalur vulkanik di
Indonesia. Rekayasa breksi pumice untuk bahan bangunan bernilai ekonomi
cukup tinggi baru saja dilaksanakan (pada tahun 1970-an) dengan demikian
belum dikenal masyarakat.Tempat yang sudah diketahui potensinya adalah
pada Ormasi semilir yang tersebar luas didaerah pegunungan selatan, Daerah
istimewa Yogyakarta.
28
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bahan Galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir
industri.
Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya:
1. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen,
a. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping
b. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen
lainnya
2. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api.
3. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam &
ultra basa .
4. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu &
endapan.
5. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal.
6. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf .
29
Bahwa bahan galian dari alam, terutama yang berasal dari gunung
merapi seperti : obsidian, perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu
terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, pasir gunung api, dan breksi
pumice, sangat mempunyai nilai ekonomis yang baik serta berguna dalam
kehidupan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdiana, dkk. 2010. Bahan Konstruksi Kimia. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya
2. http://bosstambang.com/Minerals/rencana-bahan-galian-industri.html 3. http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/penggolongan-bahan-galian-dan-
bahan.html4. http://dennynatalian.blogspot.com/2010/12/bahan-galian-industri.html 5. http://rizkimartarozi.blogspot.com/2011/01/bahan-galian-industri-bgi.html
30