paper artikel ekspasuas

15
PENGARUH URBAN SPRAWL TERHADAP PRILAKU KOMUTER KOTA METROPOLITAN DETABEK (DEPOK,TANGGERANG DAN BEKASI) Nita Setiawati [24013016]* Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (2014 ABSTRAK Pertumbuhan perkotaan yang cepat dengan diiringi bertambahnya populasi penduduk membuat masyarakat memilih untuk tinggal di pinggirankota karena harga lahan yang lebih murah. perkembangan pinggiran kota yang semakin meluas dan tidak terkontrol menyebabkan terjadinya Urban Sprawl yang tidak terkontrol. Pertumbuhan masyarakat di pinggir kota menimbulkan dampak negative terutama timbulnya kemacetan, polusi dan swmakin sedikitnya ketersediaan lahan karena itu perlu penataan kota yang baik dengan memperhatikan zona lahan dan penyediaan angkutan umum yang sustainable untuk mengatasi masalah kemacetan akibat prilaku komuter yang menggunakan kendaraan pribadi serta polusi akibat kemacetan 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan perkotaan yang cepat seiring dengan bertambahnya populasi penduduk menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap jumlah lahan yang digunakan , baik untuk fungsi perumahan, perkantoran dan fasilitas ekonomi lainnya . Tingginya harga lahan di perkotaan membuat masyarakat lebih memilih untuk tinggal di pinggir kota dan menyebabkan perkembangan kota menjadi meluas kedaerah pinggiran kota. Penduduk yang semula menyewa rumah dengan semakin meningkat pendapatan membuat penduduk memilih

Upload: nita-setiawati

Post on 06-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH URBAN SPRAWL TERHADAP PRILAKU KOMUTER KOTA METROPOLITAN DETABEK (DEPOK,TANGGERANG DAN BEKASI)Nita Setiawati [24013016]*Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (2014

ABSTRAKPertumbuhan perkotaan yang cepat dengan diiringi bertambahnya populasi penduduk membuat masyarakat memilih untuk tinggal di pinggirankota karena harga lahan yang lebih murah. perkembangan pinggiran kota yang semakin meluas dan tidak terkontrol menyebabkan terjadinya Urban Sprawl yang tidak terkontrol. Pertumbuhan masyarakat di pinggir kota menimbulkan dampak negative terutama timbulnya kemacetan, polusi dan swmakin sedikitnya ketersediaan lahan karena itu perlu penataan kota yang baik dengan memperhatikan zona lahan dan penyediaan angkutan umum yang sustainable untuk mengatasi masalah kemacetan akibat prilaku komuter yang menggunakan kendaraan pribadi serta polusi akibat kemacetan

1. PENDAHULUANPertumbuhan perkotaan yang cepat seiring dengan bertambahnya populasi penduduk menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap jumlah lahan yang digunakan , baik untuk fungsi perumahan, perkantoran dan fasilitas ekonomi lainnya . Tingginya harga lahan di perkotaan membuat masyarakat lebih memilih untuk tinggal di pinggir kota dan menyebabkan perkembangan kota menjadi meluas kedaerah pinggiran kota. Penduduk yang semula menyewa rumah dengan semakin meningkat pendapatan membuat penduduk memilih lokasi diluar kota agar memiliki rumah tinggal sendiri. Pemilihan lokasi hunian di pinggiran kota dengan asumsi harga lahan yang lebih murah dan kondisi udara yang masih sehat Sebagian penduduk yang berpenghasilan rendah dengan terpaksa menempati rumah tinggal yang sempit dan kumuh. Pergeseran fungsi urbanitas kepinggiran yang menjadi luas dan tersebar secara acak disebut sebagai urban sprawl. Jakarta sebgai salah satu kota metropolitan di Indonesia memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi berdampak pada kemacetan, kemiskinan dan pengngguran. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut telah mendorong kota-kota di sekitar Jakarta untuk menanggung resiko dari pertumbuhan kota (urban sprawl). Mobilitas yang semakin pesat pun tidak dapat dihidari. Ssemakin meluasnya perkotaan semakin jauh pula jarak yang harus di tempuh masyarakat untuk sampai ke pusat kota yang notabanenya adalah pusat segala aktivitas kota, termasuk sarana dan prasarana kota yang dibutuhkan .Semakin jauh tempat tinggal di pusat kota, semakin tinggi tingkat motorisasi penggunaan mobil dan jarak tempuh harian (Gallez and arfeul, 1998). Selain meningkatnya jarak tempuh dan semakin tingginya penggunaan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi kerja yang berada di pusat kerhadap masyarakat di pusat kota ota sehingga menimbulkan kemacetan. Urban Sprawl memiliki dampak yang cukup besar terhadap lingkungan selain pengurangan lahan hijau untuk pembangunan pemukiman , urban sprawl ditetapkan sebagai factor penyebab timbulnya polusi udara sejak ketergantungan terhadap kendaraan pribadi menjadi gaya hidup yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi energy fosil dan gas emisi yang ditimbulkannya selain itu juga sprawl berdampak pada isu sosial dan ekonomi terhadap masyaraka di pusat kota dan kualitas hidup di kawasan suburbanMengamati kota metropolitan Detabek (Depok , Tanggerang,Bekasi) yang merupakan daerah sprawl maka dilakukan penulisan untuk menemukan solusi terbaik untuk mengatasi perkembangan kota kota yang tidak terkontrol dan dampak yang ditimbulkan oleh urban sprawl

2. KAJIAN TEORI3.1 Urban SprawlJika diterjemahkan secara harfiah, Urban Sprawl dapat diartikan sebagai perkembangan (secara acak) perkotaan kearah sub urban (pinggiran kota) Urban Sprawl merupakan fenomena perkembangan kota yang terjadi tanpa terencana yang mengakibatkan pertambahan luas kota secara fisik kearah suburban (pinggiran kota).Penyebab utama Urban Sprawl adalah pertambahan jumlah penduduk yang sedemikian besar baik dari proses alamiah maupun urbanisasi, yang disertai meningkatnya kebutuahan tanah, sementara ketersediaan tanahh didalam kota tetap dan terbatas. Akibatnya kebutuhan ruang tidak dapat tertampung lagi di tengah kota, yang berdampak pada harga tanah menjadi tidak terhjangkau lagi. Sebagai akibatnya pendududk memilih berpindah dan berlokasi di daerah suburban.Menurut Nechyba &Walsh (2004) urban sprawl bisa mengejawantahkan dalam berbagai bentuk, mulai dari yang disebut edge cities yaitu pemukiman yang berkepadatan rendah dimana kegiatan ekonomi dan konsentrasi penduduk terkelompok du dalamnya. Urban sprawl juga bisa berbentuk komunitas terencana yang memiliki pusat kota tersendiri atau berpusat pada danau atau taman. Bentuk lainnya adalah perumahan individual yang bermunculan di wilayah wilayah yang sebelumnya merupakan wilayah pedesaan.Gejala urban sprawl secara umum kerap kali dianggap sebagai gejala masyarakat modern, terutama gejala masyarakat Amerika. Namun beberapa penulis menyatakan bahwa gejala tersebut sama tuanya dengan sejarah kota itu sendiri. Sprawl sudah terjadi sejak masa kerajaan roma . Paris pada masa raja Louis XIV dan London pada masa perang dunia pertama (Bruegmann,2005:9). Dimasa lalu, gejala ini akan muncul apabila sebuah kota telah mencapai kematangan ekonomi dan tingkat kesejahteraan penduduk meningkat. Penduduk yang mempunyai kemampuan untuk memilih akan pindah keluar kota untuk menghidari kemacetan dan polusi di tengah kota, mngurangi biaya-biaya serta mencari wilayah yang lebih luas.Saat ini alasan tersebut begeser kepada alasan mobilitas, privasi dan pilihan yang lebih banyak tersedia pada wilayah- wilayah yang lebih tersebar (Bruegmann 2005:220). Beberapa penulis mencoba menjelaskan faktor penyebab terjadinya sprawl akhirnya berfokus pada perkembangan sistem Transportasi, terutama booming kendaraan bermotor mobil) . Pada era 1970- 1988 , meningkatnya pendapatan, meningkatnya segregasi social serta terbentuknya pasar tanahFaktor yang mendorong terjadinya proses perembetan kenampakan fisik kekotaan kea rah luar (urban sprawl) antara lain dipengaruhi oleh gerak sentrifugal. Gerak sentrifugal ini mendorong gerak ke luar dari penduduk dan relokasi usahanya. Terdapat beberapa hal yang mendorong gerak sentrifugal (yunus,2006)yaitu:a. Adanya gangguan yang berulang seperti macetnya lalu lintas polusi dan gangguan bunyi menjadikan penduduk kota merasa tidak nyaman lagi untuk tinggal dan bekerja di kota,mengurangi biaya-biaya serta mencari wilayah yang luas. Saat ini lasab. Kebutuhan ruang bagi kegiatan industri modern di kota tidak dapat lagi terpenuhic. Meningkatnya sewa lahan dan biaya perawatan bangunand. Tingkat kenyamanan bermukim semakin rendah . Perumahan di dalam kota pada umumnya serba sempit, kumuh dan tidak sehat.e. Meningkatnya kesejahteraan sehingga memungkinkan setiap keluarga memiliki kendaraan bermotor dan ditunjang kemudahaan sistem pembiayaan bagi kepemilikan kendaraan bermotor.Meningkatnya kesejahteraaan juga berdampak pada timbulnya keinginan naluri untuk menguni wilayah di luar kota yang lebih alami.Selain factor pendorong, terdapat juga faktor penarik terjadinya urban sprawl berupa insentif dan kemudahan yang tersedia di suburban, yaitu:a. Murahnya harga tanah dan biaya lainnya didaerah suburb. Meningkatnya investasi infrastruktur dan fasilitas dasar di daerah suburbanc. Kondisi kehidupan yang lebih tenang di suburband. Tarif pajak yang lebih rendah di suburban

3.2 Tipe dan Karakteristik Keberadaan sprawl ditandai dengan adanya perubahan pola guna lahan yang terjadi secara serempak,seperti sebagai berikut: Single use zoningKeadaan ini menunjukan situasi dimana kawasan komersial, perumahan dan area industry saling terpisah antara satu dengan yang lain. Sebagai konsekuensinya, bidang besar tanah digunakan sebagai penggunan lahan tunggal yang saling terpisahkan antara ruang terbuka, infrastruktur atau hambatan lainnya. Sebagai hasilnya, lokasi dimana masyarakat yang tinggal, bekerja, berbelanja, dan rekreasi memiliki jarak yang terjauh, antara satu dengan yang lainnya, sehingga kegiatan berjalan kaki, transit dan bersepeda tidak dapat digunakan tetapi lebih membutuhkan mobil

Low density zoningSprawl mengonsumsi jauh lebih banyak penggunaan lahan perkapita dibandingkan perkembangan kota tradisional, karena peraturan penzonaan seharusnya menyatakan bahwa perkembangan kota seharusnya berada dalam kepadatan penduduk yang rendah. Definisi yang tepat mengenai kepadatan yang rendah ini relatif, contohnya rumah tinggal tunggal, yang sangat luas, kurang dari sama dengan 4 unit per are. Bangunan tersebut memiliki banyak penggunaan lahan dan saling berjauhan satu sama lain, terpisahkan oleh halaman rumput, landscape, jalan atau lahan parker yang luas. Lahan parkir yang luas jelas didesain untuk jumlah mobil yang banyak. Dampak dari perkembangan kepadatan penduduk yang rendah ini mengalami peningkatan secepat peningkatan populasi pula. Overall density is often lowered by leap-frog development. Pada umumnya, pengembang membutuhkan kepastian tingkat persentase bagi pengembangan lahan untuk penggunaan publik, termasuk jalan raya, lapangan parkir dan gedung sekolah. Dahulu, saat pemerintah lokal menunjuk suatu lokasi dan ternyata lahannya kurang, mereka dapat dengan mudah melakukan bernacam jenis perluasan wilayah, karena tidak ada kekuasaan yang tinggi untuk melakukan penghukuman. Pengembang privat jelas tidak memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut. Car dependent communitiesArea yang mengalami Urban sprawl biasa dikenali dengan tingkat penggunaan mobil yang tinggi sebagai alat transportasi, kondisi ini biasa disebut dengan automobile dependency. Kebanyakan aktivitas disana, seperti berbelanja dan nglaju (commutingto work), membutuhkan mobil sebagai akibat dari isolasi area dari zona perumahan dengan kawasan industri dan kawasan komersial. Berjalan kaki dan metode transit lainnya tidak cocok untuk digunakan, karena banyak dari area ini yang hanya memiliki sedikit bahkan tidak sama sekali area yang dikhususkan bagi pejalan kaki.Menurut Gillhan (2002), terdapat 4 (empat) karakteristik urban sprawl yaitu pembangunan yang menyebar/ melompat, pembangunan kawasan komersial yang memanjang kepadatan rendah dan penggunaan tunggal. Sementara dari sisi karakter penyebarannya, terdapat 3 (tiga) macam tipe urban sprawl (Hidajat,2004):a. Perembetan Konsentris ( centric Developmen)Pada tipe ini, perembetan terjadi mengikuti bagian luar daerah terbangun. Akibatnya penambahan daerah baru terlihat menyatu dengan daerah terbangun yang lama. Peranan infrastruktur tranportasi terhadap tipe ini tidak signifikan dan perembetannya pun berlangsung lambat.

b. Perembetan Memanjang (Ribbon Development)Perembetan yang terjadi terlihat tidak merata, tetapi cenderung berkembang lebih cepat pada sepanjang koridor transportasi sehingga terlihat memanjang sepanjag koridor. Kecendrungan ini yang menjadikan perembetan ini juga sebagai perkembangan pita (ribbon Development)

c. Perembetan Melompat (Leap Frog Development)Sebenarnya istilah perembatan kurang tepat dilekatkan pada tipe ini. Pertumbuhan daerah terbangun terjadi secara sporadic tanpa pola yang jelas sehingga dianggap paling tidak efisien

3.3 Dampak Urban sprawlAwalnya urban sprawl dipertimbangkan sebagai hal yang baik, yang terjadi diseluruh dunia,Sebagai contoh di Amerika, kota yang mengalami gejala urban sprawl disepadankan dengan pencapaian mimpi besar bangsa Amerika berupa ketersediaan rumah dengan halaman yang luas dengan seluruh kelengkapan fasilitasnya. Namun kemudian kondisi ini berakibat:a. Membesarnya dana yang dibutuhkan pemerintah untuk menyediaka kebutuhan infrastruktur dan fasilitas dasar,menjadikan ketergantungan pada moda kendaraan bermotor yang berdampak pada meningkatnya polusi udara, efisiensi energi yang rendah dan menurunnya tingkat kesehatanb. Berkurangnya luasan lahan pertaniaanc. Luasan daerah terbuka menjadi berkurang yang berdampak pada meningkatnya volume air limpasan dan menurunnya kedekatan social diantara penduduk (Devira, 2008).Dilihat dairi sisi transportasi urban sprawl membawa pengaruh terhadap bangkitan serta tarikan pergerakan. Menurut Tamin (2000:14) jika ditinjau lebih jauh lagi akan di jumpai kenyataan bahwa lebih dari 90 % perjalanan berbasis tempat tinggal. Hal ini berarti mereka memulai perjalanannya dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanan kembali ke rumah. Berdasarkan hal itu maka dapat dipastikan tingginya pergerakan dari arah pinggiran kota kearah pusat kota. Tingginya pergerakan tersebut terjadi karena mayoritas penduduk masih memiliki keterkaitan dengan pusat kota. Dengan meningkatnya aktivitas serta diikuti pula dengan tingginya pergerakan yang terjadi maka akan meningkatkan kebutuhan moda transportasi untuk melakukan suatu pergerakan.

3. PEMBAHASAN3.1 Fenomena Urban Sprawl Jakarta menurut realita di Indonesia khususnya Jakarta, dan wilayah pengembangan disekitarnya, Depok, Tangerang dan Bekasi memang wajar terjadi fenomena urban sprawl. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya dan perpindahan (migrasi) masyarakat dari luar Provinsi DKI Jakarta, yang ingin memperbaiki kehidupan mereka dan memilih untuk mencari pekerjaan di Jakarta ini. Untuk memiliki rumah dikawasan pusat kota tentu mahal harganya, namun tetap ingin memiliki rumah sendiri, oleh karena itu banyak dari mereka yang memilih untuk memiliki tempat tinggal dipinggiran kota. Namun tidak hanya migran yang tinggal dipinggiran kota, masyarakat asli baik yang menengah ke atas maupun menerngah kebawah juga lebih memilih tinggal dikawasan pinggiran kota, dengan alasan menjauh dari keramaian dan kemacetan. Agar lebih aman dan mengurangi konsumsi polusi dari pusat kota. Ekspansi kota Jakarta melalui Pemanfaatan dan Penggunaan lahan menyebabkan densifikasi pemukiman yang semakin besar serta populasi penduuduk yang semakin tinggi di daerah peri- urban Jakarta. Arah perkembangan lahan perkotaan terlihat sangat pesat di sepanjang koridor Jakarta- Bekasi, kemudian kearah Barat pada sepanjang koridor Jakarta-Tangerang dan paling rendah kearah Selatan sepanjang koridor Jakarta- Bogor (Hidajat,2004)

Pemilihan lokasi tempat tinggal di pinggiran kota membuat jarak perjalanan tempat tinggal mereka dengan tempat bekerja menjadi semakin jauh, masyarakat di pinggiran kota lebih cenderung menggunakan moda kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pribadi untuk menuju lokasi kegiatan mereka yang lebih terkonsentrasi di pusat kota.

Gambar: Pola distribusi perjalanan(Data : Indonesia Railway Institute Review Juni 2013)

Gambar:Penggunaan masing-masing jenis angkutan berdasarkan Jarak(Data : Indonesia Railway Institute Review Juni 2013)

Data menunjukan pola distribusi perjalanan kota Jakarta dan daerah yang berada di pinggiran (Bogor, Bekasi Tanggerang) dan penggunaan moda transportasi berdasarkan jarak paling besar adalah pemakaian kendaraan bermotor dari data terlihat semakin jauh jarak perjalanan masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum.Penggunaan kendaraan pribadi akibat urban Sprawl menimbulkan kemacetan dan polusi udara yang akan menimbulkan kerugian waktu kerana semakin lambatnya kecepatan perjalanan dan bahan bakar yang terbuang karena penundaan akibat kemacetan

4. KESIMPULANUrban Sprawl dapat diartikan sebagai perkembangan (secara acak) perkotaan kearah sub urban (pinggiran kota) Urban Sprawl merupakan fenomena perkembangan kota yang terjadi tanpa terencana yang mengakibatkan pertambahan luas kota secara fisik kearah suburban (pinggiran kota). Urban Sprawl merupakan salah satu bentuk perkembangan kota yang dilihat dari segi fisik seperti bertambahnya gedung secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya jalan, tempat parkir, maupun saluran drainase kota.. Urban sprawl terjadi karena mahalnya harga tanah di perkotaan sehingga masyarakat memilih untuk tinggal di pinggir kota yang nilai lahannya lebih murah .Keberadaan sprawl ditandai dengan adanya beberapa perubahan pola guna lahan yang terjadi secara serempak, yaitu Single-use zoning, Low-density zoning dan Car-dependent communities. Urban Sprawl menimbulkan banyak dampak negative diantaranya adalah kemacetan dan polusi udara karena pergerakan masyarakat dari pinggir kota menuju pusat kota dengan menggunakan kendaraan pribadi untuk itu di perlukan pengelolaan pengaturan tata kota yang professional dan sistem angkutan umum yang sustainable yang saling terintegrasi dengan moda lain sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi

DAFTAR PUSTAKA

OSulivan ,Arthur .2009.Urban Economic.McGraw Hill International EditionalIsnaeni, Debby Rachmi.2009. Urban Sprawl dan Lingkungan.Institut Tekhnologi BandungGlaeser. Edward l and Kahn E. Mathtew.(2008). Why do the poor live in cities? The role of public transportation. ISciend DirectIndonesia, Railway Institute Review.2013. Menatap Era Baru Perkereta Apian.Ding, Chengri and Bingham.Richard D. Beyond Edge Cities: Job Desentralization and Urban Sprawl.American political Science AsociationAquilera,Dr and Mignot,Dominique.Dr.Urban Sprawl, Polycentricm and Commuting. A Comparison of Seven French Urban Area.Urban Economic ReviewMungkasa.Oswar. Pembangunan perumahan pada penerapan model compact city di DKI Jakarta