paper analisis break even point

20
MIFTAHUL IHSAN NASIHUL KHOIR M.YUSUF SYARIFAH NADIAL HUDA L IZZATUL JANNAH J ANALISIS BREAK EVEN POINT

Upload: yusuf-darismah

Post on 09-Feb-2017

651 views

Category:

Economy & Finance


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Analisis break even point

MIFTAHUL IHSANNASIHUL KHOIRM.YUSUFSYARIFAHNADIAL HUDA LIZZATUL JANNAH J

ANALISIS BREAK EVEN POINT

Page 2: Paper Analisis break even point

PendahuluanSejatinya tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

maksimal agar keberlangsungan hidup perusahaan berjalan lebih lama. Melalui manajemen

yang baik dan efisien, perusahaan dapat mengelola dan mengambil keputusan yang berguna

bagi kelangsungan hidup perusahaan guna untuk mencapai tujuan tersebut. (Asrori. M, 2015).

Bagi semua perusahaan yang ingin survive dan sukses harus berusaha untuk

meningkatkan volume penjualan yang dicapai perusahaan, karena hal ini akan mempengaruhi

pencapaian laba usaha yang maksimal. Apabila perusahaan mampu meningkatkan volume

penjualan, maka perusahaan mempunyai kemungkinan mampu meningkatkan jumlah

keuntungan yang lebih besar, selain keuntungan yang meningkat dapat pula menaikkan

efisiensi perusahaan (Asrori. M, 2015)

Masih menurut Asrori. M (2015) yang dikutip dari Munawir (1995:184) Ukuran yang

sering dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang

diperoleh perusahaan. Sedangkan untuk dapat mencapai laba yang besar (dalam perencanaan

maupun realisasinya) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya produksi, harga jual, dan

volume penjualan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume

penjualan, volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi dan volume produksi ini

akan langsung mempengaruhi biaya. Oleh karena itu dalam perencanaan, hubungan antara

biaya, volume dan laba memegang peranan yang sangat penting.

Salah satu pendekatan yang digunakan manajemen dalam perencanaan laba adalah

metode titik impas (break even point). Metode break even point (BEP) erat kaitannya dengan

hubungan biaya, volume, dan laba yang merupakan teknik untuk menggabungkan,

mengkoordinasikan, dan menafsirkan data produksi dan distribusi untuk membantu

manajemen dalam mengambil keputusan. Impas sendiri diartikan keadaan suatu usaha yang

tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dapat pula dengan kata lain suatu usaha

dikatakan impas jika pendapatan sama dengan jumlah biaya. (Asrori. M, 2015)

Menurut Asrori. M (2015) yang dikutip dari Bambang Riyanto (1997:359) Dengan

demikian metode BEP adalah suatu alat yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara

biaya tetap, biaya variabel keuntungan, dan volume penjualan. Melalui metode BEP,

perusahaan dapat dengan mudah menentukan volume penjualan yang dibutuhkan untuk

mencapai tingkat laba yang diinginkan. Metode BEP atau titik impas merupakan teknik

analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya total, laba yang diharapkan dan volume

penjualan.

Page 3: Paper Analisis break even point

Secara umum metode BEP ini juga memberikan informasi mengenai margin of safety

yang mempunyai kegunaan sebagai indikasi dan gambaran kepada manajemen berapakah

penurunan penjualan dapat ditaksir sehingga usaha yang dijalankan tidak menderita rugi.

Untuk dapat menggunakan metode BEP, biaya yang terjadi harus dipisahkan menjadi

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dan

bertambah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya variabel adalah biaya yang

jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Apabila suatu

industri hanya mempunyai biaya variabel, maka tidak akan muncul masalah break even

dalam industri tersebut. Masalah break even baru muncul apabila suatu industri disamping

mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara

totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya

biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume

produksi. (Asrori. M, 2015)

Page 4: Paper Analisis break even point

A. Pengertian Break Even Point (BEP)

BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan

tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total

biaya). Metode BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah

mencapai titik BEP, akan tetapi metode BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman

perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan

kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Menurut Asrori. M (2015) yang dikutip dari Bambang Riyanto (1995:359). Analisis

break even point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap,

biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisis tersebut mempelajari

hubungan antara biaya keuntungan – volume kegiatan, maka analisis tersebut sering pula

disebut “Cost – Profit – Volume analysis (C. P. V analysis). Dalam perencanaan keuntungan,

analisis break even point merupakan “profit – planning approach” yang mendasarkan pada

hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue).”

Menurut Isaskar. R (2012) yang dikutip dari Munawir (1986) dan Rosyandi (1985)

analisa break even point merupakan suatu analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat

penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita

kerugian (keuntungan=0). Melalui analisa BEP dapat dibuat perencanaan penjualan,

sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami

kerugian. Selanjutnya karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP

atau titik impas.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan dengan kata lain, pada keadaan

break event point keuntungan atau kerugian sama dengan Nol (0) yaitu:

- Suatu kondisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, atau

- TR (total revenue)= TC (total cost), dimana laba = 0

B. Tujuan Break Even Point (BEP)

Tujuan BEP menurut Isaskar. R (2012) yang dikutip dari Prawirasentono (1997)

diantaranya:

1. Menentukan jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan

tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah

produksi minimum yang harus dibuat.

Page 5: Paper Analisis break even point

2. Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah

direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk

memperoleh laba tersebut.

3. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari

BEP.

4. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau

tingkat produksi.

C. Asumsi-asumsi dalam Break Even Point (BEP)

Menurut Asrori. M (2015) yang dikutip dari Munawir (1995: 197) asumsi-asumsi

dasar yang digunakan dalam analisa break even antara lain sebagai berikut:

1. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya

tetap dan biaya variabel dan prinsip variabelitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.

Pada prakteknya untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dengan tepat

bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah karena ada beberapa biaya yang sifatnya

banci yaitu biaya yang mempunya sifat variabel dan sifat tetap (semi varibel atau semi

tetap).

2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samai tingkat kapasitas penuh.

Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan

berhenti operasi.

3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposional (sebangding) dengan

perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan.

4. Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan barang yang

dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.

5. Bahwa hanya ada satu barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu

macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.

D. Metode / Teknik Perhitungan Break Even Point (BEP)

Alat analisis yang biasa digunakan dalam mencari tingkat break even point

diantaranya pendekatan matematis dan pendekatan grafis. (Isaskar. R, 2012).

Page 6: Paper Analisis break even point

Perhitungan BEP dengan pendekatan matematis menggunakan rumus aijabar dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) atas dasar unit dan (b) atas dasar nilai penjualan dalam

rupiah.

Perhitungan BEP atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

BEP (Q )= FCP−VC (1)

Dimana :

P = harga jual per unit

V = biaya variabel per unit

FC = biaya tetap

Q = jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.

Perhitungan break-even point atas dasar nilai penjualan dalam rupiah dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:

BEP= FC

1−VCp

(2)

dimana:

FC = biaya tetap

VC= biaya variabel

P = harga jual per unit

Penerapan sederhana sebagai contoh: suatu bisnis untuk memproduksi suatu produk

membutuhkan biaya tetap Rp. 300.000,- dan membutuhkan biaya variable Rp. 40,- per unit

serta produknya dijual dengan harga Rp. 100,- per unit. Dengan perhitungan matematis dapat

kita hitung :

BEP (unit )= 300.000100−40 = 5000 unit

BEP (rupiah )=300.000

1− 40100

= Rp. 500.000

Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan hasil ke dalam

sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total

yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis hasil penjualan.

Page 7: Paper Analisis break even point

Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu

X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu

Y)

Contoh lain, berikut diberikan ilustrasi atau gambaran dari perusahaan Clom Giriwil yang

memproduksi barang “X” yang memiliki kapasitas produk 240.000 satuan, data budget untuk tahun

2013 adalah sebagai berikut :

Page 8: Paper Analisis break even point

Firma “Clom Giriwil”Budget Rugi-Laba

Tahun 2013

Budget penjualan (200.000 satuan @ 250,-)………………………………………………….. Rp. 50.000.000

Budget Biaya Tetap VariabelBahan langsung Rp.9000.0000Tenaga Langsung Rp.10.000.000Overhead pabrik Rp.7000.000 Rp.3000.000Biaya administrasi Rp.6000.000 Rp.1000.000Biaya distribusi Rp.5000.000 Rp.3000.000Jumlah Rp.18.000.000 Rp.26.000.000 =Rp.44.000.000Laba yang dibudgetkan Rp.6000.000

Dengan menggunakan data pada perusahaan Clom Giriwil di atas, mka jumlah barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai mencapai break even point adalah :

Rp 18.0000.000 = 150.000 satuanRp 250-Rp 130

Budget Laba-Rugi dari perusahaan “Clom Giriwil” tersebut di atas dapat disederhanakan sebagai berikut:

Penjualan (200.000 @Rp 250,-) = Rp 50.000.000 = 100%Jumlah biaya variabel Rp 26.000.000 = 52%

Marginal Income Rp 24.000.000 = 48%Total Biaya Tetap Rp 18.000.000 = 36%

Laba Rp 6000.000 = 12%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwaa. Setiap penjualan sebesar Rp.100 maka Rp 52 merupakan biaya variabel (hasil penjualan

yang diserap oleh biaya variabel), jika perusahaan tidak berproduksi (berhenti), maka biaya

variabel ini tidak akan timbul, 52 % adalah ratio antara biaya variabel dengan hasil penjualan

yang disebut juga “Variabel Cost Ratio”.

b. Setiap penjualan sebesar Rp 100 maka yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap

sebesar Rp 48 atau 48% biaya tetap ini akan selalu timbul dalam jumlah yang tetap baik

perusahaan berproduksi maupun tidak. 48% merupakan ratio antara margin dengan hasil

Page 9: Paper Analisis break even point

penjualan yang disebut marginal income ratio atau P/V ratio yang memberikan informasi

bahwa 48% dari penjualannya tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba.

Dalam keadaan BEP laba perusahaan adalah nol, maka dari itu dengan membagi jumlah

biaya tetap dengan marginal income rationya akan diperoleh tingkat penjualan (dalam rupiah)

yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita rugi ataupun memperoleh laba (break

even), sehingga kalau marginal income rationya diketahui maka titik break even dalam rupiah

akan lebih mudah ditentukan dengan rumusL

Break Even = Biaya Tetap

(dalam rupiah penjualan) Marginal income Ratio

Dengan data pada perusahaan Clom Giriwil tersebut dapat ditentukan tingkat break evennya

sebagai berikut:

Rp 18.000.000 atau Rp 18.000.000 = Rp 37.500.000

48% 1-52%

Marginal Income Ratio adalah Ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya,

sedangkan marginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel, atau

dengan cara lain marginal income ratio dapat dituliskan sebagai berikut:

MIR = Hasil Penjualan-Biaya Variabel

Hasil Penjualan

= Hasil Penjualan - Biaya Variabel

Hasil Penjualan Hasil Penjualan

= 1- Biaya Variabel

Hasil Penjualan

Page 10: Paper Analisis break even point

Dengan demikian untuk menentukan penjualan pada tingkat break even dalam rupiah dapat pula

ditentukan dengan rumus:

Break Even = Biaya Tetap

(dalam rupiah hasil penjualan) 1- Biaya Variabel

Penjualan

Dari data penjualan Clom Giriwil tersebut, maka tingkat penjualan yang harus dicapai agar

perusahaan tidak menderita kerugian maupun memperoleh laba adalah :

Rp 18.000.000

Rp 26.000.000 Rp 37.500.000

Rp 50.000.000

Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break

even dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat break even dengan

harga jual per satuan barang tersebut ( Rp 37.500.000 = 150.000 satuan)

Rp 250

Titik break even untuk perusahaan Clom Giriwil pada tahun 2013 sebesar Rp. 37.500.000

atau 150.000 satuan barang . artinya jika perusahaan tersebut hanya mampu menjual

barangnya sebanyak 150.000 dengan harga jual per satuan Rp.250 perusahaan tidak akan

memperoleh laba, tetapi juga tidak menanggung kerugian hal ini bisa dibuktikan sebagai

berikut:

Penjualan…………………………………………. Rp 37.500.000

Biaya Tetap……………………… Rp 18.000.000

Biaya Variabel

52% x Rp 37.500.000 = Rp 19.500.000

Rp 37.500.000

Laba……………………………………………... Rp 0

Page 11: Paper Analisis break even point

MARGIN OF SAFETY

Selisih antara penjualan yang dibudgetkan atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan

pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan

dalam melakukan penurunan penjualan.

Margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio (prosentase) antara penjualan menurut

budget dengan volume penjualan pada tingkat break even, atau dalam prosentase (ratio) dari

selisih antara penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat break even dengan

penjualan yang dibudgetkan itu sendiri.

Rumusnya adalah

1. Penjualan per Budget %

Penjualan per Break Even

2. Penjualan per Budget-Penjualan per Break Even %

Penjualan per Budget

Dengan data Clom Giriwil maka kita dapat nyatakan sebagai berikut

1. Rp 50.000.000 x 100% = 133,33%

Rp 37.500.000

2. Rp 50.000.000-Rp 37.500.000 x 100% = 25%

Rp 50.000.000

Hal ini menunjukan bahwa penjualan Clom Giriwil tidak boleh turun lebih dari 25% dari

penjualan yang direncanakan, atau 33,33% dari tingkat penjualan break even yang telah

ditentukan agar perusahaan tidak menderita rugi.

Margin of Safety penjualan tersebut kita nyatakan dalam hasip penjualan atau jumlah

satuan penjualan untuk taun 2013 adalah :

1. 33,33% x Rp. 37.500.000 = Rp. 12.500.000 atau 50.000 satuan

2. 25% x Rp 50.000.000 = Rp. 12.500.000 atau 50.000 satuan

Tingkat atau volume Clom Giriwil yang harus dicapai tidak boleh turun lebih dari Rp.

12.500.000 atau 50.000 satuan dari penjualan yang direncanakan agar perusahaan tidak rugi

dan belum untung. Perusahaan telah merencanakan penjualan Rp. 50.000.000 atau 200.000

satuan, maka penjualan harus mencapai Rp 50.000.000-Rp 12.500.000= 37.500.000 atau

200.000 satuan-50.000 satuan = 150.000 satuan.

Page 12: Paper Analisis break even point

KENAIKAN BIAYA VARIABEL

Diasumsikan perusahaan Clom Giriwil mengalami kenaikkan biaya variabel sebesar 10%,

maka dapat dihitung break even yang baru adalah

= biaya tetap

1- biaya variabel x 110%

Penjualan

= Rp 18.000.000

1- Rp 26.000.000 x 110%

Rp 50.000.000

= Rp 42.056.075 atau 168.225 satuan

Dalam satuan barag dapat ditentukan dengan rumus

= Jumlah biaya tetap

Marginal Income per Satuan

= Rp 18.000.000

Rp 250- (Rp 130 x 110%)

= Rp 18.000.000 x 1 satuan

Rp 107

= 168.225 satuan

ANALISIS BEP DAN KEPUTUSAN INVESTASI

Berikut adalah data perhitungan Laba-rugi Clom Giriwil

Penjualan………………………………………………… Rp 1000.000

Harga Pokok & biaya operasi:

Biaya Tetap………… Rp 306.000

Biaya Variabel……… Rp 640.000

Rp 946.000

Keuntungan Rp 54.000

Page 13: Paper Analisis break even point

Jika investasi tambahan ini dilaksanakan, maka biaya tetapnya akan berubah dari 306.000

menjadi 414.000 per tahun, sedangkan biaya variabelnya tetap seperti semula yaitu 64% dari

penjualan

Tingkat BEP sebelum investasi adalah

TBE = Rp 306.000 = Rp. 850.000

1- Rp 640.000

Rp 1000.000

Tingkat BEP setelah investasi adalah

TBE = Rp 414.000 = Rp 1.150.000

1- Rp 640.000

Rp 1000.000

Dengan adanya investasi maka harus dapat menaikkan penjualan menjadi Rp.1.150.000 dari

sebelumnya Rp. 1000.000 sebelum perusahaan memperoleh keuntungan.

Langkah kedua adalah menentukan tingka penjualan yang harus dicapai Clom Giriwil untuk

memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang yaitu

Rp 54.000

TBE = Rp. 414.000+ Rp 54.000 =Rp 1.300.000

1- Rp. 640.000

Rp 1000.000

Jadi, untuk memperoleh laba yang diperoleh agar sama dengan yang saat ini, perusahaan

harus mamu menjual produk sebesar Rp. 1.300.000

ANALISIS BREAK EVEN DAN KEPUTUSAN MENUTUP USAHA

Kegunaan brek even bagi manajemen adalah salah satunya untuk pengambilan keputusan

menutup usaha atau tidak

Page 14: Paper Analisis break even point

Shut Down point = Biaya tetap tunai

(dalam satuan penjualan) marginal income per satuan

Jika diketahui dari data Clom Giriwil fixed Cost Rp 18.000.000 yang Rp. 12.000.000

merupakan biaya tunai, maka penjualan minimal yang harus dilakukan agardapat menutupi

biaya tunai (shut down point) adalah

Rp 12.000.000 x 1 satuan = 100.000 satuan

Rp 250- Rp 130

Untuk mengetahui jumlah rupiah penjualan dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah

satuan tersebut dengan harga jual per satuan (100.000 x Rp. 25.000.000) atau dengan rumus

Shut down point = biaya tetap tunai

(dalam rupiah penjualan) 1- biaya variabel

Hasil penjualan

Sehingga jumlah rupiah penjualan adalah

Rp 12.000.000 = Rp 25.000.000

1- Rp 26.000.000

Rp 50.000.000

Page 15: Paper Analisis break even point

Sumber:

Asrori, M. 2015 Metode Break Even Point (BEP) Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek . UNS. Diakses pada tanggal 15 November 2015 dari https://www.academia.edu/8281238/Metode_Break_Even_Point_BEP

Isaskar, R. 2012. Modul 9 Manajemen Keuangan: Break Even Point. Universitas Brawijaya. Diakses pada tanggal 15 November 2015 dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAAahUKEwjvhZqd2ZLJAhWTHI4KHTAWBHI&url=http%3A%2F%2Fdwiretno.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2009%2F10%2FMK_9_Break-Even-Point.docx&usg=AFQjCNGQEXriqOs0PFRtru6lIedCd3qARA&sig2=ghtTj2I1E5Vb0-gQILbzJg&bvm=bv.107467506,d.c2E