pangan dan perbaikan gizi · web viewsedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat...

77
PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Upload: others

Post on 04-Mar-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Page 2: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,
Page 3: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

BAB VII

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana dinyatakan di dalam GBHN, maka usaha pening-katan produksi pangan seperti beras dan palawija, produksi pangan yang berasal dari hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan me- nuju swasembada sekaligus memperbaiki mutu makanan khususnya dengan memperbesar penyediaan protein baik nabati maupun he- wani. Peningkatan produksi pangan juga diarahkan untuk memperbaiki tingkat hidup petani, memperluas kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen.

Di dalam Repelita III penyediaan pangan dan perbaikan gi- zi; yang cukup memadai dan terjangkau oleh daya beli rakyat dalam rangka usaha peningkatan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat secara merata dan adil telah mencapai hasil-hasil yang cukup menggembirakan. Keberhasilan tersebut dapat dicapai oleh karena telah ditunjang oleh kegiatan-kegiatan terpadu diberbagai bidang lainnya terutama peningkatan produksi pa- ngan, kesehatan, pendidikan, penerangan dan kependudukan.

Adapun kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang Pangan dan Perbaikan Gizi Repelita III adalah: Pertama, meningkatkan penyediaan pangan secara merata dan mencukupi kebutuhan gizi serta terjangkau oleh daya beli rakyat. Kedua, menganekara-gamkan pola konsumsi pangan rakyat dengan mengusahakan agar konsumsi bahan pangan selain beras terus meningkat. Ketiga, meningkatkan keadaan, atau status gizi rakyat dengan mengusa-hakan langkah-langkah yang menyebabkan berkurangnya penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi.

Uraian di bawah ini akan memberikan gambaran berkenaan dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah ditempuh serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam bidang pengadaan pangan dan perbaikan gizi selama Repelita III umumnya dan da- lam tahun 1983/84 khususnya.

449

Page 4: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

B. PENGADAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN

1. Kebijaksanaan dan langkah-langkah

Kebijaksanaan pengadaan dan distribusi pangan dalam Repe-lita III ditujukan untuk menjaga agar penyediaan pangan dise-luruh tanah air dapat dilaksanakan dengan lancar dan merata sehingga harga pangan pada umumnya terjangkau oleh daya beli rakyat, memberikan imbalan yang layak atas usaha para petani dan perkembangannya tidak bergejolak. Dengan demikian setiap kebijaksanaan dan langkah dalam pengadaan dan distribuai pa-ngan selama masa tersebut selalu ditujukan untuk menjaga agar harga pangan dapat stabil pada tingkat yang wajar dan memadai baik bagi para petani produsen maupun bagi para konsumen.

Dalam usaha mewujudkan kebijakeanaan agar para petani memperoleh harga yang wajar maka untuk gabah yang mereka jual selama Repelita III ditetapkan harga dasarnya. Berkaitan de-ngan ini demi menjaga peningkatan pendapatan para petani pro-dusen tersebut dari tahun ke tahun, di samping juga agar para petani yang bersangkutan tidak dirugikan oleh perkembangan harga barang-barang lain yang mereka perlukan, maka setiap tahun diadakan penyesuaian harga dasar untuk gabah tersebut. Selanjutnya, dalam periode Repelita III telah pula ditetapkan harga dasar beberapa komoditi palawija seperti jagung, kacang kedele dan kacang hijau. Kebijaksanaan penetapan harga itu dimaksudkan untuk menggairahkan usaha-usaha peningkatan pro-duksi dan sekaligus juga untuk meningkatkan kesejahteraan pa-ra petani produsen.

Di samping kebijaksanaan harga dasar, untuk menjaga agar harga beras selalu terjangkau oleh masyarakat luas maka dite-tapkan pula harga batas tertinggi untuk beras, yang secara berkala disesuaikan dengan perkembangan harga dasar yang te-lah ditentukan.

Dalam usaha pelaksanaan kebijaksanaan tersebut di atas maka dalam musim panen, yaitu diwaktu harga padi, gabah dan beras cenderung menurun hingga berada di bawah harga dasar, diadakan pembelian di daerah-daerah produksi padi. Sedangkan di musim paceklik, yaitu apabila harga-harga cenderung untuk meningkat sehingga melampaui harga batas tertinggi, maka per-sediaan tersebut dijual ke pasaran umum.

Selama Repelita III langkah-langkah yang diambil untuk melaksanakan kebijaksanaan di atas dapat dikemukakan sebagai berikut.

450

Page 5: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

a. Harga Dasar

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, dalam Repelita III, setiap tahun harga dasar gabah selalu disesuaikan. Demi-kian pula halnya untuk tahun 1983/84 harga dasar gabah telah ditingkatkan selaras dengan perkembangan harga barang- barang lainnya.

Dalam Tabel VII - 1 tampak bahwa harga dasar gabah kering giling tahun 1983/84 telah ditingkatkan sebesar 7,4% dari ta-hun sebelumnya. Peningkatan ini dimaksudkan agar pendapatan petani selalu bertambah secara nyata sehingga mereka selalu bergairah untuk meningkatkan produksi. Tabel tersebut juga menunjukkan peningkatan harga gabah selama Repelita III seca- ra bertahap sehingga pada akhir Repelita III terjadi pening-katan hampir dua kali lipat dari keadaan pada akhir Repelita II.

Seperti halnya dalam tahun-tahun sebelumnya, penyesuaian harga dasar gabah ini dilaksanakan menjelang panen musim hu-jan yaitu pada saat panenan akan mencapai puncaknya. Pada waktu itu mereka dapat menjual gabahnya dengan harga dasar yang berlaku ke KUD (Koperasi Unit Desa) yang wilayah kerja- nya mencakup tempat tinggal petani yang bersangkutan. Namun demikian para petani produsen yang bersangkutan tetap mempu-nyai kebebasan untuk menjual hasil panennya bukan kepada KUD jika harganya berada di atas harga dasar. Kebijaksanaan ini ternyata sangat menguntungkan petani produsen karena pada waktu itu umumnya harga pasar menurun menjadi lebih rendah dari harga dasar yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang di-utarakan di atas, dalam mengusahakan agar para petani dapat menikmati manfaat dari kebijaksanaan harga ini, peranan dan kegiatan KUD dalam struktur perekonomian di daerah pedesaan selama Repelita III juga semakin ditingkatkan. Berkenaan de-ngan itu pula, karena pada umumnya transaksi jual beli dila-kukan di tempat-tempat penyimpanan KUD, maka sejak tahun 1979/80 hanya ditetapkan harga gabah kering giling yang ber-asal dari petani pada tingkat KUD saja. Dengan demikian pene- tapan harga dasar gabah pada tingkat desa telah ditiadakan.

Walaupun harga dasar gabah dalam tahun 1983/84 telah di-tingkatkan sebesar 7,4% dari tahun sebelumnya namun terdapat penurunan pembelian gabah dan beras dalam negeri. Hal ini tercermin dalam Tabel VII-2. Penurunan tersebut terutama di-sebabkan oleh kurang baiknya produksi padi dalam negeri pada

451

Page 6: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 1

PERKEMBANGAN HARGA DASAR PADI/GABAH, 1978/79 - 1983/84

(Rp/Kg)

1) Berlaku mulai 1 Pebruari 19792) Berlaku mulai 2 Mei 19793) Angka diperbaiki

452

Page 7: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 2

PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERI DAN IMPOR BERAS,1978/79 - 1983/84

(ribu ton beras)

*) Angka diperbaiki

453

Page 8: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

tahun yang bersangkutan; sehingga menyebabkan harga pasar se-ringkali berada di atas harga dasar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mencukupi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri dan keperluan cadangan pada tahun yang bersangkutan telah dilakukan peningkatan impor. Namun demikian angka impor pada tahun kedua, ketiga dan keempat Repelita III menunjukkan penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita II dan tahun pertama Repelita III yakni penurunan sekitar 17 - 46%.

Berkurangnya pengadaan gabah dan beras dalam negeri pada tahun 1983/84 itu adalah sebagai akibat dari menurunnya peng-adaan yang berasal dari propinsi-propinsi penghasil beras utama yang perinciannya tercermin dalam Tabel VII - 3, seper-ti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Su-lawesi Selatan. Demikian pula halnya pengadaan dari beberapa propinsi lainnya, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan dari propinsi Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kaliman-tan Timur dan Sulawesi Utara pada tahun 1983/84 tidak diada-kan pembelian. Pada tahun itu Riau muncul sebagai daerah pengadaan baru dan Sumatera Selatan sumbangan pengadaannya hampir dua kali dari tahun sebelumnya.

Di samping penetapan harga dasar untuk gabah, seperti pa-da tahun-tahun sebelumnya dalam Repelita III, maka dalam ta-hun 1983/84 juga telah ditetapkan harga dasar untuk jagung, kacang kedelai dan kacang hijau yang besarnya sama dengan ta-hun sebelumnya. Peningkatan tersebut tidak terjadi karena harga pasar hampir selalu lebih tinggi dari harga dasar yang bersangkutan. Dengan alasan yang serupa harga dasar untuk ka-cang tanah malahan sejak tahun sebelumnya telah ditiadakan.

b. Harga Batas Tertinggi

Untuk menjaga agar harga beras selalu terjangkau oleh ma-syarakat luas maka selama Repelita III juga ditetapkan harga batas tertinggi untuk beras. Harga ini selalu ditinjau secara berkala dan disesuaikan dengan kebijaksanaan harga dasar yang berlaku. Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya dalam Re-pelita III, maka dalam tahun 1983/84 harga batas tertinggi ini telah disesuaikan pula dan penyesuaian tersebut dibagi ke dalam tiga daerah, yaitu daerah surplus, swasembada dan defi-sit yang tercermin di dalam Tabel VII - 4. Daerah surplus me-liputi seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Daerah-daerah itu pada tahun 1983/84 telah mengalami peningkatan harga sebesar 18,5% dari tahun sebelumnya. Untuk

Page 9: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 3

HASIL PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERIMENURUT DAERAH TINGKAT 1,

1978/79 - 1983/84(ton setara beras)

*) Angka diperbaiki

455

Page 10: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 4HARGA BATAS TERTINGGI BERAS,

1978/79 - 1983/84(Rp/kg)

*) Angka diperbaiki

456

Page 11: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

daerah swasembada, yang meliputi Aceh, Sumatera Barat, Lam-pung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur, peningkatan tersebut adalah 16,1%. Sedangkan untuk daerah defisit, yang mencakup Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan (kecuali Kalimantan Selatan), Sulawesi Utara, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur peningkatannya sekitar 17,2%. Selanjutnya pening-katan harga batas tertinggi beras selama Repelita III meng-alami perkembangan berturut-turut sebesar 17,7%, 16,1% dan 16,4% masing-masing untuk daerah surplus, swasembada, dan defisit.

Penyaluran beras ke pasaran umum sebagai "operasi pasar" dilaksanakan untuk menjaga agar harga beras selalu berada di bawah atau paling tinggi sama dengan tingkat harga batas ter-tinggi yang ditetapkan guna menekan laju inflasi dan melin-dungi konsumen dari melonjaknya harga. Antara masing-masing daerah surplus, daerah swasembada dan daerah defisit beras selama Repelita III diadakan perbedaan terhadap harga batas tertinggi yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk mendorong ke-giatan perdagangan beras oleh pihak swasta. Secara bertahap langkah ini juga membantu mengurangi subsidi pangan.

Kegiatan penyaluran ke pasaran umum dilaksanakan di dae-rah-daerah yang harga berasnya cenderung mendekati harga ba-tas tertinggi. Peningkatan harga beras tersebut terjadi kare-na berkurangnya persediaan beras yang ada di masyarakat yang disebabkan oleh menurunnya produksi atau adanya bencana alam. Perkembangan harga batas tertinggi beras pada tahun 1983/84 dibandingkan dengan tahun 1978/79 pada Tabel VII - 4 menun-jukkan bahwa untuk daerah surplus telah meningkat menjadi 224,6%, untuk daerah swasembada 209,7% sedangkan untuk daerah defisit 212,5%. Hal ini mencerminkan bahwa untuk mendorong para petani meningkatkan produksinya harga batas tertinggi di daerah surplus dinaikkan relatif lebih tinggi dibanding de-ngan daerah lainnya. Selanjutnya, perbedaan harga antara dae-rah surplus dengan daerah defisit beras untuk tahun 1983/84 telah dapat ditekan menjadi hanya 6,25%, sedangkan untuk ta-hun 1978/79 atau akhir Repelita II perbedaan ini masih sebe-sar 12,28%. Dengan demikian pada akhirnya perbedaan harga ba-tas tertinggi untuk masing-masing daerah menjadi semakin wa-jar.

Jumlah penyaluran beras untuk golongan anggaran telah me-ningkat cukup tajam sejak tahun anggaran 1981/82, yaitu dari 805 ribu ton pada tahun sebelumnya menjadi sebesar 1.409 ribu ton pada tahun 1983/84 dibandingkan dengan 649 ribu ton pada

457

Page 12: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

tahun 1980/81 dan 627 ribu ton pada akhir Repelita II, seper-ti terlihat dalam Tabel VII - 5. Hal ini disebabkan mulai di-laksanakannya Keppres No. 9 tahun 1982 tentang pemberian tun-jangan bahan pangan kepada pegawai negeri, anggota ABRI dan para pensiunan; kepada mereka itu sebelumnya untuk daerah-daerah tertentu diberikan tunjangan dalam bentuk uang. Se-dangkan besarnya lonjakan dalam penyaluran beras kepasaran umum untuk pelaksanaan operasi pasar antara lain dipengaruhi oleh situasi hasil panen, cadangan pangan masyarakat yang re-latif kecil serta terdapatnya kecenderungan harga pasar beras untuk mendekati harga batas tertinggi. Pengaruh-pengaruh tersebut membutuhkan operasi pasar disuatu daerah tertentu pada suatu saat.

Seperti tampak pada Tabel VII - 5, penyaluran ke pasaran umum pada tahun 1983/84 sangat rendah, yaitu sebesar 375 ri-bu ton, dibandingkan dengan tahun sebelumnya sekitar 1,5 juta ton dan pada akhir Repelita II sekitar 1,0 juta ton. Pembaha-san tentang tingkat harga pasar akan dikemukakan dalam urai-an-uraian selanjutnya.

c. Sarana Penyangga

Untuk dapat menguasai dan menjaga stabilitas perkembangan harga pangan di seluruh tanah air diperlukan sarana penyangga dalam jumlah yang memadai. Dengan demikian kegiatan-kegiatan penyediaan dan penyaluran ke seluruh wilayah dapat dilaksana-kan dengan lancar pada setiap waktu dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, tanpa dipengaruhi oleh kekurangan yang ter-jadi karena serangan hama, kekeringan, banjir ataupun bencana alam lainnya. Kalaupun hal ini terjadi, dengan tersedianya sarana penyangga yang memadai akan segera dapat ditanggulangi dan dikuasai sedini mungkin.

Berdasarkan ketentuan tingkat cadangan nasional terendah yang cukup aman yang memperhitungkan berbagai faktor, seperti produksi, bencana alam, lamanya pengiriman dan lain-lain, ma-ka selalu disiapkan cadangan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penyaluran sepanjang tahun atau paling sedikit un-tuk tiga bulan penyaluran.

Pembelian gabah dan beras untuk sarana penyangga tersebut berasal dari pembelian dalam negeri ditambah dengan sebagian dari beras impor, baik yang berupa bantuan pangan maupun pem-belian komersial. Besarnya impor beras dalam setiap tahun sa- ngat tergantung pada keberhasilan pengadaan dalam negeri pada tahun yang bersangkutan, sedangkan hasil pengadaan ini diten-

458

Page 13: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 5JUMLAH PENYALURAN BERAS,

1978/79 - 1983/84(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

459

Page 14: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

tukan oleh tingkat produksi dalam negeri pada tahun yang sama.

Guna mendukung usaha pemantapan kebijaksanaan sarana pe-nyangga juga dibangun gudang-gudang pangan, disamping keadaan mutunyapun terus ditingkatkan. Di samping itu, khusus untuk daerah pedesaan telah diusahakan penyediaan fasilitas perkre-ditan untuk memungkinkan KUD membangun gudang pangan yang bersangkutan.

Selanjutnya, untuk menjamin terlaksananya kebijaksanaan harga dasar dan sarana penyangga tersebut di atas, setiap ta- hun telah disediakan sejumlah kredit pembelian gabah kering giling yang disalurkan melalui KUD yang akan membeli dari pa-ra petani. Dengan demikian, apabila sewaktu-waktu harga pasar lebih rendah dari harga dasar, para petani produsen tersebut dapat dengan mudah menjual gabahnya kepada KUD secara tunai dan sekaligus kebutuhan akan penyediaan sarana penyangga da-pat terpenuhi.

1) Pengadaan Sarana Penyangga

Pembelian gabah dalam negeri dan impor beras yang sebagi- an dipakai untuk sarana penyangga, perkembangannya sejak akhir Repelita II sampai Repelita III dapat dilihat dalam Ta-bel VII - 2.

Pada awal Repelita III produksi padi tidak meningkat se-bagaimana yang diharapkan semula, sehingga pembelian gabah dan beras di dalam negeri merosot menjadi 50% jika dibanding-kan dengan tahun sebelumnya. Berkaitan dengan ini, untuk da- pat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sarana penyangga, pa-da tahun 1979/80 telah diimpor beras sekitar 2.606 ribu ton dan ini merupakan angka tertinggi yang pernah dilakukan. Na-mun demikian pada tahun berikutnya produksi beras meningkat cukup tinggi yaitu sekitar 13% sehingga pengadaan beras di dalam negeri dapat ditingkatkan hingga mencapai 5 (lima) kali lipat dibanding dengan tahun sebelumnya dan impor beraspun dapat ditekan menjadi hanya 1.196,1 ribu ton saja. Demikian pula halnya pada tahun ketiga dan keempat Repelita III pro- duksi telah meningkat sehingga pengadaan mencapai sekitar 1,5 - 2,0 juta ton.

Pada tahun 1983/84 terdapat musim kemarau yang panjang sehingga pengadaan beras di dalam negeri tidak sebaik tahun- tahun sebelumnya, Akibatnya pembelian gabahpun hanya mencapai sebesar 1.195,7 ribu ton, yang berarti terjadi penurunan se- besar 38% dari tahun aebelumnya. Sehubungan dengan ini, untuk

Page 15: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

dapat memperkuat sarana penyangga dan pengamanan harga bahan kebutuhan pokok, telah diimpor beras sebanyak 1.114,6 ribu ton. Pada dua tahun sebelumnya impor tersebut hanya meliputi sekitar 400-500 ribu ton saja.

Rata-rata jumlah cadangan awal ditambah dengan pembelian dalam negeri dan pengadaan luar negeri melalui impor merupa-kan sarana penyangga pangan nasional. Selama Repelita II be-sarnya sarana penyangga tersebut rata-rata 2,5 juta ton per tahun, sedangkan pada Repelita III untuk mengusahakan semakin mantapnya pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar dan harga ba-tas tertinggi maka sarana penyangga ini telah ditingkatkan menjadi 3,5 juta ton per tahun.

2) Pembangunan Gudang-gudang

Guna mengamankan sarana penyangga tersebut di atas dan sekaligus guna menyebarluaskan cadangan pangan ke seluruh wi-layah tanah air, pembangunan gudang penyimpanan baru, baik di pusat-pusat konsumsi dan pusat-pusat produksi maupun di pela-buhan-pelabuhan yang berfungsi sebagai gudang transito tetap dilanjutkan selama Repelita III. Tabel VII - 6 menunjukkan perkembangan pembangunan gudang dan penambahan kapasitas pe-nyimpanan pangan dari gudang-gudang tersebut. Melalui program pembangunan gudang-gudang ini selama periode 1978/79 - 1983/ 84 telah dibangun gudang baru untuk penyimpanan sebanyak 188 unit dengan kapasitas tampung sebesar 431 ribu ton. Dengan demikian sampai akhir Repelita III telah tersedia sebanyak 511 unit gudang yang tersebar di seluruh tanah air dengan kapasitas tampung sebesar 1.561,5 ribu ton.

Dengan kondisi pergudangan yang semakin baik dalam Repe-lita III tersebut, rata-rata susut penyimpanan dalam gudang sudah dapat ditekan menjadi hanya sebesar 0,7% sampai dengan l% setahun. Dengan menggunakan teknologi penyimpanan yang le-bih baik lagi, maka susut kualitatip maupun kuantitatip makin dapat diperkecil. Di samping itu, melalui dukungan sarana pergudangan yang dimiliki juga oleh KUD dan para pengusaha swasta, maka pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar dan harga batas tertinggi di seluruh tanah air dapat lebih ditingkatkan.

d. Impor Gandum dan Penyaluran Tepung Terigu

Dalam usaha pengendalian konsumsi dan sekaligus memper-baiki mutu makanan rakyat, serta mengurangi ketergantungan masyarakat kepada bahan pangan pokok beras, telah diusahakan untuk menganekaragamkan konsumsi pangan rakyat dengan menya-

460 461

Page 16: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 6

PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN GUDANG GABAH/BERASDI JAKARTA DAN DI DAERAH-DAERAH,

1978/79 - 1983/84

462

Page 17: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

GRAFIK VII – 1

PERKFMBANGAN JUMLAH KAPASITAS GUDANG GABAH/BERAS DI JAKARTA DAN DI DAERAH-DAERAH,

1978/79 - 1983/84

463

Page 18: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

lurkan pula tepung terigu. Kebijakaanaan untuk mengembangkan konsumai tepung terigu berlandaakan juga atas sumber impor tepung terigu yang lebih murah dan lebih mudah didapatkan di pasaran internasional, serta tersedianya dana bantuan pangan cuma-cuma berupa gandum yang dapat dimanfaatkan.

Tabel VII - 7 mengenai impor dan penyaluran gandum menun-jukkan bahwa selama Repelita III impor gandum telah meningkat dengan rata-rata kurang lebih 100 ribu ton setiap tahunnya, sehingga pada akhir Repelita III impor gandum telah mencapai 1.722 ribu ton dibandingkan dengan 1.238 ribu ton pada akhir Repelita II. Selanjutnya penyaluran tepung terigu pun telah meningkat menjadi 1.648 ribu ton dari 1.164 ribu ton dalam kurun waktu yang sama. Walaupun demikian kemajuan yang telah dicapai untuk dapat menganekaragamkan pola konsumsi pangan belum sepenuhnya seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari relatif masih tingginya laju pertumbuhan konsumsi beras per jiwa per tahun sampai akhir Repelita III.

e. Pengadaan dan Penyaluran Gula Pasir

Selama Repelita III pengadaan gula pasir dalam negeri te- lah meningkat cukup pesat, yaitu dari 694 ribu ton pada tahun 1979/80 menjadi 1.600 ribu ton pada tahun 1983/84. Hal ini dimungkinkan karena produksi pabrik gula di dalam negeri te-lah meningkat cukup tinggi sehingga pengadaan melalui impor pun dapat diturunkan volumenya dari 395 ribu ton pada tahun 1979/80 menjadi 16 ribu ton pada tahun 1983/84. Walaupun de-mikian pengadaan impor pernah mencapai 745 ribu ton pada ta-hun 1981/82, terutama ditujukan untuk dapat meningkatkan ca-dangan gula pasir dalam menciptakan rasa aman pangan.

Penyaluran gula pasir yang dilakukan selama Repelita III menunjukkan kenaikan pertumbuhan yang mantap, yaitu dari 1.284 ribu ton pada awal Repelita III meningkat mencapai 1.919 ribu ton pada akhir Repelita III. Sedangkan harga rata- rata gula pasir untuk periode yang sama hanya meningkat ku-rang lebih sebesar 2 (dua) kali lipat. Keadaan ini mencermin- kan tingkat harga yang relatif cukup stabil jika dilihat dari tingkat inflasi yang terjadi pada tahun-tahun tersebut. De-ngan demikian selama Repelita III telah banyak pula terjadi perbaikan dan peningkatan dalam pola konsumsi bahan pangan rakyat pada umumnya.

2. Hasil-hasil Kebijaksanaan Yang Telah Dicapai

Kebijaksanaan dan langkah-langkah dalam penentuan harga

464

Page 19: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 7

IMP0R DAN PENYALURAN GANDUM,1978/79 - 1983/84

(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

465

Page 20: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

GRAFIK VII - 2IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM,

1978/79 - 1983/84

Page 21: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

dan sarana penyangga seperti telah diuraikan di atas, selama Repelita III telah menyebabkan perkembangan harga rata-rata gabah di pedesaan Indonesia dan harga rata-rata beras di be-berapa kota terpenting di Indonesia, serta perbedaan harga rata-rata beras di musim panen dan musim paceklik, cukup man-tap dan sesuai dengan daya beli rakyat serta tidak merugikan produsen. Perkembangan-perkembangan tersebut dapat diikuti dalam Tabel VII - 8 sampai dengan Tabel VII - 12.

Tabel VII - 8 menggambarkan perkembangan harga rata-rata gabah setiap bulan di pedeeaan Indonesia sejak akhir Repelita IY sampai dengan akhir Repelita III. Tampak pada tabel ini telah terjadi peningkatan harga selama kurun waktu tersebut.

Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya dalam Repelita III, maka pada tahun 1983/84 terlihat gejala kenaikan harga sedikit demi sedikit setiap bulannya, dimulai dengan Rp 155,41/kg pada bulan April tahun 1983 menjadi Rp 204,93/kg pada bulan Pebruari tahun 1984. Gejala ini disebabkan oleh agak berkurangnya pertumbuhan produksi pada tahun yang ber-sangkutan sebagai akibat musim kemarau yang panjang. Selan-jutnya, Tabel VII - 9 menyajikan perubahan harga rata-rata gabah pada muaim panen dan musim paceklik selama tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1983/84. Dari tabel tersebut tam-pak bahwa dalam periode yang bersangkutan perbedaan antara harga rata-rata gabah di musim panen dengan musim paceklik di daerah gedesaan menunjukkan kecenderungan yang menurun yaitu dari 25,19% dalam tahun 1978/79 menjadi 17,84% dalam tahun 1983/84; bahkan pernah mencapai 13,85% pada tahun 1979/80. Perbedaan yang makin mengecil ini menggambarkan keberhasilan kebijaksanaan harga batas tertinggi selama musim paceklik, yang berarti harga pasaran tidak melonjak terlalu tinggi, dan selama musim panen harga pasaran dapat ditahan untuk tidak berada di bawah harga dasar. Dari perkembangan harga antar musim tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa sampai tahun 1981/82 pada umumnya perkembangan harga antar musim setiap tahunnya dapat dikendalikan dengan mantap meskipun pada tahun 1982/83 dan 1983/84 telah terjadi lonjakan yang disebabkan oleh agak berkurangnya pertumbuhan produksi pada tahun-tahun yang bersangkutan. Namun sacara keseluruhan, kebijaksanaan harga selama tahun 1979/80 sampai dengan 1983/84 telah menun-jukkan keberhasilan.

Perkembangan harga rata-rata beras bulanan tertimbang di beberapa kota terpenting selama tahun 1978/79 sampai dengan 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel VII - 10. Berdasarkan tabel ini disusun Tabel VII - 11 yang menunjukkan perkembang-

466 467

Page 22: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 8

PERKZMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAHDI PEDE8AAN IND0NESIA,

1978/79 - 1983/84(Rp/Kg)

*) Angka diperbaiki

468

Page 23: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

GRAFIK VII – 3PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH

DI PEDESAAN INDONESIA1978/79 – 1983/84

469

Page 24: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 9PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA GABAH DI MUSIM PANBNDENGAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN,

1978/79 - 1983/84(RP/kg)

*) Angka diperbaiki

470

Page 25: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII – 10

HARGA RATA-RATA DITIMBANG BERAS *) BULANANDI BEBERAPA KOTA TERPENTING,

1978/79 - 1982/83(RP/Kg)

471

Page 26: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

*) Beras jenis medium

472

Page 27: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

GRAFIK VII - 4HARGA RATA-RATA TIMBANG BERAS *) BULANAN DI BEBERAPA KOTA.TERPENTTNG,

1978/79 - 1983/84(Rp/Kg)

473

Page 28: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

(Lanjutan Grafik VII - 4)

Page 29: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

(Lanjutan Grafik VII - 4)

474

Page 30: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

(Lanjutan Grafik VII - 4)

475

Page 31: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

(Lanjutan Grafik VII - 4)

476

Page 32: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

(Lanjutan Grafik VII - 4)

477

Page 33: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII – 11

PERBEDAAN HARGA RATA-RATA BERAS DI MUSIM PANEN DAN MUSIM PACEKLIK DI KOTA-KOTA,

1978/79 - 1983/84

*) Angka diperbaiki

478

Page 34: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

an perbedaan harga rata-rata beras di musim panen dan musim paceklik di kota-kota yang bersangkutan. Dalam tahun 1978/79 perbedaan harga rata-rata beras antara musim paceklik dan mu-sim panen terhadap harga musim panen adalah sebesar 11,62%. Selama periode Repelita III terlihat gejala peningkatan dari perbedaan harga rata-rata beras tersebut sehingga pada tahun 1982/83 telah mencapai 24,98% namun menurun kembali menjadi 16,24% pada tahun 1983/84.

Selanjutnya dalam Tabel VII - 12 tercantum perbandingan harga beras tertinggi dan terendah terhadap harga rata-rata di sembilan kota penting di Indonesia, masing-masing untuk bulan-bulan Mei, Oktober dan Pebruari. Tampak dari tabel ter-sebut bahwa rata-rata perbedaan antar kota antara harga ter-tinggi dan harga terendah terhadap harga rata-rata pada tahun 1978/19 mencapai 21% dan menurun sampai 12% pada tahun 1981/ 82 dan meningkat kembali menjadi 23% pada tahun 1983/84. Per-ubahan dalam tingkat produksi dimasing-masing daerah merupa-kan salah satu sebab adanya perubahan perbedaan harga rata--rata antar kota tersebut. Dalam tahun 1983 perbedaan produksi antara Jawa dan luar Jawa adalah 58,70%.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya harga beras tahun 1983/84 merupakan yang tertinggi sejak tahun 1978/79 dan peningkatan tersebut terjadi secara bertahap setiap ta-hun. Namun demikian, untuk tahun 1983/84 harga beras rata-ra-ta menjelang akhir tahun adalah 118,56% dari harga beras ra-ta-rata pada permulaan tahun yang bersangkutan, sedangkan pa-da tahun 1982/83 angka tersebut adalah 126,58%. Kenaikan har-ga tersebut adalah sesuai dengan tujuan menjaga agar para pe-tani selalu dapat memperoleh harga yang wajar, dan adanya perbedaan harga musiman yang makin kecil, diharapkan mereka bergairah untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya. Di pihak lain harga beras yang teratur ini menunjukkan pula bah-wa harga bahan pokok itu selalu terkendalikan dan berada da-lam jangkauan daya beli rakyat banyak.

Dari Tabel VII - 12 juga tampak perbandingan harga beras tertinggi dan terendah dengan harga rata-rata di beberapa ko-ta penting selama periode Repelita III. Perbandingan harga tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Mei persentase perbeda-an harga tertinggi dengan harga rata-rata cenderung mencapai tingkat tertinggi, kecuali pada tahun 1981/82 yang. keadaannya relatif sangat stabil sepanjang tahun, sehingga bulan Mei dan bulan Oktober keadaannya sama. Relatif tingginya tingkat har- ga beras pada bulan Mei diperkirakan disebabkan karena bulan

Page 35: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 12PERBANDINGAN HARGA BERAS TERTINGGI DAN TERENDAH DENGAN HARGA RATA-RATA DI BEBERAPA KOTA PENTING,

1979/79 - 1983/84'(Rp/Kg)

480

Page 36: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

Mei merupakan awal dari pada musim panen sehingga persediaan beras yang ada di maayarakat berada pada tingkat terendah.

Dengan demikian perbedaan harga beras yang cukup besar pada bulan-bulan Mei, Oktober dan Pebruari, lebih banyak di-pengaruhi oleh keadaan musim panen dan paceklik yang cende-rung mempengaruhi arus penyediaan beras ke kota-kota terutama di daerah-daerah defisit beras di luar Jawa yang terpaksa mendatangkan beras dari daerah lain, terutama dari Jawa.

Dari gambaran mengenai hasil kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah ditempuh selama Repelita III dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, perbedaan harga antara musim, perbedaan harga antara kota dan daerah, dan perkembangan harga tahunan cenderung untuk berkembang dengan pola yang wajar. Kedua, masalah-masalah rawan yang timbul se-cara tiba-tiba di tempat-tempat yang karena sesuatu hal pro-duksinya menurun, dan di tempat-tempat yang tertimpa sesuatu bencana, dapat teratasi dengan cepat. Ketiga, konsumsi pangan rakyat sedikit demi aedikit bertambah beranekaragam. Di sam-ping itu harga palawija di pedesaan pada umumnya lebih tinggi dari harga dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pa- ra petani produsen palawija umumnya dapat memperoleh harga yang cukup memadai.

C. PERBAIKAN GIZI

Kebijaksanaan untuk menganekaragamkan pola konsumsi pa-ngan didasarkan atas adanya kenyataan bahwa pola konsumsi ma-kanan rakyat Indonesia masih sangat tergantung pada beras. Pola yang demikian ini dapat menimbulkan kerawanan baik kera-wanan gizi maupun kerawanan dalam penyediaannya. Dari segi gizi, pola makanan yang tidak atau kurang beragam umumnya su-lit untuk mencapai suatu komposisi nilai gizi yang baik. Se-dang dari segi penyediaannya akan dapat menyebabkan masalah bila pada suatu saat terjadi kegagalan panen, serangan hama dan sebagainya. Dalam keadaan demikian pencukupan persediaan pangan akan banyak tergantung pada impor pangan yang dapat menimbulkan kerawanan ketahanan nasional kita.

Upaya penganekaragaman pangan di dalam Repelita III, se-lain dilakukan dengan pendekatan produksi dan pemasaran se-perti diuraikan di atas, juga dilakukan melalui pendekatan penyuluhan gizi. Sedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi, b) Usaha Perbaikan Gizi

481

Page 37: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

Keluarga (UPGK), c) Usaha-usaha khusus lainnya, dan d) Pe-ngembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.

1. Penyuluhan Gizi

Penyuluhan gizi bertujuan untuk mendorong masyarakat me-nyadari akan pentingnya pola makanan yang beranekaragam dan bergizi untuk kesehatan. Dengan kesadaran itu masyarakat di-dorong untuk dapat memanfaatkan bahan pangan yang ada setem-pat semaksimal mungkin serta dapat meningkatkan nilai gizi-nya. Adapun pesan-pesan penyuluhan diarahkan untuk:

a. Meningkatkan intensifikasi tanaman palawija di tanah ke-ring dan penganekaragaman usaha pertanian dengan pergi-liran tanaman tumpang sari dengan kacang-kacangan dan sa-yur-sayuran.

b. Meningkatkan usaha untuk memperlancar upaya pengolahan dan pemasaran bahan pangan bukan beras.

c. Meningkatkan pemanfaatan pekarangan dengan berbagai ta-naman/usaha lain yang berguna untuk tambahan kecukupan gizi keluarga.

d. Menanamkan pengertian dan mendorong kebiasaan untuk memi-lih, menyusun, dan mengkonsumai bahan pangan bernilai gi-zi dan sesuai dengan kemampuan serta dengan memanfaatkan bahan pangan yang ada setempat semaksimal mungkin.

2. Fortifikasi Bahan Pangan

Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dapat dilakukan de-ngan berbagai cara. Salah satu cara ialah dengan fortifikasi, yaitu menambah suatu atau lebih zat gizi tertentu kedalam ba-han pangan yang banyak dikonsumsi rakyat. Dalam Repelita III fortifikasi dilaksanakan dalam rangka penanggulangan masalah gondok endemik. Bahan pangan yang difortifikasi adalah garam yang ditambah dengan zat yodium.

Upaya yodisasi garam yang telah dimulai sejak Repelita II terus menerus ditingkatkan produksi dan pemasarannya dalam Repelita III. Selama Repelita III telah diproduksi lebih dari 1,4 juta ton garam beryodium untuk dipasarkan di daerah-dae-rah gondok endemik di 14 Propinsi yaitu Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Ka-limantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali dan

482

Page 38: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

Irian Jaya. Pada tahun terakhir Repelita III jumlah garam beryodium yang diproduksi berjumlah 350.000 ton.

Peningkatan produksi dan pemasaran garam beryodium di berbagai daerah tersebut antara lain diperlancar oleh adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Perindustrian, Menteri Kesehatan, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi pada tanggal 23 Maret 1982.

3. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) ditujukan untuk me-nanggulangi tiga masalah gizi utama, yaitu kurang kalori pro-tein (KKP), kebutaan akibat kekurangan vitamin A, dan anemia gizi. Kedua masalah gizi yang pertama terutama diderita oleh anak-anak balita, sedang yang ketiga selain pada balita juga banyak terdapat pada ibu hamil dan menyusui. Kegiatan UPGK terutama terdiri dari penimbangan anak balita secara teratur, penyuluhan gizi, pemberian paket pertolongam gizi, pemberian makanan tambahan dan pemanfaatan tanaman pekarangan. Kegiat-an-kegiatan ini dalam pelaksanaannya dipadukan dengan kegiat-an-kegiatan Puskesmas, yaitu imunisasi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana. Oleh karena itu UPGK pada hakekatnya adalah upaya terpadu dari berbagai sektor terutama: kesehat-an, pertanian, kependudukan/keluarga berencana, agama, pendi-dikan dan Pemerintah Daerah. Menurut sifat dan intensitas ke- giatan UPGK, dalam Repelita III dikenal ada UPGK dasar, UPGK lengkap dan UPGK Intensip. Lokasi ketiga macam UPGK tersebut berbeda-beda.

Pada awal Repelita III, UPGK baru menjangkau 4.521 desa di 26 Propinsi dan mencakup 900.000 anak balita. Jumlah desa dan anak yang dicakup pada akhir Repelita III seluruhnya ber-jumlah 40.085 desa di 27 Propinsi dan mencakup lebih dari 9 juta anak balita, 7.671 ibu hamil dan 8.843 ibu menyusui. Khusus pada tahun 1983/84 desa baru yang melaksanakan UPGK berjumlah 4.313 desa meliputi pelayanan kepada 1,2 juta anak balita. Dengan peningkatan jangkauan dan cakupan sasaran UPGK, ada kecenderungan angka KKP pada balita mulai menurun dari 37,5% pada tahun 1980/81 menjadi 33,4% pada tahun 1981/82. Hal ini berarti bahwa jumlah anak yang keadaan gi-zinya baik makin meningkat jumlahnya. Perkembangan jangkauan dan cakupan UPGK dari tahun ke tahun selama Repelita III da-pat dilihat pada Tabel VII - 13 dan Tabel VII - 14. Sedang perkembangan UPGK yang dilaksanakan oleh sektor di luar kesehatan dapat dilihat pada Tabel VII - 15.

483

Page 39: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 13

KEGIATAN USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA,

1978/79 – 1983/84

*) Angka diperbaiki

484

Page 40: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 14

JUMLAH IBU HAMIL, IBU MENYUSUI DAN ANAK BALITA YANGDILAYANI OLEH UPGK INTENSIF DI DAERAM PERINTISAN,

1978/79 - 1983/84(orang)

1) Hanya bagi ibu hamil/menyusui yang menderitaanemia gizi

2) Tidak ada pelayanan untuk ibu hamil/menyusui

Page 41: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

485

Page 42: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 15

USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA TERPADU,1978/79 - 1983/84

1) Daerah UPGK Dep. Kesehatan termaauk daerah UPGK inteneip 2) Daerah UPGK Dep. Pertanian daerah UPGK Dep. Kesehatan3) 32 kabupaten UPGK BKKBN di Jawa - kebupaten UPGK Dep. Kesehatan4) 69 kabupaten UPGK BKKBN - kabupaten UPGK Dep..Kesahatan 5) 85 kabupaten UPGK BKKBN - kabupaten UPGK Dep. Kesehatan 6) 92 kabupaten UPGK BKKHN - kabupaten UPGK Dep. Kesehatan 7) 110 kabupaten UPGK BKKBN - kabupaten UPGK Dep. Kesehatan8) Unit deea UPGK BKKBN di DKI Jaya - RW, di Bali – Banjar9) Angka diperbaiki

486

Page 43: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

4. Usaha-usaha Khusus Lainnya

Usaha menanggulangi masalah kebutaan pada anak-anak ba-lita akibat kekurangan vitamin A, terutama dilaksanakan de- ngan memberikan vitamin A dosis tinggi pada anak-anak balita yang diduga menderita kekurangan vitamin A melalui UPGK. Dari Tabel VII-16 dapat dilihat bahwa jumlah anak balita yang men-dapat vitamin A tiap tahunnya dalam Repelita III rata-rata hampir 2 juta anak. Dalam lima tahun Repelita III seluruhnya berjumlah lebih dari 9,5 juta anak balita. Perkembangan dis-tribusi kapsul vitamin A selama Repelita III menurut daerah dapat dilihat pada Tabel VII - 17. Hasil penelitian di daerah Lombok dimana prevalensi kekurangan vitamin A-nya tinggi me-nunjukkan bahwa dengan pemberian vitamin A tersebut telah terjadi penurunan prevalensi dari 1,60% pada tahun 1977 men-jadi 0,24% pada tahun 1983.

Dalam rangka menanggulangi anemia gizi khususnya pada ibu haimil dan menyusui, dalam Repelita III telah dibagikan tablet zat besi kepada lebih dari 1,7 juta orang ibu hamil. Pada ta-hun 1983/84 ibu hamil yang memperoleh tablet zat besi berjum-lah 215.650 orang.

Dalam rangka penanggulangan masalah gondok endemik, se-lain dengan yodisasi garam telah dilakukan pula pengobatan dengan suntikan larutan zat yodium terhadap lebih dari 4,6 juta penduduk penderita gondok dalam lima tahun Repelita III. Setiap tahunnya jumlah penderita yang memperoleh suntikan ra-ta-rata sebanyak lebih dari 920.000 orang. Sementara itu ke-giatan-kegiatan monitoring medis untuk mengetahui dampak yo-disasi garam dan suntikan selalu dilaksanakan di desa-desa sampel. Selain itu dalam Repelita III telah diselesaikan pula pemetaan penyebaran penderita gondok di 26 propinsi. Dengan demikian pada saat ini telah tersedia data tentang luas dan beratnya masalah gondok menurut lokasi di 26 propinsi. Dari hasil monitoring medis dari daerah-daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara telah dilaporkan adanya penurunan prevalensi penderita gondok antara 10-30%.

Perkembangan kegiatan pencegahan anemia gizi dan gondok endemik dapat dilihat pada Tabel VII - 18.

5. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Dalam Repelita III juga telah mulai dikembangkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dalam rangka mencegah

487

Page 44: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII - 16

DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A MELALUI UPGK DAN PUSKESMAS,1978/79 - 1983/84

1) Mulai tahun 1979/80 UPGK dilaksaoakan secare terpadu 2) Dasa kesehatan sudah terueuk dasa saadaya/laia-lain 3) Program khueus olah Puskasus 4) Angka diperbaiki

488

Page 45: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII – 17

DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A MELALUI PROYEK KHUSUS1978/79 – 1983/84

489

Page 46: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

TABEL VII – 18

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN GONDOK ENDEMIK DAN ANEMIA GIZI1979/80 – 1983/84

*) Data yang masuk hanya dari 11 Propinsi/Data sementara s/d Mei 1984

490

Page 47: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,

timbulnya masalah gizi bila timbul krisis pangan akibat keke-ringan, bencana alam dan sebagainya. Upaya tersebut. dimulai di daerah-daerah pemanduan di Lombok Tengah (NTB), Karang Asem (Bali), dan Boyolali (Jawa Tengah). Pada tahun 1983/84 SKPG mulai dikembangkan di Lombok Timur, Pekalongan, Kaliman-tan Timur,dan Nusa Tenggara Timur.

491

Page 48: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI · Web viewSedang kebijaksanaan untuk meningkatkan kea- daan gizi rakyat dilaksanakan dengan: a) Meningkatkan nilai gizi bahan pangan dengan fortifikasi,