panduan praktis perancangan report dan …€¦ · bab 1 kkp yang telah terbentuk 6 bab 2...

64
HIU DAN PARI (MPA GUIDE FOR SHARKS AND RAYS) 2019 REPORT PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Upload: others

Post on 20-Jul-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

HIU DAN PARI(MPA GUIDE FOR SHARKS AND RAYS)

2019REPORT

PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Page 2: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

PENULIS UTAMA: Cassandra L Rigby, James Cook University

PARA PENULIS:

Colin Simpendorfer, James Cook University

Andy Cornish, WWF-Hong Kong

SITASI: Rigby, C.L., Simpfendorfer, C.A. and A. Cornish (2019) A Practical Guide to Effective Design and Management of MPAs for Sharks and Rays. WWF, Gland, Switzerland.

DESAIN DAN PRODUKSI: Evan Jeffries, Catherine Perry – Swim2Birds Ltd www.swim2birds.co.uk

Dipublikasikan pada

Mei 2019 oleh WWF – World Wide Fund for Nature, Gland, Switzerland

Segala penggandaan atau produksi sebagian atau keseluruhan panduan ini wajib mencantumkan judul dan sitasi penerbit sebagai pemilik hak cipta.

FOTO SAMPUL: © naturepl.com / Cheryl-Samantha Owen / WWF

Program ini adalah kolaborasi antara the Centre for Sustainable Tropical Fisheries and Aquaculture (CSTFA) di James Cook University, Australia, dan WWF.

TENTANG WWF

TENTANG CSTFA

WWF dan James Cook University ingin mengucapkan terima kasih kepada Shark Conservation Fund atas dukungan finansial untuk program yang dipimpin oleh James Cook University, ‘Memaksimalkan dampak pada KKP hiu dan pari’, yang berkontribusi besar terhadap penyusunan Panduan ini. Kami juga berterima kasih kepada institusi mitra program ini – the Australian Institute of Marine Science, the University of Queensland dan Simon Fraser University – dan tim program atas masukan, komentar, dan pemikirannya.

WWF International, WWF-Germany dan WWF-Netherlands sebagai penyedia dana untuk produksi dan pencetakan panduan ini.

WWF merupakan salah satu organisasi konservasi independen terbesar dan paling berpengalaman dengan lebih dari lima juta pendukung dan jaringan global yang aktif di lebih dari 100 negara. WWF memiliki misi untuk menghentikan degradasi lingkungan alam di bumi dan membangun masa depan di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan harmonis bersama alam dengan melestarikan keanekaragaman hayati dunia dan memastikan penggunaan sumber daya alam terbarukan secara berkelanjutan serta mempromosikan pengurangan polusi dan konsumsi yang berlebihan. WWF bekerja untuk memulihkan populasi hiu yang menurun melalui sebuah inisiatif global Sharks: Restoring the Balance.www.panda.orgsharks.panda.org

Penelitian oleh the Centre for Sustainable Tropical Fisheries and Aquaculture (CSTFA) tidak hanya terfokus pada sistem akuatik dan akuakultur yang menghasilkan pangan, tetapi juga terkait industri dan komunitas yang memanfaatkannya. Kolaborasi multidisiplin antara para peneliti kami menyediakan sinergi untuk menanggulangi masalah penelitian yang substansial yang tidak dapat dilakukan oleh peneliti secara individual. CSTFA memberikan hasil penelitian untuk produksi pangan yang berkelanjutan kepada pengelola sumber daya, baik pemerintah maupun sektor swasta, di tingkat lokal, negara bagian, federal, dan internasional. CSTFA merupakan pemain kunci dalam membantu mempertahankan produksi pangan akuatik di wilayah tropis untuk generasi di masa yang akan datang.www.jcu.edu.au/tropical-fisheries-and-aquaculture

Page 3: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

3Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

DAFTAR ISI

BAB 6MERANCANG KKP 32 HIU DAN PARI

BAB 7PEMANTAUAN DAN 40 EVALUASI

INDEKSINFORMASI, 44 UCAPAN TERIMA KASIH DAN REFERENSI

TENTANGTENTANG PANDUAN INI 5

BAB 1KKP YANG TELAH TERBENTUK 6

BAB 2PENGELOLAAN 12KKP YANG EFEKTIF

BAB 3UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN

BAB 4MENENTUKAN TUJUAN DAN SASARAN KKP HIU DAN PARI 20

BAB 5INFORMASI PENTING YANG DIBUTUHKAN DALAM PERENCANAAN KKP HIU DAN PARI 24

Page 4: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

4Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

FEATURE 4

DATA

Page 5: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

5Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

benefitted from waivers from certain provisions of the SRA Handbook, an extraordinarily dangerous precedent for a licensing authority, which purports to be consumer-focused, to establish.Once again, the security of the waivers from rules rooted in the LSA and designed for the protection of the consumer, enables ABSs to operate their business and adopt practices which are not necessarily consistent with the best interests of clients. In addition, the recent removal of the ‘sunset clause’ in the LSA to allow ABSs to remain in the Solicitors’ Compensatio

The Office of the Comptroller of the Currency is warning banks to review their risk management programs and take necessary precautions against escalating attacks by fraud-minded hackers.

In an alert issued to national banks and federal savings associations, the regulator is warning of Distributed Denial of Service (DDoS) attacks being used to perpetrate customer account fraud. A DDoS attack seeks to deny Internet access to bviser who is ‘tied’ to certain products.Concentrating on the latter, the new rule is dangerous, because it allows legal practices to absolve themselves of all responsibility by transferring the risk to the financial adviser. Further, the absence of any incentive to monitor the performance of the financial adviser to ascertain whether or not the referral was in the client’s best interests could actually encourage lawyers to make referrals where the risk transfer is in line with their own interests.

ABS WAIVER POLICYAnother case in point is the treatment of Alternative Business Structure (ABS) applications during the SRA’s first 12 months as a licensing authority. When the concept of non-lawyer ownership was unveiled, legitimate concerns were raised over the SRA’s ability to properly assess the suitability of prospective, and in some cases, international, investors in ABSs. In response, the SRA asserted that it was acutely aware of the risks posed to consumers by complex structures and the involvement of external investors. However, the regulator’s credibility was subsequently called into question when three of the first seven ABS licences granted

DATA

TENTANG PANDUAN INIPopulasi hiu dan pari menurun secara global, dan seperempat dari seluruh spesiesnya diyakini terancam punah.1 Kawasan Konservasi Perairan (KKP) berpotensi menjadi kunci dalam melindungi dan melestarikan populasi hiu dan pari. Namun, untuk memastikan efektivitas suatu KKP, perencanaan, perancangan, dan pengelolaannya perlu mencerminkan karakteristik unik dari spesies tersebut.

KKP untuk perlindungan hiu dan pari membutuhkan tujuan, sasaran, dan target konservasi yang jelas. Kawasan tersebut harus memadukan pengetahuan ilmiah yang mendalam tentang pergerakan hiu dan pari, biologi dan pemanfaatan habitat dengan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan budaya; serta harus memiliki pengelolaan dan penegakan hukum yang kuat untuk jangka panjang.

Panduan ini disusun untuk memberikan saran praktis berbasis ilmiah tentang cara memaksimalkan efektivitas KKP hiu dan pari baik yang telah ada maupun yang baru dibentuk agar spesies tersebut dapat terlindungi pada saat ini dan di masa depan. Panduan ini dapat bermanfaat bagi khalayak umum yang memiliki ketertarikan terhadap hiu dan pari, panduan ini ditujukan untuk:

● Pengelola kawasan dan konservasi spesies● Pengelola perikanan di tingkat nasional● Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional (RFMOs)● LSM dan para praktisi konservasi ● Operator wisata hiu dan pari.

© Jarrett C

orke / WW

F-Canada

Page 6: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 1KKP YANG TELAH TERBENTUK

● Pengenalan tentang KKP

● Spesies hiu dan pari yang sesuai untuk KKP

● Karakteristik utama dari KKP hiu dan pari yang efektif

Page 7: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

7Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Mayoritas KKP untuk hiu dan pari tersebut mencakup seluruh Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan beberapa menyebutnya sebagai ‘kawasan perlindungan hiu’ (shark sanctuary). Ukurannya yang luas juga berpotensi melindungi tidak hanya spesies di pesisir, juga spesies hiu dan pari yang memiliki wilayah jelajah yang luas hingga ke perairan terbuka di lepas pantai.

Sebagian besar KKP hiu dan pari baru dibentuk sejak 2009; karena pembentukannya yang tergolong baru, pemantauan, evaluasi, dan pengelolaan adaptif menjadi bagian yang sangat penting.

Banyak juga KKP yang dibentuk telah diimplementasikan untuk melindungi berbagai spesies dan habitat laut. Meskipun tidak dirancang khusus untuk hiu dan pari, KKP tersebut dapat melindungi spesies tersebut bila berukuran luas dan mencakup wilayah jelajah, habitat kritis, atau tahapan kehidupan yang penting bagi spesies hiu dan pari, seperti lokasi pengasuhan anakan atau lokasi berkembang biak.7

KKP YANG TELAH TERBENTUK

PENGENALAN: PENGELOLAAN TATA RUANG DAN KKPSemakin banyak pihak yang mendukung pengelolaan tata ruang untuk hiu dan pari yang bertujuan untuk melindungi hiu dan pari dari ancaman utama, seperti penangkapan ikan berlebih, dan menghilangnya habitat hiu, serta untuk mengurangi dampak dari ancaman tersebut.

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) merupakan perangkat utama yang digunakan dalam pengelolaan tata ruang. Bentuknya pun beragam, mulai dari kawasan zona multi pemanfaatan yang berukuran besar hingga kawasan zona inti berukuran kecil – yang semuanya bertujuan untuk membatasi aktivitas yang memengaruhi kehidupan laut pada suatu kawasan agar dapat memberikan manfaat bagi keanekaragaman hayati dan meningkatkan ketahanan ekosistem.6 Tata kelola KKP juga sangat beragam, dari pengelolaan pemerintah pusat hingga lokal.

Beberapa KKP telah dibentuk secara

spesifik sebagai kawasan konservasi hiu dan pari – dalam Panduan ini disebut sebagai ‘KKP hiu dan pari’. Kawasan ini biasanya menerapkan larangan penangkapan hiu dan pari, kepemilikan dari produk spesies tersebut, dan bahkan larangan terhadap segala bentuk perdagangan produk hiu dan pari dalam wilayah tertentu. Penutupan musiman suatu wilayah, pengaturan wilayah untuk aktivitas perikanan, dan pembatasan alat tangkap perikanan juga dapat diberlakukan dalam kawasan tersebut.

BAB 1

Hiu dan pari tengah mengalami krisis secara global. Banyak dari spesies hiu dan pari mengalami penurunan karena penangkapan ikan berlebih,2 sementara populasinya juga dipengaruhi oleh degradasi dan hilangnya habitat.3 Selain itu, populasi hiu dan pari cenderung sulit untuk pulih ketika jumlahnya turun karena pertumbuhannya yang lambat, matang pada usia lanjut, dan memiliki jumlah anakan yang sedikit.

Oleh karena itu, konservasi hiu dan pari menjadi penting dan mendesak. Banyak dari spesies ini memainkan peran penting dalam ekosistem laut, dan kepunahannya dapat menyebabkan masalah besar dalam jangka panjang bagi lingkungan. 4 Spesies ini juga penting untuk ketahanan pangan, dan menghasilkan pendapatan di banyak negara melalui sektor perikanan dan pariwisata.5

HIU DAN PARI DALAM KRISIS

© Ethan Daniels / WWF

© D

aniel Versteeg / WW

F

38 TAHUN 2018, SEKITAR 38 KKP HIU DAN PARI TELAH TERBENTUK YANG MENCAKUP WILAYAH DENGAN TOTAL LUAS SEKITAR

6% DARI PERMUKAAN LAUT

21 KM2, ATAU

Page 8: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

8Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 1

KKP HIU DAN PARI YANG EFEKTIF

oleh KKP di pesisir.8 Selain terumbu karang, habitat pesisir yang penting bagi hiu dan pari meliputi hutan bakau, padang lamun, dan dataran pasir.9

■ KKP juga dapat melindungi jenis pari gergaji yang menghuni daerah pantai yang dangkal, termasuk muara dan habitat air tawar.10

■ Beraneka ragam spesies yang diperkirakan hidup di perairan terbuka dapat menerima manfaat dari KKP yang dibentuk di lepas pantai. Kawasan tersebut dapat melindungi habitat penting atau koridor migrasi, seperti koridor antara Cagar Alam Laut Galapagos dan Taman Nasional Pulau Cocos yang digunakan oleh berbagai spesies termasuk hiu lanjaman dan hiu martil.11

Efektivitas KKP hiu dan pari bergantung pada konektivitas antara wilayah perlindungan, jelajah, dan habitat kritis spesies tersebut. Hal ini sangat bervariasi berdasarkan spesies, artinya KKP lebih efektif untuk beberapa jenis hiu dan pari tertentu - penelitian menunjukkan bahwa spesies yang sebagian atau sepanjang hidupnya berada di habitat terumbu karang cenderung

mendapatkan manfaat terbesar dari KKP.Spesies penghuni karang ini meliputi:

● Hiu lonjor (Grey reef shark)

● Hiu karang sirip putih (Whitetip reef shark)

● Hiu macan (Tiger shark)

● Hiu karang sirip hitam (Blacktip reef shark)

● Hiu martil (Scalloped hammerhead)

● Hiu bisu (Nurse shark)

● Hiu hoki karang (Silvertip shark)

● Hiu lemon (Sharptooth lemon shark)

● Hiu Galapagos (Galapagos shark)

● Hiu hitam (Blacktip shark)

● Hiu karang Karibia (Caribbean reef shark)

● Pari manta oseanik (Giant manta rays)

● Pari manta karang (Reef manta rays)Catatan: Nama-nama jenis hiu dan pari

di Indonesia dapat berbeda di setiap

daerah.

Namun, karena sebagian besar studi ilmiah terfokus pada KKP di sekitar terumbu, mungkin terdapat unsur bias dalam temuan-temuan ini. Spesies lain juga dapat memperoleh manfaat:

■ Spesies hiu bertubuh kecil yang menghuni di habitat pesisir pantai,

MELINDUNGI HABITAT

KRITIS

MELINDUNGI SPESIES DARI

ANCAMAN UTAMA

MENURUNKAN TINGKAT KEMATIAN

DAMPAK POSITIF DARI KONSERVASI

KKP YANG EFEKTIF

Untuk informasi interaktif tentang keanekaragaman wilayah jelajah hiu dan pari dan distribusinya dengan KKP yang telah terbentuk,

SUMBER DI INTERNET

© naturepl.com

/ Doug Perrine / W

WF

Hiu martil, Kepulauan Galapagos

kunjungi https://rossdwyer.shinyapps.io/sharkray_mpa/.

seperti sharpnose shark dan blacknose shark, dapat dilindungi

Page 9: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

9Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

lokasi berkembang biak, pengasuhan anakan, dan mencari makan) Hiu martil usia baru lahir dan remaja sebagai penghuni musiman di Rewa River MPA, Fiji.20 Pari manta karang membentuk agregasi di lokasi makan di Taman Nasional Komodo, Indonesia.21 Hiu paus beragregasi hingga ratusan individu pada musim panas untuk makan di Yucatan Peninsula Whale Shark Biosphere Reserve, Mexico.22

FAKTOR PERILAKUPerilaku utama hiu dan pari yang menentukan dalam pemilihan lokasi KKP yang efektif meliputi:

● Area Tinggal (Residency) dan Keterikatan Lokasi (Site Fidelity) Hiu karang Karibia adalah penghuni tetap di Cagar Alam Laut Glovers, Belize.16 Hiu lemon remaja tetap berada di dalam kawasan Mangrove Bay, Taman Nasional Laut Ningaloo, Australia.17 Pigeye shark remaja

menghabiskan beberapa tahun di Cleveland Bay, Taman Nasional Laut Great Barrier Reef, Australia.18

● Area Jelajah Tetap (Philopatry) Hiu Bisu secara musiman kembali untuk berkembang biak di Taman Nasional Dry Tortugas, Florida, AS.19

● Habitat Krisis (penting bagi spesies tertentu, seperti

KKP UMUM TAHUNDIBENTUK

LUASAN (KM2)

SPESIES YANG MENDAPATKAN MANFAAT

METODE EVALUASI

MANFAAT FAKTOR PENUNJANG

TAMAN NASIONAL PULAU COCOS, COSTA RICA 12

1978 1,997 Hiu martil, hiu macan, hiu Galapagos, hiu karang sirip hitam, hiu paus

Pengamatan dengan UVC selama 21 tahun, telemetri

Perjumpaan meningkat dari waktu ke waktu selama berlakunya KKP, penghuni musiman

Keterikatan lokasi dengan habitat karang, hiu macan penghuni tetap,Jalur migrasi hiu martil dan hiu paus

CARAG ALAM LAUT GLOVERS REEF, BELIZE13

1997 328 Hiu karang Karibia, hiu bisu

Telemetri & survei mandiri perikanan rawai.

Populasi stabil dari waktu ke waktu, perjumpaan paling sering di dalam KKP

Zona inti dikelilingi area perikanan terbatas, konektivitas habitat

TAMAN NASIONAL KOMODO, INDONESIA14

1980 1,520 Pari manta karang Telemetri & pengamatan visual.

Agregasi di lokasi makan dan membersihkan diri di dalam KKP yang dapat diprediksi

Keterikatan area agregasi dalam KKP

TAMAN NASIONAL LAUT MORETON BAY, AUSTRALIA15

frekuensi perjumpaan dengan spesies usia menjelang dewasa

Zona inti pada habitat kritis lamun

Tabel 1: KKP umum yang bermanfaat pada hiu dan pari

Tabel di bawah ini adalah beberapa contoh dari spesies hiu dan pari yang telah menunjukkan hasil yang baik dari KKP, serta manfaat dan faktor penunjang pada setiap kasus (spesies lain juga dapat memperoleh manfaat di setiap KKP, tetapi data yang dikutip terkait dengan studi tertentu).

© naturepl.com

/naki Relanzon/WW

F

Kawasan terumbu karang dapat memberikan manfaat konservasi tertentu bagi hiu dan pari

2016 3,205 Telemetri Meningkatnya

BIJAKL05
Typewritten text
Pari kemejan
Page 10: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

10Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

KARAKTERISTIK UTAMA KKP HIU DAN PARI YANG EFEKTIF

● Tersolasi – dipisahkan dari kawasan perikanan oleh batasan habitat, seperti kedalaman. Wilayahnya tidak harus terpencil – dapat terdiri dari kawasan terumbu karang yang dipisahkan oleh laut dalam yang jarang dilalui hiu dan pari.23

● Berjangka panjang – perlindungan jangka panjang. Dibutuhkan waktu untuk mengakumulasi manfaatnya. Hal ini sangat penting mengingat banyak spesies hiu dan pari yang berumur panjang, kematangan lambat, dan fekunditas yang rendah. Sehingga populasinya lambat untuk pulih.

● Zona inti atau mengurangi tekanan perikanan– menekan tingkat kematian hiu dan pari dapat mengurangi penurunan populasi dan bisa membantu pemulihan populasinya.

● Habitat bernilai tinggi – Lokasi pengasuhan anakan (baik tempat mencari makan bagi anakan dan perlindungan dari pemangsa),24 lokasi berkembang biak dan mencari makan bagi berbagai tahap kehidupan spesies tersebut merupakan habitat yang bernilai tinggi.

KKP MENAWARKAN BERAGAM TINGKAT PERLINDUNGAN YANG DIPREDIKSI DAN SECARA BERKALA DAPAT DIGUNAKAN OLEH IKAN KARANG DI PESISIR DAN JUGA SPESIES DENGAN JELAJAH YANG LUAS

BAB 1©

NA

SA

Kawasan terumbu karang yang dipisahkan oleh laut dalam Great Barrier Reef, Australia. Citra satelit oleh NASA

Page 11: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

11Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

KKP berfungsi dengan sangat efektif bila mengkombinasikan antara pengelolaan tata ruang dan upaya pengelolaan perikanan untuk mengurangi kematian hiu.

LUASAN KKPApabila dirancang dengan baik, setiap luasan KKP dapat melindungi hiu dan pari secara efektif:

● KKP hiu dan pari berukuran besar (>100–100,000km2)25 memberikan perlindungan berbagai jenis habitat yang penting bagi banyak spesies hiu pada tahap kehidupan yang berbeda; melindungi hiu pelagis yang wilayah jelajahnya melampaui wilayah pesisir yang merupakan sebagian besar area KKP; dan mencakup keragaman habitat yang terhubung secara ekologis yang bermanfaat bagi hiu dengan jelajah yang luas.

● KKP hiu dan pari berukuran kecil (<100km2) dapat secara efektif melindungi habitat kritis seperti lokasi berkembang biak, mencari makan, dan pengasuhan anakan. KKP tersebut dapat berukuran kecil namun tetap efektif, terlebih bila dirancang untuk spesies tertentu. Contohnya di Dry Tortugas Courtship and Mating Ground di AS, yang menjadi lokasi berkembang biak hiu bisu seluas <1km2 yang dilindungi. 26

MENEKAN ANGKA KEMATIAN AKIBAT PERIKANANMeskipun menargetkan hiu dan pari dalam aktivitas perikanan sudah dilarang di sebagian besar KKP, di beberapa kawasan perikanan berskala besar dan kecil, hiu dan pari masih tertangkap sebagai tangkapan non-target. Penangkapan ikan spesies lain seringnya merupakan kegiatan

ekonomi yang penting bagi negara-negara tersebut, namun tujuan terbesar semua KKP adalah untuk mengurangi angka kematian spesies non-target agar spesies tersebut dapat dipertahankan atau pulih ke tingkat yang berkelanjutan.27 Perlindungan penuh hanya dapat tercapai ketika tidak ada sama sekali kematian hiu di dalam KKP yang disebabkan oleh manusia. Di beberapa KKP untuk hiu dan pari, pembatasan alat tangkap telah diperkenalkan untuk mengurangi kematian akibat tangkapan sampingan. Contohnya adalah larangan penggunaan tali kawat pada rawai tuna yang menyulitkan hiu untuk melepaskan diri sehingga umumnya tingkat tangkapan hiu

TANGKAPAN NON-TARGET

Hiu dan pari dapat tertangkap ketika nelayan memancing untuk spesies lain. Mereka tidak menjadi target namun tetap ditangkap, sehingga menjadi ‘tangkapan non-target’ atau ‘tangkapan sampingan’. Walaupun spesies tersebut bila tertangkap harus segera dilepaskan kembali, spesies tersebut dapat mati ketika diangkat ke kapal, atau mati setelah dilepaskan. Oleh karena itu, tangkapan non-target merupakan ancaman yang serius bagi populasi hiu dan pari di dunia.

© H

élène Petit / WW

F

Walapun di dalam KKP, tingkat kematian akibat tangkapan non-target menjadi ancaman serius bagi hiu dan pari

Penting untuk memasukkan faktor sosial ekonomi dan budaya dalam KKP hiu dan pari yang efektif. Keterlibatan pemangku kepentingan, kepatuhan, sumber daya alam, penegakan hukum, dan tata kelola yang baik merupakan kunci dari efektivitasnya.

BAB 5

LIHAT BAB 4

lebih tinggi dibandingkan dengan tali monofilamen. Larangan ini mengurangi angka kejadian hiu terjerat tali kawat kemudian diangkat ke kapal.

Page 12: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 2PENGELOLAAN KKP YANG EFEKTIF

● Karakteristik KKP hiu dan pari untuk menunjang pengelolaan yang optimal

● Tata kelola yang baik dan pengelolaan yang efektif

● Solusi dari permasalahan umum dalam pengelolaan

Page 13: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

13Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

PERMASALAHAN PENGELOLAAN DAN SOLUSINYASetiap KKP hiu dan pari adalah unik, namun permasalahan utama pengelolaan umumnya sama. Di bawah ini adalah permasalahan yang paling sering ditemui.

Ketika KKP hiu dan pari dibentuk, khususnya yang berukuran luas, komitmen sumber daya yang memadai menjadi sangat penting untuk pengelolaan yang efektif. Jika tidak, maka akan berisiko KKP hanya akan menjadi ‘KKP di atas kertas’ yang tidak dapat membatasi area dari eksploitasi perikanan, atau mengurangi ancaman lainnya.32 Sumber daya finansial dan kapasitas teknis dibutuhkan untuk pengelolaan, pemantauan, dan penegakan hukum.33

Banyak KKP hiu dan pari berlokasi di negara berkembang,34 dan dukungan eksternal untuk sumber daya dan peningkatan kapasitas mungkin dibutuhkan, baik pada tahap awal dan secara berkelanjutan. Dukungan tersebut perlu dikoordinasikan bersama masyarakat setempat dan pengguna kawasan, serta memastikan dukungan para pemangku kepentingan kunci, khususnya nelayan. Komitmen dari kelompok tersebut dan lainnya, seperti operator wisata, dapat pula memperkuat pemantauan dan penegakan hukum, terlebih untuk KKP di daerah terpencil.

pengelola.and management■ Kerangka kerja pengelolaan

adaptif terkait dengan pemantauan kinerja dan fleksibilitas tata kelola dengan tujuan untuk meningkatkan dan memaksimalkan efektivitas

■ Kerangka kerja legislatif dan kelembagaan yang diterapkan

■ Pengelolaan dan pengaturan kegiatan ektraktif (bila ada yang dikelola dan diatur dengan baik)

■ Sumber daya finansial dan kapasitas yang memadai, termasuk personil dalam KKP

■ Investasi yang efektif dan sesuai untuk meningkatkan kepatuhan

■ Strategi komunikasi untuk menginformasikan para pemangku kepentingan, membangun kepercayaan serta rasa kepemilikan, dan meningkatkan partisipasi.

KKP hiu dan pari yang efektif memiliki karakteristik dasar berikut ini:28

■ Tujuan dan sasaran yang jelas■ Ukuran, lokasi, dan rancangan

yang sesuai untuk mencapai tujuan

■ Rencana pengelolaan untuk mencapai tujuan

■ Batas-batas yang didefinisikan, disepakati, dan diatur dengan jelas

■ Dukungan dari pemangku kepentingan kunci setempat, terutama masyarakat nelayan

■ Sumber daya dan kapasitas untuk implementasi.

Dibutuhkan tata kelola yang baik dan pengelolaan yang efektif, biasanya paling baik dicapai melalui kombinasi pendekatan dari atas ke bawah (top-down) dan dari

bawah ke atas (bottom-up) dengan keterlibatan masyarakat.29

TATA KELOLA YANG BAIK30

■ Pengaturan tata kelola yang jelas, sah, adil, dan fungsional, termasuk kemauan politik untuk mengimplementasikan KKP. Proses pengambilan keputusan yang transparan dan tanggung jawab yang jelas dalam implementasinya.

■ Memastikan keterwakilan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, pemegang hak, dan pemangku kepentingan.

PENGELOLAAN YANG EFEKTIF31

■ Rencana pengelolaan dengan peninjauan berkala dan proses amandemen untuk memperbarui tujuan, target konservasi, dan

PENGELOLAAN KKP YANG EFEKTIF

BAB 2

© Beautiful D

estinations

KURANGNYA SUMBER DAYA

Page 14: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

14Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 2

Ini merupakan permasalahan yang besar di beberapa KKP hiu dan pari yang telah terbentuk, seperti kegiatan perikanan ilegal yang dilaporkan di Kepulauan Marshall, Palau dan Honduras.35 Pengawasan seringnya terbatas dikarenakan kurangnya kapal patroli, staf perikanan, dan logistik. Hal ini dapat menyebabkan lambatnya respon terhadap pelaporan kegiatan perikanan illegal.

Namun, perkembangan teknologi bisa mengurangi biaya pengawasan di daerah terpencil, seperti menggunakan data satelit dan drone, yang terbukti bermanfaat bagi pengawasan, khususnya di KKP hiu dan pari yang berukuran luas.

© A

ntonio Busiello / WW

F-US

LEMAHNYA PENEGAKAN HUKUM

LIHAT BAB 5

Hiu karang Karibia (Carcharhinus perezi) dengan kail pancing, Roatan, Bay Islands, Honduras.

Page 15: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

15Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Meskipun dengan adanya larangan terhadap kegiatan ilegal tersebut, perencanaan yang kurang matang menyebabkan berlanjutnya perdagangan produk hiu dan terkadang menargetkan hiu di dalam beberapa KKP hiu dan pari. Di KKP hiu dan pari di Maldives, pengaturan lintas lembaga belum dikoordinasikan ketika peraturan larangan penangkapan dan perdagangan hiu tiba-tiba diterbitkan. Hal ini mengakibatkan konflik legislatif sehingga perdagangan produk hiu tidak diatur. Tidak adanya konsultasi formal dengan pemangku kepentingan, kurangnya dukungan terhadap mata pencaharian alternatif bagi nelayan hiu, serta rendahnya tingkat pendidikan dan kesadaran berakibat berlanjutnya penangkapan hiu oleh nelayan setelah diberlakukannya larangan tersebut.37

Konsolidasi lintas lembaga, keterlibatan pemangku kepentingan, pendidikan, komunikasi dan penyadaratahuan merupakan aspek yang penting dalam perencanaan KKP yang efektif. Pertimbangan sumber pendapatan dan mata pencaharian alternatif sangat penting untuk menggalang dukungan masyarakat. 38 Terkadang pariwisata hiu memiliki potensi sebagai sumber pendapatan alternatif non-konsumtif untuk perekonomian lokal, namum tidak semua nelayan dapat beradaptasi dengan perubahan besar dalam kehidupan kesehariannya, dan kebutuhannya harus dipertimbangkan dan dikelola dengan hati-hati.39

Cara paling efektif untuk menekan angka kematian hiu dan pari adalah dengan menerapkan zona inti yang diawasi secara ketat. Tetapi cara ini tidak selalu menjadi solusi yang praktis, atau dapat diterima secara sosial ekonomi dan budaya. Terlebih bila cara ini diterapkan pada wilayah yang luas dan di negara berkembang yang bergantung pada sumber daya laut untuk ketahanan ekonomi dan pangannya. 40 Pengaturan larangan secara spasial untuk penangkapan hiu dan perdagangan produk hiu dapat menjadi solusi yang lebih diterima di lokasi tersebut dan dapat menekan tingkat kematian hiu.

Pilihan lain yang lebih memungkinkan adalah dengan bekerja bersama industri perikanan dan pembuat kebijakan untuk mendorong praktik perikanan dan penggantian alat tangkap perikanan di dalam KKP untuk mengurangi tangkapan sampingan hiu dan pari. Pendekatan ini masih dalam proses penerapan dalam perikanan tuna di Pasifik dan wilayah lain. 41 Namun, hasilnya harus dipantau untuk mengetahui seberapa besar tingkat penurunan dari ancaman tersebut. 42

Langkah dan metode yang dapat mengurangi kematian hiu dan pari akibat tangkapan sampingan antara lain: 43 � Larangan penggunaan tali kawat pada rawai tuna dan alat tangkap rawai lainnya � Penggunaan circle hooks ketimbang J-hooks � Uji coba magnet permanen, logam tanah jarang, dan penggunaan listrik lainnya

untuk menangkal hiu dan pari pada kait umpan � Uji coba pemasangan lampu LED pada jaring insang (baca https://sharks.panda.org/

stories-from-the-field/ seeing-the-light-in-reducing-wildlife-bycatch) � Praktik terbaik menangani dan metode melepaskan hiu di kapal � Pengelolaan/pengambilan alat tangkap yang tidak terpakai � Desain rumpon agar hiu tidak terjerat � Mengganti waktu penebaran jaring pada malam/siang hari tergantung perilaku

spesies.

KKP hiu dan pari tidak sepenuhnya dapat melindungi spesies tersebut dari ancaman kematian akibat aktivitas perikanan karena spesies tersebut sering menjelajah melampaui batas-batas KKP. 44 Perlindungan lebih menyeluruh dan pengurangan tingkat kematian akibat aktivitas perikanan membutuhkan strategi penunjang, seperti pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem atau pengelolaan perikanan di luar KKP.45

PERENCANAAN YANG KURANG MATANG

KEMATIAN AKIBAT AKTIVITAS PERIKANAN

PERGERAKAN HIU DAN PARI DI LUAR KKP

Page 16: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 3UPAYA PENATAAN RUANG PERIKANAN

● Beberapa KKP hiu dan pari dibentuk berdasarkan bentuk pengelolaan perikanan – dari pembatasan alat tangkap hingga penutupan wilayah – pada wilayah tertentu

● Kombinasi antara perlindungan berbasis spasial dan pengelolaan perikanan dapat meningkatkan hasil konservasi

Hiu hitam (Blacktip reef shark/Carcharhinus melanopterus) berburu di malam hari,Yap, Federated States of Micronesia

Page 17: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

17Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 3

perikanan, badan pembuat kebijakan, dan organisasi pengelolaan perikanan regional.

Langkah-langkah penataan ruang perikanan yang diterapkan pada ruang yang jelas tersebut belum dianggap sebagai salah satu bentuk KKP. Namun, pandangan ini mulai beralih. Upaya konservasi berbasis kawasan yang efektif ini diakui dalam Sasaran Keanekaragaman Hayati Aichi 11 yang sekarang didefinisikan sebagai ‘upaya pengelolaan perikanan berbasis kawasan’.48

Perlindungan berbasis spasial saja tidak cukup untuk mengurangi kematian hiu hingga mencapai tingkat yang memungkinkan bagi populasinya untuk pulih. Oleh karena itu, regulasi penunjang dan pengurangan upaya penangkapan ikan dapat meningkatkan hasil konservasi.46 Pengelolaan perikanan dan perlindungan berbasis spasial tentunya dapat diterapkan untuk saling melengkapi.

Beberapa KKP yang berukuran luas – seperti Taman Laut Great Barrier Reef di Australia – memadukan berbagai langkah pengelolaan perikanan. Beragam zona, mulai dari zona inti hingga zona pemanfaatan, dipadukan dengan pengendalian upaya perikanan, pembatasan alat tangkap, dan pengaturan ukuran serta jumlah tangkapan. Hal ini diterapkan untuk mengelola dan melestarikan keanekaragaman hayati (termasuk hiu dan pari) di wilayah yang luas.47 Dalam perencanaannya, dibutuhkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan terkait, seperti industri

UPAYA PENATAAN RUANG PERIKANAN

© Sim

on Lorenz / WW

F-Hong K

ong

“Sebuah wilayah geografi yang jelas, dikenal, ditujukan dan dikelola, dengan aturan legal atau cara lain yang efektif, untuk mencapai tujuan jangka panjang konservasi alam, terkait dengan jasa yang disediakan ekosistem dan nilai budaya.”

Meskipun IUCN secara umum menjelaskan tujuan utama KKP adalah untuk konservasi, definisi tersebut tidak menyebutkan jenis lain perlindungan berbasis spasial yang dapat berkontribusi walaupun memiliki sasaran yang berbeda – seperti upaya pengelolaan perikanan berbasis kawasan dan wilayah yang ditetapkan dalam proses perencanaan tata ruang laut.

DEFINISI IUCN: KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

tuna dapat mengurangi tingkat kematian hiu dan pari. Pembatasan alat tangkap ini diberlakukan di Kepulauan Marshall, Kepulauan Cook, dan Federasi Mikronesia.49

PEMBATASAN ALAT TANGKAP Pembatasan alat tangkap di suatu wilayah dengan batas yang jelas dapat memberikan dampak positif terhadap hiu dan pari. Namun, hingga saat ini sebagian besar KKP hanya berbasis pada perlindungan wilayah.

Di beberapa wilayah, pembatasan alat tangkap mungkin lebih dapat diterima secara sosial dibandingkan dengan penutupan kawasan secara penuh, salah satunya oleh nelayan skala kecil yang lokasi penangkapan tradisionalnya mengalami tekanan dari meningkatnya upaya penangkapan ikan dan menurunnya hasil tangkapan.

Pembatasan alat tangkap dalam KKP hiu dan pari dapat mengurangi tingkat kematian hiu walaupun

kegiatan perikanan tangkap masih terus berlanjut. Sebagian besar perekonomian KKP di negara kepulauan Pasifik bergantung pada perikanan tuna, sehingga pelarangan aktivitas penangkapan ikan tidak dapat diterapkan. Namun, pelarangan penggunaan tali kawat pada rawai

Hiu hoki karang (Carcharhinus albimarginatus), Negara Bagian Chuuk, di Mikronesia

© Sim

on Lorenz / WW

F-Hong K

ong

Page 18: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

18Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

© Sim

on Buxton / WW

F

Di Australia Barat, diberlakukan sebuah zona pemanfaatan terbatas dengan larangan penggunaan alat tangkap rawai hiu dan pancing dengan pemberat (dropline). Peraturan ini diterapkan pada tahun 1993 untuk melindungi stok perkembangbiakkan hiu jenis whaler shark dewasa, yaitu sandbar shark dan dusky shark.52 Keduanya penting bagi perikanan, namun kawasan dengan pembatasan alat tangkap tersebut dapat memberikan perlindungan untuk berkembang biak.53

BAB 3

PEMBATASAN ALAT TANGKAP YANG BERHASIL DITERAPKAN

shortfin mako, blue shark dan great hammerhead – telah diprediksi menghuni suatu lokasi, atau hotspots habitat.56 Penutupan musiman pada hotspots habitat tersebut dapat mengurangi hasil tangkapan sampingan, namun penutupan tersebut juga sepertinya akan berdampak pada menurunnya tangkapan ikan target. Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada penutupan kawasan yang diterapkan oleh organisasi pengelolaan tuna di tingkat regional.

PENUTUPAN KAWASAN UNTUK PERIKANANPenutupan musiman pada kawasan tertentu untuk kegiatan perikanan telah disarankan guna melestarikan beberapa spesies hiu dan pari:

■ Penutupan musiman pada kawasan selama tiga tahun dijadikan percontohan sebagai cara yang efektif untuk memastikan pemulihan populasi thornback skate, yang terancam akibat tingginya tingkat tangkapan sampingan, namun dengan meminimalkan kerugian pada hasil perikanan.54

■ Penutupan musiman pada kawasan tertentu untuk kegiatan perikanan telah diusulkan guna melindungi speartooth shark yang terancam punah di utara Australia. Spesies ini bermigrasi secara musiman, sehingga penutupan yang diusulkan bertujuan untuk melindungi habitat yang paling sering disinggahi sementara memaksimalkan area terbuka untuk perikanan.55

■ Beberapa spesies pelagis yang merupakan tangkapan sampingan dari perikanan tuna – seperti hiu lanjaman,

© Jürgen Freund / W

WF

Biomassa Whaler sharks (Carcharhinids) telah meningkat sebagai hasil dari diberlakukannya upaya pengelolaan perikanan dengan pembatasan semua alat tangkap kecuali pancing tonda di sejumlah KKP.50

© Brian J. Skerry / W

WF

Pukat dasar telah dilarang di wilayah perairan seluas 340km2 di pantai selatan Inggris sejak tahun 1978. Dalam kawasan tersebut, ditemukan spotted skate dan smalleyed skate dengan bobot yang lebih berat. Hal ini menunjukkan manfaat yang dihasilkan dari cakupan habitat yang sesuai dengan pergerakan pari yang terbatas.51

Page 19: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

19Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Untuk hiu lanjaman, terdapat wilayah yang tinggi kejadian tangkapan sampingan hiu berukuran kecil namun kawasan tersebut bukan menjadi lokasi utama penangkapan tuna. Kawasan tersebut dapat menjadi kawasan perlindungan secara musiman yang sesuai untuk mengurangi tangkapan sampingan hiu pelagis dengan kerugian minimum pada tangkapan tuna.

PENUTUPAN KAWASAN YANG BERHASIL DITERAPKAN©

Boris Pamikova / Shutterstock

Sejak 2007, sebuah jejaring kawasan yang ditutup secara musiman telah ditetapkan untuk aktivitas perikanan di timur dan selatan Australia. Penetapan tersebut telah memungkinkan pemulihan populasi dua spesies gulper shark – Harrisson’s dogfish dan southern dogfish – yang telah menurun secara drastis akibat aktivitas perikanan. Penutupan yang ditetapkan melalui peraturan tersebut mencakup wilayah jelajahnya. Walaupun pemulihan populasinya dapat membutuhkan waktu puluhan tahun dikarenakan rentang usianya yang panjang dan produktivitasnya yang rendah, penurunan biomassa spesies tersebut telah dihentikan.58

© Rudolf Svenson / W

WF

Mendokumentasikan KKP dan program WWF di Tanzania, Afrika Timur

© Brent Stirton / G

etty Images / W

WF-U

K

■ Penutupan kawasan untuk perikanan pukat telah diajukan di perairan Costa Rica hingga kedalaman 100m, di mana kawasan tersebut merupakan lokasi penangkapan ikan dan juga habitat untuk hiu dan pari yang terancam. Upaya ini dapat diberlakukan dengan menggunakan sistem pelacakan kapal (Automatic Identification System/AIS) sebagai solusi yang hemat biaya.57 Cara ini yang kemudian mendorong pelarangan lebih luas untuk alat tangkap pukat di Costa Rica.

Page 20: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 4MENENTUKAN TUJUAN DAN SASARAN KKP HIU DAN PARI

● Bagaimana menetapkan sasaran dan tujuan KKP

● Bagaimana KKP dengan beragam zona bermanfaat bagi hiu dan pari

● Jangan lupakan pari!

Warga desa Waisomo mempersiapkan penurunan buoy sebagai tanda batas KKP pertama di Fiji

Page 21: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

21Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 4

MENENTUKAN SASARAN DAN TUJUAN UNTUK KKP HIU DAN PARI

menangkap hiu dan pari? Apakah masyarakat bergantung pada aktivitas tersebut sebagai sumber pendapatan atau pangan? Atau aktivitas manusia lainnya (seperti penambangan minyak dan gas) yang mempengaruhi hiu dan pari?

■ Pengelolaan kawasan dan perikanan apa yang paling efektif untuk menurunkan ancaman?

■ Dapatkah kegiatan lainnya diatur? Apakah lebih tepat melindungi di pesisir atau lepas pantai?

■ Sumber daya apa yang tersedia?

Mendefinisikan dan menetapkan sasaran dan tujuan dengan jelas merupakan langkah pertama yang penting dalam membentuk dan mengelola suatu KKP. Tahapan ini memungkinkan pengembangan rancangan yang terarah, penilaian efektivitas, dan penentuan keberhasilan.

TUJUAN REALISTIS: PERTANYAAN KUNCISebuah tujuan harus realistis agar efektif – dan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini membutuhkan kejelasan dari beberapa pertanyaan dasar:

■ Spesies hiu dan pari apa yang perlu dilindungi? Apakah habitatnya di pesisir, atau di perairan terbuka lepas pantai?

■ Aktivitas perikanan apa di kawasan tersebut yang

© M

eg Gaw

ler / WW

F

Ada berbagai alasan untuk melindungi hiu dan pari, dan alasan tersebut mempengaruhi sifat dari perlindungan yang akan diterapkan. Secara umum, tujuan KKP dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama:59

Kemampuan dan kapasitas KKP untuk mencapai tujuannya

EFEKTIVITAS KEBERHASILAN

Capaian dari sasaran KKP

EKOLOGISMelindungi

keanekaragaman hayati, habitat, dan spesies yang

terancam

EKONOMIMenunjang mata

pencaharian masyarakat dan perikanan berkelanjutan

SOSIAL AND BUDAYA

Mempromosikan pariwisata, pendidikan,

dan penelitian

TUJUAN UMUMTujuan utama konservasi dari pengelolaan kawasan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup populasi hiu dan pari di lingkungan alaminya.60 Berbagai tujuan dan sasaran dapat mencapai tujuan umum KKP hiu dan pari:

■ Mengkaji dan melindungi dari ancaman utama - Penangkapan ikan berlebih, hilangnya habitat, dan perubahan iklim

■ Mengembalikan dan memulihkan populasi yang menurun – menurunkan tingkat kematian hiu, melindungi habitat kritis

■ Melestarikan habitat kritis, koridor migrasi dan tahapan hidup kritis

■ Melestarikan spesies atau subsetnya yang terancam

■ Melindungi keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem, memberikan manfaat beragam spesies

■ Melindungi hotspots keanekaragaman hayati, memprioritaskan kawasan dengan konsentrasi tinggi spesies endemik yang terancam akibat hilangnya habitat61

■ Melindungi keunikan evolusi, memprioritaskan spesies yang tidak tergantikan dengan beberapa kerabat terdekatnya62

■ Memastikan keberlanjutan hiu dan pari yang tertangkap sebagai ikan target dan/atau tangkapan sampingan

■ Menurunkan angka kematian – untuk memungkinkan pemulihan ke tingkat yang berkelanjutan

■ Meningkatkan manfaat sosial ekonomi – memberikan nilai budaya, ekonomi, dan pariwisata sebagai kontribusi hiu dan pari.

Page 22: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

22Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

SASARAN DAN TUJUAN

Melindungi hiu dan ekosistem penunjangnya… melindungi 100 spesies hiu dan pari di barat Samudra Pasifik yang terancam punah… menjaga integritas ekosistem laut kita.”KKP hiu dan pari di Palau

Sebagai suaka untuk melindungi dan mengkonservasi mamalia laut dan hiu… Mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan perlindungan hiu dan habitatnya dari dampak negatif aktivitas manusia, baik yang langsung maupun tidak langsung, dan yang sedang terjadi maupun yang

KKP hiu dan pari Dutch Caribbean

BAB 4

SASARAN KKPSatu pertanyaan kunci adalah apakah sasaran dari KKP untuk melindungi semua hiu dan pari dalam kawasan tersebut, atau fokus pada spesies tertentu yang terancam punah:

SPESIES TERTENTUMungkin lebih relevan untuk spesies yang sangat terancam, seperti pari gergaji. Target konservasi berbasis spesies lebih mungkin untuk memastikan kebutuhan habitat kritis spesifik spesies tersebut terpenuhi.63

BERAGAM SPESIESKelompok spesies hiu dan pari dapat merespon secara berbeda terhadap ancaman yang sama. Hal ini bergantung pada sifat sejarah hidup spesies, seperti ukuran wilayah jelajah atau kecepatan untuk pulih bila dilindungi.64 Perlindungan yang efektif terhadap beragam spesies dapat meningkatkan kontribusi konservasi dari suatu KKP.65

Untuk menentukan pendekatan yang paling sesuai, lakukan identifikasi hiu dan pari serta tahapan hidup yang akan dilindungi. Selain itu, ketahui habitat kritis yang dibutuhkan oleh spesies tersebut. Lalu, gunakan informasi ini untuk menentukan lokasi terbaik untuk pembentukan KKP dengan sasaran konservasi tersebut.

Semua tujuan tersebut dapat diberlakukan pada tingkat lokal, regional, dan nasional. Beberapa yang berkontribusi langsung terhadap kebijakan dan kesepakatan tingkat tinggi untuk hiu dan pari, termasuk:

STUDI KASUS: GLOVERS REEF MARINE RESERVE

Glovers Reef Marine Reserve (GRMR) di Belize merupakan contoh yang baik dari efektivitas KKP umum yang berhasil melindungi hiu sejalan dengan pernyataan tujuannya. Hiu karang Karibia adalah salah satu spesies target untuk konservasi dalam rencana pengelolaan GRMR,66 dan pemantauan jangka panjang selama 13 tahun mengindikasikan populasinya tetap stabil tanpa ada perubahan yang tampak pada ukuran atau struktur populasinya.67

Sejumlah besar hiu adalah penghuni tetap, dan setiap tahapan hidupnya terpenuhi di rentang habitatnya.Jumlah hiu karang Karibia jauh lebih banyak di dalam kawasan ketimbang di perairan terumbu karang di luar kawasan.

Faktor keberhasilan KKP tersebut ditunjang oleh kombinasi ukuran yang luas, lokasi yang terpencil, berusia lama, penegakan hukum yang aktif, dan pendekatan beragam zona, di mana zona inti yang luas dengan habitat yang saling terhubung dikelilingi zona yang lebih besar dengan pengaturan perikanan termasuk pembatasan alat tangkap.68 Penelitian dan pemantauan serta partisipasi masyarakat juga berkontribusi terhadap efektivitas KKP tersebut.

Rencana Aksi Nasional dan InternasionalThe Memorandum of Understanding on Conservation of Migratory Sharks The Convention on Biological Diversity (Aichi Targets 11 and 12)The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)

berpotensi.”

Page 23: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

23Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

kemungkinan persinggungan dengan aktivitas perikanan. Selain itu, perlindungan terhadap jenis habitat yang lebih beragam dapat berkontribusi pada konservasi berbagai spesies hiu dan tahapan kehidupannya.70

KATEGORI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI IUCNI. Cagar alam dan kawasan belantaraII. Taman NasionalIII. Monumen alamiIV. Kawasan pengelolaan habitat/spesiesV. Kawasan lindung bentang alam/lautVI. Kawasan lindung dengan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan71

PARIIkan pari kurang mendapat perhatian namun statusnya lebih terancam dibandingkan hiu. Spesies pari yang paling terancam termasuk pari gergaji, pari kemejan, pari gitar, dan pari lainnya.72 Beberapa KKP untuk hiu dan pari berukuran besar menyertakan perlindungan terhadap pari dalam peraturan kawasannya, seperti di Dutch Caribbean, the British Virgin Islands, Kepulauan Cook, New Caledonia dan Maldives.73 Sayangnya, pari tidak disertakan dalam peraturan pada KKP di Bahamas, Honduras dan Kepulauan Marshall.

KKP tingkat nasional pertama yang dibentuk khusus untuk konservasi pari diumumkan di Belize pada Oktober 2017.74

SISTEM ZONASI Pendekatan beragam sistem zonasi dapat menggabungkan berbagai tujuan dalam satu KKP. Contohnya Taman Nasional Laut Great Barrier Reef di Australia. Kawasan ini meliputi berbagai tujuan di wilayah yang berbeda, dari perlindungan ketat untuk keanekaragaman hayati hingga pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.69 Zonasi – yang merujuk pada empat dari enam kategori pengelolaan kawasan konservasi IUCN – merupakan penggabungan berbagai jenis KKP dengan beragam tingkat perlindungan yang bekerja bersama untuk membentuk sebuah jejaring dalam satu KKP yang lebih besar.

Pendekatan sistem zonasi dapat memberikan perlindungan kepada spesies hiu dengan menurunkan

BERAGAM ZONASI DALAM KKP

ZONA MULTIPEMANFAATAN

ZONA PENYANGGA

ZONA LARANGTANGKAP DARATAN

ZO

NA

IN

TI

DARATAN

Page 24: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 5INFORMASI PENTING YANG DIBUTUHKAN UNTUK PERENCANAAN KKP HIU DAN PARI

● Perlindungan kawasan yang efektif untuk hiu dan pari bergantung pada pengetahuan tentang wilayah jelajah, biologi, dan habitatnya75

● Kontribusi konservasi pada KKP dapat ditingkatkan dengan memfokuskan pada hotspots keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam

● Informasi tentang faktor sosial ekonomi menjadi kunci keberhasilan KKP secara ekologis 76

Cagar Alam Laut Glovers Reef di Belize, sebuah contoh KKP hiu yang efektif

Page 25: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

25Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

penataan ruang yang efektif dalam kawasan konservasi.82

BIOLOGI DAN EKOLOGIAspek biologis dan ekologi hiu dan pari menentukan sebagian pola pergerakannya. Karakteristik reproduksi, pola makan, dan migrasi dapat dipadukan dengan keterikatan lokasi, kemunculan berulang di habitat kritis, dan konektivitas ekologi antar habitat.

HABITAT KRITISKKP sering dikritik karena ukurannya yang terlalu kecil untuk memberikan perlindungan yang efektif bagi spesies hiu dan pari yang memiliki wilayah jelajah yang luas.Namun, perlindungan terhadap habitat hiu dan pari yang sangat penting bagi tahapan hidupnya (lokasi berkembang biak, pengasuhan anakan, mencari makan, jalur migrasi) berkontribusi pada konservasi beberapa spesies dan populasi84.

PERGERAKAN Pergerakan hiu dan pari adalah jenis informasi utama yang dibutuhkan untuk mempertimbangkan upaya perlindungan berbasis lokasi - pengetahuan tentang pola pergerakan dan tahapan hidup akan menentukan lokasi perlindungan dan cakupan luasannya untuk melindungi spesies dengan jelajah yang luas dari aktivitas perikanan dan ancaman lainnya.77

Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan satelit telemetri dan akustik, juga penandaan konvensional, telah memberikan banyak informasi tentang pergerakan beragam jenis hiu dan pari, khususnya yang terkait dengan KKP.78 Informasi tersebut meningkatkan pemahaman tentang:

■ Jenis, skala, dan waktu dari pola pergerakan

■ Wilayah jelajah■ Keterikatan lokasi (site fidelity)■ Konektivitas■ Syarat penentuan habitat kritis.

informasi lebih jauh, lihat

Panduan Pendugaan Cepat Hiu dan Pari

Informasi ini banyak tersedia di internet dengan kata kunci pergerakan hiu dan pari - bahkan jika informasi tentang spesies atau kelompok spesies tertentu tidak tersedia, data dari spesies atau kelompok sejenis dapat digunakan sebagai sumber keterwakilan.79

■ Pencarian awal dapat dimulai dari

■ Data pergerakan spesifik spesies yang lebih rinci tersedia di

Jika kawasan konservasi yang direncanakan lebih besar dari informasi hasil penandaan atau telemetri yang tersedia, data model pergerakan tersebut dapat digunakan

sebagai informasi tambahan untuk perencanaan tata ruang pemilihan habitat, sebaran spesies, dan pergerakannya. Data model tersebut memetakan karakteristik lingkungan dari habitat spesies yang pernah dilakukan penandaan dan dapat digunakan untuk menemukan wilayah lain yang berpotensi menjadi habitat penting spesies tersebut.80

Contohnya:■ Data telemetri migrasi skala besar

digunakan dalam pemodelan habitat untuk mengkonfirmasi bahwa jejaring KKP di pantai barat Australia merupakan habitat penting dan memberikan perlindungan kepada hiu paus. Data tersebut juga mengungkap wilayah berukuran luas lainnya sebagai habitat yang sesuai bagi hiu paus untuk menjadi prioritas kawasan konservasi di masa depan.81

■ Sebuah model sebaran spesies juga digunakan sebagai prediksi kemungkinan keberadaan angel shark yang kritis terancam punah di pesisir Kepulauan Canary. Informasi penting ini menjadi kunci untuk perancangan

PERLINDUNGAN BERBASIS LOKASI

BAB 5

© Beautiful D

estinations

Sumber: V. U

dyawer unpublished data A

ustralian Institute of Marine Science

Setiap spesies memiliki jarak wilayah jelajah yang berbeda

BLUESPOTTED FANTAIL RAY

HIU KARANG SIRIP HITAM

HIU PAUS

74,000 km2

316 km2

0.44 km2

RERATA JARAK WILAYAH JELAJAH

https://www.shark-references.com

https://rossdwyer.shinyapps.io/sharkray_mpa

Page 26: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

26Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Banyak spesies hiu sering kali memisahkan diri berdasarkan ukuran dan jenis kelamin, contohnya betina dewasa, anakan, dan hiu yang baru lahir tinggal di habitat yang berbeda.85 Hiu anakan dan yang baru lahir menunjukkan keterikatan lokasi pada habitat pesisir yang dangkal sebagai lokasi mencari makan dan perlindungan dari pemangsa.86 Beberapa kawasan konservasi di penjuru dunia umumnya dapat memberikan perlindungan kepada spesies pada tahapan hidup tersebut, termasuk spesies hiu lonjor,87 pigeye shark,88 grey smoothhound,89 lemon

Beberapa spesies hiu dan pari berulang kali kembali ke lokasi yang sama untuk berkembang biak. Keterikatan lokasi seperti ini telah digunakan pada banyak kasus sebagai dasar untuk melindungi hiu:

■ Dry Tortugas, Florida – penutupan musiman untuk melindungi hiu bisu93

■ Western Australia – pembatasan alat tangkap untuk

melindungi whaler sharks94 ■ Western Australia – penutupan

aktivitas perikanan untuk melindungi southern dogfish dan whiskery sharks.95

Spesies lain yang menunjukkan keterikatan lokasi untuk berkembang biak termasuk hiu karang sirip hitam,96 hiu banteng,97 hiu bisu,98 Port Jackson shark,99 lemon shark100 dan smooth stingrays.101

Keterikatan lokasi untuk hiu anakan dan dewasa juga berkaitan dengan ketersediaan mangsanya. Hal ini yang menyebabkan agregasi spesies (hiu paus dan pari manta beragregasi untuk mencari makan) menjadi rentan terhadap kematian akibat aktivitas perikanan.102 Penataan ruang untuk perlindungan dapat diterapkan untuk mengurangi kematian di lokasi spesies tersebut akan beragregasi – contohnya di Whale Shark Biosphere Reserve di Semenanjung Yucatan, Mexico, dibentuk khusus untuk melindungi agreagasi hiu paus yang mencari makan.103 Sejak dibentuk, lokasi agregasi baru telah ditemukan lebih jauh ke timur di sepanjang

BAB 5

dapat menyediakan mekanisme untuk pengambilan tindakan berdasarkan informasi baru tersebut.

PERGERAKAN TERBATASBeberapa spesies, seperti pari luncur dan pari yang kecil, dan beberapa hiu berukuran kecil, menunjukkan pergerakan yang terbatas sepanjang hidupnya. Informasi tentang keberadaan jenis spesies ini di suatu lokasi dapat menunjukkan apakah perlindungan kawasan habitatnya akan efektif.Contoh spesies-spesies tersebut antara lain:

■ Nervous shark – menghuni pesisir, perairan dangkal105

■ Epaulette shark dan Pacific angel shark (dan lainnya) – memilih tinggal di habitat dasar laut106

■ Kermadac spiny dogfish di laut dalam – dilindungi di Cagar Alam Laut Kepulauan Kermadac yang mencakup sebagian besar sebaran populasinya.107

© Jürgen Freund / W

WF

Pengetahuan akan pergerakan migrasi harus dipadukan dalam KKP yang telah atau yang akan dibentuk untuk beragam spesies, termasuk hiu paus.

shark,90 sharptooth lemon shark,91 hiu karang Karibia, hiu karang sirip hitam, spinner shark, milk shark, hiu bisu, dan southern stingray.92

semenanjung:104 Pengelolaan adaptif

Page 27: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

27Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

KKP LAUT TERBUKABanyak KKP hiu dan pari mencakup laut terbuka di mana spesies dengan wilayah jelajah yang luas berada, seperti hiu koboi. Jika KKP di laut terbuka dibentuk dan peraturannya ditegakkan, maka dapat melindungi jenis spesies tersebut. Koridor migrasi yang diajukan di Cocos, Galapagos, pada dasarnya merupakan KKP laut terbuka.

Beberapa hiu pelagis – seperti

bervariasi sesuai dengan perubahan musim suhu laut dan produktivitas primer. Penutupan sementara kawasan secara dinamis dan musiman mungkin lebih tepat untuk melindungi spesies tersebut dibandingkan penutupan permanen. Upaya ini membutuhkan fleksibilitas pengelolaan yang lebih besar.

Pada kasus industri tuna, dimana hiu dan pari menjadi hasil tangkapan sampingan, penutupan secara dinamis mungkin akan berdampak secara ekonomis pada industri tersebut namun dapat memberikan manfaat pada upaya konservasi hiu dan pari. Penutupan kawasan secara dinamis seperti ini telah berhasil diterapkan untuk membatasi hasil tangkapan sampingan pada perikanan rawai tuna di Australia.121

JALUR MIGRASIJalur migrasi merupakan habitat penting bagi berbagai hiu dan pari. Semakin banyak informasi yang tersedia tentang jalur migrasi berbagai spesies,108 termasuk:● Hiu paus109 ● Deepwater leafscale gulper sharks 110

● Hiu banteng111

● Pari manta karang113 ● Hiu Lanjaman114

● Hiu Martil.115

Studi dan informasi ini menegasikan bahwa pengetahuan tentang jalur migrasi harus dipadukan ke dalam KKP yang telah dan akan dibentuk untuk meningkatkan perlindungan, khususnya terhadap spesies yang terancam punah.116

KONEKTIVITAS EKOLOGIS DAN HABITATPergerakan hiu dan pari antar habitat menjadi hal penting untuk kegiatan mencari makan dan berkembang biak. Meskipun sulit untuk melindungi berbagai spesies hiu dan pari dewasa yang tidak menunjukkan keterikatan lokasi, dalam beberapa kasus menunjukkan kemungkinan untuk menyertakan konektivitas ekologis dari habitat dalam penataan ruang untuk meningkatkan keberlanjutan populasi dan dampak dari konservasi.117

Terkadang, pergerakan ini terjadi pada skala yang memungkinkan untuk melindungi spesies yang dewasa. Contohnya:

■ Perlindungan hiu hoki karang dan hiu lonjor jantan dewasa dapat mencakup habitat terumbu karang yang berjarak dekat (<20km).118

■ Hiu bisu dan hiu karang Karibia menggunakan habitat yang beragam pada ekosistem terumbu karang, seperti laguna, kanal, dan terumbu karang. Dengan melindungi ruang

yang menghubungkan antar habitatnya dapat mengurangi risiko dari kegiatan perikanan.119

■ Hiu lanjaman dan hiu martil yang bermigrasi antara Cagar Alam Laut Galapagos dan Taman Nasional Kepulauan Cocos bisa dilindungi dengan KKP yang mencakup koridor migrasinya.120

MigraViaLebih dari satu dekade, MigraVia telah menghasilkan informasi pergerakan spesies yang bermigrasi di Pasifik Timur.Informasi lebih jauh tersedia di

SUMBER DI INTERNET

JEJARING KKPSebuah jejaring KKP yang terhubung secara ekologis yang menunjang konektivitas habitat dan mengurangi paparan terhadap aktivitas perikanan di area yang luas.

© W

WF-Indonesia / A

mkieltiela

Banyak KKP hiu dan pari mencakup kawasan di laut lepas

http://migramar.org/hi/en/migravia-2/

● White sharks112

hiu mako, hiu biru, hiu martil – menghuni hotspots habitat yang

Page 28: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

28Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 5

EDGE SPECIES

famili hiu dan pari tersebut dapat menjadi bagian dalam perancangan suatu KKP, maka kontribusi konservasinya akan meningkat.

.KEUNIKAN EVOLUSIAda kesepakatan umum bahwa setiap elemen keanekaragaman hayati harus dilestarikan, termasuk informasi evolusinya.126 ‘Keunikan Evolusi’ (KE) adalah sebuah konsep bahwa setiap cabang evolusi terpanjang suatu spesies mewakili tingkat evolusi yang lebih besar, lebih unik, dan memiliki beberapa kerabat dekat. Kepunahan suatu spesies berarti sebuah kerugian besar dalam informasi evolusi dibandingkan dengan spesies yang baru berevolusi dengan kerabat yang banyak.Oleh karena itu, KE perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan prioritas konservasi suatu KKP.127

Suatu hotspots keanekaragaman hayati umumnya didefinisikan sebagai wilayah yang memiliki konsentrasi tinggi spesies endemik yang terancam punah akibat hilangnya habitat;122 walaupun wilayah ini juga diartikan sebagai wilayah dengan kekayaan beragam spesies (tidak harus endemik) yang tidak terdampak dari hilangnya habitat.

Target Aichi 11 Konvensi Keanekaragaman Hayati bertujuan untuk melestarikan wilayah yang penting bagi keanekaragaman hayati.123 Mengingat terdapat lebih dari 1.100 spesies hiu dan pari di seluruh dunia, diperlukan skala prioritas untuk melindungi hotspots keanekaragaman hayatinya.

Terdapat hotspots keanekaragaman hayati hiu dan pari di hampir seluruh perairan di negara-negara yang menangkap hiu dan pari secara besar-besaran.124 Memetakan jumlah spesies di suatu wilayah, dan mengetahui status endemik atau keterancamannya akan membantu menentukan bagaimana KKP akan berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati.

SPESIES TERANCAM PUNAHDaftar merah Spesies Terancam Punah IUCN (

www.iucnredlist.org) mengidentifikasi spesies hiu dan pari yang mengalami risiko tertinggi kepunahan – pada banyak kasus spesies tersebut sangat terancam akibat perikanan tangkap yang berlebih.

Hiu dan pari yang paling terancam kepunahan umumnya adalah spesies yang berukuran besar dan hidup di pesisir yang mudah diakses oleh aktivitas perikanan. Famili hiu dan pari yang paling terancam adalah pari gergaji, dan famili pari besar di pesisir – pari kemejan, pari gitar, sleeper rays dan stingrays. Angel sharks dan hiu monyet juga menghadapi risiko yang tinggi.125 Jika

KONTRIBUSI KONSERVASI

SPESIES ENDEMIK Hanya hidup terbatas pada wilayah geografis tertentu.

© Wild Wonders of Europe / Staffan Widstrand / WWF

© LuisMiguelEstevez / Shutterstock

lokasi utama untuk konservasi hiu dan pari, antara lain:● Samudra Pasifik Barat Daya● Samudra Pasifik Barat Laut● Samudra Hindia Barat Daya● Afrika Barat● Samudra Atlantik Barat Daya

Untuk memberikan kontribusi terbesar, sebaiknya upayakan untuk menggabungkan indikator hotspots keanekaragaman hayati ini – endemik, kekayaan spesies, dan KE. Sebuah penelitian terbaru128 mengkaji indikator tersebut untuk memetakan 21 negara di lima kawasan hotspotst sebagai

Program Edge of Existence (

pari gergaji, angelsharks dan pari gitar.

© Shutterstock / Andrea Izzotti / WWF

www.edgeofexistence.org) menyajikan daftar 50 spesies hiu dan pari teratas dengan KE tertinggi dan status konservasi yang paling terancam. Spesies hiu dan pari dengan peringkat EDGE tertinggi adalah

Page 29: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

29Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

● Masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan upaya konservasi

● Membangun modal dan keadilan sosial

● Hiu dan pari dapat berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan pendapatan

● KKP harus dapat menyeimbangkan upaya pelestarian dengan kebutuhan ekonomi dan penghidupan

BEKERJA DENGAN MASYARAKAT

WWF telah menyusun Panduan untuk wisata hiu dan pari yang mencakup panduan untuk membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat setempat. Panduan ini tersedia secara gratis di

FAKTOR SOSIAL EKONOMIdemografis.134

Pertimbangan sosial ekonomi dan budaya dalam perencanaan KKP cenderung beragam antara di negara maju dan negara berkembang. Di beberapa KKP hiu dan pari, – seperti di Palau, Kepulauan Marshall dan the British Virgin Islands – kebutuhan masyarakat lokal yang memperbolehkan penangkapan hiu untuk kebutuhan subsisten telah dipertimbangkan dan tercantum dalam peraturan.135

Di negara-negara berkembang, pengelolaan KKP berbasis masyarakat merupakan hal yang umum. Membangun modal sosial dengan masyarakat, khususnya kepercayaan dan transparansi dalam kepemimpinan lokal, perlu dijajaki. Sementara dukungan jangka panjang dan dampak positif kemungkinan akan bergantung pada pemerataan manfaat dari KKP.136 Kearifan lokal dan pengetahuan tradisional dapat bermanfaat dalam perancangan dan perencanaan KKP hiu dan pari, terlebih bila data kurang memadai.

Data sosial ekonomi masyarakat yang terpengaruh oleh KKP juga penting untuk diperoleh. Data tersebut termasuk data spasial – seperti kepemilikan wilayah, lokasi perikanan tradisional; atau non-spasial – seperti tingkat pendidikan, mata pencaharian alternatif, dan persepsi terhadap KKP. Semua lokasi dan informasi tersebut dikumpulkan untuk menentukan zona-zona pemanfaatan dalam KKP di Raja Ampat yang kemudian disahkan sebagai kawasan suaka hiu.137 Para pemangku kepentingan mendapatkan kesempatan untuk meninjau rancangan rencana zonasi untuk menghasilkan rencana yang disepakati: kedua jenis data tersebut memandu rancangan KKP yang

KETERLIBATAN PEMANGKU KEPENTINGANUntuk mencapai dampak konservasi yang efektif dari suatu KKP, kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat harus diperhitungkan.129

Pemangku kepentingan dari masyarakat harus dilibatkan sejak tahap perencanaan awal, proses perancangan, dan pengelolaan, karena pembentukan KKP akan mengatur dan mengubah perilaku mereka.130 Pandangan masyarakat terhadap KKP menjadi sangat penting karena jika mereka tidak merasakan manfaatnya, maka kecil kemungkinannya mereka akan mendukungnya.131

Dalam masyarakat mungkin terdapat perbedaan persepsi. Hal ini tergantung pada peran dan keterampilan orang yang bersangkutan. Contohnya, beberapa nelayan merasa tidak mampu beradaptasi dengan hilangnya kebiasaan memancingnya dan merasa terkucilkan oleh kegiatan wisata yang menggantikan kehidupan tradisional mereka.132 Ketidakadilan sosial seperti ini dapat memicu konflik,133 dan harus dihindari. Oleh karena itu, libatkan semua pemangku kepentingan untuk membangun dukungan masyarakat (kepercayaan, rasa menghormati).

Jika suatu KKP akan mengurangi pendapatan atau ketahanan pangan masyarakat, maka sumber pendapatan dan mata pencaharian alternatif, serta kompensasi yang layak harus dipertimbangkan. Pertimbangkan pula kapasitas masyarakat untuk bertahan, yaitu kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan eksternal yang mungkin berbeda pada setiap individu dan kelompok

Pariwisata Hiu dan Pari yang Bertanggung Jawab

PEDOMAN PRAKTIK TERBAIK

https://sharks.panda.org/images/PDF/SharkandRays_BestPracticeGuide_2017_Bahasa_V2.pdf

Page 30: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

30Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

didukung oleh masyarakat dan pemerintah.138

Kemitraan bersama para pemangku kepentingan dalam KKP hiu dan pari juga bermanfaat dalam mendorong praktik perikanan yang berkelanjutan, mengumpulkan informasi penangkapan dan pelepasan kembali, dan meningkatkan nilai perikanan berkelanjutan melalui sertifikasi. Keterlibatan langsung pemangku kepentingan juga sangat berperan dalam pengelolaan adaptif, khususnya dengan meningkatnya pengaruh dari perubahan iklim.

KESADARTAHUAN PEMANGKU KEPENTINGAN DAN EDUKASI MASYARAKAT

Membangun kesadartahuan akan nilai konservasi hiu dan pari – dan peran KKP sebagai perangkatnya – harus menjadi bagian inti dari perencanaan dan pengelolaan KKP. Selain itu,

BAB 5

dinas perikanan. Oleh karena itu, penting untuk memperhitungkan dan memprioritaskan sumber daya tersebut secara efisien.143

Dalam beberapa situasi, mendorong masyarakat untuk bersedia mematuhi peraturan akan mengurangi kebutuhan akan penegakan hukum. Upaya ini menitikberatkan pada perilaku, persepsi, dan motivasi masyarakat yang dipengaruhi oleh norma sosial dan personal. Dengan memahami norma-norma tersebut, masyarakat dapat diarahkan pada perubahan perilaku. Contohnya, dengan melibatkan anggota atau tokoh masyarakat nelayan untuk dapat memberikan tekanan sosial secara positif kepada anggota lainnya agar mematuhi peraturan; atau dengan membangun rasa tanggung jawab untuk melestarikan sumber daya hiu dan pari untuk masyarakat.145

Memberikan insentif positif untuk merubah persepsi masyarakat juga dapat menjadi cara yang lebih hemat untuk meningkatkan kepatuhan dibandingkan dengan pemantauan dan penegakan hukum.146 Memahami bagaimana cara menerapkan insentif dapat bermanfaat, baik dengan pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pengelolaan, promosi dan edukasi tentang manfaat dan peraturan KKP, atau promosi tentang kearifan lokal.147 Masyarakat juga dapat dilibatkan untuk membantu pemantauan dan penegakan hukum melalui kegiatan edukasi dan penjangkauan, serta dengan pengembangan peraturan yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.148

Kepatuhan terhadap KKP juga lebih tinggi ketika nelayan dan masyarakat

pemangku kepentingan juga harus memahami struktur rancangan, tata kelola, dan dampak dari KKP bagi mereka dan masyarakat. Proses perencanaan tata ruang yang rumit juga harus dipaparkan. Kegiatan edukasi dan penjangkauan secara berkesinambungan juga penting untuk memberikan masyarakat informasi yang mereka butuhkan dalam proses pembentukan KKP, termasuk pembaruan tentang pemantauan dan perubahan pada pengelolaan adaptif.139

KEPATUHAN DAN PENEGAKAN HUKUM Teberhasilan ekologis KKP sangat bergantung pada kepatuhan masyarakat terhadap peraturan yang berlaku.140 Pemantauan yang intens dan penegakkan hukum yang tegas terbukti dapat meningkatkan efektivitas KKP, namun upaya ini cukup menantang dan berbiaya tinggi, terlebih pada KKP yang berukuran luas.141

Penggunaan teknologi dapat meringankan beban tersebut. Akses terhadap data satelit, sistem pelacakan kapal (VMS) atau Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) dapat meningkatkan kapasitas pengawasan. Beberapa inisiatif yang menggunakan VMS dan AIS, seperti Global Fishing Watch, menyediakan informasi secara langsung (real time).142

Kemampuan untuk menegakkan peraturan akan bergantung pada faktor penunjang, seperti jumlah dan kapasitas kapal patroli, serta ketersediaan staf unit pengelola dan

TATA KELOLA

[Tata kelola didefinisikan sebagai] pengambil keputusan dan bagaimana keputusan tersebut dicapai. Tata kelola juga dijelaskan sebagai pihak yang memiliki pengaruh, otoritas, dan akuntabilitas dengan memperhatikan hak-hak para pihak pemilik kewenangan.”149

SIAPA YANG MEMILIKI KEPENTINGAN TERHADAP KKP?Para pemangku kepentingan dapat terdiri dari banyak kelompok yang memiliki kepentingan terhadap suatu KKP – termasuk masyarakat setempat dan pemilik hak ulayat, industri perikanan, LSM lingkungan, pemilik investasi etis, institusi keuangan, pemerintah, dan lainnya.

Page 31: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

31Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Setiap KKP memiliki perpaduan unik dari faktor sejarah, sosial-politik, dan sosial ekonomi yang diselaraskan dengan tujuan ekologis tertentu sehingga memerlukan pendekatan khusus dalam pengelolaannya.151

KKP hiu dan pari berukuran luas yang mencakup seluruh ZEE diatur di tingkat nasional, termasuk dalam penetapan peraturannya seperti deklarasi

setempat terlibat dan diberdayakan untuk bekerja bersama pengelola, peneliti, dan LSM dalam sebuah skema pengelolaan kolaboratif. Di kawasan yang banyak kegiatan wisata, masyarakat pun dapat membantu dalam kegiatan pemantauan. Dalam beberapa kasus - seperti di Shark Reef di Fiji dan Monad Shoal di Filipina - operator wisata memiliki sumber daya

terbatas untuk membantu pengawasan sehingga dapat menurunkan beban pengawasan pada pihak yang berwenang. Menentukan jenis tata kelola yang paling sesuai untuk KKP hiu dan pari adalah bagian terpenting, dan satu pembelajaran utama dari dekade terakhir adalah tidak ada pendekatan tunggal atau terbaik.150

KASUS PEMBELAJARAN : RAJA AMPAT

Kawasan suaka hiu di Raja Ampat telah diakui sebagai keberhasilan secara ekologis dan sosial ekonomi. Jumlah hiu lonjor dan hiu karang sirip hitam jauh lebih banyak di zona inti yang dikelola oleh pihak swasta. Peningkatan tersebut diketahui pada dua zona inti yang berukuran cukup kecil dengan luas 425km2 and 403km2 melalui pendataan menggunakan sistem video bawah laut jarak jauh dengan umpan (BRUVS) pada tahun kedua dan ketujuh setelah ditetapkan.Keberhasilan pengelolaan kawasan tersebut tidak dikarenakan ukuran zona, kedalaman atau kompleksitas habitat terumbu karang, tetapi lebih terkait dengan struktur tata kelola. Faktor kesuksesannya adalah kemitraan antara pihak swasta dan masyarakat setempat, dimana masyarakat menerima pembayaran sewa atas wilayah kepemilikannya, dan lapangan kerja sebagai imbalan untuk melindungi zona tersebut sehingga peraturan dapat secara efektif ditegakkan.156

10 M

ETER

3 M

ETER

TIDAK MENYELAM SCUBA

KODE ETIKPAJANG RAMBU

DAN POSTERARAHAN

PENGANTARPENEGAKKAN

HUKUM

JUMLAH KAPAL

KONTAK EKSKLUSIF

AKSESORIS DILARANG

TIDAK MENGENAKAN TABIR SURYA

WAKTU DI SEKITAR HEWAN

MENITJUMLAH ANGGOTA

KELOMPOK MAKSIMAL 10

DILARANG MENYENTUH ATAU

MENUNGGANGI HEWANPENGUMPANAN

DILARANG

KECEPATAN KECEPATANPENARIKAN OLEH KAPAL DILARANG

Pariwisata Hiu dan Pari yang Bertanggung Jawab – Pedoman Praktik Terbaik 72

PEDOMAN BERINTERAKSI DENGAN PARI MOBULID (PARI MANTA DAN PARI SETAN)

PARIWISATA HIU DAN PARI

pengesahan, amandemen peraturan perikanan, atau perangkat hukum independen.152 Sebaliknya, KKP hiu dan pari berukuran lebih kecil memiliki kerangka tata kelola yang lebih beragam. Beberapa kawasan menunjukkan hasil yang efektif secara ekologis jika dikelola bersama oleh pihak swasta dan masyarakat (contohnya Kawasan suaka hiu di Raja Ampat) atau dengan lembaga pemerintah (seperti kawasan Dry Tortugas, Florida, USA).153

KEKURANGAN INFORMASIInformasi kunci yang dibahas dalam bab ini mungkin tidak semuanya tersedia. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan dan memprioritaskan pekerjaan di masa depan. Jika memungkinkan, informasi berkaitan dengan kawasan perairan, spesies, dan negara yang memiliki kesamaan dengan sumber daya yang serupa dalam penyusunan perencanaan kawasan konservasinya juga akan disertakan.

© Luky Pradita / Shutterstock

Pemerintah Daerah Raja Ampat membentuk kawasan suaka hiu pertama di Kawasan Segitiga Karang

https://sharks.panda.org/images/PDF/SharkandRays_BestPracticeGuide_2017_Bahasa_V2.pdf

Jika dikelola dengan baik, pariwisata hiu dan pari dapat menghasilkan pendapatan yang secara langsung berdampak pada perekonomian lokal dan upaya konservasi.154 Selain itu, pariwisata dapat memberikan manfaat secara langsung kepada hiu dan pari jika dilakukan secara berkelanjutan, dan melindungi spesies tersebut yang terancam dari penangkapan atau ancaman lainnya. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan secara matang dampak dari potensi pariwisata hiu dan pari.155 WWF telah menyusun panduan untuk pariwisata hiu dan pari yang bertanggung jawab dan dapat diunduh di

Page 32: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 6MERANCANG KKP HIU DAN PARI

● Rancangan KKP bergantung pada tujuan dan kehadiran spesiesnya

● Tidak ada pendekatan ‘satu untuk semua’ dalam perancangan

● Panduan ekologi mendukung banyak tujuan KKP

● Pergerakan hiu dan pari harus masuk dalam perancangan KKP

Hiu karang sirip hitam (Carcharhinus melanopterus) berenang di perairan dangkal yang jernih.

Page 33: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

33Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

(di bawah) dapat diterapkan untuk melindungi hiu dan pari. Panduan perancangan KKP yang secara spesifik bertujuan untuk pariwisata dapat diunduh di WWF Pariwisata Hiu dan Pari Bertanggung Jawab, Panduan Praktik Terbaik

Perhatikan bahwa kerangka ini mencakup model pengelolaan adaptif yang memberikan ruang untuk menyesuaikan pengelolaan KKP dari waktu ke waktu untuk memaksimalkan efektivitas dan keberhasilannya. Sebagai contoh, telemetri Seychelles menunjukkan bahwa dengan memperluas batas KKP dari garis pantai di saat air pasang hingga ujung hamparan terumbu karang pada saat air surut agar mencakup laguna yang luas dan kawasan terumbu karang sebagai habitat hiu karang dapat memperluas sekitar sepertiga wilayah pergerakan hiu karang.159 Oleh karena itu, pemerintah dapat mengadopsi langkah tersebut.

TIDAK ADA SATU RANCANGAN YANG COCOK UNTUK SEMUARancangan KKP hiu dan pari bergantung pada sasaran dan spesies yang akan dilindungi. KKP dapat dirancang untuk satu keperluan atau lebih:● Perlindungan satu jenis - spesies

yang sangat terancam punah● Spesies ikan komersial penting –

perikanan ● Beragam spesies– keanekaragaman

hayati ● Pariwisata – sosial ekonomi Serangkaian panduan ekologis secara umum untuk merancang KKP

MERANCANG KKP HIU DAN PARI

BAB 6

© naturepl.com

/ Cheryl-Sam

antha Ow

en / WW

F

Merancang KKP hiu dan pari harus melalui proses yang sistematis, terstruktur, dan strategis dengan tujuan konservasi yang jelas,157 serta berdasarkan informasi sains yang paling relevan.

LANGKAH PERANCANGAN DAN PEMBENTUKAN KKP158

PROSES PENGELOLAAN PROSES ILMIAH PERANCANGAN KKP ATAU JEJARING KKP

LANGKAH 3. MENGHIMPUN DATA YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENERAPKAN KRITERIA RANCANGAN

LANGKAH 6. MENGKAJI KKP ATAU JEJARING KKP UNTUK PENGELOLAAN ADAPTIF

INISIASI

PENGELOLAAN

PEMBENTUKAN

LANGKAH 2. MENENTUKAN KRITERIA RANCANGAN UNTUK MENCAPAI SASARAN DAN TUJUAN

LANGKAH 4. MERANCANG KKP ATAU JEJARING KKP

LANGKAH 1. MENENTUKAN SASARAN DAN TUJUAN

LANGKAH 5. GUNAKAN INDIKATOR KINERJA UNTUK MENGEVALUASI DAN MENYEMPURNAKAN RANCANANGAN

https://sharks.panda.org/images/PDF/SharkandRays_BestPracticeGuide_2017_Bahasa_V2.pdf

Page 34: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

34Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 6

PRINSIP EKOLOGI UNTUK MERANCANG KKP HIU DAN PARIKETERWAKILAN HABITAT

Melindungi sedikitnya 20% dari habitat1 penting bagi hiu dan pari di dalam KKP.

REPLIKASI HABITAT (MENYEBARKAN RISIKO)

Melindungi setidaknya tiga perwakilan dari jenis habitat besar yang dihuni oleh hiu dan pari di dalam KKP. Dengan menyebarkan habitat tersebut akan menurunkan kemungkinan kerusakan dikarenakan gangguan yang sama.2

REHABILITASI HABITAT DAN PEMULIHAN POPULASI SPESIES

Mengelola ancaman3 secara efektif dan memulihkan populasi spesies prioritas4 melalui perlindungan habitat dan pengelolaan perikanan, seperti penutupan kawasan untuk perikanan di dalam KKP.

PERLINDUNGAN TERHADAP HABITAT KRITIS, SPESIAL, DAN UNIK

Melindungi habitat kritis5 dalam tahapan kehidupan hiu dan pari4 di dalam KKP. Melindungi habitat kritis 5 untuk spesies yang terancam punah.4

Melindungi lokasi fenomena alam yang unik dan spesial6 di dalam KKP.Melindung kawasan yang penting pada skala nasional, internasional atau global untuk konservasi atau pengelolaan spesies prioritas.

MEMBUAT KONEKTIVITAS: OSEANOGRAFI

Mempertimbangkan keragaman dalam oseanografi,7 substrat dan kedalaman yang mempengaruhi sebaran materi biologis dan non-biologis.

MEMBUAT KONEKTIVITAS: PERGERAKAN SPESIES DEWASA DAN ANAKAN

KKP harus cukup besar untuk menunjang kehidupan hiu dan pari dewasa dan anakan di dalam kawasan.Jika memungkinkan, KKP harus mencakup seluruh unit ekologis.8 Jika tidak, pilih kawasan yang lebih besar dibandingkan yang lebih kecil. Jika suatu habitat tidak menentukan bentuk kawasannya, maka bentuk yang lebih kompak9 lebih mendukung perlindungan spesies daripada bentuk memanjang tak teratur akibat adanya efek tepi.Pastikan KKP cukup besar untuk menampung semua habitat1 yang digunakan oleh spesies prioritas selama tahapan hidupnya;10 atau bentuk jejaring KKP yang cukup dekat untuk memungkinkan pergerakan spesies prioritas di antara habitat yang dilindungi.11

BERIKAN WAKTU UNTUK PEMULIHAN

Bentuk KKP untuk tujuan jangka panjang (20-40 tahun), lebih baik jika permanen, dan pantau perubahannya secara berkala.

LINDUNGI LOKASI YANG KONDISINYA TERJAGA DAN TERHIDAR DARI ANCAMAN LOKAL

Lindungi kawasan di mana habitat dan populasi spesies prioritas dalam kondisi baik dengan tingkat ancaman yang rendah.12

Jika memungkinkan, hindari lokasi yang habitat dan populasi spesies prioritasnya dalam kondisi buruk akibat ancaman lokal.Kurangi ancamannya sebanyak mungkin.

BERADAPTASI DENGAN PERUBAHAN IKLIM DAN KIMIA AIR LAUT

Lindungi lokasi yang penting secara ekologis serta peka terhadap perubahan iklim dan kimia air laut13 di dalam zona inti.Lindungi lokasi yang lebih memiliki daya tahan atau daya lenting terhadap perubahan lingkungan global13 di dalam KKP.Tingkatkan perlindungan terhadap spesies kunci yang memiliki peranan penting dalam mendukung fungsional daya tahan ekosistem (contohnya predator puncak).Pertimbangkan pengaruh perubahan iklim dan kondisi air laut pada tahapan kehidupan spesies prioritas, dan dampaknya untuk menyesuaikan kriteria perancangan di atas.Tanggulangi ketidakpastian dengan menyebarkan risiko (lihat di atas); dan meningkatkan cakupan habitat kritis serta spesies yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan kimia air laut.

Catatan penjelasan: 1. Terumbu karang, karang berbatu, bakau, padang lamun, dataran pasir, koridor migrasi 2. Badai kuat, pemutihan terumbu karang 3. Penangkapan ikan berlebih, kehilangan habitat, perubahan iklim 4. Termasuk spesies penting perikanan; spesies terancam punah dan dilindungi dan/atau spesies bermigrasi; spesies tingkat trofik tinggi yang penting untuk menjaga fungsi ekosistem 5. Lokasi pengasuhan anakan, pembiakkan dan mencari makan serta koridor migrasi 6. Lokasi dengan keanekaragaman hayati tinggi, tingkat endemisme tinggi, keunikan komunitas biota laut atau produktivitas tinggi (contohnya habitat unik untuk ikan pelagis seperti penaikan massa air laut (upwelling), pertemuan dua massa air (fronts), pusaran arus (eddies) 7. Tingkat kadar garam, arus, suhu 8. Seperti terumbu karang dan gunung laut 9. Seperti kotak atau lingkar 10. Untuk lokasi wilayah jelajah, pengasuhan anakan, pembiakkan dan mencari makan 11. Perpindahan habitat ikan saat perubahan dari tahap anakan menjadi dewasa (ontogenetic habitat shifts) dan migrasi 12. Contohnya lokasi yang berdekatan dengan kawasan konservasi darat yang dikelola secara efektif 13. Peningkatan suhu, permukaan, air laut dan lainnya. Sumber: Dimodifikasi dari Green et al., 2014; Green et al., in prep.

Page 35: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

35Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

besarnya ditujukan untuk konservasi hiu lonjor.163

■ Di Indonesia, suatu jejaring KKP hiu dan pari dapat mencapai dampak konservasi yang lebih baik ketimbang satu KKP yang luas. Pendekatan ini memberikan kesempatan bagi nelayan hiu yang kehilangan lokasi penangkapan hiu untuk dapat beralih ke sumber penghidupan lainnya, seperti menggunakan alat tangkap lainnya di lokasi terdekat (contohnya penangkapan ikan karang skala kecil selain hiu), daripada sekadar mengalihkan upaya penangkapan hiu ke lokasi lain yang tidak dikelola.164

MENGGUNAKAN DATA PERGERAKAN HIU DAN PARI UNTUK PERANCANGAN Informasi pergerakan hiu dan pari dapat digunakan untuk membantu perancangan KKP dalam dua aspek :165

■ Menentukan lokasi dan ukuran KKP setelah spesies prioritas yang akan dilindungi sudah teridentifikasi

■ Mengidentifikasi lokasi KKP dan spesies yang menghuni lokasi tersebut untuk dilindungi.

TIDAK ADA SATU UKURAN YANG COCOK UNTUK SEMUAKKP hiu dan pari dapat berukuran dari <1km2 hingga <360,000km2 dan semuanya memiliki peran yang penting.

Ukuran KKP seharusnya mengikuti tujuan dari pembentukannya dan wilayah jelajah dari spesies prioritas. Besarannya juga mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, faktor sosial ekonomi, dan upaya pengelolaan lainnya.

Kawasan di luar KKP yang memiliki tekanan penangkapan ikan yang tinggi dan tanpa ada upaya

pengelolaan aktivitas perikanannya mungkin lebih cocok sebagai penghubung dalam jejaring KKP besar dan kecil agar dapat mencapai tujuan pengelolaan perlindungan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan perikanan..Hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah berapa lama hiu dan pari berada di luar KKP dan kemungkinannya untuk tertangkap.161 Seberapa tinggi risiko kematian hiu di luar KKP? Apakah ada yang dapat dikelola secara efektif untuk mengurangi ancaman kematian terhadap spesies prioritas ini?

Sebagai contoh, perikanan rawai adalah ancaman bagi hiu macan di luar KKP hiu di Karibia. Meskipun jika spesies tersebut dapat secara efektif dilindungi dalam KKP, banyak dari wilayah jelajahnya hingga ke luar batas KKP.162

Ini artinya tingkat perlindungan spesies tersebut bergantung pada luasan, jenis kawasan, dan pengelolaan perikanan yang terkait, seperti penerapan pembatasan alat tangkap (misalnya larangan penggunaan tali kawat).

JEJARING KKP HIU DAN PARISuatu jejaring yang terdiri dari kawasan-kawasan konservasi hiu dan pari yang terpisah, terpencil, dan berukuran kecil yang lebih memungkinkan untuk diterima secara sosial. Dibandingkan dengan sebuah KKP hiu dan pari berukuran besar, jejaring tersebut tetap dapat memberikan konektivitas ekologis dan manfaat konservasi untuk spesies dengan pergerakan yang aktif.

■ Di Australia, sebuah jejaring yang luas terdiri dari 26 KKP terpisah di sepanjang pantai timur, sebagian

PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim adalah faktor yang semakin penting untuk dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi habitat, atau berimbas pada suhu dan arus air laut yang berdampak langsung terhadap sebaran hiu dan pari. Saat ini, beberapa pendekatan sedang dikembangkan untuk memasukkan antisipasi perubahan iklim ke dalam perancangan KKP menggunakan perangkat lunak untuk perencanaan kawasan konservasi seperti Marxan (lihat di bawah) dan pemodelan dampak perubahan iklim dengan meta-analisis spasial.160

Page 36: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

36Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 6

karakteristik total yang tersedia). Informasi pergerakan adalah salah satu jenis data utama yang diolah dalam Marxan untuk menentukan habitat kritis yang akan dipilih.169

dibahas sebelumnya, efektivitas dan keberhasilan rancangan KKP harus mempertimbangkan faktor sosial ekonomi.

Terdapat sejumlah pilihan rancangan pengelolaan tata ruang yang dihasilkan tergantung pada tujuan konservasinya (misalnya 50% perlindungan habitat kritis) dan dampak dari perlindungan tersebut terhadap pengguna sumber daya kawasan saat ini atau di masa depan.168

Data konservasi yang dihasilkan mencakup karakteristik biologis atau geografis lokasi yang akan dilindungi, seperti lokasi berkembang biak, habitat dan rentang kedalaman, dan target konservasinya (target ini biasanya disajikan sebagai persentasi dari

MARXANMarxan adalah perangkat lunak perancangan kawasan yang paling banyak digunakan karena terintegrasi dengan baik dengan data Geographic Information Systems (GIS) dan berbagai jenis data lainnya. Perangkat ini telah digunakan dalam perancangan beberapa KKP di dunia, termasuk dalam perencanaan zonasi Taman Nasional Laut Great Barrier Reef, Australia.167

Protokol untuk menggunakan informasi konektivitas dalam perancangan jejaring KKP dan pengelolaan adaptif dapat menerapkan antara (A) perlindungan spesies prioritas atau (B) ukuran dan lokasi KKP sebagai dasar. Spesies prioritas termasuk spesies prioritas tinggi untuk perikanan, pariwisata atau konservasi. Sumber: Green et al., 2015Saat ini terdapat sejumlah badan penelitian dan pendataan untuk pergerakan hiu dan pari yang dapat memberikan manfaat besar dalam perancangan KKP hiu dan pari yang efektif, khususnya jika diterapkan pada awal tahap perencanaan. Perangkat lunak perencanaan kawasan konservasi yang sistematis dapat mengolah data pergerakan yang rumit ke dalam proses perancangan, seperti C-Plan, Zonation, dan Marxan.166

A

B

Jika kawasan konservasi tidak dapat mengakomodir rekemondasi tersebut, maka sesuaikan rancangan kawasannya atau terapkan pendekatan pengelolaan alternatif untuk melindungi spesies tersebut (contohnya: pembatasan permanen atau musiman untuk kuota, ukuran, alat tangkap, penjualan atau upaya penangkapan)

Jika kawasan konservasi mengakomodir rekomendasi tersebut, maka spesies tersebut dapat terlindungi

Identifikasi jenis habitat, luas wilayah jelajah, dan kawasan konservasi yang mencakup habitat kritis

Bentuk kawasan konservasi sesuai dengan jenis habitat dalam wilayah jelajahnya

Ketahui apakah spesies tersebut sedang bermigrasi atau fase perindahan habitat (ontogenetic habitat shifts)

Jika iya, lindungi habitat kritis (seperti koridor migrasi, habitat pengasuhan anakan) pada masa-masa penting dalam kawasan konservasi

Pastikan rancangan kawasan konservasi mencakup pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi lainnya (contohnya 20-40% perwakilan habitat)

Jika kawasan konservasi tidak dapat mengakomodir rekemondasi tersebut, maka sesuaikan rancangan kawasannya atau terapkan pendekatan pengelolaan alternatif untuk melindungi spesies tersebut (contohnya: pembatasan permanen atau musiman untuk kuota, ukuran, alat tangkap, penjualan atau upaya penangkapan)

Jika kawasan konservasi mengakomodir rekomendasi tersebut, maka spesies tersebut dapat terlindungi

Tentukan ukuran dan lokasi kawasan

Tentukan apakah spesies tersebut akan dilindungi berdasarkan jenis habitat dalam wilayah jelajahnya atau luasan wilayah jelajah

Ketahui apakah spesies tersebut sedang bermigrasi atau fase perindahan habitat (ontogenetic habitat shifts)

Jika iya, lindungi habitat kritis (seperti koridor migrasi, habitat pengasuhan anakan) pada masa-masa penting dalam kawasan konservasi

Pastikan rancangan kawasan konservasi mencakup pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi lainnya (contohnya 20-40% perwakilan habitat)

Identifikasi spesies prioritas yang akan dilindungi

Marxan bertujuan untuk menemukan lokasi dan rancangan tata ruang kawasan konservasi yang optimal guna mencapai tujuan konservasi dengan meminimalkan dampak sosial dan ekonomi dari penutupan kawasan. Seperti

mengidentifikasikan lokasi-lokasipenting tempat tinggal dan koridor migrasinya. Informasi ini kemudian diolah Marxan untuk mengembangkan skema penutupan musiman berbagai kawasan. Pemilihan lokasi tersebut ternyata menjadi strategi terbaik untuk melindungi habitat yang sering digunakan secara musiman serta memaksimalkan kawasan terbuka untuk perikanan.170

■ Informasi pergerakan speartooth sharks di Australia utara

Page 37: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

lepas, juga dikenal sebagai daerah di luar yurisdiksi nasional (ABNJs).180 Perjanjian bilateral dapat menjadi salah satu opsi: Costa Rica dan Ekuador, misalnya, sedang mengerjakan perjanjian untuk melindungi gunung laut yang menghubungkan Cagar Alam Laut Galapagos dengan Taman Nasional Pulau Cocos sebagai koridor migrasi untuk hiu.181

Marzone adalah perangkat lunak perencanaan konservasi sistematis lain yang dapat menggabungkan data sosial ekonomi dalam perancangan berbasis kriteria biologis. Perangkat ini digunakan untuk mengembangkan rencana zonasi jejaring KKP Hiu di Raja Ampat.171 Pendekatan ini meningkatkan kemungkinan keberhasilan secara ekologis karena para pemangku kepentingan lebih terlibat dan dukungan masyarakat lebih besar.

FAKTOR SOSIAL EKONOMI DALAM PERANCANGAN

https://bigoceanmanagers.org/ termasuk pertimbangan sosial ekonomi untuk KKP hiu dan pari berukuran besar telah disusun oleh sekelompok pengelola KKP skala besar yang berpengalaman.172

KKP berskala besar memiliki beberapa tantangan sosial, budaya dan ekonomi yang unik. Ukurannya yang besar juga meningkatkan kompleksitas sosial-politiknya, dan berbagai perspektif budaya. Ketika banyak pemegang hak, penting untuk melibatkan para pemilik hak adat, komunitas dan lembaga terkait. Keterlibatan ini dibutuhkan karena proses memastikan pilihan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan dan setara, ketahanan pangan, dan kompensasi yang adil bisa menjadi tahapan yang rumit.173

Perekonomian lokal, nasional, dan regional mungkin perlu diperhitungkan dalam perancangan KKP berskala besar, karena dapat memengaruhi permintaan, pasokan, dan perdagangan di pasar

tingkat internasional.174 Dengan mempertimbangkan faktor ekonomi pada tahap perencanaan, maka dapat meningkatkan peluang efektivitas KKP untuk upaya konservasi jangka panjang.

TATA KELOLASalah satu struktur tata kelola KKP yang paling sering diterapkan adalah menggabungkan kontrol pemerintah dari atas ke bawah dengan pendekatan dari bawah ke atas yang terdesentralisasi. Tata kelola ini juga dipadukan dengan pendekatan berbasis masyarakat yang sangat penting dilakukan pada awal proses perencanaan dan perancangan.175 Strategi ini menggabungkan keuntungan dari kendali legislatif yang kuat dengan dukungan komunitas lokal yang diberdayakan.176

Ketika suatu KKP dibentuk melintasi batas administrasi pemerintahan, merancang kerangka hukum yang sesuai akan menjadi lebih sulit. Sementara sebagian besar KKP hiu dan pari berada dalam satu ZEE tunggal, perlindungan koridor migrasi dan hotspot habitat di berbagai yurisdiksi dan di laut lepas akan bermafaat bagi spesies bermigrasi yang besar.177

Nota Kesepahaman tentang Konservasi Hiu Bermigrasi memiliki tujuan yang dinyatakan dalam Lampiran 3 (Tujuan C, Kegiatan 9.1) “untuk menunjuk dan mengelola kawasan konservasi, cagar alam atau zona pengecualian sementara di sepanjang koridor migrasi dan di kawasan habitat kritis.”178 Landasan ini memberi para penandatangan rencana dan sarana untuk bekerja secara kolaboratif dalam menyediakan perlindungan di laut lepas untuk beberapa spesies yang bermigrasi.179

PBB memfasilitasi diskusi tentang bagaimana menyederhanakan proses membentuk KKP di laut

Sebuah pusat data global tentang perencanaan konservasi sistematis dengan lebih banyak contoh dan penggunaannya

SUMBER DI INTERNET

© Jürgen Freund / W

WF

37Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

tersedia di http://database.conservationplanning.org/

Page 38: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

38Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 6

STUDI KASUS: SEPERTI APA RANCANGAN KKP HIU DAN PARI YANG BAIK?

TUBBATAHA REEFS NATURAL PARK (TRNP), PHILIPPINESTRNP dibentuk pada tahun 1988 dengan luasan mencapai ~1,000km2. Kawasan ini ditujukan untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, habitat terumbu karang dan laut dalam yang kondisinya baik, dan biota laut yang terancam punah.184 Keseluruhan wilayah KKP ini adalah kawasan larang tangkap dengan beberapa zona pemanfaatan terbatas karena lokasinya yang relatif terpencil dan tidak terganggu. Kawasan ini dilindungi secara hukum dengan penunjukkan yang jelas kepada badan pengelola daerah, dan memiliki patroli penegakan hukum yang rutin serta pemantauan radar terhadap aktivitas kapal. Mengingat tantangan logistik untuk mengelola kawasan yang lokasinya terpencil, zona penyangga sepanjang 10 mil ditetapkan di sekitar TRNP.

Penelitian menggunakan metode sensus visual bawah air (UVC) dan sistem video bawah laut jarak jauh dengan umpan (BRUVS) menunjukkan bahwa TRNP merupakan salah satu kawasan di dunia yang memiliki kelimpahan hiu karang sirip putih dan hiu lonjor yang tinggi.185

ROWLEY SHOALS MARINE PARK (RSMP), AUSTRALIADibentuk pada tahun 1990 dengan luasan 7,137km2, RSMP bertujuan untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kekayaan keanekaragaman hayati dan ekologi laut yang memiliki kelimpahan populasi hiu di dalam kawasan. Kawasan ini memiliki tujuan yang jelas, rencana dan strategi pengelolaan, dan didukung dengan penegakan hukum yang kuat.182

RSMP memiliki ukuran yang luas, lokasi yang terpencil, usia yang tua, dan kombinasi zona inti dengan zona perikanan yang diatur secara ketat. Setelah lebih dari 20 tahun pengelolaan, RSMP telah melindungi beragam biota laut dari ancaman tangkap lebih. Populasi dan keragaman hiu di dalam kawasan meningkat dua kali lipat, rentang usia 20% lebih lama, dan memiliki biomassa 13 kali lebih besar dibandingkan kawasan terpencil lain yang memiliki ekosistem terumbu karang dan menjadi target perikanan hiu.183

SASARAN:KEANEKARAGAMAN HAYATI – MELINDUNGI BERAGAM SPESIES HIU DAN PARI

Page 39: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

39Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

STUDI KASUS: SEPERTI APA RANCANGAN KKP HIU DAN PARI YANG BAIK?SASARAN: MELINDUNGI SPESIES YANG TERANCAM PUNAH

SASARAN: SOSIAL EKONOMI/ PARIWISATA

SHARK REEF MARINE RESERVE (SRMR), FIJIWalaupun hanya seluas 0.09km2, SRMR secara resmi dibentuk pada tahun 2004 dan ditetapkan sebagai suaka alam pada 2014.188 Tujuannya adalah sebagai daya tarik pariwisata hiu, dan pemangku kepentingan lokal telah menerima manfaat ekonomi yang besar sejak kawasan tersebut dibentuk.

SRMR adalah kawasan yang dikelola oleh pihak swasta, dan retribusi dibayarkan langsung ke masyarakat sebagai kompensasi untuk tidak memancing di dalam kawasan tersebut. Masyarakat telah terlibat aktif dalam penerapan dan pengembangan SRMR, termasuk diperkerjakan oleh operator wisata

dan diberdayakan sebagai penjaga kawasan untuk mengawasi zona inti tersebut. Kawasan suaka alam tersebut dikelola dengan baik, dijaga, dan menarik cukup banyak wisatawan untuk menyelam bersama hiu.189

SRMR tidak dibentuk untuk perlindungan ekologis, namun pemantauan jangka panjang populasi hiu telah dilakukan sejak 2003 menggunakan metode sensus visual bawah air (UVC). Praktik pemberian makan hiu oleh operator wisata telah menyebabkan perubahan bertahap pada komposisi komunitas hiu. Namun hasil pengamatan tidak menunjukkan perubahan jangka panjang terhadap keterikatan lokasi atau pergerakan sebagian besar hiu banteng.190

AUSTRALIA TIMURSebuah jejaring kawasan larang tangkap dibentuk pada tahun 2007

Sebagai perangkat pengelolaan perikanan, kawasan tersebut tidak ditutup secara permanen, namun untuk sementara selama lima tahun. Larangan segala bentuk aktivitas perikanan hanya diberlakukan pada wilayah yang ditutup. Lokasinya pun mencakup pergerakan spesies dalam wilayah jelajahnya; dan beberapa upaya pengelolaan diterapkan di luar kawasan larang tangkap, termasuk peraturan praktik penanganan gulper sharks yang terluka akibat alat tangkap perikanan dan penanganan pelepasan kembali untuk meningkatkan kelangsungan hidup.186 Menghentikan penurunan biomassa kedua spesies tersebut merupakan keberhasilan dari KKP.187

untuk memulihkan populasi Harrisson dogfish dan southern dog.

Page 40: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

BAB 7PEMANTAUAN DAN EVALUASI

● Terdapat serangkaian kriteria yang dapat dipilih untuk menilai efektivitas dan keberhasilan KKP hiu dan pari

● Beragam alat pemantauan yang aman

Beny Ahadian Noor, Pimpinan Program Teluk Cenderawasih WWF-Indonesia, memantau aktivitas hiu paus (Rhincodon typus) .

Page 41: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

41Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

PEMANTAUAN DAN EVALUASIarmada perikanan dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas KKP.197

Kriteria pemantauan dan evaluasi lain yang dapat diterapkan antara lain:● Penurunan angka kematian● Status konservasi● Potensi konservasi.

PENURUNAN ANGKA KEMATIANMenurunkan angka kematian yang disebabkan oleh tangkap lebih merupakan aspek utama dalam upaya konservasi hiu dan pari.198 Efektivitasnya dapat diukur dari tingkat kematian hiu dan pari setelah dibentuknya KKP dan pada jangka panjang. Kriteria ini tidak hanya berkaitan dengan perikanan tangkap hiu dan pari, namun juga harus mengukur dampak terhadap kematian ikan non-target akibat aktivitas perikanan tangkap di dalam KKP.199 Penting juga untuk memperkirakan tingkat tangkapan hiu dan pari illegal yang dapat berkontribusi terhadap angka kematian akibat aktivitas perikanan.200

STATUS KONSERVASIStatus konservasi hiu dan pari dalam Daftar Merah IUCN juga dapat menjadi kriteria yang bermanfaat untuk mengukur keberhasilan, khususnya pada tingkat regional atau nasional.

sebelum dan sesudah implementasi. Pemantauan adalah proses yang berkelanjutan, dan penting untuk mempertimbangkan metode serta frekuensi yang paling efektif untuk mencapai tujuan KKP tersebut.

Meskipun tingkat efektivitas atau keberhasilan KKP tergantung pada tujuan spesifik KKP tersebut, namun kriteria-kriteria umum di bawah ini dapat digunakan:● Kelimpahan● Ukuran rerata ikan dalam waktu

tertentu● Biomassa.

Kriteria yang lebih kompleks dan jarang digunakan untuk menentukan populasi dalam KKP antara lain:● Potensi reproduksi ikan ● Keberhasilan rekrutmen ikan.

Pendekatan statistik dalam pemantauan dan evaluasi adalah metode terbaik, menyajikan data dampak sebelum dan sesudah adanya KKP yang memperhitungkan faktor usia, ukuran, struktur habitat, dan tekanan perikanan terhadap KKP tersebut.195

Selain itu, efektivitas dan keberhasilan secara biologis dapat dievaluasi dengan membandingkan data yang dikumpulkan di lapangan dengan pemodelan estimasi untuk kriteria seperti biomassa, hasil perikanan, dan respon terhadap tingkat trofik.196

Pendekatan ketiga adalah menggunakan simulasi model untuk menguji dan memprediksi dampak di masa depan. Pendekatan ini dapat bermanfaat untuk spesies dengan ruang jelajah luas dan KKP hiu dan pari yang luas, di mana pengumpulan data lapangan membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Simulasi model berdasarkan individu spesies saat ini dapat digabungkan dengan data pergerakan yang kompleks dan dinamis. Sementara model populasi dan

Pemantuan dan evaluasi efektivitas dan keberhasilan KKP hiu dan pari paling baik dilakukan menggunakan kriteria yang terukur sesuai dengan tujuan, sasaran, dan target yang jelas.191 Kegiatan ini juga sebaiknya mencakup peninjauan berkala terhadap kondisi kawasan.192

Pada akhirnya, proses ini menjadi penentu apakah perlindungan hiu dan pari memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dampak yang mungkin terjadi tanpa adanya KKP.193

Pemantauan dan evaluasi dimulai dengan pengumpulan data dasar tentang:● Keragaman dan kelimpahan● Sebaran● Struktur ukuran● Pergerakan dan tahapan hidup● Kematian.Beberapa informasi tersebut mungkin dapat mengutip dari hasil studi yang tersedia, dan beberapa mungkin harus dikumpulkan dari lapangan.

Data tentang kualitas habitat juga bermanfaat untuk memantau adanya penurunan kondisi habitat. Jika memungkinkan, dapatkan juga data tentang faktor lingkungan terkait perubahan iklim, seperti suhu air laut, tingkat salinitas dan keasaman.194

KRITERIA UNTUK PEMANTAUAN DAN EVALUASIMetode yang paling umum untuk memantau efektivitas dari KKP hiu dan pari adalah membandingkan kriteria di dalam kawasan dengan kriteria di wilayah geografis yang sama

BAB 7

© Jürgen Freund / W

WF

Page 42: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

42Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

BAB 7

Panduan Pendugaan Cepat Hiu dan Pari oleh WWF memberikan panduan praktis untuk menggunakan metode pemantauan yang aman, termasuk informasi jenis data yang dikumpulkan, biaya yang dikeluarkan, dan prasyarat tingkat keahlian. Panduan tersebut juga mencakup penentuan metode, atau kombinasi beragam metode, yang terbaik untuk memberikan informasi spesies hiu dan pari yang menghuni suatu KKP.

TELEMETRI DAN PENANDAANMetode ini paling umum digunakan dan diterapkan untuk mengevaluasi efektivitas KKP. Melacak ruang gerak dan pergerakan sementara individu yang diberikan penandaan (tagging) di dalam dan di luar KKP akan menunjukkan seberapa jauh suatu KKP mencakup wilayah pola pergerakan hiu dan pari.204

GENETIKAGenetika digunakan untuk memahami gerakan dalam jangka waktu yang lama. Banyak hiu dan pari memiliki rentang hidup yang panjang sehingga studi telemetri yang mencatat beberapa tahun kehidupannya kurang memadai. Analisis genetika dan genomik dapat digunakan untuk menentukan tingkat pergerakan, perkawinan silang, dan konektivitas antar populasi di wilayah yang luas dan rentang waktu yang lama.205

Status spesies dalam suatu KKP secara berkala dapat dibandingkan dengan kondisi di wilayah di luar kawasan.

POTENSI KONSERVASIPotensi konservasi adalah indeks gabungan dari faktor penentu seperti tata kelola, ekonomi,kesejahteraan, dan tekanan manusia. Indeks ini dapat menunjukkan seberapa jauh keberhasilan upaya konservasi di suatu negara.201 Indeks ini juga menggunakan pengukuran tingkat nasional sehingga sangat bermanfaat untuk mengukur keberhasilan KKP hiu dan pari yang luas yang mencakup seluruh ZEE. Indeks dan perubahan yang terjadi dapat dibandingkan dengan kondisi di dalam dan di luar KKP tersebut

SOSIAL EKONOMIEfektivitas dan keberhasilan KKP hiu dan pari terkait sosial eknomi dapat dievaluasi menggunakan kriteria berikut ini:202

● Tingkat keterlibatan pemangku kepentingan

● Tingkat kepatuhan● Persepsi keberhasilan bagi

masyarakat● Resolusi konflik● Manfaat ekonomi

Namun, menerapkan kriteria sosial ekonomi dalam analisis ilmiah tidaklah mudah. Berbagai panduan dan perangkat telah dikembangkan untuk bisa mengintegrasikan faktor sosial ekonomi dan ekologis yang bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan rencana pengelolaan KKP. Berikut ini beberapa contoh panduannya:203

Marine Reserve Evaluation Application

PEMANTAUAN YANG AMANPemantauan tradisional sering melibatkan pengambilan sampel yang berbahaya, seperti menangkap hiu dan pari untuk identifikasi dan pengukuran, yang sepertinya kurang tepat untuk diterapkan di dalam KKP.

Pendekatan lain yang aman termasuk:

● Telemetri ● Genetika● DNA Lingkungan● Analisa isotop stabil● Sistem video bawah laut jarak jauh

dengan umpan (BRUV)● Sensus Visual Bawah Air (UVC)

PENUNJUKKAN PENANGGUNG JAWABPenanggung jawab untuk pemantauan dan evaluasi perlu ditunjuk secara jelas. Apakah akan dilakukan oleh pemerintah pusat? Pemerintah daerah? Masyarakat setempat? Pertimbangkan sumber daya yang dibutukan, dari mana sumber daya tersebut berasal, dan siapa yang akan bertanggung jawab untuk mengelolanya.

IUCN guidelinesManagement Effectiveness Tracking Tool

Management Effectiveness Assessment Tool

Page 43: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

43Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Metode ini dapat digunakan untuk menilai keragaman, kelimpahan dan ukuran populasi hiu dan pari di dalam dan di luar KKP.211 Untuk wilayah yang lebih luas dapat menggunakan teknik manta tow – dimana seorang snorkeler ditarik di belakang perahu kecil. Penggunaan kamera yang dipasangkan pada suatu alat yang dioperasikan jarak jauh juga bisa untuk mengamati sepanjang transek.

DNA LINGKUNGAN (EDNA)Teknik baru ini menganalisa DNA dari sampel air, dan merupakan pendekatan yang cepat serta hemat biaya untuk survei kawasan dan pemantauan spesies. Teknik ini dapat secara akurat mengidentifikasi individu-individu spesies hiu dan pari, dan dapat secara efisien mengambil sampel mereka di kawasan yang luas dan skala tertentu. Analisa DNA juga dapat secara langsung mengidentifikasi beberapa spesies dari sampel tunggal dengan tujuan untuk menilai keragaman spesies di suatu wilayah.206

Metabarcoding eDNA sampel air dari perairan Karibia dan Samudra Pasifik menunjukkan bahwa tingkat keragaman hiu terbesar berada di KKP hiu dan pari di Bahama dibandingkan dengan daerah Karibia lainnya yang tidak dilindungi. Tingkat keragaman yang tinggi juga ditermukan di wilayah yang terpencil dan tidak terjamah di perairan New Caledonian207

ANALISA ISOTOP STABIL (SIA)Teknik ini menggunakan sampel jaringan dari hiu atau pari untuk menentukan mangsanya – tidak hanya apa yang dimakannya baru-baru ini, tetapi jenis mangsa yang dimakan selama enam hingga dua belas bulan terakhir208. Teknik ini dapat mengungkap wawasan baru tentang pemanfaatan habitat dan berguna untuk pemantauan kawasan. Misalnya, ketika hiu lonjor banyak ditemukan

di lereng terumbu di perairan Pasifik, SIA mengungkap bahwa mangsanya sebagian besar berasal dari perairan laut terbuka terdekat dan bukan dari wilayah lereng terumbu209

BRUVSSistem video bawah laut jarak jauh dengan umpan (BRUVS) digunakan untuk menentukan spesies hiu dan pari dan ukurannya di wilayah tertentu, dan untuk memperkirakan kelimpahan antara wilayah yang berbeda. Mengingat metode ini bergantung pada penghitungan visual dari video ketika spesies tertarik pada umpan, BRUVS paling efektif digunakan di perairan yang jernih dan sangat bermanfaat untuk pemantauan spesies karang di perairan dangkal. Stereo BRUVS – dengan pemasangan dua kamera – digunakan untuk memperkirakan ukuran.

UVCSensus visual bawah air (UVC) adalah pengamatan renang menggunakan transek untuk mengidentifikasi spesies hiu dan pari pada suatu wilayah.

© Jürgen Freund / W

WF

FinPrint – sebuah penelitian berskala global tentang keragaman hiu menggunakan BRUVS, menyediakan data tentang spesies hiu dan pari serta kelimpahannya dalam wilayah terumbu karang di dalam dan di luar KKP di seluruh dunia. Data ini terbuka untuk diakses dan siapa pun dapat memeriksa dan menggunakan data ini untuk mengetahui spesies hiu dan pari di wilayahnya.210

Page 44: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

44Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

INFORMASI LEBIH LANJUT

INFORMASI

Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut dan panduan praktis tentang KKP secara umum yang bermanfaat untuk setiap aspek perencanaan, perancangan, dan pengelolaan KKP hiu dan pari di sumber-sumber berikut ini:

Borrini-Feyerabend, G., Dudley, N., Jaeger, T., Lassen, B., Pathak Broome, N., Phillips, A., and Sandwith, T. (2013). Governance of Protected Areas: From understanding to action. Best Practice Protected Area Guidelines Series No. 20, IUCN, Gland, Switzerland: xvi + 124pp.

Gomei, M. and Di Carlo, G. 2012. Making Marine Protected Areas Work – Lessons Learned in the Mediterranean. WWF Mediterranean.

Kelleher, G. (1999). Guidelines for Marine Protected Areas. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. xxiv +107pp.

IUCN World Commission on Protected Areas (IUCN-WCPA) (2008). Establishing Marine Protected Area Networks – Making It Happen. IUCN-WCPA, National Oceanic and Atmospheric Administration and The Nature Conservancy, Washington, D.C., USA 118pp.

Lewis, N., Day, J.C., Wilhelm, A., Wagner, D., Gaymer, C., Parks, J., Friedlander, A., White, S., Sheppard, C., Spalding, M., San Martin, G., Skeat, A., Taei, S., Teroroko, T., Evans, J. (2017). Large-Scale Marine Protected Areas: Guidelines for design and management. Best Practice Protected Area Guidelines Series, No. 26, IUCN, Gland, Switzerland. xxviii + 120pp.

Mitchell, B.A., Stolton, S., Bezaury-Creel, J., Bingham, H.C., Cumming, T.L., Dudley, N., Fitzsimons, J.A., Malleret-King, D., Redford, K.H. and Solano, P. (2018). Guidelines for privately protected areas. Best Practice Protected Area Guidelines Series No. 29. IUCN, Gland, Switzerland. xii + 100pp.

Reuchlin-Hugenholtz, E., McKenzie, E. 2015. Marine protected areas: Smart investments in ocean health. WWF, Gland, Switzerland.

Page 45: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

45Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

UCAPAN TERIMA KASIH

Panduan Praktis untuk Perancangan dan Pengelolaan KKP Hiu dan Pari merupakan pandangan para penulis untuk mencerminkan pengetahuan ilmiah terkini tentang KKP hiu dan pari. Panduan ini tidak mencerminkan pandangan dari kontributor dan pengulas, atau Universitas James Cook dan WWF.

Para penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Expert Advisory Group atas bimbingan dalam pengembangan Panduan ini: Ian Freeman, The Pacific Community; Dr Mario Espinoza, Universidad de Costa Rica; Gonzalo Araujo, Large Marine Vertebrates Research Institute Philippines ; Dr Alison Green, The Nature Conservancy Asia Pacific Resource Centre; David McCann, Scuba Junkie SEAS.

Terima kasih kepada WWF-Ecuador, WWF-Pakistan, WWF-India, WWF-Netherlands and WWF-Mediterranean yang telah mengulas Panduan ini.

Penyebutan entitas geografis pada Panduan ini, dan pemaparan materinya tidak menyiratkan pendapat apa pun dari WWF atau James Cook University mengenai status hukum negara, teritori, atau wilayah, atau otoritas, atau mengenai batas atau perbatasannya.

WWF dan James Cook University organisasi pendukung tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang terjadi dalam terjemahan ke Bahasa lain dari dokumen ini yang versi aslinya dalam Bahasa Inggris.

UCAPAN TERIMA KASIH

Page 46: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSI1. Dulvy et al., 2014

2. Simpfendorfer and Dulvy, 2017

3. Dulvy et al., 2014

4. Ruppert et al., 2013

5. Gallagher et al., 2015; Jaiteh et al., 2016

6. Christie et al., 2017

7. Espinoza et al., 2014; Osgood and Baum, 2015

8. Knip et al., 2010

9. Heupel et al., 2018

10. Harrison and Dulvy, 2014

11. Penaherrara-Palma et al., 2018

12. White et al., 2015; Nalesso et al., 2019

13. Bond et al., 2017; Chapman et al., 2005; Pikitch et al., 2005

14. Dewar et al., 2008

15. Henderson et al., 2017

16. Bond et al., 2017

17. Speed et al., 2016

18. Knip et al., 2012

19. Pratt et al., 2018

20. Marie et al., 2017

21. Dewar et al., 2008

22. de la Parra Venegas et al., 2011; Hueter et al., 2013

23. Heupel and Simpfendorfer, 2014; Rudd, 2015

24. Heupel et al., 2018

25. Rudd, 2015; Lewis et al., 2017

26. Pratt et al., 2018

27. Worm et al., 2013

28. Gomei and Di Carlo, 2012; IUCN WPA, 2018

29. Gomei and Di Carlo, 2012

30. IUCN WPA, 2018

31. Gomei and Di Carlo, 2012; IUCN WPA, 2018

32. Cressey, 2011; Rife et al., 2013; White et al., 2015; Claudet, 2017

33. Gomei and Di Carlo, 2012

34. Ward-Paige, 2017

35. PEW 2013; Bradley 2016; Ward-Paige and Worm, 2017

36. De Santo, 2013; Brooke et al., 2015; Christie et al., 2017; Bradley et al., 2018

37. Ali and Sinan, 2014

38. Lewis et al., 2017

39. Gallagher et al., 2015; WWF, 2017

40. Graham and McClanahan, 2013; Campbell et al., 2017

41. BMIS, 2018

42. Welch et al., 2018

43. BMIS, 2018

44. White et al., 2017

45. Espinoza et al., 2014; Chapman et al., 2015; Garla et al., 2016

46. Osgood and Baum, 2015; Shiffman and Hammerschlag, 2016

47. Day and Dobbs, 2013

48. CBD, 2018

49. Bromhead et al., 2012; Ward-Paige, 2017

50. Campbell et al., 2018

51. Blyth-Skyrme et al., 2006

52. Simpfendorfer and Donohue, 1998

53. Braccini et al., 2017

54. Wiegand et al., 2011

55. Dwyer et al., 2017

56. Watson et al., 2009; Queiroz et al., 2016

57. Clarke et al., 2018

58. Daley et al., 2014; AFMA, 2016

59. Bonfil, 1999

60. Dudley, 2008

61. Dulvy et al., 2014

62. Stein et al., 2018

63. Oh et al., 2017a

64. White et al., 2015

65. Knipp et al., 2012

66. Belize Fisheries Department, 2018

67. Bond et al., 2017

46Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 47: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

47Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSI68. Bond et al., 2017

69. Day et al., 2012

70. Heupel et al., 2009; Knip et al., 2012; Espinoza et al., 2014

71. Day et al., 2012

72. Dulvy et al., 2014

73. WP, 2017

74. Adkins, 2017

75. Knip et al., 2012; Davies et al., 2017

76. MacKeracher et al.

77. Knip et al., 2012; Speed et al., 2016; Crossin et al., 2017

78. Chapman et al., 2005; Bond et al., 2012; Knip et al., 2012; Espinoza et al., 2015b; Osgood and Baum 2015; Daly et al., 2018

79. Speed et al., 2010; Osgood and Baum, 2015

80. Abecasis et al., 2015; Raymond et al., 2015; Robinson et al., 2017; Calich et al., 2018; Hazen et al., 2018

81. Reynolds et al., 2017

82. Meyers et al., 2017

84. Heupel and Simpfendorfer, 2005; Chapman et al., 2015

85. Wearmouth and Sims, 2008; Espinoza et al., 2015a

86. Heupel et al., 2018

87. Heupel et al., 2010

88. Knip et al., 2012

89. Espinoza et al., 2011

90. Henderson et al., 2016

91. Hodgkiss et al., 2017; Oh et al., 2017b

92. White and Potter, 2004; Pikitch et al., 2005

93. Carrier and Pratt, 1998

94. Braccini et al., 2017

95. Fletcher and Santoro, 2013; Daley et al., 2014

96. Mourier and Planes, 2013

97. Tillett et al., 2012

98. Dicken et al., 2007

99. Bass et al., 2017

100. Chapman et al., 2009; Feldheim et al., 2014

101. Le Port et al., 2012

102. Green et al., 2015

103. Hueter et al., 2013

104. de la Parra Venegas et al., 2011

105. White and Potter, 2004

106. Heupel and Bennett, 2007

107. Duffy and Last, 2007; Duffy, 2011; Davidson and Dulvy, 2017

108. Hussey, 2015

109. Reynolds et al., 2017

110. Rodríguez-Cabello et al., 2016

111. Heupel et al., 2015

112. Horton et al., 2017

113. Jaine et al., 2014

114. Penaherrara-Palma et al., 2018

115. Penaherrara-Palma et al., 2018

116. Graham et al., 2016

117. Espinoza et al., 2015b; Momigliano et al., 2015a

118. Espinoza et al., 2015b

119. Chapman et al., 2005

120. Penaherrara-Palma et al., 2018

121. Hobday et al., 2010

122. Myers et al., 2000; Dulvy et al., 2014

123. Day et al., 2012; Klein et al., 2015; CBD, 2017

124. Dulvy et al., 2014; Davidson and Dulvy, 2017

125. Dulvy et al., 2014

126. Winter et al., 2013

127. Isaac et al., 2007; Winter et al., 2013

128. Stein et al., 2018

129. MacKeracher et al.; Pollnac et al., 2010; Diedrich et al., 2017; Mizrahi et al., 2018

130. Voyer et al., 2012; Howard et al., 2015

131. Smith et al., 2010; Diedrich et al., 2017

132. Voyer et al., 2012

133. Smith et al., 2010; Diedrich et al., 2017

134. Cinner et al., 2009; Diedrich et al., 2017

Page 48: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSI135. Ward-Paige, 2017

136. Cinner et al., 2009; Basurto, 2017; Diedrich et al., 2017

137. Mangubhai et al., 2015; Jaiteh et al., 2016

138. Mangubhai et al., 2015

139. Gomei and Di Carlo, 2012

140. Pollnac et al., 2010; Campbell et al., 2012b; Cinner et al., 2016; Rohe et al., 2017

141. Mascia, 2004; Vianna et al., 2016; Pendleton et al., 2017; Rohe et al., 2017

142. Global Fishing Watch, 2017; Lewis et al., 2017; Bradley et al., 2018

143. Lewis et al., 2017

144. Ostrom, 1998; Schultz, 2011; Thomas et al., 2016; Cinner, 2018

145. Thomas et al., 2016; Bergseth 2017; Bergseth et al., 2018

146. Kaplan et al., 2015; Pendleton et al., 2017

147. Kaplan et al., 2015

148. Jaiteh et al., 2016; Lewis et al., 2017

149. Lewis et al., 2017

150. Christie and White, 2007; Jones et al.,t 2011

151. Christie and White, 2007; Borrini-Feyerabend et al., 2013

152. Ward-Paige, 2017

153. Carrier and Pratt, 1998; Jaiteh et al., 2016

154. Brunnschweiler 2010; Gallagher et al., 2015; Trave et al., 2017; Vianna et al., 2017

155. Araujo et al., 2017

156. Jaiteh et al., 2016

157. Sobel and Dahlgren, 2004; Green et al., 2014; Jessen et al., 2017; Lewis et al., 2017

158. Green, A.L. et al., in prep

159. Lea et al., 2016

160. Levy and Ban, 2013; Queirós et al., 2016

161. Sobel and Dahlgren, 2004; Knip et al., 2012; Osgood and Baum, 2015; White et al., 2017

162. Lea et al., 2018

163. Lynch et al., 2013

164. Momigliano et al., 2015b; Jaiteh et al., 2016

165. Green et al., 2015

166. Abecasis et al., 2015; Geange et al., 2017

167. Ball et al., 2009; Cressey, 2011; Abecasis et al., 2015; Marxan, 2017

168. Allnutt et al., 2012; Beger et al., 2015

169. Campbell et al., 2012a; Abecasis et al., 2015; D’Aloia et al., 2017

170. Dwyer et al., in prep

171. Mangubhai et al., 2015; Grantham et al. 2013

172. Big Ocean, 2017; Lewis et al., 2017

173. Christie et al., 2017; Lewis et al., 2017

174. Lewis et al., 2017

175. Sobel and Dahlgren, 2004; Jones et al., 2011; Cinner et al., 2012; Gomei and Di Carlo, 2012; Hoyt, 2014; Christie et al., 2017

176. Jones et al., 2011; Quimby and Levine 2018

177. Watson et al., 2009; UNEP 2016; Fu et al., 2017

178. UNEP, 2016

179. Hoyt, 2014

180. Goodman and Matley, 2018; United Nations, 2018

181. Penaherrara-Palma et al., 2018

182. DoE, 2007

183. Barley et al., 2017

184. https://whc.unesco.org/en/list/653

185. Murray et al., 2018

186. AFMA, 2012

187. Daley et al., 2014; AFMA, 2016

188. WWF, 2017

189. Brunnschweiler, 2010; WWF, 2017

190. Brunnschweiler and Barnett, 2013; Brunnschweiler et al., 2014

191. Pendleton et al., 2017

192. Pomeroy et al., 2004; Agardy, 2017; Day, 2017

193. Pressey et al., 2015; Pendleton et al., 2017

48Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 49: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

49Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSI194. Chin et al., 2010

195. Sobel and Dahlgren, 2004; Claudet and Guidetti 2010; White et al., 2011; Agardy 2017; Woodcock et al., 2017

196. White et al., 2011

197. Abecasis et al., 2015; Cornejo-Donoso et al., 2017

198. Worm et al., 2013

199. Dulvy et al., 2017; Ward-Paige, 2017

200. Ward-Paige and Worm, 2017; Ferretti et al., 2018

201. Davidson and Dulvy, 2017; Dulvy et al., 2017

202. Pomeroy et al., 2004; Rife et al., 2013

203. Pomeroy et al., 2004; Hockings et al., 2006; DoF/FFI/BOBLME 2015; Gill et al., 2017; Lewis et al., 2017; Villaseñor-Derbez et al., 2018

204. Knip et al., 2012; Graham et al., 2016; Doherty et al., 2017; White et al., 2017

205. Daly-Engel et al., 2012; Dudgeon et al., 2012; Chapman et al., 2015; Osgood and Baum, 2015; Pazmiño et al., 2018

206. Andruszkiewicz et al., 2017; Bakker et al., 2017; Boussarie et al., 2018

207. Bakker et al., 2017

208. Munroe et al., 2018

209. Roff et al., 2016; Crossin et al., 2017

210. FinPrint, 2018

211. Friedlander and DeMartini, 2002; Robbins et al., 2006; Juhel et al., 2017; Ahmadia et al., 2013

Page 50: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

50

REFERENSI

REFERENSIAbecasis, D., Afonso, P., and Erzini, K. (2015) Toward adaptive management of coastal MPAs: The influence of different conservation targets and costs on the design of no-take areas. Ecological Informatics 30(Supplement C), 263-270. doi: 10.1016/j.ecoinf.2015.08.009

Adkins, J. (2017) Belize to create world's first ray sanctuary, guided by Global FinPrint. Available at https://news.fiu.edu/2017/10/belize-to-create-worlds-first-ray-sanctuary-guided-by-global-finprint/115920 (accessed 20 December 2017)

AFMA (2016) Australian Fisheries Management Authority. Southern and Eastern Scalefish and Shark Fishery and Small Pelagic Fishery (Closures) Direction 2016. Available at www.legislation.gov.au/Details/F2016L00549 (accessed 3 January 2018)

Agardy, T. (2017) Justified ambivalence about MPA effectiveness. ICES Journal of Marine Science. doi: 10.1093/icesjms/fsx083

Ali, K., and Sinan, H. (2014) Shark ban in its infancy: successes, challenges and lessons learnt. Journal of the Marine Biological Association of India 56(1), 34-40.

Allnutt, T.F., McClanahan, T.R., Andréfouët, S., Baker, M., Lagabrielle, E., McClennen, C., Rakotomanjaka, A.J.M., Tianarisoa, T.F., Watson, R., and Kremen, C. (2012) Comparison of marine spatial planning methods in Madagascar demonstrates value of alternative approaches. PLOS ONE 7(2), e28969. doi: 10.1371/journal.pone.0028969

Andruszkiewicz, E.A., Starks, H.A., Chavez, F.P., Sassoubre, L.M., Block, B.A., and Boehm, A.B. (2017) Biomonitoring of marine vertebrates in Monterey Bay using eDNA metabarcoding. PLOS ONE 12(4), e0176343. doi: 10.1371/journal.pone.0176343

Araujo, G., Vivier, F., Labaja, J.J., Hartley, D., and Ponzo, A. (2017) Assessing the impacts of tourism on the world's largest fish Rhincodon typus at Panaon Island, Southern Leyte, Philippines. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems 27(5), 986-994. doi: 10.1002/aqc.2762

Bakker, J., Wangensteen, O.S., Chapman, D.D., Boussarie, G., Buddo, D., Guttridge, T.L., Hertler, H., Mouillot, D., Vigliola, L., and Mariani, S. (2017) Environmental DNA reveals tropical shark diversity in contrasting levels of anthropogenic impact. Scientific Reports 7(1), 16886. doi: 10.1038/s41598-017-17150-2

Ball, I.R., Possingham, H.P., and Watts, M.E. (2009) Marxan and relatives: software for spatial conservation prioritization. In: Moilanen, A., Wilson, K.A. and Possingham, H.P. (eds.) Spatial Conservation Prioritization: Quantative Methods and Computational Tools. pp. 185- 195. Oxford University Press, Oxford, UK.

Barley, S.C., Meekan, M.G., and Meeuwig, J.J. (2017) Species diversity, abundance, biomass, size and trophic structure of fish on coral reefs in relation to shark abundance. Marine Ecology Progress Series 565, 163-179.

Bass, N.C., Mourier, J., Knott, N.A., Day, J., Guttridge, T., and Brown, C. (2017) Long-term migration patterns and bisexual philopatry in a benthic shark species. Marine and Freshwater Research 68(8), 1414-1421. doi: 10.1071/MF16122

Basurto, X. (2017) Linking MPA effectiveness to the future of local rural fishing societies. ICES Journal of Marine Science. doi: 10.1093/icesjms/fsx075

Beger, M., McGowan, J., Treml, E.A., Green, A.L., White, A.T., Wolff, N.H., Klein, C.J., Mumby, P.J., and Possingham, H.P. (2015) Integrating regional conservation priorities for multiple objectives into national policy. Nature Communications 6, 8208. doi: 10.1038/ncomms9208

Belize Fisheries Department (2018) Glover's Reef Marine Reserve. Available at www.fisheries.gov.bz/glovers-reef (accessed 19 January 2018)

Bergseth, B.J. (2017) Effective marine protected areas require a sea change in compliance management. ICES Journal of Marine Science. doi: 10.1093/icesjms/fsx105

Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 51: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

51Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIBergseth, B.J., Gurney, G.G., Barnes, M.L., Arias, A., and Cinner, J.E. (2018) Addressing poaching in marine protected areas through voluntary surveillance and enforcement. Nature Sustainability 1(8), 421-426. doi: 10.1038/s41893-018-0117-x

Big Ocean (2017). Improving the design and effectiveness of ocean conservation at-scale. Available at http://bigoceanmanagers.org (accessed 21 December 2017)

Blyth-Skyrme, R.E., Kaiser, M.J., Hiddink, J.G., Edwards-Jones, G., and Hart, P.J.B. (2006) Conservation benefits of temperate marine protected areas: variation among fish species. Conservation Biology 20(3), 811-820. doi: 10.1111/j.1523-1739.2006.00345.x

BMIS (2018) Bycatch Management Information System. Common Oceans, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Western Central Pacific Fisheries Commission. Available at www.bmis-bycatch.org (accessed 18 April 2018).

Bond, M.E., Babcock, E.A., Pikitch, E.K., Abercrombie, D.L., Lamb, N.F., and Chapman, D.D. (2012) Reef sharks exhibit site-fidelity and higher relative abundance in marine reserves on the Mesoamerican Barrier Reef. PLOS ONE 7(3), e32983. doi: 10.1371/journal.pone.0032983

Bond, M.E., Valentin-Albanese, J., Babcock, E.A., Abercrombie, D., Lamb, N.F., Miranda, A., Pikitch, E.K., and Chapman, D.D. (2017) Abundance and size structure of a reef shark population within a marine reserve has remained stable for more than a decade. Marine Ecology Progress Series 576, 1-10.

Bonfil, R. (1999) Marine Protected Areas as a shark fisheries management tool. In: Seret, B. and Sire, J.Y. (eds.) 5th Indo-Pacific Fish Conference. Noumea, New Caledonia, pp.217-230.

Borrini-Feyerabend, G., Dudley, N., Jaeger, T., Lassen, B., Broome, N.P., Phillips, A., and Sandwith, T. (2013) Governance of protected areas: from understanding to action. Best practice protected area guidelines. Series No. 20. IUCN, Gland, Switzerland.

Boussarie, G., Bakker, J., Wangensteen, O.S., Mariani, S., Bonnin, L., Juhel, J.-B., Kiszka, J.J., Kulbicki, M., Manel, S., Robbins, W.D., Vigliola, L., and Mouillot, D. (2018) Environmental DNA illuminates the dark diversity of sharks. Science Advances 4(5). doi: 10.1126/sciadv.aap9661

Braccini, M., Rensing, K., Langlois, T., and McAuley, R. (2017) Acoustic monitoring reveals the broad-scale movements of commercially important sharks. Marine Ecology Progress Series 577, 121-129.

Bradley, D. (2016) Combatting illegal fishing, one high value fishery at a time. Bren School of Environmental Science and Management.

Bradley, D., Mayorga, J., McCauley, D.J., Cabral, R.B., Douglas, P., and Gaines, S.D. (2018) Leveraging satellite technology to create true shark sanctuaries. Conservation Letters, October 2018, e12610 doi: 10.1111/conl.12610

Bromhead, D., Clarke, S., Hoyle, S., Muller, B., Sharples, P., and Harley, S. (2012) Identification of factors influencing shark catch and mortality in the Marshall Islands tuna longline fishery and management implications. Journal of Fish Biology 80(5), 1870-1894. doi: 10.1111/j.1095-8649.2012.03238.x

Brooke, S., Graham, D., Jacobs, T., Littnan, C., Manuel, M., and O’Conner, R. (2015) Testing marine conservation applications of unmanned aerial systems (UAS) in a remote marine protected area. Journal of Unmanned Vehicle Systems 3(4), 237-251. doi: 10.1139/juvs-2015-0011

Brunnschweiler, J.M. (2010) The Shark Reef Marine Reserve: a marine tourism project in Fiji involving local communities. Journal of Sustainable Tourism 18(1), 29-42. doi: 10.1080/09669580903071987

Brunnschweiler, J.M., Abrantes, K.G., and Barnett, A. (2014) Long-term changes in species composition and relative abundances of sharks at a provisioning site. PLOS ONE 9(1), e86682. doi: 10.1371/journal.pone.0086682

Page 52: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

52Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSI

REFERENSIBrunnschweiler, J.M., and Barnett, A. (2013) Opportunistic visitors: long-term behavioural response of bull sharks to food provisioning in Fiji. PLOS ONE 8(3), e58522. doi: 10.1371/journal.pone.0058522

Calich, H., Estevanez, M., and Hammerschlag, N. (2018) Overlap between highly suitable habitats and longline gear management areas reveals vulnerable and protected regions for highly migratory sharks. Marine Ecology Progress Series 602, 183-195.

Campbell, H.A., Dwyer, R.G., Fitzgibbons, S., Klein, C.J., Lauridsen, G., McKeown, A., Olsson, A., Sullivan, S., Watts, M.E., and Westcott, D.A. (2012a) Prioritising the protection of habitat utilised by southern cassowaries Casuarius casuarius johnsonii. Endangered Species Research 17(1), 53-61.

Campbell, S.J., Edgar, G.J., Stuart-Smith, R.D., Soler, G., and Bates, A.E. (2018) Fishing-gear restrictions and biomass gains for coral reef fishes in marine protected areas. Conservation Biology 32(2), 401-410. doi: doi:10.1111/cobi.12996

Campbell, S.J., Hoey, A.S., Maynard, J., Kartawijaya, T., Cinner, J., Graham, N.A.J., and Baird, A.H. (2012b) Weak compliance undermines the success of no-take zones in a large government-controlled marine protected area. PLOS ONE 7(11), e50074. doi: 10.1371/journal.pone.0050074

Carrier, J.C., and Pratt, H.L. (1998) Habitat management and closure of a nurse shark breeding and nursery ground. Fisheries Research 39(2), 209-213. doi: 10.1016/S0165-7836(98)00184-2

CBD (2017) Convention on Biological Diversity. Aichi Biodiversity Targets. Available at www.cbd.int/sp/targets (accessed 30 November 2011)

CBD (2018) Protected areas and other effective area-based conservation measures. CBD/SBSTTA/22/L.2. Convention on Biological Diversity. Subsidiary Body on Scientific, Technical and Technological Advice, Twenty-second meeting, Montreal, Canada 2-7 July 2018. www.iucn.org/news/protected-areas/201808/updates-

%E2%80%98other-effective-area-based-conservation-measures%E2%80%99

Chapman, D.D., Babcock, E.A., Gruber, S.H., Dibattista, J.D., Franks, B.R., Kessel, S.A., Guttridge, T., Pikitch, E.K., and Feldheim, K.A. (2009) Long-term natal site-fidelity by immature lemon sharks (Negaprion brevirostris) at a subtropical island. Molecular Ecology 18(16), 3500-3507. doi: 10.1111/j.1365-294X.2009.04289.x

Chapman, D.D., Feldheim, K.A., Papastamatiou, Y.P., and Hueter, R.E. (2015) There and back again: A review of residency and return migrations in sharks, with implications for population structure and management. Annual Review of Marine Science 7(1), 547-570. doi: 10.1146/annurev-marine-010814-015730

Chapman, D.D., Pikitch, E.K., Babcock, E., and Shivji, M.S. (2005) Marine reserve design and evaluation using automated acoustic telemetry: a case-study involving coral reef-associated sharks in the Mesoamerican Caribbean. Marine Technology Society Journal 39(1), 42-55. doi: 10.4031/002533205787521640

Christie, P., Bennett, N.J., Gray, N.J., ‘Aulani Wilhelm, T., Lewis, N.A., Parks, J., Ban, N.C., Gruby, R.L., Gordon, L., Day, J., Taei, S., and Friedlander, A.M. (2017) Why people matter in ocean governance: Incorporating human dimensions into large-scale marine protected areas. Marine Policy 84, 273-284. doi: 10.1016/j.marpol.2017.08.002

Christie, P., and White, A.T. (2007) Best practices for improved governance of coral reef marine protected areas. Coral Reefs 26(4), 1047-1056. doi: 10.1007/s00338-007-0235-9Cinner, J., Fuentes, M.M.P.B., and Randriamahazo, H. (2009) Exploring social resilience in Madagascar’s marine protected areas. Ecology and Society 14(1), 10.

Cinner, J.E., Huchery, C., MacNeil, M.A., Graham, N.A.J., McClanahan, T.R., Maina, J., Maire, E., Kittinger, J.N., Hicks, C.C., Mora, C., Allison, E.H., D’Agata, S., Hoey, A., Feary, D.A., Crowder, L., Williams, I.D., Kulbicki, M., Vigliola, L., Wantiez, L., Edgar, G., Stuart-Smith, R.D., Sandin, S.A., Green, A.L., Hardt, M.J., Beger, M.,

Page 53: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

53Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIFriedlander, A., Campbell, S.J., Holmes, K.E., Wilson, S.K., Brokovich, E., Brooks, A.J., Cruz-Motta, J.J., Booth, D.J., Chabanet, P., Gough, C., Tupper, M., Ferse, S.C.A., Sumaila, U.R., and Mouillot, D. (2016) Bright spots among the world’s coral reefs. Nature 535, 416. doi: 10.1038/nature18607

Cinner, J.E., McClanahan, T.R., MacNeil, M.A., Graham, N.A.J., Daw, T.M., Mukminin, A., Feary, D.A., Rabearisoa, A.L., Wamukota, A., Jiddawi, N., Campbell, S.J., Baird, A.H., Januchowski-Hartley, F.A., Hamed, S., Lahari, R., Morove, T., and Kuange, J. (2012) Comanagement of coral reef social-ecological systems. Proceedings of the National Academy of Sciences 109(14), 5219-5222. doi: 10.1073/pnas.1121215109

Clarke, T.M., Espinoza, M., Romero Chaves, R., and Wehrtmann, I.S. (2018) Assessing the vulnerability of demersal elasmobranchs to a data-poor shrimp trawl fishery in Costa Rica, Eastern Tropical Pacific. Biological Conservation 217 (Supplement C), 321-328. doi: 10.1016/j.biocon.2017.11.015

Claudet, J. (2017) Six conditions under which MPAs might not appear effective (when they are). ICES Journal of Marine Science, fsx074-fsx074. doi: 10.1093/icesjms/fsx074

Claudet, J., and Guidetti, P. (2010) Improving assessments of marine protected areas. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems 20(2), 239-242. doi: 10.1002/aqc.1087

Cornejo-Donoso, J., Einarsson, B., Birnir, B., and Gaines, S.D. (2017) Effects of fish movement assumptions on the design of a marine protected area to protect an overfished stock. PLOS ONE 12(10), e0186309. doi: 10.1371/journal.pone.0186309

Cressey, D. (2011) Ocean conservation: Uncertain sanctuary. Nature 480(7376), 166-167. doi: 10.1038/480166aCrossin, G.T., Heupel, M.R., Holbrook, C.M., Hussey, N.E., Lowerre-Barbieri, S.K., Nguyen, V.M., Raby, G.D., and Cooke, S.J. (2017) Acoustic telemetry and fisheries management. Ecological Applications 27(4), 1031-1049. doi: 10.1002/eap.1533

D'Aloia, C.C., Daigle, R.M., Côté, I.M., Curtis, J.M.R., Guichard, F., and Fortin, M.-J. (2017) A multiple-species framework for integrating movement processes across life stages into the design of marine protected areas. Biological Conservation 216(Supplement C), 93-100. doi: 10.1016/j.biocon.2017.10.012

Daley, R.K., Williams, A., Green, M., Barker, B., and Brodie, P. (2014) Can marine reserves conserve vulnerable sharks in the deep sea? A case study of Centrophorus zeehaani (Centrophoridae), examined with acoustic telemetry. Deep Sea Research Part II: Topical Studies in Oceanography 115, 127-136. doi: 10.1016/j.dsr2.2014.05.017

Daly-Engel, T.S., Seraphin, K.D., Holland, K.N., Coffey, J.P., Nance, H.A., Toonen, R.J., and Bowen, B.W. (2012) Global phylogeography with mixed-marker analysis reveals male-mediated dispersal in the Endangered scalloped hammerhead shark (Sphyrna lewini). PLOS ONE 7(1), e29986. doi: 10.1371/journal.pone.0029986

Daly, R., Smale, M.J., Singh, S., Anders, D., Shivji, M., Daly, C.A., Lea, J.S.E., Sousa, L.L., Wetherbee, B.M., Fitzpatrick, R., Clarke, C.R., Sheaves, M., and Barnett, A. (2018) Refuges and risks: Evaluating the benefits of an expanded MPA network for mobile apex predators. Diversity and Distributions 24(9), 1217-1230. doi: 10.1111/ddi.12758

Davidson, L.N.K., and Dulvy, N.K. (2017) Global marine protected areas to prevent extinctions. Nature Ecology & Evolution 1, 0040. doi: 10.1038/s41559-016-0040

Davidson, L.N.K., Krawchuk, M.A., and Dulvy, N.K. (2016) Why have global shark and ray landings declined: improved management or overfishing? Fish and Fisheries 17, 438-458. doi: 10.1111/faf.12119

Davies, T.E., Maxwell, S.M., Kaschner, K., Garilao, C., and Ban, N.C. (2017) Large marine protected areas represent biodiversity now and under climate change. Scientific Reports 7(1), 9569. doi: 10.1038/s41598-017-08758-5

Day, J. (2017) Counterpoint to Agardy. ICES Journal of Marine Science. doi: 10.1093/icesjms/fsx131.

Page 54: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSIDay, J., Dudley, N., Hockings, M., Holmes, G., Laffoley, D., Stolton, S., and Wells, S. (2012) Guidelines for applying the IUCN protected area management categories to marine protected areas. IUCN, Gland, Switzerland.

Day, J.C., and Dobbs, K. (2013) Effective governance of a large and complex cross-jurisdictional marine protected area: Australia's Great Barrier Reef. Marine Policy 41, 14-24. doi: 10.1016/j.marpol.2012.12.020

De Santo, E.M. (2013) Missing marine protected area (MPA) targets: How the push for quantity over quality undermines sustainability and social justice. Journal of Environmental Management 124 (Supplement C), 137-146. doi: 10.1016/j.jenvman.2013.01.033

Dewar, H., Mous, P., Domeier, M., Muljadi, A., Pet, J., and Whitty, J. (2008) Movements and site fidelity of the giant manta ray, Manta birostris, in the Komodo Marine Park, Indonesia. Marine Biology 155(2), 121. doi: 10.1007/s00227-008-0988-x

Dicken, M.L., Booth, A.J., Smale, M.J., and Cliff, G. (2007) Spatial and seasonal distribution patterns of juvenile and adult raggedtooth sharks (Carcharias taurus) tagged off the east coast of South Africa. Marine and Freshwater Research 58(1), 127-134. doi: 10.1071/MF06018

Diedrich, A., Stoeckl, N., Gurney, G.G., Esparon, M., and Pollnac, R. (2017) Social capital as a key determinant of perceived benefits of community-based marine protected areas. Conservation Biology 31(2), 311-321. doi: 10.1111/cobi.12808

DoE (2007) Rowley Shoals Marine Park Management Plan. 2007-2017. Management Plan No 56. Department of Environment and Conservation, Australia.

DoF/FFI/BOBLME (2015) Assessment of the efficacy of Mynamar's shark reserves. Department of Fisheries (DoF) Myanmar, Fauna and Flora International (FFI) and the Bay of Bengal Large Marine Ecosystem project (BOBLME).

Doherty, P.D., Baxter, J.M., Godley, B.J., Graham, R.T., Hall, G., Hall, J., Hawkes, L.A., Henderson, S.M., Johnson, L.,

Speedie, C., and Witt, M.J. (2017) Testing the boundaries: Seasonal residency and inter-annual site fidelity of basking sharks in a proposed Marine Protected Area. Biological Conservation 209, 68-75. doi: 10.1016/j.biocon.2017.01.018

Dudgeon, C.L., Blower, D.C., Broderick, D., Giles, J.L., Holmes, B.J., Kashiwagi, T., Krück, N.C., Morgan, J.A.T., Tillett, B.J., and Ovenden, J.R. (2012) A review of the application of molecular genetics for fisheries management and conservation of sharks and rays. Journal of Fish Biology 80(5), 1789-1843. doi: 10.1111/j.1095-8649.2012.03265.x

Dudley, N. (2008) Guidelines for applying protected area management categories. IUCN, Gland, Switzerland.

Duffy, C.A.J., (2011) Squalus raoulensis. The IUCN Red List of Threatened Species 2011: e.T161469A5431296. Available at http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2011-2.RLTS.T161469A5431296.en (accessed 27 November 2017)

Duffy, C.A.J., and Last, P.R. (2007) Part 4 – Squalus raoulensis sp. nov, a new spurdog of the 'megalops-cubensis group' from the Kermadac Ridge. In: Last, P.R., White, W.T. and Pogonoski, J.J. (eds.) Descriptions of new dogfishes of the genus Squalus (Squaloidea: Squalidae) pp. 31-38. (CSIRO Marine and Atmospheric Research Paper No 014)

Dulvy, N.K., Fowler, S.L., Musick, J.A., Cavanagh, R.D., Kyne, P.M., Harrison, L.R., Carlson, J.K., Davidson, L.N., Fordham, S.V., Francis, M.P., Pollock, C.M., Simpfendorfer, C.A., Burgess, G.H., Carpenter, K.E., Compagno, L.J., Ebert, D.A., Gibson, C., Heupel, M.R., Livingstone, S.R., Sanciangco, J.C., Stevens, J.D., Valenti, S., White, W.T., and Baldwin, I.T. (2014) Extinction risk and conservation of the world’s sharks and rays. eLife 3. doi: 10.7554/eLife.00590

Dulvy, N.K., Simpfendorfer, C.A., Davidson, L.N.K., Fordham, S.V., Bräutigam, A., Sant, G., and Welch, D.J. (2017) Challenges and Priorities in Shark and Ray Conservation. Current Biology 27(11), R565-R572. doi: 10.1016/j.cub.2017.04.038

54Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 55: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

55Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIDwyer, R.G., Watts, M., Campbell, H.A., Lyon, B., Pillans, R.D., Guru, S., Dinh, M., Possingham, H.P., and Franklin, C.E. (draft) Using individual-based movement information to identify spatial conservation priorities for mobile species.

EDGE (2017) Evolutionary Distinct and Globally Endangered, Edge of Existence Programme. Available at www.edgeofexistence.org (accessed 12 December 2017)

Espinoza, M., Cappo, M., Heupel, M.R., Tobin, A.J., and Simpfendorfer, C.A. (2014) Quantifying shark distribution patterns and species-habitat associations: implications of marine park zoning. PLOS ONE 9(9), e106885. doi: 10.1371/journal.pone.0106885

Espinoza, M., Farrugia, T.J., and Lowe, C.G. (2011) Habitat use, movements and site fidelity of the gray smooth-hound shark (Mustelus californicus Gill 1863) in a newly restored southern California estuary. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 401(1), 63-74. doi: 10.1016/j.jembe.2011.03.001

Espinoza, M., Heupel, M.R., Tobin, A.J., and Simpfendorfer, C.A. (2015a) Residency patterns and movements of grey reef sharks (Carcharhinus amblyrhynchos) in semi-isolated coral reef habitats. Marine Biology 162(2), 343-358. doi: 10.1007/s00227-014-2572-x

Espinoza, M., Lédée, E.J.I., Simpfendorfer, C.A., Tobin, A.J., and Heupel, M.R. (2015b) Contrasting movements and connectivity of reef-associated sharks using acoustic telemetry: implications for management. Ecological Applications 25(8), 2101-2118. doi: 10.1890/14-2293.1

Feldheim, K.A., Gruber, S.H., DiBattista, J.D., Babcock, E.A., Kessel, S.T., Hendry, A.P., Pikitch, E.K., Ashley, M.V., and Chapman, D.D. (2014) Two decades of genetic profiling yields first evidence of natal philopatry and long-term fidelity to parturition sites in sharks. Molecular Ecology 23(1), 110-117. doi: 10.1111/mec.12583

Ferretti, F., Curnick, D., Liu, K., Romanov, E.V., and Block, B.A. (2018) Shark baselines and the conservation role of remote coral reef ecosystems. Science Advances 4(3). doi: 10.1126/sciadv.aaq0333

FinPrint (2018) Global FinPrint. Available at https://globalfinprint.org/about/ (accessed 12 October 2018)

Fletcher, W.J., and Santoro, K. (2013) Status Reports of the Fisheries and Aquatic Resources of Western Australia 2012/13: The State of the Fisheries. Department of Fisheries, Western Australia.

Friedlander, A.M., and DeMartini, E.E. (2002) Contrasts in density, size, and biomass of reef fishes between the northwestern and the main Hawaiian islands the effects of fishing down apex predators. Marine Ecology Progress Series 230, 253-264. doi:

Fu, D., Roux, M., Clarke, S., Francis, M., Dunn, A., and Hoyle, S. (2017) Pacific-wide sustainability risk assessment of bigeye thresher shark (Alopias superciliosus). Common Oceans ABNJ Tuna Project. WCPFC-SC13-2017/SA-WP-11 (rev 2). Available at www.wcpfc.int/node/29524 (accessed 21 November 2017).

Gallagher, A.J., Vianna, G.M.S., Papastamatiou, Y.P., Macdonald, C., Guttridge, T.L., and Hammerschlag, N. (2015) Biological effects, conservation potential, and research priorities of shark diving tourism. Biological Conservation 184, 365-379. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.biocon.2015.02.007

Garla, R.C., Gadig, O.B.F., and Garrone-Neto, D. (2016) Movement and activity patterns of the nurse shark, Ginglymostoma cirratum, in an oceanic Marine Protected Area of the South-western Atlantic. Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom, 1-8. doi: 10.1017/S0025315416001028Geange, S.W., Leathwick, J., Linwood, M., Curtis, H., Duffy, C., Funnell, G., and Cooper, S. (2017) Integrating conservation and economic objectives in MPA network planning: A case study from New Zealand. Biological Conservation 210, Part A, 136-144. doi: 10.1016/j.biocon.2017.04.011

Gill, D.A., Mascia, M.B., Ahmadia, G.N., Glew, L., Lester, S.E., Barnes, M., Craigie, I., Darling, E.S., Free, C.M., Geldmann, J., Holst, S., Jensen, O.P., White, A.T., Basurto, X., Coad, L., Gates, R.D., Guannel, G., Mumby, P.J., Thomas, H., Whitmee, S., Woodley, S.,

Page 56: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSIand Fox, H.E. (2017) Capacity shortfalls hinder the performance of marine protected areas globally. Nature 543(7647), 665-669. doi: 10.1038/nature21708

Global Fishing Watch (2017) Global Fishing Watch. Available at http://globalfishingwatch.org (accessed 21 December 2017)

Goodman, C., and Matley, H. (2018) Law Beyond Boundaries: innovative mechanisms for the integrated management of biodiversity beyond national jurisdiction. ICES Journal of Marine Science, fsx242-fsx242. doi: 10.1093/icesjms/fsx242

Graham, F., Rynne, P., Estevanez, M., Luo, J., Ault, J.S., and Hammerschlag, N. (2016) Use of marine protected areas and exclusive economic zones in the subtropical western North Atlantic Ocean by large highly mobile sharks. Diversity and Distributions 22(5), 534-546. doi: 10.1111/ddi.12425

Graham, N.A.J., and McClanahan, T.R. (2013) The last call for marine wilderness? BioScience 63(5), 397-402. doi: 10.1525/bio.2013.63.5.13

Grantham, H.S., Agostini, V.N., Wilson, J., Mangubhai, S., Hidayat, N., Muljadi, A., Muhajir, Rotinsulu, C., Mongdong, M., Beck, M.W., Possingham, H.P. 2013. A comparison of zoning analyses to inform the planning of a marine protected area network in Raja Ampat, Indonesia. Marine Policy 38: 184-194.

Green, A.L., Fajariyanto, Y., et al. A National Framework for Designing and Evaluating Marine Protected Area and Marine Protected Area Networks in Indonesia. Report prepared by The Nature Conservancy for the USAID Sustainable Ecosystems Advanced Project.

Green, A.L., Fernandes, L., Almany, G., Abesamis, R., McLeod, E., Aliño, P.M., White, A.T., Salm, R., Tanzer, J., and Pressey, R.L. (2014) Designing marine reserves for fisheries management, biodiversity conservation, and climate change adaptation. Coastal Management 42(2), 143-159. doi: 10.1080/08920753.2014.877763

Green, A.L., Maypa, A.P., Almany, G.R., Rhodes, K.L., Weeks, R., Abesamis, R.A., Gleason, M.G., Mumby, P.J., and White, A.T. (2015) Larval dispersal and movement patterns of coral reef fishes, and implications for marine reserve network design. Biological Reviews 90(4), 1215-1247. doi: 10.1111/brv.12155

Hazen, E.L., Scales, K.L., Maxwell, S.M., Briscoe, D.K., Welch, H., Bograd, S.J., Bailey, H., Benson, S.R., Eguchi, T., Dewar, H., Kohin, S., Costa, D.P., Crowder, L.B., and Lewison, R.L. (2018) A dynamic ocean management tool to reduce bycatch and support sustainable fisheries. Science Advances 4(5). doi: 10.1126/sciadv.aar3001

Henderson, A.C., Jourdan, A., and Bell, K. (2016) Assessing the incidental value of a marine reserve to a lemon shark Negaprion brevirostris nursery. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems 26(3), 482-491. doi: 10.1002/aqc.2627

Heupel, M.R., and Bennett, M.B. (2007) Estimating abundance of reef-dwelling sharks: a case study of the Epaulette Shark, Hemiscyllium ocellatum (Elasmobranchii: Hemiscyllidae). Pacific Science 61(3), 383-394. doi: 10.2984/1534-6188(2007)61[383:EAORSA]2.0.CO;2

Heupel, M.R., Kanno, S., Martins, A.P.B., and Simpfendorfer, C.A. (2018) Advances in understanding the roles and benefits of nursery areas for elasmobranch populations. Marine and Freshwater Research. doi: 10.1071/MF18081

Heupel, M.R., and Simpfendorfer, C.A. (2005) Using acoustic monitoring to evaluate MPAs for shark nursery areas: the importance of long-term data. Marine Technology Society Journal 39(1), 10-18. doi: 10.4031/002533205787521749

Heupel, M.R., and Simpfendorfer, C.A. (2014) Importance of environmental and biological drivers in the presence and space use of a reef-associated shark. Marine Ecology Progress Series 496, 47-57.

Heupel, M.R., Simpfendorfer, C.A., Espinoza, M., Smoothey, A.F., Tobin, A., and Peddemors, V. (2015) Conservation challenges of sharks with continental scale migrations. Frontiers in Marine Science 2(12). doi: 10.3389/fmars.2015.00012

56Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 57: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

57Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIHeupel, M.R., Simpfendorfer, C.A., and Fitzpatrick, R. (2010) Large–scale movement and reef fidelity of grey reef sharks. PLOS ONE 5(3), e9650. doi: 10.1371/journal.pone.0009650

Heupel, M.R., Williams, A.J., Welch, D.J., Ballagh, A., Mapstone, B.D., Carlos, G., Davies, C., and Simpfendorfer, C.A. (2009) Effects of fishing on tropical reef associated shark populations on the Great Barrier Reef. Fisheries Research 95(2), 350-361. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.fishres.2008.10.005

Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley, N., and Courrau, J. (2006) Evaluating effectiveness: A framework for assessing management effectiveness of protected areas. 2nd Edition. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.

Hodgkiss, R.D., Grant, A., McClelland, J.H.R., Quatre, R., Rademakers, B., Sanchez, C., and Mason-Parker, C. (2017) Population structure of the sicklefin lemon shark Negaprion acutidens within the Curieuse Marine National Park, Seychelles. African Journal of Marine Science 39(2), 225-232. doi: 10.2989/1814232X.2017.1333453

Howard, R., ALi, A., and Han Shein, U.S. (2015) Shark and ray fisheries of Myanmar: status and socio-economic importance. Report No. 12 of the Tanintharyi Conservation Programme, a joint initiative of Fauna & Flora International (FFI) and the Myanmar Forest Department, FFI, Yangon, and the Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project (BOBLME).

Hoyt, E. (2014) The role of marine protected areas and sanctuaries. In: Techera, E.J. and Klein, N. (eds.) Sharks. Conservation, governance and management pp. 263-285. (Routledge Taylor and Francis Group)

Hueter, R.E., Tyminski, J.P., and de la Parra, R. (2013) Horizontal movements, migration patterns, and population structure of whale sharks in the Gulf of Mexico and Northwestern Caribbean Sea. PLOS ONE 8(8), e71883. doi: 10.1371/journal.pone.0071883

Hussey, N.E. (2015) Aquatic animal telemetry: a panoramic view into the underwater world. Science 348(6240), 12255642. doi: 10.1126/science.1255642

Isaac, N.J.B., Turvey, S.T., Collen, B., Waterman, C., and Baillie, J.E.M. (2007) Mammals on the EDGE: conservation priorities based on threat and phylogeny. PLOS ONE 2(3), e296. doi: 10.1371/journal.pone.0000296

IUCN WPA (2018) Applying IUCN's global conservation standards to Marine Protected Areas (MPA). Delivering effective conservation action through MPAs, to ensure ocean health & sustainable development. Version 1. Available at www.iucn.org/theme/protected-areas/wcpa/what-we-do/marine/marine-protected-areas-global-standards-success (accessed 18 October 2018)

Jaine, F.R.A., Rohner, C.A., Weeks, S.J., Couturier, L.I.E., Bennett, M.B., Townsend, K.A., and Richardson, A.J. (2014) Movements and habitat use of reef manta rays off eastern Australia: offshore excursions, deep diving and eddy affinity revealed by satellite telemetry. Marine Ecology Progress Series 510, 73-86. doi: 10.3354/meps10910

Jaiteh, V.F., Lindfield, S.J., Mangubhai, S., Warren, C., Fitzpatrick, B., and Loneragan, N.R. (2016) Higher abundance of marine predators and changes in fishers' behavior following spatial protection within the world's biggest shark fishery. Frontiers in Marine Science 3(43). doi: 10.3389/fmars.2016.00043Jessen, S., Morgan, L.E., Bezaury-Creel, J.E., Barron, A., Govender, R., Pike, E.P., Saccomanno, V.R., and Moffitt, R.A. (2017) Measuring MPAs in continental North America: how well protected are the ocean estates of Canada, Mexico, and the USA? Frontiers in Marine Science 4(279). doi: 10.3389/fmars.2017.00279

Jones, P.J.S., Qiu, W., and De Santo, E.M. (2011) Governing marine protected areas – Getting the balance right. Technical Report, United Nations Environment Programme.

Juhel, J.-B., Vigliola, L., Mouillot, D., Kulbicki, M., Letessier, T.B., Meeuwig, J.J., and Wantiez, L. (2017) Reef accessibility impairs the protection of sharks. Journal of Applied Ecology, 55(2), 673-683. doi: 10.1111/1365-2664.13007

Page 58: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSIKaplan, K.A., Ahmadia, G.N., Fox, H., Glew, L., Pomeranz, E.F., and Sullivan, P. (2015) Linking ecological condition to enforcement of marine protected area regulations in the greater Caribbean region. Marine Policy 62(Supplement C), 186-195. doi: 10.1016/j.marpol.2015.09.018

Klein, C.J., Brown, C.J., Halpern, B.S., Segan, D.B., McGowan, J., Beger, M., and Watson, J.E.M. (2015) Shortfalls in the global protected area network at representing marine biodiversity. Scientific Reports 5, 17539. doi: 10.1038/srep17539

Knip, D.M., Heupel, M.R., and Simpfendorfer, C.A. (2010) Sharks in nearshore environments: models, importance, and consequences. Marine Ecology Progress Series 402, 1-11.

Knip, D.M., Heupel, M.R., and Simpfendorfer, C.A. (2012) Evaluating marine protected areas for the conservation of tropical coastal sharks. Biological Conservation 148(1), 200-209. doi: 10.1016/j.biocon.2012.01.008

Le Port, A., Lavery, S., and Montgomery, J.C. (2012) Conservation of coastal stingrays: seasonal abundance and population structure of the short-tailed stingray Dasyatis brevicaudata at a marine protected area. ICES Journal of Marine Science 69(8), 1427-1435. doi: 10.1093/icesjms/fss120

Lea, J.S.E., Humphries, N.E., von Brandis, R.G., Clarke, C.R., and Sims, D.W. (2016) Acoustic telemetry and network analysis reveal the space use of multiple reef predators and enhance marine protected area design. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences 283(1834). doi: 10.1098/rspb.2016.0717

Lewis, N., Day, J.C., Wilhelm, A., Wagner, D., Gaymer, C., Parks, J., Friedlander, A., White, S., Sheppard, C., Spalding, M., San Martin, G., Skeat, A., Taei, S., Teroroko, T., and Evans, J. (2017) Large-scale marine protected areas: guidelines for design and managment. Best practice protected area guideline series. No. 26. IUCN, Gland, Switzerland.

Lynch, T.P., Harcourt, R., Edgar, G., and Barrett, N. (2013) Conservation of the Critically Endangered Eastern Australian population of the grey nurse shark (Carcharias taurus) through cross-jurisdictional management of a network of marine-protected areas. Environmental Management 52(6), 1341-1354. doi: 10.1007/s00267-013-0174-x

Mangubhai, S., Wilson, J.R., Rumetna, L., Maturbongs, Y., and Purwanto (2015) Explicitly incorporating socioeconomic criteria and data into marine protected area zoning. Ocean & Coastal Management 116(Supplement C), 523-529. doi: 10.1016/j.ocecoaman.2015.08.018

Marie, A.D., Miller, C., Cawich, C., Piovano, S., and Rico, C. (2017) Fisheries-independent surveys identify critical habitats for young scalloped hammerhead sharks (Sphyrna lewini) in the Rewa Delta, Fiji. Scientific Reports 7(1), 17273. doi: 10.1038/s41598-017-17152-0

Marxan (2017) Marxan conservation solutions. Available at http://marxan.org (accessed 18 December 2017)

Mascia, M.B. (2004) Social dimensions of marine reserves. In: Sobel, J. and Dahlgren, C. (eds.) Marine Reserves: a guide to science, design and use. pp. 164-186. The Ocean Conservancy, Island Press, USA.

Meyer, L., Fox, A., and Huveneers, C. (2018) Simple biopsy modification to collect muscle samples from free-swimming sharks. Biological Conservation 228, 142-147. doi: 10.1016/j.biocon.2018.10.024

Meyers, E.K.M., Tuya, F., Barker, J., Jiménez Alvarado, D., Castro-Hernández, J.J., Haroun, R., and Rödder, D. (2017) Population structure, distribution and habitat use of the Critically Endangered Angelshark, Squatina squatina, in the Canary Islands. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems, 27(6), 1133-1144. doi: 10.1002/aqc.2769

Mizrahi, M.i., Diedrich, A., Weeks, R., and Pressey, R.L. (2018) A Systematic Review of

58Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 59: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

59Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIthe Socioeconomic Factors that Influence How Marine Protected Areas Impact on Ecosystems and Livelihoods. Society & Natural Resources, 1-17. doi: 10.1080/08941920.2018.1489568

Momigliano, P., Harcourt, R., and Stow, A. (2015a) Conserving coral reef organisms that lack larval dispersal: are networks of marine protected areas good enough? Frontiers in Marine Science 2(16). doi: 10.3389/fmars.2015.00016

Momigliano, P., Vanessa, J., and Condrad, S. (2015b) Predators in danger: shark conservation and manageement in Australia, New Zealand, and their neighbours. In: Stow, A., Holwell, G. and Norman, M. (eds.) Austral Ark: the state of wildlife in Australia and New Zealand. pp. 467-491. Cambridge University Press.

Mourier, J., and Planes, S. (2013) Direct genetic evidence for reproductive philopatry and associated fine-scale migrations in female blacktip reef sharks (Carcharhinus melanopterus) in French Polynesia. Molecular Ecology 22(1), 201-214. doi: 10.1111/mec.12103

Murray, R., Conales, S., Araujo, G., Labaja, J., Snow, S.J., Pierce, S.J., Songco, A., and Ponzo, A. (2018) Tubbataha Reefs Natural Park: First comprehensive elasmobranch assessment reveals global hotspot for reef sharks. Journal of Asia-Pacific Biodiversity. doi: 10.1016/j.japb.2018.09.009

Myers, N., Mittermeier, R.A., Mittermeier, C.G., Da Fonseca, G.A., and Kent, J. (2000) Biodiversity hotspots for conservation priorities. Nature 403(6772), 853

Nalesso, E., Hearn, A., Sosa-Nishizaki, O., Steiner, T., Antoniou, A., Reid, A., Bessudo, S., Soler, G., Klimley, A.P., Lara, F., Ketchum, J.T., and Arauz, R. (2019) Movements of scalloped hammerhead sharks (Sphyrna lewini) at Cocos Island, Costa Rica and between oceanic islands in the Eastern Tropical Pacific. PLOS ONE 14(3), e0213741. doi: 10.1371/journal.pone.0213741

Oh, B.Z.L., Sequeira, A.M.M., Meekan, M.G., Ruppert, J.L.W., and Meeuwig, J.J. (2017a) Predicting occurrence of juvenile shark habitat to improve conservation planning.

Conservation Biology 31(3), 635-645. doi: 10.1111/cobi.12868

Oh, B.Z.L., Thums, M., Babcock, R.C., Meeuwig, J.J., Pillans, R.D., Speed, C., and Meekan, M.G. (2017b) Contrasting patterns of residency and space use of coastal sharks within a communal shark nursery. Marine and Freshwater Research 68(8), 1501-1517. doi: 10.1071/MF16131

Osgood, G.J., and Baum, J.K. (2015) Reef sharks: recent advances in ecological understanding to inform conservation. Journal of Fish Biology 87(6), 1489-1523. doi: 10.1111/jfb.12839

Ostrom, E. (1998) A behavioral approach to the rational choice theory of collective action: Presidential address, American Political Science Association, 1997. American Political Science Review 92(1), 1-22. doi: 10.2307/2585925

Pazmiño, D.A., Maes, G.E., Green, M.E., Simpfendorfer, C.A., Hoyos-Padilla, E.M., Duffy, C.J.A., Meyer, C.G., Kerwath, S.E., Salinas-de-León, P., and van Herwerden, L. (2018) Strong trans-Pacific break and local conservation units in the Galapagos shark (Carcharhinus galapagensis) revealed by genome-wide cytonuclear markers. Heredity. doi: 10.1038/s41437-017-0025-2

Penaherrara-Palma, C., Aruaz, R., Bessudo, S., Bravo-Ormaza, E., Chassot, O., Chinacalle-Martinez, N., Espinoza, M., Forsberg, K., Garcia-Rada, E., Guzman, H., Hoyos, M., Hucke, R., Ketchum, J., Klimley, A.P., Lopez-Macias, J., Papastamatiou, Y., Rubin, R., Shillinger, G., Soler, G., Steiner, T.V., Zanella, I., Zarate, P., Zevallos-Rosada, J., and Hearn, A. (2018) Justificacion bilogica para le creacion de la Migra Via Coco-Galapagos. MigraMar Pontificia Universidad Catolica del Ecuador Sede Manabi. Portoviejo, Manabi, Ecuador.

Pendleton, L.H., Ahmadia, G.N., Browman, H.I., Thurstan, R.H., Kaplan, D.M., and Bartolino, V. (2017) Debating the effectiveness of marine protected areas. ICES Journal of Marine Science. doi: 10.1093/icesjms/fsx154

PEW (2013) Enforcing laws of the world's shark sanctuaries. Available at www.pewtrusts.org/en/research-and-analysis/analysis/2013/02/05/enforcing-laws-of-the-worlds-shark-sanctuaries (accessed 21 December 2017)

Page 60: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSIPikitch, E.K., Chapman, D.D., Babcock, E.A., and Shivji, M.S. (2005) Habitat use and demographic population structure of elasmobranchs at a Caribbean atoll (Glovers Reef, Belize). Marine Ecology Progress Series 302, 187-197.

Pollnac, R., Christie, P., Cinner, J.E., Dalton, T., Daw, T.M., Forrester, G.E., Graham, N.A.J., and McClanahan, T.R. (2010) Marine reserves as linked social–ecological systems. Proceedings of the National Academy of Sciences 107(43), 18262-18265. doi: 10.1073/pnas.0908266107

Pomeroy, R.S., Parks, J.E., and Watsone, L.M. (2004) How is your MPA doing? A guidebook of natural and social indicators for evaluating marine protected area management effectiveness. IUCN, Gland, Switzerland. Available at https://portals.iucn.org/library/efiles/documents/PAPS-012.pdf (accessed 1 May 2019)

Pratt, H.L., Pratt, T.C., Morley, D., Lowerre-Barbieri, S., Collins, A., Carrier, J.C., Hart, K.M., and Whitney, N.M. (2018) Partial migration of the nurse shark, Ginglymostoma cirratum (Bonnaterre), from the Dry Tortugas Islands. Environmental Biology of Fishes. doi: 10.1007/s10641-017-0711-1Pressey, R.L., Mills, M., Weeks, R., and Day, J.C. (2013) The plan of the day: Managing the dynamic transition from regional conservation designs to local conservation actions. Biological Conservation 166, 155-169. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.biocon.2013.06.025

Pressey, R.L., Visconti, P., and Ferraro, P.J. (2015) Making parks make a difference: poor alignment of policy, planning and management with protected-area impact, and ways forward. Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences 370(1681). doi: 10.1098/rstb.2014.0280

Queiroz, N., Humphries, N.E., Mucientes, G., Hammerschlag, N., Lima, F.P., Scales, K.L., Miller, P.I., Sousa, L.L., Seabra, R., and Sims, D.W. (2016) Ocean-wide tracking of pelagic sharks reveals extent of overlap with longline fishing hotspots. Proceedings of the National Academy of Sciences 113(6), 1582-1587. doi: 10.1073/pnas.1510090113

Quimby, B., and Levine, A. (2018) Participation, Power, and Equity: Examining Three Key Social Dimensions of Fisheries Comanagement. Sustainability 10(9), 3324.

Raymond, B., Lea, M.-A., Patterson, T., Andrews-Goff, V., Sharples, R., Charrassin, J.-B., Cottin, M., Emmerson, L., Gales, N., Gales, R., Goldsworthy, S.D., Harcourt, R., Kato, A., Kirkwood, R., Lawton, K., Ropert-Coudert, Y., Southwell, C., van den Hoff, J., Wienecke, B., Woehler, E.J., Wotherspoon, S., and Hindell, M.A. (2015) Important marine habitat off east Antarctica revealed by two decades of multi-species predator tracking. Ecography 38(2), 121-129. doi: 10.1111/ecog.01021

Reynolds, S.D., Norman, B.M., Beger, M., Franklin, C.E., and Dwyer, R.G. (2017) Movement, distribution and marine reserve use by an endangered migratory giant. Diversity and Distributions, 23(11), 1268-1279. doi: 10.1111/ddi.12618

Rife, A.N., Erisman, B., Sanchez, A., and Aburto-Oropeza, O. (2013) When good intentions are not enough … Insights on networks of “paper park” marine protected areas. Conservation Letters 6(3), 200-212. doi: 10.1111/j.1755-263X.2012.00303.xRobbins, W.D., Hisano, M., Connolly, S.R., and Choat, J.H. (2006) Ongoing collapse of coral-reef shark opulations. Current Biology 16(23), 2314-2319.

Robinson, N.M., Nelson, W.A., Costello, M.J., Sutherland, J.E., and Lundquist, C.J. (2017) A systematic review of marine-based species distribution models (SDMs) with recommendations for best practice. Frontiers in Marine Science 4(421). doi: 10.3389/fmars.2017.00421

Rodríguez-Cabello, C., González-Pola, C., and Sánchez, F. (2016) Migration and diving behavior of Centrophorus squamosus in the NE Atlantic. Combining electronic tagging and Argo hydrography to infer deep ocean trajectories. Deep Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers 115, 48-62. doi: 10.1016/j.dsr.2016.05.009

60Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 61: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

61Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIRoff, G., Doropoulos, C., Rogers, A., Bozec, Y.-M., Krueck, N.C., Aurellado, E., Priest, M., Birrell, C., and Mumby, P.J. (2016) The ecological role of sharks on coral reefs. Trends in Ecology & Evolution 31(5), 395-407. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.tree.2016.02.014

Rohe, J.R., Aswani, S., Schlüter, A., and Ferse, S.C.A. (2017) Multiple drivers of local (non-) compliance in community-based marine resource management: case studies from the South Pacific. Frontiers in Marine Science 4(172). [In English]. doi: 10.3389/fmars.2017.00172

Rudd, M.A. (2015) Pathways from marine protected area design and management to ecological success. PeerJ 3, e1424. doi: 10.7717/peerj.1424

Ruppert, J.L.W., Travers, M.J., Smith, L.L., Fortin, M.-J., and Meekan, M.G. (2013) Caught in the middle: combined impacts of shark removal and coral loss on the fish communities of coral reefs. PLOS ONE 8(9), e74648. doi: 10.1371/journal.pone.0074648

Schultz, P.W. (2011) Conservation means behavior. Conservation Biology 25(6), 1080-1083. doi: 10.1111/j.1523-1739.2011.01766.x

Shiffman, D.S., and Hammerschlag, N. (2016) Shark conservation and management policy: a review and primer for non-specialists. Animal Conservation 19(5), 401-412. doi: 10.1111/acv.12265

Shipley, O.N., Howey, L.A., Tolentino, E.R., Jordan, L.K.B., Ruppert, J.L.W., and Brooks, E.J. (2017) Horizontal and vertical movements of Caribbean reef sharks (Carcharhinus perezi): conservation implications of limited migration in a marine sanctuary. Royal Society Open Science 4(2). doi: 10.1098/rsos.160611

Simpfendorfer, C., and Donohue, K. (1998) Keeping the fish in 'fish and chips': research and management of the Western Australian shark fishery. Marine and Freshwater Research 49(7), 593-600. doi: 10.1071/MF97043

Simpfendorfer, C.A., and Dulvy, N.K. (2017) Bright spots of sustainable shark fishing. Current Biology 27(3), R97-R98. doi: 10.1016/j.cub.2016.12.017

Smith, M.D., Lynham, J., Sanchirico, J.N., Wilson, J.A., and Gaines, S.D. (2010) Political economy of marine reserves: Understanding the role of opportunity costs. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 107(43), 18300-18305.

Sobel, J., and Dahlgren, C. (2004) Marine Reserves: a guide to science, design and use. The Ocean Conservancy, Island Press, USA.

Speed, C., Field, I., Meekan, M., and Bradshaw, C. (2010) Complexities of coastal shark movements and their implications for management. Marine Ecology Progress Series 408, 275-293. doi: 10.3354/meps08581

Speed, C.W., Meekan, M.G., Field, I.C., McMahon, C.R., Harcourt, R.G., Stevens, J.D., Babcock, R.C., Pillans, R.D., and Bradshaw, C.J.A. (2016) Reef shark movements relative to a coastal marine protected area. Regional Studies in Marine Science 3, 58-66. doi: 10.1016/j.rsma.2015.05.002

Stein, R.W., Mull, C.G., Kuhn, T.S., Aschliman, N.C., Davidson, L.N.K., Joy, J.B., Smith, G.J., Dulvy, N.K., and Mooers, A.O. (2018) Global priorities for conserving the evolutionary history of sharks, rays and chimaeras. Nature Ecology & Evolution 2(2), 288-298. doi: 10.1038/s41559-017-0448-4

Thomas, A.S., Milfont, T.L., and Gavin, M.C. (2016) A new approach to identifying the drivers of regulation compliance using multivariate behavioural models. PLOS ONE 11(10), e0163868. doi: 10.1371/journal.pone.0163868

Tillett, B.J., Meekan, M.G., Field, I.C., Thorburn, D.C., and Ovenden, J.R. (2012) Evidence for reproductive philopatry in the bull shark Carcharhinus leucas. Journal of Fish Biology 80(6), 2140-2158. doi: 10.1111/j.1095-8649.2012.03228.x

Trave, C., Brunnschweiler, J., Sheaves, M., Diedrich, A., and Barnett, A. (2017) Are we killing them with kindness? Evaluation of sustainable marine wildlife tourism. Biological Conservation 209(Supplement C), 211-222. doi: 10.1016/j.biocon.2017.02.020

Page 62: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

REFERENSI

REFERENSIUNEP (2016) Amendments to Annex 3 of the Sharks MOU: Conservation Plan Memorandum of Understanding on the Conservation of Migratory Sharks CMS/Sharks/Outcome 2.3. Second Meeting of the Signatories San Jose, Costa Rica, 15-19 February 2016. Available at www.cms.int/en/document/amendments-annex-3-sharks-mou-conservation-plan (accessed 20 November 2017)

United Nations (2018) Marine biological diversity beyond areas of national jurisdiction. Oceans & Law of the Sea, Office of Legal Affairs. Available at www.un.org/depts/los/biodiversity/prepcom.htm (accessed 8 January 2018)

Vianna, G.M.S., Meekan, M.G., Rogers, A.A., Kragt, M.E., Alin, J.M., and Zimmerhackel, J.S. (2017) Shark-diving tourism as a financing mechanism for shark conservation strategies in Malaysia. PeerJ Preprints 5, e3481v1. doi: 10.7287/peerj.preprints.3481v1

Vianna, G.M.S., Meekan, M.G., Ruppert, J.L.W., Bornovski, T.H., and Meeuwig, J.J. (2016) Indicators of fishing mortality on reef-shark populations in the world’s first shark sanctuary: the need for surveillance and enforcement. Coral Reefs 35(3), 973-977. doi: 10.1007/s00338-016-1437-9

Villaseñor-Derbez, J.C., Faro, C., Wright, M., Martínez, J., Fitzgerald, S., Fulton, S., Mancha-Cisneros, M.d.M., McDonald, G., Micheli, F., Suárez, A., Torre, J., and Costello, C. (2018) A user-friendly tool to evaluate the effectiveness of no-take marine reserves. PLOS ONE 13(1), e0191821. doi: 10.1371/journal.pone.0191821

Voyer, M., Gladstone, W., and Goodall, H. (2012) Methods of social assessment in marine protected area planning: Is public participation enough? Marine Policy 36(2), 432-439. doi: 10.1016/j.marpol.2011.08.002

Ward-Paige, C.A. (2017) A global overview of shark sanctuary regulations and their impact on shark fisheries. Marine Policy 82, 87-97. doi: 10.1016/j.marpol.2017.05.004

Ward-Paige, C.A., and Worm, B. (2017) Global evaluation of shark sanctuaries. Global Environmental Change 47(Supplement C), 174-189. doi: 10.1016/j.gloenvcha.2017.09.005

Watson, J.T., Essington, T.E., Lennert-Cody, C.E., and Hall, M.A. (2009) Trade-offs in the design of fishery closures: management of silky shark bycatch in the Eastern Pacific Ocean tuna fishery. Conservation Biology 23(3), 626-635. doi: 10.1111/j.1523-1739.2008.01121.x

Wearmouth, V.J., and Sims, D.W. (2008) Chapter 2 Sexual segregation in marine fish, reptiles, birds and mammals. Advances in Marine Biology 54, 107-170. doi: 10.1016/S0065-2881(08)00002-3

Welch, H., Pressey, R.L., and Reside, A.E. (2018) Using temporally explicit habitat suitability models to assess threats to mobile species and evaluate the effectiveness of marine protected areas. Journal for Nature Conservation 41, 106-115. doi: 10.1016/j.jnc.2017.12.003

White, E.R., Myers, M.C., Flemming, J.M., and Baum, J.K. (2015) Shifting elasmobranch community assemblage at Cocos Island – an isolated marine protected area. Conservation Biology 29(4), 1186-1197. doi: 10.1111/cobi.12478

White, J.W., Botsford, L.W., Baskett, M.L., Barnett, L.A.K., Barr, R.J., and Hastings, A. (2011) Linking models with monitoring data for assessing performance of no-take marine reserves. Frontiers in Ecology and the Environment 9(7), 390-399. doi: 10.1890/100138

White, T.D., Carlisle, A.B., Kroodsma, D.A., Block, B.A., Casagrandi, R., De Leo, G.A., Gatto, M., Micheli, F., and McCauley, D.J. (2017) Assessing the effectiveness of a large marine protected area for reef shark conservation. Biological Conservation 207, 64-71. doi: 10.1016/j.biocon.2017.01.009

White, W.T., and Potter, I.C. (2004) Habitat partitioning among four elasmobranch species in nearshore, shallow waters of a subtropical embayment in Western Australia. Marine Biology 145(5), 1023-1032. doi: 10.1007/s00227-004-1386-7

Wiegand, J., Hunter, E., and Dulvy, N.K. (2011) Are spatial closures better than size limits for halting the decline of the North Sea thornback ray, Raja clavata? Marine and Freshwater Research 62(6), 722-733. doi: 10.1071/MF10141

62Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

Page 63: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

63Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

REFERENSIWinter, M., Devictor, V., and Schweiger, O. (2013) Phylogenetic diversity and nature conservation: where are we? Trends in Ecology & Evolution 28(4), 199-204. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.tree.2012.10.015

Woodcock, P., O'Leary, B.C., Kaiser, M.J., and Pullin, A.S. (2017) Your evidence or mine? Systematic evaluation of reviews of marine protected area effectiveness. Fish and Fisheries 18(4), 668-681. doi: 10.1111/faf.12196

Worm, B., Davis, B., Kettemer, L., Ward-Paige, C.A., Chapman, D., Heithaus, M.R., Kessel, S.T., and Gruber, S.H. (2013) Global catches, exploitation rates, and rebuilding options for sharks. Marine Policy 40(0), 194-204. doi: 10.1016/j.marpol.2012.12.034

WWF (2017) Responsible shark and ray tourism. A guide to best practice. WWF, Manta Trust, Project Aware. Availalble at www.mantatrust.org/wp-content/uploads/2011/09/Shark-and-Rays-Best-Practice-Guide_2017_High-Res.pdf

Page 64: PANDUAN PRAKTIS PERANCANGAN REPORT DAN …€¦ · BAB 1 KKP YANG TELAH TERBENTUK 6 BAB 2 PENGELOLAAN12INFORMASI PENTING KKP YANG EFEKTIF BAB 3 UPAYA PENATAAN 16 RUANG PERIKANAN BAB

64Panduan KKP | Hiu dan Pari 2019

DATA

REFERENCES

TENTANG WWF

If there is no URL

With URL - Regular

OR

Why we are hereTo stop the degradation of the planet’s natural environment andto build a future in which humans live in harmony with nature.

Why we are here

wwf.org.uk

To stop the degradation of the planet’s natural environment andto build a future in which humans live in harmony with nature.

© 1986 Panda symbol WWF – World Wide Fund For Nature (Formerly World Wildlife Fund)

® “WWF” is a WWF Registered Trademark. WWF, Avenue du Mont-Blanc, 1196 Gland,

Switzerland – Tel. +41 22 364 9111; Fax. +41 22 364 0332. Untuk narahubung dan informasi

lebih lanjut, kunjungi situs web internasional kami di panda.org

WWF merupakan salah satu organisasi konservasi independen terbesar dan paling berpengalaman dengan lebih dari lima juta pendukung dan jaringan global yang aktif di lebih dari 100 negara. WWF memiliki misi untuk menghentikan degradasi lingkungan alam di bumi dan membangun masa depan di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan harmonis bersama alam dengan melestarikan keanekaragaman hayati dunia dan memastikan penggunaan sumber daya alam terbarukan secara berkelanjutan serta mempromosikan pengurangan polusi dan konsumsi yang berlebihan.wwf.panda.org

www.panda.org