pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi...

106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Cokro, Tulung, Klaten Mengenai Tradisi Padusan) Skripsi Oleh: Retno Widyastutik NIM:K 8405032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: lyanh

Post on 29-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN

(Studi Kasus Masyarakat Sekitar Cokro, Tulung, Klaten Mengenai

Tradisi Padusan)

Skripsi

Oleh:

Retno Widyastutik

NIM:K 8405032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan menunjukkan suatu pengertian yang luas dan kompleks.

Di dalamnya tercakup baik segala sesuatu yang terjadi dalam dan dialami oleh

manusia secara personal dan secara kolektif, maupun bentuk-bentuk yang

dimanifestasikan sebagai ungkapan pribadi seperti yang dapat kita saksikan dalam

sejarah kehidupannya, baik hasil-hasil pencapaian yang pernah ditemukan oleh

umat manusia dan diwariskan secara turun-temurun, maupun proses perubahan

serta perkembangan yang sedang dilalui dari masa ke masa.

Kebudayaan yang merupakan hasil dari “budi” dan “daya” manusia,

dapat mengangkat derajat manusia sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi diantara

makhluk-makhluk yang lain, seperti binatang dan tumbuhan. Tingkat kebudayaan

dan peradaban manusia ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menghadapi

tantangan alam sekitar dimana mereka tinggal dan hidup. Alam sekitar memberi

batas kemampuan manusia untuk berbuat sesuai dengan budi dan dayanya. Oleh

karena itu manusia, kebudayaan dan alam sekitar merupakan satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, dan tidak ada kebudayaaan

jika tidak ada manusia pendukungnya.

Keberadaan manusia di dunia ini tidak bisa terlepas dari budaya yang

menyertainya. Kebudayaan memberikan bentuk perilaku kepada idividu-individu

secara khas, dalam arti setiap kebudayaan itu berlainan bentuknya dan perilaku

individu juga menampilkan sosok yang khas. Bentuk budaya yang berlainan dan

perilaku individu yang khas tersebut merupakan manivestasi dari seperangkat

unsur kebudayaan yang universal dan pranata yang berlaku. Unsur kebudayaan

yang universal terdiri dari tujuh unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan,

organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian,

sistem religi dan kesenian (Koentjaraningrat : 2000 :203).

Page 3: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

”Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu

rasa identitas bersama” (Koentjaraningrat, 2000:146). Suatu masyarakat akan

menghasilkan kebudayaan dan diantara masyarakat dengan kebudayaan tidak

dapat dipisahkan, keduanya merupakan satu kesatuan sehingga tidak ada

masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan

tanpa adanya masyarakat, dengan kata lain bahwa masyarakat merupakan faktor

penyebab dari munculnya kebudayaan dan sekaligus sebagai wadah dan

pendukung dari kebudayaan yang diciptakan.

Bersamaan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan

teknologi semakin maju. Hal tersebut kerena sifat masyarakatnya yang dinamis.

Pada akhirnya masyarakat ini juga akan mengalami perubahan karena secara

langsung maupun tidak langsung, perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu

dan teknologi saling mempengaruhi. Pada masa sekarang, kebudayaan asing dapat

masuk dengan mudah ke dalam suatu masyarakat dan akan berhadapan langsung

dengan kebudayaan yang telah ada. Sehingga kebudayaan asing tersebut sedikit

banyak akan mempengaruhi terhadap nilai-nilai kebudayaan asli masyarakat.

Selama masyarakat sebagai pendukung dari kebudayaan asli tetap

mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang telah dianut, pengaruh kebudayaan

asing tidak akan melunturkan tradisi yang telah berkembang di dalam masyarakat.

Masyarakat kita dewasa ini adalah suatu masyarakat yang bergerak

amat cepat, seiring dengan perubahan nilai dan perubahan sistem sosial yang

terjadi. Dalam kondisi seperti itu sebenarnya masyarakat kita sedang mengalami

perubahan yang luar biasa antar subkultur, antar kultur dan antar nilai-nilai.

Perubahan itu terjadi antara lain hadirnya teknologi komunikasi, pendidikan,

urbanisasi, transmigrasi, perkawinan antar suku dsb. Maka kebudayaan yang

semula tumbuh dan berkembang di lingkungannya sendiri-sendiri sekarang telah

bercampur baur sehingga ikut mengoyak isolasi subkultur-subkultur.

Page 4: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Indonesia merupakan bangsa dengan keanekaragaman yang komplek,

mungkin negara lain tidak memiliki. Keanekaragaman meliputi agama, sosial,

budaya, tradisi dan masih banyak lagi. Salah satu lingkup keberanekaragaman

adalah dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Setiap daerah mempunyai

tradisi dan cara menyambutnya. Sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Cokro

yang masih tetap menjalankan kebudayaan asli. Masyarakat Cokro, yang dalam

hal ini juga termasuk dalam masyarakat atau suku jawa, mamiliki tradisi yang

telah sekian lama bertahan hingga sekarang. Tradisi tersebut adalah tradisi

padusan yang dilaksanakan setiap setahun sekali menjelang bulan puasa. Berdasar

atas berbagai sumber, konon tradisi tersebut sudah ada sejak dahulu atau sejak

nenek moyang mereka. Bahkan menurut sumber pula, masyarakat Cokro sampai

sekarang belum berani untuk meniadakan tradisi tersebut

Istilah padusan dari kata “adus” atau mandi. Padusan biasanya

dilakukan sehari sebelum bulan Ramadhan. Makna dari padusan adalah

membersihkan segala kotoran yang menempel di badan atau di jiwa, sehingga

dalam berpuasa dalam keadaan bersih jasmani dan rohani. Padusan bisa

dilaksananakan di sungai, kolam renang atau bisa juga dilaksanakan di kamar

mandi dan biasanya dilakukan secara masal. Sedangkan modal utama menyambut

bulan Ramadhan adalah iman, keikhlasan serta kesungguhan dalam menjaga

kesucian. Setiap kali menghadap Allah, harus dalam kondisi yang suci. Sebagian

masyarakat di Jawa beranggapan tidak lengkap rasanya mengawali puasa tanpa

padusan. Padusan sudah menjadi adat kebiasaan tahunan menjelang puasa. Bukan

hanya sekedar kebiasaan, namun sudah menjadi kebutuhan. Bahkan, ada sebagian

masyarakat yang menganggap padusan itu wajib.

Tradisi sebagai salah satu bentuk kebudayaan bangsa yang masih

dilestarikan dan mempunyai pendukung yang kuat, merupakan salah satu

peninggalan budaya yang bisa memberi corak khas kepada kebudayaan bangsa.

Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul dari buah budi rakyat

Indonesia seluruhnya.

Page 5: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tradisi padusan ini dilaksanakan setiap tahun sekali merupakan

kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat Desa Cokro. Pemandian Cokro Tulung

merupakan salah satu lokasi yang cukup diminati masyarakat untuk menjalankan

ritual ini, karena dianggap berhubungan dengan petilasan pemandian putri

keraton. Setiap menjelang Ramadhan, ribuan orang berdesakan mendatangi lokasi

ini. Pengunjung yang sebagian besar merupakan remaja berdesak-desakan hanya

untuk menyaksikan prosesi pengguyuran tujuh pasang pemuda-pemudi yang

duduk di depan kolam kecil yang merupakan mata air. Bergantian, kepala mereka

diguyur dengan satu gayung air kembang. Seusai itu, sebuah wadah dari tanah liat

yang juga berisi air kembang dibanting di depan kolam kecil tersebut sebagai

penutup ritual (http://antokoe.wordpress.com/2007/09/05/marhaban-ya-

Ramadhan/).

Ritual padusan dan laku puasa sebenarnya sudah ada sejak ajaran

Islam belum masuk ke Jawa. Semasa Kerajaan Majapahit, para ksatria, pujangga,

brahmana, dan empu terbiasa melakoninya sebagai bentuk penyucian diri. Dimana

secara fisik, tradisi padusan memang tidak islami. Ini merupakan tradisi adopsi

dari kebudayaan tinggalan agama Hindu, Budha, dan Animisme. Namun, berkat

para Wali Songo yang berhasil mengawinkan tradisi adat jawa dengan nafas

islam, tradisi padusan yang dilestarikan masyarakat Jawa itu tetap berlangsung.

Tradisi dan adat jawa yang masih berlangsung di masyarakat pedesaan itu adalah

bermakna simbolis hubungan diri orang Jawa dengan para leluhur, dengan

sesama, maupun dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

Pemaknaan terhadap tradisi dari suatu masyarakat banyak mungkin

sekali akan beragam. Makna yang muncul bisa bersifat positif dan negatif, dan

semua itu tergantung bagaimana persepsi dan sikap masyarakat terhadap adanya

tradisi padusan tersebut, mengenai itu semua tentu ada sesuatu hal yang menjadi

faktor yang mempengaruhinya. Seperti misalnya dalam masyarakat Cokro yang

begitu heterogen memiliki latar belakang pemikiran dan cara pandang yang

berbeda-beda pula. Kemudian dari bagaimana masing-masing individu

menyikapinya dari situlah kamudian dapat ditarik persepsi yang pada akhirnya

Page 6: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

untuk menarik sebuah jawaban. Proses modernisasi telah mendorong penyerapan

pengaruh, terutama budaya barat oleh karena itu, persepsi tradisi padusan juga

ikut bergeser.

Tradisi padusan memang mengalami banyak transformasi atau

perkembangan, seiring dengan kemajuan zaman. Acara mandi massal ini telah

berubah menjadi aktivitas plesiran yang diminati banyak warga masyarakat,

apalagi makna padusan di kalangan generasi muda sudah banyak bergeser dari

pemaknaan penyucian diri, tetapi padusan merupakan sarana rekreasi berenang

bersama teman-teman di saat hari libur menjelang puasa. Dinas pariwisata

Kabupaten Klaten juga menyuguhkan beberapa hiburan guna menunjang

pelaksanaan tradisi padusan dan juga untuk menarik para pengunjung. Kegiatan

hiburan terlihat dengan berbagai macam pertunjukan seperti penampilan artis

dangdut, musik regae, atraksi reog, dan berbagai karnaval kebudayaan. Kondisi

ini ternyata juga dapat memberikan penghasilan tambahan bagi para pedagang

di sekitar pemandian. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul: Pandangan Masyarakat Mengenai

Tradisi Padusan (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Cokro, Tulung, Klaten

Mengenai Tradisi Padusan)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut maka peneliti

mengambil beberapa permasalahan diantaranya adalah :

“Bagaimana pandangan masyarakat sekitar desa Cokro mengenai tradisi

padusan”.

Page 7: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

memahami bagaimana persepsi masyarakat sekitar desa Cokro mengenai tradisi

padusan. Selain itu sebagai usaha untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi

padusan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan :

a. Memberikan tambahan pengetahuan terhadap peneliti khususnya dan

pembaca pada umumnya mengenai suatu tradisi masyarakat.

b. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan

terutama mengenai penelitian tradisi masyarakat.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penulisan

penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah di

dalam memelihara dan melestarikan tradisi masyarakat.

b. Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi masyarakat supaya tetap

menjaga dan melestarikan tradisi sebagai warisan nenek moyang serta

menyadari potensi wisata budaya yang dimiliki di daerahnya.

c. Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah daerah (Pemda)

Klaten agar tetap mengembangkan potensi wisata budaya yang dimiliki

yaitu tradisi padusan dengan meningkatkan mutu pelayanan pelaksanaan

tradisi padusan agar pengunjung bisa meningkat dari tahun ke tahun.

Page 8: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

d. Penelitian ini memberikan masukan bagi pengelola kawasan obyek wisata

Pemandian Umbul Cokro supaya menjaga dan mengembangkan potensi

kepariwisataan kawasan Cokro Tulung yang bertumpu pada potensi wisata

alam tirta (air) dan alam pedesaan sehingga akan mampu meningkatkan

kunjungan wisatawan.

Page 9: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Tentang Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Kehidupan individu tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu

secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula

individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan

dengan persepsi. Persepsi merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui

beberapa hal melalui panca indera yang dimilikinya.

Dalam memahami konsepsi pandangan digunakan teori pembahasan

persepsi, berikut penulis uraikan teori tentang persepsi :

Persepsi adalah “cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita

menjadi pengalaman yang bermakna” (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmad,

2001:25). Persepsi dapat dipandang sebagai suatu pengamatan terhadap obyek,

peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan dan menafsirkan

obyek yang ada (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmad, 2001:38).

“[Sociology is ] ... the science whose object is to interpret the meaning of

social action and thereby give a causal explanation of the way in which the action

proceeds and the effects which it produces”.

– Max Weber The Nature of Social Action 1922, [39] (www.wikipedia.com).

Maksudnya yaitu :

“Sosiologi adalah ilmu yang tujuannya untuk menafsirkan makna tindakan

sosial dan memberikan penjelasan sebab-akibat di mana setiap tindakan ada

akibatnya”

- Max Weber The Nature Aksi Sosial 1922, [39] (www.wikipedia.com).

Page 10: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

”Persepsi ialah pengalaman manusia tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan tentang objek yang semuanya sangat tergantung atas

kebudayaan manusia”(Alo Liliweri, 2001:113).

”Persepsi sebagai proses pengorganisasian, pengintegrasian terhadap

stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti,

dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu” ( Bimo Walgito

1997:88).

Persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus

yang mempengaruhi indra kita. Persepsi merupakan proses yang mengorganisir

dan menghubungkan data-data indra kita untuk dikembangkan sedemikian rupa

sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri (De

Vito, Alex Sobur, 2003:445).

”Sebagian besar pengetahuan, pikiran, perasaan, dan persepsi manusia terkandung dalam bahasa, suatu sistem simbol. Kata-kata mengandung makna atau nama yang menggolong-golongkan objek dan pikiran. Kata-kata adalah persepsi konseptual mengenai dunia yang terkandung dalam simbol-simbol”(Achmad Fedyani Saifuddin, 2005:292).

”Persepsi kelompok adalah keseluruhan atau rata-rata persepsi individu

terhadap dunia luar yang lebih kurang sama” (Alo Liliweri. 2001:113).

Kesamaan-kesamaan tersebut biasanya diwujudkan ke dalam pengakuan bersama

terhadap suatu objek, misalnya memakai simbol, tanda-tanda, dan bahasa-bahasa

verbal dan non-verbal yang sama.

Persepsi merupakan cara pandang terhadap sesuatu hal, dimana individu

mengenali dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya. Bagaimana

individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya, hal ini

berkaitan dengan persepsi (perception). Persepsi merupakan suatu proses yang

didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Persepsi berkaitan dengan

tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.

Persepsi merupakan istilah yang memiliki pengertian yang berhubungan

dengan pandangan atau daya menanggapi, memahami apa yang ada disekeliling

Page 11: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

individu. Dengan kata lain persepsi adalah cara memandang atau menanggapi

seseorang terhadap suatu obyek yang ada disekitarnya dengan menyimpulkan

informasi yang sampai kepadanya. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek ini

tidak terlepas dari kerangka pemikiran ataupun pengalamannya, karena persepsi

merupakan suatu proses memahami mengenai hubungan peristiwa-peristiwa atau

obyek-obyek sosial dengan cara merasakan dan menginterpretasikan lewat

pengalaman-pengalamannya. Jadi persepsi menunjuk pada aktivitas merasakan,

menginterpretasikan, dan memahami obyek-obyek fisik maupun sosial.

Sosial budaya akan selalu berpengaruh terhadap persepsi seseorang dan

makna yang akan dibangun. Hal lain yang turut mempengaruhi persepsi adalah

faktor cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati dan faktor

motivasional. Adanya aspek-aspek situasi yang mempengaruhi situasi individu,

maka persepsi pada diri seseorang dapat berubah sesuai dengan suasana hati, cara

belajar, dan keadaan jiwa.

Persepsi merupakan suatu penilaian, sebagai persiapan perilaku kongkrit

dan nilai-nilai itu dengan melalui emosi, motivasi dan ekspektasi akan

mempengaruhi persepsi, nilai-nilai yang berbeda juga mempengaruhi persepsi

perilaku tersebut. Dalam memandang sesuatu hal, baik itu benda, perbuatan

sesuatu yang lain, kita selalu mempunyai pendapat atau pandangan tersendiri yang

mungkin berbeda dengan pendapat orang lain. Hal tersebut karena dipengaruhi

oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal. Karena persepsi juga

merupakan sebuah internal yang dilakukan oleh individu untuk memilih,

mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal.

Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam

menanggapi suatu objek. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan lingkungan

budaya dan dipengaruhi oleh aspek religi yang mempengaruhi persepsi individu,

maka persepsi dapat berubah-ubah. Persepsi dapat dilakukan dari jenis atau

bentuk stimulus atau karakteristik orang yang memberikan respon stimulus

(Jalaluddin Rakhmat, 2001:256).

Akal yang dimiliki manusia dapat dipergunakan untuk menghadapi segala

kesulitan dan sekaligus pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhannya dengan

Page 12: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

mengambil tindakan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Tindakan yang

dilakukan manusia pada dasarnya disertai suatu kesadaran untuk dijadikan

pengalaman dalam kehidupan. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh manusia

terhadap obyek yang dilihatnya, sehingga manusia sadar akan apa yang dilihat,

didengar dan dirasakan. Timbulnya kesadaran manusia terhadap suatu obyek yang

telah dilihat disebut persepsi. Penerimaan informasi tahap awal pada diri manusia

melalui panca indera, sehingga manusia dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam penerimaan informasi tidaklah selalu sama antara orang yang satu dengan

orang yang lain.

Persepsi masyarakat terhadap suatu objek merupakan landasan pokok bagi

timbulnya perilaku dari masing-masing individu dalam setiap kegiatan. Makna

positif dan negatif sebagai hasil persepsi masyarakat terhadap suatu objek sangat

tergantung dari bentuk dan proses interaksinya. Masing-masing individu

mempunyai persepsi yang berbeda dalam menanggapi suatu objek. Kemudian

masing-masing individu akan melakukan proses pertukaran persepsi di antara

masing-masing individu. Proses pertukaran persepsi tersebut dapat berlangsung

antara individu yang tergabung dalam komunitas tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pemahaman

individu atau pribadi seseorang terhadap sesuatu. Pemahaman terhadap sesuatu

tersebut dapat melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penciuman. Munculnya persepsi masyarakat timbul karena adanya persepsi dari

masing-masing individu di mana persepsi dari masing-masing tersebut terhadap

suatu objek dikumpulkan menjadi satu, sehingga timbullah suatu persepsi

masyarakat. Persepsi masyarakat merupakan proses mengamati objek dengan

melalui indra.

Proses persepsi tersebut di internalisasi dan di hayati, kemudian di

ekspresikan menjadi pandangan seseorang atau sekelompok orang. Dengan

demikian teori yang digunakan adalah pandangan masyarakat yaitu menggunakan

teori persepsi.

Page 13: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam

individu itu sendiri, seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, dan

kerangka acuan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor stimulus itu sendiri dan

faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung (Bimo Walgito, 2004 : 89).

Pendapat lain juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

persepsi yaitu individu yang mengadakan persepsi, situasi dan objek atau yang

dipersepsikan. Individu dipengaruhi oleh faktor nilai dan sikap, kepribadian,

pengalaman masa lalu, harapan serta motivasi. Situasi dipengaruhi oleh lokasi,

budaya organisasi. Objek atau yang dipersepsikan antara lain dipengaruhi oleh

intensitas ukuran, kontras, dan gerakan (Slameto, 1995 : 106).

Sedangkan faktor yang menyebabkan perbedaan persepsi yaitu :

1) Perhatian

Perhatian mempunyai peranan yang penting terhadap persepsi seseorang

karena perhatian merupakan langkah awal dari proses persepsi. Setiap kali

seseorang memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan akan

memperoleh makna dari apa yang ditangkap lalu menghubungkan dengan

pengalaman masa lalu dan untuk kemudian diingat kembali. Perhatian

yang terpusat akan menghasilkan persepsi yang lebih baik jika

dibandingkan dengan perhatian yang terpancar, karena perhatian yang

terpusat akan mengakibatkan kesan pada objek, sehingga membuat

persepsi yang baik.

2) Set atau kesiapan

Untuk faktor set atau kesiapan merupakan harapan seseorang terhadap

rangsangan yang timbul. Setiap individu mempunyai set berbeda-beda, hal

ini berpengaruh terhadap persepsi. Semakin tinggi tingkat kesiapan

seseorang maka persepsi yang terbentuk akan semakin baik begitu pula

sebaliknya.

Page 14: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

3) Kebutuhan

Faktor ini dapat mempengaruhi persepsi karena kebutuhan semakin tinggi

tingkat kebutuhan seseorang terhadap sesuatu maka akan semakin baik

persepsi yang dimiliki, sehingga individu akan mempunyai persepsi yang

berbeda tentang objek, peristiwa, dan realitas kehidupan.

4) Sistem nilai

Persepsi ditentukan oleh sistem nilai, yaitu suatu patokan untuk bertingkah

laku pada suatu lingkungan tertentu. Sistem nilai yang tertanam disini

dipengaruhi oleh budaya, masyarakat dan keluarga.

5) Ciri Kepribadian

Setiap individu mempunyai pembawaan dalam dirinya yang berbeda-beda

sehingga persepsi yang terbentuk akan berbeda juga. Ada individu yang

suka sesuatu hal walaupun itu hal kecil atau tidak, tetapi sebaliknya ada

individu yang tidak peduli pada lingkungan sekitar (Sarlito Wirawan

Sarwono, 1992 : 102).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1) Faktor internal yaitu faktor yang terdapat pada diri si pengamat, yang

meliputi kebutuhan, suasana hati, kemampuan, pendidikan dan

pengalaman.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri si pengamat, yang

meliputi ciri fisik dari objek yang diamati dan situasi pada saat seseorang

menginterpretasikan tentang objek yang diamati.

c. Proses dan Syarat-syarat Persepsi

Individu dalam mengenali dunia luar atau keadaan di sekitarnya

menggunakan alat inderanya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri

maupun keadaan yang ada di sekitarnya, berkaitan dengan persepsi.

”Proses terjadinya persepsi adalah objek minumbulkan stimulus dan stimulus mengenai indera dan reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, sehingga individu menyadari apa yang ia

Page 15: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterimanya melalui alat indera atau reseptor’(Bimo Walgito, 1997 : 54).

Menurut kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya

persepsi melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pertama yang dinamakan tahap fisik

atau kealaman, tahap kedua yang disebut sebagi tahap fisiologis dan tahap ketiga

yaitu tahap psikologis yang merupakan proses terakhir yang menyadari apa yang

individu terima melalui otak.

Langkah-langkah terjadinya persepsi sebagai berikut :

1) Persepsi dimulai dari menghimpun informasi yang masuk dari dunia luar

melalui panca indera.

2) Banyaknya informasi yang masuk melalui indera maka tidak semua dapat

di catat dan tidak dapat memuaskan pada semuanya sekaligus. Oleh sebab

itu harus menentukan pilihan atau harus menyeleksi mana yang menjadi

perhatian utamanya.

3) Pada langkah ini ada usaha untuk menambah terhadap apa yang diketahui

dan dipercayai. Informasi diubah dari tidak lengkap kemudian dilengkapi,

sehingga menjadi proses yang lebih aktif dan kreatif.

4) Setelah langkah mencampur dan menambah seleksi, maka campuran itu

diorganisir dan dikoordinir menjadi bentuk-bentuk yang teratur.

5) Arti bentuk teratur adalah usaha untuk memberikan arti atau makna dari

bentuk-bentuk yang teratur disebut tingkat menginterpretasi Pada saat

itulah telah tercapai pemahaman pengertian dari pesan atau informasi yang

telah disampaikan. Artinya ide pokok telah diterima, apakah sama antara

ide yang diterima dengan ide yang dikirim tergantung berbagai faktor, baik

internal atau eksternal. Hal ini terutama karena keterbatasan-keterbatasan

terutama dari individual yang bersangkutan.

Page 16: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil persepsi diperoleh

melalui beberapa tahapan yaitu menghimpun informasi, penyeleksian stimulus

atau informasi, dan menginterpretasi stimulus.

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar individu menyadari

dapat mengadakan persepsi adalah:

1) Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar

langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang

langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera atau reseptor yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus.

Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu

otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon

diperlukan syaraf motoris.

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula

adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 1997: 54).

Persepsi dipengaruhi oleh beberapa unsur yang mempunyai pengaruh

besar dan langsung terhadap makna-makna yang ada dalam persepsi seseorang.

Unsur-unsur tersebut dinamakan unsur sosio budaya yang terdiri dari tiga unsur

yaitu:” (a) sistem-sistem kepercayaan (belief), nilai (value) dan sikap (attitude);

(b) pandangan dunia (world view), (c) organisasi sosial (social organization)”

(Deddy Mulyana, 2001:26).

Pengertian tersebut masih pada taraf ”to know” sedang pandangan

sudah pada taraf ”to understand”. Oleh karena itu, apabila proses persepsi

tersebut di hayati dan dirasakan maka akan menjadi pendapat atau pandangan

seseorang atau sekelompok orang.

Page 17: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Tinjauan Tentang Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Secara etimologi, kata pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan

wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap. Sedangkan

wisata berarti perjalanan, bepergian.”Wisata adalah kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat

sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata” (undang-undang nomor

9 tahun 1990). Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan wisata, termasuk perusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.

“Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, proses kaitan-kaitan yang

berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat

tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah” (Chafid Fandeli, 1996:

58).

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussiness) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”. (Oka A. Yoeti, 1996: 118).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata

merupakan suatu perjalanan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, ke suatu

tempat di luar tempat tinggalnya dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan,

bukan untuk mencari nafkah. Berdasarkan definisi pariwisata tersebut, terdapat

tiga unsur yang menjadi batasan yaitu manusia (man), ruang ( space), dan waktu

(time). Unsur manusia yaitu orang yang melakukan perjalanan dan unsur waktu

adalah yang digunakan selama perjalanan ke tempat atau daerah tujuan wisata.

b. Bentuk dan Jenis Pariwisata

Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah dan motivasi

wisatawan untuk melakukan suatu perjalanan, maka timbul berbagai bentuk dan

Page 18: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

jenis pariwisata yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pengembangan

pariwisata suatu daerah. “Pariwisata dibagi menjadi 5 kategori yaitu menurut asal

wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka

waktu, jumlah wisatawan dan alat angkut yang digunakan” (Nyoman S. Pendit,

1999: 39). Kelima kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Menurut asal wisatawan

Terdiri dari dua yaitu pariwisata domestik dan pariwisata

internasional. Pariwisata domestik adalah wisatawan yang pindah

tempat sementara di dalam lingkungan negaranya sendiri,

sedangkan pariwisata internasional adalah wisata yang datang dari

luar negeri.

2) Menurut akibatnya tehadap neraca pembayaran

Terbagi menjadi dua yaitu pariwisata aktif dan pariwisata pasif.

Pariwisata aktif adalah wisatawan yang datang dari luar negeri ke

suatu negara tujuan wisata, sedangkan pariwisata pasif adalah

wisatawan yang keluar dari negerinya sehingga ia memberikan

dampak terhadap neraca pembayaran.

3) Menurut jangka waktu

Terbagi menjadi dua yaitu pariwisata jangka pendek dan pariwisata

jangka panjang. Waktu yang digunakan untuk mengukur lamanya

ia tinggal di negara yang bersangkutan tergantung pada ketentuan

masing-masing negara.

4) Menurut jumlah wisatawan

Terbagi menjadi pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

Pariwisata tunggal adalah wisatawan yang datang sendiri ke objek

atau suatu tempat, sedangkan pariwisata rombongan adalah

pariwisata yang dilakukan secara bersama-sama.

Page 19: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

5) Menurut alat angkut yang digunakan

Berdasarkan alat angkut yang digunakan oleh wisatawan, maka

kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata laut, kereta api, dan

mobil.

Secara ekonomis, pembagian kategori bentuk-bentuk pariwisata dengan

istilah-istilah tersebut sangat penting dan perlu, karena klasifikasi tersebut akan

menentukan sistem statistik perpajakan dan perhitungan pendapatan industri

pariwisata. Selain berdasarkan bentuk, pariwisata perlu diklasifikasikan

berdasarkan jenisnya. Hal ini dilakukan guna menyusun data-data penelitian dan

peninjauan lebih akurat di bidang pariwisata, sehingga pembangunan industri

pariwisata di Indonesia dapat dilakukan secara optimal. Jenis-jenis pariwisata

yaitu “pariwisata terbagi menjadi pariwisata budaya, kesehatan, olah raga,

komersial, industri, politik, konvensi, sosial, pertanian, maritime (bahari), cagar

alam, buru, pilgrim, dan wisata bulan madu” (Nyoman S. Pendit, 1999: 41).

Jenis-jenis pariwisata tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Wisata budaya

Yaitu suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,

mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara

hidup , budaya dan seni di daerah tujuan wisata.

2) Wisata kesehatan

Yaitu perjalanan wisata dengan tujuan untuk menukar keadaan dan

lingkungan sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan

beristirahat secara jasmani dan rokhani dengan mengunjungi

tempat peristirahatan seperti mata air panas yang dapat

menyembuhkan, ke suatu daerah yang beriklim menyehatkan dan

sebagainya.

Page 20: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3) Wisata olah raga

Yaitu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan berolah raga,

mengikuti atau menyaksikan pesta olah raga ke suatu negara

misalnya Asian Games, Olimpiade, berenang, World Cup dan

sebagainya.

4) Wisata komersial

Yaitu perjalanan yang dilakukan dengan maksud untuk

mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat

komersial seperti pameran industri, pameran dagang dan

sebagainya.

5) Wisata industri

Yaitu perjalanan yang dilakukan ke suatu daerah perindustrian

dengan tujuan untuk mengadakan penelitian atau peninjauan.

6) Wisata politik

Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian aktif dalam kegiatan politik seperti ulang tahun

perayaan HUT kemerdekaan RI pada 17 Agustus di Jakarta,

perayaan 10 Oktober di Moskow, maupun kegiatan politik seperti

konferensi, musyawarah, konggres atau konvensi politik yang

selalu disertai dengan darma wisata.

7) Wisata konvensi

Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk mengikuti suatu pertemuan

seperti konferensi, musyawarah konvensi dan lain-lain yang

bersifat nasional maupun yang bersifat internasional.

8) Wisata sosial

Yaitu pengorganisasian suatu perjalanan murah dan mudah untuk

memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi

lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda,

pelajar, dan sebagaianya.

Page 21: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

9) Wisata pertanian adalah perjalanan ke suatu proyek-proyek

pertanian, perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya dengan

maksud studi maupun rekreasi.

10) Wisata maritime (bahari)

Jenis wiasta ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga seperti

memancing, berlayar, menyelam, dan sebagainya untuk

memperoleh suatu kesenangan.

11) Wisata cagar alam

Yaitu perjalanan yang dilakukan ke tempat cagar alam, taman

lindung, hutan di daerah pegunungan dan sebagaianya yang

kelestariaanya dilindingi oleh undang-undang.

12) Wisata buru

Yaitu jenis wisata yang dilakukan di suatu daerah atau hutan

tempat berburu yang dibenarkan pemerintah.

13) Wisata pilgrim

Yaitu jenis wisata yang dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-

istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok masyarakat seperti

kunjungan ke tempat-tempat suci, keramat, makam-makam yang

diagungkan, tempat-tempat yang mengandung legenda dan

sebagainya.

14) Wisata bulan madu

Yaitu penyelengaraan perjalanan wisata bagi pasangan pengantin

baru dengan fasilitas khusus.

Jenis pariwisata diklasifikasikan sesuai letak geografis, pengaruh

terhadap neraca pembayaran, alasan atau tujuan perjalanan, saat berkunjung dan

sesuai dengan objeknya (Oka A. Yoeti, 1996: 120). Jenis pariwisata tersebut

adalah :

Page 22: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1) Menurut letak geografis dimana kegiatan pariwisata berkembang

a) Pariwisata Lokal ( Local Tourism) Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja, misalnya kepariwisataan di daerah Bandung, Jakarta, dan sebagianya.

b) Pariwisata Regional (Regional Tourism) Yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau ruang lingkup yang lebih luas dari pariwisata lokal, misalnya kepariwisataan Sumatra Utara, Nusa Dua dan sebagainya.

c) Pariwisata Nasional( National Tourism) Yaitu pariwisata yang berkembang dalam suatu negara.

d) Pariwisata Regional-Internasional Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua negara dalam wilayah tersebut, misalnya wilayah kepariwisataan ASEAN

e) Kepariwisataan Dunia Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia, termasuk di dalamnya regional-international tourism dan national tourism.

2) Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran a) In Tourism atau pariwisata aktif

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu sehingga dapat menambah devisa bagi negara yang dikunjungi dan akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara.

b) Out-going Tourism atau pariwisata pasif Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri ke luar negeri sebagai wisatawan. Hal ini akan merugikan negara asal wisatawan karena uang yang seharusnya di belanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.

3) Menurut alasan atau tujuan perjalanan a) Business Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaaanya, konggres, seminar, konvensi, symposium, musyawarah kerja.

Page 23: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b) Vacation Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur atau cuti.

c) Educational Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang-orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

4) Menurut saat atau waktu berkunjung a) Seasonal Tourism

Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu.

b) Occasional Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisata dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu event seperti sekaten, galungan dan sebaginya.

5) Menurut objeknya a) Cultural Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan oleh adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.

b) Recuperation Tourism Disebut juga pariwisata kesehatan. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit seperti mandi di sumber air panas.

c) Commercial Tourism Yaitu kegiatan kepariwisataan yang dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional, misalnya expo, fair, eksibisi dan sebagainya.

d) Sport Tourism Yaitu perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu tempat atau negara tertentu.

e) Political Tourism Yaitu perjalanan yang bertujuan untuk menyaksikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan suatu negara seperti ulang tahun atau peringatan hari tertentu.

f) Social Tourism Jenis pariwisata ini tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti studi tour, piknik dan lain sebagainya.

Page 24: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

g) Religion Tourism Yaitu kegiatan pariwisata yang bertujuan untuk menyaksikan upacara keagamaan.

Dari penjelasan tentang jenis pariwisata tersebut dapat disimpulkan

bahwa jenis-jenis pariwisata tersebut dapat bertambah tergantung pada kondisi

dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah. Hal ini berkaitan

dengan kreativitas para profesional yang berkecimpung dalam industri pariwisata.

Makin kreatif dan makin banyak gagasan yang dimiliki, maka semakin bertambah

pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri

pariwisata. Tradisi padusan menurut objeknya termasuk Cultural Tourism yaitu

jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan

disebabkan oleh adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.

c. Potensi Pariwisata

Secara umum potensi pariwisata diartikan sebagai apa yang dimiliki dari

pariwisata tersebut. Suatu daerah menjadi tujuan pariwisata karena memiliki suatu

sumber yang dapat dijadikan pariwisata. Sumber pariwisata yang menarik itulah

yang dapat dijadikan modal potensi pariwisata. Pengertian potensi pariwisata

biasanya dengan menggunakan istilah modal kepariwisataan (tourism asset) atau

sering juga disebut sumber kepariwisataan (tourism resources).

“Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan ( tourism resources ). Modal atraksi yang menarik kedatangan wisata itu ada tiga ,yaitu: alam, kebudayaan dan manusia itu sendiri”(R.G. Soekadijo, 2000: 49).

Demikian juga dengan pendapat tentang pengertian potensi pariwisata

(tourist potentials).

Segala hal dan keadaan baik yang nyata dan dapat diraba , maupun yang tidak teraba,yang digarap,diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat)/ dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan/ menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan/ jasa-jasa (R.S. Damarjati, 1995: 108)

Page 25: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa potensi

pariwisata merupakan sesuatu kemampuan dari objek wisata yang berasal dari

alam seperti keindahan alam, iklim, pegunungan, goa dan sebagainya. Potensi

pariwisata juga dapat berasal dari hasil budi daya manusia seperti candi,

peninggalan purbakala, kesenian dan sebagainya yang dapat dikembangkan untuk

mendukung kemajuan kepariwisataan di suatu tempat tertentu.

d. Jenis-Jenis Potensi Pariwisata

Suatu objek wisata dimungkinkan memiliki beberapa potensi yang dapat

dikembangkan. Semakin besar dan banyak potensi yang ada dalam suatu objek

wisata maka akan semakin besar peluang untuk dilakukan pengembangan. Potensi

pariwisata sebagai modal kepariwisataan, dapat dikembangkan menjadi atraksi

wisata ditempat dimana modal kepariwisataan itu ditemukan (in situ) maupun

ditempat aslinya (ex situ). Potensi yang dapat dikembangkan secara in situ seperti

candi, pemandian air panas dan sebagainya. Sedangkan potensi yang dapat

dikembangkan secara ex situ misalnya kebun raya, kebun binatang, museum dan

sebagainya

“Modal atau potensi pariwisata dapat berupa alam, kebudayaan dan

manusia itu sendiri” (R.G. Soekadijo, 2000: 52). Lebih lanjut mengenai potensi

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Potensi alam

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah alam fisik,

fauna dan floranya. Suatu daerah yang memiliki potensi alam ini

akan menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi, misalnya

pantai yang indah dengan pemandangannya, hewan-hewan tertentu

yang hidup di suatu daerah dan tidak dijumpai di daerah lain,

maupun jenis flora atau tumbuhan langka. Potensi alam ini dapat

dinikmati oleh wisatawan rekreasi, pendidikan maupun jenis

wisatawan lain yang ingin menikmati keindahan alam dan isinya.

Page 26: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2) Potensi kebudayaan

Yang dimaksud kebudayaan disini adalah kebudayaan

dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti

kesenian atau peri kehidupan keraton, akan tetapi adat istiadat dan

segala kebiasaan yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat

(act) seperti cara berpakaian, cara berbicara, kegiatan dipasar dan

sebagainya, maupun hasil karya suatu masyarakat (artifact) baik

yang masih hidup maupun berupa peninggalan atau tempat

bersejarah seperti monumen, goa dan sebagainya. Potensi

kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Kebudayaan warisan (tourist heritage), semua berwujud

artifact. Artifact dari kebudayaan ini ada yang dikembangkan

secara ex situ maupun in situ di situs arkeologi.

b) Kebudayaan hidup, kebudayaan ini dapat berupa kebudayaan

tradisional dan kontemporer. Kebudayaan tradisional sebagian

berupa artifact dan terdapat dimuseum, sebagain berupa act

seperti adat kebiasaan, kesenian dan kerajinan tradisioanal.

Kebudayaan kontemporer sebagain berupa artifact dan terdapat

di museum modern serta terdapat ditengah masyarakat, sebagain

berupa act seperti tata cara kehidupan modern, kesenian dan

kerajinan kontemporer. Potensi kebudayaan ini dapat menarik

wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah dan tinggal lebih

lama di daerah itu.

3) Potensi manusia

Manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik

kedatangan wisatawan. Akan tetapi hal ini tidak boleh

merendahkan martabat manusia itu sendiri. Wisatawan dapat

tertarik untuk mengunjungi suatu daerah karena sikap ramah dari

masyarakat setempat. Akan tetapi hal ini sering disalah gunakan

seperti rekreasi seks di suatu daerah.

Page 27: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Berdasarkan uraian tentang jenis potensi pariwisata pemandian Umbul

Cokro Tulung terdapat potensi pariwisata baik yang berupa obyek wisata maupun

yang berupa atraksi wisata. Obyek wisata yang terdapat di daerah Cokro berupa

pemandian Umbul Ingas, kolam renang, suasana alam khas pedesaan dan

semacam wisata budaya yaitu tradisi padusan yang dialaksanakan setahun sekali

menjelang bulan suci Ramadhan.

e. Pengembangan Potensi Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah

dalam usaha pembangunan nasional. Begitu kompleksnya masalah yang diatur

didalamnya, mau tidak mau pariwisata membawa pengaruh dalam bidang

kehidupan masyarakat didalamnya salah satunya yaitu dalam bidang ekonomi.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan

menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat

pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian

menyebabkan timbulnya kelangkaan (www.wikipidia.org).

Banyaknya orang yang berkecimpung didalamnya yang mempunyai

tujuan-tujuan tersendiri, menciptakan berbagai hal yang berdampak dalam

berbagai sendi-sendi kehidupan masyarakat. Pariwisata mempunyai peranan

dalam pembangunan, yaitu:

1) Menciptakan dan memperluas lapangan usaha dan lapangan kerja.

2) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.

3) Mendorong pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan budaya

bangsa.

4) Mendorong peningkatan bidang pembangunan sektor lainnya.

5) Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan

bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.

6) Mendorong perkembangan daerah (A.Hari Karyono, 1997:89).

Page 28: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dari keterangan diatas, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata mempunyai

peranan yang penting dalam usaha pembangunan. Karena hal tersebutlah

dibutuhkan kerjasama dari semua pihak agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat

tercapai. Semua potensi yang dimiliki daerah haruslah didayagunakan dan

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena nantinya akan kembali pada mereka

juga.

Dalam suatu usaha pengembangan pariwisata tentunya terdapat dampak-

dampak, baik itu positif maupun negatif. Dampak-dampak tersebut antara lain

sebagai berikut:

1) Dampak positif

a) Makin luasnya kesempatan kerja,

b) Makin luasnya lapangan kerja,

c) Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah,

d) Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah,

e) Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup,

f) Terpeliharanya keamanan dan ketertiban,

g) Mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan

sektor lainnya.

2) Dampak negatif

a) Harga di daerah yang menjadi tujuan wisata semakin tinggi,

b) Terjadinya pencemaran lingkungan alam dan lingkungan hidup,

c) Terjadinya sifat ikut-ikutan oleh masyarakat setempat,

d) Tumbuhnya sikap mental matrealistis,

e) Tumbuhnya pedagang asongan,

f) Tumbuhnya sikap meniru wisatawan,

g) Meningkatnya tindak pidana (A. Hari Karyono, 1997:95-99).

Page 29: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3. Tinjauan Tentang Masyarakat Desa

a. Pengertian Masyarakat Desa

Masyarakat menurut bahasa latin adalah socies sedangkan dalam bahasa

Inggris dikenal dengan istilah society, keduanya mempunyai makna yang sama

yakni kawan. Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syaraka yang

berarti ikut serta berpartisipasi. “Desa itu adalah suatu hasil perpaduan antara

kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu

ialah suatu ujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-

unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi

antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain” (R.

Bintarto, 1989:11).

“Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu

masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri” (Sutardjo

Kartodikusumo dalam R. Bintarto, 1989:13).

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, artinya bahwa manusia

tidak dapat hidup sendiri. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain

saling membutuhkan, terdapat saling ketergantungan antara manusia yang satu

dengan manusia yang lain, maka untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus

bermasyarakat. Apabila suatu kelompok baik besar maupun kecil hidup bersama

sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya yang paling utama maka kelompok manusia tersebut dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling utama maka kelompok manusia

tersebut disebut masyarakat.

Kumpulan manusia yang berinteraksi satu dengan yang lain dapat

dikatakan sebagai masyarakat apabila mempunyai kebisaaan, nilai, tradisi, norma,

dan persatuan yang sama. Aspek teritorial bukan pengikat utama bagi

terbentuknya suatu masyarakat, sebab dapat saja suatu kelompok masyarakat

menempati dua batas teritorial atau lebih. Teritorial merupakan pengikat yang

sifatnya administratif yang sewaktu-waktu dapat berubah. Namun aspek

Page 30: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif merupakan pengikat yang lebih

berbobot untuk membentuk masyarakat.

Pada umumnya perkataan pedesaan merujuk pada suatu daerah desa atau

sekitarnya. Desa ditinjau dari segi hukum ketata negaraan merupakan unit

pemerintahan hierarkis langsung di bawah kecamatan. Desa berasal dari bahasa

Sansekerta yang artinya tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa diartikan

sebagai suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang mengadakan

pemerintahan sendiri. Desa merupakan pemukiman yang relatif kecil dan

penduduknya kebanyakan mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian.

“Masyarakat desa merupakan suatu komunitas pertanian yang kecil” (Soerjono

Soekanto, 1985: 538). Sebuah desa mempunyai pergaulan hidup saling kenal-

mengenal, mengikat satu sama lain berdasarkan ikatan perasaan yang sama

tentang kesukuan adat-istiadat yang kuat dan dalam ikatan kekeluargaan yang

terjalin dalam lokalitas.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat

desa adalah sekelompok individu yang bertempat tinggal di wilayah tertentu yang

berada di bawah kecamatan, mempunyai homogenitas dalam sosial ekonomi

maupun kebudayaan serta pola tingkah laku. Masyarakat desa terdiri dari

kumpulan pedukuhan dan telah mengikatkan diri dalam suatu pemerintahan desa.

Suatu desa terdiri dari beberapa pedukuhan. Besarnya suatu desa tidak sama

tergantung besarnya daerahnya. Setiap wilayah desa dikepalai oleh kepala desa

yang membawahi beberapa kepala dukuh. Masyarakat desa memiliki norma-

norma yang terdiri dari adat asli serta peraturan dan hukum yang digunakan untuk

mengatur hubungan sosial antara warga masyarakat desa.

b. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa

Pada umumnya penduduk desa hidup dari pertanian, pekerjaan disamping

pertanian hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Bila ditinjau dari segi

kehidupan sangat terikat dan tergantung pada tanah. Mata pencaharian masyarakat

pedesaan selain bertani yang merupakan pekerjaan utama juga ada yang menjadi

tukang kayu, pedagang, pegawai, dan lain-lain, tetapi inti pekerjaan penduduk

Page 31: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

adalah bertani, sedangkan pekerjaan di luar pertanian hanya merupakan pekerjaan

sampingan.

Salah satu ciri desa adalah keeratan dan kepatuhan masyarakat terhadap

adat istiadat, terikat oleh kebisaaan, tradisi, dan menjunjung tinggi adat-istiadat

yang ada. Keterikatan anggota masyarakat terhadap tradisi dan adat istiadat

menyebabkan manusia cukup tangguh untuk tetap memegang teguh warisan-

warisan dari nenek moyang dan semua yang diterima sebagai kebenaran oleh

anggota masyarakat pendukungnya (Suprihadi 1984: 7).

Peran seluruh anggota keluarga sangat penting. Terdapat pembagian

pekerjaan antara pria dan wanita. Pembagian tersebut merupakan pembagian

menurut kodratnya dari kebutuhan sosial ekonomi, kaum pria melakukan

pekerjaan untuk melakukan kebutuhan sosial, sedangkan wanita harus

menanggung kebutuhan ekonomi keluarga.

Tiap masyarakat desa di Indonesia pada umumnya mengenal sistem saling

membantu dengan istilah yang berbeda dari masing-masing tempat. Masalah

pemanfaatan tenaga bantuan tidak terbatas pada pengolahan lahan saja. Pada

musim panen disamping tenaga yang bersumber dari keluarga atau tetangga,

mereka harus menggunakan tenaga kerja lain yang dibayar dengan upah tertentu.

Hal ini dapat melahirkan kelompok buruh tani yang menjual tenaganya saja. Di

antara buruh tani yang menjual tenaga tersebut ada yang hidup sebagai buruh

musiman (migrant labors) atau kelompok tenaga kerja yang berpindah-pindah

dari satu desa ke desa lain mengikuti musim panen atau kesempatan kerja yang

terbuka. Dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari sistem nilai budaya.

”Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi” (Koentjaraningrat, 2000:190). Sistem nilai budaya berpangkal pada lima masalah pokok dalam

kehidupan manusia yang bersifat universal Masalah hakikat hidup manusia,

dimana ada kebudayaan yang menganggap bahwa hakikatnya hidup manusia itu

Page 32: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

harus bekerja keras untuk dapat bertahan hidup. Hidup itu buruk tetapi manusia

wajib berikhtiar supaya menjadi lebih baik.

1) Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia

2) Masalah hakikat karya manusia, ada kebudayaan yang

mengganggap bahwa kebudayaan manusia pada hakekatnya

bertujuan untuk meningkatkan hidup, selain itu ada yang

memandang hakekat dari karya manusia itu untuk memberikannya

kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat. Ada juga yang

menganggap hakekat dan karya manusia sebagai suatu gerak hidup

yang harus menghasilkan lebuh banyak lagi.

3) Masalah hakikat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu.

Kebudayaan yang memandang penting dalam kehidupan manusia

masa lampau yang akan diambil sebagai pedoman dalam

kelakuannya. Sebaliknya ada pula yang mempunyai pandangan

waktu yang sempit ataupun orientasi pada masa kini mereka hidup

pada masa keadaan sekarang selain berpandangan terhadap masa

depan.

4) Masalah hakikat Hubungan Manusia Dengan Alam. Pandangan

manusia tunduk pada alam dan sebaliknya ada yang berpandangan

bahwa manusia berhasrat menguasai alam. Selain itu ada yang

menganggap bahwa manusia berusaha menjaga keselarasan dengan

alam.

5) Hakikat Hubungan Manusia Dengan Sesama (Klukhon dalam

Koentjaraningrat, 2000:191).

Sistem nilai budaya terperinci dalam norma-norma yang merupakan tata

kelakuan dan pedoman untuk sebagian besar dari tindakan manusia dalam

msyarakat. Bentuk nyata dari norma-norma itu bermacam-macam diantaranya

adat istiadat, peraturan-peraturan, sopan santun pergaulan dan sebagainya. Norma

atau aturan dibuat atas kesepakatan bersama dan bersifat mengikat.

Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia

dengan sesamanya, rasa ketergantungan pada tokoh atasan yang berpangkat. Ada

Page 33: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kebudayaan yang berorientasi pada hubungan horizontal antara manusia dengan

sesamanya (gotong royong). Ada juga yang berorientasi pada sikap

individualisme.

Masyarakat desa mempunyai ciri khusus yaitu sebagai masyarakat yang

beradat, bertutur dan berkerohanian. Masyarakat desa sebagai masyarakat yang

beradat artinya mereka mempunyai ketaatan dan kepatuhan pada adat istiadat

yang berlaku di desanya. Keterikatan terhadap tradisi menyebabkan masyarakat

desa sebagai masyarakat bertutur yaitu memegang teguh tradisi lisan. Kebisaaan

bertutur dan bercerita secara lisan membuktikan adanya cerita rakyat yang

menyangkut kejadian-kejadian dalam masyarakat. Masyarakat desa juga

masyarakat yang berkerohananian yang artinya mereka pada dasarnya mempunyai

perhatian pada masalah yang berhubungan dengan kerohanian, kebatinan dan

kepercayaan.

Kegiatan sosial merupakan kegiatan integratif terpenting bagi kehidupan

budaya. Masyarakat terikat satu sama lain berdasarkan relasi sosial yaitu melalui

ikatan keluarga, letak geografis dan iman kepercayaan. Sebagian besar kehidupan

orang desa cenderung mengarah ke kerjasama dan tolong-menolong yang berlaku

dalam masyarakat pedesaan. Untuk daerah Jawa Tengah gotong royong disebut

sambatan. Istilah sambatan berasal dari kata sambat yang artinya meminta

bantuan. Gotong royong dalam pertanian bisaanya hanya dilakukan untuk

perbaikan pematang dan saluran air, sedangkan untuk pekerjaan memanen padi

digunakan tenaga buruh yang diberi upah (Koentjaraningrat, 1984:43).

Pengetahuan pertanian dan religius atau mistis saling terkait satu sama

lain. Keyakinan petani akan adanya dewa-dewa kesuburan ataupun dewa perusak

sangat kuat. Secara rinci berikut ini dikemukakan ciri khas kehidupan masyarakat

desa sebagai berikut:

1) Mereka mempunyai sifat homogenitas dalam hal mata pencaharian, nilai-

nilai dalam kebudayaan serta sikap dan tingkah laku.

2) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit

ekonomi artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat

dalam kegiatan pertanian atau mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan

Page 34: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

ekonomi rumah tangga dan juga ditentukan oleh kelompok primer yakni

dalam memecahkan suatu maslah cukup memainkan peranan yang penting

dalam pengambilan keputusan.

3) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada misalnya

keterikatan masyarakat dengan tanah atau desa kelahiran.

4) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di

kota serta jumlah keluarga dari keluarga inti lebih banyak (Roucek dan

Warren dalam Jefta Leibo, 1995: 225)

Komunitas desa berdasarkan teknologi usaha tani menjadi dua bagian

yaitu: (a) desa-desa berdasarkan pada bercocok tanam di ladang, (b) desa-desa

yang berdasarkan pada bercocok tanam di sawah. Desa yang berdasarkan cocok

tanam di ladang sebagian besar terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku. Desa yang termasuk bercocok tanam di sawah

terutama terdapat di pulau Jawa, Bali, Lombok, Madura. Kehidupan mayoritas

bekerja dalam sektor pertanian. Dalam mengerjakan tanah pertanian, petani

mengerjakan tiga macam tanah yaitu: (a) kebun kecil yang terletak di sekitar

rumah, (b) tanah pertanian kering yang digarap dengan menetap tanpa irigasi, (c)

tanah pertanian basah yang telah diirigasi (Koentjaraningrat, 1984: 1).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan ciri masyarakat pedesaan adalah

masyarakat yang lapangan geraknya mendiami daerah tertentu dan adanya ikatan

adat serta pengendalian sosial yang kuat. Saling mengenal antara yang satu

dengan yang lainnya, terikat berdasarkan ikatan perasaan yang sama, tidak

membedakan suku maupun adat istiadat dan diikat oleh rasa kekeluargaan yang

penuh dengan keakraban. Masyarakat pedesaan tercipta dari kumpulan

pendukuhan dan telah mengikatkan diri dalam perkumpulan masyarakat desa.

4. Tinjauan Tentang Tradisi

a. Pengertian Tradisi

Tradisi sebagai bagian dari kebudayaan memiliki beberapa pengertian.

Dalam pengertian sehari-hari kata “tradisi” sering kita kaitkan dengan pengertian

Page 35: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sesuatu hal yang kuno, atau sesuatu yang bersifat sebagai warisan dari generasi

terdahulu. Tradisi berasal dari bahasa inggris “Traditium” yang berarti “it is

anything which is transmitted or handed down from the past to the present”

(Edward Shils, 1981:12). Tradisi sebagai “adat kebiasaan turun-menurun (dari

nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, dan penilaian atau

anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan

benar” (Anton Moeliono, 1996:1069). Hal tersebut berarti bahwa tradisi

merupakan suatu kebiasaan yang terus-menerus dijalankan sampai sekarang yang

berasal dari nilai-nilai dan kesepakatan bersama dalam masyarakat.

Dari pengertian tersebut tradisi adalah sesuatu yang diberikan atau

diteruskan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. Tradisi yang diturunkan

tersebut memuat segala hal baik yang bersifat benda material, kepercayaan,

pandangan-pandangan, praktek-praktek dan lembaga-lembaga. Tradisi tidak

bersifat statis namun bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman oleh

masyarakat pendukungnya.

Pengertian tradisi berasal dari perkataan lain “tradition” yang berarti

penyerahan, dan penyerahan tersebut adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip

yang tertinggi (Nyoman Bharata, 1982: 22). Sehubungan dengan masalah tersebut

”Tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran yang diturunkan dari masa kemasa yang memuat tentang prinsip universal yang digambarkan menjadi kenyataan dan kebebasan relatif. Dengan demikian segala kebenaran dan kenyataan dalam alam yang lebih rendah adalah peruntukan (aplication) dari prinsip universal” (Hardjono, 1975: 23).

Pendapat lainnya menyatakan bahwa “tradisi” adalah suatu aturan yang

sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu

kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan

sosial (Ariyono Suyono, 1985: 4).

Tradisi merupakan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat-istiadat,

kaidah-kaidah dan pewarisan harta kekayaan (Van Peursen 1978: 11). Pengertian

lain dari tradisi adalah sesuatu budaya yang didalam melakasanakan hak

seseorang berdasarkan aturan-aturan yang pernah dilakukan oleh generasi

Page 36: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

sebelumnya. Selanjutnya berkembang menjadi tradisional yang berarti segala

sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebisaaan dan ajaran yang turun temurun.

Tradisi dikatakan bahwa kehidupan kebudayaan berlaku dalam waktu kebudayaan

mempertahankan diri dengan jalan tradisi yaitu pewarisan unsur-unsur

kebudayaan dari suatu angkatan menuju angkatan berikutnya, karena sesuatu tidak

dengan tiba-tiba untuk menuju suatu kebudayaan. Tanpa kehidupan kebudayaan

itu akan selalu diakhiri dengan kemusnahan. Tradisi merupakan syarat

kasinambungan seluruh kehidupan, syarat bagi kesinambungan seluruh kehidupan

kebudayaan ada dalam waktu yaitu bentuk masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang (Sidi Gazalba, 1974: 147).

“Kebudayaan sebagai: (1) suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara histories yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; dan (4) oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi”(Clifford Geertz dalam Achmad Fedyani, Saifuddin, 2005:288).

Tradisi dalam masyarakat tidak akan pernah muncul tanpa adanya

kesepakatan dan kebersamaan pendukungnya, baik langsung maupun tidak

langsung. Kebersamaan dalam masyarakat dilaksanakan dalam berbagai bidang

sosial maupun keagamaan. Dengan didasari suatu keyakinan bersama

menimbulkan suatu kebisaaan dalam masyarakat.

“Cultural sociology involves a critical analysis of the words, artifacts and symbols which interact with forms of social life, whether within subcultures or societies at large. For Simmel, culture referred to "the cultivation of individuals through the agency of external forms which have been objectified in the course of history" (www.wikipedia.com). Maksud dari kutipan di atas yaitu : “Sosiologi budaya melibatkan analisis kritis dari kata-kata, artefak dan simbol-simbol yang berinteraksi dengan bentuk-bentuk kehidupan sosial, dalam subkultur atau masyarakat pada umumnya. Bagi Simmel, kebudayaan

Page 37: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

disebut "budidaya individu melalui agen bentuk-bentuk eksternal yang telah diobjekkan dalam perjalanan sejarah" (www.wikipedia.com).

Nilai-nilai tradisi dalam masyarakat tetap dipertahankan pendukungnya.

Oleh karena itu, nilai dalam tradisi merupakan sarana dalam pembentukan norma

kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai tradisi sebagai salah satu unsur kebudayaan

yang penting, tidak lepas dari pembaharuan dan perubahan, proses perubahan

sosial atau kebudayaan masyarakat akan menunjang perkembangan kebudayaan

itu sendiri. Perubahan tersebut dapat dikarenakan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan tuntutan masyarakat.

Kelangsungan tradisi dalam suatu kelompok masyarakat biasanya sangat

tergantung pada masyarakat pendukungnya. Tradisi dapat bertahan selama masih

mampu menyelaraskan diri dengan perkembangan zaman serta dipandang masih

berguna dalam kehidupan masyarakat. Berbagai kondisi dan situasi yang

berkembang dalam masyarakat akan mempengaruhi eksistensi suatu tradisi.

Masyarakat pendukungnyalah yang pada akhirnya akan menentukam tradisi

tersebut akan bertahan atau malah ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya.

Hal tersebut berarti bahwa tradisi merupakan suatu kebisaaan yang terus-

menerus dijalankan sampai sekarang yang berasal dari nilai-nilai kesepakatan

bersama dalam masyarakat.

Dalam suatu masyarakat unsur-unsur yang tradisi yang dianggap tidak

sesuai dengan kebudayaan masyarakat akan diubah, disesuaikan atau diganti.

Apabila salah satu unsur dari tradisi tersebut tidak sesuai dengan perkembanmgan

zaman dan kebutuhan masyarakat biasanya akan dihilangkan atau diganti sesuai

dengan perkembangan zaman.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi

adalah suatu kebisaaan yang secara turun-temurun diwariskan dari satu generasi

ke genarasi berikutnya yang memuat berbagai hal yang menyangkut pedoman

hidup bermasyarakat.

Page 38: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

b. Nilai-Nilai Dalam Tradisi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari yang namanya

aturan atau norma. Hal tersebut karena, hakikat manusia sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain.

Pedoman dan batasan tersebut biasa disebut dengan nilai. Nilai merupakan sesuatu

yang bersifat abstrak yang berarti keberhargaan atau kebaikan. Setiap perilaku

individu dalam masyarakat pasti diatur oleh Undang-Undang yang berlaku dan

dijalankan oleh masyarakat. Norma bagian dari etika. “Etika adalah sebuah

refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan

terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi

maupun sebagai kelompok” (Burhanuddin Salam, 1997:1).

Pendapat lain mengemukakan “etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah

ajaran” (Magnis Suseno dalam Burhanuddin Salam, 1997:1). Etika bertujuan

membantu manusia bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan,

karena setiap perbuatan muncul dari keputusan pribadi yang bebas dan berani

mempertanggungjawabkan segala perbuatan karena ada alasan yang kuat

mengapa seseorang bertindak baik secara moralitas maupun tidak dengan

moralitas.

Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu suatu nilai. Dapat dikatakan

bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik, sesuatu yang di cari, sesuatu yang

menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan. “Nilai adalah sesuatu yang

kita iakan atau kita aminkan” (K. Bertens, 1993:139).

1) Pengertian Nilai

Dalam hidupnya, manusia menggunakan nilai sebagai tolak ukur atau

pedoman dan tuntunan dalam hidup bermasyarakat. Nilai tersebut berfungsi

sebagai pengarah dan pendorong seseorang dalam melakukan suatu perbuatan.

Nilai dapat menimbulkan suatu tekad bagi manusia yang diwujudkan atau

diungkapkan dalam perbuatan sehari-harinya. Tallcott Parsons seperti yang

dikutip oleh HM. Arifin mengungkapkan bahwa “nilai adalah suatu pola normatif,

yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada

Page 39: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagian-

bagiannya” (1993:141). Nilai lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan

pola dari sistem sosial. Secara sempit, nilai adalah sesuatu yang diinginkan,

sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari dan segala sesuatu tentang yang baik

dan buruk. Nilai tampak sebagai ciri individu maupun masyarakat yang relatif

lebih stabil dan berkaitan dengan sifat kepribadian dan pencirian budaya. Dari

definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang dicari

dan diinginkan oleh manusia sebagai subyek menyangkut segala sesuatu yang

baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai

pengalaman serta dianut masyarakat secara kolektif dan pribadi-pribadi secara

perseorangan yang berpengaruh pada pemilihan cara ataupun tujuan tindakan dari

beberapa alternatif.

“Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling

abstrak dari adat-istiadat” (Koentjaraningrat, 2000:190). Nilai-nilai tersebut telah

masuk dan meresapi sebagian besar masyarakat sejak kecil. Nilai tersebut telah

hidup dan mengakar kuat dalam jiwa-jiwa mereka dan menjadi pedoman tertinggi

bagi sikap dan perilaku sebagian besar warga masyarakat. Hal tersebutlah yang

menyebabkan nilai-nilai budaya dalam masyarakat sulit diganti atau dirubah.

Sedangkan “sistem nilai budaya adalah suatu rangkaian dari konsepsi-

konsepsi abstrak suatu masyarakat, tentang apa yang dianggap penting dan

berharga dan apa yang dianggap tidak penting dan tidak berharga sebagai

pedoman kelakukan dan tata kelakuan” (Darsono Wisadirana, 2004:38). Jadi, nilai

mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena mengandung

standar normatif yaitu berperilaku baik dalam hubungannya dengan kehidupan

sosial masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang

bersifat abstrak dan selalu berkaitan dengan perasaan, moral, kepribadian dan

kebudayaan. Nilai senantiasa mempengaruhi segala sikap dan perilaku manusia di

dalam kehidupan bermasyarakat yang berfungsi sebagai berikut:

a) sebagai petunjuk arah dalam bersikap dan bertindak bagi warga

masyarakat.

Page 40: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b) sebagai acuan dan sumber motivasi dalam berbuat sesuatu.

c) sebagai benteng perlindungan bagi suatu masyarakat atau bangsa.

d) sebagai tolak ukur terhadap sesuatu.

2) Ciri-Ciri Nilai

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai

adalah dengan memperbandingkannya dengan fakta. Fakta maksudnya sesuatu

yang ada atau berlangsung begitu saja, sedangkan nilai yaitu sesuatu yang berlaku,

sesuatu yang memikat atau menghimbau kita. Nilai berkaitan dengan penilaian

seseorang dan fakta menyangkut ciri-ciri obyektif saja.

Ciri-ciri nilai :

Nilai berkaitan dengan subyek. Apabila tidak ada subyek yang menilai,

maka tidak ada nilai juga.

a) nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subyek ingin

membuat sesuatu.

b) nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambah oleh subyek pada

sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek (K. Bertens, 1993:141).

3) Sumber-Sumber Nilai

Kebudayaan sendiri terdiri dari gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-

nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Nilai-nilai tersebut kemudian

membentuk suatu sistem nilai yang merupakan nilai inti dari masyarakat yang

dijunjung tinggi dan diikuti oleh setiap individu atau kelompok yang menjadi

salah satu faktor penentu untuk berperilaku. Dengan demikian, sumber nilai dalam

masyarakat berasal dari kristalisasi nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat yang dianut dan menjadi pedoman bagi masyarakat.

Manusia sebagai makhluk yang lemah, dan berada dalam ketidakpastian

arah hidup membutuhkan suatu pegangan dalam hidupnya. Agama sebagai salah

satu dari tujuh unsur kebudayaan menjadi suatu pranata yang berfungsi untuk

memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan dengan alam

Page 41: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

sekitarnya. Agama menjadi pegangan hidup manusia dalam mengarungi samudera

kehidupan yang penuh dengan tantangan ini.

Nilai-nilai yang tercakup dalam nilai-nilai Islami yaitu antara lain

(H.M.Arifin, 1993:140) :

a) Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam.

b) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi

kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.

c) Sistem nilai yang bersifat psikologis dari msing-masing individu yang

di dorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara

terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya yaitu Islam.

d) Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung

interrelasi atau interkomunikasi dengan lainnya. Tingkah laku ini

timbul karena adanya tuntutan untuk mempertahankan hidup yang

banyak diwarnai oleh nilai-nilai motivatif dalam diri individu.

4) Macam-Macam Nilai

Nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan manusia yaitu:

a) Nilai Religius

Merupakan suatu jenis nilai manusiawi dalam kehidupan

manusia yang nyata dan terwujudkan dalam:

(1) Pemujaan, yaitu kepercayaan kepada Tuhan yang diwujudkan

dengan sesuatu tindakan.

(2) Pengakuan, yaitu adanya perasaan bahwa dirinya merupakan

bagian atau anggota dalam suatu masyarakat.

(3) Persaudaraan, yaitu perasaan yang diperoleh dari pergaulan dengan

suatu kelompok keagamaan.

(4) Kepastian, yaitu keyakinan akan adanya Tuhan.

(5) Harapan, yaitu keyakinan bahwa kebaikan akan mengalahkan

kejahatan atau kehidupan akhirat yang kekal dan bahagia (The

Liang Gie,1982:168).

Page 42: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Nilai religius bersifat mutlak untuk setiap manusia dalam kondisi

apapun. Semua manusia yang beragama yakin dan percaya pada ajaran

agama yang merupakan petunjuk yang diberikan oleh Tuhan. Manusia

sebagai hamba wajib untuk taat dan tunduk pada aturanNya. Nilai

tersebut kemudian dijadikan dasar atau pijakan dalam mencapai tujuan

hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

b) Nilai Etis

Nilai etis merupakan wujud dari perilaku manusia sehari-

harinya, misalnya: kearifan, keberanian, keadilan, kejujuran,

pengendalian diri, kesederhanaan, kesetiaan, dsbnya.

c) Nilai Intelektual

Nilai intelektual mencakup nilai-nilai dari pengetahuan dan

pencarian kebenaran seperti kebenaran ilmiah.

d) Nilai Estetis

Nilai estetis mencakup sesuatu yang agung, indah, elok,

dsbnya.

Sistem nilai budaya di dunia ini menunjuk pada lima masalah pokok

dalam kehidupan manusia (C. Kluckhon dalam Koentjaraningrat, 2000:190).

Kelima masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (MH)

b) Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (MK)

c) Masalah mengenai hakekat dai kedudukan manusia dalam ruang waktu

(MW)

d) Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam

sekitarnya (MA)

e) Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya

(MM)

Untuk lebih jelasnya akan diterangkan dalam tabel berikut ini:

Page 43: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Masalah dasar dalam

hidup Orientasi nilai budaya

Hakekat Hidup (MH) Hidup itu buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk, tapi

manusia wajib

berikhtiar supaya

hidup itu menjadi

baik

Hakekat karya (MK) Karya itu untuk

nafkah hidup

Karya itu untuk

kedudukan,

kehormatan,

dsbnya.

Karya itu untuk

menambah karya

Persepsi manusia

tentang waktu (MW)

Orientasi ke

masa depan

Orientasi ke masa

lalu

Orientasi ke masa

depan

Pandangan manusia

terhadap alam (MA)

Manusia tunduk

kepada alam

yang dahsyat

Manusia berusaha

menjaga

keselarasan

dengan alam

Manusia berhasrat

menguasai alam

Hakekat hubungan

antara manusia

dengan sesamanya

(MM)

Orientasi

kolateral

(horizontal),

rasa

ketergantungan

pada sesamanya

(berjiwa gotong

royong)

Orientasi vertikal,

rasa

ketergantungan

kepada tokoh-

tokoh atasan dan

berpangkat

Individualisme

menilai tinggi usaha

atas kekuatan sendiri

Tabel 1. Kerangka Kluckhon mengenai lima masalah dasar dalam hidup

yang menentukan orientasi nilai budaya manusia

(Koentjaraningrat, 2000:194).

Page 44: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

5) Hubungan Nilai dengan Tradisi

Nilai merupakan suatu pedoman yang diturunkan dari generasi satu ke

generasi berikutnya yang berkembang dan hidup yang dianut oleh masyarakat.

Tanpa adanya suatu pewarisan niscaya nilai-nilai budaya yang adiluhung tersebut

tidak akan ada sampai saat ini. Dalam proses pewarisan tersebut kebudayaan

mempunyai peranan penting karena kebudayaan mempunyai tiga (3) wujud

sebagai berikut:

a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat 2000:186).

Ketiga wujud kebudayaan tersebut dapat dipelajari masyarakat dari apa

yang terdapat dalam tradisi padusan yang kesemuanya dari hal-hal tersebut

terdapat nilai-nilai adiluhung yang dahulu menjadi pedoman hidup nenek moyang.

Oleh sebab itu, tradisi padusan harus terus dilestarikan agar nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya tidak musnah seiring perkembangan zaman.

Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi merupakan sarana pembentukan

norma dalam masyarakat. “Tradisi atau adat dalam empat tingkat yaitu: 1) Tingkat

nilai budaya, 2) Tingkat norma khusus, 3) Tingkat hukum, dan 4) Tingkat aturan

khusus” (Koentjaraningrat, 2002:11), ke-empat tingkat tersebut dapat diterangkan

sebagai berikut:

Tingkat nilai budaya yaitu berupa ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal

yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat, dan bisaanya berakar pada

emosi dari dalam jiwa manusia. Misalnya gotong royong atau sifat kerjasama

berdasarkan solidaritas yang besar.

Tingkat norma khusus berupa nilai budaya yang sudah terkait dengan

peranan masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya. Peranan

manusia dalam kehidupannya sangat banyak, dan manusia akan berubah peranan

dari waktu ke waktu. Dalam suatu kebudayaan jumlah norma lebih banyak bila

dibanding dengan jumlah nilai budayanya. Misalnya peranan orang tua dan anak

Page 45: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dalam lingkungan keluarga, peranan atasan dan bawahan dalam lingkungan

kantor, peranan guru dan murid dalam lingkungan sekolah.

Tingkat hukum berupa sistem hukum yang berlaku dalam kehidupan

masyarakat, baik hukum adat maupun hukum tertulis. Hukum sudah jelas

mengenai bermacam-macam sektor hidup yang sudah terang batas-batas ruang

lingkupnya. Jumlah undang-undang hukum yang berlaku dalam masyarakat lebih

banyak bila dibanding jumlah norma yang menjadi pedoman dalam suatu

masyarakat, misalnya adat perkawinan, adat pewarisan, dan sebaginya.

Tingkat aturan khusus berupa aturan yang mengatur kegiatan-kegiatan

yang terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat dan bersifat kongkit. Aturan-

aturan khusus ini bersifat konkret dan terkait dalam sistem hukum. misalnya

sopan santun.

5. Tinjauan Tentang Padusan

Indonesia merupakan bangsa dengan keanekaragaman yang komplek.

Keanekaragaman meliputi agama, sosial, budaya, tradisi dan masih banyak lagi.

Salah satu lingkup keberanekaragaman adalah dalam menyambut datangnya bulan

ramadhan. Tiap daerah mempunyai tradisi dan cara menyambutnya. Tradisi

sebagai salah satu bentuk kebudayaan bangsa yang masih dilestarikan dan

mempunyai pendukung yang kuat, merupakan salah satu peninggalan budaya

yang bisa memberi corak khas kepada kebudayaan bangsa. Kebudayaan bangsa

adalah kebudayaan yang timbul dari buah budi rakyat Indonesia seluruhnya.

Pada masyarakat Jawa (Tengah), setiap kali menjelang bulan Ramadhan,

ada suatu tradisi tahunan yang dilakukan selain Nyadran (berziarah ke makam),

yaitu tradisi padusan (dari kata adus atau mandi). Sebagaimana yang terjadi pada

masyarakat Cokro yang masih tetap menjalankan kebudayaan asli. Masyarakat

Cokro, yang dalam hal ini juga termasuk dalam masyarakat atau suku jawa,

memiliki tradisi yang telah sekian lama bertahan hingga sekarang. Tradisi tersebut

adalah tradisi padusan yang dilaksanakan setiap setahun sekali menjelang bulan

puasa. Berdasar atas berbagai sumber, konon tradisi tersebut sudah ada sejak

dahulu atau sejak nenek moyang mereka. Padusan biasanya dilakukan sehari

Page 46: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sebelum bulan ramadhan. Makna dari padusan adalah membersihkan segala

kotoran yang menempel di badan atau di jiwa kita, sehingga dalam berpuasa

dalam keadaan bersih jasmani dan rohani. Padusan dilakukan pada sumber-

sumber air atau orang jawa biasa menyebut dengan umbul, padusan bisa juga

dilakukan di kamar mandi rumah masing-masing, di kali atau sungai, danau atau

kolam renang modern dan biasanya dilakukan secara masal. Pemandian Cokro

Tulung merupakan salah satu lokasi yang cukup diminati masyarakat untuk

menjalankan ritual ini, karena dianggap berhubungan dengan petilasan pemandian

putri keraton. Setiap menjelang Ramadhan, ribuan orang berdesakan mendatangi

lokasi ini. Pengunjung yang sebagian besar merupakan remaja berdesak-desakan

hanya untuk menyaksikan prosesi pengguyuran tujuh pasang pemuda-pemudi

yang duduk di depan kolam kecil yang merupakan mata air. Bergantian, kepala

mereka diguyur dengan satu gayung air kembang. Seusai itu, sebuah wadah dari

tanah liat yang juga berisi air kembang dibanting di depan kolam kecil tersebut

sebagai penutup ritual (http://antokoe.wordpress.com/2007/09/05/marhaban-ya-

Ramadhan/).

Salah satu alasan umbul dijadikan lokasi padusan, karena air dari

sumbernya masih bersih. Diharapkan dengan mensucikan diri dengan air dari

umbul tersebut jiwa dan raga menjadi bersih sebersih air dari umbul tersebut.

Namun filosofi dan makna Padusan kini banyak bergeser. Jangankan mensucikan

diri, ajang Padusan sering menjadi ajang-ajang maksiat. Pemaknaan terhadap

tradisi dari suatu masyarakat banyak mungkin sekali akan beragam. Makna yang

muncul bisa bersifat positif dan negatif, dan semua itu tergantung bagaimana

persepsi dan sikap masyarakat terhadap adanya tradisi padusan tersebut, mengenai

itu semua tentu ada sesuatu hal yang menjadi faktor yang mempengaruhinya.

Seperti misalnya dalam masyarakat Cokro yang begitu heterogen memiliki latar

belakang pemikiran dan cara pandang yang berbeda-beda pula. Kemudian dari

bagaimana masing-masing individu menyikapinya dari situlah kamudian dapat

ditarik persepsi yang pada akhirnya untuk menarik sebuah jawaban. Proses

modernisasi telah mendorong penyerapan pengaruh, terutama budaya barat oleh

karena itu, persepsi tradisi padusan juga ikut bergeser.

Page 47: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tradisi padusan memang mengalami banyak transformasi atau

perkembangan, seiring dengan kemajuan zaman. Acara mandi massal ini telah

berubah menjadi aktivitas plesiran yang diminati banyak warga masyarakat,

apalagi makna padusan di kalangan generasi muda sudah banyak bergeser dari

pemaknaan penyucian diri, tetapi padusan merupakan sarana rekreasi berenang

bersama teman-teman pada saat hari libur menjelang puasa. Dinas pariwisata

Kabupaten Klaten juga menyuguhkan beberapa hiburan guna menunjang

pelaksanaan tradisi padusan dan juga untuk menarik para pengunjung. Kegiatan

hiburan terlihat dengan berbagai macam pertunjukan seperti penampilan artis

dangdut, musik regae, atraksi reog, dan berbagai karnaval kebudayaan. Kondisi

ini ternyata juga dapat memberikan penghasilan tambahan bagi para tukang parkir

di sekitar pemandian

Di kawasan ini, ada sekitar 7 buah umbul. Salah satu umbul yang terkenal

adalah Umbul Ingas Cokro yang sering juga disebut dengan Cokro Tulung. Air-air

dari umbul-umbul yang terletak di kawasan ini sering digunakan untuk bahan

minuman air mineral atau suplai air PDAM.

Ritual padusan dan laku puasa sebenarnya sudah ada sejak ajaran Islam

belum masuk ke Jawa. Semasa Kerajaan Majapahit, para ksatria, pujangga,

brahmana, dan empu terbiasa melakoninya sebagai bentuk penyucian diri. Dimana

secara fisik, tradisi padusan memang tidak Islami. Tradisi padusan merupakan

tradisi adopsi dari kebudayaan tinggalan agama Hindu, Budha, dan Animisme.

Namun, berkat para Wali Songo yang berhasil mengawinkan tradisi adat jawa

dengan nafas Islam, tradisi padusan yang dilestarikan masyarakat Jawa itu tetap

berlangsung. Tradisi bermakna simbolis hubungan diri orang Jawa dengan para

leluhur, dengan sesama, maupun dengan Tuhan Sang Maha Pencipta dan adat

Jawa yang masih berlangsung di masyarakat pedesaan. Sedangkan modal utama

menyambut bulan Ramadhan adalah iman, keikhlasan serta kesungguhan dalam

menjaga kesucian bulan Ramadhan dan yang pasti memperbanyak ibadah sunah

seperti tarawih, tadarus, bersedekah dan zakat. (http://antokoe.wordpress.com/

2007/09/05/marhaban-ya-ramadhan/).

Page 48: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

B. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir merupakan jalur alur penalaran yang sesuai dengan

tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka

berpikir ini digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Tradisi

padusan dilaksanakan setiap setahun sekali menjelang datangnya bulan puasa

yang diadakan di tempat-tempat pemandian. Hal ini mengundang banyak

masyarakat untuk mendatangi tempat-tempat pemandian untuk melaksanakan

padusan sekaligus mencari hiburan. Salah satu tempat yang cukup diminati

masyarakat untuk melaksanakan tradisi padusan yaitu pemandian Cokro Tulung

yang berada di wilayah kabupaten Klaten.

Pemaknaan terhadap tradisi oleh masyarakat mungkin sekali beragam.

Makna yang muncul bisa bersifat positif maupun negatif, dan semua tergantung

persepsi dan sikap masyarakat terhadap adanya tradisi padusan. Masyarakat dalam

memberikan pemaknaan terhadap suatu tradisi tentu dipengaruhi oleh beberapa

faktor, misalnya saja masyarakat Cokro yang heterogen memiliki latar belakang

pemikiran dan cara pandang yang berbeda-beda. Kemudian dari bagaimana

masing-masing individu menyikapinya dari situlah dapat ditarik persepsi yang

akhirnya ditemukan suatu jawaban.

Tradisi Padusan memang mengalami perkembangan seiring kemajuan

zaman, acara mandi massal ini telah berubah menjadi aktivitas plesiran yang

diminati banyak warga masyarakat. Berbagai alasan pengunjung datang pada

waktu padusan, ada yang ingin mencari hiburan atau sekedar refresing, ada juga

ingin memfaatkan mata air atau mandi. Untuk menunjang acara padusan, Dinas

Pariwisata kabupaten Klaten menyuguhkan beberapa hiburan untuk menarik para

pengunjung. Selain itu dengan adanya padusan yang dilaksanakan satu tahun

sekali menjelang bulan suci Ramadhan apakah berpengaruh terhadap

perekonomian masyarakat sekitar Cokro atau tidak berpengaruh sama sekali.

Page 49: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Untuk lebih memperjelas keterangan di atas, berikut ini skema kerangka

berpikir yang akan mempermudah dalam memahaminya.

Bagan 1. Skema kerangka berpikir

Masyarakat Desa Cokro

Pandangan / Persepsi masyarakat sekitar

Tradisi Padusan

Alasan datang ke tradisi Padusan

Dampak terhadap perekonomian

Page 50: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ada tentang persepsi masyarakat sekitar

Desa Cokro mengenai tradisi padusan, penulis melakukan penelitian untuk

melihat bagaimana persepsi masyarakat dengan adanya tradisi padusan di Desa

Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Penelitian dilaksanakan di Desa

Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Pemandian Cokro Tulung

merupakan salah satu lokasi yang cukup diminati masyarakat untuk menjalankan

tradisi padusan, karena dianggap berhubungan dengan petilasan pemandian putri

keraton. Setiap menjelang Ramadhan, ribuan orang berdesakan mendatangi lokasi

ini.

Salah satu alasan umbul dijadikan lokasi padusan, karena air dari sumbernya

masih bersih, diharapkan dengan mensucikan diri dengan air dari umbul tersebut

jiwa dan raga menjadi bersih sebersih air dari umbul tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan

Februari 2010. Rencana waktu penelitian dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Waktu Penelitian

Jenis Kegiatan

Tahun 2008 – 2010 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

1. Persiapan Penelitian -Pengajuan Judul -Penyusunan

Laporan

- Ijin Penelitian 2.Pelaksanaan

Penelitian

- Pengumpulan Data - Analisis Data - Penarikan Hasil 3.Penyusunan Laporan

Page 51: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang diarahkan pada latar belakang

dan individu secara holistik. Penelitian kualitatif digunakan untuk menggali atau

menjelaskan makna di balik realita. “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati” (Bodgan dan Taylor dalam Lexy J Moleong,

2007: 4). “Penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada

data kualitas dengan analisis kualitatifnya” (H.B Sutopo, 2002: 49). Jadi

penelitian kualitatif adalah menekankan pada makna dari obyek penelitian yang

diamati dengan mendeskripsikan data dan lebih terfokus pada kualitas data.

Sesuai dengan karakteristik data yang bersifat kualitatif maka penelitian

menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengambilan data menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh

dideskripsikan atau diuraikan kemudian dianalisis. Dapat dikatakan bahwa,

penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran dari suatu

keadaan pada subjek yang diamati pada saat tertentu. Sedangkan penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Tujuan dari

penelitian kualitatif deskriptif ialah untuk melukiskan keadaaan sesuatu atau yang

sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung.

Informasi atau data dapat berupa pendapat, keterangan, pandangan,

tanggapan yang berhubungan dengan persepsi masyarakat. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian yang bersifat terbuka dan lentur, disesuaikan

dengan kondisi yang dijumpai di lapangan. Peneliti terjun langsung ke lapangan

dan berinteraksi langsung dengan informan sampai mendapatkan informasi yang

diinginkan dan lengkap. Semua informasi disesuaikan dengan fakta yang ada di

lapangan, sehingga informasi yang didapat setiap saat dapat berubah sesuai

dengan pengetahuan baru yang didapat.

Page 52: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan persepsi masyarakat

mengenai tradisi padusan di Desa Cokro. Tahapan penelitian yang akan

dilakukan, antara lain : (a) memilih dan menentukan informan, (b) melakukan

wawancara dengan informan, (c) membuat catatan lapangan/field note, (d)

menyajikan data dan menganalisis data yang diperoleh, (e) menarik kesimpulan.

2. Strategi Penelitian

Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif, maka startegi yang digunakan

dalam penelitian adalah strategi studi kasus. Strategi studi kasus merupakan

strategi penelitian pada kasus tertentu untuk mempelajari, menerangkan atau

memahami suatu kasus tanpa ada paksaan. Secara umum studi kasus merupakan

strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan

dengan ”how” atau ”why”. ”Studi kasus adalah suatu empiris yang: menyelidiki

fenomena di adalam konteks kehidupan nyata bilamana: batas-batas antara

fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan di mana: multi sumber bukti

dimanfaatkan” (Yin 2000: 18). Studi kasus digunakan karena untuk memperoleh

kebenaran dalam penelitian yaitu persepsi masyarakat sekitar Cokro mengenai

tradisi padusan.

Studi kasus dalam penelitian ini dikhususkan menjadi studi kasus

terpancang tunggal. “Studi kasus tunggal adalah penelitian hanya dilakukan pada

satu sasaran (satu lokasi atau satu subyek)” (Sutopo, H. B, 2002: 112). Jumlah

sasaran (lokasi studi) tidak menentukan penelitian berupa studi kasus tunggal

ataupun ganda, walaupun penelitian dilakukan dibeberapa lokasi (beberapa

kelompok atau sejumlah pribadi), bila sasaran studi memiliki karakteristik sama

atau seragam maka penelitian tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal.

Dikatakan terpancang karena dalam penelitian ini sasaran dan tujuan serta

masalah yang disebut ditetapkan sebelum terjun ke lapangan. Tunggal, karena

obyek penelitian hanya terfokus pada persepsi masyarakat sekitar Cokro

mengenai tradisi padusan.

Page 53: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

C. Sumber Data

Sumber data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai data

dalam suatu penelitian. Menurut Lofland yang dikutip Moleong (2007: 157)

mengatakan “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.

Sumber data yang relevan dapat dijadikan sasaran penggalian informasi dalam

penelitian diantaranya: 1) Informan (narasumber), 2) Peristiwa dan aktivitas, 3)

Dokumen dan arsip. Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Informan (narasumber)

Dalam penelitian kualitatif informan memiliki kedudukan yang penting

untuk digali informasinya. “Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data

manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki

informasinya” (Sutopo, H. B, 2002: 50). Informan bukan hanya sekedar

memberikan tanggapan tetapi lebih bisa memilih arah dan selera dalam

memberikan informasi yang dimiliki. Informan dalam penelitian ini adalah

masyarakat Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

2) Peristiwa dan aktivitas

Data penelitian dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas, atau perilaku

sebagai sumber data yang berhubungan dengan obyek penelitian.” Dari

pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses

bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara

langsung” (H.B Sutopo, 2002:51). Peristiwa bisa diamati secara langsung

merupakan aktivitas yang masih berlangsung pada saat penelitian.

Dalam penelitian dilakukan kajian terhadap aktivitas yang dilakukan

meskipun tidak harus secara langsung diamati. Peristiwa atau aktivitas yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai pelaksanaan tradisi padusan yang

setiap tahun dilaksanakan di Umbul Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten

Klaten.

Page 54: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3) Dokumen dan arsip

Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sama pentingnya

dengan sumber data lain dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini

dokumen yang dapat digunakan adalah beragam foto dan catatan lapangan

mengenai aktifitas masyarakat Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten

Klaten, Jawa Tengah. Informasi lokasi penelitian berupa arsip monografi data

penduduk desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

D. Teknik Cuplikan

Dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk menarik sampel sangat

selektif. Sampel yang dimaksud mempunyai fungsi yang sangat bermakna sebagai

sumber informasi permasalahan. Kualitatif tidak memandang dari segi

kuantitasnya melainkan segi kualitas dari penelitian sehingga jumlah sampel tidak

begitu diperhitungkan dan bukan mewakili populasi namun untuk menggali

informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya.

“Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi

pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi” (H.B

Sutopo, H.B, 2002:55) . Teknik cuplikan sering juga dinyatakan sebagai internal

sampling yang bersifat internal, dimana cuplikan diambil untuk mewakili

informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak perlu ditentukan

oleh jumlah sumber datanya. Sedangkan sampling dari sifatnya yang internal

mengarah pada kemungkinan generalisasi teoritis.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

purposive dengan snowball. Menurut Patton yang dikutip Sutopo,H.B (2002:185),

”purposive adalah peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu,

sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data”. Dalam teknik

purposive, peneliti tidak menjadikan semua orang sebagai informan, tetapi peneliti

memilih informan yang dipandang tahu dan cukup memahami tentang tradisi

Page 55: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

padusan dan bisa diajak kerjasama, misalnya bersikap terbuka dalam menjawab

semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Snowball menurut Black dan Dean (1992:267),“mendapatkan semua

individu dalam organisasi atau kelompok terbatas yang dikenal sebagai teman

dekat/kerabat dan kemudian teman tersebut memperoleh teman-teman kerabat

lainnya, sampai peneliti menemukan konstelasi persahabatan berubah menjadi

pola sosial yang lengkap”. Peneliti menemukan informan dengan cara bertanya

pada orang pertama untuk selanjutnya bergulir ke orang kedua, kemudian orang

ketiga dan seterusnya sehingga diperoleh data yang lengkap, akurat dan

mendalam. Dalam metode ini beberapa obyek penelitian dipilih, kemudian dari

yang dipilih tersebut dijadikan sebagai sumber data yang akan membantu dalam

mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan. Snowball digunakan peneliti

untuk mencari informan kunci (key informan) yaitu peneliti mengambil orang-

orang kunci untuk dijadikan sebagai sumber data yang dapat dipercaya sehingga

menghasilkan informasi yang jelas. Informan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah masyarakat desa Cokro dan pengelola pelaksanaan padusan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapat data dan informasi yang lengkap sesuai dengan tujuan

penelitian, maka dalam penelitian ini menggunakan berbagai cara untuk

mengumpulkan data, yaitu : wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber

informasi dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan

beradasarkan pada tujuan penelitian. “Wawancara adalah percakapan yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu” (Moleong, 2007: 186).

Ada dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth

interviewing)”(H.B.Sutopo 2002: 59). Wawancara terstruktur merupakan jenis

Page 56: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

wawancara yang sering disebut sebagai wawancara terfokus. Dalam wawancara

terstruktur, masalah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara dilakukan.

Sedangkan wawancara tidak terstruktur atau mendalam dilakukan dengan

pertanyaan yang bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi.

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dan

mendalam yang bersifat open-ended. Wawancara dilakukan dengan face to face

,bebas, suasana informal dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap mengarah

pada fokus masalah penelitian. Wawancara dilakukan pada masyarakat Desa

Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena

yang diselidiki. “Observasi adalah mengamati (waching) dan mendengar

(listening) perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan

manipulasi/ pengendalian, serta mencatat penemuan yang memungkinkan/

memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tingkat penafsiran analisis”(Black

dan Dean, 1992: 286).

“Observasi dapat dibagi menjadi observasi tak berperan dan observasi

berperan yang terdiri dari berperan pasif, berperan aktif dan berperan penuh”,

(Spradley dalam H.B.Sutopo, 2002: 65-69) masing-masing dijelaskan sebagai

berikut:

a. Observasi tak berperan

Dalam observasi ini, peran peneliti tidak diketahui oleh subyek yang diteliti.

Observasi ini dapat dilakukan dengan jarak jauh untuk mengamati perilaku

seseorang atau sekelompok orang di suatu lokasi tertentu dengan memilih

tempat khusus yang berada di lokasi tetapi di luar perhatian kelompok yang

diamati.

b. Observasi berperan

Dalam observasi ini, peneliti mendatangi lokasi yang digunakan sebagai obyek

penelitian sehingga kehadirannya diketahui oleh pihak yang diamati.

1) Observasi berperan pasif

Page 57: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Observasi ini dalam penelitian kualitatif juga disebut dengan observasi

langsung. Observasi ini akan dilaksanakan secara formal maupun informal,

untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi di tempat

penelitian.

2) Observasi berperan aktif

Peneliti memainkan berbagai peran yang memungkinkan berada dalam

situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peneliti tidak hanya berperan

dalam bentuk dialog yang mengarah pada pendalaman dan kelengkapan data

tetapi juga dapat mengarahkan peristiwa yang sedang dipelajari demi

kemantapan data.

3) Observasi berperan penuh

Peneliti memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat

dalam suatu kegiatan yang ditelitinya dan peran peneliti tidak bersifat

sementara sehingga peneliti tidak hanya mengamati tetapi bisa berbuat

sesuatu, berbicara dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi langsung atau

observasi berperan pasif dengan mendatangi lokasi yang menjadi obyek penelitian

yaitu di Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah untuk

melihat dan mengamati situasi dan kondisi yang ada sehingga mendapatkan

kebenaran dan melihat kenyataan yang terjadi.

3. Dokumentasi

Dokumen tertulis dan arsip memiliki posisi penting dalam penelitian

kualitatif terutama bila kajian penelitian mengarah pada latar belakang atau

peristiwa masa lampau yang berkaitan dengan masa kini yang sedang diteliti.

“Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu

peristiwa atau aktivitas tertentu” (H.B Sutopo, 2002:54). Dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rekaman wawancara dan hasil foto dan

arsip monografi desa Cokro yang relevan dan mendukung penelitian.

Page 58: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

F. Validitas Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif kesahihannya diperoleh

dengan teknik triangulasi. “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lahir di luar data itu untuk keperluan

pengecekan/ sebagai perbandingan data itu” (Moleong, 2007: 330). Menurut

Sutopo, H. B (2002: 78) dengan mengutip Patton, teknik trianggulasi ada empat

macam, yaitu: ” trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi peneliti

(investigator triangulation), trianggulasi metode( methodological triangulation),

dan trianggulasi teori( theoretical triangulation)”. Masing-masing teknik

triangulasi memiliki maksud berbeda-beda. Trianggulasi data (trianggulasi

sumber)yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan

data yang sama. Trianggulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik data maupun

simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya

dari beberapa peneliti. Trianggulasi metode yaitu penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

Trianggulasi teori yaitu trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang

dikaji.

Penelitian ini menggunakan pendekatan trianggulasi data (sumber) dan

trianggulasi metode. Trianggulasi data yaitu pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai sumber untuk mengumpulkan data yang sama. Informasi

yang diperoleh selalu dibandingkan dan diuji dengan data/ informasi yang lain

untuk mengecek kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda. Trianggulasi metode yaitu pengumpulan data dengan teknik

pengumpulan data yang berbeda.

G. Teknik Analisis Data

Patton yang dikutip H.B. Sutopo (1996:86) mengatakan bahwa “ analisis

data adalah proses mengatur urusan data, menganalisis data ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar”. Penelitian kualitatif memiliki bentuk analisis

tersendiri yang berbeda dengan kuantitatif. Ada dua model pokok dalam

Page 59: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

melaksanakan analisis data di dalam penelitian kualitatif yaitu (1) model analisis

jalinan mengalir / flow model of analysis, (2) model analisis interaktif atau

interaktif model of analysis ( Miles dan Huberman dalam Sutopo, 2002:94).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis interaktif

yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction),

sajian data (display) dan verifikasi data /penarikan kesimpulan (conclusion

drawing). Keterkaitan ketiga komponen itu dilakukan secara interaktif dengan

proses pengumpulan data sehingga kegiatan dilakukan secara continue sehingga

proses analisis merupakan rangkaian interaktif yang bersifat siklus. Adapun

tahapannya adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber

antara lain, buku-buku yang relevan, informasi, dokumen tertulis, peristiwa.

Sedangkan pengumpulan data melalui teknik obeservasi, wawancara dan

dokumentasi.

2) Reduksi Data (Reduction)

Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data kasar yang terdapat dalam field note. Dengan reduksi data, data

kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara,

seperti melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan/ uraian singkat,

menggolongkan dalam suatu uraian yang lebih luas, abstraksi data kasar dari field

note, dsbnya. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian baik

sebelum atau sesudah pengumpulan data.

Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang

kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian

sampai pada proses verifikasi data.

3) Sajian Data (Display)

Sajian data dilakukan merangkai data atau informasi yang telah

direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar /skema, maupun tabel yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan

rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca

Page 60: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang

memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis /tindakan lain

berdasarkan pemahaman tersebut. Pada awal pengumpulan data hingga penyajian

data, peneliti melakukan pencatatan dan membuat pernyataan untuk membuat

kesimpulan.

4) Verifikasi Data / Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti

dari berbagai hal yang ditemuinya dengan melakukan pencatatan, pola-pola,

pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan

berbagai proposisi untuk membuat kesimpulan akhir. Kesimpulan akhir tidak akan

terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus

diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk itu peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan,

penelusuran data kembali, melihat lagi field note sehingga kesimpulan penelitian

menjadi kokoh dan lebih bisa dipercaya.

Keempat komponen analisa tersebut dalam aktivitasnya membentuk

sebuah siklus. Dengan bentuk ini, peneliti tetap bergerak diantara keempat

komponen selama proses penelitian berlangsung. Untuk lebih jelasnya proses

analisis ini dapat dilihat dalam skema sbb:

H. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian kasus ini, peneliti menggunakan prosedur atau

langkah-langkah dari persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan

laporan penelitian. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Verifikasi Data

Sajian Data

Gambar 3. Skema model analisis interaktif

Page 61: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

1. Persiapan

a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing.

b. Mengumpulkan bahan/ sumber materi penelitian.

c. Menyusun proposal peneltian.

d. Mengurus perijinan penelitian.

e. Menyiapkan instrument penelitian/ alat observasi.

2. Pengumpulan data

a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

b. Membuat field note.

c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.

3. Analisis data

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian.

b.Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian

direcheckkan dengan temuan lapangan.

c. Melakukan verifikasi dan pengayakan dengan pembimbing.

d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan laporan penelitian

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan

orang yang cukup memahami penelitian.

c. Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi.

d. Penyusunan laporan akhir.

Page 62: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Desa Cokro

Desa Cokro merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jarak antara pusat

pemerintahan desa dengan pusat pemerintahan kecamatan kurang lebih 3 km ke

arah Barat. Jarak dengan Ibu Kota Kabupaten kurang lebih 15 km ke arah Selatan.

Dilihat dari keadaan alam, kondisi wilayah Desa Cokro ini merupakan daerah

pertanian yang sebagian besar merupakan hamparan sawah yang menggantungkan

pengairannya dari air sungai yang mengalir di sekitar sawah dan air hujan. Untuk

mendapatkan gambaran secara umum mengenai Desa Cokro, maka berikut

penulis sampaikan tentang keadaan penduduk dan sarana atau prasarana

penunjang yang dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Tinjauan Geografis

1) Letak Dan Batas Wilayah

Desa Cokro letaknya di sebelah timur dari pusat pemerintahan Kecamatan

tulung yang berjarak 3 Km, berada pada ketinggian 180 m dari permukaan air

laut. Batas-batas wilayah Desa Cokro adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Desa Daleman

b) Sebelah Selatan : Desa Pongg9ok atau Gedong Jetis

c) Sebelah Barat : Desa Pucang Miliran

d) Sebelah Timur : Desa Daleman atau Ponggok

2) Keadaan Wilayah

Luas desa Cokro adalah 81.3695 ha. Wilayah Desa Cokro terdiri dari

sawah pertanian, pekarangan dan tanah lain-lain (tempat rekreasi, bangunan

Page 63: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

umum, perkuburan, dan tempat wisata). Luas sawah ini mendominasi wilayah

Desa Cokro, bila dibandingkan dengan tanah pemukiman. Jumlah yang paling

luas adalah sawah dengan luas 64,6325 Ha, disusul pemukiman atau perumahan

penduduk seluas 11,8625 Ha, jalan sepanjang 7,5600 km, lain-lain (tempat wisata,

perkantoran dll) seluas 4, 4595 Ha, kemudian perkuburan seluas 0, 4000 Ha, dan

yang terakhir bangunan umum (masjid, sekolahan, dll) seluas 0,1600 Ha.

b. Tinjauan Demografis

Berdasarkan data monografi Desa Cokro pada tahun 2008, jumlah

penduduk Desa Cokro adalah 2062 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari

463 KK dengan perincian 1040 laki-laki dan 1022 perempuan. Pertumbuhan

penduduk desa Cokro tercatat pada tingkat migrasi (keluar/ masuk) sejumlah 7

jiwa. Menurut usia jumlah penduduk dibagi dalam 3 rentang usia yaitu penduduk

usia antara 0-14 tahun 285 jiwa. Penduduk usia antara 15-58 tahun adalah 1572

jiwa, dan untuk rentang usia diatas 58 tahun jumlah penduduknya 205 jiwa.

Pada rentang usia 15-58 tahun memiliki jumlah penduduk terbesar

menurut data monografi. Dapat disimpulkan desa Cokro memiliki usia produktif

yang tinggi dilihat dari jumlah penduduk usia 15-58 tahun berada pada jumlah

terbanyak yaitu 1572 jiwa. Tingkat kelahiran desa Cokro kurang tinggi dilihat dari

jumlah penduduk usia 0-14 tahun berada pada posisi ke-2 dengan jumlah 285

jiwa. Kemudian posisi ke-3 ditempati penduduk tidak produktif yaitu usia diatas

58 tahun dengan jumlah 205 jiwa.

1) Mata Pencaharian

Penduduk desa Cokro memiliki beragam mata pencaharian. Penduduk

yang bermata pencaharian sebagai PNS/POLRI/TNI sejumlah 45 orang.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani berjumlah 129 orang.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak 27 orang. Penduduk yang

bekerja sebagai pedagang berjumlah 100 orang. Selain itu penduduk yang bekerja

sebagai karyawan berjumlah 70 orang, buruh tani berjumlah 77 orang, dan

penduduk pensiunan PNS/TNI/POLRI berjumlah 38 orang. Ada juga penduduk

yang bekerja di bidang pertukangan berjumlah 18 orang. Selain itu penduduk

Page 64: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

yang bekerja dengan membuka usaha sendiri atau wiraswasta berjumlah 30 orang.

Sehingga dapat disimpulkan mayoritas penduduk desa Cokro bekerja sebagai

petani dengan jumlah 129 orang. Urutan kedua ditempati oleh penduduk desa

Cokro yang bekerja sebagai pedagang dengan jumlah 100 0rang. Penduduk desa

Cokro yang tidak memiliki lahan bekerja sebagai buruh tani menjadi urutan ketiga

dengan jumlah 77 orang, sedang urutan keempat ditempati oleh penduduk desa

Cokro yang bekerja sebagai karyawan dengan jumlah 68 orang. Urutan kelima

ditempati oleh penduduk desa Cokro yang bekerja sebagai PNS dengan jumlah 45

orang. Urutan keenam ditempati penduduk desa Cokro yang merupakan

pensiunan TNI/POLRI/PNS dengan jumlah 38 orang dan urutan ketujuh ditempati

oleh penduduk yang bekerja membuka usaha sendiri atau wiraswasta sejumlah 30

orang. Sedangkan untuk urutan yang terakhir yaitu urutan kedelapan dan

kesembilan ditempati oleh penduduk desa Cokro yang bekerja sebagai peternak

berjumlah 27 orang dan 9 orang bekerja di bidang pertukangan.

2) Tingkat Pendidikan

Menurut data monografi tahun 2008, tingkat pendidikan desa Cokro

dikatakan cukup baik. Prasarana pendidikan di desa Cokro kurang memadai,

karena hanya terdapat 1 sekolah TK dan 2 sekolah SD sedangkan untuk tingkat

SLTP dan SLTA berada kota kecamatan yaitu di Kecamatan Tulung.

Walaupun terdapat keterbatasan prasarana pendidikan di desa Cokro

namun tingkat pendidikan formal cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

penduduk yang masih bersekolah di taman kanak-kanak sejumlah 87 orang,

sedangkan penduduk yang menjadi siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) berjumlah

283 orang. Pada data monografi tahun 2008, lulusan Sekolah Dasar (SD) sebesar

287 orang lebih tinggi dari jumlah penduduk yang lulusan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 279 orang dan lulusan Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 452 orang. Penduduk yang menempuh hingga

Perguruan Tinggi sebanyak 90 orang.

Page 65: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

3) Keadaan Penduduk Menurut Agama

Mayoritas penduduk desa Cokro memeluk agama Islam dengan jumlah

2036 orang. Ada juga pemeluk agama Katolik berjumlah 26 orang. Jumlah sarana

ibadah ada 6 masjid dan tempat ibadah lain seperti gereja, pura/ kuil Hindu, vihara

Budha tidak terdapat.

4) Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

a) Sosial Ekonomi

Secara umum kondisi perekonomian kecamatan Tulung didominasi

oleh sektor pertanian, dalam hal ini padi, yang pada tahun 2000 hasil

produksinya mencapai 3.037 ton. Sedangkan untuk sektor perkebunan

dipegang oleh tembakau Jawa yang berhasil memproduksi sebanyak 1.186

ton. Selain kedua sektor tersebut, sektor perikanan juga merupakan sektor

penghasil pendapatan yang tidak boleh dilupakan, dimana produksi

tertingginya adalah pada ikan lele yang mencapai 9 ton. Dan sektor

industri terbesar yang ada di Kecamatan Tulung adalah Pati Gula yang

jumlahnya mencapai 100 buah. Penduduk di daerah Cokro sendiri,

sebagian besar didominasi oleh masyarakat agraris dengan pertanian

sebagai mata pencaharian utamanya. Kondisi alam dan lingkungan fisik

suatu daerah tentunya akan sangat berpengaruh pada sosial ekonomi

daerah setempat. Ketersediaan air, udara yang sejuk dan kondisi tanah

yang subur akan mendorong penduduk untuk melakukan kegiatan

pertanian. Selain itu desa Cokro memiliki potensi wisata yang cukup baik

untuk dikembangkan yaitu pemandian umbul Cokro. Dengan segala

potensi yang dimilikinya seperti debit air yang besar, udara yang sejuk dan

pemandangan yang indah, area sumber air Ingas dapat dikembangkan

menjadi suatu obyek wisata alam maupun budaya. Dengan ketersediaan air

yang melimpah daerah lain dapat berkembang menjadi obyek wisata alam

dalam hal ini adalah obyek wisata berbasis air yang berorientasi pada

rekreasi keluarga. Selain itu di daerah Cokro juga terdapat kegiatan yang

sudah menjadi tradisi bagi masyarakat setermpat maupun oleh masyarakat

Klaten dan sekitarnya. Kegiatan yang hampir setiap tahun dilakukan oleh

Page 66: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

masyarakat Cokro adalah tradisi Padusan yaitu mandi di sumber air Ingas

untuk membersihkan diri guna menyambut datangnya bulan suci

Ramadhan. Warga Cokro dan sekitarnya setiap tahun berduyun-duyun

datang ke pemandian umbul Ingas hanya untuk melaksanakan tradisi

padusan yang sudah turun-temurun dilaksanakan. Padusan merupakan

potensi wisata budaya yang ada di desa Cokro. Dengan adanya tradisi

padusan dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat desa Cokro,

karena banyaknya pengunjung yang datang ke pemandian tersebut.

Sebagian masyarakat desa Cokro memanfaatkan kesempatan itu untuk

berjualan, meskipun dengan adanya tradisi padusan tidak begitu terlihat

menunjang kesejahteraan masyarakat desa Cokro. Hal itu disebabkan

karena tradisi padusan hanya dilaksanakan 1-2 hari, itupun satu tahun

sekali menjelang datangnya bulan suci Ramadhan sehingga kurang berarti

bagi perekonomian warga.

b) Budaya

Sebagai bagian dari wilayah propinsi Kabupaten Klaten,

Kecamatan Tulung juga mewarisi kebudayaan Jawa yang adiluhung.

Terlebih wilayah Kecamatan Tulung berbatasan langsung dengan propinsi

DIY dan Kota Surakarta yang merupakan pusat kebudayaan Jawa semakin

mempengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat kecamatan Tulung. Oleh

karena itu, seperti halnya karakteristik yang dimiliki masyarakat

Yogyakarta dan Surakarta, masyarakat Kecamatan Tulung juga masih

percaya dengan adanya kekuatan gaib atau mistik. Meskipun memiliki

gaya dan tradisi tersendiri, namun secara tidak langsung terdapat

kesamaan beberapa karakteristik tradisi dan budaya yang dimiliki, yang

terutama lebih tradisional yang terdapat di beberapa daerah di Jawa

Tengah, atau kesenian wayang, juga tari-tarian tradisional.

Di daerah Cokro juga terdapat kegiatan yang sudah menjadi tradisi

bagi masyarakat setempat maupun oleh masyarakat Klaten dan sekitarnya.

Kegiatan yang hampir setiap tahun dilakukan oleh masyarakat tersebut

adalah tradisi padusan yaitu mandi di Sumber Air Ingas untuk

Page 67: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

membersihkan diri guna menyambut bulan puasa. Budaya ini mempunyai

peluang untuk dikembangkan dan dikemas dalam suatu atraksi budaya

untuk lebih menarik minat pengunjung ke area Sumber Air Ingas.

c. Sarana dan Prasarana Desa Cokro

Sarana dan prasarana yang ada dapat menunjukkan tingkat kemajuan

pembangunan desa. Prasarana dalam hal ini adalah bangunan dalam bentuk fisik.

1) Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian desa Cokro sudah dikatakan cukup, menurut data

monografi desa Cokro tahun 2008, terdapat lembaga ekonomi kelompok simpan

pinjam yaitu 5 unit. Sedangkan jumlah usaha dagang toko 8 buah, usaha industri

alat rumah tangga 6 unit dengan jumlah kegiatan 1 yaitu sebagai pembuat tungku

api (keren). Selain itu di desa Cokro juga terdapat tempat ussaha air minum

kemasan atau isi ulang sebanyak 1 unit, yaitu produksi air mineral Aqua karena

dekat dengan sumber air yang lumayan banyak. Dengan keberadaan sarana

perekonomian tersebut sangat mendukung perkembangan perekonomian

penduduk desa Cokro untuk mengembangkan usaha. Dengan adanya sarana

perekonomian dapat mendukung Obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro yang

berada di desa Cokro dalam memfasilitasi pengunjung.

2) Sarana Kesehatan

Desa Cokro mempunyai fasilitas kesehatan yang kurang memadai, karena

untuk melayani satu desa hanya terdapat satu poliklinik atau balai pengobatan,

dan terdapat 5 posyandu dengan 1 bidan dan 1 perawat.

3) Sarana Transportasi dan Komunikasi

Secara umum fasilitas jalan yang ada di desa Cokro relatif baik. Semua

jalan menuju desa Cokro sudah beraspal, hal ini diperuntukkan demi kelancaran

arus para wisatawan menuju obyek wisata pemandian Umbul Cokro. Bahkan

antara desa Cokro dengan daerah-daerah lain di sekitarnya telah dihubungkan

oleh jalan-jalan beraspal. Jalan yang berada di desa Cokro yang sudah beraspal

sepanjang 3,12 km, panjang jalan makadam 1,5 km, dan panjang jalan tanah 0,5

km. Desa Cokro juga terdapat 1 Pombensin.

Page 68: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4) Pariwisata

Obyek wisata yang ada di desa Cokro berjumlah 1 buah yaitu hanya

Umbul Ingas yang merupakan obyek wisata pemandian yang merupakan satu-

satunya aset yang dimiliki desa Cokro dan setiap tahunnya obyek wisata ini

digunakan sebagai tempat padusan masayarakat Cokro dan sekitarnya.

2. Gambaran Umum Sumber Ingas, Cokro Tulung

a. Kawasan Obyek Wisata Sumber Ingas, Cokro Tulung

Cokro Tulung merupakan salah satu obyek wisata yang selama ini telah

menjadi daya tarik unggulan bagi kepariwisataan Kabupaten Klaten. Sumber air

Ingas atau yang lebih dikenal dengan umbul Ingas terletak pada aliran Sungai

Pusur yang merupakan wilayah Desa Cokro. Umbul Ingas juga biasa disebut

dengan pemandian umbul Cokro. Sebelah selatan mata air Ingas merupakan

daerah sawah yang berupa dataran aluvial, demikian juga dengan daerah di

sebelah utara mata air yang merupakan outlet dari semua mata air yang ada di area

mata air ini.

Tanah di area sumber Air Ingas ini merupakan tanah yang mempunyai

tingkat permeabilitas tinggi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan

air (storage) dan mampu meloloskan air sehingga muncul beberapa mata air di

area sumber air Ingas dan sekitarnya. Dari area mata air ke arah areal persawahan

dan permukiman di atasnya merupakan daerah yang relatif curam dengan

kemiringan kurang lebih 300 dengan land covernya berupa tanaman semusim dan

sebagian permukiman.

Daya tarik tersebut terutama didapat dari adanya sumber air Ingas yang

memiliki debit sangat besar dengan kepadatan vegetasi yang beragam serta

suasana pedesaan yang khas. Selama ini sumber air ini menjadi obyek kunjungan

rekreasi bagi masyarakat sekitar Kabupaten Klaten dan sekitarnya.

Pemanfaatan Cokro Tulung sebagai sebuah obyek wisata secara

keseluruhan memang belum optimal, karena belum didukung dengan

pengembangan fasilitas dan sarana prasarana kepariwisataan. Namun demikian

Page 69: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

embrio-embrio kegiatan wisata telah tumbuh dan berkembang, melalui kegiatan

pemandian serta aktifitas wisata spiritual.

Dengan embrio kegiatan dan fasilitas yang ada, Cokro Tulung

sesungguhnya meiliki peluang dikembangkan, terutama apabila didukung dengan

penataan fisik lingkungan dan penambahan ragam atraksi serta pengembangan

area sekitar obyek sebagai daya tarik pendukung dengan aktifitas dan fasilitas

wisata yang sesuai dengan karakter kagiatan yang ada.

b. Perkembangan Kawasan Obyek Wisata Sumber Air Ingas, Cokro Tulung

Mendasarkan pada identifikasi terhadap potensi dan permasalahan pokok

tersebut diatas, maka upaya pengembangan dalam bentuk penataan kawasan

wisata Cokro Tulung merupakan langkah yang sangat mendesak dan harus

direalisasikan dengan segera.

Dalam hal perencanaan kawasan Wisata Sumber Air Ingas, Cokro,

Tulung. Pemerintah Daerah Klaten sudah menyusun Master Plan Sumber Air

Ingas, Cokro Tulung, Kabupaten Klaten pada tahun 2002. Namun demikian

rekomendasi pengembangan yang menjadi substansi utama dari dokumen tersebut

dalam implementasinya perlu mempertimbangkan perkembangan terakhir yang

terjadi di lapangan. Beberapa perkembangan penting sampai saat ini, yang

menuntut segera ditanggapi dengan perencanan yang lebih rinci adalah :

1) Adanya tiga desa di sekitar kawasan wisata telah siap menyediakan lahan

sebagai area pengembangan.

2) Pihak Aqua sudah menyatakan membuka diri terhadap kemungkinan

pengemasan paket wisata yang menyertakan proses produksi pada instalasi

pengolahan air minumnya sebagai atraksi wisata, meskipun dengan prasyarat

yang nantinya mereka terapkan.

3) Telah terdapat calon investor lokal, dari Klaten, yang siap menanam modal

untuk pengembangan atraksi.

4) Telah dibangun instalasi listrik Micro Hydro dengan kapasitas 44 kVA, yang

memanfaatkan overflow dari sumber air menuju ke sungai.

Page 70: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

5) Aqua sudah merintis budidaya tanaman langka, yang nantinya berpotensi

dikembangkan sebagai fasilitas rekreasi anak.

Dengan perkembangan tersebut di atas, diperlukan suatu perencanaan yang

lebih rinci, terkait dengan pengakomodasian berbagai peluang di atas. Realisasi

terhadap kegiatan perencanaan rinci tersebut diharapkan nantinya akan menjawab

2 hal, yaitu:

1) Mengantisipasi kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan fisik alam

(sumber air dan lingkungan fisik alam atau vegetasi) melalui perencanaan

pemanfaatan lahan yang jelas dan perancangan fasilitas secara rinci, serta

manajemen kawasan yang tepat.

2) Mengoptimalkan kualitas daya tarik obyek dan kawasan wisata Cokro Tulung

melalui penataan lingkungan yang kondusif serta peningkatan kualitas layanan

fasilitas pendukung obyek, sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan

kenyamanan pengunjung yang bermuara pada peningkatan arus kunjungan

dan pendapatan baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat lokal.

Obyek wisata Air Ingas memiliki daya tarik tersendiri terbukti dengan

pengunjung yang cukup banyak dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Posisinya terletak kurang lebih 17 km di sebelah utara kota Klaten dengan luas

kawasan kurang lebih 15.000 m. Sementara itu jarak ibukota kecamatan Tulung

ke daerah lain relatif dekat, yaitu 5 km ke kabupaten Klaten, 6 km ke kecamatan

Polanharjo, 11 km ke kecamatan Karanganom, dan 6 km ke kecamatan Jatinom.

c. Kondisi Topografi

Topografi (relief) merupakan gambaran tinggi rendahnya permukaan bumi

terhadap permukaan air laut. Secara umum Kabupaten Klaten memiliki topografi

yang bervariasi mulai daratan rendah hingga pegunungan.

Sumber Air Ingas merupakan daerah dataran rendah berterasering

(ketinggian kurang lebioh 210 dpal) yang merupakan bagian dari vulkanik

Gunung Merapi. Mata air ini terletak berdekatan dengan kali Pusur di Desa

Cokro, Kecamatan tulung, kabupaten Klaten. Daerah ini mempunyai topografi

cenderung datar dengan ketinggian berkisar antara 200 dpal sampai 210 m dpal.

Page 71: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Mata airnya sendiri terletak pada ketinggian 208 m dpal, disebelah selatan kali

(Sungai) Pusur.

d. Kondisi Geomorfologi

Berdasarkan pembagian fisiografi Pulau Jawa kabupaten Klaten termasuk

dalam zone tengah, tepatnya antara zone solo dan zone solo sensu tricto dari

propinsi geologi jawa timur. Sedangkan berdasarkan geomorfologi (regional),

Kabupaten Klaten merupakan bagian dari glinting api merapi yang masih aktif

sampai sekarang. Bentuk lahan di Kabupaten Klaten terbagi dalam 3 (tiga)

golongan, yaitu :

1) Bentuk lahan asal vulkan. Terbagi menjadi satuan kerucut vulkan, lereng

vulkan, kaki vulkan dan dataran kaki vulkan. Bentuk lahan ini dijumpai di

kawasan Deles serta berlanjut sampai dengan daerah Cokro dan sekitarnya.

2) Bentuk lahan asal fluvial. Terbagi menjadi satuan dataran aluvial dan

dataran banjir (genangan). Bentuk lahan ini dijumpai di sebagian besar

bagian tengah Kabupaten Klaten yang secara khusus dimanfaatkan sebagai

areal-areal pertanian lahan basah.

3) Bentuk lahan asal denudasional. Terbagi menjadi satuan perbukitan

denudasional dan bukit sisa. Bentuk lahan ini dapat dijumpai di kawasan

perbukitan Bayat dan sekitarnya yang membujur hingga perbukitan di

Gunungkidul.

Berdasarkan pembagian bentuk lahan di atas, Sumber Air Ingas termasuk

di dalam bentuk lahan asal vulkan tepatnya terletak sebagai kaki vulkanik

(volkanik foot). Bentuk lahan ini sekaligus sebagai penciri munculnya mata air-

mata air di kaki pegunungan. Karena pada dasarnya mata air Ingas ini merupakan

bagian dari sabuk mata air (spring belt) Gunung Merapi. Area Sumber air Ingas

sendiri merupakan dataran berterasering dan menempati dataran rendah serta areal

persawahan yang ada di sebelah selatan kali Pusur di sepanjang aliran air yang

menuju kearah area mata air ataupun pada outlet area mata air. Sedangkan di

sebelah utara kali Pusur merupakan dataran aluvial yang difungsikan untuk lahan

terbangun serta lahan pertanian.

Page 72: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

e. Kondisi Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di 3 (tiga) daerah pengembangan di sekitar obyek

wisata Sumber Air Ingas adalah sebagai berikut :

1) Di bagian selatan obyek wisata Sumber Air Ingas adalah tanah pertanian

bengkok desa Ponggok

2) Di bagian utara obyek wisata Sumber Air Ingas adalah sebagian lahan

pemukiman penduduk dan bangunan gedung SLTP.

3) Di bagian barat adalah lahan pertanian desa Daleman dan sebagian Desa

Cokro.

4) Di sebagian timur adalah bantaran sungai, permukiman penduduk dan

sebagian lagi adalah lahan pertanian Desa Ponggok.

Secara garis besar, untuk Desa Cokro, Daleman dan Gedong Jetis terlihat

bahwa porsi penggunaan lahan non terbangun khususnya untuk areal persawahan

masih relatif luas. Hal ini menunjukkan bahwa pada area perencanaan masin

memiliki lingkungan yang alami dengan tingkat atau laju pertumbuhan lahan

terbangun yang rendah. Serta terlihat juga bahwa sektor pertanian masih

merupakan sektor yang dominan sebagai mata pencaharian penduduk apabila

dilihat berdasarkan perbandingan luas penggunaan lahan yang ada.

f. Profil Kepariwisataan Kawasan Wisata Sumber Air Ingas

Cokro dalam hal ini adalah area Sumber Air Ingas, merupakan suatu

obyek yang sangat menarik untuk dikembangkan. Dengan segala potensi yang

dimilikinya seperti debit air yang besar, udara yang sejuk dan pemandangan yang

indah, area Sumber Air Ingas dapat dikembangkan menjadi suatu obyek wisata

alam maupun budaya. Dengan ketersediaan air yang melimpah daerah ini dapat

berkembang menjadi obyek wisata alam dalam hal ini adalah obyek wisata

berbasis air yang berorientasi pada rekreasi keluarga.

Sumber Air Ingas tidak hanya melayani kepentingan sektor pariwisata

saja, akan tetapi juga merupakan sumber air bagi kepentingan pokok masyarakat,

yang dijembatani oleh adanya PDAM. Kepemilikan lahan oleh PDAM di kawasan

Sumber Air Ingas ini seluas 1ha yang akan bertambah menjadi 2ha.

Page 73: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Cikal-bakal industri pariwisata sudah tumbuh berupa kunjungan

wisatawan yang ingin menikmati sejuknya mata air Ingas ini. Ditambah dengan

ramainya pengunjung pada saat padusan, merupakan potensi wisata yang dapat

dikembangkan dengan pengemasan produk yang lebih menarik. Kunjungan

terbanyak terjadi pada satu hari sebelum dimulainya bulan puasa.

Selain berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, Sumber Air

Ingas juga berpotensi untuk pengembangan sumber listrik (PLTA), agrowisata,

dan perikanan. Dalam usaha pengembangan Ingas sebagai obyek wisata kiranya

perlu diusahakan adanya diversivikasi jenis daya lahan obyek wisata yang

dikembangkan. Diversivikasi bertujuan untuk pemerataan daya tarik dan

pengunjungnya, dan juga pemerataan kesempatan kerja masyarakat sekitarnya.

Melihat dari debit air yang cukup besar dan lokasi yang relatif strategis dilihat dan

posisinya yang tidak jauh dari jalan arteri Yogya-Solo mata area Sumber Air

Ingas memang layak untuk dikembangkan. Penambahan fasilitas rekreasi wisata

air dan penataan fisik akan menungkatkan nilai tambah bagi obyek wisata Umbul

Ingas.

Gambaran profil produk wisata di kawasan wisata Ingas secara

keseluruhan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Obyek dan Daya Tarik Wisata (attractions)

Sebagai salah satu obyek wisata, area Sumber Air Ingas mempunyai

kekhasan daya tarik wisata (attractions) yang mungkin tidak dijumpai di lokasi

lain. Suasana khas pedesaan, debit air yang melimpah sebagai sumber kehidupan

masyarakat, dan wisata budaya yang menjadi penunjang obyek wisata Umbul

Cokro.

2) Fasilitas Pengunjung Wisata

Sebagai obyek wisata yang masih bisa dikatakan alami, area Sumber Air

Ingas memang belum mempunyai fasilitas penunjang kegiatan pariwisata yang

lengkap dan memadai. Namun begitu bukan berarti tidak ada sama sekali fasilitas

yang menunjang kegiatan pariwisata di pemandian umbul Cokro. Di lokasi wisata

area mata air ini sudah terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata yaitu :

Page 74: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

1) Warung Makan dan Kios Makanan Kecil

Di lokasi wisata ini sudah terdapat warung makan yang menyediakan

makan dan makanan kecil. Keberadaan warung-warung tersebut sangat membantu

para pengunjung mendapatkan makanan dan minuman selama berada di lokasi

wisata ini meskipun kondisi bangunannya relatif kurang tertata serta masih berupa

bangunan semi permanen.

2) Kamar Ganti Pakaian

Di lokasi wisata ini sudah terdapat tempat ganti pakaian. Tempat ganti ini

cukup membantu pengunjung sebagai tempat mengganti baju mereka sebelum

dans esudah berenang atau mandi di area Sumber Air Ingas. Tempat ganti pakaian

ini lokasinya berdekatan dengan kolam renang.

3) Area Parkir

Untuk pengunjung yang membawa kendaraan sendiri ke lokasi wisata area

Sumber Air Ingas ini sudah tersedi tempat parkir yang cukup luas dengan kondisi

yang baik serta teduh karena dikelilingi oleh pepohonan rindang.

4) Tiket Box

Tempat penjualan tiket masuk bagi para pengunjung. Pengelolaan dana

dari pengunjung ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan

obyek wisata Sumber Air Ingas.

g. Profil Demografi

Secara demografis wisatawan yang datang ke kawasan Sumber Air Ingas

lebih didominasi oleh wisatawan lokal dan regional. Dan dalam perkembangan

diperlukan promosi yang optimal untuk memperkenalkan obyek ini ke daerah lain.

Jika dilihat lebih detail didapatkan sebagian besar pengunjung Sumber Air Ingas

berasl dari Jawa Tengah (67%) dengan usia antara 18-24 tahun (58%). Hal ini

menunjukkan bahwa Sumber Air Ingas lebih banyak diminati remaja. Sedangkan

pasar potensial adalah mereka yang berasal dari Jakarta (17%) dan yang berusia

kurang dari 18 tahun (17%). Pengunjung Sumber Air Ingas juga didominasi oleh

pria sebanyak 75% dan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa atau

Page 75: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pelajar (33%), wiraswasta (25%) sehingga latar belakang pendidikan mereka pun

didominasi adalah SLTA (75%).

Motivasi wisatawan yang berkunjung ke area mata air dapat dibedakan

menjadi tiga kategori :

a. Datang dengan tujuan berpariwisata

Mereka yang datang dengan tujuan untuk berwisata biasanya

memanfaatkan obyek wisata yang berupa kolam renang. Wisatawan yang datang

untuk berenang terdiri dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Ada juga orang tua

yang datang untuk berwisata ke area mata air ini. Namun biasanya orang tua ini

datang bersama keluarganya.

b. Datang untuk memanfaatkan mata air (bukan tujuan wisata)

Pengunjung yang datang bukan untuk tujuan wisata biasanya berasal dari

daerah di sekitar lokasi. Mereka datang untuk tujuan mandi dan mencuci. Dilihat

dari segi usia mereka yang datang untuk tujuan ini berasal dari segala usia.hal ini

karena biasanya mereka datang bersama keluarganya, sekaligus untuk acara

berlibur.

c. Datang untuk melakukan ritual tertentu

Pengunjung yang datang untuk melakukan ritual tertentu, datang ke lokasi

ini pada hari-hari mendekati bulan puasa (biasanya1-3 hari menjelang awal bulan

puasa). Mereka yang datang untuk tujuan ini biasanya berasal dari daerah sekitar

lokasi sampai daerah diluar Kabupaten Klaten. Dilihat dari segi usia, biasanya

mereka adalah orang-orang dewasa, dan orang tua.

h. Profil Kunjungan

Penggunaan alat transportasi mempengaruhi kualitas dan kuantitas fasilitas

parkir yang akan dibuat di obyek wisata Sumber Air Ingas, kondisi penggunaan

alat transportasi adalah sebagai berikut:

1) Kendaraan roda dua sebanyak : 56%

2) Kendaraan umum : 17%

3) Kendaraan lainnya (mobil pribadi) sebanyak : 24%

Page 76: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Selain itu, prosentase sebanyak 83% pengunjung Ingas tidak menginap,

hal ini mengindikasikan lokasi tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh dengan

obyek wisata Sumber Air Ingas. Sedangkan pengunjung yang menginap (17%),

dan mereka lebih memilih untuk menginap di rumah kerabat jika mereka memang

harus bermalaman.

Lama tinggal pengunjung di obyek wisata Sumber Air Ingas

1) Selama 2-4 jam sebesar 67%

2) Selama >4 jam sebesar 24%

Lama tinggal yang relatif singkat ini diduga disebabkan oleh sedikitnya

variasi atraksi dan aktivitas wisata yang ada. Sehingga titik jenuh pengunjung

lebih cepat meningkat. Ketersediaan fasilitas yang terbatas juga menjadi salah satu

penyebab lama tinggal yang relatif singkat tersebut, karena fasilitas yang teerbatas

dapat mengakibatkan kenyamanan pengunjung semakin berkurang.

Dilihat dari aspek sumber informasi, sumber informasi pengunjung Ingas

didominasi dari teman atau keluarga sebanyak 92% dan 8%, mendapatkan

informasi media lainnya. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa masih kurang

efectivnya sistem informasi yang ada dalam mempromosikan obyek wisata

Sumber Air Ingas di pasar wisatawan nusantara.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Deskripsi hasil dan analisis penelitian dimaksudkan untuk

menyajikan data yang dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan

dikaji pada penelitian ini yaitu pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan

(Studi kasus masyarakat sekitar Cokro, Tulung, Klaten mengenai tradisi padusan),

Adapun nama dari subyek penelitian di bawah ini merupakan inisial dari nama

sebenarnya.

1. Persepsi Masyarakat Sekitar Desa Cokro Mengenai Tradisi Padusan

Pesan yang diterima oleh setiap individu akan berbeda-beda tergantung

dari bagaimana cara tersebut dimaknai oleh penerimanya. Tingkah laku selalu

didasarkan pada makna sebagai hasil persepsi terhadap kehidupan para pelakunya.

Page 77: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Persepsi merupakan pencapaian makna yang diperoleh seseorang melalui

pancaindera dan makna ini mempengaruhi tindakan sehingga membentuk pola-

pola dan sistem pemikiran. Pada masyarakat Jawa (Tengah), setiap kali menjelang

bulan Ramadhan, ada suatu tradisi tahunan yang dilakukan selain Nyadran

(berziarah ke makam), yaitu tradisi padusan (dari kata adus atau mandi).

Sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Cokro yang masih tetap menjalankan

kebudayaan asli. Masyarakat Cokro, yang dalam hal ini juga termasuk dalam

masyarakat atau suku jawa, memiliki tradisi yang telah sekian lama bertahan

hingga sekarang. Tradisi tersebut adalah tradisi padusan yang dilaksanakan setiap

setahun sekali menjelang bulan puasa. Begitu juga dengan padusan ini. Setiap

individu mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai tradisi padusan.

Seperti halnya yang diungkapkan salah satu informan yang peneliti temui. Secara

langsung pak Dm mengungkapkan :

“secara simbolis tradisi padusan bertujuan untuk mensucikan diri

sebelum menjalankan ibadah puasa”(W/Dm/17/11/2009).

Berbeda dengan apa yang diungkapkan Jk :

“Padusan itu tidak mensucikan diri, karena pada kenyataannya air yang digunakan untuk mandi para pengunjung malah kotor karena saking ramainya pengunjung. Banyak para pengunjung yang membuang sampah sembarangan di sekitar umbul, bahkan tidak sedikit dari para pengunjung yang membuang sampah ke dalam air. Pada waktu padusan ada juga pengunjung yang malah memanfaatkan situasi ini untuk mabuk-mabukan yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama dan dilarang agama, padahal itu menjelang bulan puasa, apakah itu yang dinamakan mensucikan diri?” (W/Jk/21/12/2009). Kutipan pernyataan informan di atas bisa dilihat bagaimana informan

memandang padusan itu tidak mensucikan diri tetapi dimanfaatkan untuk mabuk-

mabukan yang jelas bertentangan dengan norma agama. Untuk menyambut

datangnya bulan suci Ramadhan seharusnya hal-hal seperti itu harus dihindari.

hampir sama dengan pernyataan Jk, Ar juga menambahkan :

“ padusan itu semacam mandi bersih bertujuan mensucikan diri mbak, dilaksanakan satu atau dua hari sebelum bulan puasa dan dilaksanakan

Page 78: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

setahun sekali, karena itu sudah dilaksanakan sejak jaman nenek moyang kita, itu keturunan. Seperti wayang gitu ya mbak itu kan sejak jaman dahulu dan harus dilestarikan, sampai sekarang kan masih tetap dilestarikan. Untuk itu harus tetap dilestarikan jangan sampai diambil oleh Negara lain. Kalau bukan kita sendiri yang menjaganya terus siapa lagi. Terutama warga sekitar sini. Tetapi selain itu kadang padusan juga dipakai untuk mabuk-mabukan mbak, biasanya anak-anak muda” (W/Ar/27/11/2009).

Selain itu Pak Sy selaku perangkat desa Cokro menuturkan :

“tradisi padusan itu merupakan adat kebiasaan yang turun-temurun yang diadakan masyarakat setempat bertujuan untuk mensucikan diri, diadakan setian setahun sekali menjelang bulan suci yang diislamkan menjadi budaya daerah Cokro. Biasanya dikemas dengan hiburan atau tontonan yang berupa reog, karnaval, dan biasanya ada kirab tapi tidak rutin tergantung pengelola dan dana yang ada. Tradisi padusan hanya berupa simbol mensucikan diri secara lahiriyah. Menrut cerita yang saya dengar ya mbak yang bisa dikaitkan dengan segi agama tradisi padusan ini diadakan oleh para wali saat menyebarkan agama islam” (W/Sy/11/01/2010).

Pak Sy mengungkapkan bahwa tradisi padusan awalnya merupakan adat

kebiasaan turun-temurun yang dilaksanakan sejak nenek moyang yang kemudian

tradisi tersebut diislamkan sebagai simbol mensucikan diri secara lahiriyah

menjelang bulan puasa dan akhirnya menjadi budaya desa Cokro. Biasanya dalam

acara padusan disuguhkan beberapa hiburan yang berupa reog, karnaval, dll yang

tujuaannya tak lain untuk memamerkan kepada masyarakat kebudayaan yang

telah dimiliki oleh masyarakat setempat.

Pak Dm juga menambahkan pernyataan pak Sy :

“bahwa tradisi padusan merupakan ritual yang sifatnya turun-menurun, dari jaman nenek moyang sampai sekarang masih dilestarikan. Konon ceritanya mengapa Umbul Ingas sebagai tempat pelaksanaan tradisi padusan karena pada jaman dahulu, umbul Ingas digunakan untuk tempat pemandian putri keraton Surakarta. Pada tahun 1926 keraton Surakarta bekerjasama dengan Belanda membangun saluran air dari Umbul Ingas untuk dialirkan menuju keraton Surakarta. Sampai sekarang air yang digunakan oleh warga Solo sekitar keraton Surakarta bersumber dari mata air umbul Ingas yang saat ini dikelola oleh pihak PDAM. Tradisi padusan hanya merupakan sebuah imajinasi atau penggambaran kebiasaan para putri keraton pada jaman dahulu yang

Page 79: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

sering mandi di Umbul Ingas untuk membersihkan diri, kemudian dikemas dalam satu acara atau tradisi padusan tersebut yang tujuannya untuk mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Padusan bisa dilaksanakan di kolam renang, sungai, kamar mandi atau dimanapun tidak harus di Umbul atau sumber mata air tertentu” (W/Dm/17/11/2009).

Hampir sama dengan apa yang diungkapkan oleh Pak Sy, seorang

pedagang yang kesehariaannya berjualan di umbul Cokro yaitu ibu Nw juga

mengatakan :

“padusan niku kados persiapan sakderenge wulan siam mbak, kados ngresiki awak saking jenis kotoran, kebiasaan niki sampun ket nenek moyang, dadi teko seprene tetep dilestarikan, kepercayaan tiyang mbien kados niku mbak, saiki para generasi muda katah sing lali karo kebudayaane dewe, nek mboten tiyang sepuh sing mbantu nguru-uri, nggih kados padusan niki salah setunggalipun” (W/NW/27/11/2009). (Padusan itu semacam persiapan sebelum bulan puasa, jadi sampai sekarang tetap dilestarikan, kepercayaan orang dahulu seperti itu, sekarang para generasi muda banyak yang lupa dengan kebudayaannya sendiri, kalau tidak orang tua yang membantu merawat, seperti padusan ini salah satunya). Pernyataan mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di kota Solo

mendukung pernyataan bu NW diatas bahwa seperti yang diungkapkan langsung

oleh Hr mahasiswa UMS di rumahnya :

“Padusan itu untuk mensucikan diri sebelum puasa guna mendekatkan diri dengan sang pencipta, karena ini sudah menjadi keyakinan daerah sini mbak”. Menurutnya “tradisi Padusan perlu dilestarikan karena jaman sekarang budaya daerah sendiri harus tetap dijaga mbak, tetapi menurut agama padusan tidak harus dilestarikan soalnya itu musyrik mbak, kalau ingin mensucikan diri ya ga harus mandi ke pemandian, saya pribadi seh setuju dilestarikan agar tidak punah mbak” (W/Hr/11/01/2010). Pernyataan Hr di atas maksudnya yaitu bahwa tradisi padusan bertujuan

untuk mensucikan diri sebelum bulan puasa karena tradisi padusan sudah menjadi

keyakinan atau kebiasaan daerah Cokro. Tradisi padusan harus tetap dilestarikan

apalagi di jaman sekarang, kebudayaan daerah sendiri harus tetap di jaga, tetapi

apabila dilihat dari segi agama, padusan itu musyrik karena untuk mensucikan diri

tidak harus datang ke pemandian untuk melaksanakan padusan. Sedikit berbeda

dengan apa yang diungkapkan oleh Rz :

Page 80: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

“Padusan itu ya mbak dilaksanakan setiap tahun menjelang bulan Ramadhan merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu. Tujuan dari padusan itu sendiri yaitu membersihkan jiwa raga guna menghadapi dan menjalankan ibadah puasa, agar dalam menjalankan ibadah puasa jiwa raga dalam kondisi benar-benar bersih. Tradisi Padusan harus tetap dilestarikan, jangan sampai hilang seiring perkembangan jaman. Tidak semua daerah memiliki potensi seperti ini, jadi kita sebagai warga pemilik kebudayaan harus tetap menjaga kelestarian budaya kita sendiri jangan sampai musnah atau malah bisa-bisa diambil orang lain” (W/Rz/27/11/2009).

Menurut Rz padusan itu dilaksanakan setiap tahun menjelang bulan

Ramadhan, merupakan warisan nenek moyang. Padusan bertujuan untuk

membersihkan jiwa raga guna menyambut bulan puasa supaya dalam menjalankan

ibadah puasa jiwa raga dalam keadaan bersih. Tradisi padusan juga harus tetap

dilestarikan karena tidak setiap daerah memiliki potensi seperti ini.

Selain apa yang diungkapkan Rz, gadis pelajar SMA yaitu NL juga

menambahkan :

“aku yowes pernah ning padusan mbak, ning Wonolelo, terus sing terakhir wingi ning Cokro, tapi aku lagi sepisan wingi padusan ning Cokro mbak, dijak konco-koncoku. Tujuanku padusan kui sing pertama yo mergo dijak konco-koncoku, terus yo golek hiburan mbak soale rame banget, terus yo karo membersihkan dosa-dosa sebelum puasa”. (saya juga sudah pernah padusan, ke Wonolelo, terus yang terakhir ke Cokro, tetapi saya baru pertama kalinya kemarin padusan ke Cokro, diajak teman-teman saya. Tujuan saya padusan itu yang pertama karena diajak teman-teman, kemudian nyari hiburan karena ramai banget kemudian sekalian membersihkan dosa-dosa sebelum puasa). NL juga mengatakan bahwa “padusan dilaksanakan satu atau dua hari sebelum bulan puasa”. Menurut NL, padusan harus tetap dilestariakn jangan sampai punah, “sayang banget mbak nek sampe ora rutin dilaksanakan” (sayang banget kalau sampai tidak rutin dilaksanakan). (W/NL/16/12/2009).

NL mengungkapkan kalau padusan itu ajang mencari hiburan dan selain

itu untuk membersihkan diri sebelum puasa.

Dari semua uraian di atas dapat diambil kesimpulan akhir, bahwa persepsi

masyarakat sekitar desa Cokro mengenai tradisi padusan, seperti yang

diungkapkan pak Sy selaku perangkat desa, pak Dm selaku pengelola dinas

pariwisata Umbul Cokro dan ketua pelaksanaan tradisi padusan, Ibu Nw padagang

Page 81: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

di Umbul Cokro, Rz, Ar selaku perngunjung, dan yang terakhir NL, Hr, Jk

mengungkapkan bahwa tradisi padusan adalah mensucikan atau membersihkan

diri secara simbolis sebelum menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang

dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang telah dilaksanakan sejak nenek moyang

secara turun-temurun dan harus dilestarikan karena merupakan kebudayaan

bangsa. Tetapi ada pernyataan lain yaitu Jk bahwa tradisi padusan tidak

mensucikan diri karena air yang dipakai untuk mandi airnya malah kotor karena

banyaknya pengunjung yang membuang sampah sembarangan dan ada juga

pengunjung yang malah mabuk-mabukan di kawasan umbul tempat pelaksanaan

padusan.

2. Alasan Datang Waktu Padusan

a. Datang dengan Tujuan Berpariwisata atau Mencari Hiburan

Mereka yang datang dengan tujuan untuk berwisata biasanya

memanfaatkan obyek wisata yang berupa kolam renang. Wisatawan yang datang

untuk berenang terdiri dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Ada juga orang tua

yang datang untuk berwisata ke area mata air ini. Namun biasanya orang tua ini

datang bersama keluarganya.

Seperti pernyataan BS di bawah ini :

“Aku ning padusan bereng-bereng karo sekelurgaku mbak, nek dewe ora mungkin oleh soale rame. Daripada ning ngomah, aku ngajak bapak ning padusan nggolek hiburan karo renang” (W/BS/16/12/2009), (saya ke padusan bersama keluarga saya, kalau sendiri tidak diperbolehkan soalnya ramai. Daripada di rumah, saya ngajak bapak ke padusan mencari hiburan sambil berenang).

Selain apa yang diungkapkan BS tersebut di atas, NL pelajar SMA yang

senang bermain ini menambahkan :

“ aku yowes pernah ning padusan mbak, ning Wonolelo, terus sing terakhir wingi ning Cokro, tapi aku lagi sepisan wingi padusan ning Cokro mbak, dijak konco-koncoku. Tujuanku padusan kui sing pertama yo mergo dijak konco-koncoku, terus yo golek hiburan mbak soale rame banget, terus yo karo membersihkan dosa-dosa sebelum puasa, gitu seh mbak tujuan padusan kui menurutku” (saya juga sudah pernah padusan, ke Wonolelo, terus yang terakhir ke Cokro, tetapi saya baru pertama kalinya kemarin padusan ke Cokro, diajak teman-teman saya. Tujuan saya padusan itu yang

Page 82: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

pertama karena diajak teman-teman, kemudian nyari hiburan, karena ramai banget, kermudian sama membersihkan dosa-dosa sebelum puasa tujuan padusan menurutku itu). (W/NL/16/12/2009)

Seperti halnya pernyataan Rz di bawah ini :

“Jujur saya datang kesini, terutama pas padusan ya mbak, untuk mencari hiburan, disamping itu juga pengen membersihkan jiwa raga, yang menurut saya itu sebagai simbol aja sih mbak, yang terpenting itu kesiapan dan keimanan kita aja”. (W/Rz/27/11/2009).

Rz datang ke acara padusan untuk mencari hiburan karena banyak hiburan

yang ditampilkan untuk mendukung acara tradisi padusan diantaranya, musik

dangdut, reog drumband, karnaval atau arak-arakan kebudayaan, dan lain-lain.

Dari semua hiburan yang disajikan pada acara padusan yang paling disukai Rz

adalah musik dangdut, kata Rz dengan nada malu-malu.

Apa yang telah diungkapkan Rz, didukung oleh pernyataan Hr :

“aku datang ke Cokro hanya untuk sekedar nongkrong bersama dengan teman-teman sambil melihat situasi yang ada di Umbul Cokro, selain itu juga untuk mencari hiburan atau sekedar refresing. Pada waktu hari-hari biasa, saya dengan teman-teman pergi ke Cokro untuk berenang. Banyak masyarakat sekitar sini yang memanfaatkan obyek wisata Cokro ini sebagai sumber penghasilan mbak, banyak warga sekitar sini yang berjualan disana, wah rame banget karena pas padusan itu ada beberapa hiburan yang dapat menarik pengunjung untuk datang ke Umbul Cokro ini mbak, misalnya saja hiburan yang disuguhkan yaitu musik dangdut, rege dll. Hiburan-hiburan tersebut diselenggarakan oleh masyarakat dan bekerjasama dengan para sponsor, tetapi akhir-akhir ini pengunjung yang datang ke Umbul Cokro menurun mbak menurut pengamatan saya sendiri karena mereka pada pergi ke Kandang Menjangan atau Pengging, dulu belum ada kolam renang di Kandang Menjangan jadi ya masih lumayan rame.” (W/Hr/11/01/2010).

Selain itu, Jk sedikit menambahkan apa yang diungkapkan Hr :

“ aku kalau datang ke padusan cuma sekedar nonton-nonton keramaian

saja, tidak benar-benar ingin mensucikan diri” (W/Jk/21/12/2009).

Tujuan utama Jk datang ke Padusan yaitu hanya untuk sekedar melihat

keramaian saja, tidak untu menyucikan diri.

Page 83: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Sama seperti halnya Jk, Hr pelajar STM ini juga mengaku datang ke acara

padusan hanya untuk sekedar refresing.

“aku ke padusan untuk refresing seh mbak daripada di rumah”

(W/Hr/21/11/2010).

Menurut pengamatan pak Sy :

“Dulu ya mbak masyarakat yang datang ke pemandian memang benar-benar mandi di umbul tetapi sekarang ini pengunjung yang datang kebanyakan hanya untuk mencari hiburan, jarang sekali yang benar-benar mandi untuk mensucikan diri. Sekarang ini pengunjung tidak mandi untuk membersihkan diri tetapi malah mandi keringat karena kebanyakan mereka mencari hiburan musik dangdut” (W/Sy/11/01/2010). Ungkap pak Sy dengan nada bercanda. Dari semua pengungkapan informan di atas tentang alasan pengunjung

datang waktu padusan di umbul Ingas Cokro dapat disimpulkan bahwa

pengunjung datang waktu padusan di umbul Ingas Cokro yaitu untuk mencari

hiburan atau sekedar refresing.

b. Datang Untuk Memanfaatkan Mata Air (bukan tujuan wisata)

Pengunjung yang datang bukan untuk tujuan wisata biasanya berasal dari

daerah di sekitar lokasi. Mereka datang untuk tujuan mandi dan mencuci. Dilihat

dari segi usia mereka yang datang untuk tujuan ini berasal dari segala usia. Hal ini

karena biasanya mereka datang bersama keluarganya, sekaligus untuk acara

berlibur. Seperti yang diungkapkan salah satu informan yang berinisial Ar di

bawah ini. Ar datang ke obyek pemandian Cokro dan pada waktu padusan untuk

acara mandi-mandi buang sial.

“aku ke Cokro untuk acara mandi-mandi buang sial mbak karena airnya masih alami dan langsung bersumber dari mata air dan karena jarak dengan rumah saya lumayan dekat, kalau ke Tawangmangu kan jauh mbak jadi ya males mending ke Cokro saja. Selain itu juga untuk refresing seh mbak daripada di rumah” (W/Ar/21/11/2009). Bs juga menambahkan pernyataan Ar : “aku ning Cokro yo karo adus barang mbak, renang nyemplung ning banyu soale banyune ise bening” (W/Bs/16/12/2009). (saya ke Cokro mandi, renang ke dalam air soalnya air nya masih jernih).

Page 84: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Dapat disimpulkan dari pernyataan Ar dan Bs di atas alasan pengunjung

datang ke padusan di umbul Ingas Cokro yaitu selain untuk refresing Ar dan Bs

datang ke Umbul Ingas Cokro juga untuk mandi memanfaatkan debit air yang

melimpah di pemandian umbul Cokro.

c. Datang Untuk Melakukan Ritual Tertentu

Pengunjung yang datang untuk melakukan ritual tertentu, datang ke lokasi

ini pada hari-hari mendekati bulan puasa (biasanya1-3 hari menjelang awal bulan

puasa) dan pada waktu malam hari sesuai dengan hari baik orang yang ingin

melakukan ritual di Umbul Ingas Cokro. Mereka yang datang untuk tujuan ini

biasanya berasal dari daerah sekitar lokasi sampai daerah diluar Kabupaten

Klaten. Dilihat dari segi usia, biasanya mereka adalah orang-orang dewasa, dan

orang tua. Seperti pengungkapan pak Sy selaku perangkat dan juga dulu pernah

mengelola umbul Ingas.

“Menurut keyakinan para warga umbul Cokro masih bersifat sakral, misalnya pohon yang ada di sekitar Umbul sejak saya kecil sampai sekarang ga tumbuh-tumbuh, sama saja. Selain itu hal ini terbukti dengan adanya kebiasaan para warga yang memanfaatkan air di umbul cokro untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Biasanya seseorang yang mempunyai keinginan datang ke umbul ini sesuai dengan hari baiknya pada waktu malam hari untuk mandi atau orang jawa biasa menyebut dengan istilah Kungkum di umbul Ingas. Kebanyakan yang datang adalah masyarakat Tionghoa atau keturunan ras Cina. Masyarakat Jawa sendiri relatif kecil, kalau masyarakat jawa biasanya para pejabat atau para pengusaha. Warga sekitar Cokro malah jarang melakukan ritual khusus di umbul Ingas untuk meminta suatu permohonan. Ritual seperti itu didasari dengan keyakinan yang kemudian menimbulkan sugesti pada diri seseorang” (W/Sy/11/01/2010).

Hr juga menambahkan pernyataan pak Sy :

“Dalam pelaksanaan padusan yang saya ketahui tidak ada ritual khusus, tetapi pada malam-malam tertentu, misalnya malam jumat kliwon Umbul Cokro ini dipakai oleh sebagian masyarakat untuk menjalankan ritual khusus meminta sesuatu kepada Sang Pencipta, karena Umbul Ingas ini dipercaya masih sakral dan apabila kita menjalankan ritual disini pada malam-malam tertentu dapat dikabulkan, misalnya saja untuk mencari pesugihan biar cepat kaya tanpa harus bekerja keras, kemudian ada juga yang percaya supaya dagangannya laris dalam berjualan, selain itu ada juga yang percaya cepat dapat jodoh bagi yang belum menikah tetapi sudah cukup umur” (W/Hr/11/01/2010).

Page 85: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dari pernyataan pak Sy dan di dukung dari pernyataan Hr di atas dapat

disimpulkan masyarakat datang ke padusan atau ke umbul Ingas Cokro selain

untuk refresing atau untuk mencari hiburan dan untuk acara mandi, ada juga yang

datang ke Umbul Ingas Cokro baik pada waktu padusan maupun tidak yaitu untuk

melakukan ritual tertentu sesuai dengan hari baiknya dengan tujuan apa yang

diharapkan dapat tercapai, karena umbul Ingas yang berada di desa Cokro

dipercaya masih bersifat sakral oleh warga sekitar.

Kesimpulan akhir dari pernyataan di atas tentang alasan pengunjung

datang pada waktu padusan di umbul Ingas Cokro, pertama menurut Bs, NL, Hr,

Rz, Jk dan pak Sy untuk berpariwisata atau untuk sekedar refresing mencari

hiburan. Pada waktu padusan berlangsung disuguhkan beberapa hiburan untuk

menghibur para pengunjung sebagai pendukung acara padusan. Kedua, menurut

Ar dan Bs alasan pengunjung datang ke padusan di umbul Ingas Cokro yaitu

selain untuk mencari hiburan atau sdekedar refresing juga untuk mandi

memanfaatkan debit air yang melimpah di pemandian umbul Cokro. Terakhir

yang ketiga, menurut pak Sy dan Hr pengunjung datang untuk melakukan ritual

tertentu, datang ke lokasi ini (umbul Ingas Cokro) pada hari-hari mendekati bulan

puasa (biasanya1-3 hari menjelang awal bulan puasa) dan pada waktu malam hari

sesuai dengan hari baik orang yang ingin melakukan ritual di Umbul Ingas Cokro,

karena umbul ini dipercaya masih bersifat sakral.

3. Dampak Tradisi Padusan Terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar

Di Desa Cokro

Dengan adanya pelaksanaan tradisi padusan yang diadakan oleh warga

desa Cokro setiap satu tahun sekali tidak begitu terlihat menunjang kesejahteraan

warga. Tradisi padusan hanya dilaksanakan setahun sekali menjelang bulan suci

Ramadhan sehingga tidak begitu berarti bagi perekonomian warga.

Berikut penuturan Bapak Dm dengan nada semangat :

“Penghasilan yang didapat oleh pedagang itu cukup lumayan daripada menganggur dirumah, tetapi saya kurang begitu tahu berapa pastiya

Page 86: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

penghasilan yang mereka dapat dari hasil jualannya itu, apalagi pas acara padusan, para pedagang bisa meraih keuntungan yang lumayan besar karena banyaknya pengunjung, tetapi karena tradisi padusan hanya dilaksanakan sekitar 1-2 hari setiap setahun sekali maka kurang begitu berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Lain halnya dengan adanya obyek wisata pemandian Cokro bisa berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat, misalnya para pedagang yang berjualan di sekitar umbul”. (W/Dm/17/11/2009). Tradisi padusan hanya dilaksanakan menjelang bulan puasa, setahun sekali

sehingga kurang begitu nampak terhadap kemajuan perekonomian warga desa

Cokro. Bagi warga yang berjualan pada waktu padusan maupun menjadi tukang

parkir akan mendapatkan keuntungan yang lumayan dibanding hari-hari biasa

tetapi keuntungan yang mereka dapat hanya sekitar 1-2 hari itu saja pada waktu

acara padusan berlangsung. Berbeda halnya dengan obyek wisata pemandian

Umbul Ingas Cokro yang dibuka untuk wisata alam setiap harinya, yang ramai di

kunjungi pada waktu hari-hari libur tersebut malah dapat menopang

perekonomian warga yang berprofesi sebagai pedagang, karena menggantungkan

perekonomian keluarga setiap harinya pada obyek wisata pemandian Umbul

Cokro. Untuk sebagian besar warga Cokro tidak menggantungkan perekonomian

pada obyek wisata pemandian Umbul Ingas atau potensi wisata budaya padusan

tetapi pada sektor agraris.

Pak Sy juga menuturkan hampir sama dengan apa yang diungkapkan oleh

Bapak Dm :

“Banyak para pedagang yang datang ke pemandian Cokro tiap tahunnya pada waktu acara padusan. Kebanyakan para pedagang malah bersal dari luar daerah sini mbak, ada yang dari daerah Boyolali, Klaten kota dll. Warga daerah sini yang berjualan malah sedikit, biasanya warga daerah sini yang berjualan pada saat padusan ya yang berjualan pada waktu hari-hari biasa atau hari-hari libur. Dalam pelaksanaan acara padusan Desa Cokro mendapat bagian 15% dari hasil pendapatan pelaksanaan tradisi padusan, tetapi pada kenyataan tidak mencapai 15%. Untuk padusan terakhir kemarin yaitu padusan pada tahun 2009, desa Cokro sini mendapatkan pemasukan sebesar Rp. 2.975.000, uang tersebut masuk ke kas desa biasanya digunakan untuk pembangunan desa dan biasanya sebagian uang tersebut digunakan untuk perayaan 17an pada bulan Agustus untuk membangun gapuro dll. Selain itu biasanya desa

Page 87: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

sekitar Cokro yang masih masuk kelurahan Cokro sini ya mbak, dikasih jatah kurang lebih Rp 100.000-Rp 200.000 untuk tambahan perayaan 17an, supaya juga bisa merasakan hasil dari pelaksanaan Padusan” (W/Sy/11/01/2010).

Paling tidak dengan potensi wisata budaya yang dimiliki desa Cokro yaitu

tradisi padusan kas Desa Cokro bertambah sebesar 15 % dari hasil pendapatan

pelaksanaan tradisi Padusan. Biasanya uang kas tersebut dapat digunakan untuk

pembangunan desa dan tambahan pada waktu perayaan 17 agustus an. Warga desa

Cokro yang berjualan pada saat padusan tidak begitu banyak kecuali padagang

yang kesehariannya berjualan di obyek wisata pemandian umbul Cokro. Pedagang

yang berjualan malah justru kebanyakan dari daerah luar.

Ibu NW seorang pedagang yang kesehariannya berjualan di obyek wisata

pemandian Umbul Ingas mengaku :

”sayange padusan naming setahun sepindah, gor sedino rung ndino mbak, ora pati ketok neng ekonomi keluarga, tapi paling ora iso ngurangi beban keluarga. Pas padusan dagangan nggih cepet payu mbak mergo rame”(W/Nw/21/11/2009). (sayangnya padusan hanya dilaksanakna setahun sekali, itu pun cuma satu dua hari saja mbak, jadi tidak begitu kelihatan di ekonomi keluarga, tetapi paling tidak bisa mengurangi beban keluarga. Waktu padusan dagangan ya cepat laku karena ramai).

Penghasilan yang didapat dari hasil jualan tergolong lumayan. Setiap

harinya terutama pada hari-hari libur, Ibu NW meraih keuntungan lebih kurang

Rp 200.000, apalagi pada perayaan tradisi padusan yang dilaksanakan setiap tahun

menjelang bulan puasa, penghasilan yang didapat dari hasil jualan bisa mencapai

sekitar Rp 300.000 per hari, penghasilan yang cukup lumayan. Sebenarnya modal

yang dikeluarkan Ibu NW untuk usahanya sama waktu padusan dengan hari-hari

biasa, hanya pada waktu padusan itu dagangannya cepat laku dibanding hari-hari

biasanya. Ibu NW mengaku dengan adanya padusan penghasilannya bertambah

sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, karena pada

saat pelaksanaan tradisi padusan dagangannya laku terjual habis.

Page 88: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Pernyataan Ibu Nw diatas menyayangkan bahwa padusan hanya

dilaksanakan sekitar 1-2 hari setahun sekali, karena pada saat itu penghasilan yang

di dapat lumayan daripada hari-hari biasa.

Bs juga mengatakan hal berikut :

“Pada saat padusan banyak pengunjung yang datang, sehingga para pedagang nya akan laris mbak, harga makanan akan naik, untuk dampak ekonominya saya kurang tahu mbak, yang jelas makanan ringan dinaikkan dan mahal-mahal, contohnya taro yang biasanya harganya Rp. 1000 menjadi Rp 1.500 mbak” (W/Bs/16/12/2009).

Pada saat padusan banyak pedagang yang menaikkan harga

dagangannya, karena banyaknya pengunjung yang datang sehingga para pedagang

banyak yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjajakkan dagangannya.

Menurut pengamatan Rz sebagai pengunjung, dia juga menambahkan

sebagai berikut :

”tradisi padusan juga dapat menunjang perekonomian masyarakat sekitar, karena pada saat acara pelaksanaan tradisi padusan pedagang sekitar desa Cokro memanfaatkan situasi ini untuk menjajakkan dagangan mereka. Pedagang-pedagang itu berasal dari daerah Cokro, Boyolali, Sukoharjo, Jogjakarta dan sekitarnya”(W/Rz/21/11/2009).

Bapak Dm juga menambahkan :

“Pelaksaan tradisi padusan tidak dikelola secara menyeluruh oleh pemerintah Kabupaten Klaten tetapi diserahkan oleh pihak swasta yang mau dan dianggap mampu mengelola setiap tahunnya dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan, apabila pihak swasta atau CV yang mengelola pelaksanaan Tradisi Padusan itu memuaskan dalam artian tidak ada keributan diantara pengunjung, kemudian obyek wisata Umbul Ingas yang dijadikan tempat pelaksaan tradisi padusan itu tetap terjaga dengan baik dan bersih, tidak kumuh, maka untuk tahun berikutnya, pengelolaan pelaksanaan tradisi padusan diserahkan kepada pihak swasta tersebut untuk tetap mengelola dan mengurus pelaksaan tradisi padusan, sedangkan pemerintah atau dinas pariwisata Kabupaten Klaten hanya memantau dan meninjau jalannya pelaksaan tradisi padusan” (W/Dm/17/11/2009).

Page 89: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Sedangkan Pak Sy ketika dimintai keterangan menyebutkan seperti ini :

“dari hasil pemasukan pelaksanaan padusan sebagian masuk ke kas desa sebesar 15% mbak, untuk padusan terakhir kemarin yaitu padusan pada tahun 2009, desa Cokro sini mendapatkan pemasukan sebesar Rp. 2.975.000, uang tersebut masuk ke kas desa biasanya digunakan untuk pembangunan desa dan biasanya sebagian uang tersebut digunakan untuk perayaan 17an pada bulan agustus untuk membangun gapuro dll. Selain itu biasanya desa sekitar Cokro yang masih masuk kelurahan Cokro sini ya mbak, dikasih jatah kurang lebih Rp 100.000-Rp 200.000 untuk tambahan perayaan 17an, supaya juga bisa merasakan hasil dari pelaksnaan Padusan” (W/Sy/11/01/2010).

Pernyataan Pak Sy selaku perangkat desa bahwa setiap padusan

berlangsung desa Cokro mendapatkan pemasukan kurang lebih 15% dari hasil

pendapatan penyelenggaraan padusan. Pemasukan itu digunakan untuk

pembangunan desa dan sumbangan perayaan 17 Agustus-an.

Pak Dm dan beberapa petugas loket mengungkapkan pernyataan seperti di

bawah ini :

“Pelaksanaan tradisi padusan merupakan hasil kontrak antara pelelang dengan pihak dinas pariwisata Kabupaten Klaten. Pengelola harus menyetorkan hasil pelaksanaan tradisi padusan kepada dinas pariwisata Kabupaten Klaten sebesar Rp 34.000.000. Padusan tahun 2009 mengalami penurunan pengunjung. Penurunan pengunjung tersebut di karenakan pada waktu padusan tahun 2009 bertepatan dengan hari jumat mbak, jadi hanya masalah hari berpengaruh terhadap pengunjung. Hari jumat kan hari pendek jadi nanggung kalau mau datang ke padusan, kalau mau datang sebelun jumatan nanggung karena siangnya harus jumatan dan kalau mau datang setelah jumatan sudah siang panas, gitu mbak. Pengunjung padusan pada tahun 2009 sekitar 10 ribu pengunjung dengan biaya masuk per orang Rp 5.000, jadi penghasilan yang didapat sekitar Rp 50.000.000 dengan cara jumlah pengunjung di kalikan tarif masuk obyek wisata. Sedangkan uang yang harus di setorkan kepada pihak dinas pariwisata Kabupaten Klaten sebesar Rp 34.000.0000. Sehingga hasilnya Rp 50.000.000-Rp 34.000.000 adalah Rp 16.000.000. Hasilnya tersebut masih digunakan untuk biaya lain-lain seperti untuk pengamanan atau polisi sekitar 150 orang, konsumsi panitia padusan dan tamu undangan sekitar 500 orang, pajak, hiburan dan kurangnya ditutup oleh pihak sponsor. Jadi kalau dihitung-hitung saya malah rugi mbak. Untuk masalah pengunjung mengalami penurunan yang sangat drastis, karena tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008, pengunjung padusan mencapai sekitar 20.000 pengunjung. Sedangkan target untuk tahun 2009 seharusnya 15.000 pengunjung, jadi ya karena masalah hari tersebut bisa berpengaruh terhadap jumlah pengunjung. Untuk hari-hari biasa

Page 90: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pengunjung dikenakan biaya masuk Rp3.000, kalau pas hari libur Rp 5.000, tapi kalau pengembangan obyek ini sudah selesai semua pengunjung dikenakan tarif masuk sebesar Rp 10.000 mbak. Hal itu sudah merupakan Perda, jadi bukan pihak sini yang ingin menaikkan tarif pengunjung” tambah petugas loket obyek wisata Pemandian Umbul Cokro (W/Dm/27/01/2010).

Kesimpulan akhir dari pernyataan di atas tentang dampak tradisi

padusan terhadap perekonomian masyarakat sekitar Desa Cokro menurut Bapak

Dm pengelola obyek wisata pemandian Cokro, Pak Sy, Ibu NW pedagang yang

kesehariannya berjualan di Obyek Wisata Pemandian Umbul Ingas, Bs, Rz yaitu

tidak begitu terlihat menunjang kesejahteraan warga sekitar karena tradisi

padusan hanya dilaksanakan setahun sekali menjelang bulan suci Ramadhan

sehingga kurang begitu berarti bagi perekonomian warga.

C. Kesimpulan Hasil Temuan

Kesimpulan dari hasil temuan penelitian adalah sebagai berikut:

Persepsi masyarakat sekitar Desa Cokro mengenai tradisi padusan, yaitu

yang pertama seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Dm pengelola obyek

wisata umbul Ingas Cokro, Pak Sy selaku perangkat Desa Cokro, Ibu NW

pedagang di umbul Cokro, Hr, Ar, Bs dan NL bahwa persepsi masyarakat

mengenai tradisi padusan yaitu mensucikan atau membersihkan diri secara

simbolis dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali sekitar 1-2 hari sebelum

menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang telah dilaksanakan sejak nenek

moyang sedara turun-temurun dan harus dilestarikan.

Kemudian persepsi masyarakat sekitar Desa Cokro mengenai tradisi

padusan yang kedua seperti apa yang diungkapkan salah satu informan yang

bernama Jk mahasiswa perguruan tinggi negeri di Kota Solo bahwa tradisi

padusan tidak mensucikan diri karena air yang dipakai untuk mandi airnya malah

kotor karena banyaknya pengunjung yang membuang sampah sembarangan dan

ada juga pengunjung yang malah mabuk-mabukan di kawasan umbul tempat

pelaksaanaan padusan.

Page 91: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Ada beberapa alasan pengunjung datang ke acara padusan di Umbul Ingas

Cokro, pertama menurut Bs, NL, Hr, Rz, Jk dan pak Sy untuk berpariwisata atau

untuk sekedar refresing mencari hiburan. Pada waktu padusan berlangsung

disuguhkan beberapa hiburan untuk menghibur para pengunjung sebagai

pendukung acara padusan, diantaranya musik dangdut, rege, pagelaran reog,

karnaval atau arak-arakan kebudayaan. Kedua, menurut Ar dan Bs alasan

pengunjung yang datang ke padusan di umbul Ingas Cokro yaitu selain untuk

mencari hiburan atau sekedar refresing juga untuk mandi memanfaatkan debit air

yang melimpah di pemandian umbul Cokro. Terakhir yang ketiga, menurut pak

Sy dan Hr pengunjung datang untuk melakukan ritual tertentu, datang ke lokasi

ini (Umbul Ingas Cokro) pada hari-hari mendekati bulan puasa (biasanya1-3 hari

menjelang awal bulan puasa) dan pada waktu malam hari sesuai dengan hari baik

orang yang ingin melakukan ritual di Umbul Ingas Cokro, karena umbul ini

dipercaya masih bersifat sakral. Mereka yang datang untuk tujuan ini biasanya

berasal dari daerah sekitar lokasi sampai daerah diluar Kabupaten Klaten. Dilihat

dari segi usia, biasanya mereka adalah orang-orang dewasa, dan orang tua.

Dampak tradisi padusan terhadap perekonomian masyarakat sekitar

desa Cokro menurut Bapak Dm pengelola Obyek Wisata Pemandian Cokro, Pak

Sy, Ibu NW pedagang yang kesehariannya berjualan di Obyek Wisata Pemandian

Umbul Cokro, Bs, dan Rz, yaitu pelaksanaan tradisi padusan yang diadakan oleh

warga Desa Cokro setiap satu tahun sekali ini tidak begitu terlihat menunjang

kesejahteraan warga sekitar karena tradisi padusan hanya dilaksanakan setahun

sekali menjelang Bulan Suci Ramadhan sehingga kurang begitu berarti bagi

perekonomian warga.

D. Temuan Studi yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori

Pada sub bab berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang temuan studi

yang dihubungkan dengan kajian teori. Pembahasan ini dimaksudkan untuk

memperoleh makna yang mendasari temuan-temuan penelitian berkaitan dengan

teori-teori yang relevan dan dapat pula terjadi penemuan teori baru dari penelitian

ini kemudian dinyatakan dalam bentuk kesimpulan. Temuan data-data yang

Page 92: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

dihasilkan dari penelitian ini kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori atau

pendapat yang ada atau sedang berkembang. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan

dilakukan pembahasan secara rinci.

1. Persepsi Masyarakat Sekitar Desa Cokro Mengenai Tradisi Padusan

Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia membentuk

kelompok yang terikat pada kesatuan-kesatuan kolektif di lingkungan sekitar.

Kesatuan kolektif manusia lazim disebut dengan masyarakat. Masyarakat dibagi

berdasarkan wilayah, yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat

desa merupakan masyarakat yang mendiami daerah pedesaaan dimana mata

pencaharian utama adalah bidang pertanian. Pada umumnya perkataan pedesaan

merujuk pada suatu daerah desa atau sekitarnya. Desa ditinjau dari segi hukum

ketata negaraan merupakan unit pemerintahan hierarkis langsung di bawah

kecamatan. Desa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tanah air, tanah asal,

atau tanah kelahiran. Desa diartikan sebagai suatu kesatuan hukum tempat tinggal

suatu masyarakat yang mengadakan pemerintahan sendiri. Salah satu ciri desa

adalah keeratan dan kepatuhan masyarakat terhadap adat istiadat, terikat oleh

kebiasaan, tradisi, dan menjunjung tinggi adat-istiadat yang ada. Keterikatan

anggota masyarakat terhadap tradisi dan adat istiadat menyebabkan manusia

cukup tangguh untuk tetap memegang teguh warisan-warisan dari nenek moyang

dan semua yang diterima sebagai kebenaran oleh anggota masyarakat

pendukungnya (Suprihadi 1984: 7). Penduduk desa Cokro masih tetap memegang

teguh warisan nenek moyang dengan cara masih tetap melestarikan dan

menjalankan tradisi padusan yang diadakan setiap tahun sekali. Secara simbolis

tradisi padusan membersihkan diri menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Desa merupakan pemukiman yang relatif kecil dan penduduknya

kebanyakan mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. “Masyarakat desa

merupakan suatu komunitas pertanian yang kecil” (Soerjono Soekanto, 1985:

538). Jumlah masyarakat desa relatif kecil apabila dibandingkan dengan

masyarakat kota. Jenis pekerjaan masyarakat desa tidak banyak, misalnya petani,

guru dan buruh. Penduduk Cokro dapat disebut masyarakat desa karena sama

Page 93: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

dengan pengertian masyarakat desa di atas. Desa Cokro letaknya di sebelah timur

dari pusat pemerintahan Kecamatan tulung yang berjarak 3 km, berada pada

ketinggian 180 m dari permukaan air laut. Luas wilayah desa Cokro yaitu 81,

3695 Ha. Jumlah penduduk desa Cokro menurut jenis kelamin, pertumbuhan

penduduk dan usia menurut data monografi tahun 2008 tercatat 2062 jiwa, dengan

jumlah 463 kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki 1040 jiwa dan penduduk

perempuan 1022 jiwa. Mayoritas penduduk desa Cokro bekerja sebagai petani

dengan jumlah 129 orang. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi adat istiadat

dan tradisi yang dimiliki. Oleh karena itu, masyarakat desa tidak bisa dipisahkan

dari masyarakat tradisional karena individu di dalam masyarakat desa tidak dapat

dipisahkan dari lingkungan dan kepercayaan atau adat-istiadat, yang mengajarkan

tentang bagaimana manusia berhubungan dengan alam secara langsung dan terikat

dengan alam semesta serta kekuatannya.

Masyarakat desa Cokro memiliki potensi wisata alam maupun wisata

budaya. Wisata alam tersebut yaitu adanya Pemandian Umbul Cokro yang saat ini

dalam proses pengembangan. Daya tarik Obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro

terutama didapat dari adanya Sumber Air Ingas yang memiliki debit sangat besar

dengan kepadatan vegetasi yang beragam serta suasana pedesaan yang khas.

Selama ini sumber air ini menjadi obyek kunjungan rekreasi bagi masyarakat

sekitar Kabupaten Klaten dan sekitarnya. Kemudian potensi wisata budaya yang

dimiliki Desa Cokro adalah tradisi padusan. Tradisi padusan diadakan setiap satu

tahun sekali menjelang datangnya bulan suci Ramadhan yang berlangsung sekitar

1-2 hari, dan diadakan di Umbul Ingas yang berada di wilayah Desa Cokro. Tidak

semua daerah memiliki potensi yang sama, begitu juga dengan tradisi padusan.

Untuk itu perlu dilestarikan dan dikembangkan karena merupakan waisan nenek

moyang yang dilaksanakan secara turun-temurun. ”Tradisi merupakan pewarisan

atau penerusan norma-norma, adat-istiadat, kaidah-kaidah dan pewarisan harta

kekayaan”(Van Peursen 1978: 11). Menurut ketua panitia pelaksana padusan

sampai sekarang tradisi padusan masih tetap dilaksanakan.

“bahwa tradisi padusan merupakan ritual yang sifatnya turun-menurun, dari jaman nenek moyang sampai sekarang masih dilestarikan. Konon ceritanya mengapa Umbul Ingas sebagai tempat pelaksanaan tradisi

Page 94: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

padusan karena pada jaman dahulu, umbul Ingas digunakan untuk tempat pemandian putri keraton Surakarta” (W/Dm/17/11/2009).

Sehingga masyarakat Desa Cokro masih menjalankan tradisi padusan

sampai sekarang yang merupakan pewarisan nenek moyang dahulu. Ada beberapa

pendapat atau persepsi dari masyarakat sekitar Desa Cokro mengenai tradisi

padusan

Kehidupan individu tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula

individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu

pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini

berkaitan dengan persepsi. “Persepsi dapat dipandang sebagai suatu pengamatan

terhadap obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

dan menafsirkan obyek yang ada” (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmad,

1990:38). “Sebagian besar pengetahuan, pikiran, perasaan, dan persepsi manusia

terkandung dalam bahasa, suatu sistem simbol. Kata-kata mengandung makna

atau nama yang menggolong-golongkan objek dan pikiran. Kata-kata adalah

persepsi konseptual mengenai dunia yang terkandung dalam simbol-simbol”

(Achmad Fedyani Saifuddin, 2005:292).

Persepsi dari masyarakat sekitar desa Cokro mengenai tradisi Padusan

yaitu yang pertama bahwa tradisi padusan bertujuan untuk membersihkan atau

mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa yang dilaksanakan setahun

sekali, dan dilaksanakan sekitar 1-2 menjelang bulan suci Ramadhan. Menurut

perangkat desa Cokro di kantor balai Desa Cokro.

“tradisi padusan merupakan adat kebiasaan yang turun-temurun yang

diadakan masyarakat setempat bertujuan untuk mensucikan diri,

diadakan setiap setahun sekali menjelang bulan suci yang diislamkan

menjadi budaya daerah Cokro” (W/Sy/11/01/2010).

“Kebudayaan sebagai: (1) suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara histories yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan,

Page 95: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; dan (4) oleh karena kebudayaan dalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi”(Clifford Geertz dalam Achmad Fedyani, 2005:288).

Tradisi padusan secara simbolik bertujuan mensucikan diri sebelum

menjalankan ibadah puasa. Seperti apa yang diungkapkan Bapak Dm sebagai

berikut :

“secara simbolis tradisi padusan bertujuan untuk mensucikan diri

sebelum menjalankan ibadah puasa”(W/Dm/17/11/2009).

Dari pernyataan bapak Dm selaku pengelola dinas pariwisata Umbul

Cokro, Ibu Nw padagang di Umbul cokro, Rz, Ar selaku pengunjung, dan yang

terakhir NL dan Hr hampir sama dengan pernyataan pak Sy bahwa persepsi

masyarakat mengenai tradisi padusan yaitu mensucikan atau membersihkan diri

secara simbolis sebelum menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang

dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang telah dilaksanakan sejak nenek moyang

secara turun-temurun dan harus dilestarikan. Menurut bapak Dm secara simbolis

tradisi padusan bertujuan untuk mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah

puasa (W/Dm/17/11/2009). Pernyataan Bapak Dm didukung oleh pedagang di

umbul Cokro bahwa padusan itu semacam persiapan sebelum bulan puasa, yang

harus tetap dilestarikan karena merupakan kepercayaan nenek moyang terdahulu

(W/NW/27/11/2009). Pengungkapan Rz bahwa padusan itu dilaksanakan setiap

tahun menjelang bulan suci Ramadhan yang merupakan warisan nenek moyang

terdahulu dengan tujuan membersihkan jiwa raga guna menghadapi bulan puasa

supaya dalam menjalankan ibadah puasa dalam kondisi bersih

(W/Rz/27/11/2009). Ar juga mengungkapkan bahwa padusan adalah semacam

mandi bersih yang bertujuan untuk mensucikan diri dan dilaksanakan 1-2 hari

sebelum bulan puasa dan dilaksanakan setahun sekali. Tradisi padusan itu sudah

dilaksanakan sejak jaman nenek moyang kita (W/Ar/27/11/2009). Nl

menambahkan pernyataan Ar, tradisi padusan bertujuan untuk membersihkan diri

sebelum bulan puasa. Pernyataan yang terakhir yaitu Hr, bahwa tradisi padusan

Page 96: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

untuk mensucikan diri sebelum puasa guna mendekatkan diri dengan Sang

Pencipta karena tradisi padusan sudah menjadi keyakinan daerah Cokro yang

harus tetap dijaga dan dilestarikan (W/Hr/11/01/2010).

Kemudian yang kedua persepsi masyarakat sekitar Desa Cokro mengenai

tradisi padusan adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Jk mahasiswa

perguruan tingggi negeri di Kota Solo ini bahwa tradisi padusan tidak mensucikan

diri karena air yang dipakai untuk mandi airnya malah kotor karena banyaknya

pengunjung yang membuang sampah sembarangan dan ada juga pengunjung yang

malah mabuk-mabukan di kawasan umbul tempat pelaksaanaan padusan yang

jelas bertentangan dengan ajaran agama. Seharusnya untuk menyambut datangnya

bulan suci Ramadhan diisi dengan hal-hal yang bersifat positif, tetapi ada

sebagian pengunjung yang memanfaatkan situasi padusan untuk mabuk-mabukan,

apakah itu yang dinamakan dengan mensucikan diri? (W/Jk/21/12/2009).

Masyarakat desa Cokro merupakan masyarakat Jawa atau suku Jawa

karena merupakan masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan dan bekerja di

sektor pertanian. Secara rinci berikut ini dikemukakan ciri khas kehidupan

masyarakat pedesaan (Roucek dan Warren dalam Jefta Leibo, 1995: 225) sebagai

berikut:

1) Mereka mempunyai sifat homogenitas dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai

dalam kebudayaan serta sikap dan tingkah laku.

Hal tersebut tercermin dalam kehidupan masyarakat desa Cokro

yang kebanyakan petani. Mayoritas penduduk desa Cokro menggantungkan

hidupnya pada sektor agraris atau pertanian. Selain itu masyarakat desa

Cokro masih menjalankan nilai-nilai tradisi dengan tetap menjalankan

tradisi padusan yang merupakan warisan nenek moyang kita.

2) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit

ekonomi artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam

kegiatan pertanian atau mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi

rumah tangga dan juga ditentukan oleh kelompok primer yakni dalam

Page 97: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

memecahkan suatu maslah cukup memainkan peranan yang penting dalam

pengambilan keputusan.

Desa Cokro merupakan desa dimana masyarakatnya memiliki semangat

kerja yang cukup tinggi. Biasanya dalam menggarap sawah dikerjakan

secara bersama-sama, kadang anak-anaknya juga ikut terjun ke sawah untuk

membantu pekerjaan orang tua.

3) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada misalnya

keterikatan masyarakat dengan tanah atau desa kelahiran.

Desa Cokro termasuk wilayah yang beruntung karena memiliki debit air

yang melimpah sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian guna

memenuhi perekonomian keluarga.

4) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota

serta jumlah keluarga dari keluarga inti lebih banyak.

Masyarakat desa cokro memiliki semangat gotong royong yang cukup

tinggi, hidup tolong menolong, bekerja sama dalam melakukan pekerjaan

untuk kepentingan bersama. Gaya hidup tolong menolong ini selalu hidup

dalam hati warga masyarakat desa Cokro. Dalam masyarakat Jawa setiap

laki-laki dalam keluarga mempunyai pekerjaan berat seperti menggarap

sawah, membuat rumah (sambatan), memperbaiki jalan desa, membersihkan

kompleks makam dan lain sebagainya. Namun biasanya dikerjakan secara

bersama-sama dan tolong menolong.

2. Alasan Pengunjung Datang Waktu Padusan

Ada beberapa alasan yang mendorong pengunjung datang ke acara padusan

di Umbul Ingas Cokro.

a. Datang Dengan Tujuan Berpariwisata atau Mencari Hiburan

Mereka yang datang dengan tujuan untuk berwisata biasanya

memanfaatkan obyek wisata yang berupa kolam renang. Wisatawan yang datang

untuk berenang terdiri dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Ada juga orang tua

Page 98: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

yang datang untuk berwisata ke area mata air ini. Namun biasanya orang tua ini

datang bersama keluarganya.

”Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek

dan daya tarik wisata” (undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang

kepariwisataan). Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan wisata, termasuk perusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.

Seperti pernyataan BS di bawah ini :

“Aku ning padusan bereng-bereng karo sekelurgaku mbak, nek dewe ora mungkin oleh soale rame. Daripada ning ngomah, aku ngajak bapak ning padusan nggolek hiburan karo renang” (W/BS/16/12/2009), (saya ke padusan bersama keluarga saya mbak, kalau sendiri tidak diperbolehkan soalnya rame. Daripada di rumah, saya ngajak bapak ke padusan mencari hiburan sambil berenang).

Dari semua pengungkapan beberapa informan yaitu Bs, NL, Hr, Rz, Jk dan

pak Sy tentang alasan pengunjung datang ke acara padusan di umbul Ingas Cokro

yaitu untuk mencari hiburan atau sekedar refresing. Menurut Nl hampir sama

dengan apa yang dikatakan BS bahwa tujuan datang ke padusan karena diajak

teman-temannya mencari hiburan dan sekalian membersihkan diri menjelang

puasa, tetapi tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang mencari hiburan

(W/NL/16/12/2009). Sedangkan Hr mengungkapkan bahwa tujuan Hr datang ke

acara padusan yaitu untuk refresing karena pada waktu padusan disuguhkan

beberapa hiburan seperti musik dangdut, rege, reog, dll, selain itu kadang juga

dimanfaatkan untuk berenang (W/Hr/11/01/2010). Rz juga menambahkan bahwa

tujuannya datang ke padusan yang pertama mencari hiburan sambil membersihkan

diri (W/Rz/21/11/2009). Kemudian yang terakhir Jk dan pak Sy juga

mengungkapkan mayoritas tujuan pengunjung datang ke padusan untuk mencari

hiburan daripada di rumah dan mandi keringat karena banyaknya hiburan yang

disuguhkan salah satu nya musik dangdut yang memancing pengunjung untuk

berjoget dan berdesak-desakkan hanya untuk menikamati musik dangdut sebagai

pendukung acara padusan.

Page 99: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

b. Datang Untuk Memanfaatkan Mata Air (bukan tujuan wisata)

Pengunjung yang datang bukan untuk tujuan wisata biasanya berasal dari

daerah di sekitar lokasi. Mereka datang untuk tujuan mandi dan mencuci. Dilihat

dari segi usia mereka yang datang untuk tujuan ini berasal dari segala usia.hal ini

karena biasanya mereka datang bersama keluarganya, sekaligus untuk acara

berlibur. Seperti yang diungkapkan salah satu informan yang berinisial Ar di

bawah ini. Ar datang ke Obyek Pemandian Cokro dan pada waktu padusan untuk

acara mandi-mandi buang sial.

“aku ke Cokro untuk acara mandi-mandi buang sial mbak karena airnya masih alami dan langsung bersumber dari mata air dan karena jarak dengan rumah saya lumayan dekat, kalau ke Tawangmangu kan jauh mbak jadi ya males mending ke Cokro saja. Selain itu juga untuk refresing seh mbak daripada di rumah” (W/Ar/21/11/2009). Bs juga menambahkan pernyataan Ar :

“Aku ning Cokro yo karo adus barang mbak, renang nyemplung ning banyu soale banyune ise bening” (W/Bs/16/12/2009). (saya ke Cokro ya sama mandi skalian mbak, renang nyebur ke dalam air soalnya air nya masih bening). Dapat disimpulkan dari pernyataan Ar dan Bs di atas bahwa alasan

pengunjung datang ke padusan di umbul Ingas Cokro yaitu selain untuk refresing

Ar dan Bs datang ke Umbul Ingas Cokro juga untuk mandi memanfaatkan debit

air yang melimpah di pemandian umbul Cokro.

c. Datang Untuk Melakukan Ritual Tertentu

Pengunjung yang datang untuk melakukan ritual tertentu, datang ke lokasi

ini pada hari-hari mendekati bulan puasa (biasanya1-3 hari menjelang awal bulan

puasa) dan pada waktu malam hari sesuai dengan hari baik orang yang ingin

melakukan ritual di Umbul Ingas Cokro. Mereka yang datang untuk tujuan ini

biasanya berasal dari daerah sekitar lokasi sampai daerah diluar Kabupaten

Klaten. Dilihat dari segi usia, biasanya mereka adalah orang-orang dewasa, dan

orang tua. Seperti pengungkapan pak Sy selaku perangkat,

“Menurut keyakinan para warga umbul Cokro masih bersifat sakral, hal ini terbukti dengan adanya kebiasaan para warga yang memanfaatkan air di umbul cokro untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Biasanya seseorang yang mempunyai keinginan datang ke umbul ini sesuai dengan

Page 100: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

hari baiknya pada waktu malam hari untuk mandi atau orang jawa biasa menyebut dengan istilah Kungkum di umbul Ingas. Kebanyakan yang datang adalah masyarakat Tionghoa atau keturunan ras Cina. Masyarakat Jawa sendiri relatif kecil, kalau masyarakat jawa biasanya para pejabat atau para pengusaha. Warga sekitar Cokro malah jarang melakukan ritual khusus di umbul Ingas untuk meminta suatu permohonan. Ritual seperti itu didasari dengan keyakinan yang kemudian menimbulkan sugesti pada diri seseorang” (W/Sy/11/01/2010).

Dari pernyataan pak Sy dan di dukung dari pernyataan Hr bahwa dalam

pelaksanaan padusan tidak ada ritual khusus, tetapi pada malam-malam tertentu,

misalnya malam jumat kliwon Umbul Cokro dipakai oleh sebagian masyarakat

untuk menjalankan ritual khusus meminta sesuatu kepada Sang Pencipta, karena

Umbul Ingas ini dipercaya masih sakral dan apabila kita menjalankan ritual disini

pada malam-malam tertentu dapat dikabulkan (W/Hr/11/01/2010). Pengunjung

datang ke padusan atau ke Umbul Ingas Cokro selain untuk refresing atau untuk

mencari hiburan dan untuk acara mandi, ada juga yang datang ke Umbul Ingas

Cokro baik pada waktu padusan maupun tidak yaitu untuk melakukan ritual

tertentu sesuai dengan hari baiknya dengan tujuan apa yang diharapkan dapat

tercapai., karena umbul Ingas yang berada di desa Cokro dipercaya masih bersifat

sakral oleh warga sekitar.

3. Dampak Tradisi Padusan Terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar

Di Desa Cokro

Tradisi padusan tidak begitu terlihat menunjang kesejahteraan atau

warga Cokro, karena tradisi padusan hanya dilaksanakan satu tahun sekali

menjelang bulan suci Ramadhan sehingga kurang begitu berarti bagi

perekonomian warga.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam

memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat

pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian

menyebabkan timbulnya kelangkaan (www.wikipidia.org).

Page 101: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Ibu NW seorang pedagang yang kesehariannya berjualan di obyek

wisata pemandian umbul Cokro menceritakan berjualan pada saat padusan.

”sayange padusan naming setahun sepindah, gor sedino rung ndino mbak, dadi ora pati ketok neng ekonomi keluarga, tapi paling ora iso ngurangi beban keluarga. Pas padusan dagangan nggih cepet payu mbak mergo rame”(W/Nw/21/11/2009). (Sayangnya padusan hanya dilaksanakna setahun sekali, itu pun cuma satu dua hari saja, jadi tidak begitu kelihatan di ekonomi keluarga, tetapi paling tidak bisa mengurangi beban keluarga. Waktu padusan dagangan cepat laku karena ramai).

Ibu Nw menyayangkan kalau padusan hanya dilaksanakan sekitar 1-2 hari

saja, itupun hanya setahun sekali. Pada hari-hari biasa atau pada waktu hari libur

keuntungan yang di dapat biasa saja, sama dengan pedagang-pedagang pada

umumnya. Hanya bedanya kalau pada waktu padusan dagangan ibu NW yang

berupa makanan ringan dan aneka es cepat laku, sedangkan pada hari-hari biasa

lumayan sepi sehingga dagangannya tidak cepat habis.

Dari pernyataan Bapak Dm pengelola obyek wisata pemandian Cokro, Pak

Sy, Rz hampir sama dengan pernyataan ibu NW bahwa dengan adanya tradisi

padusan tidak begitu terlihat menunjang kesejahteraan keluarga. Menurut Bapak

Dm, tradisi padusan hanya dilaksanakan sekitar 1-2 hari setiap setahun sekali

sehingga kurang begitu berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Lain halnya dengan adanya obyek pemandian umbul Cokro malah bisa

berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat, yang kesehariannya

menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pemandian umbul Cokro

(W/Dm/17/11/2009). Pernyataan bapak Dm di dukung oleh pernyataan pak Sy

bahwa pedagang yang berjualan pada saat padusan kebanyakan malah bersasal

dari daerah luar sehingga kurang berpengaruh terhadap kesejahteraan

perekonomian masyarakat (W/Sy/11/01/2010). Sedangkan pendapat Rz hampir

menyerupai dengan apa yang diungkapkan oleh pak Sy bahwa pada saat padusan

banyak pedagang dari luar daerah Cokro yang memanfaatkan situasi padusan

untuk berjualan (W/Rz/21/11/2009).

Page 102: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diperoleh tentang persepsi

masyarakat sekitar Desa Cokro mengenai tradisi padusan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Persepsi masyarakat tentang tradisi padusan yaitu:

a. Tradisi padusan secara simbolis bertujuan untuk membersihkan

atau mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa yang

dilaksanakan sekitar 1-2 hari, satu tahun sekali menjelang bulan

suci Ramadhan. Tradisi padusan harus tetep dilestarikan karena

maerupakan warisan nenek moyang.

b. Tradisi padusan tidak mensucikan diri karena air yang dipakai

untuk mandi airnya kotor, banyaknya pengunjung yang membuang

sampah sembarangan dan ada juga pengunjung yang malah mabuk-

mabukan di kawasan umbul tempat pelaksaanaan padusan.

2. Alasan pengunjung datang waktu padusan :

a. Datang dengan tujuan berpariwisata atau mencari hiburan

Pengunjung yang datang dengan tujuan untuk berwisata

biasanya memanfaatkan obyek wisata yang berupa kolam renang.

Wisatawan yang datang untuk berenang terdiri dari anak-anak,

remaja, dan dewasa. Ada juga orang tua yang datang untuk berwisata

ke area mata air ini. Namun biasanya orang tua ini datang bersama

keluarganya. Selain itu pengunjung juga mencari hiburan yang

berupa musik dangdut, rege, atraksi reog, dan lain-lain.

Page 103: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Dari semua pengungkapan informan di atas tentang alasan

pengunjung datang waktu padusan di umbul Ingas Cokro dapat

disimpulkan bahwa pengunjung datang waktu padusan di umbul

Ingas Cokro yaitu untuk mencari hiburan atau sekedar refresing,

karena dalam pelaksanaan juga disuguhkan beberapa hiburan seperti

musik dangdut, rege, pagelaran reog, karnaval atau arak-arakan

kebudayaan.

b. Datang Untuk Memanfaatkan Mata Air (bukan tujuan wisata)

Pengunjung yang datang bukan untuk tujuan wisata biasanya

berasal dari daerah di sekitar lokasi. Mereka datang untuk tujuan

mandi dan mencuci. Dilihat dari segi usia mereka yang datang untuk

tujuan ini berasal dari segala usia. Hal ini karena biasanya mereka

datang bersama keluarganya, sekaligus untuk acara berlibur.

Alasan pengunjung datang ke padusan di umbul Ingas Cokro

yaitu selain untuk refresing juga untuk mandi memanfaatkan debit

air yang melimpah di pemandian umbul Cokro.

c. Datang Untuk Melakukan Ritual Tertentu

Pengunjung datang untuk melakukan ritual tertentu, datang

ke lokasi ini (umbul Ingas Cokro) pada hari-hari mendekati bulan

puasa (biasanya1-3 hari menjelang awal bulan puasa) dan pada

waktu malam hari sesuai dengan hari baik orang yang ingin

melakukan ritual di Umbul Ingas Cokro, karena umbul ini dipercaya

masih bersifat sakral. Mereka yang datang untuk tujuan ini biasanya

berasal dari daerah sekitar lokasi sampai daerah diluar Kabupaten

Klaten. Dilihat dari segi usia, biasanya mereka adalah orang-orang

dewasa, dan orang tua.

Page 104: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

3. Dampak tradisi padusan terhadap perekonomian masyarakat sekitar di desa

Cokro.

Dampak tradisi padusan terhadap perekonomian masyarakat

sekitar desa Cokro menurut pengungkapan informan-informan di

atas tidak begitu terlihat menunjang kesejahteraan warga sekitar.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Secara Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentang persepsi masyarakat mengenai tradisi

padusan, alasan pengunjung datang pada waktu padusan, dan dampak

tradisi padusan terhadap perekonomian masyarakat sekitar di Desa Cokro.

b. Dapat sebagai acuan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan bidang

sosiologi dan antropologi.

2. Implikasi Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan bagi masyarakat supaya tetap

menjaga dan melestarikan tradisi sebagai warisan nenek moyang serta

menyadari potensi wisata budaya yang dimilki di daerahnya.

b. Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah daerah

(Pemda) Klaten agar tetap mengembangkan potensi wisata budaya yang

dimiliki yaitu tradisi padusan dengan meningkatkan mutu pelayanan

pelaksanaan tradisi padusan agar pengunjung bisa meningkat dari tahun ke

tahun.

c. Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi pengelola kawasan obyek

wisata Pemandian Umbul Cokro supaya menjaga dan mengembangkan

potensi kepariwisataan kawasan Cokro Tulung yang bertumpu pada

potensi wisata alam tirta (air) dan alam pedesaan sehingga akan mampu

meningkatkan kunjungan wisatawan.

Page 105: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

C. SARAN

Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang Persepsi

Masyarakat Sekitar Desa Cokro Mengenai Tradisi Padusan, penulis memberikan

saran-saran untuk menambah wawasan mengenai hal tersebut sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat hendaknya tetap menjaga dan melestarikan tradisi nenek

moyang, karena itu merupakan kekayaan budaya bangsa, kalau tidak kita

sendiri, siapa lagi yang menjaganya.

b. Bagi masyarakat Cokro khusunya hendaknya tetap melestarikan tradisi

padusan di era modern seperti saat ini, karena tidak setiap daerah masih

melaksanakan tradisi semacam tradisi padusan. Tradisi padusan

merupakan potensi budaya daerah Cokro yang tetap dijaga dan

dilestarikan.

2. Bagi Pengelola Obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro

a. Pengelola hendaknya mau menjaga keamanan, ketertiban, dan keindahan

lingkungan Obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro dengan cara

meningkatkan pelayanan serta penjagaan area Kawasan Obyek Wisata

Pemandian Umbul Cokro.

b. Pengelola hendaknya memberikan kemudahan dalam memberikan

informasi untuk penelitian, sehingga bermanfaat guna meningkatkan

kualitas obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro.

c. Hendaknya pengelola dapat mengembangkan lokasi Kawasan Obyek

Wisata Pemandian Umbul Cokro secara maksimal dengan membangun

fasilitas-fasilitas wisata penunjang lainnya yang dapat menarik pengunjung

lebih banyak.

d. Pengelola hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam pengembangan dan

pengelolaan Kawasan Obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro sehingga

akan lebih bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Page 106: PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN...pandangan masyarakat mengenai tradisi padusan (studi kasus masyarakat sekitar cokro, ... fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

3. Bagi Pemerintah Daerah (Pemda) atau Pengelola Pelaksanaan Tradisi

Padusan

Pemerintah daerah (Pemda) Klaten dan pengelola pelaksanaan tradisi Padusan

hendaknya tetap mengembangkan potensi wisata budaya yang dimiliki yaitu

tradisi padusan dengan meningkatkan mutu pelayanan, keamanan dan

ketertiban pelaksanaan tradisi padusan agar pengunjung bisa meningkat dari

tahun ke tahun.

4. Bagi Pengunjung Obyek Wisata Pemandian Umbul Cokro

a. Pengunjung hendaknya mau menjaga kebersihan lokasi wisata, dengan

cara tidak membuang sampah sembarangan di kawasan Obyek Wisata

Pemandian Umbul Cokro, karena di dalam Obyek Wisata Pemandian

Umbul Cokro masih terlihat agak kotor sehingga terkesan kurang rapi.

b. Pengunjung hendaknya mau menjaga sikap dengan cara menjaga

keamanan dan ketertiban bersama, jangan melakukan hal-hal yang dapat

menganggu ketertiban umum seperti mabuk-mabukan dan lain-lain.