palato skisis
DESCRIPTION
aaaaaaaaaaaaaaTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN LABIO/PALATO SKISIS
Disusun oleh :
AMBAR SULISTYOWATI
P27220008001
JURUSAN DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2008/2009
Labio/Palato Skisis
(Cleft Lip and Cleft Palate)
A. DefenisiLabio/palato skisis dibedkan menjadi 2 yaitu :
1. Labio skisis / bibir sumbing Merupakan kongenital anomali adanya kelainan bentuk pada strukur wajah. yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan maksilaris menyatu selama periode perkembangan.
2. Palato skisis / palatum yang terbelah Fisura / celah garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan dua sisi untuk menyatu selama perkembangan embrio.
B. PatofisiologiKegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang
selama fase embrio pada trimester pertama.Bibir sumbing adalah terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nasal medial dan maksilaris untuk menyatu selama masa kehamilan 6-8 minggu.Palato skisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8 minggu masa kehamilan.
C. Komplikasi Gangguan bicara dan pendengaran Terjadinya otitis media Aspirasi Distress pernafasan Risiko infeksi nafas Pertumbuhan dan perkembangan terlambat.
D. Etiologi Kegagalan fase embrio penyebabnya belum diketahui Faktor herediter Dapat dikaitkan dengan abnormal kromosom, mutasi gen,
dan teratogen (agen atau faktor yang menimbulkan cacat pada masa embrio)
E. Manifestasi klinis1. Pada labio skisis :
Distorsi pada hidung
Tampak sebagian atau keduanya Adanya celah pada bibir
2. Pada palato skisis Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras atau foramen
incisive. Adanya rongga pada hidung Distorsi hidung Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari. Kesukaran dalam menghisap atau makan
F. Pemeriksaan diagnostik Foto rontgen Pemeriksaan fisik MRI untuk evaluasi abnormal.
G. Penatalaksanaan Terapeutik Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat. Mencegah komplikasi. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan. Pembedahan pada labio tergantung pada defek dan kondisi anak
pembedahan biasanya dilakukan pada usia 1 sampai 3 bulan awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
Sebelum pembedahan perbaikan, usia beberapa minggu dapat dipasang prothesis intraorall atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan.
Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 18 bulan ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun; tergantung pada derajat kecacatan perbaikan CP dapat memerlukan tahap pembedahan.
PENATALAKSANAAN PERAWATAN
1. Pengkajiana. Inspeksi tampak kecacatan pada bibir,palatum,gusi saat lahir
(tergantung lokasi dan jenis cacat )b. Kemampuan menghisap, menelan dan bernafas terganggu atau tidak
bisac. Proses bonding ada hambatan atau tidak d. Palpasi dengan menggunakan jari teraba atau celah.e. Mudah tersedak f. Meningkatnya kejadian otitis media.g. Riwayat keluarga dengan kecacatan yang samah. Pemeriksaan diagnostik USG dapat mendeteksi bibir sumbing sebelum
bayi lahir.
2. Diagnosa Keperawatana. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam
menetek ASI berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makansekunder dari kecacatan dan pembedahan.
b. Resiko aspirasi berhubungan dengan ketidak mampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis
c. Resiko infeksi berhubungan dengan kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan (post operasi)
d. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian makan dan perawatan di rumah.
e. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan f. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi,
edema setelah pembedahan,sekret yang meningkat.g. Resiko tinggi trauma pembedahan berhubungan dengan insisi
pembedahan disfungsi menelan.h. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan tampak kecacatan
pada anak.
3. Perencanaan a. Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai dengan adanya
peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai.
b. Anak akan bebas dari aspirasi.c. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sebelum dan setelah
operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.d. Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan
metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan harapan perawatan sebelum dan sesudah operasi.
e. Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidak labil dan tidak gelisah.
f. Pada anak tidak ditemukan komplikasi sistem pernafasan yang ditandai dengan jalan nafas bersih dan pernafasan teratur dan bunyi paru vesikuler.
g. Tidak terjadi trauma pada sisi opersi/sisioperasi tidak rusak.
4. Implementasi 1) Mempertahankan nutrisi adekuat dan mencegah aspirasi dan obstruksi jalan
nafasa. Kaji kemampuan menelan dan menghisap.b. Gunakan dot botol yang lunak dan besar atau dot khusus dengan
lubang yang sesuai untuk pemberian minum perangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir.
c. Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan tidak mendorong makanan atau minuman kedalam.
d. Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan dan minum.e. Beri makan secara perlahan f. Tepuk punggung bayi setiap 15 ml-30 ml minuman yang diminumkan
tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih menghisap.g. Berikan makanan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan.h. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi puasa 6 jam
pemberian infus dan lainnya.i. Prosedur perawatan setelah operasi, rangsangan untuk menelan atau
menhisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut selama 7-10 hari, bila udah toleran berikan minuman dan atau makanan lunak untuk anak sesuai dengan dietnya.
j. Kaji status pernafasn selama pemberian makanan.k. Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum atau
sendawakan.2) Mencegah infeksi
Berikan posisi yang tepat setelah makan;miring ke kanan,kepala agak sedikit
Tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pneumonia.
Kaji tanda-tanda infeksi;termasuk drinage,bau dan demam. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menggunakan teknik
steril Perhatikan posisi jahitan,hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak
steril misalnya alat tenun dan lainnya. Monitor keutuhan jahitan kulit Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage. Hindari gosok gigi pada anak kira-kira selama 1-2 minggu post operasi.
3) Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi / anak dan perawatan di rumah.
Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi.
Ajarkan pada orang tua tentang perawatan anak;cara pemberian makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada saat pemberian makan/minum, lakukan penepukan punggung, bersihkan mulut setelah makan.
4) Meningkatkan rasa nyaman. Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan. Tenangkan bayi Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan
kondisinya. Suport emosional bayi / anak; belaian, sentuhan, dengan mainan-mainan. Berikan analgetik sesuai program.
5) Mempertahankan kepatenan pada jalan nafas Kaji status pernafasan; bunyi nafas, cyanosis, retraksi dada, cuping
hidung, abnormal bunyi nafas setiap 4 jam Rubah posisi sesuai kebutuhan atau 2 jam sekali setelah pembedahan
untuk memudahkan drainage. Posisi yang tepat selama makan; tegak atau setengah duduk. Lakukan isap lendir bila perlu Bersihkan mulut setelah makan / minum.
6) Tidak mengalami trauma pada sisi operasi / mempertahankan keutuhan kulit. Bersihkan area sekitar insisi setelah makan / minum. Bersihkan daerah insisi dengan normal saline dan dengan kapas lembab. Monitor tanda-tanda infeksi. Bersihkan sisa-sisa makan yang ada disekitar mulut. Lakukan pergerakan pasif dan aktif untuk memperlancar sirkulasi dan
penyembuhan luka. Antisipasi posisi yang dapat merusak jahitan; tegang, posisi yang kurang
tepat setelah pembedahan. Hindari anak menangis yang dapat meregangkan jahitan. Gunakan tehnik pemberian makan non traumatik Restrain siku untuk mencegah akses ke sisi operasi.
7) Meningkatkan bonding orang tua – anak dan partisipasi dalam perawatan. Kaji pemahaman orang tua tentang kecacatan dan keperluan setelah
pembedahan. Jelakan tentang prosedure operasi;lamanya,harapan yang diinginkan
setelah pembedahan,tunjukkan foto hasil post operasi yang memuaskan. Demonstrasikan kepada orang tua cara pemberian makan pada bayi atau
anak. Ajarkan melakukan bonding pada anak. Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan,untuk mendorong
koping keluarga. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi dan keluarga,karena orang
tua sensitif terhadap sikap oranglain. Fasilitas prtemuan dengan kelompok pendukung.
5. Perencanaan pemulangan.
a. Ajarkan dalam pemberian makanan / minum pada anak dengan menggunakan alat atau dot yang sesuai dan cara merangsang untuk minum
b. Ajarkan orang tua tindakan untuk mencegah infeksi.c. Ajarkan mencegah aspirasi saat pemberian minum atau makan.d. Ajarkan cara melakukan resusitasi jantung paru bila ada bahaya terutama
palato skisis yang beresiko aspirasi atau distress pernafasan.e. Ajarkan untuk melakukan rangsangan bicara pada tahap awal bila perlu
rujuk ke terapi bicara.f. Ajarkan cara merawat gigi dan mulut.g. Ajarkan tentang pembersihan dan prosedur restrain selama jahitan belum
di lepas.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1997, Buku Perawatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat Pedoman bagi para Kesehatan, Biro Hukum dan Humas Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Carpenito L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, (terjemahan) EGC, Jakarta.
Doenges, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F., 2000, Rencana Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan, (terjemahan), Edisi VIII, EGC, Jakarta.
Farrer. H, 2001, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
Hamilton, P.M., 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas (terjemahan), Edisi 6, EGC, Jakarta.
Hardjosaputra, S.L.P., Budi Pranoto. G, Sombiring S.U. Kamil, I., 2002, Data Obat di Indonesia, Edisi 10, Jakarta, Grafredlan Medipress.