pada pegawai negeri sipil dan marketer berdasarkan … · 2019. 5. 21. · perbedaan tingkat...

111
PERBEDAAN TINGKAT WORK-FAMILY CONFLICT PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN MARKETER BERDASARKAN JADWAL KERJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Psikologi Disusun oleh : Anastasia Irani Artika Dhaniheswara 149114200 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERBEDAAN TINGKAT WORK-FAMILY CONFLICT

    PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN MARKETER

    BERDASARKAN JADWAL KERJA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh :

    Anastasia Irani Artika Dhaniheswara

    149114200

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, namun ingat

    kita tetap memerlukan bantuan-Nya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Semua hasil dari usaha dan kerja keras ini. saya persembahkan untuk

    Kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

    Sebagai sumber kekuatan mental, rohani dan jasmani.

    Papa dan mama yang selalu berdoa tiap pagi untuk keluarga.

    Kakak yang selalu menyemangati dan memberi masukan tentang skirpsi.

    Almarhumah Eyang Tik yang sudah memberi berkat terakhir agar saya cepat

    lulus.

    Om Toto yang sudah membantu biaya saya dari SMA hingga lulus sarjana.

    Om Momi yang juga membantu saya selama perkuliahan ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

    tidak membuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya

    sebutkan dalam daftar pustakan sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 19 Februari 2019

    Penulis,

    Anastasia Irani Artika Dhaniheswara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERBEDAAN TINGKAT WORK-FAMILY CONFLICT PADA PEGAWAI

    NEGERI SIPIL DAN MARKETER BERDASARKAN JADWAL KERJA

    Anastasia Irani Artika Dhaniheswara

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan work-family conflict

    pada Pegawai Negeri Sipil dan marketer yang dilihat dari jadwal kerja. Teknik

    pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jumlah

    subjek sebanyak 68 orang. Subjek pada penelitian ini adalah pegawai negeri sipil

    dan marketer. Penelitian ini menggunakan Skala Work-Family Conflict.

    Realiabilitas Skala Work-Family Conflict adalah 0,892. Metode analisis data

    dilakukan menggunakan uji hipotesis Independent Samples T-Test. Berdasarkan

    hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh signifikansi atau t hitung sebesar

    3,281. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yang artinya ada

    perbedaan yang signifikan antara work-family conflict antara PNS dan marketer

    berdasarkan jadwal kerja.

    Kata kunci: Work-family Conflict, Pegawai Negeri Sipil, Marketer, Jadwal Kerja

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    DIFFERENCES OF WORK-FAMILY CONFLICT LEVEL IN CIVIL

    STATE AND MARKETER THAT REVIEWED FROM WORK

    SCHEDULE

    ABSTRACT

    This study aimed to determine the difference of work-family conflict level in civil

    servants and marketer based on work schedule. The sampling technique used

    probability sampling techniques with a number of subjects as many as 68 people.

    The subjects in this study were civil servants and marketers. This study used a

    Scale Work-Family Conflict. The reliability of the Work-Family Conflict Scale

    was 0, 892. Data analysis methods were carried out used the Independent

    Samples T-Test hypothesis test. Based on the results of the analysis that had

    carried out, obtained significance or t count of 3.281. This showed that the

    research hypothesis was accepted which means that there was a significant

    difference between work-family conflict between civil servants and marketer.

    Keywords: Work-family Conflict, Civil State, Marketer, Work Schedule

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

    Nama : Anastasia Irani Artika Dhaniheswara

    Nomor Mahasiswa : 149114200

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    PERBEDAAN TINGKAT WORK-FAMILY CONFLICT PADA

    PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN MARKETER

    BERDASARKAN JADWAL KERJA

    Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan dan mengalihkan ke dalam bentuk

    media lain, serta megelolanya ke dalam internet atau media lain untuk

    kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun memberikan

    royalty kepada saya, sselama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal, 19 Februari 2019

    Yang Menyatakan,

    (Anastasia Irani Artika D.)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan-Nya

    sehingga penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Work-Family

    Conflict pada Pegawai Negeri Sipil dan Marketing berdasarkan jadwal kerja” ini

    dapat diselesaikan dengan baik.

    Selama penulisan skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat bantuan

    baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma.

    2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M. App., Ph.D, selaku Ketua

    Program Bidang Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

    3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

    telah membimbing selama perkuliahan.

    4. Bapak Dr. Minta Istono, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima

    kasih telah membantu, membimbing dan menuntun saya sejak mata kuliah

    Seminar hingga menyelesaikan skripsi.

    5. Bapak Yohanes Srie Dwi Poetranto, Ibu Irene Etty Trimardiatni, Mas

    Gregorius Ivan Arditya dan Mas Adrianus Adhika Mahendra serta

    keluarga besar, terima kasih telah memberikan dukungan secara moril

    maupun materi serta doa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Kepada Om Toto, terima kasih banyak telah memberikan dukungan dan

    membantu keluarga saya serta doa dari SMP hingga sekarang. Ucapan

    terima kasih tidak akan pernah cukup, karena itu saya akan selalu

    mengingat dan menjadikan om sebagai panutan saya.

    7. Sintami Retno H. dan Angela Iva Mayoli, terimakasih telah menjadi

    sahabat dari semester satu hingga sekarang. Terimakasih telah membagi

    tawa, canda dan tangis bersama. Semoga kita awet hingga tua nanti.

    8. “Sekawan Squad” : Angela Iva Mayoli, Angel Nababan, dan Kevin Adian

    yang selalu mendukung dan menemani saya, terima kasih guys. Semoga

    kita selalu berkomunikasi dan awet bersama hingga tua nanti.

    9. Teman-teman Psikologi kelas E 2014, terima kasih atas dinamikanya

    selama ini. See you on Top!

    10. Teman-teman K-poper yang ada di twitter dan dance cover serta

    Androghini Dancer (UKF Seni) yang sudah memberi warna dalam

    hidupku, terima kasih!

    11. Semua teman-teman yang pernah berhubungan denganku baik dalam

    kepanitiaan dan BEMF yang telah menerimaku serta membantuku, terima

    kasih!

    12. Segenap Dosen Fakultas Psikologi dan staff yang telah membantu selama

    masa perkuliahan saya, terima kasih!

    13. Antonius Nandiwardana a.k.a Dito yang menemani saya dalam duka mau

    pun suka selama perkuliahan hingga sekarang. Terimakasih telah

    mendukung dan mendengarkan keluh kesahku. Cepat menyusul!

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL…………………………………………............. i

    HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………… ii

    HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii

    HALAMAN MOTTO.......................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….. vi

    ABSTRAK…………………………………………………………….. vii

    ABSTRACT…………………………………………………………….. viii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH… ix

    KATA PENGANTAR………………………………………………… x

    DAFTAR ISI……………………………..……………………………. xii

    DAFTAR TABEL…………………………………………………....... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN………………………………...……………… xvii

    BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1

    A. LATAR BELAKANG…………………………………………. 1

    B. RUMUSAN MASALAH………………………………………. 10

    C. TUJUAN PENELITIAN………………………………………. 10

    D. MANFAAT PENELITIAN……………………………………. 11

    BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………. 13

    A. Work-Family Conflict…………………………………………. 13

    1. Definisi Work-Family Conflict..…………………………... 13

    2. Dimensi Work-Family Conflict……………………………. 15

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    3. Faktor yang Mempengaruhi Work-Family Conflict………. 17

    B. Jadwal Kerja…………………………………………………… 20

    1. Definisi Flexible Work Arrangements………………......... 20

    2. Tipe-tipe Flexible Work Arrangements………………….... 23

    C. Organisasi Profit, Non-Profit dan Publik……………………... 24

    1. Pengertian Organisasi Profit………………………………. 25

    2. Pengertian Organisasi Non-Profit…………………………. 25

    3. Pengertian Organisasi Publik……………………….…….. 25

    4. Perbedaan Organisasi Profit, Non-Profit dan Publik……... 26

    D. Pegawai Negeri Sipil………………………………………….. 27

    1. Pengertian Pegawai Negeri……………………………..... 27

    2. Jenis Pegawai Negeri Sipil……………………………..... 27

    3. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil………………………. 28

    4. Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil………………………….. 29

    E. Marketer……………………….……………………………… 29

    1. Pengertian Marketer……………………………………..... 29

    2. Karakteristik Marketing………………………………...... 30

    F. Dinamika Perbedaan Tingkat Work-Family Conflict pada PNS

    dan Marketing Berdasarakn Jadwal Kerja…………….……....

    31

    G. Skema Penelitan…………………………………….…………. 33

    H. Hipotesis…………………………………………….……….... 34

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………….………….. 35

    A. Jenis Penelitian……………………………………..………….. 35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    B. Identifikasi Variabel…………………………………………. 35

    C. Definisi Operasional Variabel……………………………….. 36

    1. Work-Family Conflict……………………………………. 36

    2. Jadwal Kerja……………………………………………... 37

    D. Subjek Penelitian…………………………………………….. 37

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………….... 38

    F. Validitas Skala Penelitian……………………………............ 40

    G. Daya Diskriminasi Item……………………………………… 41

    H. Reliabilitas Skala Penelitian…………………………………. 41

    I. Metode Analisis Data………………………………………… 42

    1. Uji Asumsi…………………………................................ 42

    a. Uji Normalitas……………………………………...... 43

    b. Uji Homogenitas……………………………….......... 43

    2. Uji Hipotesis……………………………………………... 43

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………..... 45

    A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………….. 45

    B. Deskripsi Subjek Penelitian…….…………………………….. 46

    C. Deskrispsi Data Penelitian…….……………………………… 48

    D. Hasil Analisis Data…………………………………………… 53

    1. Uji Asumsi……………………………………………….. 53

    a. Uji Normalitas…..…………………………............... 53

    b. Uji Homogenitas……………………………………... 54

    c. Uji Hipotesis……………………………..………….. 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    E. Pembahasan…………………………………………………. 56

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….. 60

    A. Kesimpulan………………………………………………….. 60

    B. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 60

    C. Saran………………………………………………............... 61

    1. Bagi Subjek………………………………….................. 61

    2. Bagi Perusahaan............................................................... 61

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya………….…………................

    DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...

    LAMPIRAN…………………………………………………………..

    62

    63

    69

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel. 1 : Persebaran Item Skala Work-Family Conflict………………... 40

    Tabel. 2 : Hasil Uji Coba………………………………………………… 42

    Tabel. 3 : Persebaran Subjek Berdasarkan Jadwal Pekerjaan dan Jenis

    Kelamin……………………………………………………….

    46

    Tabel. 4 : Persebaran Subjek Berdasarkan Usia…………………………. 47

    Tabel. 5 : Hasil Analisis Deskriptif Work-Family Conflict……………... 49

    Tabel. 6 : Kategori Skor Work-Family Conflict PNS………………….... 50

    Tabel. 7 : Hasil Uji t Work-Family Conflict PNS……………………….. 50

    Tabel. 8 : Kategori Skor Work-Family Conflict Marketer………………. 51

    Tabel. 9 : Hasil Uji t Work-Family Conflict Marketer…………………... 52

    Tabel. 10 : Hasil Uji Normalitas……………………….………………….. 53

    Tabel. 11 : Hasil Uji Homogenitas………………………………………... 54

    Tabel. 12 : Hasil Uji Independent Samples T-Test………………………... 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 : SKALA WORK-FAMILY CONFLICT.....………….. 71

    LAMPIRAN 2 : RELIABILITAS WORK-FAMILY CONFLICT……. 82

    LAMPIRAN 3 : DATA DESKRIPTIF SUBJEK PENELITIAN……… 87

    LAMPIRAN 4 : UJI ONE SAMPLE T-TEST…………………………. 89

    LAMPIRAN 5 : UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS……….. 91

    LAMPIRAN 6 : UJI HIPOTESIS……………………………………… 93

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sebuah perusahaan tidak dapat menutupi kenyataan bahwa bukan

    hanya pria yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun banyak juga

    wanita yang aktif dalam mengambil bagian di lingkungan kerja (Tammelin,

    Ronka & Verhoef, 2015). Dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut, pria dan

    wanita membutuhkan sebuah perjuangan untuk mengelola pekerjaan dan

    keperluan keluarga yang terjadi hampir setiap hari sehingga memiliki

    konsekuensi bagi diri mereka masing-masing (Peeters, Brummelhuis, &

    Steenbergen 2013).

    Kenyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

    Achour (2011) bahwa terjadi peningkatan jumlah keluarga dengan suami istri

    yang bekerja untuk mendapatkan gaji dari dua pihak atau biasa disebut two-

    income couples (Yustrianthe, 2008). Hal tersebut dilakukan agar suami istri

    dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dalam sehari-hari.

    Perubahan antara peran pekerjaan dan keluarga menyebabkan sulitnya

    seseorang untuk menyeimbangkan antara peran dalam pekerjaan dan keluarga,

    serta pemenuhan tanggung jawab yang diperlukan di dalam masing-masing

    peran. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan ketidakseimbangan seorang pegawai

    dalam mengelola tugas atau tanggung jawab dalam keluarga akan berdampak

    pada munculnya sebuah konflik dalam pekerjaan dan keluarga (Achour, 2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Berdasarkan penelitian Shockley, Shen, DeNunzio, Knudsen dan Arva

    (2017) yang dilakukan di kota Washington didapatkan bukti bahwa sebagian

    besar keluarga sering melaporkan terjadinya konflik dalam keluarga yang

    disebabkan oleh pekerjaan pasangannya, begitu juga terjadi konflik dalam

    pekerjaannya karena masalah keluarga. Konflik tersebut biasanya dinamakan

    Work-Family Conflict (Shockley, et al, 2017).

    Sebuah lembaga yang fokus melakukan penelitian tentang sumber daya

    manusia yang biasa disebut Center of Advanced Human Resource Studies

    (CAHRS), menjelaskan bahwa work-family conflict tidak hanya mempengaruhi

    wanita karena jenis kelamin bukan satu-satunya faktor yang menentukan work-

    family conflict. Akan tetapi, orientasi peran gender atau perasaan seseorang

    tentang tanggung jawab pria dan wanita baik di tempat bekerja maupun di

    rumah yang menetukan munculnya work-family conflict.

    Di sisi lain, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Halbesleben (2009)

    menggunakan sampel sebanyak 168 pemadam kebakaran dengan spesifikasi

    lajang dan sudah menikah. Sampel dari penelitian tersebut adalah para pria

    yang bekerja sebagai pemadam kebakaran. Hasil penelitian tersebut

    menghasilkan data bahwa work-family conflict bukan hanya terjadi pada

    pegawai yang sudah menikah namun juga terjadi pada pegawai yang masih

    lajang. Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan subjek positif menghadapi

    work-family conflict yang disebabkan oleh jam kerja, penjadwalan tidak

    fleksibel, dan kerja piket. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan

    Coban dan Irmis (2016), yang menyatakan bahwa work-family conflict

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    merupakan hasil dari kelebihan beban kerja, jam kerja yang panjang dan tidak

    teratur, tekanan tentang kinerja, dan ketidaknyamanan kerja.

    Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011,

    mengungkapkan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki tugas yaitu

    membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan

    peraturan perundang-undangan. Beban kerja yang ditanggungpun sesuai

    jumlah kualitas komposisi dan distribusi tanggung jawab yang diperlukan.

    Selain itu, beban kerja dihitung sesuai fungsi unit dan tugas diuraikan menjadi

    rincian tugas yang diselesaikan pada jangka waktu tertentu. Menurut Jokowi

    (Vivanews.com, 2017) pekerjaan sebagai PNS cenderung monoton namun

    lamban dalam melayani masyarakat sehingga banyak kritik yang masuk ke

    pemerintahan. PNS termasuk dalam lembaga pemerintahan atau publik yang

    memiliki arti, sebuah organisasi yang tidak dikejar target untuk mencari

    keuntungan. Kemudian menurut Undang-Undang (UU) No.13 tahun 2003,

    PNS juga memiliki jadwal kerja dari pukul 08.00 – 16.00 yang berarti tidak

    fleksibel. Selain itu, PNS berbeda dengan pegawai swasta karena PNS

    mengabdi kepada Negara dan terikat pada birokrasi yang cenderung

    menyulitkan diri individu untuk berkembang di dunia pemerintahan

    (ruangpegawai.com, 2016). Pegawai swasta pun termasuk di dalam organisasi

    yang mencari profit atau keuntungan sehingga berbeda dengan PNS.

    Dilihat dari paparan diatas bahwa beban kerja yang dimiliki oleh PNS

    cenderung monoton terutama bagian staf dan administrasi (ruangpegawai.com,

    2016), sehingga cenderung memiliki tingkat work-family conflict yang rendah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Administrasi dan staf cenderung mengikuti tiap tugas fungsional dari

    departemen, namun tugas pokok administrasi dan staf adalah memastikan

    pekerjaan sesuai dengan jadwal dan meng-koordinasi informasi dari tiap kepala

    bagian. Akan tetapi, jadwal kerja yang tidak fleksibel dapat menimbulkan

    tingkat work-family conflict yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dalam

    penelitian yang dilakukan oleh Halbesleben (2009), yang menyatakan bahwa

    jam kerja, penjadwalan tidak fleksibel, dan kerja piket dapat menimbulkan

    work-family conflict karena menimbulkan tekanan selama panjangnya jam

    kerja. Dengan begitu, PNS dapat mengalami work-family conflict karena

    jadwal kerja yang tidak fleksibel walau beban kerja cenderung monoton karena

    pekerjaannya yang monoton serta sudah diatur oleh perundang-undangan

    sehingga tidak membebani pekerjaan diluar tanggung jawab.

    Di sisi lain, terdapat pegawai swasta yang berlawanan dengan PNS

    yaitu seperti marketer. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (AMA/American

    Marketing Association), marketer adalah individu atau kelompok yang menjual

    produk barang atau jasa kepada pasar, khususnya pasar yang spesifik. Selain

    itu, individu atau kelompok tersebut juga melakukan aktivitas dan proses

    pembuatan, komunikasi, penyampaian dan pertukaran nilai atas barang atau

    jasa kepada konsumen, klien, partner, dan masyarakat secara umum. Jika

    dilihat dari definisi di atas, pekerjaan di bidang pemasaran bukanlah hal yang

    mudah, karena bukan sekedar berjualan produk melainkan pengaturan strategi

    (Okezone.com, 2016). Marketer juga merupakan bagian dari perusahaan atau

    organisasi profit yang dimiliki oleh pengusaha dengan keinginan laba besar,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    sehingga pegawainya memiliki beban kerja yang berat karena harus memenuhi

    target. Akan tetapi, marketer memiliki jadwal kerja yang fleksibel

    (topkarir.com, 2017) sehingga dapat menimbulkan tingkat work-family conflict

    yang rendah, namun dengan adanya beban kerja yang berat dapat menimbulkan

    tingkat work-family conflict yang tinggi.

    Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa work-family conflict dapat

    terjadi akibat jam kerja yang ditanggung oleh PNS dan marketer (Coban dan

    Irmis, 2016). Dilihat dari kedua pekerjaan tersebut, PNS dan marketer

    memiliki masing-masing jadwal kerja yang berbeda, namun tetap

    menimbulkan konflik bagi para pegawai. Dengan begitu, tingkat work-family

    conflict dapat ditentukan dari jadwal kerja, sehingga perlunya penelitian untuk

    mengetahui perbedaan tingkat work-family conflict PNS dan marketer dilihat

    dari jadwal kerja yang berbeda.

    Work-Family Conflict didefinisikan sebagai konflik yang terjadi dalam

    kehidupan seseorang akibat mengalami gangguan atau hambatan dalam

    mengatasi keperluan keluarga maupun pekerjaan. Hal ini merupakan masalah

    yang signifikan dan sering terjadi dalam organisasi karena berpengaruh dalam

    kinerja pegawai (Grzywacz dan Butler, 2008). Howard (2004) mengemukakan

    bahwa work-family conflict terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara peran saat

    berada di pekerjaan dan peran saat berada di keluarga karena tekanan kedua

    peran yang berbeda. Netemeyer, Boles dan Mcmurrian (1996) juga

    mengemukakan bahwa work-family conflict adalah pertentangan tanggung

    jawab peran dari pekerjaan dan keluarga yang menimbulkan konflik. Maka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    dapat dilihat bahwa work-family conflict merupakan masalah yang sering

    terjadi dalam kehidupan berkeluarga dan bekerja. Selain itu, konflik tersebut

    dapat menyebabkan masalah dalam organisasi tempat pasangan bekerja

    sehingga perlu penyelesaian untuk mengurangi beban dalam kehidupan

    berkeluarga maupun bekerja.

    Work-family Conflict merupakan tipe pemicu stres yang terus

    berkembang untuk sebagian besar pegawai di Amerika Serikat (Aumann &

    Galinsky, 2009) dan internasional (Poelmans, 2005). Selain itu, work-family

    conflict merupakan anteseden penting dari efektivitas pekerjaan dan kehidupan,

    karena banyak ulasan menunjukkan bahwa hal itu terkait dengan berbagai hasil

    kerja yang positif maupun negatif, dan stres dalam pekerjaan (Allen, Herst,

    Bruck, & Sutton, 2000; Eby, Casper, Lockwood, Bordeaux, & Brinley, 2005;

    Kossek & Ozeki, 1998).

    Work-Family Conflict memiliki hubungan dengan dampak yang negatif

    terhadap pekerjaan dalam hal kepuasan kerja, burnout kerja, dan turnover

    (Greenhaus, Parasuraman & Collins, 2001; Howard, Donfrio, & Boles, 2004).

    Selain itu, work-family conflict biasanya berdampak pada tidak harmonisnya

    hubungan individu dalam keluarga maupun pada rendahnya kualitas kerja

    individu sebagai pegawai. Rendahnya kualitas kerja yang dilakukan oleh

    pegawai seringkali dianggap berbahaya bagi perusahaan karena dapat

    menurunkan produktivitas dan memberikan efek negatif terhadap kinerja

    pegawai itu sendiri (Holman, 2004). Dapat dilihat bahwa work-family conflict

    memiliki dampak yang negatif bagi sebuah organisasi dan individu itu sendiri,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    sehingga organisasi atau perusahaan perlu memperhatikan pegawainya. Hal ini

    juga demi kebaikan perusahaan dan pekerja dalam produktivitas selama waktu

    kerja, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

    Pluut, Ilies, Curseu dan Liu (2018) merekomendasikan bahwa

    penelitian yang berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga butuh diteliti serta

    diproses secara berkali-kali. Akan tetapi, penelitian mengenai work-family

    conflict dengan subjek pria dan wanita di Indonesia masih jarang karena

    sorotan utama penelitian peran ganda adalah wanita (Hastuti, 2008). Salah satu

    penelitian mengenai work-family conflict dalam lingkup Asia Tenggara yang

    pernah dilakukan terletak di Malaysia yaitu oleh Noor (2003), namun hanya

    fokus terhadap kinerja wanita karena asumsi umum yang telah beredar bahwa

    wanita cenderung sering terlibat konflik daripada pria di Malaysia. Selain itu,

    penelitian mengenai work-family conflict lebih banyak dilakukan kepada

    pegawai yang bekerja pada organisasi profit (mencari laba) daripada organisasi

    non-profit (tidak mencari laba) sehingga diperlukan penelitian pegawai yang

    bekerja pada organisasi non-profit seperti PNS karena bagian dalam organisasi

    pemerintah.

    Menurut Bellavia dan Frone (2005) terdapat tiga faktor yang dapat

    mempengaruhi work-family conflict yaitu General Intra-Individual Predictors

    (diri sendiri), Family Role Environmetn Predictors (Peran keluarga) dan Work

    Role Environment Predictors (peran pekerjaan). Dalam tiap diri individu

    memiliki karakternya masing-masing sehingga dapat mempengaruhi peran

    dalam keluarga dan pekerjaan. Posisi dalam keluarga besar pun dapat memberi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    pengaruh terhadap diri individu karena kritikan yang dapat membebani

    sehingga muncul konflik. Pada peran pekerjaan, terdapat salah satu penyebab

    yang mempengaruhi fenomena work-family conflict yaitu jadwal atau jam kerja

    pegawai.

    Hal diatas didukung dengan hasil penelitian Walls (2001), yang

    mengatakan bahwa sebuah konflik pekerjaan dan keluarga dapat dikurangi

    dengan cara menawarkan suatu bentuk kerja yang fleksibel (flexible work

    arrangement), sehingga memungkinkan two-income couples dalam mengelola

    kerja dan keluarga. Sementara itu, pegawai yang lajang pun dapat mengelola

    kerja dan waktu untuk bersama keluarga besarnya karena beban kerja, tekanan

    kerja, ketidaknyamanan dan jam kerja yang panjang dan tidak teratur serta

    tidak fleksibel dapat menjadi sebuah konflik pekerjaan dan keluarga

    (Halbesleben, 2009).

    Flexible work arrangement menggambarkan berbagai jadwal kerja

    alternatif yang memungkinkan pegawai memiliki kontrol lebih besar terhadap

    diri sendiri selama jam kerja. Dalam flexible work arrangement ada berbagai

    bentuk yaitu flex time, telecommuting, job share, dsb (Hohl, 1996). Menurut

    Hooks dan Higgs (2000) dengan diadakannya flex time, para petinggi di kantor

    dapat memberi kebijakan pada pegawai agar bekerja dengan jam kerja per-hari

    yang lebih sedikit atau bekerja pada jumlah jam yang sama tetapi dengan

    fleksibilitas yang berupa membawa atau melakukan pekerjaan di luar kantor.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Cooper (2005) berpendapat bahwa di masa yang akan datang bekerja

    dengan jadwal fleksibel dapat memberi keluasaan pada pegawai dalam

    mengontrol pekerjaannya. Flexible work arrangement adalah pilihan jadwal

    kerja secara alternatif yang membolehkan pegawai untuk keluar dari tekanan

    jam kerja biasa (Rau, 2003 dalam Shockley, Allen, & Tammy D, 2007). Akan

    tetapi, pemerintah Indonesia memiliki Undang-Undang (UU) No.13 tahun

    2003 pasal 77 sampai 85 yang menyatakan bahwa pemerintah membagi jam

    kerja pegawai sebanyak dua sistem. Sistem pertama adalah pegawai yang

    normalnya bekerja selama lima hari dalam seminggu memiliki jam kerja total

    empat puluh jam. Waktu kerja dibagi menjadi delapan jam setiap harinya,

    kemudian jam kerja dimulai dari pukul delapan hingga lima sore dengan sisa

    satu jam untuk waktu istirahat. Sedangkan sistem kedua tentang pemerintah

    yang mengatur jam kerja bagi pegawai selama enam hari dalam satu minggu.

    Total jam kerja pegawai yang bekerja dengan regulasi ini sama dengan jam

    kerja bagi pegawai yang bekerja lima hari dalam seminggu. Akan tetapi, ada

    pembagian waktu yang membedakan yakni wajib bekerja selama tujuh jam

    dalam lima hari ditambah setengah hari di akhir minggu.

    Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bahwa ada dua tipe pegawai

    di Indonesia yang bekerja dengan jadwal yang tidak fleksibel dan fleksibel.

    Menurut Marital Therapy, John Gottham (1999), menunjukkan bahwa sering

    terjadi work-family conflict antara pasangan yang mempunyai kebiasaan kerja

    di malam hari dan siang hari (shift kerja). Akan tetapi, tanpa adanya shift pun

    konflik tetap muncul karena kebingungan peran saat berada di rumah serta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    tugas kantor yang menumpuk dan faktor eksternal lainnya. Hal tersebut

    membuktikan bahwa flexible work arrangement memiliki hubungan dengan

    work-family conflict sebagai konflik yang terjadi dalam keluarga akibat

    pekerjaan karena kasus-kasus stres yang dialami para pekerja bermula dari

    kebingungan perannya dalam keluarga ketika lama bekerja daripada dalam

    aktivitas keluarga (Michel, Jesse & Kotrba, Lindsey & Deuling, Jacqueline &

    Clark, Malissa & Baltes, Boris, 2011).

    . Selain itu, dari fenomena yang sudah tertera dapat dilihat bahwa

    jadwal kerja dapat mempengaruhi perbedaan tingkat konflik dalam keluarga

    pada pegawai (Michel, et.al, 2011). Kemudian flexible work arrangement dapat

    mempengaruhi perbedaan tingkat work-family conflict antara pegawai dengan

    jadwal fleksibel dan jadwal tdak fleksibel, karena adanya gagasan bahwa

    flexible work arrangement efektif untuk membantu individu mengelola tugas

    dan tanggung jawab keluarga didasarkan pada teori sumber daya (Edwards &

    Rothbard, 2000).

    Flexible work arrangement telah menjadi target minat yang cukup

    besar bagi pegawai karena hubungan antara work-family conflict dan

    fleksibilitas jadwal kerja memiliki implikasi penting bagi teori dan praktik di

    dunia ketenagakerjaan (Allen, Johnson, Kiburz, & Shockley, 2013). Efek

    hubungan dari dua variabel tersebut pada responden yaitu dapat mengurangi

    tingkat konflik yang terjadi di dalam keluarga dengan cara penjadwalan kerja

    secara fleksibel (Allen, et al, 2013). Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan

    mampu untuk mengetahui perbedaan tingkat work-family conflict pada PNS

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    yang memiliki jadwal yang tidak fleksibel dengan marketer yang memiliki

    dengan jadwal kerja yang fleksibel.

    B. Rumusan Masalah

    Apakah ada perbedaan tingkat work-family conflict yang signifikan antara

    marketer dengan jadwal kerja yang fleksibel dan PNS dengan jadwal kerja

    yang tidak fleksibel?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas maka yang

    menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan

    penelitian mengenai perbedaan tingkat work-family Conflict pada PNS dan

    marketer berdasarkan jadwal kerja.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi:

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

    teoritis, sekurang-kurangnya dapat bermanfaat bagi ilmu Psikologi di

    bidang Psikologi Industri dan Organisasi serta Konseling Perkawinan

    atau Keluarga mengenai konflik yang dapat terjadi di lingkungan

    keluarga.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan :

    a. Bagi Perusahaan/Organisasi

    Diharapkan perusahaan/organisai tempat pegawai bekerja

    dapat mengetahui kondisi pegawainya melalui penelitian ini. Selain

    itu, perusahaan memiliki gambaran mengenai pengaruh jadwal

    kerja terhadap pegawai.

    b. Bagi Pegawai

    Memberikan gambaran mengenai dirinya tentang tingkat

    work-family conflict dalam dirinya selama bekerja dan berkeluarga,

    sehingga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan terhadap

    perusahaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Work-Family Conflict

    1. Definisi Work-Family Conflict

    Greenhaus dan Beutell (1985) adalah pemberi definisi pertama

    mengenai Work-Family Conflict. Definisi Work-Family Conflict adalah

    suatu bentuk konflik inter-role dimana tekanan peran dari pekerjaan dan

    domain keluarga saling bertentangan dalam beberapa hal (Greenhaus, et al.

    1985). Akan tetapi, definisi tersebut dipengaruhi secara langsung oleh Kahn

    dan rekannya (1964 dalam Greenhaus & Beutell 1985) yang membuat

    beberapa definisi mengenai konflik peran.

    Konflik peran atau Role Conflict memiliki arti sebagai kejadian atau

    stimulus yang membuat individu merasa tertekan karena memiliki peran

    lebih dari dua, sehingga tidak dapat memenuhi kedua perannya sekaligus.

    Konflik peran kedua adalah inter-role conflict, artinya merupakan bentuk

    dari role conflict yang muncul ketika ada tekanan berlawanan dari

    partisipasi peran yang berbeda. Contohnya ada seorang ayah yang bekerja

    hingga larut malam atau membawa kerjaan dari kantor sehingga sang istri

    harus mengurus urusan keluarganya sendiri, konflik muncul saat peran ayah

    juga harus berperan sebagai pekerja dan suami (Kahn, 1964 dalam

    Greenhaus, 1985).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Menurut Khan (1964 dalam Barling dan Cooper, 2008), tekanan

    yang terjadi dalam berperan dikonseptualisasikan sebagai fenomena

    transaksional, karena diakibatkan oleh kondisi lingkungan dan penilaian

    individu terhadap keadaan yang dialaminya. Maka konflik yang terjadi

    muncul bila individu menilai bahwa ada yang tidak benar dengan perannya

    saat bekerja dan saat bersama keluarganya (Barling dan Cooper, 2008).

    Work-Family Conflict merupakan bagian dari masalah yang dialami

    dalam Organizational Behaviour (OB). Berawal dari literatur yang

    membahas penelitian tentang Work-Family dalam organisasi. Pada

    literatur tersebut, terdapat konsekuensi dari pekerjaan yaitu salah satunya

    adalah work-family conflict. Ada beberapa ulasan yang melakukan

    penelitian kecil mengenai konstruk dari Work-Family Balance yaitu upaya

    organiasi untuk mengurangi Work-Family Conflict (Barling dan Cooper,

    2008).

    Walaupun sebagian besar literatur Work-Family didasarkan pada teori

    peran, peneliti mulai mengeksplorasi paradigma teoritis lainnya seperti

    teori sistem ekologi (Bronfenbrenner, 1979 dalam Barling dan Cooper

    2008) atau konservasi teori sumber daya (Hobfoll, 1989, 1998, dalam

    Barling dan Cooper 2008) untuk memahami Work-Famiy Conflict, serta

    hubungan lain antara pekerjaan dan keluarga (Barling dan Cooper, 2008).

    Akan tetapi, ada kekhawatiran bahwa teori hubungan kerja dan keluarga

    saat itu kurang spesifik karena mekanisme yang menghubungkan

    pekerjaan dan keluarga kurang memadai atau sedikitnya literatur yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    membahasnya (Eby, 2005). Banyak juga ulasan yang membahas isu

    gender, namun ada ketidaksepakatan mengenai keunggulannya dalam

    persamaan Work-Family (Eby, 2005). Akhirnya, eksistensi ulasan ini

    menunjukkan bahwa literatur Work-Family dewasa, luas, dan kompleks

    (Barling dan Cooper, 2008).

    Bellavia dan Frone (2005) menyatakan ada dua generasi penelitian

    Work-Family Conflict. Generasi pertama penelitian, menurut Bellavia dan

    Frone (2005), mengkonseptualisasikan work-family conflict sebagai

    mediator antara tuntutan kerja dan keluarga terkait hasil kerja dan keluarga

    terkait seperti kepuasan. Penelitian tersebut memberikan bukti bahwa

    pekerjaan dan keluarga bukanlah 'bidang yang terpisah' (Kanter, 1977

    Greenhaus & Beutell 1985). Sedangkan generasi kedua penelitian

    (Bellavia dan Frone, 2005) lebih memfokuskan perbedaan antara work-to-

    family dan family-to-work serta menggambarkan penyebab dan

    konsekuensi dari dua variabel tersebut. Maka dari itu, work-family conflict

    dipengaruhi secara timbal balik yaitu dari urusan pekerjaan memiliki efek

    pada urusan keluarga, begitu juga urusan keluarga memiliki efek pada

    urusan pekerjaan.

    2. Dimensi Work-Family Conflict

    Terdapat dua bentuk dari Work-family conflict yaitu Work

    Interfering With Family dan Family Interfering With Work (Greenhaus &

    Beutell, 1985). Work Interfering With Family merupakan konflik yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    terjadi ketika aktivitas pekerjaan mengganggu tanggung jawab individu

    dalam lingkungan keluarga (Frone, 1992). Misalnya, seorang pegawai

    membawa sebagian tugas pekerjaanya pulang agar dapat menghabiskan

    waktu bersama keluarga. Kemudian Family Interfering With Work

    merupakan konflik yang terjadi ketika peran dan tanggung jawab dalam

    keluarga mengganggu aktivitas pekerjaan (Frone, 2012). Misalnya, seorang

    pegawai yang memutuskan untuk pergi dari kantor karena anaknya sedang

    sakit padahal sedang melakukan rapat.

    Berdasarkan Kelloway (1999), terdapat tiga dimensi utama dari

    Work-Family Conflict yaitu (a) Time-based conflict (b) Strain-based

    conflict, dan (c) Behavior-based conflict. Time Based Conflict terjadi akibat

    tuntutan waktu yang terlalu berlebihan, seperti bekerja hingga lembur akan

    menunda pelaksanaan kegiatan dalam hal lain misalnya bermain dengan

    anak di rumah. Selanjutnya adalah ketegangan dan tekanan atau Strain

    Based Conflict pada satu hal ditumpahkan pada hal lain, seperti pulang ke

    rumah dengan suasana hati yang buruk setelah bekerja atau individu sebagai

    orangtua akan mengalami konflik ketika perlu untuk mengambil waktu cuti

    dari pekerjaannya agar dapat tinggal di rumah menjaga anaknya yang sakit.

    Sementara itu, Behavior Based Conflict lebih kepada pola perilaku

    yang berhubungan dengan kedua peran yaitu pekerjaan dan keluarga (Frone,

    2003). Akan tetapi, menurut Kelloway (1999) bentuk dari Work-Family

    Conflict yang berdasarkan pola perilaku sulit untuk dioperasionalkan.

    Akibatnya, hanya ada bukti empiris yang kecil untuk keberadaan konflik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    yang berbasis perilaku, dan tidak pertimbangkan lebih lanjut dalam

    penelitian (Kelloway, 1999).

    3. Faktor yang Mempengaruhi Work-Family Conflict

    Faktor-faktor yang mempengaruhi Work-Family Conflict menurut

    Voydanoff (2004) adalah tuntutan peran yang ada dalam keluarga, namun

    jika mengalami pengalaman positif pada Work-Family interface dapat

    mengurangi konsekuensi negatif dari konflik. Menurut Beigi (2017), work-

    family interface adalah perpotongan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

    yang dapat mempengaruhi individu dalam bekerja maupun saat berada di

    keluarga. Ada banyak aspek kehidupan pribadi seseorang yang dapat

    bersinggungan dengan pekerjaan termasuk keluarga, rekreasi, dan

    kesehatan. Maka work-family interface merupakan hubungan dua arah;

    pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi, dan kehidupan pribadi

    dapat mengganggu pekerjaan. Hal ini dapat bersifat merugikan seperti

    adanya konflik antara pekerjaan dan kehidupan atau dapat bermanfaat

    seperti penggaya kehidupan kerja (Beigi, 2017).

    Sementara itu, isu gender memiliki pengaruh yang cukup besar di

    dalam Work-Family Conflict. Berawal dari Perang Dunia II yang

    mengasumsikan bahwa partisipasi angakatan kerja perempuan menimbulkan

    masalah terutama bagi perempuan sendiri. Pola sosialisasi pada perempuan

    untuk menerima tanggung jawab keluarga dan pekerjaan secara langsung,

    merupakan peluang yang lebih besar untuk terjadinya konflik (Duxbury,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    1994). Kemudian di penelitian Eagly (1987) menunjukkan bahwa work-

    family conflict memiliki pengaruh yang lebih besar bagi perempuan

    daripada laki-laki karena keluarga memiliki makna psikologis yang lebih

    besar bagi perempuan. Demikian pula, pekerjaan memiliki lebih banyak arti

    daripada keluarga karena pekerjaan memiliki arti lebih besar bagi pria

    (Eagly, 1987 dalam Barling dan Cooper 2008).

    Dalam analisis tambahan, Nolie dan Meier (2014) menemukan

    bahwa hubungan timbal balik antara Work Interfering With Family (WIF)

    dan Family Interfering With Work (FIW) serta tuntunan peran

    mempengaruhi pria dan wanita. Selain itu, menurut teori peran gender,

    perempuan cenderung lebih mengarah pada peran dalam keluarga daripada

    laki-laki, sebab laki-laki lebih peduli dengan peran kerja daripada

    perempuan. Akibatnya, orang bisa berpendapat bahwa perempuan

    mengalami lebih banyak tuntutan saat menghadapi WIF, dan pria

    mengalami lebih banyak tuntutan saat menghadapi FIW (Brewster &

    Padavic, 2000). Akan tetapi, penelitian Coban dan Irmis (2016) menyatakan

    bahwa seorang pegawai berjenis kelamin pria yang menikah dengan seorang

    wanita karir mengalami lebih banyak work-family conflict karena tetap

    harus saling berbagi peran dalam pemenuhan tanggung jawab keluarga.

    Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa work-family conflict merupakan

    sebuah kejadian hilangnya sumber daya dalam proses pemenuhan peran

    pekerjaan dan keluarga. Sumber daya tersebut adalah sumber daya fisik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    seperti waktu dan uang, namun juga mencakup emosi dan energi individu

    (Coban, et al. 2016).

    Menurut Center of Advanced Human Resource Studies (CAHRS),

    faktor penting lainnya adalah orientasi peran gender atau perasaan seseorang

    tentang tanggung jawab pria dan wanita baik di tempat bekerja maupun di

    rumah. Di dunia terdapat dua pandangan terhadap orientasi peran gender

    yaitu tradisional dan egaliter. Individu dengan pandangan tradisional

    meyakini bahwa pria bertugas sebagai pencari nafkah dan wanita harus

    menjadi pengasuh anak-anak serta mengurus rumah. Akan tetapi, individu

    dengan pandangan egaliter memiliki keyakinan bahwa pria dan wanita dapat

    mengambil berbagai tingkat tanggung jawab di kedua bidang (CAHRS,

    2010).

    Menurut Frone, Russell dan Cooper (1992) faktor yang

    mempengaruhi Work-Family Conflict adalah sebagai berikut:

    a. Tekanan- tekanan sebagai Orang Tua

    Tekanan sebagai orang tua merupakan beban kerja sebagai

    orang tua di dalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa

    beban pekerjaan rumah tangga karena anak tidak dapat membantu dan

    kenakalan anak.

    b. Kurangnya Keterlibatan sebagai orang tua

    Kurangnya keterlibatan sebagai orang tua mengukur tingkat

    seseorang dalam memihak perannya untuk menemani anak dan

    sewaktu dibutuhkan anak.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    c. Campur tangan pekerjaan

    Campur tangan pekerjaan menilai derajat dimana pekerjaan

    seseorang mencampuri kehidupan keluarganya. Campur tangan

    pekerjaan bisa berupa persoalan-persoalan pekerjaan yang

    mengganggu hubungan di dalam keluarga yang tersita.

    B. Jadwal Kerja

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jadwal memiliki arti yaitu

    pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja; daftar atau

    tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan

    yang terperinci. Selain itu, dapat diartikan sebagai susunan atau program yang

    telah dirancang dan diberlakukan bagi semua karyawan yang bekerja dan

    menjadi sebuah peraturan (Cooper, 2005). Terdapat berbagai macam jenis

    jadwal kerja yaitu jadwal kerja normal, jadwal kerja normal dan lembur,

    jadwal kerja shift, jadwal kerja freelance, jadwal kerja on/off dan flexible

    work arrangements.

    1. Definisi Flexible Work Arrangements

    Pada tahun 1970-an, menurut Hohl (1996) kebanyakan studi

    menyatakan bahwa Istilah pengaturan kerja yang fleksibel atau flexible

    work arrangements, menggambarkan berbagai jadwal kerja alternatif yang

    memungkinkan pegawai memiliki kontrol lebih besar terhadap diri sendiri

    selama jam kerja. Flextime, paruh waktu atau part-time, reduced work

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    week, dan compressed work week adalah jenis pengaturan tertua dan

    paling sering diperiksa di sektor nirlaba dan pemerintah (Hohl, 1996).

    Hampir semua studi sebelumnya menunjukkan bahwa flexible work

    arrangements sangat efektif dalam membantu manajer memenuhi

    perubahan kebutuhan pegawai dan lebih baik dalam melayani klien.

    Sebaliknya, hanya ada sedikit penelitian tentang penggunaan pengaturan

    kerja yang fleksibel dalam organisasi nirlaba. Sementara sebagian besar

    penelitian terdahulu fokus pada perusahaan-perusahaan nirlaba yang besar,

    sedangkan mayoritas orang Amerika bekerja dalam organisasi kecil

    dengan jumlah pegawai kurang dari seratus orang (Biro Sensus Amerika

    Serikat, 1994 dalam Hohl, 1996).

    Flexible Work Arrangements (FWA) umumnya didefinisikan

    sebagai hasil kerja yang menunjukkan fleksibilitas dalam menyelesaikan

    pekerjaan "mana" yang perlu diselesaikan (sering kali dipertimbangkan

    untuk dilakukan secara bersamaan atau tidak) atau "kapan" pekerjaan perlu

    diselesaikan (sering disebut fluks waktu atau penjadwalan) (Rau &

    Hyland, 2002). Hal ini telah menyebar luas di dalam organisasi dan

    seringkali menjadi bagian dari strategi utama untuk menarik, memotivasi,

    dan mempertahankan organisasi. Gagasan bahwa FWA efektif untuk

    membantu individu mengelola tugas dan tanggung jawab keluarga

    didasarkan pada teori sumber daya (Edwards & Rothbard, 2000). Dua

    bentuk FWA yang paling populer adalah flextime dan flexplace (Yayasan

    SHRM, 2001 dalam Shockley, 2007). Flextime mengacu pada fleksibilitas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dalam waktu kerja, sedangkan flexplace melibatkan fleksibilitas di lokasi

    di mana pekerjaan selesai, sering mengacu pada pekerjaan dilakukan di

    rumah (juga dikenal sebagai telework atau telecommuting). Pengaturan

    Flexplace juga memungkinkan fleksibilitas dalam waktu kerja, tapi ini

    tidak selalu terjadi.

    Daya tarik FWA telah dikenalkan oleh pers populer dan para

    pendukung kebijakan. Berdasarkan anggapan bahwa FWA adalah alat

    yang efektif untuk mengurangi konflik keluarga-kerja, upaya ini akan

    diusahakan. Misalnya, pada bulan Maret 2010, Forum Gedung Putih

    diadakan di tempat kerja yang memiliki peningkatan mengenai fleksibilitas

    tempat kerja (Jarrett, 2010 dalam Allen 2012). Laporan Gedung Putih

    mencatat bahwa fleksibilitas di tempat kerja membantu pekerja

    menyeimbangkan tugas dan tanggung jawab keluarga (Kantor Eksekutif

    Dewan Presiden Penasihat Ekonomi, 2010 dalam Allen 2012).

    Akan tetapi, "fleksibilitas" terkadang digunakan untuk merujuk ke

    manajemen strategi agar mudah menghilangkan pekerja atau

    mengandalkan staf kontingen, sehingga "schedule control" juga dapat

    digunakan untuk merujuk pada kontrol pegawai atas waktu kerja mereka,

    jumlah jam kerja mereka bekerja, dan lokasi pekerjaan mereka (Kelly,

    Moen, Oakes, et al 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    2. Tipe-tipe Flexible Work Arrangements

    Dua bentuk utama dari FWA adalah fleksibilitas dalam hal waktu

    (flex-time) dan fleksibilitas dalam hal lokasi (flex-place). Telah

    dikemukakan bahwa flex-place mungkin kurang bermanfaat daripada flex-

    time dalam rangka mengurangi konflik Work-Family Conflict karena

    bekerja dari rumah dapat melampiaskan kesalahan secara psikologis dan

    fisik antara pekerjaan dan keluarga (Allen & Shockley, 2009). Selain itu,

    terdapat delapan tipe spesifik dari FWA menurut Hohl (1996) yaitu adalah:

    1. Compresses Work Week (Bekerja seharian penuh selama lima hari

    kerja).

    2. Flextime (Memulai dan berhenti bekerja secara fleksibel selama satu

    hari namun tetap termasuk standard kerja karena dihitung perjamnya

    selama perminggu atau perbulan).

    3. Job Sharing (Dua orang melakukan pembagian posisi kerja selama

    seharian penuh dan termasuk pembagian pembayaran keuntungan

    kerja).

    4. Joint Appointments (Satu orang bekerja untuk dua pekerjaan yang

    berbeda atau menjadi supervise dalam satu organisasi).

    5. Part-time (Bekerja separuh waktu, kurang dari 20 jam)

    6. Phased retirement (Bekerja dengan jadwal kerja yang menurun untuk

    persiapan pensiun).

    7. Reduced Work Week (Bekerja paruh waktu atau lebih selama

    perminggu, tapi jam kerja kurang dari full-time).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    8. Telecommuting (Bekerja di luar kantor, biasanya di rumah dan

    berkmonukasi dengan kantor melalui telepon).

    Dari delapan tipe yang sudah dijabarkan di atas yang paling memiliki

    efek tertinggi terhadap kinerja adalah joint appointments dan job sharing.

    Hal itu didapat dari mewawancarai 30 administrator perusahaan karena

    dengan membuat tipe bekerja seperti itu membuat pegawai menjadi lebih

    bermoral, mau bekerja sama dengan organisasi dalam jangka waktu yang

    lebih lama dan mengurangi keterlambatan dan absen serta meningkatkan

    kualitas servis pegawai (Hohl, 1996).

    Perhatian utama dalam pengaturan ini adalah pegawai yang tidak

    dapat menggunakan alternatif jadwal fleksibel karena tuntutan posisi

    mereka, sebab mereka akan membenci orang-orang yang bisa

    mendapatkan jadwal fleksibel sehingga mengurangi semangat kerja

    pegawai secara keseluruhan. Dalam mengatasi permasalahan ini, beberapa

    organisasi menawarkan pilihan penjadwalan mereka kepada semua orang,

    walaupun hanya unit, tipe posisi, atau pegawai tertentu yang sebenarnya

    membutuhkannya (Hohl, 1996).

    C. Organisasi Profit, Non-Profit dan Publik

    Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara

    sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja

    atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    sekelompok tujuan (Robbins, 2003). Organisasi pun memiliki tujuan yang

    berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan tujuan bersama sehingga dibagi

    menjadi tiga bagian organisasi, yaitu organisasi profit, non-profit dan publik.

    1. Pengertian Organisasi Profit

    Suatu organisasi yang biasanya disebut juga sebagai lembaga

    komersial, yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya.

    Misalnya perusahaan beroperasi untuk mencari keuntungan dari

    penjualakan produk atau jasa yang diberikan (Andersen, 2003). Misalnya

    adalah PT. Honda Anugerah yang terletak di Yogyakarta.

    2. Pengertian Organisasi Non-Profit

    Suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu

    atau perihal dalam menarik perhatian publik, namun tidak bersifat mencari

    laba (Komang, 2008). Selain itu, organisasi non-profit tidak dapat

    mendistribusikan aset atau pendapatannya untuk kepentingan dan

    kesejahteraan pekerja atau pemimpinnya (Sapto, 2009). Misalnya adalah

    Dinas Pemberdayaan Perempuan di Yogyakarta.

    3. Pengertian Organisasi Publik

    Organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan

    masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan

    yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan

    hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi

    warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai

    sanksi penegakan peraturan (Leba, 2013).

    4. Perbedaan Organisasi Profit, Non-Profit dan Publik

    Berikut adalah empat ciri yang membedakan organisasi profit,

    Non-Profit dan Publik:

    1. Orientasi

    Organisasi profit berorientasi pada laba atau keuntungan,

    sedangkan organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada

    masyarakat sehingga tidak mencari untung. Sementara organisasi

    nirlaba hanya berorientasi untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa

    ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba.

    2. Kepemilikan

    Kepemilikan organisasi nirlaba masih kurang jelas karena memiliki

    anggota, klien, dan donatur. Pada organisasi laba, pemiliknya adalah

    orang yang memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya,biasanya

    disebut direktur. Sementara pemilikan organisasi publik adalah milik

    Negara yang dimana telah diatur oleh konstitusi.

    3. Donatur

    Organisasi nirlaba membutuhkan donatur sebagai sumber

    pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber

    pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya, sedangkan

    organisasi publik didanai oleh pendapatan Negara atau daerah yang

    didapat dari pajak.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    4. Penanggung Jawab

    Penanggung jawab di organisasi laba terdapat Dewan Komisaris

    yang memilih Direktur Pelaksana untuk membantu. Sedangkan pada

    organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan bahkan kepemilikan

    masih kurang jelas. Sementara di organisasi publik yang bertanggung

    jawab adalah Negara yang didelegasikan kepada pejabat atau orang

    tertentu untuk mengelolanya.

    D. Pegawai Negeri Sipil

    1. Pengertian Pegawai Negeri

    Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1974, Pegawai

    Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah

    memenuhi syarat yang ditentukan dan diangkat oleh pejabat yang

    berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau tugas negara

    lainnya. Selain Pegawai Negeri juga diigaji berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    2. Jenis Pegawai Negeri Sipil

    Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 43 Tahun 1999, terdapat

    dua jenis Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu PNS pusat dan PNS daerah.

    PNS pusat adalah pegawai negeri sipil yang gajinya dibebankan pada

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sedangkan PNS daerah,

    pegawai negeri sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah

    Propinsi/Kabupaten/Kota, atau dikerjakan di luar instansi induknya.

    3. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil

    Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (2014),

    Pegawai Negeri Sipil harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Menguasai pengetahuan di bidangnya

    Selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mem-perdalam

    pengetahuannya dengan tujuan agar dapat melaksanakan tugasnya secara

    berdaya guna dan berhasil guna.

    2. Komitmen pada kualitas

    Sebagai rasa keterikatan untuk selalu meningkatkan kepandaian,

    kecakapan dan mutu pekerjaan dari seorang PNS agar dapat mendorong

    kinerja.

    3. Dedikasi

    Sebagai suatu bentuk pengabdian dari seorang PNS atas segala

    sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka

    membantu/melayani masyarakat atau orang lain.

    4. Keinginan untuk membantu

    Sebagai suatu sikap seseorang yang mencerminkan keju-juran dan

    keihlasan dalam bekerja untuk membantu masyarakat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    4. Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil

    Menurut Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 tentang Hari

    Kerja Di Lingkungan Lembaga Pemerintah (Keppres 68/1995), adalah

    sebagai berikut:

    1. Hari kerja bagi seluruh lembaga Pemerintah Tingkat Pusat dan

    Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya ditetapkan lima hari

    kerja mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat.

    2. Jumlah jam kerja efektif dalam lima hari kerja tersebut adalah 37,5

    jam, dan ditetapkan sebagai berikut:

    a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis: Jam 07.30 – 16.00. Waktu

    istirahat: Jam 12.00 – 13.00.

    b. Hari Jumat: Jam 07.30 – 16.30. Waktu istirahat: Jam 11.30 – 13.00

    3. Jam kerja dalam angka 1 dan 2 tidak berlaku bagi:

    a. Unit-unit di lingkungan lembaga Pemerintah yang tugasnya

    bersifat pemberian pelayanan kepada masyarakat.

    b. Lembaga pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD0, Sekolah

    Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Atas

    (SLTA).

    E. Marketer

    1. Pengertian Marketer

    Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (AMA/American Marketing

    Association, 2016), marketer adalah individu atau kelompok yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    melakukan aktivitas, pengaturan dan proses untuk mengerjakan,

    mengomunikasikan, menyampaikan dan bertukar penawaran yang bernilai

    untuk pelanggan, klien, mitra dan masyarakat pada umumnya.

    2. Karakteristik Marketer

    Berikut ciri-ciri yang diperlukan oleh Marketer (AMA, 2016) :

    1. Kemampuan berkomunikasi

    Penyampaian strategi, pemikiran dan proses pengerjaan dengan

    cara yang tepat adalah kunci kesuksesan. Selain itu, agar klien bisa

    memahami dan menerima usulan yang disampaikan.

    2. Menguasai public speaking

    Saat mendapat proyek seperti kampanye dan inisiasi pemasaran

    baru diperlukan untuk menyampaikan ide kepada klien sehingga harus

    memiliki keahlian berbicara di depan umum.

    3. Kemampuan menulis

    Dapat mencetuskan tagline singkat dan mudah diingat baik formal

    maupun informal untuk membuktikan kreativitas diri.

    4. Kemampuan analisis

    5. Kreativitas tinggi

    Dapat menemukan ide baru yang menarik perhatian klien.

    Kemampuan untuk bisa berpikir out of the box adalah poin yang

    krusial.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    6. Keahlian bernegosiasi

    Negosiasi adalah keterampilan pendukung yang bisa membantu

    pekerjaan marketing sebab daya tawar yang menguntungkan akan

    membuat perusahaan sukses sebagai pemasar profesional.

    7. Mengusai Teknologi

    Dapat menggunakan aplikasi untuk manajemen proyek agar bisa

    mengetahui kemajuan pekerjaan dengan mudah. Beberapa program

    bisa menyajikan data perhitungan yang menunjukkan sejauh mana

    kesuksesan proyek yang sudah dijalankan melalui media digital.

    8. Manajemen Stres

    F. Dinamika Perbedaan Tingkat Work-Family Conflict pada PNS dan

    Marketer Berdasarkan Jadwal Kerja

    Work-family conflict bermula dari role-conflict atau konflik peran karena

    adanya pertentangan antara peran dalam pekerjaan dan keluarga. Work-Family

    Conflict juga merupakan bagian dari Work-Family yang dispesifikan sehingga

    tidak kompleks dan luas. Dari paparan teori yang sudah tertera dapat dilihat

    bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi work-family conflict yaitu

    work-family interface, peran gender, tekanan, kurangnya keterlibatan dan

    campur tangan pekerjaan.

    Dalam menjalani pekerjaan, seorang pegawai memiliki jadwal kerja yang

    ditentukan oleh perusahaannya sesuai dengan Undang-Undang (UU). Terdapat

    dua jadwal kerja yang berbeda yaitu jadwal kerja tidak fleksibel dan jadwal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    kerja fleksibel. PNS merupakan pegawai yang bekerja dengan jadwal kerja

    tidak fleksibel, sedangkan marketer merupakan pegawai yang bekerja dengan

    jadwal fleksibel. Cooper (2005) berpendapat bahwa masa yang akan datang,

    pekerjaan dengan jadwal yang fleksibel dapat membebaskan pemberian

    kekuasaan dan kontrol kepada pegawai. Dengan begitu, flexible work

    arrangement adalah pilihan kerja alternatif yang membolehkan pegawai untuk

    keluar dari tekanan jam kerja biasa (Rau, 2003 dalam Shockley, Allen, &

    Tammy D, 2007). Kemudian menurut Halbesleben (2009) jam kerja,

    penjadwalan tidak fleksibel, dan kerja piket dapat menimbulkan work-family

    conflict sehingga PNS memiliki kemungkinan lebih besar untuk timbul konflik

    dalam pekerjaan dan berkeluarga.

    Di samping itu, PNS memiliki beban kerja relatif monoton dan tidak

    dituntut untuk mendapatkan laba. Sedangkan marketer memiliki beban kerja

    yang cukup banyak karena harus memiliki kemampuan seperti public speaking

    dan mendapatkan sesuai target laba yang diinginkan oleh perusahaan. Menurut

    Coban dan Irmis (2016) work-family conflict merupakan hasil dari kelebihan

    beban kerja, jam kerja yang panjang dan tidak teratur, tekanan tentang kinerja,

    dan ketidaknyamanan kerja. Dengan begitu, jadwal kerja yang dijalani oleh

    PNS dan marketer dapat mempengaruhi munculnya konflik dalam pekerjaan

    dan berkeluarga.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat work-family

    conflict pada PNS dan marketer memiliki perbedaan. PNS memiliki

    kemungkinan terjadinya work-family conflict yang diakibatkan oleh jadwal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    kerja tidak fleksibel karena beban kerja cenderung monoton. Kemudian

    marketer memiliki jadwal kerja fleksibel yang memungkinkan kecilnya terjadi

    work-family conflict, akan tetapi beban kerja yang dimiliki cukup banyak

    sehingga dapat menimbulkan konflik dalam kerja dan keluarga. Untuk dapat

    melihat perbedaan tinggi dan rendahnya work-family conflict yang terjadi pada

    PNS dan marketer maka perlu membandingkan hasil dari time-based conflict

    dan strain-base conflict sesuai dengan jadwal kerja masing-masing.

    G. Skema Penelitian

    PNS Marketer

    Jadwal kerja tidak fleksibel dan memiliki beban kerja yang

    cenderung monoton.

    Jadwal kerja fleksibel dan memiliki beban kerja yang cenderung banyak karena

    tuntutan.

    Work-family conflict tinggi Work-family conflict rendah

    Perbedaan Tingkat Work-Family Conflict pada Pegawai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    H. Hipotesis

    Hipotesis dari penelitian ini adalah:

    Ho : Tidak ada perbedaaan work-family conflict antara PNS dan marketing

    berdasarkan jadwal kerja

    Hi : Ada perbedaaan work-family conflict antara PNS dan marketing

    berdasarkan jadwal kerja

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut

    Sugiyono (2012) metode kuantitatif sebagai metode ilmiah karena telah

    memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional dan

    sistematis. Kemudian metode ini disebut sebagai metode kuantitatif karena

    data peneltian berupa angka-angka dan analisi menggunakan statistik

    (Sugiyono, 2012).

    Kemudian penelitian ini menggunakan penelitian komparatif yaitu

    penelitian yang bersifat membandingkan hasil penelitian dari dua kelompok

    berbeda, namun memiliki variabel yang sama (Siregar, 2013). Dalam

    penelitian ini penulis ingin mengetahui atau mengukur perbedaan tingkat

    work-family conflict pada pegawai negeri sipil dan marketer berdasarkan

    jadwal kerja.

    B. Identifikasi Variabel

    Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

    hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Variabel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    1. Variabel Independen : Jadwal Kerja

    2. Variabel Dependen : Work-Family Conflict

    C. Definisi Operasional Variabel

    Definisi operasional merupakan definisi yang menerapkan langkah-

    langkah yang akan ditempuh dalam rangka mengukur variabel atau konsep

    yang bersangkutan (Supratiknya, 2014). Variabel yang diteliti dalam

    penelitian ini adalah jadwal kerja dan Work-Family Conflict.

    1. Work-Family Conflict

    Work-Family Conflict merupakan konflik antara individu yang

    terjadi karena tekanan peran dari pekerjaan dan domain keluarga saling

    bertentangan. Tiap individu memiliki dua peran dalam hidup yaitu sebagai

    seorang pekerja dan bagian dari keluarga. Akan tetapi, individu memiliki

    penilaian sendiri terhadap keadaan yang dialami-nya. Work-Family

    Conflict akan diukur menggunakan Work-Family Conflict Scale yang

    disusun oleh Kelloway (1999) dengan tiga bentuk dimensi yaitu (a) Time-

    based conflict (b) Strain-based conflict, dan (c) Behavior-based conflict.

    Tingkat work-family conflict dapat dilihat dari skor total yang diperoleh

    dari skala konflik Work-Family Conflict tersebut. Semakin tinggi skor total

    yang diperoleh individu dari skala Work-Family Conflict, maka semakin

    tinggi konflik peran ganda individu. Sebaliknya, semakin rendah skor total

    yang diperoleh individu dari skala Work-Family Conflict, maka semakin

    rendah work-family conflict individu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    2. Jadwal Kerja

    Jadwal kerja adalah peraturan yang telah dirancang dan

    diberlakukan bagi semua karyawan yang bekerja. Sedangkan flexible work

    arrangements adalah pengaturan kerja yang fleksibel yang

    menggambarkan hasil kerja dan menunjukkan fleksibilitas pegawai dalam

    menyelesaikan pekerjaannya. Pegawai memiliki kontrol kerja terhadap

    dirinya sendiri selama jam kerja. Jadwal kerja akan dicatat dengan melihat

    data responden pada Work-Family Conflict Scale yang disusun oleh

    Kelloway (1999). Penelitian ini menggunakan based on responder, jadi

    subjek dengan jadwal fleksibel digambarkan oleh pegawai yang memiliki

    pekerjaan sebagai marketer. Pegawai dengan jadwal fleksibel disini

    memiliki ciri yaitu Flextime yang artinya memulai dan berhenti bekerja

    secara fleksibel selama satu hari namun tetap termasuk standard kerja

    karena dihitung perjamnya selama perminggu atau perbulan (Hohl, 1996).

    Sedangkan pegawai dengan jadwal tidak fleksibel yaitu bekerja selama

    lima hari (Senin-Jumat) pada pukul 08.00 – 16.00 yang digambarkan oleh

    Pegawai Negeri Sipil (PNS).

    D. Subjek Penelitian

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai yang

    bekerja di perusahaan dengan jadwal kerja fleksibel (marketer) dan pegawai

    yang bekerja di perusahaan dengan jadwal yang tidak fleksibel (PNS).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam

    menentukan sampel untuk penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang

    digunakan. Ada dua kelompok teknik sampling yaitu Probability Sampling

    dan Non-probability Sampling (Sugiyono, 2007). Maka teknik yang digunakan

    untuk penelitian ini adalah probability sampling, karena pengambilan sampel

    yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

    dipilih menjadi anggota sampel. Responden yang akan digunakan menjadi

    anggota sampel merupakan pegawai baik wanita atau pria yang sedang bekerja

    sebagai Pegawai Negersi Sipil atau marketer.

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

    menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah ditentukan oleh peneliti.

    Creswell mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

    di mana partisipan/ responden mengisi pertanyaan atau pernyataan dan

    mengembalikan kepada peneliti ketika telah diisi secara lengkap (dalam

    Sugiyono, 2012). Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

    kepada pegawai yang memiliki jabatan sebagai marketer di PT. Honda

    Anugerah dan Pegawai Negeri Sipil. Pada PT. Honda Anugerah, peniliti

    diberitahu bahwa jadwal marketer di tempat tersebut tergolong fleksibel

    karena sering tidak berada di kantor saja, sehingga menerima penelitian secara

    terbuka.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Pada penelitian ini, alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur

    Work-Family Conflict adalah kuesioner berupa Work-Family Conflict Scale

    yang disusun oleh Kelloway (1999). Skala tersebut disusun berdasarkan tiga

    bentuk dimensi (Frone, 2003) yaitu (a) Time-based conflict (b) Strain-based

    conflict, dan (c) Behavior-based conflict. Skala ini juga digunakan oleh

    peneliti karena telah terbukti memiliki validitas dan reliabilitas yang baik serta

    dapat digunakan pada responden yang akan digunakan oleh peneliti di Asia

    Tenggara (Sanaz Aazami, Akmal Syaqirah dan Shamsuddin Khadijah, 2014).

    Setiap pernyataan diberi skor 1 – 5 sehingga semakin tinggi skor maka

    semakin tinggi tingkat work-family conflict begitu sebaliknya. terdapat

    beberapa proses dalam melakukan adaptasi. Proses pertama yang dilakukan

    oleh peneliti adalah mengunduh dari situs, The Malaysians Journal of

    Medicine, yang memaparkan skala tersebut secara online sehingga dapat

    digunakan oleh peneliti yang memiliki minat yang sama. Pada proses

    penerjemahan, penerjemahan dilakukan sebanyak dua kali, oleh peneliti dan

    dosen pembimbing. Selain itu, skor pada dua dimensi work-family conflict

    yang digunakan yaitu Time-based dan Strain-based dapat ditotal secara

    keseluruhan untuk membuktikan bahwa adanya konflik atau tidak.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Tabel. 1

    Persebaran Item Skala Work-Family Conflict

    Dimensi Nomor Item Jumlah Item

    WIF Time-based conflict

    1,2,3,4,5 5

    (22,73%) WIF Strain-based conflict

    6,7,8,9,10,11 6

    (27,27%)

    FIW Time-based conflict 12,13,14,15,16 5

    (22,73%) FIW Strain-based conflict 17,18,19,20,21,22 6

    (27,27%)

    TOTAL 22 (100%)

    F. Validitas Skala Penelitian

    Uji validitas diperlukan untuk melihat apakah skala penelitian tersebut

    layak digunakan atau tidak serta dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

    Validitas merupakan kualitas sebuah item yang menunjukkan sejauh mana

    item tersebut mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya

    (Supratiknya, 2014). Maka dari itu, validitas diperlukan dalam sebuah

    pengukuran.

    Skala ini telah melalui uji validitas isi. Validitas isi adalah kebenaran

    suatu instrument dapat diuku melalui isi dari apa yang akan diukur. Menurut

    Kontur (2003), validiras isi dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat

    ahli. Pada penelitian ini validitas akan diuji dengan meminta pendapat dan

    mendiskusikan skala penelitian dengan dosen pembimbing (expert

    judgement).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    G. Daya Diskriminasi Item

    Daya diskriminasi item merupakan keefektivan sebuah item dalam

    membedakan testi yang secara relatif memiliki posisi tinggi dengan testi yang

    secara relatif memiliki posisi rendah dalam hal kriteria atau atribut psikologis

    yang menjadi objek pengukuran (Supratiknya, 2014). Daya diskriminasi

    tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasi item total.

    Sebuah item dikatakan memiliki daya diskriminasi yang baik ketika

    item tersebut mendapat skor di atas 0,3 dan sebuah item dikatakan gugur

    ketika item tersebut di bawah 0,3. Namun, apabila jumlah item yang lolos

    ternyata tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka kita dapat

    menurunkan sedikit skornya menjadi 0,25 (Azwar, 2009).

    Pengujian alat ukur telah dilakukan pada tanggal 3 Juni – 9 Juni 2018

    diikuti oleh 68 responden yang terdiri dari 34 pegawai negeri sipil (memiliki

    jadwal tetap) dan 34 pegawai dengan jabatan marketer (memiliki jadwal

    fleksibel). Hasil pengujian tersebut tidak ada item yang gugur karena semua

    item berada diatas 0,25.

    H. Reliabilitas Skala Penelitian

    Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran ketika prosedur

    pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi

    individu atau kelompok (Supratiknya, 2014). Alat ukur yang memiliki nilai

    reliabillitas yang tinggi dan mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya

    dapat disebut sebagai alat ukur reliabel. Selain itu, instrumen yang reliabel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    merupakan instrumen yang menghasilkan data sesuai dengan hasil objek yang

    lain karena mengukur objek yang sama (Sugiyono, 2017).

    Alat ukur dapat dikatakan reliabel bila dinyatakan dengan koefisien

    reliabilitas (Rxx) dengan rentang angka 0 sampai 1,00. Koefisien yang

    semakin mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya

    (Sugiyono, 2017). Koefisin reliabilitas dari variabel Work-Family Conflict

    Scale secara keseluruhan adalah 0,897.

    Tabel. 2

    Hasil Uji Coba Per-Dimensi

    Dimensi Mean (SD) Cronbach’s Alpha

    WIF Time-based conflict 14.93 (3.74) 0.76

    WIF Strain-based conflict 17.09 (4.34) 0.77

    FIW Time-based conflict 12.10 (2.71) 0.62

    FIW Strain-based conflict 14.32 (4.17) 0.83

    I. Metode Analisis Data

    1. Uji Asumsi

    Dalam pengujian hipotesis, uji asumsi diperlukan untuk

    mengetahui syarat-syarat yang sudah terpenuhi atau tidaknya asumsi

    perbedaan. Asumsi yang diuji merupakan normalitas sebaran data dan

    homogenitas antar variabel.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian

    berasal dari populasi yang sebarannya normal, karena asumsi bahwa

    semua perhitungan statistik menggunakan data yang terdistribusi

    normal (Santoso, 2010). Penelitian ini menggunakan uji normalitas

    KolmogorovSmirnov untuk mengetahui normalitas distribusi sebaran

    data. Normalitas dipenuhi jika nilai signifikansi lebih dari 0,1 yang

    berarti data tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal (Santoso,

    2010). Dalam menguji normalitas, peneliti menggunakan alat bantu

    program SPSS versi 18, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.

    b. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua

    atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan variasi yang

    sama. Selain itu, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varian

    dari kelompok (Santoso, 2010). Data penelitian dikatakan homogen

    apabila nilai p > 0,005 dan sebaliknya dikatakan tidak homogen apabila

    p < 0,05 (Santoso, 2010).

    2. Uji Hipotesis

    Dalam menguji hipotesis mengenai perbedaan tingkat work-family

    conflict pada Pegawai Negeri Sipil dan marketer, akan menggunakan

    metode Uji T yang merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Bila

    menghasilkan data yang normal maka peneliti akan menggunakan

    Independent Samples T-Test. Akan tetapi, bila data menghasilkan

    distribusi yang tidak normal, maka uji hipotesis akan menggunkan Mann-

    Whitney U Test (Santoso, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan try out terpakai, yaitu skala hanya satu kali

    diujikan terhadap subjek yang sama dengan subjek yang digunakan untuk

    penelitian karena keterbatasan jumlah sampel dan finansial (Hadi, 2004).

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 – 9 Juni 2018. Sebelum melakukan

    penelitian, peneliti mencari skala untuk diadaptasi. Terdapat beberapa proses

    dalam melakukan adaptasi yaitu peneliti mengunduh dari situs, The Malaysians

    Journal of Medicine, yang memaparkan skala tersebut secara online sehingga

    dapat digunakan oleh peneliti yang memiliki minat sama. Kemudian peneliti

    melakukan penerjemahan yang dilakukan oleh peneliti dan dosen pembimbing

    selaku professional judge agar alat ukur layak untuk diuji coba (try out),

    sebanyak dua kali karena ada beberapa kata yang mungkin kurang mudah

    untuk dimengerti saat subjek menjawab.

    Peneliti melakukan penyebaran skala ke dua jenis pekerjaan yang

    memiliki jadwal berbeda yaitu pegawai yang memiliki jabatan marketer di PT.

    Honda Anugerah dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pemberdayaan

    Wanita. Subjek dari penelitian ini berjumlah 68 orang dengan rincian 34 subjek

    pada kelompok pegawai dari PT. Honda Anugerah yang memiliki jadwal

    fleksibel dan 34 subjek pada kelompok PNS yang memiliki jadwal tidak

    fleksibel.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Kendala yang dihadapi selama proses pengambilan data adalah akses

    untuk mendapatkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian cukup susah.

    Jika tidak memiliki kenalan orang dalam di tempat kerja tersebut akan sangat

    susah untuk memberikan kuesioner. Selain itu, kendala lain yang dihadapi

    adalah kemampuan subjek untuk menyelesaikan pengisian skala secara tepat

    waktu.

    B. Deskripsi Subjek Penelitian

    Penghitungan data demografik subjek bertujuan untuk mengetahui

    persebaran data subjek berdasarkan jadwal pekerjaan dan jenis kelamin subjek

    pada kelompok marketer dan kelompok PNS, serta persebaran subjek

    berdasarkan usia subjek penelitian. Berdasarkan data demografik subjek

    diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel. 3

    Persebaran Subjek Berdasarkan Jadwal Pekerjaan dan Jenis Kelamin

    Jenis Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah Total

    Marketer Laki – laki 31

    Perempuan 3 34 Subjek

    PNS Laki – laki 13

    Perempuan 21 34 Subjek

    Total 68 Subjek

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Berdasarkan hasil pada tabel , subjek dalam penelitian ini secara

    keseluruhan berjumlah 64 subjek yang terdiri dari 34 subjek pada kelompok

    marketer yang memiliki jadwal kerja fleksibel dan 34 subjek pada kelompok

    PNS yang memiliki jadwal kerja tetap. Pada kelompok pegawai marketer yang

    memiliki jadwal kerja fleksibel terdiri dari 31 subjek laki-laki dan 3 subjek

    berjenis kelamin perempuan. Kelompok PNS yang memiliki jadwal kerja tidak

    fleksibel terdiri dari 21 subjek perempuan dan 13 subjek berjenis kelamin laki-

    laki. Secara keseluruhan subjek pada penelitian ini terdiri dari 44 subjek

    berjenis kelamin laki-laki dan 24 subjek berjenis kelamin perempuan.

    Tabel. 4

    Persebaran Subjek Berdasarkan Usia

    Usia Jumlah

    50 – 59 tahun 17

    40 – 49 tahun 6

    30 – 39 tahun 21

    20 – 29 tahun 24

    Total 68 subjek

    Berdasarkan hasil pada tabel 5, terdapat 68 subjek dalam penelitian ini.

    PNS pada penelitian ini, sebagian besar berada pada rentang usia 50 – 59 tahun

    dengan jumlah sebanyak 17 subjek. Selanjutnya sebanyak 10 subjek berada di

    rentang usia 30 – 39 tahun. 6 subjek berada di rentang usia 40 – 49 tahun, dan

    sisanya satu subjek berada di rentang usia 20 – 29 tahun. Berdasarkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    penghitungan rata-rata dan frekuensi usia PNS, rata-rata usia subjek berada

    pada usia 45,6 tahun dengan usia termuda 25 tahun dan tertua 59 tahun.

    Frekuensi terbanyak dari usia PNS adalah 17 subjek berusia 50 tahun dan 59

    tahun.

    Di sisi lain, sebagian besar marketer pada penelitian ini berada pada

    rentang usia 20 – 29 tahun dengan jumlah sebanyak 23 subjek. Selanjutnya

    sebanyak 11 subjek berada di rentang usia 30 – 39 tahun. Berdasarkan

    penghitungan rata-rata dan frekuensi usia marketer, rata-rata usia subjek berada

    pada usia 27,7 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan tertua 39 tahun.

    Frekuensi terbanyak dari usia marketer adalah 23 subjek berusia 20 tahun dan

    39 tahun.

    C. Deskripsi Data Penelitian

    Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui apakah work-family

    conflict yang dimiliki subjek tergolong pada kategori tinggi, sedang, atau

    rendah dengan melakukan perbandingan antara nilai mean teoritis dan mean

    empiris pada variabel work-family conflict.

    Mean teoritis merupakan rata-rata skor dari suatu alat ukur yang diperoleh

    dari angka yang menjadi nilai tengah alat ukur tersebut. Sedangkan mean

    empirik adalah rata-rata skor dari hasil penelitian.

    Dalam mencari nilai mean teoritis, maka penentuan skor minimum dan

    maksimum dari alat harus dilakukan. Jumlah butir pernyataan pada alat ukur

    adalah 22, dengan rentang nilai jawaban bermula dari nilai 1 sampai dengan 5.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Skor minimum dari alat ukur adalah sebesar 22, yang berasal dari 22 item

    dikalikan skor 1, dan skor maksimum dari alat ukur adalah 165, yang berasal

    dari 22 item dikalikan skor 5. Kemudian, rentangan skor pada skala adalah

    sebesar 143, yakni nilai skor maksimum dikurang skor minimum. Kemudian

    hasil rentangan skor dibagi ke dalam enam satuan standar deviasi, sehingga

    nilai standar deviasi dari alat ukur adalah sebesar 23, 83. Adapun mean teoritis

    dari alat ukur dicari dengan menjumlahkan skor minimum dan maksimum,

    kemudian hasil penjumlahan dibagi dua, sehingga diperoleh mean teoritis

    sebesar 93,5.

    Berikut adalah hasil analisis deskriptif work-family conflict :

    Tabel. 5

    Hasil Analisis Deskriptif Work-Family Conflict

    PNS

    Variabel Statistik Teoritis Empiris

    Work-Family

    Conflict

    Minimum 22 40

    Maximum 165 75

    Mean 93,5 54,05

    Standar Deviasi 23,83 9,603

    Marketer

    Variabel Statistik Teoritis Empiris

    Work-Family

    Conflict

    Minimum 22 32

    Maximum 165 90

    Mean 93,5 62,85

    Standar Deviasi 23,83 12,854

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    Tabel. 6

    Kategori Skor Work-Family Conflict PNS

    Kriteria Skor Kategori Frekuensi Presentase

    X ≥ (Mt + SDt) X ≥ 117,33 Tinggi 0 0

    (Mt – SDt) ≤ X

    < (Mt + SDt)

    69,67 ≤ X <

    117,33

    Sedang 4 11,76 %

    X < (Mt + SDt) X < 69,67 Rendah 30 88,24 %

    Total 100%

    Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, variabel work-

    family conflict yang dialami oleh PNS memiliki mean teoritis yang lebih besar

    dari pada nilai mean empiris. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian

    memiliki tingkat work-family conflict yang rendah.

    Uji t dilakukan untuk melihat lebih lanjut perbedaan signifikan antara

    mean empiris dengan mean teoritis pada variabel work-fa