documentp5
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL
PERCOBAAN 5PEMISAHAN ZAT WARNA KIMIA DENGAN METODE
KROMATOGRAFI KOLOM
Disusun Oleh :
Golongan/Kelompok Praktikum: 3 / 3
Iriyanti (G1F010051)
Desi Sutanti (G1F010052)
Nita Dwi Indriani (G1F010053)
Okty Fitria I.Z. (G1F010054)
Indra Pradipta (G1F010057)
LABORATORIUM KIMIA-FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
PEMISAHAN ZAT WARNA KIMIA DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
I. TUJUAN
Melakukan prinsip pemisahan sampel dan analisis dengan kromatografi kolom,
mempersiapkan kolom, memisahkan, dan mengidentifikasi senyawa kimia dengan
kromatografi kolom.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pipet tetes, beakerglass, gelas ukur,
spatula, labu Erlenmeyer, seperangkat kromatrogafi kolom, statif, corong biasa, corong
pisah, timbangan,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu glass wool. etanol 96%, hekxan,
kloroform, pewarna merah, pewarna kuning, alumina, pasir, kapas, akuades.
III. DATA PENGAMATAN
Penimbangan dan pengukuran Bahan
metanil red = 0,5 gr
metanil yellow = 0,5 gr
alumina = 5 gr
kloroform = 2 ml
etanol 96% = 30 ml
akuades = 15 ml
etil asetat = 15 ml
IV. HASIL PENGAMATAN
a. Elusi Pertama
Hasil: metanil yellow terpisah/turun (warna kuning) lebih dulu karena sifatnya
lebih nonpolar dibandingkan rodamin B.
b. Elusi Kedua
Hasil: Rodamin B ikut turun (warna merah).
V. PEMBAHASAN
eluen 1 (alcohol 96% dan etil asetat 1:1 @ 15 mL)
pasir
glass wool
alumina
eluen 2 (alcohol 96% dan air 1:1 @ 15 mL)
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu
diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-
masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Anonim, 1995). Pada
praktikum pemisahan zat warna ini kami menggunakan metode kromatografi kolom.
. Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang digunakan luas
karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic. Kromatografi kolom sering
kali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium. Kromatografi kolom bekerja
berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas
vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan berdasarkan pada perbedaan daya
adsorpsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil
isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini adalah adsorpsi (Takeuchi, 2010).
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah
kapasitas yang memadai untuk menerima sampel – sampel tanpa melalui fasa diamnya.
Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang – kurangnya 10 kali
ukuran diameternya. Jika kita mempunyai kolom dengan panjang 20 cm, dan diameternya 1 atau
2 cm. Bahan pengemasnya suatu adsorben seperti alumina atau resin penukar ion, dimasukkan
dalam bentuk suspensi kedalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam didalam hamparan basah
dengan sedikit cairan (Takeuchi, 2010).
Kolom untuk analisis farmasi umumnya digunakan kolom isi dan sebaiknya hanya isi kolom
yang mempengaruhi gerak relative zat terlarut melalui system. Kolom terbuat dari kaca, kecuali
jika dinyatakan lain. Kolom dengan beragam ukuran dapat digunakan, tetapi umumnya antara
0,6 m hingga 1,8 m serta diameter dalam 2 mm hingga 4 mm. sebagai fase cair dapat digunakan
beraneka ragam senyawa kimia, seperti poly etilen glikol, ester dan amida berbobot molekul
tinggi, hidro karbon, gom, dan cairan silicon (Khopkar, 1990).
Kolom harus dikondisikan dengan jalan mengoperasikan sampai keadaan stabil pada suhu
yang lebih tinggi dari suhu yang digunakan seperti yang tertera pada masing – masing
monografi. Suatu uji yang sesuai terhadap sifat inert penyangga, yang perlu untuk fase cair
dengan polaritas yang rendah, ada kalanya suatu kolom dapat dikondisikan dengan
menyuntikkan ulang senyawa yang dikromatografi (Khopkar, 1990).
Praktikum kali ini yaitu melakukan pemisahan zat warna kimia dengan menggunakan
kromatografi kolom. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. CHLOROFORUM (Kloroform)
CHCl2 BM 119,38
Kloroform mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5% CHCl2, sisanya
terdiri dari alcohol.
Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir; mempunyai sifat khas; bau eter; rasa
mais dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 610 dipengaruhi oleh cahaya.
Kelarutan: sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dengan benzene,
dengan heksana, dan dengan lemak dan minyak menguap.
Bobot jenis: antara 1,476 dan 1,480, menunjukkan 99,0% sampai 99,5% CHCl2.
Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tetutup rapa, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak
lebih dari 300.
Khasiat dan penggunaan: Antiseptikum umum; pengawet; zat tambahan (Anonim,1995).
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom halogen klor (Cl)
pada rantai C-nya. Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa organik
yang memiliki gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C hidroksi yang
direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl2). Beberapa senyawa yang dapat membentuk kloroform
dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-propanol, 2-butanol, etanol, propanon, 2-
butanon. Halogenasi sering berjalan secara eksplosif dan hampir tanpa kecuali menghasilkan
campuran produk, karena lasan inilah halogenasi kadang saja digunakan dalam laboratorium.
Rumus struktur kloroform
Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan
metal keton, yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3).
Hal ini disebut CHX3 atau haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform
(Anonim,2010).
b. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol
yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus
empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat
menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Rumus struktur etanol
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk
konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan
obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan
untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai
bahan bakar.
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia
terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada
cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen,
sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan
massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi
asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol,
nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti
pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan
tetrakloroetilena (Anonim,2010).
c. Heksana
Heksana (C6H14) - alkana dengan enam atom karbon dalam molekul . Isomer dari heksana
sangat reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut dalam reaksi organik karena mereka sangat
non-polar.
Struktur hekshan
heksana memiliki lima isomer :
* n-heksan (heksan) n-heksana (heksana)
* izoheksan ( 2-metylopentan ) izoheksan ( 2-methylpentane )
* 3-metylopentan 3-methylpentane
* neoheksan 2,2-dimetylobutan neoheksan 2,2-dimetylobutan (Anonim,2010).
d. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan
OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut ( Patnaik, 2002 ).
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan
tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu
donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan
air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air
yang mengandung basa atau asam ( Patnaik, 2002 ).
d. Rhodamin B dan Metanil Yellow
Rhodamin B dan metanil yellow merupakan pewarna sintetik yang digunakan sebagai
pewarna tekstil dan dinyatakan berbahaya oleh pemerintah. Pewarna tersebut dapat
menyebabkan kanker dan sering kali digunakan untuk mewarnai produk makanan, salah satunya
adalah jelly. Rhodamin B adalah bahan untuk pewarna di industri tekstik dan kertas. Rhodamin
B berasal dari metalinilat dan dipanel alanin dan sangat mudah larut dalam alkohol (Anonim,
2010).
e. Alumina (Aluminium oksida)
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan
rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan, keramik
dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.
Sifat-sifat Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik.
Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau α-aluminum
oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong,
karena sifat kekerasannya.
Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses oksidasi
seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam bentuk kristalin,
yang meningkatkan kekerasannya.
Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas → 2NaAl(OH)4
Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan.
SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi
endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. Al(OH)3 yang dihasilkan
kemudian dipanaskan
2Al(OH)3 + panas → Al2O3 + 3H2O
Al2O3 yang terbentuk adalah alumina (Anonin,2010).
f. Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa
pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur (Anonim,2010).
Praktikum kali ini dimulai dengan menimbang bahan bahan yang akan digunakan yaitu rodamin
B 0,212 gr, metilen kuning 0,212 gr (seharusnya ditimbang 0,5 gr, namun bahan terbatas),
alumina 20 gr, kemudian buat sampel uji dengan campurkan rodamin B dan metilen kuning
dalam cawan porselen lalu dilarutkan dengan kloroform, lalu ditambahkan alumina sedikit dan
diaduk sampai homogen dan menjadi serbuk berwarna merah kecoklatan serta kering.
Penyiapan kolom dilakukan dengan cara kolom dicuci dahulu dengan air kemudian dibilas
dengan alkohol lalu ditunggu sampai kolom kering. Digunakan alkohol karena alkohol lebih
bersifat volatile dan dapat mengangkat kotoran pada peralatan laboratorium (Anonim, 2010).
Kemudian dimasukkan n-heksan kedalam kolom untuk mengkondisikan keadaan didalam kolom.
Kemudian dimasukkan sedikit kapas di bagian bawah kolom, lalu dibilas kembali dengan n-
heksana untuk melihat apakah pelarut dapat mengalir, setelah itu dimasukan sedikit n-heksana
dalam kolom lalu dimasukkan alumina yang telah di larutkan dalam n-heksan. Keran bagian
bawah dibuka agar larutan bisa keluar. Lalu sisi-sisi dinding kolom dibersihkan dari alumina
yang tersisa. Pelarut dibiarkan turun hingga kira-kira 1 cm dari permukaan atas alumina.
Kemudian ditambahkan sedikit pasir diatas permukaan alumina lalu diratakan. Setelah
permukaan pasir rata kemudian dimasukan sampel dan diratakan kembali. Pasir ditambahkan
kembali diatas permukaan sampel lalu diratakan lagi. Fungsi penambahan pasir adalah untuk
membatasi antara alumina dan sampel agar tidak bercampur, karena sampel juga mengandung
alumina.
Cara kerja kromatografi ini yaitu kolomnya (tabung gelas) diisi dengan bahan seperti
alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam
kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sampel diasorbsi
oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa gerak; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas
kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa gerak) dan pelarut
yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa diam). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan
mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-
masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya,
zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya, masing-masing lapisan
dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya (Takeuchi, 2009).
Fase diam yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alumina, sedangkan fase geraknya
eluen 1 (ethanol 96% dan etilasetat 1:1) dan eluen 2 (ethanol 96% dan air 1:1). Pelarut yang
pertama digunakan adalah pelarut non polar (etilasetat) kemudian dilanjutkan dengan pelarut
yang lebih polar (air). Alasan menggunakan pelarut non polar terlebih dahulu dikarenakan fase
diam yang digunakan adalah alumina yang bersifaat sangat polar, sehingga lebih mudah untuk
mengelusi zat warna yang bersifat non polar terlebih dahulu karena ikatan dengan alumina lebih
lemah. Kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar karena pelarut polar akan bersaing
untuk mendapatkan ruang pada alumina dengan senyawa merah. Beberapa ruang untuk
sementara dipergunakan oleh molekul-molekul pelarut pada permukaan fase diam, tidak
menyediakan molekul-molekul merah untuk melekat dan ini akan cenderung menjaga
pergerakannya dalam pelarut (Takeuchi, 2010)
Eluen yang sudah disiapkan yaitu etilasetat:etanol (1:1) sebanyak 30 ml dimasukan dalam
kolom sedikit demi sedikit untuk mengelusi sampel, setelah semua eluen masuk kemudian kolom
ditutup rapat karena eluen yang digunakan merupakan campuran yang mudah menguap. Selama
proses elusi dengan eluen pertama pewarna kuning kemudian turun lebih dulu, lalu cairan dari
pewarna kuning ditampung dalam Erlenmeyer. Pewarna kuning terelusi lebih dahulu
dikarenakan sifatnya yang semi polar sehingga terelusi pada pelarut yang semipolar juga yakni
campuran dari etilasetat dan etanol. Setelah semua pewarna kuning terelusi dan eluen sudah
turun semua kemudian ditambahkan eluen yang kedua yaitu campuran dari etanol:air (1:1)
sebanyak 30 ml untuk mengelusi pewarna merah. Pewarna merah yang sudah terelusi kemudian
ditampung dalam Erlenmeyer yang berbeda. Setelah semua pewarna terelusi, proses
kromatografi dihentikan yang ditandai dengan metanil yellow (warna kuning) mencapai dasar
kolom.
Berikut menunjukkan gambar terjadinya proses pemisahan / elusi yang mungkin terjadi
dari waktu ke waktu.
Gambar Proses Pemisahan / Elusi
Dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben silika gel harus senantiasa
basah karena, jika dibiarkan kering, kolom yang terbentuk dari silika gel bisa retak, sehingga
proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain itu, kondisi yang senantiasa basah (tidak
kering) berperan untuk memudahkan proses elusi (larutan melewati kolom) dalam kolom
(Anonim, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan kromatografi kolom, yaitu:
a. Adsorben dan eluen yang digunakan
b. Panjang dan diameter kolom
c. Laju fase gerak
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya
dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering
dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama
untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan
molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting
lainnya (Anonim, 2009).
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya
sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk
menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut
sehingga bisa bertahan lama (Anonim, 2009).
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi
fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit
yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk
perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air
liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang
akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi
secara dini dan cepat (Anonim, 2009).
Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama
bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti spektrofotometri,
manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi. Dengan
alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi
permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia secara umum
(Anonim, 2009).
VI. KESIMPULAN
1. Kromatografi kolom dapat digunakan untuk memisahkan, memurnikan dan
mengidentifikasi zat warna kimia.
2. Proses pemisahan zat warna ini, warna kuning terelusi terlebih dahulu karena bersifat
semipolar sehingga bisa terelusi pada campuran eluen etilasetat dan etanol sedangkan
pewarna merah yang bersifat polar terelusi dengan penambahan eluen campuran polar
yaitu etanol dan akuades.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 2007. Kromatografi Kolom. http://www.chemistry.org/ materi kimia/ instrumen
analisis/ kromatografi/ kromatografi kolom. Diakses 11 April 2012.
Anonim. 2009. Kuliah Kromatografi Kolom (Bagian I). http://wiro-pharmacy
.blogspot.com/2009/10/kuliah-kromatografi-kolom-bagian-1.html. Diakses pada tanggal 11
April 2012.
Anonim. 2010. Aseton. http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton. diakses tanggal 11 April 2012.
Anonim. 2010. Etanol. http://id.wikipedia.org/wiki/etanol. diakses tanggal 11 April 2012.
Anonim. 2010. Heksana. http://id.wikipedia.org/wiki/heksana. diakses tanggal 11 April 2012.
Anonim. 2010. Pasir. http://id.wikipedia.org/wiki/etanol. diakses tanggal 11 April 2012.
Anonim. 2010. Rhodamin B. http://id.wikiedia.org/wiki/Rhodamin B. diakses tanggal 11 April
2012.
Hamdan. 2010. Molekul Polar dan Non Polar. http://kimiaman.blogspot.com /2010/06/melokul-
polar-dan-non-polar.html. Diakses 11 April 2012.
Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Patnaik, Pradyot. 2002. Handbook of Inorganic Chemicals. McGraw-Hill.
Takeuchi Y. 2009. Kromatografi. http://www.chem-is-try.org. diakses tanggal 11 april 2012.
Takeuchi Y. 2010. Kromatografi Kolom. http://www.chem-is-try.org. diakses tanggal 11 April
2012.