p5 uji sensitivitas kirby baeur

29
UJI SENSITIVITAS Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba Uji kepekaan terhadap antimikroba dimulai ketika pertemuan yang diprakarsai WHO di Genewa (1977), kepedulian terhadap semakin luasnya resistensi antimikroba baik yang berhubungan dengan infeksi manusia atau hewan. Hal ini mencetuskan program surveilance untuk memonitor resistensi antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Dengan tes kepekaan terhadap antimikroba akan membantu klinisi untuk menentukan antimikroba yang sesuai untuk mengobati infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang valid, tes kepekaan harus dilakukan dengan metode yang akurat dan presisi yang baik, dimana metode tersebut langsung dapat digunakan dalam menunjang upaya pengobatan. Kriteria yang penting dalam metode tes kepekaan adalah hubungannya dengan respon pasien terhadap terapi antimikroba. Dari pertemuan tersebut WHO merekomendasikan penggunaan teknik difusi Kirby-Bauer yang telah diperkenalkan pada tahun 1976, metode tersebut sangat sesuai khususnya untuk golongan Enterobactriaceae, tetapi dapat pula digunakan untuk semua bakteri pathogen. Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba atau kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tes kepekaan Penentuan tes laboratorium terhadap mikroorganisme, untuk hasil yang lebih akurat harus memperhatikan faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi baik terhadap mikroorganisme ataupun pengaruh terhadap daya kerja antimikroba, sehingga harus dihindari faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan merpengaruhi,

Upload: fera-elya

Post on 08-Apr-2016

6 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

UJI SENSITIVITAS

Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba

Uji kepekaan terhadap antimikroba dimulai  ketika pertemuan yang diprakarsai WHO di

Genewa (1977), kepedulian terhadap semakin luasnya resistensi antimikroba baik yang berhubungan

dengan infeksi manusia atau hewan. Hal ini mencetuskan program surveilance  untuk memonitor

resistensi antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Dengan tes kepekaan terhadap

antimikroba akan membantu klinisi untuk menentukan antimikroba yang sesuai untuk mengobati

infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang valid, tes kepekaan harus dilakukan dengan metode

yang  akurat dan presisi yang baik, dimana metode tersebut langsung dapat digunakan dalam

menunjang upaya pengobatan. Kriteria  yang penting dalam metode tes kepekaan adalah

hubungannya dengan respon pasien terhadap terapi antimikroba.

Dari pertemuan tersebut WHO  merekomendasikan  penggunaan teknik difusi Kirby-Bauer

yang telah diperkenalkan pada tahun 1976, metode tersebut sangat sesuai khususnya untuk

golongan Enterobactriaceae, tetapi dapat pula digunakan untuk semua bakteri pathogen.

Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri

penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba atau

kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro,

sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba  yang berpotensi untuk pengobatan.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tes kepekaanPenentuan tes laboratorium terhadap mikroorganisme, untuk hasil yang lebih akurat harus

memperhatikan faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi baik terhadap mikroorganisme ataupun

pengaruh terhadap daya kerja antimikroba, sehingga harus dihindari  faktor-faktor lingkungan yang

kemungkinan merpengaruhi,

Faktor lingkungan tersebut diantaranya:

1.      pH

Beberapa antimikroba dipengaruhi oleh pH lingkungan, contohnya  aktifitas antibakteri eritromisin dan

aminoglikosida berkurang apabila terjadi  penurunan pH, sedangkan aktifitas tetrasiklin akan menurun

bila terjadi peningkatan pH. Aktifitas aminoglikosida yang daya kerjanya menghambat sintesis protein

bakteri melalui membran sel dengan proses oksidasi, sehingga apabila  tidak terdapat oksigen akan

mengurangi aktifitas antimikroba tersebut.

2.      Kation

Aktifitas aminoglikosida juga dipengaruhi oleh konsentrasi kation Ca++ dan Mg++. Tahapan aktifitas

antimikroba yang penting adalah absorpsi antimikroba ke permukaan sel bakteri. Aminoglikosida

Page 2: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

bermuatan positif dan bekerja  terutama untuk bakteri gram negatif,  misalnya membran

luarPseudomomonas aeruginosa  yang bermuatan negatif

3.      Tersedianya bahan gizi tertentu

Bahan gizi tertentu dapat mempengaruhi aktifitas antimikroba, misalnya bakteri enterococcus mampu

menggunakan timin  dan asam folat hasil metabolisme untuk menghindari pengaruh

aktifitas  sulfoamida dan trimetroprim, yang dihambat oleh  jalur metabolik asam folat.

Informasi mengenai resistensi yang kemungkinan berasal dari lingkungan  digunakan untuk

membuat metoda standar  yang dapat mengurangi pengaruh faktor lingkungan terhadap bakteri  uji,

sehingga pemeriksaan lebih akurat.

Tujuan pengendalian faktor lingkungan  1.      Hambatan pertumbuhan berkaitan dengan aktifitas antimikroba melawan bakteri uji dan tidak dibatasi

oleh bahan gizi, suhu dan kondisi lingkungan lainnya yang dapat menghalangi pertumbuhan,

sehingga dapat dipastikan hambatan pertumbuhan hanya disebabkan oleh antimikroba yang

digunakan.

2.      Mengoptimalkan  kondisi untuk pemeliharaan keutuhan dan aktifitas antimikroba sehingga dapat

dipastikan kegagalan  menghambat  pertumbuhan bakteri disebabkan oleh keresistenan bakteri itu

sendiri tapi bukan dari pengaruh lingkungan yang membuat antimikroba inaktif.

3.      Untuk mempertahankan hasil konsisten yang berulang (reproducibility dan consistency) sehingga

organisme yang sama akan memperlihatkan hasil kepekaan yang sama, terhadap metode uji

laboratorium yang digunakan

Pengujian dilakukan di bawah kondisi standar, dimana kondisi standar berpedoman

kepada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Standar yang harus dipenuhi yaitu:

konsentrasi inokulum bakteri, media perbenihan (Muller Hinton) dengan memperhatikan pH,

konsentrasi  kation, tambahan darah dan serum, kandungan timidin, suhu inkubasi, lamanya inkubasi

dan konsentrasi antimikroba

Walaupun kondisi penting untuk pemeriksaan invitro telah distandarkan namun tidak ada

kondisi invitro yang  mengambarkan kondisi yang sama dengan keadaan invivo tempat yang

sebenarnya bakteri tersebut menginfeksi. Dengan demikian ada beberapa faktor yang memegang

peranan penting dari  pasien disamping hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil uji kepekaan  yang

telah diperhitungkan pada metode uji. Faktor tersebut yaitu:

a.       Difusi  antimikroba pada sel dan jaringan  hospes

b.      Protein serum pengikat antimikroba

c.       Gangguan dan interaksi obat

d.      Status daya tahan dan system imun pasien

e.       Mengidap beberapa penyakit  secara bersamaan

f.       Virulensi dan patogenitas bakteri yang menginfeksi

g.      Tempat infeksi dan keparahan penyakit

Page 3: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

Dasar pemeriksaan uji kepekaan1.      Merupakan metode yang langsung mengukur aktifitas satu atau lebih antimikroba  terhadap inokulum

bakteri

2.      Merupakan metode yang secara langsung mendeteksi keberadaan mekanisme resitensi spesifik

pada inokulum bakteri

3.      Merupakan metode khusus untuk mengukur interaksi antara mikroba dan antimikroba

Metode-metode pengukuran aktifitas antimikroba Kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri  dapat diukur menggunakan metode yang

biasa dilakukan yaitu :

A.       Metode konvensional  :  dilusi (agar atau kaldu),  difusi dan Etest

B.        Uji kepekaan komersial

Persiapan sebelum uji dilakukanBeberapa persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan uji  dengan metode dilusi dan

difusi  yaitu meliputi persiapan inokulum dan antimikroba yang akan digunakan

Persiapan inokulum

Persiapan inokulum yang tepat penting untuk  uji kepekaan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan

konsisten. Ada dua persiapan yang harus dilakukan yaitu: biakan murni dan pembuatan inokulum

standar.

            Biakan murni diperlukan karena interpretasi berdasarkan inokulum yang tercampur tidak

dapat diterima dan akan menghambat mendapatkan hasil. Biakan murni dilakukan dengan

mengambil empat atau lima koloni yang sama secara morfologi dan ditanam pada media perbenihan

cair dan dibiarkan tumbuh  subur, pada umumnya memerlukan waktu inkubasi 3 sampai 5 jam. Bisa

juga sebagai alternative  4 sampai 6 koloni berusia 16 sampai 24 jam dipilih dari media agar dan

dibuat suspensi dengan NaCl 0,85% untuk mendapatkan suspensi yang keruh. Kemudian kekeruhan

dibandingkan dengan suspensi standar Mc Farland, pada latar belakang hitam. Standar Mc Farland

dibuat dengan mencampur asam sulfat 1% dan barium klorida 1,175% untuk

mendapatkan  kekeruhan standar. Standar kekeruhan 0,5 Mc Farland telah tersedia secara

komersial, yang memiliki kekeruhan sebanding dengan 1,5 x 108 colony forming unit (CFU)/ml.

Memilih antimikroba untuk uji kepekaan

Pemilihan antimikroba dilakukan oleh staf medis terutama dokter spesialis penyakit infeksi dan bila

perlu disertai ahli farmasi. Pemilihan berdasarkan  kelompok bakteri, hasil  identifikasi bakteri (karena

ada beberapa antimikroba spesifik hanya untuk bakteri tertentu, misalnya ceftadizime spesifik

untuk Pseudomonas aeruginosa), spektrum antimikroba dan tempat asal infeksi (misalnya untuk

infeksi saluran urinaria dipilih nitofurantoin). Deretan antimikroba secara umum didasarkan pada

kelompok organisme ,secara umum dibagi menjadi:

Page 4: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

        i.            Enterobacteriaceae

      ii.            Pseudomonas aeruginosa dan Acinetobacter spp

    iii.            Staphylococcus spp

    iv.            Enterococcus spp

      v.            Streptococcus  spp (kecuali S. pneumoniae)

     vi.            Streptococcus pneumonia

   vii.            Haemophilus influenza

 viii.            Neisseria gonorrhoeae

A.                Metode konvensional

1.      Metode dilusi      Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan teknik dilusi

agar. Yang bertujuan untuk penentuan aktifitas antimikroba secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan

kedalam media agar atau kaldu, yang kemudian  ditanami  bakteri yang akan dites. Setelah

diinkubasi semalam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sebut

dengan MIC (minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan

dengan konsentrasi  obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya untuk mendapatkan

perkiraan respon klinik.

a)      Dilusi perbenihan cair

            Dilusi perbenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada prinsipnya pengerjaannya

sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi volume yang digunakan lebih  dari 1 ml,

sedangkan mikrodilusi volume  yang digunakan  0,05 ml sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan

disediakan pada berbagai macam pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasi bervariasi

tergantung jenis dan sifat antibiotik. (misalnya cefotaxime untuk uji kepekaan terhadap Streptococcus

pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml, sedangkan untuk Escherichia coli   pengenceran

dilakukan pada 16 µg/ml  atau lebih).

            Secara umum untuk penentuan MIC pengenceran antimikroba dilakukan penurunan

konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5, 0,25 µg/ml) konsentrasi terendah

yang menunjukkan  hambatan  pertumbuhan dengan jelas baik dilihat secara visual atau alat

semiotomats dan otomatis, disebut dengan konsentrasi daya hambat minimum/ MIC (minimal

inhibitory concentration).Kondisi untuk uji kepekaan teknik perbenihan cair terdapat pada lampiran 1.

Gambar 1. Contoh teknik dilusi perbenihan cair

           (sumber INTRODUCTION TO BACTERIOLOGICAL METHODS)

Page 5: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

b)      Dilusi agar

Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan ditambahkan kedalam agar,

sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai jumlah pengeceran  ditambah satu perbenihan

agar untuk kontrol tanpa penambahan antibiotik , konsentrasi terendah antibiotik yang mampu

menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang di uji. Kondisi untuk uji kepekaan

teknik agar dilusi terdapat pada lampiran 2. Salah satu kelebihan metode agar dilusi untuk penentuan

MIC Neisseria gonorrhoeae yang tidak dapat tumbuh pada teknik dilusi perbenihan cair.

Gambar 2. Penentuan MIC pada teknik agar dilusi

Penentuan MBC dari MIC perbenihan cair            Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum inhibition concentration)

dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan konsentrasi terendah bakteri yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar

atau kekeruhan pada pembiakan kaldu. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba

yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Agar antimikroba  efektif

pada MIC atau MBC. Sedapat mungkin  mencapai tempat infeksi. Absorpsi obat dan distribusi

antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan frekuensi pemberian antimikroba untuk

mendapatkan dosis efektif di tempat terjadinya infeksi

Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh bakteri / minimum bactericidal

concentration (MBC) dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk

MIC ke dalam agar kemudian diinkubasi semalam pada 37⁰C. MBC adalah ketika tidak terjadi

pertumbuhan lagi pada agar .

Contoh MBC:

Misalnya pada konsentrasi antibiotik 0 μg/ml,1 μg/ml dan 2 μg/ml  menunjukkan banyak pertumbuhan

bakteri

Pada konsentrasi 4 μg/ml,8 μg/ml,16 μg/ml masih menunjukkan pertumbuhan bakteri tapi jumlah

koloninya semakin sedikit

Pada konsentrasi antibiotik 32 μg/ml ,64  μg/ml, pada konsentrasi 32 μg/ml  tumbuh 8 koloni bakteri,

sedangkan pada 64 μg/ml  tidak tumbuh, sehingga MBC (minimum bactericidal concentration) adalah

64 μg/ml

Page 6: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

Keuntungan dan kerugian metode dilusi:

Dengan teknik dilusi memungkinkan penentuan kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-

sama.MIC dapat membantu  dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk

penggunaan antimikroba .Kerugiannya  metode ini tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit,

memerlukan banyak alat-alat dan bahan serta memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya

termasuk persiapan konsentrasi antimikroba yang bervariasi

2.      Metode difusi.Cakram kertas, yang telah dibubuhkan sejumlah tertentu antimikroba, ditempatkan pada

media yang telah ditanami organism yang akan di uji secara merata. Tingginya konsentrasi  dari

antimikroba   ditentukan oleh difusi dari cakram dan pertumbuhan organism uji  dihambat

penyebarannya sepanjang difusi antimikroba (terbenuk zona jernih disekitar cakram), sehingga

bakteri tersebut  merupakan bakteri yang sensitif terhadap antimikroba. Ada hubungan persamaan

yang hampir linear (berbanding lurus) antara log MIC, seperti yang diukur oleh metode dilusi dan

diameter zona daya hambat  pada metode difusi.

Gambar 3. Hubungan linear antara konsentrasi MIC (μg/ml) dan zona hambat antimikroba (mm)

Gambar 4. Grafik hubungan log MIC dengan zona hambat metode difusi

Hasil dari tes kepekaan,  mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam dua atau lebih kategori.

Sistim yang sederhana menentukan dua kategori yaitu sensitif dan resisten. Meskipun klasifikasi

tersebut memberikan banyak keuntungan untuk kepentingan statistik dan epidemiologi, bagi klinisi

merupakan ukuran yang terlalu kasar untuk digunakan. Dengan demikian hasil dengan 3 klasifikasi

yang biasa digunakan, (sensitif, intermediate, dan resisten) seperti pada metode Kirby-Bauer.  Terapi

antimikroba idealnya berdasarkan penentuan bakteri penyebab dan antimikroba sesuai yang sensitif

terhadap bakteri tersebut.

Pengobatan secara empiris biasanya dimulai sebelum ada hasil laboratorium mikrobiologi,

ketika pengobatan harus dilakukan sebelum penyakit menjadi bertambah parah . efektifitas

antimikroba bervariasi tergantung lokasi infeksi, kemampuan antimikroba mencapai sumber infeksi

dan kemampuan bakteri untuk menahan atau menginaktifasi antimikroba. Beberapa antimikroba

dapat bertindak sebagai bakterisidal (benar-benar membunuh bakteri) sedangkan yang lain bertindak

sebagai bakteriostatik (mencegah bakteri berkembang biak), dengan demikian sistem imun hospes

mempengaruhi kepekaan terhadap bakteri tersebut..

Page 7: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

Di laboratorium klinik, uji kepekaan lebih banyak digunakan metode cakram difusi. Pada

metode ini inokulum bakteri ditanam secara merata pada permukaan agar.

Cakram  antimikroba diletakkan pada permukaan agar dan dibiarkan berdifusi ke dalam media

sekitarnya. Hasilnya dilihat zona hambat antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri. Ukuran zona

jernih tergantung kepada kecepatan difusi antimikroba, derajat sensitifitas mikroorganisme dan

kecepatan pertumbuhan bakteri. Zona hambat cakram antimikroba pada metode difusi berbanding

terbalik dengan MIC. Semakin luas zona hambat, maka semakin kecil konsentrasi daya hambat

minimum MIC. Untuk derajat  kategori bakteri dibandingkan terhadap diameter zona hambat yang

berbeda-beda setiap antimikroba, sehingga dapat ditentukan kategori resisten, intermediate atau

sensitif terhadap antimikroba uji.

Tabel.1 Standar Diameter zona interpretasi dan perkiraan kaitannya MIC untuk penentuan kategori serta interpretasi hasil

Antimikroba(jumlah tiap cakram)

Dan organisme

Diameter zona (millimeter tedekat) untuk masing-

masing kategori

Perkiraan kaitan dengan MIC (mikro

gm/ml) untuk:

R I MS S R S

Ampicillin (10 µg)

Enterobacteriaceae  <11 12-13 >14 >32 <8

Staphylococcus spp. <28 >29 beta- <0.25

Page 8: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

Lactamase

Haemophilus spp. <19 >20 >4 <2

Enterococci <16 >17 >16

Other streptococci <21 22-29 >30 >4 <0.12

Chloramphenicol (30 µg)

<12 13-17 >18 >25 <12.5

Erythromycin (15 µg)

<13 14-17 >18 >8 <2

Asam nalikdisat (30 µg)

<13 14-18 >19 >32 <12

Streptomycin (10µg) <11 12-14 >15

Tetracycline (30 µg) <14 15-18 >19 >16 <4

Trimethoprim (5 µg) <10 11-15 >16 >16 <4

a dokumen diambil pada oktober 1983 (M2-T3 ) NCCLS. Sesuai dengan dokumen MCCLS terbaru untuk perubahan dan

diperbaharuib R, Resistant; I, intermediate; MS, moderately susceptible; S, susceptible. Hasil intermediate mengindikasikan hasil yang

kurang tegas yang dapat membutuhkan tes lebih lanjut. Hasil MS seharusnya dilaporkan sebagai indikasi kepekaan yang

menunjukkan dosis aman maksimal untuk terapi. Strain bakteri dengan hasil MS dikategorikan sebagai sensitive bukan

intermediate. c Korelasi perkiraan terdekat MIC digunakan untuk menentukan kategori resisten atau sensitif. Korelasi ini tidak dapat

digunakan untuk interpretasi uji kepekaan metode dilusi

Uji kepekaan Metode agar difusi  Kirby-Bauer

Bahan yang diperlukan :

  Agar Muller Hinton

  Cakram antibiotik

  Inokulum Standar Mc farland 0,5

Gambar 3. (kiri-kanan) inokulum dengan kekeruhan setingkat  0,5, 1, 2 dan 3 Mc Farland, yang

digunakan dalam teknik Kirby Bauer adalah standar 0,5 Mc Farland

Cara kerja:

1)      Disiapkan agar Muller Hinton kondisikan pada suhu ruangan dan permukaan agar kering

Page 9: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

2)      Persiapkan inokulum 0,5 Mc Farland  (dibuat baru dari 4-6 koloni dalam 2 ml NaCl fisiologis,

digunakan tidak lebih dari 15 menit dan supaya homogen bisa dibantu dengan vortex

3)      Penanaman pada agar Muller Hinton

Celupkan swab steril ke dalam inokulum bakteri , angkat swab kemudian di atas permukaan suspensi

inokulum pada sisi tabung putar swab dengan sedikit ditekan agar tidak berlebih

4)      Goreskan swab pada agar Muller Hinton  dengan memutar agar sekitar 60 derajat 2 sampai 3 kali

untuk memastikan seluruh permukaan agar tergores

5)         Putarkan swab pada pinggiran agar untuk mengambil kelebihan suspensi  bakteri pada sekeliling

cawan petri

6)         Tempatkan cakram antibiotik  pada permukaan agar yang telah ditanami bakteri  dengan

memperhatikan jarak penyimpanan cakram. Dapat dilakukan menggunakan pinset steril ataudisk

feeder

Hasil  pada  perbenihan Muller Hinton setelah 16-18 jam inkubasi:

 

Tabel 2. Diameter zona hambat beberapa antibiotik

Keuntungan dan kerugian metode difusi:

Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak rumit dalam penegrjaannya dan efisien

karena dalm satu perbenihan agar dapat menguju maksimal 12 macam antimikroba.Tidak

membutuhkan alat dan bahan yang banyak seangkan kerugiannya tidak dapat diketahui secara tepat

tingkat resistensi  atau kepekaan bakteri terhadap antimikroba

3.      E-testMetode yang digunakan selain metode Kirby-Bauer dalam uji kepekaan adalah E-

test(Epsilometer test) yang juga berdasarkan prinsip difusi. E-test digunakan untuk pemeriksaan

mikrobiologis untuk kepekaan bakteri dan jamur.

 

 Gambar 5.Etest  dan penentuan MIC

Etest menggunakan strip persegipanjang yang telah mengandung antibiotik. Bakteri ditanam pada

perbenihan agar kemudian diletakkan strip Etest pada permukaan agar, setelah antibiotik berdifusi ke

dalam agar  akan terbentuk zona hambat  pada konsentrasi antibiotik yang bertingkat terdapat pada

strip Etest. Setelah 24 jam inkubasi akan tampak zona hambat yang berbentuk elips, ketika sampai

Page 10: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

pada garis zona yang telah melekat pada strip (tidak ada zona hambat lagi) pada konsentrasi tersebut

merupakan pembacaan hasil MIC

B.        Uji kepekaan Metode komersialPada dasarnya metode komersial merupakan penggabungan metode konvensial  dilusi dan difusi

dan keakuratan metode komersial ini dievaluasi dengan cara membandingkan dengan metode

konvensional.  Media perbenihan , kondisi lingkungan  disesuaikan dengan standar metode

konvensional dan ujuan dari metode tetap sama seperti metode konvensional, hanya pengerjaan dan

cara penggunaan alatnya yang lebih praktis, dimana pencapaian tujuan bervariasi tergantung kepada:

            Susunan bakteri dan komposisi antimikroba yang digunakan

            Tingkat otomatisasi dalam penanaman, inkubasi, interpretasi dan pelaporan

            Metode yang digunakan untuk mengukur  hambatan pertumbuhan bakteri

            Kecepatan memperoleh hasil

            Akurasi

Jenis-jenis Metode komersial :

1.         Metode mikrodilusi perbenihan cair (broth microdilution methods)

Secara umum metode ini didesain untuk menrima inokulum dan diinkubasi pada kondisi sesuai

petunjuk penggunaan, biasanya untuk pembacaannya memerlukan alat semiotomatis.

2.         Agar dilusi derivatif (agar dilution derivations)

Pada metode ini telah disediakan perbenihan agar yang telah mengandung antimikroba melingkar,

dimulai dari tengah-tengah /pusat lingkaran perbenihan agar dengan konsentrasi tertinggi, terus

melingkar ke arah tepi dengan konsentrasi semakin menurun. Penanaman bakteri dimulai dari tepi

perbenihan dengan satu goresan tegak lurus. Difusi antibiotik akan tampak zona hambat dari

konsentrasi tinggi  (pusat lingkaran) ke rendah (tepi)

3.         Difusi pada agar derivatif (diffusion in agar derivations)

Pada metode ini digunakan  perbenihan Muller Hinton yang diletakkan  di atasnya strip antibiotik

secara melingkar

4.         System pengujian otomatis (automated antimicrobial susceptibility test system)

Contoh metode pengujian otomatis ini adalah Vitek legacy system dan vitek

2  system.Metode ini dalam persiapan inokulum dan penanamam bakteri dilakukan secara

otomatis, cara pembacaan dan interpretasi kategori menggunakan system algoritma

5.         Metode pengujian alternative dan suplemen. Metode pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

mekanisme resistensi

6.         Metode yang langsung mendeteksi  mekanisme resistensi spesifik

Metode dengan pengukuran antimikroba berdasarkan keberadaan mekanisme khusus, misalnya

berdasarkan metode fenotip, deteksi asetiltransferase kloramfenikol.

7.         Metode khusus untuk mendeteksi kompleks interaksi antimikroba-organisme

8.         Tes kombinasi aktifitas antimikroba

9.         Spiral Gradient Endpoint Test (SGE), merupakan uji kepekaan pada satu agar terdiri dari 15 suspensi

mikroba dapat digoreskan swab dengan arah memutar melalui beberapa konsentrasi. Software

Page 11: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

dibutuhkan untuk menghitung konsentrasi yang sebenarnya dari setiap mikroba yang tumbuh yang

menghambat pertumbuhan. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan keterbatasan metode

konvensional dimana setiap media agar hanya satu konsentrasi, menghemat waktu dan bahan

karena satu plate SGE sama dengan 8 plate pada metode konvensiona

AntibiogramDari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Antibiogram, palatine tonsil smear anjing dengan tonsilitis , agar Mueller-Hinton .Hanya Amoxicilline - asam

klavulanat (AMC) dan Kloramfenikol (C) menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri.

Sebuah antibiogram adalah hasil dari pengujian laboratorium untuk sensitivitas terisolasi strain

bakteri yang berbeda untuk antibiotik . Hal ini menurut definisi sebuah in vitro -sensitivitas.

Dalam praktek klinis, antibiotik yang paling sering diresepkan berdasarkan pedoman umum dan

pengetahuan tentang sensitivitas: misalnya rumitinfeksi saluran kemih dapat diobati dengan generasi

pertama kuinolon , dll Hal ini karena Escherichia coli adalah yang paling mungkin penyebabpatogen , dan

diketahui sensitif terhadap kuinolon pengobatan. Infeksi yang tidak diperoleh di rumah sakit, yang disebut

"masyarakat yang diperoleh" infeksi.

Namun, banyak bakteri yang diketahui resisten terhadap beberapa kelas antibiotik , dan pengobatan tidak

begitu jelas. Hal ini terutama terjadi pada pasien yang rentan, seperti pasien dalam perawatan

intensif Unit. Ketika pasien ini mengembangkan "didapat di rumah sakit" (atau "nosokomial")pneumonia ,

bakteri yang lebih kuat seperti Pseudomonas aeruginosa berpotensi terlibat. Pengobatan umumnya

kemudian dimulai berdasarkan data surveilans tentang patogen lokal mungkin terlibat. Perawatan ini

pertama, berdasarkan informasi statistik tentang mantan pasien, dan ditujukan pada sekelompok besar

mikroba berpotensi terlibat, disebut terapi empiris .

Sebelum memulai pengobatan ini, dokter akan mengumpulkan sampel dari yang diduga terkontaminasi

kompartemen: a darah sampel ketika bakteri mungkin telah menginvasi aliran darah, sebuah dahak sampel

Page 12: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

dalam kasus pneumonia ventilator terkait, dan urin sampel dalam kasus kemih a Infeksi saluran. Sampel ini

ditransfer ke mikrobiologi lab, yang terlihat pada sampel di bawah mikroskop , dan mencoba untuk budaya

bakteri. Hal ini dapat membantu dalam diagnosis .

Setelah suatu budaya terbentuk, ada dua cara yang mungkin untuk mendapatkan antibiogram:

cara semi-kuantitatif berdasarkan difusi ( metode Kirby-Bauer ); cakram kecil berisi antibiotik yang

berbeda, atau cakram kertas diresapi, yang jatuh di zona yang berbeda dari budaya pada plate agar,

yang merupakan lingkungan yang kaya nutrisi di mana bakteri dapat tumbuh. Antibiotik akan

menyebar di daerah sekitarnya setiap tablet, dan piringan lisis bakteri akan menjadi terlihat. Karena

konsentrasi antibiotik adalah yang tertinggi di pusat, dan terendah di tepi zona ini, diameter adalah

sugestif untuk Konsentrasi Hambat Minimum, atau MIC, (konversi diameter dalam milimeter untuk

MIC, dalam mg / ml, didasarkan pada dikenal regresi linier kurva).

cara kuantitatif berdasarkan pengenceran : serangkaian pengenceran antibiotik didirikan (ini adalah

serangkaian botol reaksi dengan konsentrasi semakin rendah zat antibiotik). Botol terakhir di mana

ada bakteri tumbuh mengandung antibiotik di Penghambat Konsentrasi Minimal.

Setelah MIC dihitung, dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang diketahui untuk bakteri tertentu dan

antibiotik: misalnya MIC a> 0,06 mg / ml dapat ditafsirkan sebagai penisilin-tahanStreptococcus

pneumoniae . Informasi tersebut mungkin berguna bagi dokter, yang dapat mengubah terapi empiris, untuk

lebih disesuaikan dengan kebutuhan perawatan yang diarahkan hanya pada bakteri penyebab.

UJI RESISTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mikroorganisme yang berada di sekitar kita bermacam-macam ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi makhluk hidup, khususnya pada manusia. Mikroorganisme misalnya bakteri ada yang bersifat patogen dan non patogen. Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tertentu, sedangkan bakteri non patogen adalah bakteri yang tidak menyebabkan penyakit.Adanya bakteri patogen membuat peneliti mulai mengembangkan pengetahuan mengenai resistensi suatu bakteri dan menemukan zat antimikrobia yang kemudian memudahkan manusia untuk mengendalikan pertumbuhan suatu bakteri.

Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Chaidir, 1994). Tiap-tiap antibiotik memiliki efektivitas

Page 13: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme (bakteri). Beberapa antibiotik dapat bekerja dengan baik pada bakteri gram negatif dan beberapa antibiotik lainnya ada yang lebih efektif pada bakteri gram positif.

Cara mmengetahui efektivitas suatu antibiotik dengan mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan uji Kirby-Bauer. Prinsip dasarnya adalah dengan meletakkan disk yang telah mengandung antibiotik dengan konsentrasi dan kadar tertentu pada media agar yang telah ditanam bakteri uji. Zona hambat/ bening yang dihasilkan disekitar disk inilah yang digunakan sebagai dasar penentuan tingkat resistensi.tingkat resisntensi bakteri dibedakan menjadi 3 yakni: sensitif, intermediet, dan resisten. Bakteri bersifat sensitif adalah jika terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer, resisten adalah jika tidak terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer, sedangkan intermediet adalah jika terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer dengan diameter yang kecil.

Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik (ampisilin) dan mengetahui efektifitas antibiotik tersebut, maka dilakukan percobaan uji resistensi pada bakteri (sampel air selokan) Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya.

     

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, dapat ditarik rumusan masalah yaitu:

a.    Bagaimanakah cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu?

b.    Bagaimanakah efektivitas antibiotik (Ampisilin) terhadap bakteri gram negatif berbentuk monococcus dari sampel air selokan?

1.3  Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

a.    Mengetahui cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu.

b.    Mengetahui efektivitas suatu antibiotik terhadap bakteri uji.

1.4  Manfaat

Manfaat dari praktikum uji resistensi ini adalah :

a.    Dapat memberikan pengetahuan cara menguji resistensi suatu bakteri.

b.    Dapat memberikan pengetahuan mengenai sifat antibiotik yang memiliki efektivitas berbeda-beda terhadap suatu jenis bakteri.

c.    Dapat memberikan pengetahuan bahwa konsentrasi antibiotik mempengaruhi besar kecilnya zona hambat yang dihasilkan.

Page 14: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur
Page 15: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap lingkungan, termasuk lingkungan-lingkungan dimana tidak ada kehidupan lain yang dapat bertahan hidup. Mikroorganisme mampu bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Mereka juga mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan yang sangat ekstrim. Jenis-jenis mikroorganisme yang ditemukan di suatu lingkungan mempunyai pertumbuhan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi. Selayaknya mahluk hidup, mikroorganisme juga membutuhkan zat-zat tertentu untuk tumbuh dan juga memberikan respon terhadap zat-zat yang merusak mereka. Bahan- bahan kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun bagi mikroorganisme. Bahan-bahan ini dapat menghambat atau mematikan mikroba yang bersifat patogen dan merugikan manusia. Senyawa yang dapat menghambat mikroba disebut senyawa antiseptik, sedangkan senyawa yang bisa mematikan mikroba disebut senayawa desinfektan.

Salah satu senyawa antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan salah satu jenis mikroba misalnya bakteri adalah antibiotik. Antibiotik atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Pada tahun 1940, antibiotika dapat dikatakan merubah dunia pengobatan serta mengurangi angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Ganiswarna, 1995).

Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan & manusia. Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari mikororganisme) tetapi jugadapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika. Antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaanantibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika (Wasitaningrum, 2009).

Resistensi antibiotika ialah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapatmengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi sehingga mengakibatkan bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup. Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Stainier, et al., 1986).

Cara pengujian resistensi mikroba terhadap suatu jenis antibiotik dapat dilakukan dengan uji resistensi. Teknik ini menggunakan zat kimia untuk mengurangi dan membunuh mikroorganisme, terutama mikroba yang patogen. Metode yang biasa dipakai adalah metode Metode Kirby-Bauer yang merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya.

Page 16: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

Faktor-faktor yang berpengaruh pada metode Kirby-Bauer adalah:

a.   Ketebalan media agar

Dapat mempengaruhi penyebaran dan difusi antibiotik yang digunakan.

b.   Umur bakteri

Bakteri yang berumur tua (fase stationer) tidak efektif untuk diuji karena mendekati kematian dan tidak terjadi pertumbuhan lagi sehingga yang dipakai bekteri berumur sedang (fase eksponential) karena aktivitas metabolitnya tinggi, pertumbuhan cepat sehingga lebih peka terhadapa daya kerja obat dan hasilnya lebih akurat.

c.   Waktu inkubasi

Waktu yang cukup supaya bakteri dapat berkembang biak dengan optimal dan cepat. Waktunya minimal 16 jam.

d.   pH, temperature

Bakteri memiliki pH dan temperature optimal untuk tumbuh yang berbeda-beda sehingga sebaiknya dilakukan saat pH dan temperature yang optimal.

e.   Konsentrasi antibiotik

Semakin besar konsentrasinya semakin besar diameter hambatannya..

f.     Jenis antibiotik

   setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya, tergantung sifat antibiotik tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit).

Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Sinaga, 2005).

Setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya, tergantung sifat antibiotik tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit). Ampicillin merupakan salah satu antibiotik yang termasuk golongan penisilin semi-sintetik yang berasal dari inti penisilin yaitu asam 6-amino penisilat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisid. Secara klinis, ampicillin efektif terhadap bakteri gram-positif seperti S. pneumonia, enterokokus dan stafilokokus yang tidak menghasilkan penisilinase, sedangkan pada bakteri gram-negatif, diantaranya gonokokus, H. influenza, beberapa jenisE.coli, Shigella, Salmonella dan P. mirabilis. Seperti golongan penicillin lainnya, ampicillin bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang peptidoglikan dan mampu melakukan penetrasi pada bakteri gram positif dan gram negatif. Keberadaan gugus amino pada Ampicillin membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri (Brander, et al., 1991).

Page 17: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki mekanisme kerja yang secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja ampicilin antara lain:

1.    Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi sintesis peptidoglikan pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase merupakan enzim yang bekerja dalam proses cross-linking dari rantai peptida dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada tahap akhir pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking tersebut digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.

2.    Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding Protein (PBP) yang berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.

3.    Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP. Aktivasi tersebut menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al., 2003).

Page 18: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Praktikan melaksanakan praktikum uji resitensi bakteri pada hari kamis tanggal 4 april 2013. Praktikan melaksanakan praktikum tersebut di Laboratorium Mikrobiologi Dasar, Gedung C9, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.

3.2  ALAT DAN BAHAN

A.       Alat

         Cawan petri 2 buah

         Kertas hisap (paper disc) 12 buah

B.       Bahan

         Media taoge agar

         Media taoge cair

         Bakteri uji 2 ml

         Antibiotik amphicillin 500 mg

3.3  PROSEDUR KERJA

a.         Dilakukan peremajaan/ sub culture bakteri uji yang akan digunakan pada media taoge cair.

b.         Diinkubasi pada suhu 28-30°C selama 24 jam.

c.         Diambil  1 ml kultur bakteri,  kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri  steril   (dilakukan secara duplo).

d.        Media taoge agar dituangkan ke dalam cawan petri, kemudian dihomogenkan.

e.         Membuat  paper  disc  dari  kertas  hisap berbentuk   lingkaran  dengan diameter  kurang  dari  1  cm, kemudian direndam dalam antibiotik dengan konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 5 mg/ml (tiap konsentrasi 3-4 paper disc).

f.          Kertas hisap yang telah direndam diletakkan pada media Taoge Agar yang telah ditanami bakteri uji (langkah no.4), diberi tanda pada bagian luar cawan supaya tidak tertukar.

g.         Diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 28-30°C.

Page 19: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

h.         Diamati zona hambat/zona bening yang terbentuk, kemudian diukur diameternya.

Page 20: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil

Tabel 4.1. Pengamatan Uji Resistensi Pada Cawan Petri

Identifikasi Uji Resistensi Cawan A Uji Resistensi Cawan B

Gambar

25

mg/ml

50

mg/ml

5 mg/ml

 

25

mg/ml

50

mg/ml

5 mg/ml

  

Mikroorganisme Bakteri

(sampel air selokan depan gedung C3- FMIPA)

Bakteri

(sampel air selokan depan gedung C3- FMIPA)

Morfologi Karakteristik optik: Opaque

Bentuk: punctiform

Elevasi: raised

Bentuk tepian: entire

Karakteristik optik: Opaque

Bentuk: punctiform

Elevasi: raised

Bentuk tepian: entire

Bentuk sel Coccus (bulat) Coccus (bulat)

Susunan sel Monococcus Monococcus

Gram positif (+) atau negatif (-)

Negatif (-) Negatif (-)

Diameter zona Konsentrasi 50 mg/mL: 1,6 cm Konsentrasi 50 mg/mL: 1,5 cm

Page 21: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

hambatKonsentrasi 25 mg/mL: 1,3 cm

Konsentrasi 5 mg/mL: 1,1 cm

Konsentrasi 25 mg/mL: 1,2 cm

Konsentrasi 5 mg/mL: 1,1cm

            Keterangan: diameter paper disk = 0,5 cm

     Hasil yang kami dapatkan dari uji resistensi berupa reaksi dari bakteri terhadap antibiotik, sensitif atau resisten, dapat dilihat dari zona inhibitor yang terbentuk. Terdapat perbedaan besar zona hambat/ zona bening yang terbentuk sebagai respon terhadap perbedaan pengenceran antibiotik. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya pengenceran berbanding lurus dengan besarnya zona hambat/zona yang terbentuk. Semakin besar pengenceran (50 mg/ml) maka semakin besar diameter zona hambat/ zona bening yang terbentuk.

4.2  Pembahasan

      Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas mikroba terhadap antibiotik dengan metode Kirby-Bauer dan menentukan mikroba uji termasuk sensitif atau resisten terhadap antibiotik yang diujikan.

            Pada percobaan ini kadar antibiotik ditentukan dengan metode Kirby-Bauer, yaitu pengukuran sensitifitas antibiotik dengan metode paper disk yang berisi agen antimikroba pada media yang telah ditanami mikroba dan akan berdifusi pada media agar. Daerah jernih disekitar paper diskmerupakan hambatan mikroba oleh antibiotik pada permukaan agar. Metode Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya.

Dalam percobaan uji resistensi ini, antibiotik yang digunakan adalah ampicillin 500 gram yangdidapatkan zona hambat/zona bening. Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri sensitif terhadap antibiotik ampicilin 500 gram, dapat dilihat dengan adanya zona jernih/zona hambat yang mengindikasikan bahwa bakteri sensitif terhadap antibiotik ampicilin. Ampicillin bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang peptidoglikan dan mampu melakukan penetrasi pada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri. Percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi dari antibiotika maka akan semakin besar zona jernih yang terbentuk   (Dwidjoseputro., 2003).

Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki mekanisme kerja yang secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja antibiotik tersebut antara lain:

1.    Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi sintesis peptidoglikan pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase merupakan enzim yang bekerja dalam proses cross-linking dari rantai peptida dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada

Page 22: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

tahap akhir pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking tersebut digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.

2.    Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding Protein (PBP) yang berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.

3.    Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP. Aktivasi tersebut menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al., 2003).

Perbedaan luas/lebar diameter zona hambat pada cawan A dengan cawan B disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurang halusnya dalam proses penggerusan antibiotik, konsentrasi antibiotik yang diserap oleh paper disk pada cawan A berbeda dengan paper disk pada cawan B karena larutan antibiotik pada tiap konsentrasi kurang homogen, volume spet yang disediakan tidak sesuai dengan volume yang dibutuhkan serta adanya media Taoge Agar (TA) yang menggumpal ketika di tuangkan pada cawan petri.

Page 23: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.     Kesimpulan

Bakteri memiliki tingkat resistensi yang berbeda-beda terhadap antibiotik yang diberikantergantung dari sifat/karakteristik bakteri uji serta jenis dan konsentrasi antibiotik. Bakteri bersifat sensitif apabila menghasilkan zona hambat/zona bening ketika diuji dengan antibiotik. Antibiotik semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri apabila semakin luas/lebar zona hambat yang terbentuk yang terjadi akibat semakin tinggi konsentrasi antibiotik yang digunakan.

5.2.     Saran

Agar zona hambat yang dihasilkan membentuk struktur yang bulat sempurna (diameter tiap sisinya sama atau hampir sama) supaya mudah diamati praktikan harus berhati-hati ketika meletakkan paper disc (yang telah dicelupkan ke larutan antibiotik) dalam suspensi bakteri pada cawan petri. Pemilihan kertas yang digunakan sebagai disc harus dipilih jenis kertas yang dapat menyerap sempurna larutan antibiotik, misalnya kertas saring.

Page 24: p5 Uji Sensitivitas Kirby Baeur

DAFTAR PUSTAKA

Brander, G.C., Pugh, D.M., Bywater, R.J. and Jenkins, W.L. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and Therapeutics, 5th ed. The English Language Book Society, Bailliere Tindal, London.

Chaidir J, Munaf S. 1994. Obat antimikroba. In : Munaf S, eds. Farmakologi Unsri. Jakarta : EGC.

Chambers, H. F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika.

Dwijaseputro. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Brawijaya. Djambatan :           Malang.Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT             Gramedia PustakaUtama : Jakarta

Dzen, Sjoekoer M; Roekistiningsih; Santoso, Sanarto; Winarsih, Sri; Sumarno; Islam,       Samsul, A.S. Noorhamdani; Murwani, Sri; Santosaningsih, Dewi. 2003. Bakteri           Bentuk Batang. Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia. Pp 189

Essack, S.Y., 2001. The Development of Beta-Lactam Antibiotics in Response to the       Evolution of-Lactamases. Pharmaceutical Research. 18(10): 1391-99.

Fleming, Alexander (1980). “On the antibacterial action of cultures of a penicillium, with special reference to their use in the isolation of B. influenza.”. Clin Infect Dis 2 (1):129-39.

Jawet, Melnik dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Jawet E. 1998. Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta : EGC.

Wasitaningrum, I. D. A., 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli Dari Isolat Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta