p1_prak fortab

19
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN I – PEMBUATAN GRANUL SIMPLEKS KELOMPOK IV GRUP B Disusun Oleh : Fachri Muhammad 1243050009 Niwayan Sariyanti 1243050020 Seffy Yane Suhanda 1143050107 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JL. SUNTER PERMAI RAYA, SUNTER AGUNG PODOMORO 1

Upload: seffy-yane-suhanda

Post on 09-Nov-2015

326 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

PRAK FORMULASI TAB_P1

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET

PERCOBAAN I PEMBUATAN GRANUL SIMPLEKS

KELOMPOK IV GRUP B

Disusun Oleh :

Fachri Muhammad

1243050009

Niwayan Sariyanti

1243050020

Seffy Yane Suhanda

1143050107

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945JL. SUNTER PERMAI RAYA, SUNTER AGUNG PODOMORO

JAKARTA UTARA 14356P.1PERCOBAAN I

PEMBUATAN GRANUL SIMPLEKS

1. Tujuan

1. Memahami cara pembuatan granul

2. Memahami fungsi bahan pengikat dan pengisi

3. Melakukan percobaan membuat granul dengan cara granulasi basah dengan bahan pengikat musilago amili

2. Teori :II.1.DEFINISI GRANULASI

Granulasi adalah proses dimana bahan-bahan dalam formulasi tablet dicampur dengan suatu cairan bahan pengikat, kemudian dibuat massa yang sedemikian rupa sehingga bisa dibuat butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Hasil yang diperoleh kemudian dikeringkan dan diayak sampai memiliki ukuran granul yang telah ditentukan untuk dikempa menjadi tablet.

Tujuan dilakukan granulasi adalah :

1. Memudahkan kompresi campuran serbuk, karena serbuk telah menggumpal dan struktur partikelnya telah dimodifikasi

2. Menjaga homogenitas campuran yang akan dikempa selama proses kompresi, agar tercapai keseragaman dosis.

3. Menjamin agar aliran granul ke dalam die selalu konstat, sehingga tercapi keseragaman bobot

4. Mengurangi debu

5. Mentransformasi sifat permukaan serbuk yang hidrofob menjadi hidrofil

6. Menambah kohesivitas serbuk

7. Mempermudah daya hancur tablet

Sifat-sifat granul yang baik adalah :

1. Tidak terlalu keras dan tidak rapuh

2. Cukup padat tetapi tidak rapat (masih porous)

3. Memberikan sifat kohesi yang baik terhadap tablet yang dibuat

4. Dapat melepaskan zat aktifnya

5. Tidak mudah rusak selama proses pengempaan6. Bentuk mendekati bundar/sferis

7. Tidak terlalu banyak fines (bagian halus dari granul) sehingga tidak mengganggu sifat alir

Granulasi basah adalah metode yang paling banyak digunakan dalam pembuatan tablet. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah :

Menimbang dan mencampur bahan-bahan

Pembuatan granulasi basah

Pengayakan adonan lembap menjadi pelet atau granul

Pengerikan

Pengayakan kering

Pencampuran bahan pelincir

Pembuatan tablet dengan kompresi

Bahan-bahan yang sering dipakai sebagai bahan pengikat antara lain musilago amili (pasta amilum) dan musilago gelatin. Bahan pengikat ini, secara tidak langsung akan menentukan kekerasan dan kerapuhan tablet, sebab kualitas granul yang akan ditentukan oleh bagaimana bahan pengikat dicampurkan dan bagaimana kekuatan daya ikat musilago terhadap partikel-partikel yang diikatnya.

Bahan pengisi yang digunakan contohnya adalah laktosa, kaolin, mannitol, amilum, gula bubuk dan kalsiumm fosfat. Sebagai contoh garam-garam kalsium tidak dapat digunakan sebagai pengisi pada pembuatan kapsul atau tablet antibiotik tetrasiklin, karena menganggu absorbsi obat dari saluran pencernaan.

Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti natrium amilum glikolat, senyawa selulosa seperti karboksimetilselulosa, resin penukar kation dan bahan-bahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembap dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam cairan pencernaan.II.2. PEMBUATAN GRANULASI BASAH

Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

Supaya campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper (wadah berbentuk seperti corong yang menampung obat dan mengatur arusnya menuju mesin pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan pengikat/perekat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembap melalui ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan.

Granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul berikutnya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi.

Di antara bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan berair yang dibuat dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam (seperti akasia), derivat selulosa (seperti metilselulosa, karboksimetilselulosa dan selulosa mikrokristal), gelatin dan povidon.

Jika bahan obat sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat tanpa air atau dapat ditambahkan pada keadaan kering. Umumnya kerja pengikat akan lebih efektif jika serbuk dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Untuk dibasahi jangan sampai berlebihan karena akan lembab dan terjadi granul yang keras, untuk pembasahan yang kurang menghasilkan tablet yang lunak dan mudah remuk.II.3.PENGERINGAN GRANUL

Dikeringkan dalam fluidization yaitu disalurkan ke dalam fluid bed dryers. Pada metode ini granul dikeringkan dalam keaadaan tertutup dan diputar sambil dialirkan udara yang hangat. Proses pengeringan granul ini pada suhu 60-80C selama 18-24 jam.

Keuntungan metode granulasi basah : Memperoleh aliran yang baik Meningkatkan kompresibilitas

Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

Mengontrol pelepasan Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses Distribusi keseragaman kandungan Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:

Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi Biaya cukup tinggi

II.4.Granulasi Kering

Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).

Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.

Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

o Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

o Zat aktif susah mengalir

o Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah: Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah: Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silangII.5.PENGAYAKAN

Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut.

Pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi :

Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasan zat aktif dari berbagai bentuk sediaan yang diberikan baik secara oral (melalui mulut), parenteral (injeksi), rectal (melalui anus) maupun topical (melalui kulit). Di bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting dan banyak membantu dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Suatu formulasi yang baik, yaitu sediaan (obat jadi) berupa suspensi, emulsi, maupun tablet, dilihat dari segi kestabilannya secara fisik maupun farmakologik (efek, khasiat obat) akan tergantung pada ukuran partikel yang terdapat dalam obat jadi tersebut (Moechtar, 1990).

Untuk itu salah satunya diperlukan teknik pengayakan dalam teknologi kefarmasian untuk mengendalikan ukuran serta kisaran partikel dimana hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap efek fisiologis obat dan formulasi obat. Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokkan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal di ayakan (butir kasar). Pengayakan dapat juga diartikan untuk memperoleh ukuran yang seragam dimana pada proses pengayakan partikel zat padat dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (Voigt, 1994).

Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 inch (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20 inch sampai dengan ukuran 35 inch

I. Alat dan BahanAlat : 1. Baskom plastik

2. Ayakan nomor 12

3. Beaker glass

4. Pengaduk

5. Timbangan kasar

6. Kompor/penangas air

Bahan :

1. Amilum manihot

2. Laktosa

3. Aqua dest

II. CARA KERJA1. Buat granul sebanyak kg dengan formula :

R/ Amilum

250

Laktosa

250

Musilago amiliq.s

2. Buat musilago amili 10% sebanyak 200 ml

3. Timbang zat pewarna biru Edicol Blue sebanyak 10 gram dalam cawan penguap

4. Masukkan musilago amili sedikit demi sedikit ke dalam Edicol Blue sambil diaduk sampai merata kemudian campur dengan amilum dan laktosa sampai warna biru merata atau sampai homogen

5. Tambahkan musilago amili ke dalam campuran amilum dan laktosa sedikit-

sedikit sambil diaduk dan diremas dengan tangan, sampai terbentuk massa

yang dapat menggumpal bila dikepal dan bisa dipatahkan tetapi tidak hancur

berantakan yang dikenal sebagai banana breaking (seperti mematahkan buah

pisang)6. Lakukan pengayakan basah dengan menggunakan ayakan nomor 12.

Kumpukan hasil pengayakan. 7. Keringkan granul dalam lemari pengering 60C

III. DATABeaker glass kosong

: 135,77 gramBeaker + musilago amili 10% 200 ml: 408,6 gramMusilago amili terpakai

: (408,6-220,7) gram = 187,9 gram

Beaker glass + sisa musilago amili

: 287,2 gramSisa musilago amili

: (408,6-287,2) gram = 121,4 gram

Berat fines

: 56,3 gramHasil granul (pada B1)

Granul + baskom

: 375,99 gram

Baskom

: 157,60 gram

Berat granul

: (375,99-157,6) gram = 218,39 gram

IV. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami mempraktekan pembuatan granulasi simplek sebagai bahan dasar awal untuk pembuatan tablet. Pada pembuatan granula simpleks ini kami menggunakan musilago amili 10% yaitu dengan cara menimbang amilum 20 gram kemudian dilarutkan dalam aqua dest 200 ml kemudian dipanaskan sampai bening. Setelah itu didinginkan pada suhu kamar dan ditimbang, beratnya 187,9 gram.

Musilago amili tersebut dimasukkan dalam campuran laktosa dan amilum sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa yang dapat menggumpal dan dapat dipatahkan tetapi tidak hancur atau yang disebut dengan banana breaking (seperti mematahkan buah pisang).

Setelah terbentuk banana breaking dilakukan pengayakan basah dengan menggunakan ayakan nomor 12 dengan telapak tangan yang memutar. Pengayakan dilakukan sedikit demi sedikit dan jangan terlalu kuat karena nanti yang terbentuk adalah fines (bagian halus dari granul).

Pada pembuatan granula simpleks ini kami menggunakan metode granulasi basah dengan menggunakan pengikat musilago amili. Musilago amili di sini berperan untuk perekat agar campuran serbuk menjadi granul yang memiliki ukuran yang sesuai dengan standard agar dapat dikempa menjadi tablet.

Penambahan musilago di sini sangat berperan karena penambahan musilago yang terlalu banyak maka granul yang terbentuk akan basah dan sukar dibuat menjadi tablet. Sedangkan pembuatan musilago amili yang terlalu sedikit makan granul akan mudah pecah dan terbentuk fines.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah waktu pembentukan dan pengayakan granul. Jika pembentukan granul terlalu lama maka granul yang terbentuk akan cepat kering dan terbentuk banyak fines. Sedangkan pengayakan yang terlalu banyak maka yang terbentuk adalah fines.V. KESIMPULAN

Granul yang dibuat pada praktikum kali ini adalah dengan menggunakan metode granulasi basah dengan didapat hasil :

a. Musilago amili terpakai: 187,9 gram

b. Sisa musilago amili

: 121,4 gram c. Berat fines

: 56,3 gramd. Berat granul

: 218,39 gram Proses pembuatan granul perlu diperhatikan penambahan musilago amili, penambahnnya harus sedikit demi sedikit karena penambahan musilago yang terlalu banyak maka granul yang terbentuk akan basah dan sukar dibuat menjadi tablet.

Sedangkan pembuatan musilago amili yang terlalu sedikit makan granul akan mudah pecah dan terbentuk fines.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah waktu pembentukan dan pengayakan granul. Jika pembentukan granul terlalu lama maka granul yang terbentuk akan cepat kering dan terbentuk banyak fines. Sedangkan pengayakan yang terlalu banyak maka yang terbentuk adalah fines.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.

Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press Drs. Inding Gusmayadi, Msi, Apt. Dra. Waode Muchlifah, Apt., Penuntun Praktikum Formulasi Tablet. Universitas 17 Agustus 1945. Jakarta. Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen Kesehatan RI.

Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

9