outcome dari program pelatihan tim persalinan dan kelahiran dengan komponen simulasi
DESCRIPTION
obstetri ginekologiTRANSCRIPT
Terjemahan Jurnal
OUTCOME DARI PROGRAM PELATIHAN
TIM PERSALINAN DAN KELAHIRAN
DENGAN KOMPONEN SIMULASI
Presentan :
dr. Dhanuari
Counterpart :
dr. Hariyo W. P.
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DOKTER KARIADI
SEMARANG
2014
Outcome Dari Program Pelatihan Tim Persalinan Dan Kelahiran
Dengan Komponen Simulasi
Abstrak
Kami mengevaluasi pelaksanaan program pelatihan tim unit persalinan dan
kelahiran yang mencakup sesi didaktik dan simulasi pelatihan dengan unit klinis
aktif. Lebih dari jangka waktu 18 bulan follow up, program pelatihan tim kami
menunjukkan peningkatan dalam outcome pasien serta persepsi keselamatan
pasien yang meliputi dimensi kerjasama tim dan komunikasi.
Kata kunci: persalinan dan kelahiran, outcome obstetrik, keselamatan pasien,
pelatihan tim
PENDAHULUAN
Dorongan untuk mengejar pelatihan kerja tim dalam perawatan kesehatan berasal
dari laporan 1999 Institute of Medicine, To Err Is Human: Building a Safer
Health System. Laporan ini menekankan tingginya insiden kesalahan medis dalam
sistem kesehatan AS yang mengarah ke morbiditas dan mortalitas pasien
iatrogenik. The Quality Interagency Coordination Task Force didirikan untuk
mengembangkan rencana federal untuk mengurangi jumlah dan tingkat keparahan
dari kesalahan medis. Di antara rekomendasinya adalah adaptasi pelatihan
manajemen sumber daya kru (CRM), bagian dari pelatihan tim, pada dunia medis.
Berasal dari industri militer dan penerbangan, prinsip-prinsip struktur tim
dan komunikasi closed-loop menyediakan alat-alat yang berguna dalam
lingkungan perawatan medis akut berisiko tinggi. Selama lebih dari satu dekade,
CRM telah diterapkan dalam berbagai kondisi medis untuk mengevaluasi
kemampuan untuk mengurangi kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan
pasien. Selain itu, dukungan untuk penggunaan simulasi medis telah mendapatkan
momentum, yang paling sering untuk pelatihan tugas dan perawatan klinis pasien
dengan penyakit kritis. Meskipun simulasi medis jarang digunakan untuk meng-
ajarkan prinsip-prinsip CRM, pengembangan program pelatihan tim berbasis
simulasi terus meningkat.
Penggunaan simulasi terus tumbuh dalam bidang obstetrik. Pelatihan
biasanya sudah berorientasi pada pengembangan keterampilan operator, dengan
fokus lebih kepada kondisi berisiko tinggi daripada mengembangkan keterampilan
kerjasama tim yang komprehensif. Penelitian terbaru di literatur obstetrik telah
menunjukkan sedikit perbaikan outcome dalam penggunaan pelatihan tim berbasis
CRM saja. Pengevaluasian pelatihan tim dengan penambahan pelatihan simulasi
dengan pelatihan CRM juga masih harus dievaluasi. Penelitian ini dilakukan
untuk mengevaluasi implementasi dari kurikulum berbasis CRM yang mencakup
pelatihan simulasi pada unit persalinan aktif dan kelahiran (L&D). Evaluasi
menggabungkan penilaian sikap provider dan pengalaman pasien, serta outcome
medis objektif. Tujuan dari proyek ini adalah untuk menentukan apakah
penerapan program pelatihan tim unit L&D dengan pelatihan simulasi dapat
meningkatkan outcome pasien serta persepsi keamanan dan komunikasi.
BAHAN DAN METODE
Selama 30 bulan (Juli 2006 sampai Desember 2008), evaluasi prospektif dari
CRM yang dikombinasikan dengan latihan simulasi untuk menilai dampak pada
keselamatan pasien, sikap provider, dan outcome pasien direncanakan dan
diimplementasikan pada Unit L&D dengan sekitar 9200 kelahiran masing-masing
tahun. Data pasien dan provider yang mengevaluasi kerja tim dan persepsi
keselamatan pasien dikumpulkan sebelum memulai pelatihan dan dibandingkan
dengan data yang dikumpulkan selanjutnya 1 tahun kemudian. Outcome pasien
dinilai dengan menggunakan data yang dikumpulkan secara 3 bulanan untuk 8
triwulan sebelum memulai program dan untuk 6 triwulan setelah pelaksanaan
program. Semua informasi survei dikumpulkan secara anonim. Persetujuan dewan
peninjau institusional diperoleh untuk mengatasi setiap masalah staf yang
mungkin terjadi dan menjamin integritas sistem pengumpulan data yang
deidentifikasi (Women and Infants Hospital Rhode Island no. 06-0129).
Komite perencanaan pelatihan tim L&D terdiri atas manajer risiko dan
administrator rumah sakit, serta manajer perawat, staf perawat, bidan, dokter
obsgyn (OBS), dan dokter anestesi. Para ahli simulasi klinis di Rhode Island
Hospital Medical Simulation Center memberikan bimbingan. Kursus koordinasi
tim MedTeams, yang disediakan oleh Dynamics Research Corp (Andover, MA)
terpilih sebagai kurikulum CRM untuk pelatihan kerja tim. Pendekatan train-the-
trainer yang digunakan terdiri dari 2 hari didaktik dan pelatihan hands-on yang
diberikan oleh staf dari Dynamics Research Corp. Selama sesi ini, pelatih masa
depan, terutama dokter dan perawat, belajar tentang filosofi CRM serta desain
kurikulum MedTeams. Instruksi yang diberikan adalah mengenai cara terbaik
untuk mengajar dan menyampaikan konsep program ke staf unit L&D. Bagian
didaktik dari kurikulum itu disampaikan kepada staf unit L&D oleh pasangan
pelatihan perawat-dokter.
Peserta di kedua kelas dan simulasi meliputi anggota staf dokter rumah
sakit yang praktek obstetrik, bidan perawat bersertifikat, dokter residen obstetrik
dan ginekologi, dokter staf anestesiologi, perawat anestesi bersertifikat, anestesi
perawat yang terdaftar, perawat L&D, dan unit sekretaris.
Setiap bagian didaktik berlangsung sekitar 4 jam, dan diikuti 3-7 hari
kemudian oleh simulasi medis dan sesi tanya jawab selama 4 jam dengan
ketelitian yang tinggi. Lima belas sesi dijadwalkan untuk mengakomodasi seluruh
staf unit L&D (siang, sore, malam, dan shift akhir pekan). Tujuan dari
pengalaman simulasi adalah untuk menunjukkan dampak dari prinsip CRM, dan
untuk memungkinkan para peserta mengenali bagaimana perubahan perilaku
komunikasi mereka dapat mempengaruhi perawatan pasien. Manekin obstetrik
Gaumard (Noelle 565, Gaumard, Miami, FL) diintegrasikan dengan aktor pasien
standar untuk mensimulasikan interaksi pasien hidup. Fasilitator yang berada
dalam kamar memandu peserta melalui skenario. Dua skenario perawatan pasien
yang berbeda dibuat untuk memperoleh berbagai interaksi antara pasien, dokter,
anggota keluarga, dan anggota tim kesehatan non-klinisi. Setiap skenario disusun
sedemikian sehingga membutuhkan upaya terkoordinasi dan komunikasi yang
efektif antara perawat, bidan, sekretaris, ahli anestesi, dan OBS. Update situasi,
transfer kepemimpinan, dan klarifikasi pengobatan adalah komponen penting dari
interaksi tim. Diskusi dengan pasien dan anggota keluarganya juga merupakan
bagian penting dari skenario.
Setiap sesi pelatihan membagi kelompok menjadi 2 tim. Satu tim
berpartisipasi dalam skenario pertama sementara tim kedua bertindak sebagai
pengamat. Setelah skenario pertama dijalankan dan dilakukan debriefing,
pengamat dan peserta bertukar peran. Skenario kedua kemudian dijalankan dan
dilakukan debriefing. Setiap skenario direkam dalam bentuk video. Semua peserta
dan pengamat mengambil bagian dalam sesi tanya jawab untuk setiap skenario.
Rekaman video tersebut digunakan untuk memandu diskusi. Debriefing
difokuskan pada kejelasan komunikasi dengan tujuan memberikan wawasan ke
dalam perilaku saat ini, dan menggambarkan bagaimana standar, komunikasi
closed-loop, yang disesuaikan dengan praktek mereka saat ini, bisa mencegah
pasien tersakiti. Skenario yang direkam kemudian dihancurkan untuk melindungi
privasi segera setelah debriefing terakhir.
Langkah-langkah evaluasi
Untuk menilai sikap dan persepsi provider mengenai keselamatan pasien, kami
menggunakan alat penilaian yang diakui secara nasional, yaitu the Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ) Hospital Survey on Patient Safety
Culture. Survei ini dimodifikasi untuk mencerminkan struktur organisasi unit
L&D sambil menjaga integritas dari pertanyaan survei. Survei ini diberikan
kepada dokter, perawat, dan staf administrasi sebelum memulai pelatihan CRM
(Februari sampai Mei 2007) dan 6 bulan setelah Unit L&D menerapkan program
(Februari sampai April 2008).
Data dari survei budaya keselamatan dianalisis sesuai dengan dokumentasi
yang diberikan oleh AHRQ. Pertanyaan-pertanyaan survei dikelompokkan ke
dalam 14 dimensi yang mencerminkan aspek yang berbeda dari budaya
keselamatan. Setiap dimensi diringkas sebagai jumlah respon positif yang dibagi
menurut jumlah pertanyaan dalam domain. Respon positif seperti “sangat setuju”
dan “setuju” atau “seringkali” dan “selalu”, atau, untuk pertanyaan-pertanyaan
bernada negatif, “sangat tidak setuju” dan “tidak setuju” atau “tidak pernah” dan
“jarang”. Survei dikeluarkan dari analisis jika pertanyaan dijawab < 50 % (6 dari
193 survei pra-CRM dan 2 dari 122 post-CRM) atau jika respom invarian (1 dari
193 survei pra-CRM). Setelah eksklusi survei ini, 186 (96 %) survei pra-CRM dan
120 (98 %) post-CRM yang tersisa dianalisis. Proporsi respon positif pada setiap
dimensi dibandingkan antara survei pra-dan post-CRM oleh uji X2. Uji statistik
dan interval kepercayaan 95 % (CI) dikoreksi untuk orang-orang dalam cluster
pada setiap titik waktu oleh estimasi varians seri Taylor. Pertanyaan individual
pada survei dibandingkan dengan uji Fisher exact. Analisis diulang secara terpisah
untuk OBS/perinatologis dan perawat L&D. Survei dibuat secara anonim untuk
meningkatkan partisipasi, sehingga analisis data berpasangan tidak mungkin
terjadi. Nilai P <.05 dianggap signifikan secara statistik. Software (SAS, versi 9.1,
SAS Institute, Cary, NC) digunakan untuk analisis data.
Perspektif pasien pada budaya komunikasi di L&D Unit dinilai dengan
survei yang telah dimodifikasi dari the MedTeams Quality of Care Survey. Survei
pasien terdistribusi selama 5 minggu berturut-turut pada bulan Januari sampai
Februari 2007, sebelum pelatihan CRM dan selama 5 minggu pada bulan Januari
sampai Februari 2008, 6 bulan setelah pelaksanaan program.
Indeks Outcome Merugikan (AOI), nilai komposit dari outcome klinis,
dievaluasi per tiga bulan dengan 8 triwulan sebelum memulai program latihan tim
CRM sebagai kerangka waktu kontrol dan 6 triwulan setelah pelaksanaan sebagai
kerangka waktu outcome. Dua triwulan selama waktu pelaksanaan pelatihan CRM
tidak dimasukkan. AOI telah digunakan dalam studi sebelumnya yang meng-
evaluasi program pelatihan tim satuan obstetri dan mencakup jumlah persalinan
yang diidentifikasi dengan efek buruk yang dibagi dengan jumlah total persalinan.
Kesepuluh jenis efek buruk adalah : kematian ibu, kematian intrapartum atau
kematuan neonatal pada neonatus > 2500 g (tidak termasuk kasus-kasus dengan
kelainan kongenital atau hidrops fetal), ruptur uterus, transfer internal atau
eksternal ibu yang tak terduga ke unit perawatan intensif untuk komplikasi
postpartum, trauma kelahiran, kembali ke ruang operasi atau L&D, perawatan
neonatus >2500 g dan >37 minggu ke unit perawatan intensif dalam waktu 1 hari
dari kelahiran >24 jam (tidak termasuk kasus-kasus dengan kelainan kongenital
atau hidrops fetal), Apgar skor pada 5 menit <7 (tidak termasuk kasus-kasus
dengan kelainan kongenital atau hidrops fetal), transfusi darah ibu, dan laserasi
perineum derajat tiga atau empat. Data dan informasi diberikan oleh National
Perinatal Information Center Quality Analyti Services, Providence, RI.
HASIL
Dari 256 anggota staf yang berafiliasi dengan Unit L&D pada tahun 2007, 72 %
berpartisipasi dalam program pelatihan CRM dan simulasi. Dalam mengevaluasi
efektivitas program pelatihan tim secara keseluruhan, 186 anggota staf
berpartisipasi dalam evaluasi pra-CRM dan 120 anggota staf berpartisipasi dalam
evaluasi post-CRM. Meskipun jumlah anggota staf yang berpartisipasi dalam
survei berbeda, distribusi di seluruh posisi staf hampir mirip bila membandingkan
kerangka waktu pra- dan post-evaluasi (Tabel 1). Tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk jenis kelamin responden, ras/etnis, atau jumlah tahun bekerja
Unit di L&D yang ditemukan.
Membandingkan respon Survei Rumah Sakit mengenai Budaya
Keselamatan Pasien menggunakan skor komposit untuk dimensi keamanan
AHRQ, kami menemukan bahwa secara keseluruhan, frekuensi pelaporan
kejadian dan persepsi keamanan secara keseluruhan tidak berubah secara
signifikan. Pelaksanaan program CRM meningkatkan banyak dimensi budaya
keselamatan yang difokuskan pada Unit L&D (Tabel 2). Untuk dimensi tingkat
unit L&D, respon post-CRM yang meningkat dari awal berkaitan dengan dimensi
yang menangani pembelajaran organisasi dan peningkatan berkelanjutan,
kerjasama tim dalam unit rumah sakit, keterbukaan komunikasi, dan respon
kesalahan tanpa hukuman. Dimensi dengan peningkatan yang terbatas atau tanpa
peningkatan samasekali terkonsentrasi di area seputar interaksi rumah sakit yang
bukan bagian dari pelatihan CRM spesifik unit L&D.
Untuk memahami komponen dari dimensi keamanan, kami menunjukkan
contoh pertanyaan spesifik yang termasuk dalam dimensi budaya keselamatan
komposit AHRQ dan mengeksplorasi perbedaan respon antara perawat L&D dan
OBS (Tabel 3). Untuk persepsi keseluruhan dimensi keamanan, perawat
cenderung untuk tidak menyetujui pelatihan post-CRM dengan pertanyaan,
“hanya kebetulan saja kesalahan yang lebih serius tidak terjadi di sini”
dibandingkan dengan OBS. Untuk frekuensi pelaporan kejadian, OBS memiliki
proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan pelaporan perawat. Untuk dimensi
keterbukaan komunikasi, kerjasama tim dalam unit rumah sakit, dan umpan balik
dan komunikasi tentang kesalahan, semua staf serta OBS dan perawat mengalami
peningkatan dalam proporsi berespon positif terhadap pertanyaan representatif
post-CRM. Dalam dimensi respon kesalahan tanpa hukuman, proporsi semua staf,
OBS, dan perawat yang tidak menyetujui pertanyaan ini meningkat post-CRM.
Dimensi komunikasi memiliki perubahan positif yang bagi semua staf dan
perawat post-CRM.
Untuk survei pasien, 519 pasien merespon pra-CRM dan 476 pasien
merespon post-CRM. Setiap survei mengambil sekitar 70 % dari pasien yang
mengalami persalinan melalui Unit L&D selama jangka waktu survey tertentu
(tahun 2007, 519 dari 747, pada tahun 2008, 476 dari 663). Survei pasien
menunjukkan respon positif yang luar biasa (> 90 % respon positif terhadap
semua 22 pertanyaan) baik survei untuk pra-CRM dan post-CRM. Tingginya
jumlah respon positif mempersulit untuk menilai adanya perubahan persepsi
pasien, karena tidak ada perbedaan yang signifikan dalam respon terhadap
pertanyaan yang menargetkan persepsi komunikasi antara perawat dan dokter.
Dengan menggunakan data 8 triwulan (kuartal 1 2005 sampai kuartal 4,
2006), kami menetapkan skor dasar pre-CRM AOI untuk insitutsi kami (Gambar,
ungu). Kami mengeksklusikan 2 kuartal ketika staf sedang dilatih dan dievaluasi
pra-CRM (kuartal 1 2007 dan kuartal 2 2007). Enam triwulan post-CRM (kuartal
3, 2007 sampai kuartal 4, 2008) menunjukkan penurunan yang signifikan dalam
AOI dibandingkan dengan nilai dasar (Gambar, kuning). Nilai rata-rata AOI
menurun dari 0.052 (95% interval kepercayaan, 0,048-0,055) untuk periode awal
sampai 0.043 (interval kepercayaan 95 %, 0,040-0,047) untuk periode follow-up.
KOMENTAR
Beberapa studi menunjukkan hasil yang beragam dari pelatihan CRM, dengan
atau tanpa menggunakan simulasi medis. Pada tahun 2008, Nielsen dan Mann
mencatat peningkatan dalam AOI, Skor Outcome Merugikan, dan Indeks
Keparahan 4 tahun setelah pelaksanaan perilaku kerjasama tim di Beth Israel
Deaconess Medical Center (Boston, MA). Sebagai catatan, Nielsen et al,
mempublikaskan sebuah artikel pendahuluan pada tahun 2007 yang menunjukkan
tidak ada perbaikan klinis, menghubungkan kurangnya efek untuk “waktu yang
tidak memadai untuk melaksanakan intervensi, periode follow-up yang relatif
singkat, dan variasi awal antara rumah sakit dalam insidensi kejadian yang
merugikan”. Yang jarang ditemui adalah contoh penulis yang mengkorelasikan
peningkatan outcome pasien dengan pelatihan berbasis simulasi. Draycott et al
pada tahun 2008 terkenal karena telah menunjukkan peningkatan outcome
neonatal yang mengikuti pelatihan distosia bahu berbasis simulasi.
Studi implementasi CRM L&D kami menunjukkan korelasi klinis dan
penurunan yang signifikan secara statistik pada AOI obstetrikal setelah
pelaksanaan pelatihan CRM ditambah dengan simulasi medis dengan kepatuhan
yang tinggi. Tingginya tingkat kepuasan pasien tetap dipertahankan, sementara
kesan staf dari sikap institusi terhadap keselamatan pasien membaik.
Tipe-tipe kesalahan yang diatasi oleh CRM meliputi komunikasi,
pengambilan keputusan, dan resolusi konflik. Premis utama dari CRM adalah
untuk menunjukkan bahwa manusia tidak sempurna. Untuk memperhitungkan
overload kognitif yang tak terelakkan, miskomunikasi, atau keputusan yang tidak
benar, sistem cross-monitoring yang kuat dari harus dimasukkan. Setiap anggota
tim bertugas tidak hanya dengan memenuhi persyaratan pekerjaan mereka
masing-masing, tetapi juga dengan monitoring untuk komplikasi dan kemung-
kinan kesalahan yang tak terduga. Untuk cross-monitoring untuk memblokir dan
mencegah kesalahan, harus ada ekspektasi institusional untuk tanggung jawab
bersama demi hasil outcome yang lebih baik, mendorong setiap anggota tim untuk
menyuarakan perhatian.
Update cepat, diskusi tim, atau pertemuan perencanaan berkontribusi pada
model mental bersama dari suatu kondisi atau rencana, sedangkan komunikasi
closed-loop (check-backs, pesan, delegasi tugas untuk individu tertentu)
melindungi arus informasi. Struktur dan iklim tim ini mendorong kemampuan
semua anggota tim untuk bekerja secara efisien dan kolaboratif untuk kepentingan
dan keselamatan pasien. Mengajarkan CRM untuk profesional medis mem-
butuhkan proses pelatihan aktif yang secara khusus berfokus pada keterampilan
kerjasama tim yang aplikatif. Pelatihan ini harus mencakup program penguatan
untuk memperkuat perilaku yang baru dipelajari dan mencegah pengurangan
secara bertahap.
Program pelatihan CRM L&D ini menarik kekuatan dari berbagai sumber:
keterlibatan multidisiplin staf klinis dan non-klinis, tingkat partisipasi yang tinggi,
dukungan administratif, dan penilaian data longitudinal sebelum dan sesudah
implementasi. Pengumpulan data meliputi penilaian pra-interventsi dan post-
intervensi dari Kuesioner Sikap Keselamatan dan survei umpan balik pasien, serta
outcome pasien melalui AOI (2005 sampai 2008). Pelacakan secara independen
dari data klinis yang relevan memberikan korelasi temporal untuk intervensi
berbasis keselamatan di lingkungan kerja dengan manfaat yang ditunjukkan dari
outcome pasien yang membaik.
Tingkat partisipasi departemen dan sifat multidisiplin dari pelatihan ini
adalah akibat langsung dari dukungan administratif senior dan tekanan untuk
pelaksanaan program. Tidak hanya OBS, bidan perawat, anestesi, dan perawat
yang terlibat, tetapi asisten perawat dan unit sekretaris juga. Keterlibatan non-
klinisi, khususnya unit sekretaris, mencerminkan hubungan non-medis yang
penting dalam rantai komunikasi yang dapat mempengaruhi perawatan pasien.
Tingkat partisipasi yang tinggi (55 % untuk perawat, hingga setinggi 100
% untuk anestesi, 89 % untuk OBS) mengandung arti bahwa sebagian besar staf
menjalani pengalaman belajar bersama, menciptakan kosakata umum dan
kerangka acuan untuk aplikasi prinsip-prinsip CRM. Dukungan institusi untuk
partisipasi memperkuat sikap yang menganggap konsep-konsep ini penting,
bahwa hal itu adalah tanggung jawab staf untuk memahami, mengadopsi, dan
menerapkannya. Untuk mengakomodasi staf, seminar dan sesi pelatihan disusun
untuk mencakup ketiga shift. Penciptaan juara internal yang disampaikan pada
sesi didaktik, mengandung arti bahwa inti solid dari staf dalam departemen
menjadi fasih dalam konsep CRM, memposisikan mereka untuk memberikan
penguatan dan pembinaan post-pelatihan kepada mereka yang tidak dapat
berpartisipasi.
Simulasi medis dan pembekalan berfokus pada perilaku tim, bukan kinerja
klinis, sehingga menciptakan suasana yang lebih konstruktif, mengimbangi reaksi
defensif alami yang sering terlihat seperti orang-orang yang menonton diri mereka
sendiri dalam video di perusahaan mereka.
Keterbatasan penelitian ini meliputi ketidakmampuan untuk membedakan
kepuasan pasien karena tingkat kepuasan yang tinggi pada periode pelatihan pra-
CRM. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan
program CRM L&D pada unit obstetri aktif dan dengan demikian, hasilnya tidak
dapat diartikan sebagai penelitian acak terkontrol. Respon staf terhadap evaluasi
post-CRM lebih rendah dari respon evaluasi pra-CRM. Hal ini dapat
mempengaruhi temuan penelitian kami untuk Survei Rumah Sakit mengenai
Budaya Keselamatan Pasien, namun temuan AOI tidak terpengaruh dengan
respon staf.
Seperti banyak program pelatihan lainnya, tantangan berikutnya adalah
mempertahankan apa yang telah dipelajari. Perubahan operasional seperti
perputaran unit di papan putih departemen telah membantu mempertegas konsep
struktur tim. Program penyegaran online telah diadopsi. Kursus didaktik dan
berbasis simulasi untuk pegawai baru sedang berlangsung, untuk mencegah dilusi
kelompok tenaga terlatih. Evaluasi kami menawarkan contoh dari inisiatif
keselamatan pasien di semua unit yang menggabungkan program pelatihan CRM
berbasis simulasi yang menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam outcome
klinis obstetrik.
Meskipun studi ini tidak dirancang untuk menentukan elemen pelatihan
CRM dengan pelatihan simulasi yang manaa yang bertanggung jawab untuk
peningkatan secara keseluruhan, pemahaman elemen-elemen dan bagaimana
mereka bekerja bersama-sama adalah hal penting untuk penelitian dan implemen-
tasinya di masa depan. Sebagai catatan, sementara Nielsen dan Mann melaporkan
periode pelatihan 12 bulan dengan penurunan serupa untuk outcome yang
merugikan, program pelatihan kami selesai dalam 2 bulan. Sementara perban-
dingan langsung dari biaya pelatihan vs peningkatan klinis menimbulkan suatu
tantangan, pencapaian hasil yang sama dengan waktu pelatihan secara signifikan
lebih pendek tentu layak dipertimbangkan. Waktu pelatihan yang singkat mungkin
menyarankan untuk dimasukkannya simulasi dalam pelatihan CRM.
Studi ini unik dalam fokusnya pada pelaksanaan dan pengevaluasian
efektivitas dari CRM yang dikombinasikan dengan latihan simulasi di unit obstetri
aktif. Program ini tercatat memiliki dampak pada outcome pasien serta sikap
provider. Penggunaan kombinasi dari pendekatan didaktis untuk CRM dengan
penambahan pelatihan simulasi meningkatkan potensi untuk belajar dan
perubahan budaya di unit L&D. Mengingat keberhasilan program, pertimbangan
harus diberikan untuk mengadopsi CRM dengan pelatihan simulasi untuk unit
obstetri.
Tabel 1. Karakteristik responden yang disurvey
Karakteristik responden Jumlah (%)
Pra-CRM
(n=186)
Post-CRM
(n=120)
Nilai P
Posisi staf (n = 181) (n = 119) .8
Dokter obsgyn/ perinatologis 53 (29) 32 (27)
Perawat persalinan 67 (37) 49 (41)
Perawat bidan 11 (6) 5 (40)
Dokter anestesi 10 (6) 6 (5)
Perawat anestesi 16 (9) 7 (6)
Dokter residen 24 (13) 20 (17)
Jenis kelamin (n = 174) (n = 116) 1.0
Pria 31 (18) 20 (17)
Wanita 143 (82) 96 (83)
Etnis (n = 181) (n = 117) .9
Hispanik 3 (2) 2 (2)
Hitam, non-Hispanik 4 (2) 4 (3)
Putih, non-Hispanik 150 (83) 95 (81)
Asia/ kepulauan Pasifik 5 (3) 5 (4)
Multietnis 6 (3) 3 (3)
Tidak mengakui 13 (7) 8 (7)
Tahun bekerja di unit persalinan (n = 182) (n = 120) .8
< 1 16 (9) 7 (6)
1-5 45 (25) 34 (28)
6-10 27 (15) 17 (14)
11-15 29 (16) 16 (13)
≥ 16 65(36) 46 (38)
Tabel 2. Keseluruhan respons dimensi keamanan
Dimensi keamanan Proporsi dengan respon positif (95% CI)
Pra-CRM Post-CRM Nilai P
Pengukuran outcome
Frekuensi pelaporan kejadian 32 (27–38) 39 (32–47) .1
Persepsi keamanan keseluruhan 40 (35–45) 42 (36–48) .6
Budaya kemanan: unit persalinan dan kelahiran
Ekspektasi supervisor/ manajer dan tindakan
yang mendukung keamanan (non-klinisi)70 (64–76) 78 (70–86) .1
Pembelajaran organisasional – peningkatan
berkelanjutan46 (41–51) 59 (53–65) .001
Kerjasama tim dalam unit RS 63 (59–68) 75 (70–81) .001
Keterbukaan komunikasi 42 (37–48) 59 (52–66) .001
Umpan balik dan komunikasi tentang
kesalahan24 (20–29) 30 (24–35) .1
Respons terhadap kesalahan tanpa hukuman 16 (13–20) 26 (20–31) .005
Staffing 47 (43–51) 50 (45–55) .3
Manajemen RS yang mendukung keamanan
pasien47 (42–52) 54 (47–62) .1
Budaya keamanan : lingkup RS
Kerjasama tim antar unit RS 24 (20–28) 24 (18–29) .9
Hand-off dan transisi RS 28 (23–32) 30 (25–36) .4
Tabel 3. Perbandingan respon dimensi keamanan
Dimensi keamanan/ pertanyaan Jumlah/ total (%)
Pra-CRM Post-CRM Nilai P
PERSEPSI KESELURUHAN TENTANG KEAMANAN
Hanya kebetulan kesalahan yang tidak lebih berat tidak terjadi disini
Sangat tidak setuju/ tidak setuju
Semua staf 73/185 (39 42/119 (35) .5
Dokter 26/53 (49) 15/31 (48) 1.0
Perawat 28/66 (42) 13/49 (27) .1
FREKUENSI PELAPORAN KEJADIAN
Bila terjadi kesalahan mungkin yang dapat merugikan pasien, namun tidak, seberapa
sering hal ini dilaporkan?
Selalu/ sering
Semua staf 82/170 (48) 66/110 (60) .07
Dokter 16/49 (33) 13/30 (43) .3
Perawat 39/64 (61 34/47 (72) .2
KETERBUKAAN KOMUNIKASI
Staf akan saat bebas berpendapat bila mereka melihat sesuatu yang dapat mempengaruhi
pasien secara negatif
Selalu/ sering
Semua staf 106/185 (57) 86/119 (72) .008
Dokter 28/53 (53) 22/31 (71 .1
perawat 42/66 (64) 41/49 (84) .02
KERJASAMA TIM DALAM UNIT RS
Saat satu area dalam unit persalinan sangat sibuk, yang lainnya akan membantu
Sangat setuju/setuju
Semua staf 102/182 (56) 80/118 (68) .04
Dokter 28/53 (53) 23/31 (74) .07
Perawat 36/65 (55) 32/49 (65) .03
UMPAN BALIK DAN KOMUNIKASI TENTANG KESALAHAN
Pada unit ini, kami mendiskusikan jalan untuk mencegah kesalahan agar tidak terjadi
lagi
Selalu/ sering
Semua staf 60/184 (33) 57/118 (48) .008
Dokter 9/53 (17) 14/31 (45 .1
Perawat 29/67 (43) 25/49 (51) .5
RESPON TERHADAP KESALAHAN TANPA HUKUMAN
Saat ada pelaporan kejadian, terasa seperti menyalahkan seseorang, bukan masalahnya
Sangat setuju/setuju
Semua staf 27/184 (15) 29/118 (25) .03
Dokter 8/53 (15) 9/31 (29) .02
Perawat 14/66 (21) 17/49 (35) .1
KOMUNIKASI
Keputusan yang dibuat dari unit persalinan dengan menggunakan input yang personel
yang relevan
Sangat setuju/setuju
Semua staf 87/185 (47) 83/119 (70) <.0001
Dokter 31/53 (58) 23/32 (72) .3
Perawat 23/67 (34) 32/48 (67) .0007