perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id outcome kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id...

124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo Kota Surakarta SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat Guna meraih Gelar Sarjana Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh : ASRI ANGGITA WIJAYANTI NIM. D 0105005 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009

Upload: duongthuan

Post on 11-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL

Banjarasari ke Notoharjo Kota Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat Guna meraih Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh :

ASRI ANGGITA WIJAYANTI

NIM. D 0105005

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2009

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk membangun

manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia

seluruhnya. Pembangunan tersebut merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kegiatan suatu Negara dalam proses perubahan menuju

arah yang lebih baik. Usaha dalam rangka perubahan ini dimaksudkan

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pada dasarnya pembangunan

direncanakan agar suatu Negara dan masyarakatnya menjadi lebih maju.

Proses Pembangunan secara singkat tidak hanya mencakup satu

aspek kehidupan saja, akan tetapi meliputi berbagai aspek kehidupan yang

saling berkaitan. Maka diperlukan adanya pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, pemerataan hasil-hasil pembangunan secara adil dan merata serta

kesempatan masyarakat untuk berkembang. Mengingat, bahwa

pembangunan itu sendiri menyangkut masalah yang kompleks dan kadang

sulit untuk dipecahkan, tidak jarang pembangunan justru menimbulkan

efek yang tidak diharapkan.

Pembangunan yang tidak seimbang antara kota dan desa yang

terdapat di Indonesia, seperti negara-negara berkembang lainnya telah

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengakibatkan munculnya sektor formal dan sektor informal dalam

kegiatan perekonomian. Sempitnya lapangan kerja di bidang formal

membuat masyarakat perlu kreatif dalam mendapatkan penghidupan.

Apalagi lembaga pendidikan masih terus menghasilkan output yang cukup

besar. Semua bersaing dalam mencari pekerjaan. Sejalan dengan

meningkatnya migrasi desa-kota, jumlah orang yang mencari pekerjaan di

sektor industri meningkat sedangkan jumlah pekerja yang dibutuhkan

semakin sedikit, sementara kualitas sumber daya manusia yang rendah

menyebabkan para migran tersebut lebih banyak terserap di sektor

informal.

Perkembangan sektor informal yang cukup pesat ini disebabkan

antara lain kegiatan usaha sektor informal lebih sederhana bila

dibandingkan dengan sektor formal dan sangat beraneka ragam usaha di

sektor ini. Dari salah satu contoh sektor informal yang mampu menyerap

banyak tenaga kerja dan akhir-akhir ini banyak bermunculan di Surakarta

adalah pedagang kaki lima (PKL). Banyak masyarakat memilih menekuni

profesi ini karena pekerjaan ini tidak memerlukan ketrampilan khusus dan

dengan pendidikan yang rendah bisa memperoleh penghasilan.

Sektor informal meskipun menjadi bagian dari pendukung

perekonomian, namun keberadaan mereka di sisi lain berdampak negatif.

Dampak negatif ketika keberadaan PKL mulai mengganggu ketertiban,

keindahan, dan kenyamanan kota. Para pedagang kaki lima banyak yang

berjualan di pinggir jalan, trotoar, taman-taman kota, alun-alun dan

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berbagai tempat umum yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi

pedagang kaki lima. Meningkatnya jumlah pedagang kaki lima di berbagai

tempat menambah permasalahan baru, keberadaan mereka menjadikan

penyebab kekumuhan kota.

Di sisi lain kehadiran PKL tetap diperlukan oleh masyarakat luas.

Jenis barang yang dijajakan (makanan, pakaian, kelontong dan

sebagainya) senantiasa dicari oleh pembeli. Harganya yang relatif lebih

murah dibanding di pertokoan formal, menjadikan PKL sebagai tempat

berbelanja alternatif. Selain itu berbelanja di area PKL juga merupakan

aktifitas rekreasi yang cukup digemari oleh sebagaian masyarakat kota.

Masalah pedagang kaki lima di Surakarta bukan masalah baru,

berbagai upaya telah dilakukan Pemkot untuk menangani masalah PKL

ini. Keberadaan PKL biasanya tersebar dan memusat pada daerah-daerah

tertentu yang biasanya ramai dikunjungi pembeli. Salah satunya adalah

PKL di Banjarsari yang menggelar dagangannya di sekitar monumen 45.

Kawasan ini dipenuhi pedagang kaki lima yang menjual beraneka jenis

barang dagangan elektronik, pertukangan, sparepart kendaraan, dan

olahraga. Yang dulunya kawasan Banjarsari tersebut merupakan wilayah

bersejarah dengan sebuah taman tempat berdirinya Monumen Juang 45.

Taman itu dikelilingi oleh perumahan elit, tetapi beberapa tahun setelah

krisis ekonomi dipenuhi dengan pedagang kaki lima yang menjual barang-

barang bekas (klithikan).

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Kota Surakarta memberi perhatian yang serius terhadap keberadaan

PKL ini. Meskipun menghadapi berbagai kendala, upaya penataan dan

pembinaan PKL terus dilakukan. Perhatian Pemkot terhadap PKL ini

semakin meningkat dalam era kepemimpinan Jokowi (Joko Widodo,

Walikota Surakarta). Dimulai dengan sosialisasi di tahun 2005 yang

dilanjutkan dengan realisasi penataan PKL pada tahun 2006, membuktikan

kerja keras semua pihak. Relokasi PKL ”Klitikan” dari Lapangan

Banjarsari ke bangunan Pasar Klithikan Notoharjo yang megah dan

permanen dilengkapi upacara ”boyongan” dengan prosesi kirab budaya,

menunjukkan pendekatan yang humanis dalam penataan PKL.

Pembangunan shelter-shelter permanen di Kompleks Gelora Manahan dan

Kleco, tendanisasi dan grobagisasi PKL di Jl. Slamet Riyadi serta berbagai

program lainnya melengkapi upaya penataan PKL dengan pendekatan

pemberdayaan melalui fasilitasi bangunan atau tempat berdagang.

Rencana penataan PKL Monumen 45 Banjarsari ini merupakan

tindak penataan ulang tata ruang dan perwajahan Kota Surakarta menuju

kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL.

Pemindahan para PKL Banjarsari ke Notoharjo sudah jauh hari dipikirkan

oleh Pemerintah Kota sebagai jaminannya, pihak Pemkot sudah

mempertimbangkan berbagai keuntungan pasca pemindahan, antara lain :

jaminan kepastian usaha, tersedianya fasilitas usaha yang sangat layak,

peningkatan status usaha, perijinan resmi diberikan gratis oleh Pemkot

berupa SIUP, TDP, SHP dan KTPP, selain itu Pemkot juga melakukan

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pembinaan pedagang pasca relokasi seperti pelatihan manajemen,

dukungan promosi dengan penyebaran informasi lokasi dan produk pada

konsumen, batuan modal usaha dan penjaminan pinjaman perbankan dari

Pemkot dan menguatkan kesohoran (brand image) usaha.

Pelaksanaan Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL di wilayah

Banjarsari ini kemudian direalisasikan pada tanggal 3 Juli 2006. Pemkot

Surakarta telah berhasil merelokasi 989 PKL dari kawasan Monumen 45

Banjarsari ke Pasar Klithikan Semanggi dengan aman dan tertib tanpa aksi

anarkhis dari para PKL. Seluruh PKL setuju direlokasi ke tempat baru

secara sukarela, bahkan pemindahan ditandai dengan acara kirab budaya

yang melibatkan seluruh stakeholders kota dan PKL. Keberadaan Pasar

Klithikan Notoharjo membuat daerah Semanggi, yang sebelumnya

tergolong kumuh telah berubah menjadi salah satu pusat aktivitas usaha

mikro di daerah ini.

Pasar Klithikan Notoharjo kemudian menjadi percontohan pola

penataan dan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tergolong sukses.

Keberhasilan tersebut menggugah perhatian Museum Rekor Indonesia

(MURI) dengan memberikan penghargaan dengan kategori ”Perpindahan

Komunitas PKL Terbanyak Tanpa Menimbulkan Konflik”

Kawasan Pasar Klithikan Notoharjo merupakan lahan yang

memiliki luas 17.276 M2 atau kurang lebih 1,8 hektar yang kemudian

dibangun dengan berbagai blok-blok kios dengan ukuran 2x3 M atau sama

dengan 1.018 unit, mushola, lavatori (kamar mandi&toilet umum), gedung

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Kantor Pengelolaan, koridor: 3M, jalur hijau, Area parkir, area bongkar

muat, jalan lingkar dalam pasar, pintu utama dan pintu samping pasar.

Yang kemudian secara teratur PKL ditempatkan pada blok-blok sesuai

jenis dagangan mereka. Dengan jumlah pedagang 989 pedagang. Blok

pertama 396 kios, blok kedua 272 kios, blok ketiga 344 kios.

Dibawah ini disajikan tabel 1.1 tentang jumlah pedagang kaki lima

di Pasar Klithikan Notoharjo menurut jenis dagangan tahun 2008

TABEL 1.1

Jenis Dagangan Jumlah PKL

Alat Mobil 100 pedagang

Alat motor 222 pedagang

Accu 9 pedagang

Ban 20 pedagang

Sepatu & sandal 78 pedagang

Helm 25 pedagang

Pakaian 64 pedagang

Elektronik 148 pedagang

Makanan & minuman 66 pedagang

Handphone 20 pedagang

Alat bangunan 35 pedagang

Barang antik 19 pedagang

Cassete/cd 64 pedagang

Lain-lain 72 pedagang

TOTAL 989 pedagang

Sumber : Kantor Lurah Pasar Klithikan Notoharjo

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Kerja keras tersebut telah membawa Kota Surakarta menjadi

tempat belajar (studi banding) Pemkab dan Pemkot berbagai wilayah di

Indonesia dalam hal penataan PKL. Bahkan dalam peringatan Hari

Kesetiakawanan Sosial secara Nasional 20 Desember 2006 yang

dipusatkan di Lapangan Manahan, secara khusus Presiden RI juga

memberikan apresiasi yang memuaskan bagi Pemkot Surakarta dalam hal

penataan PKL.

Upaya yang dilakukan Pemkot dalam penanganan pedagang kaki

lima diantaranya dengan mengeluarkan Perda No. 8 tahun 1995 yang

berisi tentang kebijakan Penataan dan Pembinaan pedagang kaki lima di

wilayah Kota Surakarta. Untuk merealisasikan Kebijakan Penataan dan

Pembinaan PKL di Kota Surakarta tersebut, Pemkot Surakarta kemudian

menjabarkan kebijakan tersebut dalam bentuk program pembinaan,

penataan, dan penertiban pedagang kaki lima. Program tersebut kemudian

juga dijabarkan lagi dalam bentuk kegiatan, beberapa tahap kegiatan

meliputi sosialisasi kebijakan, tahap penertiban, tahap penataan, dan tahap

pembinaan. Tujuan dari kebijakan Relokasi PKL tersebut adalah untuk

terwujudnya Kota Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada sektor

perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata, dan olahraga.

Disamping itu tekad Pemkot dalam menata dan membina PKL

semakin menguat dengan disahkannya Perda no 6 Tahun 2003 tentang

Pola Dasar Pembangunan Daerah (POLDAS) Kota Surakarta tahun 2003-

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2008. Apalagi, tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta membuat Peraturan

Daerah no. 3 tahun 2008 tentang pengelolaan pedagang kaki lima.

Bersama dengan Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

Surakarta yang mempunyai kewenangan untuk memberdayakan pedagang

kaki lima dengan menempatkan para PKL pada lokasi-lokasi tertentu yang

sudah ditetapkan akhirnya dengan persyaratan yang telah ditetapkan

Walikota Surakarta upaya untuk melakukan penempatan, penataan, dan

penertiban pedagang kaki lima diimplementasikan secara nyata. Dan

hasilnya memuaskan, sebagai contoh keberhasilan relokasi PKL di

Banjarsari ke pasar Notoharjo.

Namun, meski sudah terbentuk Kantor Pengelolaan PKL dan

dikeluarkannya produk hukumnya, ternyata permasalah PKL belum

sepenuhnya berhasil ditangani. Meski sudah ada keberhasilan dalam

pemindahan ke lokasi baru, tetapi pendapatan para pedagang yang sudah

memilki pelanggan tetap dari lokasi lama sekarang malah menurun,

sehingga mempengaruhi pendapatan mereka. Dan bahkan, tidak jarang

dari pedagang tersebut akhirnya menutup kios mereka dan beralih profesi

menjadi pedagang keliling. Oleh karena itu, kondisi yang demikian ini

mendorong perlu adanya pemahaman tentang outcome dari kebijakan

tersebut dan mengkaji kembali sejauh mana Kebijakan relokasi PKL ini

telah mencapai tujuan yang diharapkan dengan diukur dari keberhasilan

kebijakan relokasi tersebut.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Mengingat begitu kompleksnya permasalahan PKL, penelitian ini

mengarah pada analisis outcome kebijakan relokasi PKl. Dimana sebagai

bahan percontohan adalah keberhasilan pelaksanaan penataan dan

pembinaan pedagang kaki lima di wilayah Kecamatan Banjarsari pada

PKL monumen 45.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Outcome Kebijakan Pasca

Relokasi PKL di Banjarsari ke Notoharjo Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang di atas secara umum yang menjadi

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Outcome Kebijakan

Pasca Relokasi PKL di Banjarsari ke Notoharjo Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi Pemkot Surakarta dan

pihak-pihak yang terkait dengan masalah pedagang kaki lima,

diantaranya Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta, Satuan

Polisi Pamong Praja, Dinas Tata Kota dan instansi lain yang terlibat

dalam penanganan PKL.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Sebagai masukan dalam penerapan teori Administrasi Negara

terhadap masalah publik terutama yang berkaitan dengan masalah

pedagang kaki lima sehingga dapat melengkapi dan memperbaiki

penelitian yang sudah ada sebelumnya.

3. Sebagai syarat untuk mencapai gelar S1 pada Jurusan Ilmu

Administrasi, Program studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Sebelas Maret.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

E. Tinjauan Pustaka

1. Formulasi Kebijakan Negara

Konsep pembuatan kebijakan seringkali disamakan dengan konsep

pembuatan keputusan. Namun, keduanya menurut beberapa ahli politik

memiliki perbedaan terutama terkait dengan tahap-tahap dalam proses

keduanya meskipun keduanya saling bersinggungan erat. Dengan

mengikuti pendapat Anderson, Tjokroamidjojo dalam Islamy (2004 : 24)

membedakan pengertian pembuatan keputusan dan pembuat kebijakan

dengan menyatakan sebagai berikut :

“Pembentukan Kebijaksanaan atau policy formulation sering juga disebut policy making, dan ini berbeda dengan pengambilan keputusan adalah pengambilan pilihan sesuatu alternatif dari berbagai alternatif yang bersaing mengenai sesuatu hal dan selesai. Sedangkan policy making meliputi banyak pengambilan keputusan.”

Menurut pendapat tersebut maka Tjokroamidjojo menyimpulkan

bahwa apabila pemilihan alternatif itu sekali dilakukan dan selesai, maka

kegiatan tersebut dinamakan pembuatan keputusan, sebaliknya bila

pemilihan alternatif itu terus menerus dilakukan dan tidak pernah selesai,

maka kegiatan tersebut dinamakan perumusan kebijakan.

Charles Lindblom (1968) dalam Wahab ( 2005 : 16) menuturkan

bahwa pembuatan kebijaksanaan Negara (public policy making) itu pada

hakikatnya merupakan :

“an extremely complex, analytical and political process to which there is no beginning or end, and the boundaries of which are most

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

uncertain. Somehow a…complex set of forces that we call policy-making all taken together, produces effects called policies” (merupakan proses politik yang amat kompleks dan analitis di mana tidak mengenal saat dimulai dan diakhirinya, dan batas-batas dari proses itu sesungguhnya yang paling tidak pasti. Serangkaian kekuatan-kekuatan yang agak kompleks yang kita sebut sebagai pembuatan kebijaksaaan negara itulah yang kemudian membuahkan hasil yang disebut kebijaksanaan).

Don K. Price, menyebutkan bahwa proses pembuatan

kebijaksanaan yang bertanggung jawab ialah proses yang melibatkan

interaksi antara kelompok-kelompok ilmuwan, pemimpin-pemimpin

organisasi professional, para administrator, masyarakat (stakeholhers) dan

para politisi.

Adapun Peran Stakeholder dalam proses pembuatan kebijakan,

adalah :

Dalam lembaga-lembaga publik secara luas menggunakan istilah

stakeholder dalam proses-proses pengambilan dan implementasi

keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan sebagai para

pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu isu atau

suatu rencana.

Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai

pendapat mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting

dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder

sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau

dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998)

secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering

diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagaimana dikemukakan

Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif

stakeholder terhadap isu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi

penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan

stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu issu

tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan

pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini sangat penting dianalisis untuk

mengenal stakeholder.

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder

terhadap suatu issu stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa

kelompok ODA (1995) mengelompkkan stakeholder kedalam yaitu

stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai gambaran

pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek

pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti

berikut :

1. Stakeholeder Utama (primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan

kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan

proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam

proses pengambilan keputusan seperti masyarakat dan tokoh

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

masyarakat serta pihak manajer publik. Masyarakat yang terkait

dengan proyek, yakni masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh

manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah dan

kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh

masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di

wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat.

Sedangkan pihak manajer publik yaitu lembaga/badan publik yang

bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu

keputusan.

2. Stakeholder Pendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak

memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan,

program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan

keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap

sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Adapun aktor yang

terlibat adalah :

a. lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak

memiliki tanggung jawab langsung

b. lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak

memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan

keputusan.

c. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang

bergerak di bidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat,

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dampak yang muncul yang memiliki “concern” (termasuk

organisasi massa yang terkait).

d. Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh

penting dalam pengambilan keputusan pemerintah.

e. Pengusaha(Badan usaha) yang terkait.

3. Stakeholder Kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki

kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.

Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai

levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu

keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten, seperti :

1.Pemerintah Kabupaten

2.DPR Kabupaten

3.Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan

(www.scribd.com)

Dalam proses formulasi, stakeholder memiliki peran yang penting, Cletus

Kennedy Bertin dalam Jurnalnya yang berjudul The Critical Role of Evidence-

Based policy and Parctice, mengatakan bahwa :

“Based policy formulation to stimulates further uptake of online services and delivers benefit to all stakeholders.”

Dimana dasar formulasi kebijakan untuk merangsang lebih lanjut secara

cepat dalam pelayanan langsung dan menyampaikan keuntungan untuk semua

stakeholder-stakeholder.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Sedangkan menurut Etzioni (1981) yang dikutip dari Wahab (2005 : 16),

menjelaskan bahwa :

“Melalui proses pembuatan keputusanlah komitmen-komitmen masyarakat yang acap kali masih kabur dan abstrak, sebagaimana nampak dalam nilai-nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh pakar aktor (politik) ke dalam komitmen-komitmen yang lebih spesifik --- menjadi tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan yang konkrit”

Menurut Udoji (1981) dalam Wahab (2005 : 17) merumuskan terperinci

pembuatan kebijaksanaan negara sebagai berikut :

“the whole process of articulating and defining problems, formulating possible solutions into political demands, channeling those demands into the political system, seeking sanctions or legitimation of the preferred course of action, legitimation and implementation, monitoring and review (feedback).”(Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisian masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut ke dalamsistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan/implementasi, monitoring dan peninjauan kembali (umban balik).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan menurut Nigro

dan Nigro dalam Islamy (2004 : 25) adalah sebagai berikut :

a. Adanya pengaruh tekanan dari luar

Yang berarti Administrator sebagai pembuat keputusan harus

mempertimbangkan alternatif-alternatif yang akan dipilih berdasarkan

penilaian rasional semata, tetapi proses dan prosedur pembuatan keputusan

itu tidak dapat dipisahkan dari dunia nyata. Sehingga adanya tekanan-

tekanan dari luar itu ikut berpengaruh terhadap proses pembuatan

keputusannya.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme)

Kebiasaan lama organisasi (Nigro menyebutnya dengan istilah “suck

costs”) seperti kebiasaan investasi modal, sumber-sumber dan waktu sekali

dipergunakan untuk membiayai program-program tertentu, cenderung

akan selalu diikuti kebiasaan itu oleh para administrator.

c. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi

Berbagai macam keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan banyak

dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Seperti misalnya dalam proses

penerimaan atau pengangkatan pegawai baru, seringkali faktor sifat-sifat

pribadi pembuat keputusan berperan besar.

d. Adanya pengaruh dari kelompok luar

Lingkungan sosial dan para pembuat keputusan juga berpengaruh terhadap

pembuatan kebijaksanaan. Seringkali pembuat keputusan dilakukan

dengan mempertimbangkan pengalaman-pengalaman dari orang lain yang

sebelumnya berada di luar dianggap dapat memuaskan karena lebih tepat.

e. Adanya pengaruh keadaan masa lalu

Pengalaman latihan dan pengalaman (sejarah) pekerjaan yang terdahulu

berpengaruh pada pembuatan keputusan. Seperti misalnya oranf sering

membuat keputusan untuk tidak melimpahkan sebagian wewenang dan

tanggungjawab kepada orang lain karena khawatir kalau wewenang dan

tanggung jawab yang dilimpahkan itu disalahgunakan.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Disamping adanya faktor-faktor tersebut diatas, Gerald E. Caiden

dalam Islamy (2004 : 27) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan

sulitnya membuat kebijakan, yaitu : sulitnya memperoleh informasi yang

cukup bukti-bukti sulit disimpulkan ; adanya berbagai macam kepentingan

yang berbeda mempengaruhi pilihan tindakan yang berbeda-beda pula ;

dampak kebijakan sulit dikenali ; umpan balik keputusan bersifat sporadis ;

proses perumusan kebijakan tidak dimengerti dengan benar dan sebagainya.

2. Proses Perumusan Kebijakan (policy formulation)

Merumuskan atau membuat suatu kebijakan apalagi kebijakan

Negara, bukanlah suatu proses yang sederhana dan mudah. Hal ini

disebabkan karena terdapat banyak faktor atau kekuatan-kekuatan yang

berpengaruh terhadap proses pembuatan kebijakan Negara tersebut. Proses

perumusan kebijakan Negara yang begitu sulit dan rumit dilakukan masih

dihadang lagi dengan permasalahan : apakah kebijakan Negara itu sudah

diantisipasikan akan mudah atau lancar diimplementasikan.

Lindlom menyampaikan bahwa didalam memahami proses

perumusan kebijakan kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat atau

pemeran serta dalam proses pembuatan kebijakan tersebut, baik aktor-aktor

yang resmi maupun aktor-aktor yang tidak resmi. Suatu metode yang

popular membagi perumusan kebijakan ke dalam tahap-tahap dan kemudian

menganalisa masing-masing tahap tersebut. (Winarno, 2002:67)

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Dari pernyataan tersebut, yang dimaksud dengan tahap-tahap

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana masalah-masalah timbul dan masuk ke dalam agenda

pemerintah

2. Bagaimana masyarakat merumuskan masalah-masalah tersebut untuk

mengambil tindakan

3. Sikap apa yang diambil oleh badan legislatif atau lembaga lainnya

4. Bagaimana para pemimpin menerapkan kebijakan itu

5. Bagaimana kebijakan tersebut dievaluasi.

Menurut Winarno (2002 : 82-84), proses perumusan kebijakan

Negara meliputi tahap perumusan masalah (defining problem), tahap agenda

kebijakan, tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah,

dan tahap penetapan kebijakan.

2. a. Perumusan Masalah

Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-

masalah public harus dikenali dan didefinisikan dengan baik pula.

Pemecahan masalah apakah memuaskan atau tidak bergantung pada

ketetapan masalah-masalah public tersebut dirumuskan. Anderson dengan

mengutip pendapat Smith dalam Islamy (2004 : 79) mengemukakan

bahwa “ untuk kepentingan kebijaksanaan, suatu masalah dapat diartikan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

secara formal sebagai kondisi atau situasi yang menghasilkan kebutuhan-

kebutuhan atau ketidakpuasan-ketidakpuasan pada rakyat untuk mana

perlu dicari cara-cara penanggulangannya. “

Kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan yang ada dalam

masyarakat sangatlah beragam, akan tetapi tidak kesemuanya langsung

dapat dijadikan problema umum atau masalah publik. Islamy menerangkan

bahwa yang disebut dengan problema umum (public problem) adalah

masalah-masalah yang mempunyai akibat luas termasuk akibat-akibat

yang mengenai orang yang secara tidak langsung terlibat.

Anderson dalam Islamy (2004 : 80) memberikan gambaran bahwa

suatu problema baru akan menjadi problema-problema kebijaksanaan, bila

problema-problema itu dapat membangkitkan orang banyak untuk

melakukan tindakan terhadap problema-problema itu.

Akan tetapi apabila dicermati realitas di masyarakat, dengan

berbagai masalah yang dihadapi para pembuat kebijakan harus mampu

mengidentifikasikan dan merumuskan permasalahan atau mendefinisikan

masalah. Sebab, keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakannya

akan berpengaruh pada proses pembuatan kebijakan seterusnya.

2.b. Penyusunan Agenda Kebijakan

Pilihan dan perhatian yang lebih dari para pembuat kebijakan akan

sejumlah kecil problema-problema umum menyebabkan timbulnya agenda

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kebijakan. Suatu agenda pemerintah tidak seharusnya dipandang sebagai

suatu daftar formal dari berbagai masalah-masalah yang harus

diperbincangkan oleh pembuat keputusan, tetapi hanya menggambarkan

problema-problema atau isu-isu dimana pembuat keputusan merasa harus

memberikan perhatian yang aktif dan serius.

Adapun beberapa kriteria dari agenda setting adalah :

1. Private Problem

Adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat yang terbatas

atau hanya menyangkut pada satu atau sejumlah kecil orang

yang terlibat secara langsung.

2. Public Problems

Adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat lebih luas

termasuk akibat-akibat yang mengenai orang yang secara tidak

langsung terlibat.

3. Political Issues

Adalah perbedaan pendapat masyarakat tentang solusi dalam

menangani masalah (policy action)

4. Sistematic Agenda

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Adalah isu yang dirasakan oleh semua warga masyarakat

politik yang patut mendapat perhatian publik dan isu tersebut

berada dalam yuridiksi kewenangan pemerintah.

5. Institutional Agenda

Serangkaian isu yang secara tegas membutuhkan

pertimbangan-pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat

keputusan yang syah atau ototatif.

(www.scribd.com)

Namun pada akhirnya, tidak semua masalah atau problema publik

akan masuk kedalam agenda kebijakan. Hanya masalah-masalah tertentu

yang akan masuk ke dalam agenda kebijakan.

Cobb dan Elder dalam Islamy (2004 : 84) menerangkan syarat-

syarat agar isu kebijakan dapat masuk ke dalam agenda kebijakan, yaitu :

1. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau setidak-tidaknya dapat

menimbulkan kesadaran masyarakat.

2. Adanya persepsi dan pandangan atau pendapat publik yang luas bahwa

beberapa tindakan perlu dilakukan untuk memecahkan masalah

tersebut.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa masalah itu adalah

merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab yang sah dari beberapa

unit pemerintah untuk memecahkannya.

Sedangkan Anderson dalam Islamy (2004 : 86) menyebutkan

faktor-faktor yang menyebabkan problema umum masuk dalam agenda

kebijakan, adalah :

1. Kepemimpinan politik dapat pula menjadi suatu faktor yang penting

dalam penyusunan agenda setting.

2. Timbulnya krisis atau peristiwa yang luar biasa dapat pula

menyebabkan masalah tersebut masuk dalam agenda setting.

3. Adanya gerakan-gerakan protes termasuk tindakan kekerasaan adalah

juga salah satu penyebab yang menarik perhatian para pembuat

kebijakan dan menaruhnya ke dalam agenda kebijakan.

4. Masalah-masalah khusus atau isu-isu politis yang timbul di masyarakat

yang menarik perhatian media komunikasi dan melalui reportasenya

telah menyebabkan masalah-masalah atau isu-isu tersebut semakin

menonjol.

Agenda kebijakan Negara dapat berisi hal-hal baru atau lama. Hal-

hal lama (old items) yaitu hal-hal lama yang selalu muncul secara regular

pada agenda pemerintah. Sedangkan hal-hal baru (new items) adalah hal-

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

hal yang belum didefinisikan sebagai akibat munculnya situasi atau

peristiwa-peristiwa yang khusus dan baru. (Islamy, 2004:85)

Masalah publik dapat masuk ke dalam agenda pemerintah kalau

para pembuat kebijakan menaruh atau memberikan perhatian yang serius

dan aktif terhadap masalah publik tersebut. Oleh karena begitu banyaknya

masalah publik, maka para pembuat keputusan akan memilih dan

menentukan masalah publik mana yang menurut mereka perlu atau

seharusnya memperoleh prioritas utama untuk diperhatikan secara serius

dan aktif.

2.c. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah

Setelah beberapa problema umum dapat dimasukkan pada agenda

kebijakan, langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah.

Disini para pembuat kebijakan akan mendapat usulan-usulan mengenai

alternatif-alternatif kebijakan.

Islamy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perumusan

usulan kebijakan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan

serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Yang

termasuk dalam kegiatan ini adalah : mengidentifikasikan alternatif ;

mendefinisikan dan merumuskan alternatif ; menilai masing-masing

alternatif yang tersedia ; dan memilih alternatif yang ‘memuaskan’ atau

‘paling memungkinkan untuk dilaksanakan’.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Pada tahap ini para perumus kebijakan akan berhadapan dengan

berbagai kepentingan dari para aktor yang terlibat dalam perumusan

kebijakan. Dalam kondisi ini, pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan

pada kompromi dan negosiasi yang terjadi antar aktor yang

berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut. Altenatif-alternatif

kebijakan tersebut hasilnya harus benar-benar mencerminkan aspirasi

masyarakat dan dapat dilaksanakan dengan efektif.

2.d. Pengesahan Kebijakan

Dalam pembuatan kebijakan, proses pengesahan kebijakan

merupakan hal yang penting. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat

erat sekali, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Sebagai proses kolektif,

pembuat keputusan atau kebijakan akan berusaha sekuat tenaga untuk

memenangkan mayoritas dalam forum pengesahan usulan kebijakan.

Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi

dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembuatan

kebijakan tersebut. Proses pengesahan (legitimasi) lancar atau tidakny

sangat ditentukan oleh proses-proses kebijakan sebelumnya dan sekaligus

tergantung pada kualitas pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Islamy (2004 : 100) mengatakan, proses pengesahan kebijakan itu

adalah proses penyesuaian dan penerimaan secara bersama terhadap

prinsip-prinsip yang diakui dan ukuran-ukuran yang diterima. Lebih lanjut

dijelaskan sengai berikut :

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

“landasan utama untuk melakukan pengesahan itu adalah variabel-variabel sosial seperti sistem nilai masyarakat, ideologi Negara, sistem politik dan sebagainya. Di negara-negara yang menganut paham demokrasi prinsip dasar dalam melaksanakan pengesahan adalah yang dikenal dengan sebutan ‘majority coalition building’ atau ‘majority vote’ artinya, apabila mayoritas pihak-pihak terlibat dalam proses pengesahan itu setuju, maka pengesahan dapat diberikan.”

Proses pengesahan kebijakan diawali dengan kegiatan “persuasion”

dan “bargaining”. Persuasion diartikan oleh Anderson dalam Islamy (2004

: 100) sebagai usaha-usaha untuk meyakinkan orang lain tentang sesuatu

kebenaran atau nilai kedudukan seseorang sehingga mereka mau

menerimanya sebagai miliknya sendiri. Sedangkan kegiatan bargaining

diartikan sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih yang

mempunyai kekuasaan atau otoritas mengatur/menyesuaikan setidak-

tidaknya sebagian tujuan-tujuan yang tidak mereka sepakati agar dapat

merumuskan serangkaian tindakan yang dapat diterima bersama tetapi

tidak perlu terlalu ideal bagi mereka.

Memperhatikan begitu kompleksnya proses perumusan kebijakan,

secara metodologis, Parsons (dalam Putra, 2003:50) melakukan klasifikasi

pendekatan kebijakan publik pada lima pendekatan yaitu :

“power approaches to policy making, rationality and policy making, public choice approach, cognition and processing in policy making (pendekatan kekuasaan dalam pembuatan kebijakan publik, rasionalitas dan pembuatan kebijakan publik, pendekatan pilihan publik dalam pembuatan kebijakan publik, pemprosesan personalitas, kognisi dan informasi dalam formulasi kebijakan publik.”

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pendekatan kekuasaan dalam pembuatan kebijakan publik. Dalam

pendekatan ini dipahami sebagai sebuah pengambilan keputusan, yaitu

sebuah proses yang sangat ditentukan oleh faktor kekuasaan. Sumber-

sumber kekuasaan ada di berbagai macam, seperti kelas sosial, birokrasi,

pendidikan, profesionalisme, dan kekuatan modal. Formulasi kebijakan

publik merupakan proses tawar menawar politik dari mereka yang mampu

mengakses proses pembuatan kebijakan publik itu. Selain ity, dalam

proses formulasi kebijakan publik juga harus dilihat aspek manajemennya,

yakni sejauhmana perhitungan atas kelayakan ekonomis, sosial, dan

birokratis itu dilakukan dengan cermat ketika hendak membuat kebijakan

publik.

Pendekatan rasionalitas dan pembuatan kebijakan publik, dalam

proses pembuatan kebijakan publik pada dasarnya bertumpu pada dua hal,

yaitu rasionalitas ekonomis dan rasionalitas birokratis. Rasionalitas

ekonomis berpijak pada pandangan bahwa pada dasarnya manusia itu

adalah makhluk ekonomi, oleh karena itu kebijakan publik sebagai

instrument Negara yang akan hidup dilapangan dalam pembuatannya

harus memiliki dasar yang kuat atas rasionalitas ekonomis tersebut.

Artinya, pembuatan kebijakan publik harus didahului oleh pertimbangan

yang mendalam atas perhitungan-perhitungan dampak ekonomis bila

kebijakan publik diterapkan. Rasionalitas birokratis adalah bertumpu pada

efisiensi dan efektivitas kinerja birokrasi seperti yang sering diungkapkan

oleh Weber. Oleh karena itu, proses kebijakan pembuatan kebijakan publik

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

harus mengacu pada pertimbangan rasionalitas birokratis. Artinya, proses

pembuatan kebijakan public harus mengacu pada pertimbangan

rasionalitas birokratis. Artinya, proses pembuatan kebijakan publik harus

mengacu pada kaidah-kaidah tipe ideal birokrasi seperti spesialisasi,

hierarki, impersonal dan sebagainya.

Pendekatan pilihan publik adalah sebuah pendekatan yang

berangkat dari pandangan kekuasaan dalam birokrasi. Pendekatan

kekuasaan dalam birokrasi tersebut menemukan adanya sebuah kenyataan

yang kurang mengenakan, adanya kecenderungan birokrasi menjadi

pelayan bagi dirinya sendiri, dan bukannya pelayan bagi masyarakat.

Tullock, Downs dan Niskanen memandang perlu adanya sebuah perangkat

sistematik yang mampu mengeliminir kecenderungan tersebut. Perangkat

tersebut adalah pendekatan public choice (Putra, 2003:61). Yang pada

intinya pendekatan tersebut menempatkan lembaga birokrasi itu di tengah-

tengah pertarungan hebat yang ada di pasar (market). Pasar akan memiliki

kemampuan untuk menentukan apakah sebuah institusi (birokrasi) dalam

masyarakat itu memuaskan publiknya atau tidak, dan pasar dapat

mengahakimi institusi yang tidak memuaskan publiknya itu secara

langsung.

Pendekatan pemrosesan personalitas, kognisi dan informasi dalam

formulasi kebijakan publik lebih banyak memandang pembuatan kebijakan

publik dari sudut pandang psikologis dan ilmu informasi. Pendekatan ini

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

memandang formulasi kebijakan publik adalah sebuah kajian yang

terfokus pasa ‘sesuatu’ yang ada pada benak individu atau kelompok orang

pembuat kebijakan publik itu. Kajian pendekatan ini dibagi menjadi dua,

pertama; adalah pendekatan yang memandang bahwa proses pembuatan

kebijakan publik adalah sebuah proses yang terfokus pada aspek emosi

manusia, personalitas, motivasi, perilaku kelompok dan hubungan

impersonal. Kedua; pendekatan yang menganalisis proses pembuatan

kebijakan publik dari sudut pandang bagaimana pembuat kebijakan

sebagai personal yang merespon stimulasi dalam lingkungannya. Artinya,

akan banyak dilihat tentang bagaimana seorang pembuat kebijakan

mengenali masalah, menggunakan informasi yang dimiliki, menentukan

pilihan dari berbagai alternative, mempersepsi realitas yang ditemui, dan

bagaimana informasi dikomunikasikan dalam organisasi.

Dye dalam Nugroho (2004:108) merumuskan model-model

formulasi kebijakan, yaitu:

1. Model Kelembagaan (Institusional)

2. Model Proses (Process)

3. Model Kelompok (Group)

4. Model Elit (Elite)

5. Model Rasional (Rational)

6. Model Inkremental (Incremental)

7. Model Teori Permainan (Game Theory)

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

8. Model Pilihan Publik (Public Choice)

9. Model Sistem (System)

Menurut Wibawa, yang dikutip Nugroho, 2006 : 75 Model

kelembagaan berpendapat bahwa tugas pembuat kebijakan publik adalah

tugas pemerintah. Model ini mendasarkan pada fungsi-fungsi kelembagaan

dari pemerintah, di setiap sektor dan tingkat dalam formulasi kebijakan.

Model kelembagaan ini merupakan derivasi dari ilmu politik tradisional

yang menekankan pada struktur dari proses atau perilaku politik. Jadi,

apapun yang dibuat pemerintah dengan cara apapun adalah kebijakan

publik.

Model proses berasumsi bahwa politik merupakan sebuah aktivitas

sehingga mempunyai proses. Kebijakan publik merupakan proses politik

yang menyertakan rangkaian kegiatan identifikasi permasalahan, menata

agenda formulasi kebijakan, perumusan proposal kebijakan, legitimasi

kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Model ini

memberitahukan kepada kita bagaiman kebijakan dibuat atau seharusnya

dibuat.

Model teori kelompok mengandaikan kebijakan sebagai titik

keseimbangan (equilibrium). Yang bermakna bahwa interaksi di dalam

kelompok akan menghasilkan keseimbangan, dan keseimbangan adalah

yang terbaik. Disini individu dalam kelompok-kelompok kepentingan

berinteraksi secara formal dan informal dan secara langsung atau melalui

media massa menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah untuk

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

mengeluarkan kebijakan publik yang diperlukan. Di dalam teori kelompok

ini peran sistem politik adalah untuk memanajemeni konflik yang muncul

dari adanya perbedaab tuntutan.

Model teori elit melandaskan diri pada asumsi bahwa dalam setiap

masyarakat pasti terdapat dua kelompok, yaitu pemegang kekuasaan atau

elit dan yang tidak memiliki kekuasaan atau massa. dalam teori ini

kebijakan-kebijakan yang dilahirkan merupakan preferensi politik dari elit

tidak lebih. Ada dua penilaian dalam pendekatan ini, negatif dan positif .

Pada pandangan negatif dikemukakan bahwa pada akhirnya, di dalam

sistem politik pemegang politiklah yang akan menyelenggarakan

kekuasaan sesuai dengan selera dan keinginannya. Disini rakyat hanya

dianggap sebagai kelompok yang sengaja dimanipulasi yang arahnya

bukan partisipasi melainkan mobilisasi. Seperti pada konsep personal rule

yang dijelaskan Acemoglu, kekuasaan seolah-olah hanya merupakan

”kekayaan pribadi” tidak terjamah dan terikat oleh hukum, dimana kantor

dan otoritas publik digunakan untuk melayani kepentingan penguasa dan

dijalankan lebih pada kepentingan personal. Sikap para rulers yang

cenderung mementingkan ”kepentingan pribadi” daripada kepentingan

publik ini membuat jaringan dan institusi formal dimanfaatkan untuk

melindungi kepentingan mereka dari serangan kaum reformis, cara ini

biasanya merajuk pada strategi devide and rule, dimana ketika state

menghendaki dukungan society secara luas untuk mencapai keinginannya

tidak jarang pendekatan ini digunakan untuk memaximumkan tujuan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mereka, lebih untuk melindungi kepentingan mereka. Seperti halnya para

penguasa Belanda dan Jepang pada era penjajahan yang mengkooptasi

sejumlah pemimpin rasionalis pro-kemerdekaan untuk kepentingan

propaganda mereka. Kooptasi sendiri merupakan upaya seseorang untuk

membuat orang lain seperti keinginannya. Mengupayakan kelompok lain

untuk mendukung kelompok mereka. Sedangkan pandangan positif pada

model elit ini melihat bahwa seorang elit menduduki puncak kekuasaan

karena berhasil memenangkan gagasan membawa negara-bangsa ke

kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan saingannya. Pada model ini

para elit secara top down membuat kebijakan publik untuk

diimplementasikan oleh administrator publik kepada rakyat banyak atau

massa.

Model teori rasionalisme mengedepankan gagasan bahwa kebijakan

publik sebagai maxium social gain berarti pemerintah sebagai pembuat

kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan manfaat optimum

bagi masayarakat. Model ini merupakan model yang ideal dalam formulasi

kebijakan, sebab model ini didasarkan pada keputusan yang

diperhitungkan dari rasionalitasnya yang menekankan pada aspek efesiensi

atau aspek ekonomis dalam kebijakan. Cara-cara kebijakan disusun dalam

urutan berikut :

1. mengetahui preferensi publik dan kecenderungannya

2. menemukan pilihan-pilihan

3. menilai konsekuensi masing-masing pilihan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

4. menilai rasio nilai sosial yang dikorbankan

5. memilih alternatif kebijakan yang paling dalam

Model inkrementalis melihat bahwa kebijakan publik merupakan

variasi ataupun kelanjutan dari kebijakan masa lalu. Pendekatan ini

diambil ketika pengambil kebijakan berhadapan dengan keterbatasan

waktu, ketersediaan informasi, dan kecukupan dana untuk melakukan

evaluasi kebijakan secara komprehensif. Sementara itu, pengambilan

kebijakan dihadapkan pada ketidakpastian yang muncul di sekelilingnya.

Pilihannya adalah melanjutkan kebijakan dimasa lalu dengan beberapa

modifikasi seperlunya.

Model teori permainan memiliki gagasan pokok pertama, formulasi

kebijakn berada dalam situsai kompetisi yang intensif, dan kedua, para

aktor berada dalam situasi pilihan yang tidak independen ke dependen

melainkan situasi pilihan yang sama-sama bebas atau independen. Model

teori permainan ini sebenarnya mendasarkan pada formulasi kebijakan

rasional namun dalam kondisi kompetisi tingkat keberhasilan kebijakan

tidak hanya ditentukan oleh aktor pembuat kebijakn melainkan ator-aktor

lain. Konsep kunci dari model teori permainan ini adalah strategi. Inti dari

teori permainan yang terpenting adalah bahwa teori ini

mengakomodasikan kenyataan paling riil, bahwa setiap negara, setiap

pemerintah, setiap masyarakat tidak hidup dalam vakum. Ketika

mengambil keputusan, lingkungan tidak pasif, melainkan membuat

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

keputusan yang bisa menurunkan keefektifan keputusan kita. Di sini teori

permainan memberikan kontribusi yang paling optimal.

Model pilihan publik melihat kebijakn sebagai sebuah proses

formulasi keputusan kolektif dari individu-individu yang berkepentingan

atas keputusan. Model ini membantu untuk menjelaskan kepada kita

kenapa kebijakan-kebijakan publik selalu berada ditengah-tengah dari

kebijakan yang liberal dan yang konservatif. Model ini secara umum

adalah konsep formulasi kebijakan publik yang paling demokratis karena

memberi ruang yang luas kepada publik untuk mengkontribusikan pilihan-

pilihannya kepada pemerintah sebelum mengambil keputusan.

Model sistemdikenal tiga komponen, yaitu input, proses dan

output. Sehingga, formulasi kebijakan dengan model sistem ini

mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari sistem

(politik). Dimana sistem plitik itu terdiri dari input, throughput, dan

output. Proses kebijakn publik beada dalam sistem politik dengan

mengandalkan pada masukan (input) yang terdiri dari dua hal yaitu

tuntutan dan dukungan.

2.e. Pelaksanaan Kebijakan Negara

Dalam pelaksanaan kebijaksanaan ini sekali usulan kebijakan yang

telah diterima dan disahkan oleh pihak yang berwenang, maka keputusan

kebijaksanaan itu telah siap untuk diimplementasikan. Islamy mengatakan

ada dua sifat dominan dari kebijaksanaan, pertama kebijaksanaan itu

bersifat ”self-executing” artinya dengan dirumuskannya kebijaksanaan itu

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

sekaligus (dengan sendirinya) kebijakan itu terimplementasikan, seperti

pergantian lambang negara, lagu negara, bendera negara dan sebagainya.

Kedua kebijaksanaan bersifat non-self executing, artinya kebijakan negara

perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga nampak

efeknya. Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan

negara itu banyak ragamnya. Terutama peranan eksekutif, birokrat dan

badan-badan pemerintah besar sekali dalam mengimplementasikan

kebijakan negara tersebut. Namun dalam kenyataannya, banyak para

pejabat dan badan-badan pemerintah yang lebih dominan dalam

perumusan kebijaksanaan negara dan kurang dalam implementasi

kebijaksanaan tersebut. (Islamy, 2004 : 105-107)

Implementasi kebijakan sesungguhnya bukan hanya sekedar

bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan

politik kedalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi.

Udoji dalam Wahab ( 2005 : 59 ) mengatakan dengan tegas bahwa ”the

executing of policies is ans important if not more important than policy-

making. Policies will remain dreams or blu prints file jackets unless they

are implemented” (pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu yang

penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana

bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan).

Kamus Webster, merumuskan secara pendek bahwa to implement

(Mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out;

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect

to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu. (Wahab, 2005 : 64)

Seperti yang dijelaskan pada jurnal internasional yang ditulis Simeon

Maile, yaitu :

”The formulation process greatly influences the outcome to be expected. Hence policy formulation should incorporate appropriate implementation mechanisms and tools to achieve expected outcomes” Bahwa proses formulasi berdampak besar pada outcome yang

diharapkan. Maka, formulasi kebijakan sebaiknya bekerjasama mengacu

mekanisme implementasi dan cara-cara untuk mencapai outcome yang

diharapkan.

Dengan demikian, jelas bahwa masalah implementasi kebijakan itu

tidak hanya terbatas pada perwujudan secara riil kebijaksanaan tersebut

tetapi juga mempunyai kaitan dengan konsekuensi atau dampak yang akan

nampak pada pelaksanaan kebijaksanaan tersebut. Dan mengetahui

seberapa jauh kebijaksanaan tersebut telah memberikan konsekuensi

positif dan negatif bagi masyarakat.

2.f. Penilaian Kebijakan Negara

Penilaian kebijakan adalah merupakan langkah terakhir dari suatu

proses kebijakan. Sebagai salah satu aktivitas fungsional, penilaian

kebijakan tidak hanya dilakukan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas

sebelumnya yaitu pengesahan dan pelaksanaan kebijakan, tetapi dapat

terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas fungsional yang lain dalam proses

kebijakan. Isi dari penilaian tersebut mencakup isi kebijakan, pelaksanaan

kebijakan dan dampak kebijakan. Sehingga dapat dilakukan pada fase

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

perumusan masalah, formulasi usulan kebijakan, implementasi, legitimasi

kebijakan dan sebagainya.

Penilaian kebijakan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

yang beragam, salah satunya dari sudut metode analisanya yang akan

menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari kegiatan menilai program-

program pemerintah apakah efektif atau tidak, mempunyai dampak positif

yang lebih besar dari dampak negatifnya atau tidak atau sebaliknya.

Dimana seluruh penilaian didasarkan atas penglihatan terhadap

pelaksanaan nyata dan atau konsekuensi-konsekuensi yang mengiringi

implementasi kebijakan tersebut. (Islamy, 2004 : 112-114)

Kebijakan-kebijakan tersebut akan menimbulkan dampak-dampak

kebijakan (policy outcomes). Adapun menurut Anderson yang dikutip

Islamy ( 2004 : 115), dimensi dampak kebijakan itu adalah sebagai

berikut:

1. Intended Comsequences dan Unintended Consequences

Yaitu dampak kebijakan yang diharapkan dan yang tidak diharapkan.

Sasaran kebijakan itu harus jelas untuk siapa.

2. Limbah kebijakan terhadap situsai atau orang-orang (kelompok) yang

bukan menjadi sasaran atau tujuan utama dari kebijakan tersebut.

3. Dampak kebijakan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi

sekarang atau kondisi yang akan datang. Seperti relokasi PKL di

Klitikan, apakah dimaksudkan untuk mengatasi masalah kesemrawutan

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kota ataukah untuk mempengaruhi atau mengubah pola-pola ekonomis

masyarakat di masa akan datang?

4. Dampak kebijakan terhadap ”biaya” langsung atau direct costs.

Menghitung “biaya” setiap rupiah dari setiap program kebijakan

pemerintah (economic costs) relatif mudah daripada menghitung biaya-

biaya lain yang bersifat kualitatif (social costs). Menghitung biaya

pembangunan tempat pembangunan pasar PKL tersebut jauh lebih

mudah daripada menghitung dampak-dampak sosial terhadap adanya

Penempatan di tempat yang baru tersebut.

5. Dampak kebijakan terhadap “biaya” tidak langsung (indirect costs)

sebagaimana dialami oleh anggota-anggota masyarakat. Seringkali

biaya seperti ini jarang dinilai, hal ini disebabkan karena sulitnya

mengukur ketidakenakan; keresahan sosial dan sebagainya akibat

adanya kebijakan tersebut.

Menjadikan dampak kebijakan sebagai masukan dalam proses

perumusan kebijakan akan dapat meningkatkan mutu atau kualitas

kebijakan.

3. Peranan dari Aktor atau Pemeran Serta (participants)

Menurut Lindblom (1986 : 3), untuk memahami siapa sebenarnya

yang merumuskan kebijakan harus dipahami sifat-sifat semua pemeran

serta (participant), bagaimana atau peran apa yang mereka mainkan,

wewenang atau bentuk kekuasaan apa yang mereka miliki, dan bagaimana

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

mereka saling berhubungan dan mengawasi. Dari berbagai jenis pemeran

serta, masing-masing memerankan peran khusus.

Peranan seorang atau kelompok aktor sangat ditentukan oleh

kedudukan atau wewenang yang dimiliki. Misalnya warga masyarakat atau

kelompok kepentingan berhak mengusulkan suatu kebijakan kepada

pemerintah berkaitan dengan problema kemasyarakatan yang dihadapi.

Apabila aturannya memungkinkan, mereka juga dilibatkan dalam proses

perumusan atau penyusunan kebijakn tersebut. Demikian pula aktor yang

lain seperti tokoh agama, partai politik ataupun media massa.

Sedangkan menurut Islamy (2004 :95-96) menuliskan bentuk dan

jenis kebijakan negara banyak pula dipengaruhi oleh pihak dalam (inside

participants) dan pihak luar (outside partisipants). Pihak-pihak yang

terlibat dalam proses perumusan kebijakan negara itu sangat tergantung

dari sistem politik (political system) negara yang bersangkutan, sehingga

dalam hal ini sulit ditemukan generalisasinya.

Jones, sebagaimana yang dikutip oleh Wahab (1991:39),

menyatakan sebagai berikut :

”Di dalam proses kebijakan, sedikitnya terdapat empat golongan atau tipe aktor (pelaku) yang terlibat, yaitu golongan rasionalis, teknisi, inkremental, dan golongan reformis. Dari keempat aktor tersebut, peran yang dimainkan dalam proses kebijaksanaan, nilai-nilai, dan tujua yang mereka kejar serta gaya kerja mereka berbeda satu sama lain. ”

Golongan rasionalis didalam melakukan pilihan alternatif

kebijakan, mereka selalu menempuh metode dan langkah-langkah sebagai

berikut :

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

1). Mengidentifikasi masalah

2). Merumuskan tujuan dan menyusunnya dalam jenjang tertentu

3). Mengidentifikasi semua alternatif kebijaksanaan

4). Meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari tiap alternatif

5). Membandingkan akibat-akibat tersebut dengan selalu mengacu

pada tujuan

6). Dan memilih alternatif terbaik

Secara keseluruhan, yang dimainkan pada golongan aktor

rasionalis identik dengan yang dimainkan oleh para perencana dan analis

kebijakan yang profesional yang amat terlatih dalam menggunakan

metode-metode rasional dalam menghadapi masalah-masalah politik yang

dihadapi.

Wahab (2005 : 30) mengatakan bahwa pada golongan teknisi ialah

seseorang yang karena bidang keahlian atau specialisnya dilibatkan dalam

beberapa tahapan proses kebijakan. Golongan ini pada umumnya

menunjukkan rasa antusiasme dan rasa percaya diri yang tinggi apabila

mereka diminta untuk bekerja dalam batas-batas pendidikan dan

keahliannya. Mereka cenderung melakukan pertimbangan-pertimbangan

yang luas melampaui batas-batas keahliannya tersebut.

Golongan inkrementalis sering diidentikkan dengan para politisi

(wahab, 2005 : 29), mereka cenderung memiliki sikap kritis namun

seringkali tidak sabar dengan gaya kerja para perencana dan teknisi,

walaupun mereka sebenarnya amat tergantung pada apa yang dikerjakan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

oleh para perencana dan teknisi. Golongan aktor beranggapan bahwa

kebijakan apapun akan cenderung dilihat sebagai suatu perubahan yang

terjadi secara gradual changes. Gaya kerja golongan ini dikategorikan

sebagai seseorang yang mampu melakukan tawar menawar atau

bargaining yakni dengan secara teratur mendengarkan tuntutan, menguji

seberapa jauh intensitas tuntutan dan menawarkan kompromi.

Sedangkan golongan reformis (pembaharu) beranggapan bahwa

dengan adanya keterbatasan informasi dan pengetahuan mereka akan

mengarahkan dalam proses pembuatan kebijakan (Wahab, 2005 : 31).

Golongan ini mempunyai titik tekan pada tindakan saat ini, karena urgensi

dari persoalan yang dihadapi. Pendekatan semacam ini biasanya digunakan

oleh para lobyst (orang-orang yang berperan selaku juru kasak-kusuk atau

perunding di parlemen). Nilai-nilai yang mereka junjung tinggi ialah yang

berkaitan dengan upaya untuk melakukan perubahan sosial itu sendiri.

Namun, seringkali berhubungan dengan kepentingan kelompok-kelompok

tertentu. Gaya kerja golongan aktor ini umumnya sangat radikal, kerapkali

disertai dengan tindakan-tindakan demontrasi dan konfrontasi dengan

pihak pemerintah. (Wahab, 2005 : 32)

Untuk melakukan pemahaman tentang aktor-aktor tersebut, dapat

dijelaskan melalui berikut ini :

Tabel 1.2

Aktor-aktor yang terlibat

Dalam Proses Kebijaksanaan dan Perilakunya

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Peran Nilai-nilai Tujuan Gaya Kerja Kritik

Rasionalis Analisis kebijaksanaan/ perencana

Metode Dapat ditetapkan

sebelumnya

Komprehensif Tidak memahami

keterbatasan manusia

Teknisi Ahli/spesialis Pendidikan / keahlian

Ditetapkan pihak lain

Eksplisit Terlampau picik

Inkrementalis Politisi Status quo Karena tuntutan

baru

Juru tawar Konservatif

Reformis Pelobi Perubahan sosial

Karena Masalah

mendesak

Aktivis Tidak realis/tidak

kenal kompromi

Sumber Charles O. Jones, dalam wahab, 2005 : 33

Sedangkan menurut Anderson, Lindblom dan Stewart dalam

Winarno (2002 : 84), mengatakan :

”aktor-aktor atau pemeran serta dalam proses pembuatan kebijakan dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni para pemeran serta resmi dan para pemeran serta tidak resmi. Yang termasuk pemeran serta resmi adalah agen-agen pemerintah (birokrasi), presiden (eksekutif), legislatif, dan yudikatif. Sedangkan pemeran tidak resmi meliputi kelompok-kelompok kepentingan, partai politik dan warga negara individu.”

Dalam penelitian ini, aktor-aktor yang terlibat dalam proses

relokasi PKL Banjarsari ke Notoharjo Surakarta, antara lain sebagai

berikut :

1. Walikota Surakarta

2. Pemerintah Kota Surakarta (Pemkot)

3. Dinas Pasar Surakarta

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4. Dinas Pengelolaan PKL Surakarta

5. Paguyuban PKL Surakarta]

6. Tokoh masyarakat, melalui muskotbang daerah

7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), sebagai contoh YAPI,

SOMPIS, KOMPIP sebagai fasilitator

4. Pedagang Kaki Lima

Menurut arti harafiahnya pedagang kaki lima adalah perusahaan

kecil mandiri namun terikat dengan jaringan sosial ekonomi yang amat

ruwet, berhubungan tidak hanya dengan penyalur, saingan dan

langganannya, tetapi juga dengan pemberian pinjaman, pemberi

perlengkapan, petugas pemerintah dan beranekaragam pranata resmi

maupun privat. (Manning dan Efeendi, 1983 : 250).

Laporan Akhir Survei dan Pemetaan PKL di Kota Surakarta oleh

Kantor Pengelolaan PKL Kota Surakarta, secara umum dapat didefinisikan

bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang informal yang

menempati kaki lima (trotoar – pedestrian) yang keberadaannya tidak

boleh mengganggu fungsi publik, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial,

fisik visual, lingkungan dan pariwisata. (Sidharta, 2000)

Sebagai representasi dari sektor informal, pedagang kaki lima

memilki peranan cukup besar dan menjangkau berbagai kepentingan

masyarakat. Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta no.3 tahun 2008,

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

pedagang kaki lima (PKL) adalah usaha perdagangan sektor informal yang

merupakan perwujudan hak masyarakat dalam berusaha dan perlu diberi

kesempatan untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Agus Joko Pitoyo, (1999 : 76) menyatakan bahwa pedagang kaki

lima adalah mereka yang berstatus sebagai pemilik usaha dan bukan hanya

pekerja (buruh), bekerja pada sektor perdagangan pada bangunan usaha

yang tidak permanen.

Dalam Direktori PKL Kota Surakarta definisi pedagang kaki lima

adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan pada suatu tempat umum

yang sebenarnya dimaksudkan bukan untuk kegiatan usaha, misalnya: di

trotoar jalan, di taman kota dan sebagainya.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, pedagang kaki lima adalah

pedagang yang independen yang berdagang ditempat-tempat umum namun

kegiatan usahanya terikat dengan jaringan sosial ekonomi yang

melingkupinya.

Adapun jenis tempat yang digunakan sebagai usaha dapat

dibedakan menjadi empat jenis :

a. Tetap/kios permanen yaitu tempat usaha PKL yang bersifat tetap

atau peruntukannya dalam jangka waktu relative lama. Umumnya

ditandai adanya atap dan penyangga yang permanen, di beberapa

usaha juga dibangun dinding baik dari tembok atau kayu/bambu.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b. Tenda yaitu tempat usaha PKL dengan memakai atap tenda atau

bahan lain yang mudah digulung setelah selesai usaha. Beberapa

usaha PKL tidak menggulung tenda setelah selesai usha, dalam hal

ini tetap dikategorikan berjenis yang sama.

c. Gerobag Dorong adalah jenis usaha PKL dengan memakai tempat

usaha yang beroda yang memudahkan untuk dipindah. Termasuk

disini adalah usaha PKL dengan memakai mobil bak terbuka.

d. Oprokan adalah jenis tempat usaha PKL yang hanya

memanfaatkan jalan atau tanah dengan diberi sedikit alas untuk

menggelar barang dagangan.

Klasifikasi PKL

Menurut Malik (2006), Indrawati et.al. (2004), Palupi dan Raharjo

(2004), Indrawati (2005), et.al. (2007), PKL diklasifikasikan menjadi :

a). Berdasarkan latar belakang ekonominya. Kalsifikasi pertama

adalah PKL yang benar-benar terpaksa menjadi PKL karena

kesulitan hidup. Mereka berdagang dengan warung beroda

(dorongan) ataupun bangunan semi permanen di trotoar. Sembari

berdagang mereka juga bertempat tinggal disitu, karena tidak ada

tempat lain lagi untuk dijadikan temapat tinggal. Kedua, PKL

yang berdagang karena masalah ekonomi juga namun mereka

telah memiliki tempat tinggal dan symbol hidup modern seperti

TV misalnya, ketiga, PKL yang berdagang karena melihat potensi

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

keuntungan jauh lebih besar dari pada membuka toko atau warung

disbanding jika harus menyewanya.

b). Berdasarkan jenis dagangan yang dijual, terdiri dari PKL penjual

(a). makanan, (b). pakaian, (c). Kelontong, (d). peralatan bekas

(Klithikan) dan sebagainya.

c). Berdasarkan waktu berdagang, terdiri dari PKL yang berdagang

pada pagi hingga siang hari, pagi hinnga sore hari, sore hingga

malam hari, malam hingga pagi hari, pagi hingga malam hari dan

sepanjang hari.

d). Berdasarkan bangunan tempat berdagang, dapat diklasifikasikan

menjadi (a). PKL tanpa bangunan, seperti PKL oprokan/ dasaran/

gelaran, (b). PKL bergerak /moveble/ dorongan, (c). PKL dengan

bangunan permanen (selalu ada setiap saat, baik bentuknya masih

tetap maupun udah berubah) dan (d). PKL dengan bangunan non

permanen (bongkar pasang).

e). Berdasarkan luasan bangunan atau temapat berdagang (space use),

terdiri dari 7 kelompok yaitu PKL dengan luasan 1-3 m2, 4-6 m2, 7-

9m2, 10-12 m2, 13-15 m2, 16-17 m2, dan seterusnya. (Dalam buku

laporan akhir oleh Kantor Pengelolaan PKL Kota Surakarta)

Keberadaan PKL di Kota Surakarta bukanlah fenomena baru.

Pedagang Kaki Lima ini sudah sangat identik dengan kehidupan Kota

Bengawan. Hampir disepanjang jalan dan tempat-tempat umum yang

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

mudah terjangkau oleh masyarakat menjadi pusat keramaian pedagang

kaki lima. Dari kondisi tersebut ada dua hal penting bahwa keberadaan

PKL bagi Pemerintah Kota Surakarta secara garis besar memilki dua

potensi :

a. Potensi Positif :

PKL sebagai sektor usaha informal merupakan usaha kerakyatan yang

terbukti mampu bertahan terhadap krisis ekonomi yang berimbas pada

krisis multidimensi dan berfungsi sebagai katup-katup pengamanan

ekonomi.

b. Potensi Negatif :

Keberadaan PKL melanggar hukum dan seringkali melanggar

kepentingan orang lain/umum sehingga berpotensi menimbulkan

konflik. (Kantor Pengelolaan PKL dalam Strategi Program Pembinaan,

Penataan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta).

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

F. KERANGKA BERFIKIR

Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam menertibkan pedagang kaki

lima, merupakan perwujudan dari tujuan Pemkot Surakarta dalam rangka penataan

ruang dan perwajahan kota Surakarta menuju kawasan berseri, harmonisasi ruang

dan kepastian usaha. Dalam prosesnya, Pemerintah Kota Surakarta seringkali

dihadapkan pada dilemma dalam penyelesaiannya. Disatu sisi keberadaan PKL

berdampak positif sebagai katup penyelamat terhadap terbukanya lapangan kerja

dan di sisi lain adanya PKL juga berdampak negatif karena menimbulkan

kesemrawutan kota dan mengganggu ketertiban kota. Maka dalam proses

perumusan kebijakan dan pelaksanaannya diperlukan adanya hubungan timbal balik

antara unsur-unsur, aktor/pelaku kebijakan, stakeholder, kelompok sasaran,

kebijakan publik yang isinya terkait hubungan antara keputusan-keputusan dengan

tindakan yang dilakukan dalam hal ini adalah dari perumusan kebijakan ke

pelaksanaan kebijakan relokasi pedagang kaki lima di Banjarsari ke Notoharjo

Surakarta.

Sebagai salah satu kebijakan yang dibuat untuk mengatasi masalah publik,

tentu saja kebijakan relokasi pedagang kaki lima juga memiliki tujuan tertentu. Dalam

keberhasilan prosesnya tersebut dapat diukur dari hasil kebijakan yang terlihat, yaitu

mengetahui sejauh mana kebijakan relokasi tersebut telah memberikan konsekuensi

positif dan negatif dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga akan nampak

pelaksanaan kebijakan itu berjalan dengan baik ketika proses relokasi tersebut

diterima oleh pedagang kaki lima sebagai target dan sasarannya.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kesediaan PKL dalam berpartisipasi untuk mewujudkan tujuan Pemkot

Surakarta merupakan outcome dari kebijakan tersebut. Outcome merupakan suatu

indikator yang menggambarkan hasil dari suatu kegiatan yang telah berjalan. Suatu

program tidak dapat terpisahkan pada indicator input, proses dan outcome yang

dihasilkan. Sebab, ketiganya dapat dijadikan ukuran-ukuran dalam menghasilkan

kebijakan yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan oleh masyarakat.

Berikut ini gambaran kerangka dasar pemikiran tentang Outcome Kebijakan

Relokasi Pedagang Kaki Lima.

Gambar 1.1

Bagan Kerangka Berfikir

Kebijakan Relokasi PKL

Mekanisme/ tahapan-tahapan dalam kebijakan relokasi PKL Banjarsari Ke Notoharjo

Konflik, Hambatan dan Kendala dalam Proses Kebijakan Relokasi PKL Banjarsari ke Notoharjo

Peranan dari aktor atau pemeran serta (participants)

Formulasi Kebijakan Relokasi PKL Banjarsari ke Notoharjo

Outcome Kebijakan

terdiri dari :

1. Intended Consequences dan Unintended Consequences

2. Limbah

Kebijakan

3. Outcomes pada kondisi sekarang dan akan datang

4. Outcomes pada

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif kualitatif yang memaparkan,

menafsirkan, dan menganalisis data yang ada. Penelitian deskriptif menurut Sutopo

(2006 : 139) yakni studi kasus yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci,

lengkap dan mendalam mengenai proses mengapa dan bagaimana tentang sesuatu

yang terjadi. Disamping itu, penelitian ini juga ditunjang dengan studi kepustakaan

untuk mengetahui relevansi pengetahuan yang ditemukan di lapangan dengan

pendekatan teori yang ada.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta, khususnya di lokasi yang ditempati

PKL yaitu di Klithikan Notoharjo. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan

sebagai berikut :

a. Klithikan Notoharjo merupakan salah satu contoh proyek penataan PKL di Kota

Surakarta.

b. Kawasan Klithikan Notoharjo merupakan salah satu lokasi yang menjadi sasaran

Kebijakan Relokasi dalam Penataan PKL di Kota Surakarta.

c. Memungkinkan peneliti memperoleh data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini karena banyaknya kajian yang meneliti tentang PKL, khususnya di

Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Sumber Data

Penelitian ini arahnya lebih bersifat selektif, dimana informan yang dipilih ialah

seseorang yang memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan yang lebih mengetahui

informasi yang diperlukan agar dapat menentukan ketepatan dan kekayaan data atau

kedalaman informasi yang diperoleh. Sutopo (2006 : 56)

Adapun informan yang dipilih dan diwawancarai antara lain :

1. Aparat Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima (PKL), yaitu Kepala Dinas serta

beberapa Kasie pada Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta.

2. Lurah Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta.

3. Pedagang Kaki Lima di Pasar Klithikan Notoharjo

4. Warga Masyarakat sekitar kawasan Klithikan Notoharjo.

Jika peneliti memerlukan informasi dari informan lain, itu akan berkembang di

lapangan sesuai dengan kebutuhan dan relevansinya dengan penelitian.

Dalam penelitian ini, sumber data yang diperlukan antara lain sebagi berikut :

1. Arsip dan dokumen resmi yang berkaitan dengan pelaksanaan Kebijakan

Relokasi PKL di Klithikan Notoharjo.

2. Undang-undang No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima.

3. Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang

Kaki Lima

4. Data dan dokumen dari Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta.

5. Data dan dokumen dari Kantor Lurah Pasar Klithikan Notoharjo Kota Surakarta.

6. Buku-buku yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam

(in-depth interviewing), yaitu mendapat informasi dengan bertanya langsung

kepada informan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended dan mengarah

pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal

terstruktur guna mengggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal

yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya

secara lebih jauh, lengkap dan mendalam. (Sutopo, 2006 : 69)

b. Observasi

Teknik observasi digunkan untuk menggali dari sumber data yang berupa

peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman

gambar.

c. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan mencatat data yang

ada di lapangan maupun yang tersimpan di kantor berupa catatan, literatur,

arsip, laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

5. Metode Penarikan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pedagang kaki lima di kawasan Klithikan Notoharjo.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

b. Satuan Kajian (Unit of Analyasis)

Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu

yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 121). Satuan

kajian dalam penelitian ini adalah beberapa pedagang kaki lima yang terkena

Kebijakan Relokasi PKL.

c. Sampel

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 : 121).

Dengan sampel ini hasil penelitian yang diperoleh akan memberikan gambaran

yang sesuai dengan sifat populasi yang bersangkutan. Sehingga dengan

penelitian sampel ini dapat digeneralisasikan dengan mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Sampel sebagai informan

dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu : pertama, aparat pelaksana

yang menjadi perencana atas terealisasinya kebijakan relokasi tersebut dalam

hal ini adalah Kantor Pengelolan PKL. Kedua, kelompok sasaran kebijakan, yaitu

individu atau kelompok yang terkena kebijakan, yaitu pedagang kaki lima Pasar

Klithikan Notoharjo. Ketiga, pihak yang terkait dengan kebijakan di luar aparat

pelaksana dan kelompok sasaran, yaitu masayarakat sekitar Pasar Klithikan

Notoharjo.

d. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah

menggunakan cara non random sampling dengan jenis purpossive sampling.

Artinya, peneliti memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber

informasi dan diharapkan mengetahui permasalahan secara mendetail.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

6. Validitas Data

Agar menjamin validitas data yang baik maka upaya peningkatan validitas data

akan dilakukan dengan cara yang disebut trianggulasi data, yakni teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau berbagai pembanding data itu. (Moleong, 2002 :

178). Menurut Patton dalam Sutopo (2006 : 92) trianggulasi dibagi menjadi empat,

yakni :

1. Trianggulasi Sumber, yakni mengarah pada memanfaatkan jenis sumber data

yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis sebagai pembanding agar

dapat teruji kemantapan dan kebenarannya.

2. Trianggulasi Metode, yakni dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi

dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan

kemudian hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik simpulan data yang lenih luat

validitasnya.

3. Trianggulasi Peneliti, adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari

beberapa peneliti yang lain.

4. Trianggulasi Teori

Yaitu melakukan penelitian dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori

yang lain, misalnya teori budaya, politik atau ekonomi.

Penelitian ini untuk menguji validitas data akan digunakan teknik trianggulasi

sumber, yang memanfaatkan jenis sumber yang berbeda-beda untuk menggali

data yang sejenis. Disini tekanannya pada perbedaan sumber data, yang bukan

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

teknik pengumpulan data atau yang lain. Peneliti bisa memperoleh nara sumber

yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga

informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari

narasumber lainnya. (Sutopo, 2006 : 93)

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data

dengan model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen, berupa reduksi

data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga komponen tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupkana proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan

abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan

lapangan (fieldnote).

b. Sajian Data

Adalah rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap untuk

selanjutnya dilakukan simpulan dengan melihat penyajian data tentang apa yang

terjadi secara rinci dan mendalam.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Setelah pengempulan data berakhir, peneliti melai melakukan simpulan dari

verifikasi agar lebih mantap dan benar-benar dipertanggungjawabkan. (Sutopo,

2006 : 116)

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Ketiga komponen analisis tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara

interaksi. Analisis interaktif membandingkan antara sumber informasi satu dengan

sumber informasi lainnya. Secara sederhana, model analisis interaktif dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2

Model Analisis Interaktif

Sumber : Sutopo, 2006 :120

Pengumpulan data

Reduksi data

Sajian data

Penarikan simpulan/verifikasi

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Profil Umum Kota Surakarta

1. Kondisi Geografis

Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian

kurang lebih 92 m di atas permukaan laut, yang beriklim tropis dengan

suhu maksimum 32,5 ˚C dan minimum 21,9 ˚C. Kota Surakarta terletak

antara 110 ˚C. 45’. 15”- 110 ˚C. 45’. 35” Bujur Timur dan 7 ˚C. 36’. 00”-

7 ˚C. 56’. 00” Lintang Selatan.

Adapun batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah :

Di sebelah utara :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Boyolali.

Di sebelah timur :Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten

Karanganyar.

Di sebelah selatan :Kabupaten Sukoharjo

Di sebelah barat :Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten

Karanganyar.

Luas wilayah Kota Surakarta adalah 44,04 Km2 yang terbagi ke

dalam 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari,

Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan.

Dari 5 kecamatan tersebut terdiri dari 51 kelurahan, 592 RW dan 2.645

RT.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2. Kondisi Demografis

Dalam suatu negara petumbuhan penduduk dipengaruhi oleh

jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk bagi

suatu negara bisa jadi membawa dampak yang positif. Dengan

bertambahnya jumlah penduduk dapat menjadi modal pembangunan, yaitu

tersedianya tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Namun hal ini dapat

terwujud jika penduduk dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang

efektif. Di sisi lain jumlah penduduk yang besar dapat menimbulkan

permasalahan-permasalahan di bidang sosial, ekonomi, pendidikan,

kesehatan lingkungan, dan masyarakat.

Sampai dengan tahun 2007 jumlah penduduk Kota Surakarta

mencapai 515.372 jiwa, dimana jumlah tersebut akan terus mengalami

peningkatan. Mengenai jumlah penduduk yang tersebar di 5 kecamatan

berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kepadatan dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 2.1

Penduduk Surakarta tiap Wilayah Kecamatan

Berdasar Jenis Kelamin

Tahun 2007

No Wilayah

Kecamatan

Luas

Wilayah

(km2)

Jumlah Penduduk Tingkat

Kepadatan

/km2

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Laweyan 8,64 53.902 55.545 109.447 12.667

2 Serengan 3,19 31.169 32.260 63.429 19.884

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3 Ps. Kliwon 4,82 42.896 44.612 87.508 18.115

4 Jebres 12,58 70.659 72.630 143.289 11.390

5 Banjarsari 14,81 79.809 81.438 161.247 10.888

JUMLAH 44,04 278.435 286.485 564.920

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2007

Dalam data statistik tahun 2007 jumlah angkatan kerja mencapai

515.372 jiwa, atau 49,16 % dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang

bekerja berjumlah 233.892 jiwa, dan penduduk yang mencari pekerjaan

berjumlah 19.491 jiwa. Jenis mata pencaharian penduduk Kota Surakarta

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2

Banyak Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Di Kota Surakarta

Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Petani sendiri

Buruh tani

Pengusaha

Buruh industri

Buruh bangunan

Pedagang

Angkutan

PNS/TNI/POLRI

Pensiunan

Lain-lain

450

438

8.752

74.655

63.114

32.710

15.437

26.445

16.974

162.526

Sumber : Surakarta Dalam Angka 2007

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

B. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta

Dinas Pengelolaan Pasar merupakan salah satu unsur pelaksana

Pemerintah Daerah Kota Surakarta di bidang pengelolaan pasar. Berdasarkan

Peraturan Walikota Surakarta Nomor 22 tahun 2008 tentang penjabaran tugas

pokok, fungsi dan tata kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta memiliki

tugas menyelenggaraan pemerintah dalam bidang pengelolaan pasar.

Dalam menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Pasar mempunyai

beberapa fungsi yaitu :

a. Penyelenggaraan Kesekretariatan dinas

b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan

c. Pengelolaan pendapat pasar

d. Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar

e. Pengawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki lima

f. Pengaturan los dan kios pasar

g. Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban pasar dan pedagang kaki lima

h. Penyelenggaraan sosialisasi

i. Pembinaan jabatan fungsional

Selain itu sebagai pelaksana di bidang pengelolaan pasar, Dinas

Pengelolaan Pasar juga memiliki visi dan misi, yaitu :

Visi :

” Terwujudnya citra pasar yang bersih, tertib, dan aman bertumpu pada

perekonomian Kota ”

Misi :

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

a. Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha

b. Meningkatkan ketertiban dan keamanan pasar

c. Meningkatkan pelayanan kepada pedagang

d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

Untuk mewujudkan visi, misi serta tujuan dan sasaran tersebut, Dinas

Pengelolaan Pasar menetapkan kebijakan dan strategi.

Kebijakan :

“Menumbuh kembangkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, sarana prasarana dan fasilitas pasar yang

cukup memadai guna menciptakan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman

dan nyaman serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna mendukung

kelancaran pembangunan Pemerintah Daerah”.

Strategi :

a. Meningkatkan pemeliharaan bangunan gedung seluruh pasar.

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas, sarana dan prasarana kebersihan

pasar.

c. Meningkatkan fasilitas pasar termasuk pemeliharaan jaringan, elektrikal

dan mekanikal pasar.

d. Meningkatkan keamanan dan ketertiban pasar.

e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia

(SDM) dengan penyelenggaraan bimbingan teknis dan pelatihan-pelatihan.

f. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pedagang dan masyarakat.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

C. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota

Surakarta

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, Dinas

Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai unit kerja di lingkungan Pemerintah

Kota Surakarta dalam penanganan masalah Pedagang Kaki Lima memiliki

Tugas dan Fungsi pokok yang diatur dalam Surat Keputusan Walikota

Surakarta Nomor 22 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan

Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai berikut :

1). Kepala Dinas, membawahkan :

a. Sekretariat

b. Bidang Pendapatan Pasar

c. Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar

d. Bidang Pengawasan dan Pembinaan

e. Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

f. Kelompok Jabatan Fungsional

2). Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan

pelaporan keuangan, umum dan kepegawaian.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Dalam melaksanakan tugasnya, sekretariat mempunyai fungsi :

· Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan

pelaporan.

· Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan.

· Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas terpadu, pelayanan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian.

· Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan funginya.

Sekretariat, membawahi :

a) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang

perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

b). Subbagian Keuangan

Subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi : pengelolaan keuangan,

verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan Dinas.

c). Subbagian Umum dan Kepegawaian

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian,

meliputi : pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas,

organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan

perlengkapan di lingkungan Dinas.

3). Bidang Pendapatan Pasar

Bidang Pendapatan Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan

perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan penetapan, penagihan

dan penerimaan serta pembukuan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pendapatan Pasar

memounyai fungsi :

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan di bidang pendataan dan penetapan

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan di bidang penagihan dan penerimaan

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan di bidang pembukuan

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

· Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya

Bidang Pendapatan Pasar, membahawi :

a). Seksi Pendataan dan Penetapan

Seksi Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan

penetapan, meliputi : pendataan dan penetapan retribusi pasar dan

PKL, pengaturan dan pembagian kios, los, perijinan dan hak

penempatan pedagang.

b). Seksi Penagihan dan Penerimaan

Seksi Penagihan dan Penerimaan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan

penerimaan, meliputi : penagihan dan penerimaan retribusi pasar dan

PKL serta penyusunan laporan perhitungan pendapatan pasar dan PKL.

c). Seksi Pembukuan

Seksi Pembukuan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis di bidang pembukuan, meliputi : melakukan

pembukuan semua hasil penagihan dan penerimaan dan tunggakan

retribusi pasar dan PKL.

4). Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar

Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar mempunyai tugas

melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang peralatan dan

kebersihan, pemeliharaan fasilitas pasar dan pemeliharaan bangunan pasar.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Untuk melaksanakan tugasnya Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar

mempunyai fungsi :

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang peralatan dan kebersihan.

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemeliharaan fasilitas pasar.

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemeliharaan bangunan

pasar.

· Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar, membawahi :

a). Seksi Peralatan dan Kebersihan

Seksi Peralatan dan Kebersihan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang peralatan dan kebersihan, meliputi : penyediaan

peralatan, pengaturan penggunaannya dan menyusun jadwal

pelaksanaan, pengawasan serta perbaiakan sarana prasarana pasar.

b). Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar

Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang pemeliharaan fasilitas pasar, meliputi :

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

pengelolaan fasilitas, menyusun jadwal pengawasan dan perbaiakn

serta pemeliharaan pasar.

c). Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemeliharaan

bangunan pasar, meliputi : pengelolaan bangunan, menyusun jadwal

pengawasan dan pengelolaan bangunan serta perbaikan dan

pemeliharaan bangunan pasar.

5). Bidang Pengawasan dan Pembinaan

Bidang Pengawasan dan Pembinaan mempunyai tugas melakukan

penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan dan

pembinaan pedagang, keamanan dan ketertiban serta pengawasan

pedagang. Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang ini mempunyai fungsi :

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan dan

pembinaan pedagang.

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang keamanan dan ketertiban.

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakn teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan pedagang.

· Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Bidang Pengawasan dan Pembinaan Pedagang, membawahi :

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

a). Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang

Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang ini mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan dan pembinaan

pedagang, meliputi : perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan dan

pembinaan pedagang pasar.

b). Seksi Keamanan dan Ketertiban

Seksi Keamanan dan Ketertiban mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang keamanan dan ketertiban, meliputi : kegiatan

keamanan, ketertiban, menyusun jadwal dan membentuk satuan

penertiban serta patroli pasar.

c). Seksi Pengawasan Pedagang

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan

pedagang, meliputi : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan

pengawasan pedagang pasar.

6). Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima mempunyai tugas

melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang penataan dan

pembinaan pedagang kaki lima. Untuk melaksanakan tugasnya, bidang

Pengelolaan Pedagang Kaki Lima mempunyai fungsi :

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang penataan dan pembinaan

pedagang kaki lima.

· Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian pedagang kaki

lima.

· Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, membawahi :

a). Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima

Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakn teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang penataan dan pembinaan

pedagang kaki lima, meliputi : penyipan bahan petunjuk teknis

penempatan, rekomendasi penempatan, dan penyuluhan kepada

pedagang kaki lima.

b). Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima

Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Liam mempunyai tugas

melakukan penyiapam bahan perumusan kebijakn teknis, pembinaan

dan pelaksanaan di bidang pengendalian pedagang kaki lima, meliputi

: penyiapan bahan petunjuk tknis pengendalian mengenai kualitas dan

kuantitas pedagang kaki lima.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Sebelum menjadi satu dengan Dinas Pengelolaan Pasar, Bidang

Pengelolaan Pedagang Kaki Lima ini merupakan sebuah instansi

pemerintah yang berdiri sendiri dengan Kantornya berada di kawasan

Kepatihan. Namun setelah adanya SOTK baru yang jatuh pada bulan

Januari 2009, Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima akhirnya ikut

bergabung dengan struktur organisasi yang sama dengan Dinas

Pengelolaan Pasar menjadi Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

yang dipimpin oleh Kabid M.Zainuddin, S.H dengan jumlah pegawai

tetap delapan orang. Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima,

dahulunya juga merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Pasar yang

bergerak dalam menangani pengelolaan PKL di Surakarta.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pengelolaan Pedagang

Kaki Lima, mempunyai langkah-langkah berupa tujuan program dan

tahapan tahapan dalam pembinaan, penataan dan pengendalian PKL,

adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

Tujuan Program Pembinaan, Penataan dan Penertiban PKL :

1. Terwujudnya Konsep PKL sesuai dengan Peraturan Daerah

2. Meminimalisasi konflik antara PKL dengan Masyarakat

3. Terwujudnya PKL yang sadar hukum dan berwawasan

lingkungan

4. Tercapainya Visi dan Misi Kantor Pengelolaan PKL sehingga

mampu mendukung tercapainya Visi dan Misi Kota Surakarta.

§ Individu door to door

§ Paguyuban Kelompok melalui arisan, penyuluhan, dll.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tahapan-tahapan Pembinaan, Penataan dan Pengendalian PKL :

1. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat atau pelaku bisnis

informal atau PKL.

2. Peringatan atau teguran (lisan dan tertulis)

3. Pengendalian secara komprehensip

4. Tindakan penegakan Perda

Berdasarkan hasil Muskotbang (Musyawarah Kota Membangun)

yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2003 memberikan

arah untuk merumuskan visi dan misi Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki

Lima.

Visi :

” Terciptanya kemitraan Pedagang Kaki Lima dengan Pemkot

Surakarta dalam pembangunan Kota Surakarta.”

Misi :

1. Mewujudkan Pedagang Kaki Lima yang mandiri, memiliki

daya tarik, berdaya saing usaha, bersih, tertib hukum serta

mampu berinteraksi sosial dengan masyarakat.

2. Mewujudkan Pedagang Kaki Lima yang tertata sesuai dengan

jenis dagangan dan infrastuktur pendukungnya sebagai salah

satu daya tarik wisata.

3. Mewujudkan kawasan dan lokasi Pedagang Kaki Lima yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun dasar berdirinya Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

a). Perda Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta

b). Keputusan Walikota Surakarta Nomor 41 tahun 2001

tentang pedoman uraian tugas kantor pengelolaan Pedagang

Kaki Lima Kota Surakarta.

Dalam menangani masalah PKL di Surakarta Kantor Pengelolaan

Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta melaksanakan fungsinya dengan

dasar hukum :

1. Perda Kotamadya Dati II Surakarta No.8 yahun 1995 tentang Penataan

dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta, yang berisi :

Bahwa PKL sebagai bagian dari sektor kegiatan ekonomi yang

mampu berperan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan

masyarakat perlu dilindungi, dibina dan dikembangkan lebih efisien

agar kehidupan para PKL semakin sejahtera dan secara optimal dapat

memberikan hasil guna dan daya guna bagi perwujudan tujuan

pembangunan daerah Kota Surakarta sebagai bagian dari tujuan

Pembangunan Nasional.

Perlindungan, pembinaan dan pengembangan lebih efisien terhadap

PKL agar semakin sejahtera dan adanya perlindungan dan kepastian

hukum perlu dilakukan dalam kerangka perwujudan asas kekeluargaan

dalam kehidupan perekonomian negara sebagaimana dimaksud pada

pasal 33 UUD’45 dan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota

Surakarta

Pengaturan yang bersifat penataan meliputi perlindungan,

pembinaan dan pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kesejahteraan PKL sehingga memiliki kemampuan untuk

meningkatkan usaha dengan menggunakan tempat usaha yang lebih

baik dan tidak menjadi salah satu sumber timbulnya permasalahan

sosial termasuk ketertiban masyarakat.

1. Definisi PKL menurut Perda No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat ( 1 )

PKL adalah orang yang melakukan usaha dagang dan atau jasa di

tempat umum baik menggunakan atau tidak menggunakan sesuatu

dalam melakukan kegiatan usaha dagang.

2. Tempat usaha PKL adalah tempat Umum yaitu tepi – tepi jalan

umum, trotoar dan lapangan serta tempat lain di atas tanah negara

yang ditetapkan oleh Walikotamadya Kepala Daerah.

3. PKL berhak untuk mendapatkan pembinaan berupa bimbingan

dan penyuluhan guna pengembangan usaha dan peningkatan

kesejahteraan.

4. Selain diberikannya toleransi dan kelonggaran untuk

memanfaatkan lokasi seperti tersebut di atas, para PKL diberikan

kewajiban a.l. :

a. Setiap PKL harus bertanggungjawab terhadap ketertiban,

kerapian, kebersihan, keindahan, kesehatan lingkungan dan

keamanan di sekitar tempat usaha ( Pasal 3 )

b. Setiap PKL dikenakan pembayaran retribusi ( pasal 8 )

5. Sanksi atas pelanggaran Perda :

a. Pemberian Peringatan ( Pasal 6 ) :

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

§ Terhadap bentuk pelanggar yang telah diatur akan diberikan

peringatan, apabila PKL yang bersangkutan tetap

membandel maka Walikotamadya Kepala Daerah berhak

melakukan penyitaan,

§ Terhadap barang yang sifatnya cepat berubah, rusak, busuk

dan atau mengganggu lingkungan dan atau kesehatan,

Walikotamadya Kepala Daerah dapat menghancurkan atau

meusnahkan ( ayat 5 )

b. Sanksi Pidana ( Pasal 10 ) :

Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 4 Perda ini diancam

dengan pidana kurungan selama – lamanya 3 ( tiga ) bulan

atau denda setinggi – tingginya Rp. 50.000,00.

2. Surat Keputusan Walikota Surakarta No.2 tahun 2001 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Perda No.8 tahun 1995, yang berisi :

Surat Keputusan Walikota Surakarta No. 2 Tahun 2001 terbit

sebagai Pedoman Pelaksanaan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Surakarta No. 8 Tahun 1995 Tentang Penataan dan

Pembinaan Pedagang kaki Lima sebagai langkah Pemerintah Kota

Surakarta mengatasi belum dapat dilaksanakannya SK Walikotamadya

Dati II Surakarta No. 001 Tahun 1997 disebabkan adanya krisis

ekonomi. Kebijakan ini diambil untuk memberikan toleransi kepada

PKL dalam mejalankan usahanya. Dengan ditetapkannya SK Walikota

Surakarta No. 2 Tahun 2001 ini diharapkan Perda Kodya Dati II

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Surakarta No. 8 Tahun 1995 dapat dilaksanakan dengan tidak

mematikan usaha PKL dan dapat terjaganya Kebersihan dan

Keindahan Kota. Dalam SK ini disebutkan tempat / lokasi yang

menjadi larangan untuk berdagang, ketentuan mengenai bentuk

dasaran, serta hak dan kewajiban PKL yang lain.

3. Perda Kota Surakarta No.3 Tahun 2008 tentang Penataan PKL Kota

Surakarta

4. Perda Kota Surakarta No.8 Tahun 2008 Tentang SOTK Kota Surakarta

5. Peraturan Walikota Surakarta No.22 tahun 2008 tentang penjabaran

TUPOKSI dan tata kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.

7). Kelompok Jabatan fungsional

Kelompok Jabatan fungsional ini mempunyai tugas sesuai dengan

jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari

sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai

dengan bidang keahliannya mempunyai tugas sesuai dengan jabatan

fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

D. Profil Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta memiliki 317 pegawai yang

terdiri dari; 1 orang Kepala Dinas, 1 orang Sekretaris, 4 orang Kepala Sub

Dinas, 11 orang Kepala Seksi, 3 orang Kepala Sub Bagian, dan beberapa staf

lainnya yang berjumlah 297 orang.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Adapun komposisi Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,

sebagai berikut :

Tabel 2.3 Komposisi Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

Golongan / Ruang Jumlah Persentase (%)

SD 59 18,61 SLTP 57 17,98 SLTA 158 49,84 D3 7 2,21 S1 27 8,52 S2 9 2,84

Jumlah 317 100

Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar

Berdasarkan tabel 2.1 pegawai Dinas Pengelolaan Pasar yang

berpendidikan tingkat SLTA mempunyai jumlah terbanyak yaitu 158 orang

atau 49,84 % dari seluruh jumlah pegawai. Sedangkan pegawai dengan jumlah

tingkat pendidikan paling sedikit adalah lulusan D3 sebanyak 7 orang atau

2,21 %.

Tabel 2.4 Komposisi Pegawai berdasarkan Pangkat atau Golongan

Pangkat / Golongan Jumlah Persentase (%)

I/a 48 15,14 I/c 50 15,77 II/a 127 40,06 II/b 4 1,26 II/c 8 2,52 II/d 6 1,90 III/a 17 5,36 III/b 28 8,83 III/c 5 1,58 III/d 16 5,05 IV/a 7 2,21

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

IV/b 1 0,32 Jumlah 317 100

Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar

Berdasarkan tabel 2.2 komposisi pegawai berdasar pangkat atau

golongan yang paling banyak adalah golongan II/a sebanyak 127 orang atau

dengan persentase sebanyak 40,06 % kemudian untuk urutan selanjutnya

adalah golongan I/c dengan jumlah 50 orang atau 15,77 %. Sedangkan untuk

jumlah pegawai yang paling sedikit adalah golongan IV/b sebanyak 1 orang

atau 0,32 %.

F. Pasar Klithikan Notoharjo

Pasar Klithikan Notoharjo merupakan salah satu pasar yang dikelola di

bawah Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta. Pasar Klithikan Notoharjo

Surakarta terletak di bagian timur selatan Kota Surakarta, tepatnya di daerah

Semanggi Pasar Kliwon Surakarta. Pasar yang dibangun berlantai dua serta

dipetak-petak menjadi kios ini, sebelumnya merupakan PKL yang berjualan di

Monumen 45 Banjarsari hingga menggeser fungsi dari monumen tersebut.

Keberadaan Pasar Klithikan Notoharjo membuat daerah Semanggi, yang

sebelumnya tergolong kumuh, telah berubah menjadi salah satu pusat aktivitas

usaha mikro di daerah tersebut.

Pasar Klithikan Notoharjo memilki kantor sendiri yang dipimpin oleh

seorang Kepala atau Lurah Pasar, dimana kantor tersebut bukanlah merupakan

badan struktural, tetapi hanya kepanjangan tangan dari Dinas Pengelolaan

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Pasar untuk menangani masalah-masalah yang terjadi di Pasar Klithikan

Notoharjo tersebut. Adapun struktur Organisasinya adalah sebagai berikut :

Jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Lurah Pasar Klithikan Notoharjo

tersebut terdiri 30 pegawai tetap, masing-masing dibagi pada tiap bagian tertentu.

Untuk staf keamanan terdiri dari delapan orang yang bertugas sebagai penjaga

keamanan disekitar pasar, staf kebersihan terdiri lima orang yang bertugas

menjaga dan memperingatkan para pedagang untuk selalu menjaga kebersihan

pasar, staf administrasi terdiri empat orang yang tugasnya lebih bersifat

administratif dan lebih ada dalam kantor, dan sepuluh orang lainnya adalah

pegawai pemungut retribusi dari tiap-tiap blok yang ada di Pasar Klithikan

Notoharjo tersebut dan sisanya merupakan petugas setor ke Balaikota. Dari

seluruh pegawai yang ada, tidak semua sudah menjadi pegawai negeri sipil ada

juga yang masih honorer dan tidak sedikit pula dari mereka yang bisa ditunjuk

langsung untuk bekerja disana tanpa mengikuti test CPNS terlebih dahulu.

Kepala Pasar

Staf Keamanan

Staf Penarik Retribusi

Staf Administrasi

Staf kebersihan

Anggota Keamanan

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Banjarsari

Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Surakarta merupakan

fenomena sosial yang sudah lama diusahakan oleh Pemerintah Kota untuk

ditangani. Hal ini sesuai dengan Program Kerja pemerintahan pasangan

walikota dan wakil walikota Jokowi – Rudy, yaitu : (1) Bidang

Pendidikan, (2) Bidang Ekonomi, (3) Bidang kesehatan, (4) Defisit

Anggaran, (5) Penataan PKL, (6) Penertipan Hunian Liar. Berkembangnya

Pedagang Kaki Lima yang begitu pesat diawali dengan adanya krisis

ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1998, dimana dampaknya

adalah tidak terserapnya angkatan kerja baru serta banyaknya korban PHK

dari sektor usaha formal yang telah menyebabkan jumlah pengangguran

menjadi bertambah banyak, sedangkan tuntutan akan kebutuhan hidup

baik pribadi maupun keluarga harus terus dipenuhi. Kondisi ini

mendorong orang untuk berpikir kreatif dalam mencari alternatif

penghasilan. Dengan modal hasil pesangon maupun modal lain maka

usaha sektor informal dalam hal ini Pedagang Kaki Lima menjadi

alternatif yang dipilih. Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Bidang

PKL DPP, M. Zainuddin, SH :

”PKL itu tumbuhnya mulai tahun 1998 sejak reformasi, yang waktu itu reformasinya total. PKL berkembang dari tahun ke tahun

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

sampai pada waktu itu mencapai sekitar 1000”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Meningkatnya jumlah pengangguran menyebabkan banyak yang

beralih profesi menjadi Pedagang Kaki Lima karena dianggap mudah,

tidak harus memiliki ketrampilan khusus dan dapat memperoleh

pengahasilan. Kondisi ini membuat para PKL akhirnya menggelar

dagangan di tempat-tempat yang strategis seperti, trotoar, jalur lambat dan

jalur hijau. Semakin lama, jumlah PKL semakin banyak sehingga terjadi

ketidakseimbangan lingkungan menjadi kumuh dan tidak tertib serta

mengganggu kenyamanan lingkungan. Seperti yang ada pada bangunan

monumen 45 di Banjarsari yang dipenuhi oleh pedagang yang menjual

barang-barang bekas atau klithikan.

Banjarsari adalah sebuah wilayah bersejarah dengan sebuah taman

tempat berdirinya Monumen Juang 45. Taman itu dikelilingi oleh

perumahan elit. Pasar klithikan Banjarsari mulai muncul sekitar tahun

1997 dan pada tahun 2001, ada hampir 1000 PKL yang beroperasi di

sekitar wilayah ini. Namun, keberadaan mereka telah menimbulkan

banyak pertentangan salah satunya oleh penduduk setempat maupun

organisasi-organisasi lain, seperti perkumpulan veteran yang aktif

menekan pemerintah daerah untuk menerapkan kontrol yang lebih tegas

terhadap keberadaan PKL di Monumen Banjarsari. Para PKL Banjarsari

juga dituduh telah menciptakan masalah prostitusi, pemabukan, dan

kriminalitas. Keberadaan mereka juga dianggap sebagai penyebab

menurunkan komunikasi sosial di antara penduduk setempat, dan

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

menghilangkan ruang terbuka hijau bagi masyarakat Kota Solo. Atas

desakan itu, Pemerintah Kota bertekad memindahkan PKL dari Banjarsari

dan merelokasinya ke daerah Semanggi.

Pemerintah Kota yang dipimpin oleh Walikota Joko Widodo

merespon adanya keresahan masyarakat Banjarsari terhadap para PKL

yang berada pada kawasan tersebut, yang langsung segera ditindaklanjuti

dengan melaksanakan kebijakan penataan dan pembinaan pedagang kaki

lima disusul dengan adanya relokasi pada tempat yang baru melalui

pendekatan-pendekatan yang dilakukan langsung baik oleh Walikota

sendiri Joko Widodo maupun Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang PKL DPP, M. Zainuddin,

SH :

”.......dari Pemerintah sebelumnya kan gagal, baru setelah Pak Jokowi dan Pak Rudi jadi, mulailah dilakukan pendekatan-pendekatan. Itu pendekatannya dengan berbagai cara termasuk wakil Walikota sendiri turun ke lapangan menemui para pedagang beberapa kali sampai 54 kali dalam kurun waktu enam bulan”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Awalnya rencana kebijakan relokasi ini mendapat penolakan keras

dari para PKL, namun kedua pemimpin Kota Surakarta ini tidak mundur.

Selama enam bulan Jokowi dan FX Hadi Rudyatmo mengajak pedagang

berdialog. Dengan berbagai pertemuan seperti makan siang dan makan

bersama mulai dari waning kecil (wedangan), pinggir jalan, lokasi PKL

Banjarsari, hingga di Loji Gandrung (rumah dinas wali kota). Pemerintah

Kotapun berkerja sama dengan perangkat daerah setempat seperti Camat

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

yang turun langsung untuk memberikan pengertian tentang kebijakan

penataan melalui relokasi tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala

Bidang PKL DPP, M. Zainuddin, SH :

”Beliau datang ke lokasi dan juga mengundang ke rumah dinas baik itu breakfast, lunch maupun dinner, makan bersama atau sekedar coffee break”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh seorang Pedagang alat-alat

sepeda motor, Bapak Rudi seperti berikut :

“Waktu itu ada duabelas paguyuban yang diundang makan, tahap berikutnya seluruh pedagang diberi kesempatan untuk makan disana waktu itu makan malam di Balaikota. Pendekatan beliau itu modelnya kumbokarnan, istilah wong jowo dikasih makan dulu baru nyambut gawe, dikasih makan dulu gen seneng-seneng baru dipindahkan”. (Wawancara 5 Juni 2009)

Hal senada juga seperti yang diungkapkan oleh seorang Pedagang

di kios sepatu, Bapak Shesa seperti berikut :

“Dulu itu Pak Rudi turun. Selaku wakil walikota dia turun mbak sebelum tim dari PKL masuk. Ya dolan disana, ibarate kita itu pake pekewuh, legowo wae. Dipangku mati, sing pejabate wae gelem turun apalagi kita. Camatnya Banjarsari wae nganti nginep-nginep mbak, sampai pagi memberi penjelasan sama kita kenapa kamu dipindahkan, kenapa kamu direlokasi, kita dienakkan, hidup lebih dijamin, tempatnya lebih layak”. (Wawancara 6 Juni 2009)

Dari wawancara diatas dapat dikatakan Pemerintah Kota

memberikan perhatian khusus terhadap para PKL, pegadang kaki lima

tidak dijadikan sebuah momok yang perlu dilakukan penggusuran,

melainkan harus memberikan pedagang kecil ruang untuk maju. Kebijakan

Penataan Pedagang Kaki Lima ini merupakan tujuan dari Pemerintah Kota

untuk mengembalikan kondisi kota yang berseri dan mewujudkan

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

penataan kota sesuai dengan peruntukannya seperti taman, jalan, trotoar

dan fasilitas umum yang selama ini disalah gunakan oleh masyarakat.

I. Tahapan-tahapan dalam Proses Relokasi

1. Sosialisasi

a. Pendekatan-pendekatan

Pelaksanaan kebijakan penataan pedagang kaki lima

Banjarsari melalui relokasi ini dilakukan dengan 3

pendekatan, yaitu pendekatan budaya, pendekatan ekonomi

dan pendekatan yuridis atau normatif.

(1). Pendekatan Budaya

Pendekatan budaya ini lebih menitik beratkan pada

perilaku pedagang. Dimana pedagang adalah orang

yang bergerak di sektor informal yang selalu mencari

peluang untuk meningkatkan usaha. Adanya tuntutan

kebutuhan untuk tetap mendapatkan pengahasilan

membuat pemerintah kota melakukan pendekatan

budaya untuk merelokasi. Tujuannya adalah agar para

pedagang kaki lima bisa dipindahkan pada tempat yang

lebih layak dan tidak lagi menggangu kenyamanan

umum dimana para PKL juga akan tetap mendapatkan

penghasilan dengan tempat usaha yang tetap dan lebih

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

aman karena memiliki ijin resmi dari pemerintah.

Pemindahan para pedagang kaki lima Banjarsari inipun

melalui kirap budaya yang diikuti oleh seluruh

pedagang monjari beserta SKPD daerah serta di arak

menuju tempat yang baru dengan membawa kurang

lebih 1000 tumpeng untuk mengirigi pemindahan

tersebut.

(b). Pendekatan Ekonomi

Permasalahan untuk memenuhi kebutuhan hidup juga

merupakan pertimbangan yang dipakai oleh Pemerintah

Kota dalam kebijakan relokasi PKL ini. Para pedagang

akan berusaha terus untuk dapat menghidupi keluarga

mereka. Ada dua sisi dalam pendekatan ini :

- Dari sisi pedagang, yang merupakan alasan mereka

bergadang untuk menafkahi anak cucu mereka

agar tetap bisa hidup walaupun krisis ekonomi

pada saat itu sedang melanda.

- Dari sisi Pemerintah

Keberadaan PKL sejauh ini memang berpengaruh

besar terhahap peningkatan PAD (Pendapatan Asli

Daerah), dimana di saat unit-unit usaha lainnya

tersingkir akibat badai krisis ekonomi, justru sektor

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

ini tumbuh dan berkembang hampir di setiap kota

besar termasuk Surakarta. Hasil dari retribusi PKL

ini memberikan kontribusi terhadap pemasukan

PAD sebagai modal pembangunan daerah. Tentu

saja hal ini menguntungkan bagi pemerintah selain

PAD meningkat, keberadaan PKL ini juga dapat

membantu mengatasi pengangguran dan masyarakat

yang masih tergolong miskin.

(c). Pendekatan Yuridis atau Normatif

Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan

Perda sebagai sanksi kepada para pedagang kaki lima

yang tidak mau ikut aturan yang ada. Sanksi atas

pelanggaran Perda :

a. Pemberian Peringatan ( Pasal 6 ) :

- Terhadap bentuk pelanggar yang telah diatur

akan diberikan peringatan, apabila PKL yang

bersangkutan tetap membandel maka

Walikotamadya Kepala Daerah berhak

melakukan penyitaan,

- Terhadap barang yang sifatnya cepat berubah,

rusak, busuk dan atau mengganggu lingkungan

dan atau kesehatan, Walikotamadya Kepala

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Daerah dapat menghancurkan atau meusnahkan (

ayat 5 )

b. Sanksi Pidana ( Pasal 10 ) :

Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 4 Perda ini

diancam dengan pidana kurungan selama – lamanya

3 ( tiga ) bulan atau denda setinggi – tingginya Rp.

50.000,00. Hal ini tercantum dalam perda no.8

tahun 1995.

Pendekatan yang dilakukan Pemkot ini sesuai dengan uraian dari

Kepala Bidang PKL DPP, M. Zainuddin, SH :

”Penataan PKL di Surakarta ini sama sekali tidak ada benturan, hal ini karena kita melakukan pendekatan. Yang pertama pendekatan budaya. Pendekatan budaya ini kaitannya dengan perilaku pedagang. Pedagang ini kan inginnya berusaha mendapat peluang karena adanya tuntutan kehidupan ekonomi, banyak pengangguran salah satunya disektor informal. Kita mengkaji mengenai perilaku pedagang baik PKL maupun yang ada di pasar. Dimana pedagang itu akan terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak cucu mereka. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekonomi. Pendekatan ini ada dua sisi, yang pertama dari sisi kepentingan mereka, karena mereka butuh hidup. Sudut pandang yang kedua dari kami ada PADnya yang masuk ke Pemkot. Yang terakhir barulah pendekatan yuridis atau normatif. Kalo mereka ngeyel bandel barulah kita pendekatan perda. Tapi hampir-hampir jarang terjadi di Surakarta seperti itu. Kalopun pendekatan perda kita giring mereka kearah pengadilan. Jadi, tidak terjadi benturan fisik. Karena kebijakan ini kan untuk membangun kota. Padahal ada PKL yang ada di sana, nah bagaimana kita bisa mengawinkan ini. Disisi lain mewujudkan tata ruang kota yang bagus dan disisi lain kita memberikan ruang gerak bagi mereka untuk berusaha”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Selain dari tiga pendekatan tersebut, proses sosialisasi

rencana pemindahan PKL dilakukan secara formal dan informal

melalui tiga periode waktu dalam proses sosialisasi yang dilakukan

pemerintah kota Surakarta kepada para pedagang PKL Monjari

sebelum direlokasi ke Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi.

Pada Oktober 2005, Ir. Jokowi mengadakan acara ramah

tamah. Acara tersebut di Loji Gandrung rumah dinas Walikota

Surakarta dengan mengundang para ketua dan perwakilan

paguyuban-paguyuban PKL Monjari. Dalam kesempatan ramah

tamah tersebut rencana relokasi PKL Monjari ke kawasan

Notoharjo ini belum disinggung sedikitpun. Pemkot hanya

menjabarkan tentang program kerja Walikota dan Wakil Walikota

yang salah satunya adalah dalam bidang penataan pedagang kaki

lima.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Bapak Rudi salah

seorang pedagang pada kios sepeda motor, seperti berikut :

”Waktu itu diadakan acara ramah tamah, mengundang seluruh pengurus waktu itu kalo tidak salah ada 12 paguyuban dan seluruh pedagang. Tapi kita udah tahu niatnya pemerintah waktu itu mau merelokasi itu sebenarnya kami sudah tahu. Dari slentingan-slentingan kami sudah tahu.” (Wawancara 5 Juni 2009)

Konsep rencana pemindahan PKL Monjari ke kawasan

Notoharjo yang dilakukan pemerintah ini adalah untuk menata dan

menertibkan PKL Monjari bukan melakukan penggusuran. Hal ini

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

merupakan sikap dan kesadaran dari Pemerintah Kota bahwa

keberadaan PKL adalah potensi ekonomi yang mampu menyerap

tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Maka

kebijakan relokasi PKL ke sebuah kawasan pasar di Semanggi ini

menjadi sebuah solusi kebijakan yang dianggap tepat.

Sosialisasi secara intensif dan pendekatan-pendekatan terus

menerus ini dilakukan sampai akhir Desember 2005 dan berjalan

hingga Juli 2006 menjelang proses relokasi. Selain itu melalui

Kantor Pengelolaan PKL Surakarta juga melakukan pendataan

untuk menyiapkan kios pasar di kawasan baru yang akan diberikan

kepada para pedagang. Pendataan ini dilakukan untuk semua kios

dan semua pedagang terkecuali PKL yang hanya lewat tanpa

menetap. Langkah ini untuk memastikan tidak ada alasan PKL

yang tidak terdaftar. Dari hasil pendataan itu terkumpul data 989

PKL yang masuk.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Bapak Shesa,

pedagang di kios sepatu, sebagai berikut :

”Dulu itu kami di data dulu mbak, dari pemerintah sendiri masuk lalu kami didata, seluruh pedagang semuanya di data dan ada sekitar 989 PKL pada waktu itu.” (Wawancara 6 Juni 2009)

Periode waktu yang ketiga pertemuan digelar di Pendhapi

Gedhe Balaikota Surakarta, sebanyak 989 PKL Monjari diundang

kembali untuk mendengar sosialisasi rencana relokasi PKL

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Monjari ke Pasar Notoharjo oleh Pemkot secara resmi. Acara

sosialisasi ini disertai dengan makan malam dan hiburan yang

mempertemukan Pemkot sebagai pengambil dan pelaksana

kebijakan dengan semua pedagang sebagai pihak yang menerima

dampak dari sebuah kebijakan. Acara tersebut berlangsung dengan

nuansa kekeluargaan dan kental dari sisi cultural, hal ini juga

dimanfaatkan pemerintah untuk menggali lebih dalam aspirasi

yang berkembang di kalangan para pedagang.

Dalam sosialisasi ini materi yang disajikan adalah rencana

relokasi PKL Monjari ke sebuah pasar Notoharjo di kawasan

Semanggi. Pemkot telah membuat pasar yang telah didesain secara

khusus untuk perdagangan barang bekas atau klithikan di kawasan

Semanggi. Menjadikan pasar tidak semata-mata untuk mendirikan

kios-kios saja, tetapi sebuah pasar beserta fasilitas usaha yang

layak dan memadai, pasar yang aman dan nyaman, adanya

kemudahan akses jalan menuju ke kawasan tersebut sehingga dapat

memudahkan konsumen untuk menuju ke pasar tersebut dan juga

ada promosi baik guna menarik dan mendatangkan konsumen.

Pemerintah mnemilih kawasan Semanggi untuk dijadikan

tempat baru bagi PKL Monjari dalam usaha perdagangan mereka

yang baru tentunya memiliki alasan. Kawasan Semanggi

merupakan kawasan perbatasan dimana akan jarang orang untuk

berpergian ke arah tersebut. Maka dari itu pemerintah mencoba

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

memberi ruang hidup pada daerah tersebut supaya masyarakat bisa

memilki tujuan ke kawasan itu. Akses jalan dibuat dengan jalur

transportasi menuju arah Semanggi. Hal ini bisa dilihat dari adanya

pembangunan sub terminal di depannya dan adanya pengaturan

trayek baru yang melewati kawasan tersebut dan juga pemberian

petunjuk arah pada setiap jalan menuju ke kawasan Semanggi.

Untuk akses melewati Pasar Notoharjo ini ada beberapa

alternatif yaitu angkuta jalur 04 dari Wonorejo-Kadipiro-Silir PP,

jumlah armada sebanyak 30 kendaraan yang rata-rata lewat 8 kali

sehari, kemudian jalur 09 dari Jati Teken-Mojo-Ngipang PP jumlah

armada 37 kendaraan yang rata-rata lewat 6 kali sehari dan Bus

kota trayek Bekonang-Kartasura jumlah armada 16 Bus.

Selain itu juga diberikan rambu petunjuk jalan sebanyak 12

rambu yang ditempatkan di perempatan jalan-jalan strategis yang

tersebar di Kota Solo dan ditambah lagi 7 buah yang beberapa

diantaranya ukurannya lebih besar yang difungsikan untuk

mempermudah akses masyarakat yang menuju ke Pasar Notoharjo

agar tidak kebingungan.

Hal ini sesuai yang diungkapkan Kepala Bidang PKL DPP,

M. Zainuddin, SH :

”Semanggi adalah kawasan timur selatan kota yang akses kredibilitasnya kesana itu kan enggak begitu rame, gak ada lagi yang dituju kan, gak ada orang yang punya

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

kepentingan kearah sana. Itu kita buka. Supaya akses kesana itu bisa rame. Kita juga melakukan kegiatan supaya pasar itu tetap rame dikunjungi, karena kawasan itu kan baru ya..untuk pembeli dan pengunjung yang lain biar tahu kalo mereka sudah dipindahkan kesana. Sampai di setiap muara kota kita berikan petunjuk jalan dan transportasi kita arahkan kesana. Supaya mereka tahu pasar Notoharjo ada disana”. (Wawancara 1 Juni 2009)

b. Keterlibatan Aktor-aktor atau Pemeran Serta

(Participants) dalam Proses Relokasi

Sesuai dengan Keputusan Walikota Surakarta No.

511.3.05/57/1/2006 tentang Tim Penataan dan Penertiban PKL

bahwa dalam proses relokasi ini melibatkan semua potensi

yang ada di Pemkot maupun diluar itu dengan memberdayakan

LSM seperti SOMPIS (Solidaritas Masyarakat Pinggiran Solo),

KOMPIP, golongan akademis maupun dari tokoh masyarakat,

dimana semuanya mempunyai peranan dan tugas masing-

masing.

Dalam proses penyusunan kebijakan ini Pemerintah

memang mengajak seluruh komponen yang ada untuk diajak

berdialog atau sharing guna mendapatkan solusi terbaik dalam

menangani pedagang kaki lima di Surakarta. Tidak terkecuali

badan-badan independent seperti SOMPIS dan KOMPIP diikut

sertakan untuk memberikan aspirasi atau pendapat mereka

tentang rencana pemerintah melakukan relokasi PKL Monjari.

SOMPIS dan KOMPIP merupakan LSM (Lembaga Swadaya

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Masyarakat) yang pada waktu itu bergerak mendampingi para

pedagang kaki lima Monjari. Mereka merupakan lembaga yang

bisa dikatakan penyambung lidah dari keinginan PKL sendiri.

Dalam proses dialog, kedua badan idependent ini selalu hadir

dan memberikan suara mereka untuk kebijakan pemerintah

dalam menangani PKL ini. Mereka juga melakukan strategi-

strategi dan mengeluarkan beberapa tuntutan pada pemerintah

kota agar kebijakan ini tetap memihak dan betul-betul

dilaksanakan sesuai kepentingan para PKL Monjari bukan

untuk kepentingan yang lain.

Selain badan-badan independent Pemkot juga mengundang

para akademisi seperti golongan akademis dari UNS

(Universitas Sebelas Maret) dan melakukan dialog, seminar-

seminar untuk membahas penanganan yang tepat dalam

mengatasi masalah pedagang kaki lima yang sudah kian

menjamur. Hal ini dilakukan agar langkah yang akan ditempuh

oleh Pemerintah ini dapat sesuai dan mampu meminimalisir

adanya pengambilan keputusan yang salah. Karena masalah

pedagang kaki lima ini merupakan fenomena sosial yang harus

segera diatasi, namun tidak menimbulkan konflik atau masalah-

masalah baru dimasa yang akan datang.

Dalam rencana relokasi PKL di Surakarta ini Pemkot juga

melibatkan tokoh masyarakat pada daerah setempat, seperti

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

petinggi atau pejabat daerah dari RT, RW, Lurah dan bahkan

Camat daerah setempat bekerjasama untuk memberikan

pengertian dan pemahaman secara mendalam mengenai

kebijakan yang akan digulirkan tersebut. Sehingga, nantinya

dapat diperoleh kesepakatan yang baik antara pembuat dan

pelaksana kebijakan dengan kelompok sasaran dimana

kesepakatan itu muncul karena mereka sudah mengerti dan

paham betul atas kebijakan dari pemerintah dalam hal ini

adalah tentang penataan PKL di Surakarta.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Kepala Bidang PKL DPP,

M. Zainuddin, SH :

”Kita sendiri itu mengkaji tentang PKL ini, bahkan dari UNS dari segi akademisi untuk berdialog, bahkan tidak saja golongan akademisi saja LSM, tokoh masyarakat setempat sampai media massa kita libatkan. Kenapa sih..kita ingin mendapat masukan. Bagaimana sih kota ini dibangun tanpa harus menyingkirkan mereka. Ada lagi dari kewilayahan RT, RW saya hubungi untuk memperingati kalo ada pedagang lagi. Selain itu tokoh masyarakat, karena kan tempat-tempat seperti itu kan ada premannya ya, tidak bisa dipungkiri itu pasti ya..saya deketi saya mintai tolong untuk memberikan dialog bahkan saya mintai tolong untuk keamanan. Dari itu kita baru memunculkan program”. (Wawancara 1 Juni 2009)

c. Konflik, Hambatan dan Kendala dalam Proses Relokasi

Rencana yang dilakukan oleh Pemerintah Kota kaitannya

dengan relokasi tersebut memang tidak menimbulkan konflik

yang selama ini ditakutkan, karena sejak jauh hari pemerintah

menyadari PKL telah memberikan kontribusi langsung kepada

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Pendapatan Asli daerah juga sebagai katup pengaman untuk

sebagian besar masyarakat dalam alternatif mencari pekerjaan.

Namun, tentu saja dalam proses penyusunan kebijakan ini

timbul pertentangan-pertentangan di dalam proses dialog dan

seringkali memunculkan permasalahan yang kompleks. Baik

dari kelompok luar, tekanan-tekanan dari luar atau bahkan dari

para kelompok sasaran yang dalam hal ini adalah para PKL

Monjari yang sempat menolak adanya relokasi.

Hal ini seperti yang diungkapkan Kepala Bidang PKL DPP,

M. Zainuddin, SH :

”Pertentangan atau friksi itu pasti ada. Protes, unjuk rasa, complain itu muncul pasti. Tapi kita itu ada pendekatan manusiawi, istilah orang jawa itu nguwongke uwong”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Hal ini juga diamini oleh salah satu pedagang kios sepatu

Bapak Shesa, seperti berikut :

”Ya ada pertentangan, dulu kan ada sembilan paguyuban yang ada diBanjarsari, lha ada dua paguyuban yang menolak. Tapi bukan komunitas mereka, tapi selaku ketua saja. Tapi komunitas pedagang pada saat itu 99 % setuju, mereka antusias sekali, ikut arak-arakan semua”. (Wawancara 6 Juni 2009)

Adanya pengaruh dari kelompok luar memang kerap

muncul dalam proses dialog rencana kebijakan relokasi PKL

monjari ini. Intervensi datang seiring dengan penyambutan

otonomi dan perayaan tentang partisipasi. Intervensi dari luar

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

mulai memberikan penguatan terhadap dinamika lokal yang

terjadi. Seperti pada dua badan independent yaitu KOMPIP

(Konsorsium Monitoring dan Pemberdayaan Institusi Publik)

dan SOMPIS. Konsorsium ini memfokuskan diri pada

pengorganisasian kelompok sektoral, pendekatan yang

dikembangkan adalah keterlibatan forum multistskeholder

yang terorganisir sebagai representasi masyarakat sipil untuk

turut melibatkan diri dalam penyelenggaraan tata

kepemerintahan daerah sesuai mandate UU No 22 tahun 1999.

Pada proses rencana kebijakan relokasi PKL Monjari,

mereka berusaha menjadi fasilisator untuk para PKL guna

mendapatkan kelayakan sesuai kebutuhan mereka atas

kebijakan rencana tersebut. Semula mereka menolak adanya

relokasi, dan mengajukan beberapa tuntutan kepada

pemerintahan.

Sesuai yang diungkapkan Direktur KOMPIP, Bapak Akbar

sebagai berikut :

“Pada waktu itu PKL Banjarsari bergainingnya lebih kuat untuk tidak pindah. Kita memilih tinggal dan berjuang sampai mati”. (Wawancara 11 Juni 2009)

Beberapa ketidaksetujuan ini ditengarai karena design dari

rencana relokasi ini belum sesuai. Pemerintah Kota awalnya

memakai design yang technokratis lebih bersifat teknis-teknis

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

dan tidak melibatkan para PKL dalam menentukan design

pasar. Kewenangan dalam hal ini hanya sampai pada

Pemeritah Kota saja. Dari KOMPIP maupun SOMPIS yang

pada waktu itu merupakan badan independent yang ikut serta

dalam proses dialog menginginkan pemerintah lebih

menggunakan design yang sosiokratis. Dari dialog tersebut

kemudian pemerintah kota melakukan evaluasi menyeluruh

dan melakukan dialog pada seluruh PKL Monjari.

Keikutsertaan media juga berpengaruh terhadap perubahan

yang terjadi. Hal ini bisa dilihat dari perubahan sikap

pemerintah kota untuk mengubah design yang ada berdasarkan

aspirasi dan pendapat dari berbagai pihak tersebut.

Selain konflik diatas juga terdapat hambatan dan kendala

dalam proses relokasi PKL Banjarsari, sebagai berikut :

Pertama, masalah teknis, kawasan Pasar Klithikan

Notoharjo yang dijadikan tempat relokasi PKL merupakan

kawasan baru yang terletak pada kawasan perbatasan, sehingga

persoalan Traffic Management muncul. Untuk mengatasinya

Pemkot melakukan Reseting Traffic Management dengan

berbagai cara diantaranya yaitu Optimalisasi sarana dan

prasarana lalu lintas, Optimalisasi sub terminal, Optimalisasi

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

angkuta kota dan bus. Adapun solusi atau pemecahan masalah

Traffic dan Transport Management sebagai berikut :

- Optimalisasi sarana dan prasarana lalu lintas

- Optimalisasi Sub terminal

- Pemasangan RPPJ; Marka jalan; Lampu flashing

- Peningkatan dan pelebaran jalan

- Peningkatan angkuta umum dengan pengembangan trayek

- Penyediaan lapangan parkir di dalam pasar

- Menyediakan tempat bongkar muat barang pada lokasi

yang representatif

- Pengaturan sirkulasi lalu lintas keluar-masuk pasar

- Penindakan tegas atas aktivitas PKL di luar pasar (di jalan)

- Optimalisasi kinerja angkuta jalur 04

- Pengembangan trayek angkuta 09 dan bus jalur U

- Penggunaan metode time table (turun naik penumpang)

Kedua, masalah non teknis, yaitu penolakan sebagian

pedagang untuk direlokasi yang meragukan langkah Pemkot

dalam kebijakan relokasi tersebut. Pada dasarnya melalui

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

sosialisasi dan pendekatan secara cultural pada pedagang

paham bahwa Pemkot mencarikan solusi dalam menyelesaikan

masalah PKL Monjari. Namun, keraguan akan tetap pada

kepentingan semula muncul. Hal ini dikarenakan perbedaan

latar belakang dari para PKL baik dari segi pendidikan,

lingkungan maupun psikologis yang mempengaruhi sikap dan

cara pandang PKL terhadap penerimaan kebijakan pemerintah.

Inti penolakan sebagian pedagang untuk direlokasi tersebut

adalah kekhawatiran akn nasib mereka pasca relokasi ke tempat

yang baru. Namun tentunya dalam merelokasi PKL Pemkot

tidak asal menggusurnya akan tetapi memindahkan PKL ke

sebuah kawasan yang di desain sebagai kawasan perdagangan

yang lebih memberikan kepastian usaha bagi para pedagang,

peningkatan status usaha, perijinan resmi yang diberikan gratis

oleh Pemkot seperti SHP (Surat Hak Pemilikan) untuk kios

yang mereka tempati, bantuan modal untuk tiap PKL sebesar 5

juta dari Koperasi Monjari untuk peningkatan usaha para

pedagang pasca relokasi.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Kepala Bidang PKL DPP,

M. Zainuddin, SH :

”Pedagang pindah kesana itu kan gratis. Pada awalnya kan mereka ilegal, lalu kita legalkan dengan memberikan tempat yang lebih layak dan baik. Diberikan kios gratis selama 6 bulan. Untuk pengendalian dan pengawasan kami

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

berikan SHP agar tidak dijual dan itu diregistrasi setahun sekali kalo tidak diurus kita cabut kembali”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu staf kantor

Lurah klithikan Bapak Salamun terhadap jaminan yang

diberikan Pemkot kepada pedagang ini, sebagai berikut :

”Jaminannya itu ada listrik mbak, bantuan modal sampai lima juta dari koperasi Monjari biar mereka itu bisa tetap jualan, ada juga SHP surat hak penempatan, bahkan pedagang yang dishelter itu juga dapat..”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Selain penolakan sebagian PKL untuk direlokasi hambatan

yang muncul yaitu penolakan warga sekitar karena

menganggap bahwa PKL Banjarsari itu bukan merupakan warga

asli Kota Solo melainkan para pendatang. Hal ini memunculkan

pemikiran bahwa Pemkot tidak adil tentang kebijakan relokasi

para PKL Monjari yang dipindahkan dan disenang-senangkan

pada tempat baru yang bagus dan layak serta diangkat status

mereka menjadi legal, padahal mereka bukan warga Solo asli.

Namun tentu saja, cara pandang dari sebuah kebijakan tidak

hanya dilihat dari segi itu saja. Seperti pernyataan dari Bapak

Akbar Direktur Kompip dalam menanggapi respon terhadap

pendapat tersebut.

”Memangnya pendapatan itu hanya dari warga Solo. Solo itu kecil. Bayangkan kalo ga ada orang yang transit di terminal, hanya orang solo saja yang pergi ke toko-toko sini apa bisa pendapatan dari situ. Jadi spirit membantu penduduk itu tidak tepat. Semisal, kamu sekolah di luar

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

kota lalu pemerintah sana hanya memperhatikan orang yang memilki KTP daerah tersebut kan susah. Civil right itu melindungi warga bukan penduduk saja”. (Wawancara 11 Juni 2009)

2. Penyiapan Tempat Relokasi

Dalam proses sosialisasi yang sedang berlangsung,

Pemerintah Kota juga melakukan penyiapan pembangunan Pasar

Notoharjo. Pembangunan ini seiring sejalan dengan proses

sosialisasi rencana relokasi. Hal pertama yang dipersiapakan untuk

pembangunan Pasar Notoharjo adalah membangun kios yang

sesuai dengan jumlah pedagang serta fasilitas pendukung lainnya,

seperti kantor pengelola yang dipimpin oleh seorang Lurah Pasar

untuk mengawasi Pasar secara keseluruhan, mushola, kamar mandi

dan toilet umum, jalur hijau, jalan lingkar dalam pasar, pintu utama

dan pintu samping pasar untuk jalan keluar masuk, area parkir serta

area bongkar pasang.

Pasar Klithikan Notoharjo menempati lahan bekas

Rehabilitasi Sosial Silir di Semanggi yang dulunya merupakan

lahan yang digunakan oleh para PSK. Namun, sejak tanggal 27

Agustus 1998 dilakukan penutupan Resos Silir sebagai salah satu

lanjutan dari grand design penataan Semanggi. Dan juga dalam

rangka mendukung keberadaan Pasar Notoharjo pada tahun 2003

keberadaan sub terminal Semanggi yang selesai dan diresmikan

pada tahun 2004.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Proses pembangunan ini diawali dengan persiapan, design

teknis dan rancangan zoning kios. Setelah pembangunan kios-kios

selesai, dilakukan rapat koordinasi kepada instansi terkait salah

satunya adalah dari Bapeda untuk membuat konsep penataan blok.

Juga dilakukan sosialisasi kepada paguyuban PKL Monjari serta

beberapa LSM yang turut mendampingi untuk mendapatkan

masukan mengenai penetapan blok. Selanjutnya adalah dilakukan

pengundian untuk mendapatkan jatah kios di Pasar Klithikan

Notoharjo Semanggi. Pengundian ini berdasarkan pengelompokan

jenis dagangan yang dihadiri oleh seluruh PKL Monjari.

Sebelumnya mereka diminta menunjukkan surat undangan dan

KTP. Itu dilakukan untuk menghindari pengambilan nomor urut

oleh orang yang tidak berhak. Pelaksanaan pengundian dilakukan

oleh setiap paguyuban dengan pengarahan dan pengawasan dari

Pemkot Surakarta. Berdasarkan hasil pengundian tempat dasaran

pada tanggal 13 Juli 2006 di Pendhapi Gede sebanyak 989

pedagang terbagi atas tiga blok (Blok I, Blok II, dan Blok III)

Hal ini sesuai yang diungkapkan salah seorang staf di

Kantor Lurah Klithikan Bapak Salamun sebagai berikut :

”Dulu sebelumnya ada pembagian kios, pembagiannya dikocok, didata dulu, dibagi pada tiap-tiap blok sesuai dengan barang dagangannya”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Setelah itu dilakukan setting atau zoning kios Pasar

Klithikan Notoharjo dibagi beberapa blok, dan pada tiap blok

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

disesuaikan dengan satu jenis dagangan yang sama. Setelah tahap

pelaksanaan undian, pedagang harus mematuhi perjanjian untuk

tidak melakukan penjualan kios. Salah satu hal untuk pengawasan

dalam hal ini adalah dengan diberikannya SHP. Sistem pemberian

hak pemakaian tempat ini dalam pasar di Kota Surakarta diatur

dalam Perda Nomor 5 Tahun 1983 dan Perda Nomor 3 Tahun 1993

tentang pasar. Pedagang kios dan plataran pasar Klithikan

menempati tempat dasarannya berdasarkan SHP pedagang yang

dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang

mana pada setiap 3 tahun sekali pedagang harus melakukan her-

registrasi.

3. Tahap Relokasi

Setelah tahap pembangunan kios dan kelengkapan fasilitas

Pasar Klithikan Notoharjo selesai dilakukan, kemudian dilakukan

relokasi. Pada tanggal 23 Juli 2006 Prosesi Kirab Budaya

dilakukan dengan meriah menandai proses boyongan resmi para

PKL dari kawasan Monumen Juang 45 Banjarsari menuju lokasi

yang baru di Pasar Semanggi yang diberi nama pasar klithikan

Notoharjo. Upacara yang kental nuansa Jawanya ini diikuti oleh

seluruh PKL Banjarsari, Walikota, Wakil Walikota, rombongan

pejabat di lingkungan Pemerintah Kota, para anggota DPRD,

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

pasukan pengibar bendera pusaka, berbagai elemen masyarakat,

serta disaksikan ribuan warga kota di jalan-jalan yang dilalui kirab.

Dalam tahap relokasi ini ada beberapa tahap kegiatan

pendahuluan untuk dilaksanakan demi kelancaran acara pada hari

yang telah ditentukan. Pertama, sosialisasi persiapan dan

musyawarah-musyawarah untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan

terkait dengan prosesi kirab boyongan PKL nantinya. Sosialisasi

dilakukan dari Kantor Pengelolaan PKLkepada Walikota dengan

dihadiri instansi terkait untuk mendapatkan persetujuan atas

penyempurnaan kesiapan pemindahan PKL Monjari ke Pasar

Klithikan Notoharjo Semanggi bersama pula budayawan, LSM dan

paguyuban-paguyuban PKL Monjari guna menjelaskan prosesi

kirab demi mensukseskan acara.

Kedua, pedagang memindahkan sejumlah barang

dagangannya ke tempat baru. Hal ini dilakukan agar memudahkan

pedagang sendiri sebelum prosesi kirab boyongan PKL

berlangsung nantinya. Para pedagang juga harus melakukan

pengawasan sendiri saat pengangkutan, mengikuti perjalanan dan

menerima serta menata kembali barang dagangannya di kios

masing-masing. Dengan cara tersebut proses boyongan diharapkan

dapat berjalan lancar. Untuk alat pengangkutnya disedikan oleh

Pemkot sendiri sebanyak 40 armada truk dan tenaga angkut yang

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini adalah bukti Pemkot untuk

membantu para PKL.

Ketiga, sebelum acara boyongan dilakukan terlebih dahulu

gladi bersih prosesi boyongan dengan tema bedhol desa tersebut.

Pemasangan Tarub, umbul-umbul, spanduk, dan persiapan

kelengkapan prosesi boyongan dan pengecekan akhir kelengkapan

dan kesiapan prosesi kirab boyongan. Kirab boyongan sekaligus

peresmian Pasar Klithikan Notoharjo digelar pada tanggal 23 Juli

2006 dan dilanjutkan dengan peresmian dan penandatanganan

prasasti Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi. Kirab Boyongan

tersebut mengambil rute dari kawasan Monjari, warung Pelem, Jl.

Oerip Sumoharjo, Jl. Jendral Sudirman, perempatan Gladak,

Perempatan Baturono, JL. Kyai Mojo, Jl. Serang kemudian tiba di

Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi. Pengambilan rute ini

sekaligus untuk memberikan syiar kepada masyarakat bahwa

proses relokasi yang selama ini dikhawatirkan akan menimbulkan

konflik tidak terjadi.

Akhirnya relokasi PKL Monjari berjalan dengan baik dan

lancar. Pada dasarnya tujuan dari diadakannya relokasi ini adalah

untuk mengembalikan fungsi lahan semula monumen 45 yang akan

dikembalikan kembali untuk Area Public masyarakat Solo dan

sebagai bangunan bersejarah oleh kaum pejuang yang tidak

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

mungkin terpisahkan dari Kota Surakarta. Adapun dasar hukum

yang digunakan dalam penataan PKL ini adalah :

1. Perda Kotamadya Dati II Surakarta No.8 Tahun 1995 Tentang

Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta.

2. SK Walikota Surakarta No.2 Tahun 2001 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Perda No.8 Tahun 1995.

3. Perda Kota Surakarta No.3 Tahun 2008 Tentang Penataan PKL

Kota Surakarta.

4. Perda Kota Surakarta No.6 tahun 2008 Tentang SOTK Kota

Surakarta.

5. Peraturan Walikota Surakarta No.22 Tahun 2008 tentang

Penjabaran TUPOKSI dan tata kerja Dinas Pengelolaan Pasar

Kota Surakarta.

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang PKL DPP,

M. Zainuddin, SH :

”Dalam penataan PKL ini kita punya Perda. Ada 3 Perda dan 2 surat keputusan. Dari Dinas Tata Kotapun itu merupakan kawasan yang tidak boleh ditempati”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Pasca Relokasi PKL Monjari ke Pasar Klithikan Notoharjo,

Pemerintah Kota terus melakukan usaha untuk memperkenalkan

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Pasar notoharjo kepada masyarakat umum. Adapun usaha-usaha

yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Dukungan Promosi

Dalam publikasinya Pemkot melakukan media promosi

melalui Televisi Lokal yang ada di Surakarta, media cetak,

radio dan menyelenggarakan event-event khusus di Pasar

Klithikan. Hal ini dipertegas dari pengakuan salah satu

pedagang di kios sepatu Bapak Shesa, sebagai berikut :

”Dulu setelah pindah ada panggung dangdut disini malemnya. Kalo tidak salah selama satu minggu mbak, untuk sekalian promosi juga”. (Wawancara 6 Juni 2009)

b. Dengan Pemberian informasi petunjuk jalan yang mengarah ke

Pasar Notoharjo yang bisa di lihat di beberapa ruas jalan di

tempat-tempat strategis.

c. Bantuan Penyediaan dana pinjaman

Pengembangan usaha dari bantuan modal ini diberikan

melalui Koperasi Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo yang

merupakan kelanjutan dari Koperasi yang telah ada yaitu

koperasi Monjari. Masing-masing sebesar Rp. 5.000.000,-

dengan total bantuan Rp. 5.090.000.000,-

d. Pelatihan Manajemen bagi Pedagang

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Pelatihan ditujukan untuk peningkatan kemampuan PKL di

bidang Manajemen Keuangan, usaha maupun kesehatan.

Kegiatan ini bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait,

mis :

Ø Dinas Koperasi dan UKM

Ø Dinas Kesehatan Kota

Ø Kantor Satpol PP

Ø DTK

Ø Universitas Sebelas Maret

Adapun inti dari adanya relokasi PKL ini untuk menjamin

kepastian usaha dan kepastian tempat usaha. Yang dimaksud

dengan kepastian usaha adalah dengan adanya relokasi merubah

status mereka dari pedagang ilegal menjadi pedagang yang resmi

yang layak karena memilki aspek perizinan, surat hak penempatan,

surat izin usaha perdagangan. Sedangkan kepastian tempat usaha

adalah dengan relokasi di tempat baru yaitu Pasar Notoharjo tidak

akan mungkin lagi mendapat gusuran sehingga menimbulkan rasa

aman untuk bekerja.

Hal ini sesuai dengan pengakuan salah satu pedagang di

kios sepatu Bapak Shesa, sebagai berikut :

”Jadi kita tu lebih aman ga digusur lagi ga kena tangkap. Pelanggan sekarang sudah dari semua kalangan. Yang dulu perempuan itu ga mau masuk ke pasar sekarang sudah

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

berani karena rasa aman. Tempat berjualan kami juga bagus dan layak. Dulunya kami itu PKL yang liar sekarang sudah jadi pedagang yang resmi”. (Wawancara 6 Juni 2009)

Namun hal yang penting dalam kebijakan ini adalah adanya

partisipasi yang baik tidak hanya partisipasi dari Pemkot saja

melainkan dari masyarakat, LSM, golongan-golongan akademisi,

instansi terkait dan tentunya PKl itu sendiri, Relokasi ini tidak

mungkin dapat dilakukan dengan lancar dan tertib.

II. Dampak Kebijakan atau Policy Outcomes dari Relokasi PKL

Banjarsari

Dampak dari Relokasi ini cukup luas, mulai dari Pemkot,

PKL itu sendiri, masyarakat umum khususnya di kawasan Semanggi.

Tetapi satu yang paling menonjol adalah dengan program kebijakan

relokasi yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota ini merupakan

keberhasilan tersendiri bagi Pemkot khususnya dalam penataan Kota

Surakarta untuk mewujudkan harmonisasi ruang dan mengembalikan

citra kota ”Solo Berseri” yang selama ini disalahgunakan oleh

masyarakat dan juga keberhasilan pada revitalisasi lahan di kawasan

Monumen’ 45.

Untuk Pemkot ada beberapa dampak yang dapat dirasakan

dengan keberhasilan dari Relokasi ini, yaitu :

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

1. Adanya kebanggaan yang dimaksud adalah dengan

keberhasilan kebijakan relokasi ini Kota Surakarta menjadi

percontohan untuk kota-kota lain dalam masalah penataan PKL

tanpa menimbulkan konflik.

2. Adanya kunjungan atau studi banding dari daerah-daerah lain.

Dimana mereka belajar kenapa dan strategi apa yang digunakan

Pemerintah Kota Surakarta sampai penataan PKL ini tidak

menimbulkan kekisruhan.

3. Mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor

Indonesia) dengan kategori ”Perpindahan Komunitas PKL

Terbanyak Tanpa Menimbulkan Konflik” tentu saja ini

merupakan prestasi yang patut membanggakan bagi Pemkot

atas keberhasilan kebijakan relokasi tersebut.

4. Peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Tercatat PAD Kota Surakarta pada tahun 2001 (Rp. 35,6

M);2002 ( Rp. 44,9 M); 2003 (Rp. 54,8 M); 2004 (Rp. 53,5 M);

2005 (Rp. 62,6 M); 2006 (Rp. 74, 9 M); dan 2007 (Rp. 86,3

M). Sedangkan pada tahun 2008, PAD Kota Surakarta

mencapai Rp. 95.038.677.100. Dari tahun ke tahun APBD Kota

Surakarta mengalami peningkatan; 2001 (Rp. 206,3M); 2002

(Rp. 206,7 M); 2003 (Rp. 347,5 M); 2004 (Rp. 358.2 M); 2005

(366.0 M); 2006 (Rp. 496.1M); 2007 (Rp.590.1 M). Sedangkan

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

data terakhir tahun 2008 tercatat APBD Kota Surakarta sebesar

Rp. 686. 9 Milliar.

5. Dan yang terakhir merupakan PR (Pekerjaan Rumah) untuk

Pemkot sendiri agar mampu mempertahakan prestasi ini.

Dimana jalan-jalan protokol itu secara sporatif PKL masih ada

dan masih banyak. Tentu saja mereka masih harus berusaha

lagi untuk dapat mengambil tindakan yang baik dan tepat,

seperti pada amanah Walikota sendiri supaya pertumbuhan

PKL di Solo ini nantinya bisa ”Zero Growth” atau

pertumbuhannya nol.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala

Bidang PKL DPP, M. Zainuddin, SH :

”Tentu saja itu merupakan prestasi. Pada tahun 2008 kemarin baik Walikota maupun Wakil Walikota mendapatkan penghargaan dengan predikat Kepala Daerah Tingkat II Terbaik sepuluh besar tingkat Nasional, karena penataan PKL dan pembangunan pasar. Dari itu juga kita sering dapat kunjungan, sampai 57 kunjungan dari luar kota. Mereka kesini ingin belajar kenapa sih penataan PKL di Surakarta tidak kisruh. Kemudian juga peningkatan PAD ada yang masuk. Tapi tentu saja ini juga sekaligus PR bagi kami untuk bisa mempertahankan prestasi ini”. (Wawancara 1 Juni 2009)

Kemudian untuk PKL sendiri pastinya juga mempunyai

beberapa dampak yang sangat dirasakan, yaitu :

1. Adanya Kepastian Usaha

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Yang dimaksud adalah dengan berubahnya status yang

dulunya PKL (Pedagang tidak resmi) menjadi pedagang yang

resmi memberikan kepastian dan kenyamanan dalam berusaha,

diantaranya dengan diperolehnya SHP (Surat Hak Penempatan)

kios, SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), KTTP (Kartu Tanda

Pengenal Pedagang), TDP (Tanda Daftar Perusahaan) dan bisa

mengajukan bantuan modal karena sudah menjadi pedagang resmi

sehingga dijamin kepastian usahanya oleh Pemerintah melalui

Koperasi.

Seperti yang di ungkapkan Bapak Feri, selaku ketua

Paguyuban di kios sepeda motor, sebagai berikut :

”Ya dulu itu kan kami bisa dikatakan ilegal ya, pedagang liar ga ada aturan sama sekali, sekarang kami sudah resmi sudah punya SHP, SIUP,TDP. Trus ucuran dana dari Menteri Koperasi, perkios 5 juta yang diangsur tiap bulan 270rb selama dua tahun”. (Wawancara 1 Juni 2009)

2. Adanya Kepastian Tempat Usaha

Yang dimaksud adalah dengan direlokasinya para PKL

Banjarsari ke Pasar Notoharjo dengan status mereka yang sudah

resmi menjadi pedagang tidak mungkin mereka akan digusur lagi,

sehingga kesan nyaman dan aman dalam berusaha ada.

Kesejahteraan lebih terjamin dan ketenangan berjualanpun lebih

banyak. Seperti yang diungkapkan Bapak Shesa, salah satu

pedagang di kios sepatu senagai berikut :

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

”Setelah disini ya kesejahteraan untuk keluarga lebih terjamin, trus ketenangan juga dalam berjualan. Kalo dulu kan kita ada di tamn kota ya jadi was-was untuk digusur”. (Wawancara 6 Juni 2009)

Namun dari dampak yang positif bagi pedagang Notoharjo, juga

terdapat beberapa dampak yang dirasakan kurang

1. Pelanggan Berkurang

Hal ini dirasakan betul oleh para pedagang Pasar Notoharjo

pada tahun-tahun pertama mereka dipindahkan di kawasan

Semanggi tersebut. Meskipun dari Pemerintah sudah

melakukan promosi untuk mendukung kesohoran (brand

image) pasar tersebut, tetapi ternyata omset yang mereka

dapatkan masih sangat berkurang dibandingkan pada saat

mereka di Banjarsari. Sehingga menyebabkan mereka pada

akhirnya kembali berdagang di luar Pasar dan ada pula yang

menjualkan kiosnya karena sepi pengunjung. Tetapi hal ini

tidak dilakukan oleh semua pedagang, hanya beberapa

pedagang saja yang tidak bertahan. Namun, para pedagang

memilki penguat diri untuk bertahan di Pasar tersebut. Bahkan

masing-masing pedagang bekerja sama untuk saling

meningkatkan usaha mereka.

Hal ini seperti yang diungkapkan salah satu pedagang di

Kios sepatu, Bapak Shesa, sebagai berikut :

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

”Tahun-tahun pertama memang iya, tapi tahun-tahun kedua ra enek sing ngeluh (tidak ada yang mengeluh). Harga kios disini juga semakin bertambah. Dari sini menunjukkan adanya peningkatan. Kalo disini mati, ga mungkin tho harga kiosnya tinggi. Nah, pada kondisi pedagang yang kurang, kita tukar-tukar tempat biar bisa bertahan usahanya. Misalnya dia dapat kios di belakang trus tukar tempat yang agak depan dengan meminjam modal dulu”. (Wawancara 6 Juni 2009)

Kemudian Ia melanjutkan :

”Tapi mbak dimanapun itu yang namanya pasar itu pasti ada yang mati, satu dua tiga pasti ada bagaimana kita aja bisa menanganinya.” (Wawancara 6 Juni 2009)

Begitu pula yang diungkapkan oleh Bapak Rudy, salah

seorang pedagang sepeda motor, sebagai berikut :

”Ya kami tu bisa tetap untuk bertahan ini karena kami punya kenyakinan bahwa besok itu tahun-tahun kedepan pasar ini akan lebih rame. Sing penting awak dewe gelem usaha (yang penting kita mau berusaha)”. (Wawancara 5 Juni 2009)

2. Interaksi Antar Pedagang Berkurang

Irinya Hal ini dikarenakan adanya pedagang yang

diacak atau diundi, yang menyebabkan interaksi mereka

berkurang. Kalo dulunya mereka dibagi pada tiap jalan

sekarang harus di blok-blok. Tetapi dengan mempertahankan

paguyuban di masing-masing blok itu mereka dapat

berkomunikasi melalui pertemuan yang digelar dalam satu

bulan sekali itu untuk berdiskusi dan sekaligus mengenal

pedagang lain dalam satu blok.

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Sedangkan untuk masyarakat sekitar Semanggi dengan berdirinya

Pasar Noto harjo di sekitar mereka memberikan andil besar dalam :

· Penyerapan tenaga kerja, dimana Pengelolaan Pasar pihak

pengelola melibatkan peran masyarakat sekitar dengan

menjadikan warga sekitar untuk mengelola keamanan,

MCK, Kebersihan, perparkiran.

· Sebagai pemicu pertumbuhan kawasan perdagangan di

Kawasan Perbatasan yang dulunya hanya identik dengan

Pasar ayam untuk sekarang masyarakat umum tambah

mengenalnya dengan adanya Pasar Klithikan yang bernama

Pasar Notoharjo.

Menurut Anderson dalam Islamy, dampak kebijakan (policy

outcomes) memiliki beberapa dimensi dampak, yaitu :

1. Dampak Kebijakan Yang Diharapkan (Intended Consequences)

Dengan adanya kebijakan relokasi tersebut diharapkan agar

pedagang kaki lima khususnya para PKL Monjari dapat

dipindahkan pada kawasan baru yang lebih layak dan dapat

mendapat kepastian usaha dan kepastian tempat berdagang

guna mewujudkan tata ruang kota yang harmoni, memberikan

public space bagi masyarakat umum, membersihkan ruang

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

publik yang sudah disalah gunakan hingga terjadi kesan kumuh

dan terjadi ketidakseimbangan lingkungan.

2. Dampak Kebijakan Yang Tidak Diharapakan (Unintended

Consequences). Dengan adanya relokasi tersebut timbul

dampak-dampak yang tidak diharapkan seperti ada beberapa

pedagang yang tidak mampu bertahan ditempat yang baru

karena merasa pelanggannya banyak berkurang dari tempat

yang dulu sehingga membuat mereka akhirnya menutup kios

mereka dan beralih menjadi pedagang keliling lagi.

3. Limbah Kebijakan, secara garis besar limbah kebijakan dari

kebijakan relokasi PKL Banjarsari ke Notoharjo adalah positif.

PKL sendiri diuntungkan karena status mereka berubah

menjadi resmi dan legal. Dari Pemerintah selaku pembuat dan

pelaksana kebijakan hal ini merupakan prestasi besar karena

kebijakan ini berjalan dengan baik dan lancar tanpa

menimbulkan konflik yang berarti. Sedangkan dari masyarakat

umum, menjadi lebih tenang dan aman melakukan transaksi

jual beli ke Pasar Klithikan yang dulu notabenenya identik

dengan kesan seram dan kesan kumuh namun sekarang lebih

bagus, bersih dan nyaman untuk dikunjungi. Sedangkan untuk

kawasan Semanggi sendiri, dapat membuka akses perdagangan

yang lebih luas lagi.

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

4. Dampak Kebijakan Yang Berpengaruh Pada Kondisi Sekarang

dan Kondisi Yang Akan Datang. Bahwa dengan adanya

kebijakan relokasi PKL Monjari ke tempat baru di kawasan

Semanggi dampak yang akan datang adalah tertatanya PKL

atau pedagang liar di jalan-jalan serta dapat mengubah pola-

pola ekonomis masyarakat di masa akan datang. Dengan

adanya PKL yang terfokuskan dan tertata dalam satu tempat

membuat masyarakat lebih baik pola-pola ekonomisnya

menjadi tertata pula.

5. Dampak Kebijakan “biaya” Langsung (Direct Cocts) dengan

Social Costs. Dengan adanya Relokasi PKL dari Banjarsari ke

Notoharjo biaya yang dikeluarkan Pemerintah tentulah tidak

sedikit. Ada sekitar 9 Millyar sendiri untuk proses

pembangunan Pasar Notoharjo sendiri. Namun biaya yang

tinggi ini tidak ada artinya kalau Pasar Notoharjo dapat

berkembang baik dan meningkatkan tiap tahunnya, sehingga

PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Surakarta sendiri dapat

meningkat.

6. Dampak Kebijakan Terhadap “biaya” Tidak Langsung

(Inderect Costs), seperti ketidakenakan dan keresahan sosial.

Dalam hal relokasi ini dampak yang tidak dapat diukur ini tentu

saja ada. Ketidakenakan dan keresahan para pedagang tentang

nasib usaha mereka karena tempat yang baru, namun dengan

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

keyakinan tempat tersebut akan ramai pada tahun-tahun

kedepan membuat mereka tetap berusaha dan bertahan.

Dari apa yang diuraikan diatas bahwa keberhasilan kebijakan ini

memang tampak hasilnya secara nyata yang bisa dirasakan oleh semua

komponen yang terlibat dan juga yang terkait. Dampaknya begitu luas,

bahkan dari pedagangnya sendiri meskipun awalnya mengalami kesusahan

dalam berdagangnya karena adaptasi dengan tempat baru, namun sekarang

ini secara makro usaha perdagangan di Pasar Klithikan Notoharjo telah

meningkat.

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kota Surakarta sebagai Hintherland antara kota – kota eks

Karesidenan Surakarta dengan luas + 4.404,0593 Ha dengan batas – batas

administrative : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar

dan Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo,

dan di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan

Karanganyar. Posisi daerah Surakarta berada pada jalur strategis yaitu

berada di antara Yogyakarta dan Semarang ( Joglo Semar ). Keadaan

tersebut diatas telah menarik warga masyarakat di sekitarnya untuk datang

dan mengadu nasib di Kota Surakarta, urbanisasi, migrasi dan struktur

pekerjaan menjadi masalah utama kota Surakarta seiring dengan

meningkatnya jumlah tenaga kerja. Ditunjang pula dengan adanya krisis

ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya krisis

Multidimensional. Banyak Perusahaan Bangkrut sehingga Terjadinya

PHK massal. Dampak dari krisis ekonomi adalah tidak terserapnya

angkatan kerja baru serta banyaknya Korban PHK dari sektor usaha formal

telah menyebabkan jumlah pengangguran menjadi bertambah banyak,

sedangkan tuntutan akan kebutuhan hidup baik pribadi maupun keluarga

harus terus dipenuhi. Kondisi ini mendorong orang untuk berpikir kreatif

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

dalam mencari alternatif penghasilan. Dengan modal hasil pesangon

maupun modal lain maka usaha sektor informal dalam hal ini Pedagang

Kaki Lima menjadi alternatif yang dipilih. Meskipun sektor usaha ini

terbukti mampu menjadi katub pengaman ekonomi yang tidak mengenal

krisis dan mampu menggerakkan roda perekonomian nasional yang

sedang lesu. Namun, keberadaan mereka cukup meresahkan, karena

tempat-tempat yang mereka tempati menjadi terkesan kumuh, belum lagi

jika mereka menempati lokasi dimana terdapat bangunan sejarah atau

ruang public space tentu saja akan menimbulkan gangguan sosial pada

kawasan tersebut.

PKL sejauh ini masih menjadi satu komunitas yang belum

diuntungkan dan terpinggirkan di dalam proses pembangunan di Indonesia

karena selalu dipandang sebelah mata oleh Pemerintah utamanya sebagai

penentu kebijakan. Dan salah satu solusi yang digunakan dalam hal ini

Pemerintah Kota Surakarta adalah dengan merelokasi mereka. Relokasi

barang kali merupakan hal yang paling sulit dari keseluruhan karena

menyangkut membangun kembali kondisi kehidupan. Berdasarkan pada

skala kebutuhan relokasi, perlu mempertimbangkan berbagai alternative

pilihan relokasi yang tepat dan melibatkan semua pihak yang terkait serta

dukungan partisipasi dari berbagai komponen dalam menentukan pilihan

relokasi yang terbaik.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data hasil

penelitian sebagai berikut :

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

1). Bahwa dari penelitian yang dilakukan Peneliti didapati untuk proses

relokasi terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Sosialisasi

Dimulai dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan

pemerintah dengan melihat dari berbagai sudut pandang

pendekatan yang berbeda-beda, seperti pendekatan budaya

dengan melihat dari perilaku pedagangnya sendiri, pendekatan

ekonomi dengan melihat dari dua sisi yaitu dari sisi pedagang

alasan berdagang adalah untu mencukupi kebuthan hidup

keluarga dan dari sisi pemerintah yaitu keberadaan PKL yang

menguntungkan terhadap peningkatan PAD Kota Surakarta dan

pendekatan yuridis atau normative dengan memberikan sanksi

perda bagi pedagang yang tidak ikut aturan.

Sosialisasi ini juga mengedepankan semangat

Nguwongke wong serta motto Manggon nganggo waton ojo

waton manggon membuat penataan PKL di Kota Surakarta

menjadi terkendali. Pemerintah sendiripun juga melakukan

ramah tamah dengan pedagangnya sendiri selaku kelompok

sasaran dari kebijakan relokasi tersebut, sehingga program kerja

dari Walikota Surakarta tentang penataan PKL dapat terwujud

dengan baik. Selain itu Pemkot juga melakukan kerjasama

dengan instansi terkait, LSM, golongan akademisi untuk diajak

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

dialog agar proses pengambilan keputusan tidak salah dan agar

konflik, hambatan serta kendala yang akan muncul dapat

ditangani dengan baik.

2. Penyiapan Tempat Relokasi

Pemerintah Kota menempatkan PKL yang direlokasi pada

tempat yang diperkirakan dengan matang. Sebuah kawasan

perbatasan yang tidak ramai dibuat ramai dengan berdirinya

Pasar Klithikan Notoharjo disana. Orang yang mencari barang

bekas akhirnya memiliki tujuan untuk pergi ke kawasan tersebut

sehingga dapat membuka akses berdagang lebih luas lagi

3. Relokasi

Proses relokasi PKL Monjari ke Notoharjo ditandai

dengan prosesi kirab budaya yang bernuansa Jawa khas

Surakarta, hal ini menunjukkan tekad Pemerintah Kota untuk

memberikan ruang gerak bagi pedagang kaki lima bukan

menggusur mereka.

Pada intinya dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

dilihat bahwa Program Relokasi PKL Monjari Ke Pasar

Notoharjo Semanggi dapat dikatakan cukup berhasil. Sehingga

dampak yang dihasilkannya pun cukup baik. Dampak yang

ditimbulkan dari relokasi PKL Monjari ke Pasar Notoharjo ini

antara lain :

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

1. Dari segi PKL yang direlokasi sendiri, mereka dapat

kepastian usaha yaitu dengan berubahnya status mereka

menjadi pedagang resmi membuat usaha perdagangan

mereka menjadi lebih pasti. Dan lagi adanya kepastian

tempat usaha, pedagang dari Monjari tersebut sudah dapat

merasa aman dan nyaman dalam berusaha tidak perlu

khawatir akan tindakan penggusuran dari Satpol PP.

2. Dari segi Pemerintah, adanya keberhasilan pada relokasi

PKL banjarsari ke Pasar Notoharjo merupakan Prestasi dan

sekaligus PR (Pekerjaan Rumah) untuk dapat

mempertahankan kondisi ini pada jangka panjang

kedepannya.

3. Dan bagi masyarakat, pembangunan Pasar Notoharjo ini

dapat menyerap tenaga kerja baru dan juga untuk kawasan

Semanggi sendiri dapat menjadi peluang usaha yang lebih

baik.

B. SARAN

1. Dalam masalah penataan PKL ternyata dengan mengedepankan hati

nurani dan solusi yang jelas para PKL mau untuk ikut berpartisipasi

dalam melaksanakan Program Kebijakan Pemerintah. Tentunya untuk

Pemerintah Kota Surakarta diharapkan terus menggunakan hati nurani-

nya dalam penerapan semua kebijakan yang diambil agar supaya

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Outcome Kebijakan ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Outcome Kebijakan Pasca Relokasi PKL Banjarasari ke Notoharjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

konflik serta kendala yang dihadapi dapat ditangani dengan lebih baik

lagi.

2. Perlu adanya sosialisasi dan koordinasi yang berkelanjutan serta

penegakan hukum yang tegas agar tidak muncul PKL-PKL yang baru.

3. Untuk instansi yang terkait dalam masalah PKL ini diharapkan untuk

tidak berhenti begitu saja dalam hal pembinaan dan pengurusan setelah

status para PKL ini berubah menjadi pedagang resmi, sehingga masalh

tentang PKL dapat dituntaskan.

4. Untuk para PKL agar disadari dan memperhatikan aturan dan norma

yang berlaku. Jangan sampai pekerjaan berdagang untuk memenuhi

kebutuhan keluarga menjadi pekerjaan yang dapat mengganggu

masyarakat dan lingkungan sekitar.