sistem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
DESCRIPTION
sistem pendidikan, penjelasan mengenai sistem input-proses-output-outcome dilihat dalam perspektif fakta, kebijakan, teori dan filsafatTRANSCRIPT
SISTEM INPUT-PROSES-OUTPUT-OUTCOME PENDIDIKAN BERMUTU: FUNGSIONAL, PRODUKTIF, EFEKTIF, EFESIEN DAN AKUNTABEL
MAKALAH
Diajukan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan: Fakta, Kebijakan, Teori dan Filsafat diampu oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi
Oleh
Denny Kodrat
NPM: 4103810413007
Dirmania
NPM: 4103710413025
H. Zaenal Abidin
NPM: 4103810413017
PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dalam rangka
meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk mengembangkan kecerdasan
spiritual, emosional dan sosial, termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan
motorik (skill). Oleh karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan adanya
kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal) yang ingin dicapai. Upaya
pencapaian ini harus dilakukan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan.
Pada pasal 31 ayat 2, Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan agar
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Ketentuan ini terkait
dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan
umum dan dapat diperolehnya pekerjaan dan kehidupaan yang layak bagi kemanusiaan.
Terkait dengan pernyataan di atas, sudah sepatutnya upaya-upaya dalam rangka
meningkatkan pencapaian tersebut harus diikuti dengan sistem input dan proses yang
baik sehingga output dan outcome-nya, memuaskan semua pihak yaitu pemerintah,
masyarakat dan stakeholders pendidikan.
1.2 Landasan Hukum dan Teori
1.2.1 Landasan Hukum
Berikut adalah landasan hukum dan teori yang digunakan dalam pembahasan
Sistem Input –Proses, Output, Out come Pendidikan bermutu: Fungsional, Produktif,
efektif, Efisiensi, Akuntabel. Yaitu:
1. Al-Quran: Al-Isra : 70, An-Nahl : 23, 125, Al-Baqarah : 31, Al-A’laq :1-5,
Al-Maidah:8, Luqman:13,Thaha :25-28.
2. Al-Hadist
3. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
2
4. Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
5. Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
6. PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan
7. Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah serta Permendiknas
yang jumlahnya kurang lebih ada 33
1.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak mempunyai bakat
dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena
anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang
memberi warna pendidikannya.
2. Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori ini menyatakan seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan
juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
3. Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada hakekatnya
memiliki pembawaan baik, namun pembawaan baik itu dapat berubah
sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan, seperti keluarga,
sekolah ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran
negativisme.
4. Teori Pendidikan Menurut Aliran Positivisme
3
Dalam aliran ini disebutkan bahwa ilmu dan pendidikan yang
didesiminasikan dan diarahkan kepada peserta didik adalah ilmu yang
mengorientasikan peserta didik untuk beradaptasi dengan dunia
masyarakat industri (Nuryatno, 2011)
BAB II
4
SISTEM INPUT- PROSES-OUTPUT-OUT COME PENDIDIKAN BERMUTU
2.1. Sistem
2.1.1 Pengertian
Sistem adalah seperangkat komponen yang terkait, saling mempengaruhi dan
beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks upaya pemecahan
masalah dan pencapaian tujuan, maka langkah-langkah itu harus berangkat atau
dimulai dari konteks, input, output dan berakhir dengan outcome (Hamzah, 2011).
Mengacu pendapat Hamzah (2011) ini maka sangatlah logis apabila setiap sistem
dan subsistemnya perlu mendapatkan perhatian yang jelas, utuh dan besar.
2.1.2 Input Pendidikan
Untuk ketercapaian pendidikan bermutu, fungsional, produktif, efektif dan
akuntabel, maka diperlukan beberapa hal yang terkait dengan input yang antara
lain: Peserta didik – ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan
evaluasi, hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang memadai (Mulyasa,
2013).
2.1.3. Proses Pendidikan
Proses adalah suatu pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami
atau didesain dengan sengaja (Mulyasa, 2012). Pesan-pesan penting akan dapat
ditangkap dan dicerna bila para pelaku pendidikan mampu mendesain secara
interaktif dan sederhana.
Proses pembelajaran (PBM) merupakan ujung tombak dari proses
pendidikan, yang mana suatu kegiatan dilakukan oleh guru, berkaitan dengan
materi ajar, berlangsung dan dikemas secara interaktif, menyenangkan,
5
menantang, memotivasi serta merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif,
kreatif, dengan menggunakan berbagai pendekatan rahman dan rahim (kasih
sayang serta penuh cinta).
Suatu proses agar keberhasilanya sesuai harapan, maka harus diawali
dengan perencanaan (planning). Perencanaan yang baik akan mendorong
terselenggaranya proses yang ideal sehingga setiap pelaksanaan proses harus
mengetahui unsur-unsur perencanaan, misal bagi seorang guru yang akan
melaksanakan proses pembelajaran, maka guru tersebut harus menguasai unsur-
unsur perencanaan proses pembelajaran yang baik, seperti:
1. Kebutuhan peserta didik
2. Kompetensi dasar
3. Tujuan
4. Strategi dll.
Tentunya sebaliknya, perencanaan yang kurang optimal hanyalah akan
menghasilkan kegagalan, sebagaimana pepatah bijak mengatakan: “Gagal dalam
perencanaan sama dengan merencanakan kegagalan” (fail to plan is plan to fail).
Ada beberapa pendekatan dalam melaksanakan proses pendidikan, yaitu sbb:
1. Pendekatan Sistem Nilai Religi (Teori dan Filsafat).
Pendekatan untuk teori pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama
digunakan sebagai bagian dari sumber acuan (reference) dalam menentukan
tujuan metode dan strategi. Cara kerja pendekatan ini adalah dengan
menggunakan pendekatan keyakinan (belief), akal (thought) serta logika. Tahap
pertama dalam pendekatan ini adalah harus terciptanya keyakinan terlebih
dahulu, kemudian keyakinan itu dipelajari, dipahami, diyakini dan diamalkan.
Selain itu harus ada keyakinan bahwa semua ilmu itu bersumber dari Allah SWT.
6
Ilmu Allah terbagi dua bagian:
a) Yang dituangkan dalam Al-qur’an atau yang disebut sebagai ayat kauliah dan
dijadikan sebagai pedoman kehidupan.
b) Ilmu yang diturunkan melalui ayat- ayat kauniah yang dijadikan untuk sarana
hidup, hakekatnya ilmu ini dipelajari untuk kemanfaatan umat manusia yang
diberikan oleh Allah bahkan sebagian besar banyak dijadikan referensi dan
sering dijustifikasi bahwa keberhasilannya semata-mata hasil ciptaan
manusia sehingga muncullah teori-teori, kebenaran ilmu-ilmu ini dipelajari
berdasarkan gejala alam dan biasanya di lakukan dengan melalui eksperimen
dan penelitian.
2. Pendekatan filosofi
Pendekatan filosofi adalah suatu pendekatan untuk memecahkan
permasalahan dalam pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Karena
metode filsafat awalnya dari sebuah pemikiran atau renungan manusia, hal ini
berakibat pada memungkinkannya ketidakmutlakan kebenaran. Jadi, menurut
pendapat kami, metode filsafat ini harus tetap disandarkan dengan ilmu Allah
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadist yang memiliki kebenaran absolut
(An-Nabhani, 2000).
3. Pendekatan Sains
Pendekatan sains adalah pengkajian pendidikan untuk menentukan dan
memecahkan permasalahan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu.
Metode ilmiah digunakan sebagai dasar kajian untuk mendapatkan hasil
penelitian berdasarkan data dengan kaidah-kaidah tertentu (dikaji secara
sistematik).
7
2.2. Output Pendidikan
Output merupakan hasil dari proses, menghasilkan lulusan sesuai dengan
standar tertentu dan tentunya diharapkan memenuhi keinginan masyarakat, orang
tua dan pemerintah. Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input
dan proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas tentu dapat
menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori Sistem informasi “Gold in-Gold
out” dapat digunakan dalam hal ini. Suatu output dikatakan berkualitas (baca:
bermutu) apabila telah memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat dicerminkan dari
suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang sejatinya merupakan suatu proses
pembelajaran yang didukung oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas
pendidikan propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan
persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain, makro, meso dan
mikro pendidikan secara bersama-sama menjalankan perannya sehingga
menghasilkan output yang terstandar dengan baik.
2.3. Outcome Pendidikan
Outcome pendidikan merupakan keuntungan atau manfaat (benefit) yang
dirasakan baik oleh siswa, yang menjadi keluaran (output) pendidikan, maupun bagi
stakeholders pendidikan secara luas. Pada fase berikutnya, outcome pendidikan ini
akan menghasilkan dampak (effect) bagi masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan
yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik dan tentunya akan memiliki
dampak yang baik pula.
8
Keberadaan institusi seperti Dewan Sekolah/Komite Sekolah yang di
dalamnya terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah, tokoh masyarakat,
pemerhati pendidikan dan perwakilan orang tua siswa sejatinya berperan dalam
memberikan masukan-masukan yang tidak saja berupa material dan kesejahteraan
guru, tetapi, yang paling penting, memikirkan dan mendorong bagaimana supaya
sekolah bisa mencapai tujuan yang ditetapkan. Agar hasil lulusan memiliki outcome
yang memadai. Oleh karenanya, dewan sekolah/komite sekolah juga perlu ikut
merumuskan, memberi masukan dan mengevaluasi visi, misi, strategi sekolah agar
apa yang dihasilkan oleh sekolah relevan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Manajemen pendidikan harus mampu mengarahkan berbagai kebijakan dalam
proses pendidikan, antara lain:
a) Proses pembelajaran sebagai alat pendorong untuk terwujudnya peningkatan
mutu pendidikan, kualitas layanan pendidikan pada pengguna, pemberdayaan
lembaga pendidikan yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Atas dasar pemikiran di atas maka dewan sekolah/komite sekolah
sebagai lembaga independen dapat menilai kompetensi dan profesionalisme
guru, yang pada akhirnya mampu memberdayakan peserta didik sesuai
dengan nilai-nilai agama dan budaya. Outcome pendidikan mampu
memperkuat sistem nilai yang bermanfaat bagi masyarakat, sebagaimana para
ulama berkata bahwa sebaik-baiknya manusia yaitu dapat memberikan
manfaat bagi orang lain.
2.3.1 Fungsional, Produktif, Efektif, Efisien dan Akuntabel.
9
Berbicara tentang dunia pendidikan, maka akan selalu berkaitan dengan
sistem input, proses, output dan outcome yang itu semua berkaitan erat dengan
manajemen sekolah yang tentu didalamnya terdapat kepala sekolah, guru, peserta
didik dan sumber daya manusia lainnya. Oleh karenanya, berbicara mengenai
masalah sekolah, maka akan terkait pula dengan pertanyaan :
1) Bagaimanakah fungsi kepala sekolah
2) Bagaimanakah fungsi guru ?
3) Bagaimanakah Produktifitasnya ?
4) Bagaimanakah efektivitas dan efisiensinya ?
5) Bagaimana akuntabilitasnya ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu diingatkan
kembali mengenai fungsi kepala sekolah dan guru.
a) Fungsi Kepala Sekolah
Para ahli sering mengemukakan bahwa tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
kepala sekolah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,
pemimpin/leader, inovator dan motivator.
b) Fungsi Guru
Menurut undang undang Sisdiknas, pasal 39 ayat 2 mengenai pendidik dan
tenaga kependidikan dikatakan, ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
Pembelajaran melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pedidik pada perguruan tinggi”
Akhir-akhir ini, peran dan fungsi guru telah mengalami penciutan. Guru
hanya dimaknai sebagai mereka yang mengajar dan berdiri pada sekolah-sekolah
formal, sedangkan mereka yang berkiprah pada lembaga lembaga non formal sering
disebut tutor atau pelatih, padahal mereka semua mempunyai fungsi yang sama,
10
membuat rencana, melaksanakan pembelajaran, menilai, membimbing, tetapi yang
paling penting bahwa fungsi guru, selain yang disebut diatas, harus mempunyai sifat-
sifat keteladanan, memberikan motivasi, mendorong peserta didik untuk
berkreatifitas.
c) Produktif (Guru Produktif)
Banyak kriteria mengenai guru produktif, tetapi kami membatasi produktif
disini sebagai guru yang terus menerus belajar untuk memenuhi tuntutan peserta
didiknya, kreatif, memberi teladan serta mampu bersaing. Guru produktif adalah
guru yang kreatif, dinamis dan energik, serta merasa kekurangan (humble), dengan
kesadaran dirinya seperti itu, maka ia tidak pernah puas dengan pembelajaran yang
disampaikan yang ia dimilki. Dia selalu melakukan refleksi diri, baik itu melalui
membaca, melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), mengikuti kegiatan KKG
atau sejenisnya, mampu menghasilkan karya– karya baik itu tulisan ataupun karya-
karya lainya termasuk teknologi pendidikan. Dengan kata lain, guru produktif
adalah:
1) guru yang belajar sepanjang hayat.
2) guru yang mampu menyebarkan dan mengamalkan ilmu yang telah ia dapati.
3) guru yang menyadari pentingnya perbaikan secara berkelanjutan (continuous
improvement).
d) Guru Efektif dan Efisien
Guru yang efektif dan efisien akan melahirkan pembelajaran yang efektif
dan efisien, karena pembelajaran yang efektif akan ditandai dengan pembelajaran
yang menekankan pemberdayaan peserta didik secara aktif dan interaktif (Mulyasa,
11
2013). Pembelajaran bukan hanya sebagai kegiatan mengingat dan menghafal dan
bukan pula hanya menekankan pada ranah pengetahuan tentang apa yang
diajarkannya, tetapi lebih jauh, mampu menempa ilmu pengetahuan yang diperoleh
dalam kehidupan sehari- hari.
Guru yang efektif dan efisien mempunyai karakter yang tidak bisa di
pisahkan dengan seorang guru yang produktif, karena di dalam setiap proses
pembelajaran guru tersebut selalu memberikan keakraban, kehangatan, pembinaan,
membangkitkan motivasi, membangun komunikasi yang baik, mendisiplinkan dirinya
dan peserta didiknya, membangun strategi pembelajaran yang efektif, membangun
manajemen kelas yang kondusif, membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,
meningkatkan ketertiban peserta didik dalam proses pembelajaran, menyenangkan,
aktif, kreatif serta dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan.
e) Akuntabilitas
Akuntabilitas bermakna dapat dipercaya dan dapat dipertanggung-jawabkan
baik di dunia maupun akhirat. Dalam konteks ini, kami akan membahas
bagaimanakah guru yang akuntabel.
Guru yang akuntabel adalah guru yang bisa dipercaya bukan saja oleh
peserta didiknya tetapi dipercaya oleh semua kalangan masyarakat. Dia mampu
terbuka dalam menerima saran-saran baik dari peserta didiknya maupun di luar
peserta didiknya, karena guru merupakan figur yang menarik perhatian semua
kalangan, baik itu keluarga, masyarakat, atau di sekolah. Sebagaimana Djamarah
(2008) menyebutkan
“Di sekolah guru merupakan figur kunci, gurulah panutan utama bagi anak didik, semua sikap perilaku guru akan dilihat, didengar, ditiru oleh anak didik. Guru mempunyai hak otoritas untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya menjadi manusia yang berilmu pengetahuan di masa depan “ (2008).
BAB III
12
FAKTA – FAKTA PENDIDIKAN
Judul ini sengaja kami bahas dalam bab tersendiri, karena memuat barbagai fakta yang
ditemukan dilapangan baik itu dari sistem input, proses, output maupun outcome
dengan subjeknya ada sarana dan prasarana, ada guru, ada peserta didik.
3.1. Fakta
1) Jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, dibeberapa sekolah belum mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimal ataupun Standar Nasional Pendidikan masih
ada yang mengacu pada SPM/SNP.
2) Ada kesenjangan diantara sekolah dengan sekolah lain (sekolah favorit dan
sekolah tidak favorit)
3.2. Ketenagaan
1) Belum merata jumlah tenaga pengajar di setiap jenjang persekolahan.
2) Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diajarkan
3) Kesejahtraan yang belum merata.
4) Sistem yang proporsional.
5) Belum sepenuhnya guru yang diangkat berpendidikan profesional.
3.3 Fasilitas
Fasilitas di sini menyangkut prasarana dan sarana pendidikan. Fakta di
berbagai daerah bahwa prasarana pendidikan masih belum memadai baik secara
kuantitas maupun secara kualitas.
Misal :
1) Masih kekurangan jumlah kelas.
2) Masih banyak kelas yang kurang layak huni.
13
3.4. Biaya
Sumber biaya pendidikkan sampai saat ini umumnya masih bersumber dari
pemerintah yang berupa BOS, hibah, DAK, dll. namun walau demikian pada
kenyataannya bahwa pendidikan menurut sebagian masyarakat masih menjadi
“barang” mewah.
3.5. Kurikulum
Kurikulum saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing masing sekolah.
1) Perencanaan dan Evaluasi.
Dalam memajukan suatu lembaga atau satuan pendidikan dan untuk
menujukan suatu keberhasilan pada satuan pendidikan mutlak perencanaan dan
evaluasi perlu dibuat dengan melalui RAKS/RAPBS-KTSP–silabus dan program
evaluasi.
2) Kenyataan di lapangan, perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat
oleh sekolah dan guru.
3) Dokumen perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat oleh sekolah
sendiri.
4) Hubungan sekolah dan iklim sekolah.
Hubungan sekolah dan iklim sekolah merupakan salah satu bagian dari
sistem input,namun demikian, informasi dan pemahaman pelaku dilapangan,
tentang iklim sekolah tersebut masih minim bahkan pada dimensi hubungan
menunjukan sejauh mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah guru, kepala
sekolah, peserta didik bahkan lingkungan sekitar dan sejauh mana mereka bisa
14
mengoperasikan kemampuan mereka secara bebas dan terbuka itupun belum
efektif.
Fakta dilapangan melaksanakan proses pembelajaran, walaupun secara
kebijakan telah ditetapkan oleh SNP (Standar Nasional Pendidikan) adanya
Kurikulum dan KTSP, namun guru masih juga kurang memperhatikan hal-hal yang
tercantum dalam dokumen tersebut. Misalnya kurang memperhatikan :
1) Keragaman kebutuhan peserta didik.
2) Motivasi
3) Pembelajaran yang menyenangkan
4) Layanan yang bijak dan berkeadilan.
5) Memberikan pengayaan.
Fakta-fakta lain yang ditunjukan pada output pendidikan antara lain :
1. Masih banyak lulusan sekolah belum terserap dunia kerja padahal tujuan sekolah
SMK untuk mempersiapkan lulusan siap kerja.
2. Tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus
3. Kualitas lususan relatif masih rendah.
Dunia pendidikan di indonesia harus lebih berbenah agar dapat
meningkatkan kredibilitas di tingkat internasional. Namun tidak dipungkiri fakta
kekinian yang yang ada adalah:
1) Krisis kejujuran
2) Krisis akhlak/moral ( sering tawuran )
3) Sekolah melahirkan pengangguran
4) Keahlian belum sesuai dengan dunia kerja.
15
Itulah fakta-fakta kekinian yang selalu akrab di tengah masyakat. Namun
demikian, kita tidak perlu berkecil hati karena masih banyak lulusan pendidikan
nasional yang dipekerjakan oleh negara lain bahkan menjadi tenaga ahli. Lulusan
hasil pendidikan nasional bisa meneruskan ke perguruan tinggi di luar Indonesia,
bahkan banyak mahasiswa Indonesia di luar negeri yang melanjutkan kuliahnya
dengan bantuan beasiswa dari perguruan tinggi itu.
Fakta-fakta lain dalam melaksanakan proses pembelajaran secara Islam
banyak dijumpai di boarding-boarding school, di sekolah Islam terpadu, yang
ternyata ini dapat menjawab dan menangkis kegamangan yang dihadapi sistem
pendidikan nasional. Bahkan sebenarnya masih banyak sekolah-sekolah yang
berhasil dan mempunyai mutu lulusan sesuai harapan masyarakat. Ini memang
banyak terjadi pada sekolah-sekolah yang bernuansa Islami dengan pengelolaan
yang lebih modern.
16
BAB IV
KEBIJAKAN TEORI DAN FILSAFAT
4.1. Konsep Pembelajaran menurut Al-Quran dan Hadist
Terdapat konsep-konsep pendidikan hampir di semua negara yang mengacu
kepada teori-teori dari Barat misal aliran Empirisme, aliran Nativisme, Konvergensi,
Naturalisme, Konstruktivisme dan lainnya yang diadopsi. Sebagai seorang muslim yang
mempunyai pedoman al-Qur’an sudah sepantasnya kita mengadopsi teori dan konsep
pendidikan berdasarkan Al-quran dan As-Sunnah, untuk itu kami akan mencoba
menyajikan beberapa konsep pendidikan yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran menurut ajaran Islam. Ada sebuah kutipan yang diambil dari teori
pendidikan menurut Al-qur’an oleh Abdullah (1982)
”Al-Qur’an banyak mengandung prinsip prinsip pendidikan islam. Al-Qur’an mengandung ilmu Naafi’, yang mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta,antara manusia dengan sesama, dan antara manusia dengan lingkungan sekitar”. (1982:33)
Berdasarkan hal itu, kita harus menggali isi kandungan Al-Qur’an secara benar
dan menyeluruh, tetapi sekedar untuk diketahui ada beberapa konsep yang mudah
dipahami dalam suatu proses pembelajaran seperti yang terdapat pada surat Al-Lukman
ayat 13:
“ Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepadanya “Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar benar kezaliman yang besar “.
Bila kita simak ayat tersebut dalam Islam sebelum kita menerima berbagai
pelajaran dan disiplin ilmu, maka yang pertama diyakinkan adalah keesaan Allah sebagai
17
pondasi penerapan konsep keimanan terhadap Allah SWT, selanjutnya ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika kita hendak mengawali pembelajaran antara lain:
1) Tanamkan konsep ketauhidan
2) Awali pembelajaran dengan menyebut nama Allah
3) Biasakan membaca do’a “Ya Allah lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku
dan lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku “
(Q.S.Thoha ayat 25-28 ).
4) Terapkan segi ketauladanan sebagaimana yang dicontohkan Rasullullah Saw
terhadap ummatnya.
5) Sampaikan materi dengan hak dengan kesabaran.
6) Akhiri dengan do’a.
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat dalam Al-Quran
yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang lelaki yang kami
beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan,jika kamu tidak mengetahui”. (Qs.An-Nahl: 43)
1) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
2) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. (Al-Hadist)
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan , Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan tuhanmulah yang Maha
Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama (benda-benda), seluruhnya
kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman : ``Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-
Baqarah: 31)
18
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. “Manusia punya pikiran dan
kembangkan melaui pikiran” (HR.Bukhari dan Muslim )
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70, An-Nahl: 125, Al-Maidah:8, Lukman: 13, At
– Thoha: 28)
Teori pendidikan dalam Islam hendaknya meliputi tiga dimensi kehidupan
yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga dengan melalui pendidikan dimensi
tersebut akan mengakar tertanam dalam qalbu dan akalnya.
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan dibina tersebut adalah :
1) Dimensi Spiritual : konsep iman, Islam, insan. Ulama menyebutnya Rukun
Agama
2) Dimensi Budaya : pembentukan keperibadian sesuai agama islam, menjadi
muslim yang kaffah.
3) Dimensi Kecerdasan: pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta mengaktualisasikan
dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya sehingga dengan kecerdasannya
akan tercipta kehidupan seperti di Madinatul Munawaroh.
4.2. Kebijakan, Teori dan Filsafat Pendidikan
4.2.1. Kebijakan
1. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
2. Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
4. PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan
5. Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah serta Permendiknas yang
jumlahnya kurang lebih ada 33
19
4.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak mempunyai bakat dan
pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena anak-anak
dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberi warna
pendidikannya.
2. Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori ini menyatakan seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan
juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak
akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
3. Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada hakekatnya
memiliki pembawaan baik, namum pembawaan baik itu dapat berubah
sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat
berupa: Keluarga, Sekolah ataupun Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai
Aliran Negativisme
20
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa guru sebagai pejabat fungsional
harus lebih meningkatakan keprofesionalanya baik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran maupun dalam pemetaan dan pengelolaan kelas, sehingga dengan
sebutan jabatan fungsional ini akan mampu melayani peserta didik dan
meningkatakan kualitas pendidikan. Dalam meningkatakan kualitas pendidikan
seorang guru dituntut untuk mengembangkan kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu
proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Dalam meningkatkan profesionalismenya, guru harus sering berlatih membaca,
serta menulis yang ada berkaitanya dengan ranah pemberdayaan sumber daya
manusia secara berkelanjutan, sehingga guru menjadi produktif, efektif dan efisien
serta akuntabel dalam setiap gerak dan langkahnya selain menjadi suri keteladanan
untuk peserta didik, juga bagi keluarga dalam dan anggota masyarakat pada
umumnya. Dengan jabatan fumngsionalnya itu guru memiliki nilai manfaat yang
berguna bagi perkembangan bangsa khususnya bagi dunia pendidikan. Perlu di ingat
pepatah para ulama bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
mempunyai nilai manfaat/berguna bagi orang lain “.
5.2.Penutup
Dari judul Makalah “Sistem input, Proses, output, outcome pendidikan
bermutu: Fungsional, Produktif, Efektif, Efisien dan Akuntabel” Secara fakta telah
disinggung di uraian diatas, berbagai kebijakan telah disusun dengan terbitnya :
21
1) Undang undang SIKDIKNAS. No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2) Undang undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan.
4) Perundang undangan peraturan pemerintah serta PERMENDIKNAS yang kurang
lebih jumlahnya ada 33.
Teori dan Filsafat
Teori Pendidikan (menurut Barat )
1) Aliran Empirisme
2) Aliran Konvergensi
3) Aliran Naturalisme
4) Aliran Positivisme
Teori Pendidikan menurut Al-Qur’an
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat dalam Al-Quran
yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang lelaki yang kami
beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan,jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S.An-Nahl.ayat 43.)
3) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
4) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. ( Al-Hadist )
“Bacalah dengan ( menyebut ) nama tuhanmu yang menciptakan , Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah , dan tuhamnmulah yang maha
pemurah, yang mengajar (manusia dengan perantaraan kalam dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
22
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama ( benda-benda ), seluruhnya
kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman : ``Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-
Baqarah ayat : 31)
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya yahudi, Nasroni, atau majusi”. Manusia punya pikiran dan
kembangkan melalui pikiran (HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70. Q.S. An-Nahl: 125, Q.S. Al-Maidah.:8, Q.S
Lukman : 13, Q.S. At – thoha 25 : 28.
Teori kependidikan dalam islam hendaknya meliputi tiga dimensi
kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga dengan melalui
pendidikan dimensi tersebut akan mengakar tertanam dalam qalbu dan akalnya.
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan ibina tersebut adalah :
4) Dimensi Spiritual : konsep iman, Islam, insan. Ulama menyebutnya Rukun
Agama.
5) Dimensi Budaya. : pembentukan keperibadian sesuai agama Islam, menjadi
muslim yang kaffah.
6) Dimensi Kecerdasan: (pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta mengaktualisasikan
dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya sehingga dengan kecerdasannya
akan tercipta kehidupan seperti di Madinatul Munawaroh.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Rahman Saleh. 1982. Educational Theory A Qur’anic Outlook: Educational
and Psychological Research Center. Mesir: Ummul Qura University
An Nabhani, Taqiyuddin. 2000. Sistem Hidup dalam Islam. Bogor. Pustaka Izzah
Djamarah, Saeful Bakhri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamzah. 2011. Manajemen Input, proses, Output dan Outcome dalam Mengelola Pendidikan
Persekolahan. LPMP. Tersedia di Hamzah-/pmp.blogsput.com/2011/09/manajemen Input
-proses-output. Diakses 17 Agustus 2013
Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan
Mulyasa, E. 2012a. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
________. 2012b. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
________. 2013a. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
________. 2013b. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Nuryatno, Agus M. 2011. Mahzab Pendidikan Kritis: Menyikap Relasi Pengetahuan Politik dan
Kekuasaan. Jogjakarta: Resist Book
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan.
24
Undang Undang Dasar Tahun 1945
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
25