pengaruh ila terhadap kadar hsp 70 lama persalinan dan fetal outcome
TRANSCRIPT
PENGARUH INTRA THECAL LABOR ANALGESIA ( ILA ) TERHADAP
KADAR HSP 70, LAMA PERSALINAN DAN FETAL OUTCOME
Ahmad Ridlo, JB Dalono, Soetrisno
Kondisi distress pada primigravida berdampak pada persalinan yang tidak maju dengan risiko fetal outcome yang tidak baik. Intra thecal labor analgesia (ILA) menghilangkan rasa nyeri sehingga terjadi perubahan emosi positif, meningkatkan kadar Heat Shock protein (Hsp) 70 yang berpengaruh pada peningkatan kontraksi uterus sehingga proses persalinan dan fetal outcome menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh ILA terhadap kadar HSP 70, lama persalinan dan fetal outcome.
Penelitian eksperimental biomedik dengan rancangan post test only control group design di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel secara purposive non random sampling. Penelitian pada primigravida, umur 20-25 tahun, hamil normal, dalam persalinan kala I fase aktif (pembukaan 4 sentimeter). Dari 32 sampel, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 16 pasien. Kelompok perlakuan diberikan ILA. Analisis data kendali menggunakan uji homogenitas, data kadar HSP 70, lama persalinan dan skor APGAR dengan F-Test (ANOVA). Setelah dilakukan analisis, diperoleh kesimpulan bahwa ILA berpengaruh secara bermakna, pada peningkatan kadar HSP 70 (p=0,01,α<0,05) , penurunan lama persalinan kala I (p=0,00, α<0,05), kala II (p=0,00, α<0,05), kala III (p=0,00, α<0,05) maupun kala I,II dan III (p=0,00, α<0,05), dan peningkatan skor Apgar menit pertama (p=0,05, α<0,05) maupun menit ke lima (p=0,05, α<0,05). ILA berpengaruh terhadap peningkatan kadar HSP 70, memperpendek lama persalinan dan meningkatkan skor APGAR
PENDAHULUAN
Primigravida sering
mengalami kondisi stress,
disebabkan belum adanya
pengalaman kehamilan dan
persalinan (Huliana, 2002).
Kondisi ini berdampak
merugikan, berupa persalinan
tidak maju/macet, dengan risiko
fetal outcome yang tidak baik
(Wiknjo Sastro, 2002, WHO,
2005, Mc Guire, 2006, Nani,
2008 ). Data Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia, SDKI ;
2003 menunjukkan bahwa
kejadian persalinan tidak normal
dengan risiko fetal outcome tidak
baik pada primigravida sebesar
30%.
i
Empat juta bayi di seluruh
dunia diperkirakan meninggal
pada tahun pertama dan dua
pertiganya meninggal pada bulan
pertama kehidupan. Dua pertiga
dari yang meninggal pada bulan
pertama meninggal pada minggu
pertama. Dua pertiga dari yang
meninggal pada minggu pertama
meninggal pada hari pertama.
Penyebab utama kematian pada
minggu pertama kehidupan
seperti asfiksia dan infeksi adalah
akibat persalinan tidak
maju/macet seperti halnya yang
terjadi pada primigravida.
Kurang lebih 99% kematian ini
terjadi di negara berkembang dan
sebagian besar kematian ini dapat
dicegah dengan pengenalan dini
penyebabnya (termasuk kondisi
psikologis) dan pengobatan yang
tepat (Lawn JE, 2005).
Intra thecal labor
analgesia (ILA) berisi kombinasi
rapivacain 3,0 mg dengan
clonidin 75µg, ditambah dengan
fentanyl 25µg merupakan
analgesia yang ideal pada
persalinan (Slidesshare, 2010).
ILA mempunyai kelebihan
disamping mengurangi rasa nyeri
dan menghilangkan kondisi
stress juga masih bisa merasakan
kontraksi (Nasaldi, 2010).
Pemakaian ILA dengan
dosis optimal (kombinasi
ropivacain 3,0 mg dengan
clonidin 75µg, ditambah dengan
fentanyl 25µg), dapat
menghilangkan rasa nyeri
sehingga terjadi perubahan emosi
yang positif. Sinyal perubahan
emosi akan mencapai neuron di
paraventricular nuclei (PVN)
sistem limbic sehingga intensitas
stress menurun. Stressor
psikologis primigravida
menyebabkan ekspresi astrosit di
amigdala, hipotalamus dan
neuroglia yang mengakibatkan
neuroglia, terutama astrosit dan
mikroglia aktif (Nasronudin,
2005; Soetrisno, 2009). Produksi
ACTH oleh sel basofil hipofise
anterior menurun, yang direspon
korteks adrenal dengan kortisol
yang menurun. Penurunan
kortisol akan mengurangi efek
supresi protein miosit sehingga
terjadi peningkatan produksi
ii
protein diantaranya adalah Hsp
70 (Alexy, 2005; Dror, 2008;
Soetrisno, 2009).
Penurunan kortisol juga
meningkatkan ion kalsium dalam
miosit dengan dampak
memperbaiki kontraksi
(Soetrisno, 2009). Hsp 70
meningkatkan konsentrasi cAMP
dalam sitoplasma dan
pengaktifan cAMP dependent
protein kinase. Selanjutnya akan
mengakibatkan fosforilasi dan
inaktifasi myosin rantai kinase
dan mengakibatkan kontraksi
otot uterus sehingga proses
persalinan lebih baik dengan
dampak fetal outcome lebih baik.
Heat Shock protein
(Hsp) jika berlebihan akan
berdampak merugikan,
menimbulkan jejas sel dan
mendorong apoptosis, sehingga
diperlukan dosis ILA yang
optimal (Nasronudin, 2005;
Slidesshare, 2010).
Upaya untuk
mengungkap pengaruh intervensi
ILA tersebut perlu didasari oleh
pengungkapan mekanisme efek
ILA terhadap terjadinya partus
normal/maju/tidak macet, yang
berdampak pada fetal outcome
yang baik.
Dalam penelitian ini
akan diteliti kadar Hsp 70 dari
serum darah, yang bisa
memberikan gambaran tentang
kadar Hsp 70 pada kondisi stres
primigravida (Soetrisno,2009).
Variabel lain yang diteliti adalah
fetal outcome yang dinilai
dengan skor APGAR dan lama
persalinan pada primigravida
setelah mendapat ILA.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental
biomedik dengan pendekatan
post-test only control group
design. Lokasi Penelitian
Kamar Bersalin RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Subyek
dipilih pada penelitian ini
adalah pasien melahirkan yang
datang ke RSUD Dr Moewardi,
dengan tehnik pengambilan
sampel menggunakan kriteria
iii
inklusi dan eksklusi. Kriteria
Inklusi Primigravida, Umur
20-25 tahun, Hamil Normal,
Dalam persalinan kala I fase
aktif pembukaan 4 sentimeter.
Kriteria Eksklusi hamil tidak
normal. Variabel bebas Intra
Thecal Labor Analgesia.
Variabel terikat Hsp 70,
Lama persalinan, Skor APGAR
Rancangan Penelitian.
Keterangan:
X+ : Perlakuan.
X - : Tanpa perlakuan.
O1 : Pembukaan 4 cm pada
kelompok perlakuan
O2 : Pembukaan 4 cm pada
kelompok kontrol.
O3 : Observasi saat
pembukaan lengkap,
indikator penelitian Hsp
70 pada kelompok
perlakuan.
O4 : Observasi saat
pembukaan lengkap,
indikator Hsp 70 pada
kelompok kontrol.
T1 : Observasi indikator
penelitian lama
persalinan dan skor
APGAR pada
kelompok perlakuan.
T2 : Observasi indikator
penelitian lama
persalinan dan skor
APGAR pada
kelompok kontrol.
Maching : Tinggi badan, berat
badan, umur, sistole,
diastole, gula darah,
SGOT, SGPT, Ureum,
Hb, dan Protein total.
Penentuan besar sampel
didasarkan pada rumus :
n = ( Zα + Zβ)²
n = Besar masing-masing
kelompok sampel.
Zα = nilai studi normal yang
besarnya tergantung α
iv
01 (X+) O3 Hsp-70,T1
Maching
02 (X-) O4 Hsp-70,T2
Indikator :
Hsp 70, skor APGAR , dan
Lama persalinan
29
Bila α = 0,05 Zα =
1,96
Bila α = 0,01 Zα =
2,57
Zβ = nilai studi normal yang
besarnya tergantung β, Β =
power test
Bila β = 0,05 Zβ =
1,89
Bila β = 0,01 Zβ =
2,42
( Pudjirah
ardjo W,
1993 ).
Dari rumus tersebut didapatkan besar
sampel minimal 15 sampel kontrol
dan 15 sampel perlakuan. Pada
penelitian ini menggunakan 16
sampel kontrol dan 16 sampel
perlakuan untuk memenuhi n
minimal 30.
HASIL DAN ANALISA DATA
PENELITIAN
A. Data Penelitian
Empat macam data penelitian
diperoleh dari primigravida, yang
meliputi:
1. Data pengendali (umur,
tinggi badan, berat badan,
sistolik, diastolik, gula darah,
SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, Hb, dan protein
total) diambil satu kali di
awal penelitian.
2. Data obstetrik lama
persalinan kelompok
perlakuan dan kontrol yang
dihitung sejak pembukaan
empat sentimeter, dihitung
dengan hitungan jam dan
sisanya dengan menit, serta
data kejadian partus normal.
3. Data skor APGAR menit
pertama dan ke lima
kelompok kontrol dan
perlakuan
4. Data biologis ( Hsp-70)
diambil satu kali saat
pembukaan lengkap.
Homogenitas Data Kendali
Homogenitas data kendali
antara perlakuan dan kontrol
digunakan untuk mengendalikan
sampel agar nilai setiap variabel
yang diperoleh sesuai yang
diinginkan.
Hasil perhitungan dan analisis
statistik dengan menggunakan
v
metode analisis varians untuk data
variabel Umur, Tinggi Badan, Berat
Badan, Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik seperti pada table. dan
Gambar.
Hasil perhitungan dan analisis
statistik dengan menggunakan
metode analisis varians untuk data
variabel Gula Darah, SGOT, SGPT,
Ureum, Creatinin, Hemoglobin dan
Protein total seperti pada tabel dan
Gambar.
Tabel.Mean dan Standar Deviasi
Data Kendali
VariabelKontrol Perlakuan
Rerata SD Rerata SD
Umur 23.44 2.85 22.56 2.53
TB 155.5 6.40 151.81 5.29
BB 61.38 4.86 58.94 5.71
Sist 117.81 4.07 115.62 4.79
Dias 86.88 4.03 83.13 4.43
GD 111.81 14.08 111.44 12.57
OT 29.50 4.89 29.94 2.79
PT 30.63 6.93 29.63 4.47
Ur 35.50 5.15 37.38 5.30
Cr 0.685 0.11 0.76 0.76
Hb 11.13 0.94 10.91 0.71
Prot 7.16 0.52 7.09 0.49
Hasil analisis Kelompok
Perlakuan dan kelompok kontrol
pada variable kendali tersebut dapat
disimpulkan homogen atau secara
statistik mempunyai kondisi yang
sama
Uji Homogenitas umur, tinggi
badan, berat badan, sistole, diastole,
gula darah, SGOT, SGPT, ureum,
kretinin, Hb, protein total,
menunjukkan homogen dangan α >
0.05. Hal tersebut menunjukkan
keadaan ibu primigravida, baik yang
menjadi kelompok kontrol maupun
perlakuan sama.
Pengamatan lama persalinan
Persalinan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol
dapat terjadi secara normal dan tidak
normal, lama persalinan bervariasi,
antara kelompok kontrol dan
perlakuan.
Hasil perhitungan dan analisis
statistik dengan menggunakan
metode analisis varians untuk data
variabel Kala_1, Kala_2, Kala_3 dan
Kala_1-2-3, didapat hasil seperti
pada table dan Gambar.
Tabel Mean dan Standar Deviasi
Lama Persalinan*
vi
VariabelKontrol Perlakuan
Rerata SD Rerata SD
KL_1 13.85 0.47 11.79 0.65
KL_2 1.77 0.27 0.97 0.17
KL_3 0.25 0.01 0.20 0.01
KL_123 15.88 0.40 12.96 0.73
*) Dalam Jam
Pengamatan skor APGAR menit
pertama dan ke lima
Variabel skor APGAR 1’
seperti pada table dan Gambar.
Tabel Mean dan Standar
Deviasi Skor APGAR
VariabelKontrol
Rerata SD Rerata
AS 1' 7.25 0.86
AS 5' 8.38 0.72
Pengamatan kadar HSP 70
Variabel HSP 70 seperti pada
Tabel dan Gambar.
Tabel Mean dan Standar Deviasi
Kadar HSP 70
VariabelKontrol Perlakuan
Rerata SD Rerata SD
HSP 70 0.10 0.02 0.27 0.19
Penyebaran Kejadian Partus
Normal
Penyebaran kejadian partus
normal seperti pada Tabel .
Jumlah penyebaran kejadian
partus normal
Kelo
mpok
Perlak
uan
Kon
trol
To
tal
Nor
mal
16 15 31
Jenis
Persal
inan
Tida
k
Nor
mal
1 1
Total 16 16 32
Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir
Rata-rata skor APGAR menit
pertama seperti tabel. Hasil ini
vii
membuktikan bahwa pada
kelompok yang tidak mendapatkan
ILA, kejadian asfiksia bayi baru
lahir adalah 0,429 kali lebih tinggi
dari pada kelompok yang
menggunakan ILA.
Perbedaan rerata Skor APGAR
Menit 1 dan Kejadian Asfiksia
Bayi Baru Lahir
ILA Kontrol
(n=16) (n=16)
Skor APGAR 7.75±0.45 7.25±0.86
Asfiksia
Tidak 16 (100%) 12 (75%)
Ya 0 (0%) 4 (25%)
Keterangan :
Data berskala numeric dinyatakan dalam
rata-rata ±simpang baku
Data berskala nominal dinyatakan dalam
frekuwensi (%)
a= Uji t independent
b=Uji Chi Kuadrat
RR (Risiko Relatif) kejadian
asfiksia pada ILA sebesar 0.429 (CI
95% = 0.28-0.66).
Rerata ± simpang baku skor
APGAR menit ke Lima seperti pada
tabel .
Perbedaan rerata Skor APGAR Menit ke
Lima dan Kejadian Asfiksia
Bayi Baru Lahir
ILA Kontrol Kemaknaan(n=16) (n=16) (p)
Skor APGAR 8.94±0.25 8.38±0.72 0.01Asfiksia
Tidak 16 (50%) 16 (50%)Ya 0 (0%) 0 (0%)
Data berskala numeric dinyatakan dalam rata-rata ±simpang baku
Data berskala nominal dinyatakan dalam frekuwensi (%)
a= Uji t independent
PEMBAHASAN
Data penelitian (tabel 5.1)
diperoleh dengan melakukan
matching yang didapatkan sesuai
dengan kasus yang didapat, meliputi,
tinggi badan yang di ukur
menggunakan satuan sentimeter
dengan batas bawah 140 cm untuk
mengurangi risiko adanya panggul
sempit. Berat badan yang diukur
menggunakan satuan kilogram
dengan batas 40 kg- 90 kg, umur 20-
25 tahun, tekanan darah yang diukur
dengan satuan mmHg berkisar 110-
130 mmHg untuk sistole, dan 60-90
mmHg untuk diastole. Laboratorium
gula darah, ureum, kreatinin,
viii
haemoglobin dan protein total,
semuanya masuk dalam kriteria
normal secara klinis/ homogen (tabel
5.2). Hal tersebut dilakukan untuk
menghilangkan bias pada penelitian
ini.
Kriteria eksklusi adalah
kehamilan abnormal seperti
kehamilan dengan infeksi,
preeklampsia, eklampsia, perdarahan
ante partum, fetal distres, ruptura
uteri, dan partus presipitatus. Partus
presipitatus dieksklusikan oleh
karena merupakan persalinan yang
patologis, walaupun telah disebutkan
bahwa diharapkan timbul persalinan
yang cepat karena perbaikan
kontraksi uterus, tetapi partus
presipitatus terjadi kurang dari 3 jam
yang disebabkan oleh kontraksi yang
terlalu kuat. Partus presipitatus
menimbulkan dampak pada kondisi
janin dan berisiko terjadinya
perlukaan yang luas pada jalan lahir
saat persalinan (Wiknjo Sastro,
2008).
Data obstetri lama persalinan
dilakukan saat mulai persalinan kala
satu fase aktif atau pada pembukaan
4 cm, karena menentukan mulai
timbulnya persalinan kala I fase laten
sulit untuk ditentukan (Cunningham,
2002 ; Wiknjo Sastro, 2002).
Pengawasan kemajuan persalinan
sesuai partograf WHO (World health
organization).
Data sebaran persalinan
dilakukan pada kriteria persalinan
normal seperti janin tunggal, berat
badan lahir bayi 2500 gram sampai
dengan 4000 gram, presentasi
belakang kepala, dilahirkan pada ibu
melahirkan usia kehamilan aterm,
dengan tenaga ibu sendiri, tidak ada
komplikasi baik pada ibu maupun
janin, dan kurang dari 24 jam,
seperti dalam kriteria inklusi pada
penelitian ini.
Skor APGAR digunakan
untuk secara cepat menilai kondisi
kesehatan bayi baru lahir sesaat
setelah kelahiran (Finster, 2005).
Data skor APGAR didapatkan dari
penilaian bayi baru lahir pada menit
pertama dan menit ke lima. Jumlah
skor rendah pada tes menit pertama
dapat menunjukkan bahwa bayi yang
baru lahir membutuhkan perhatian
medis lebih lanjut, tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi
masalah jangka panjang, khususnya
ix
jika terdapat peningkatan skor pada
tes ke lima (Finster, 2005).
Data biologis kadar HSP 70
didapatkan dari sampel darah yang
diambil saat kala II/ pembukaan
lengkap. Sampel dikirim ke
laboratorium untuk mengukur kadar
HSP 70 dengan metode ELISA
memakai antibodi monoklonal anti
HSP 70. Penggunaan sampel darah
dan bukan jaringan pada penelitian
ini, menurut Attila, 2002,
peningkatan kadar Hsp 70 pada
serum darah juga terjadi oleh karena
stres berupa peradangan kronik,
stres oksidatif dan kerusakan sel-sel
hepatoseluler pada preeklamsia.
Dalam penelitiannya, Walsh
menemukan peningkatan serum Hsp
70 yang didahului dengan adanya
peningkatan ekspresi gen Hsp 70
dalam otot. Hal ini menunjukkan,
peningkatan kadar HSP 70 serum
setelah olahraga akut disebabkan
pelepasan Hsp 70 dari stres sel ke
dalam darah. Lancaster, 2007
menemukan bahwa pengeluaran HSP
70 oleh sel yang mengalami stress ke
lingkungan ekstraseluler, melalui
mekanisme transport protein non
klasik (Reticulum Endoplasma-
Golgi) di dalam eksosom atau
lisosom melalui lemak. HSP 70
ekstraseluler bekerja dengan terikat
pada permukaan reseptor antigen
presenting cell, merangsang
proinflamasi sitokin (TNF α),IL-1β
dan IL-16) dan produksi kemokin
sebagai kostimulator ekspresi
molekul.
Dalam penelitian ini
disampaikan homogenitas data,
dimana data sampel yang telah ada
dilakukan perhitungan dengan
menilai uji beda rerata/ mean,
simpang baku/ standart deviasi, dan
nilai confidence interval antara
kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Pada semua data tidak
didapatkan nilai yang signifikan,
sehingga semua data tersebut dapat
dijadikan sampel/ menjadi data
kendali dalam penelitian ini atau
dengan kata lain semua data tersebut
homogen (Lampiran 9). Diharapkan
hasil yang dicapai tidak terganggu
oleh bias.
Hasil pengamatan biologis
(tabel 5.4) pada penelitian ini yang
menggunakan 16 sampel untuk
diberikan ILA sebagai kelompok
perlakuan dan 16 sampel tanpa ILA
x
sebagai kelompok kontrol, kadar
Hsp-70 serum yang diambil saat kala
II untuk kelompok perlakuan didapat
rerata (0.19 dan dari kelompok
kontrol (0.10) yang memperlihatkan
kadar yang lebih tinggi pada
kelompok dengan perlakuan/
kelompok yang mendapat ILA,
dengan nilai simpang baku untuk
kelompok perlakuan (0.19) dan
kelompok kontrol (0.02) dan nilai
p=.001 (α<0.05) yang memiliki
perbedaan signifikan.
Pada penelitian sebelumnya,
yang dilakukan di Cina tahun 2009
menemukan bahwa dalam keadaan
hamil Hsp-70 terdeteksi di
miometrium, hal tersebut dapat
membuktikan bahwa Hsp-70 juga
diproduksi pada myometrium
(Zhiang W, 2009). Hal tersebut
sesuai dengan fakta yang didapat
pada penelitian ini dimana kenaikan
kadar Hsp-70 berpengaruh pada lama
persalinan yang lebih cepat pada
kelompok perlakuan dibandingkan
kelompok kontrol (Lampiran 10).
Penelitian dimulai saat
pembukaan 4 cm, dan tidak
didapatkan adanya partus lama, baik
pada kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol. Partus lama dan
terlantar adalah suatu keadaan
persalinan yang macet dan
berlangsung lama,sehingga
menimbulkan komplikasi terhadap
ibu dan anak (Hariyadi, 2004).
Pemberian ILA mampu
mengubah stress perception dari
stress menjadi eustress. Dalam
penelitian sebelumnya (Soetrisno,
2009), dijelaskan bahwa stress
diklasifikasikan menjadi stress
perception dan stress response. ILA
memberikan pengaruh terhadap
pembentukan stress perception.
Persepsi memiliki 3 (tiga) tahap yaitu
seleksi, organisasi dan interprestasi.
ILA yang diberikan kepada ibu hamil
akan berpengaruh terhadap proses
seleksi, organisasi dan interprestasi,
sehingga menimbulkan perubahan
stress perception dari distress
menjadi eustress. Hantaran sinyal
perception akan mencapai neuron di
paraventricular nuclei (PVN) dalam
sistem limbik, sehingga intensitas
stres menurun (Nasronudin, 2005).
Stressor psikologis tersebut
menyebabkan pengeluaran astrosit di
amigdala, hipotalamus dan neuroglia
xi
terutama astrosit dan mengaktifkan
mikroglia. Astrosit dan mikroglia
mengeluarkan Hsp yang berfungsi
sebagai chapronin. Chapronin ini
akan mengaktifkan berbagai sitokin
yang dihasilkan dari astrosit dan
mikroglia aktif. Sitokin ini yang
kemudian memicu Paraventricular
nuclei (PVN) di hipotalamus, dan
segera diproduksinya corticotrophin
releasing hormone (CRH) yang
berperan sebagai penghantar
perseption yang dapat
mempengaruhi reseptor sel basofil
hipofisis anterior, dan segera
diproduksinya adrenocorticotropic
hormone (ACTH). ACTH
mempengaruhi zona fasikulata
korteks adrenal memproduksi
kortisol. Kortisol bersifat bimodal,
artinya jika kadar lebih tinggi dari
nilai ambang bersifat supresi, tetapi
jika masih di bawah ambang bersifat
proliferatif. Alexy 2005 dan Avisar
2008 menyebutkan bahwa Hsp-70
mempengaruhi peningkatan jumlah
kalsium dalam miosit. Hsp-70 juga
meningkatkan konsentrasi cAMP
dalam sitoplasma dan mengaktifkan
cAMP dependent kinase.
Selanjutnya akan mengakibatkan
fosforilasi dan inaktifasi myosin
rantai kinase dan menyebabkan
kontraksi uterus. Menimbulkan
tenaga pada miosit, berdampak
kekuatan kontraksi meningkat,
sehingga mampu mempercepat
waktu persalinan.
Pada penelitian ini
menunjukkan fakta tersebut dengan
hasil yang signifikan. Efek intra
thecal labor analgesia (ILA) secara
empiris memperbaiki lama
persalinan primigravida. Pada
penelitian sebelumnya di USA
(Tomshi L, 2009) dijelaskan bahwa
kadar Hsp-70 yang rendah
merupakan risiko yang tinggi terjadi
komplikasi pada proses persalinan.
Dengan kadar Hsp-70 tinggi akan
mengurangi resiko terjadi persalinan
yang patologis.
Hasil penelitian ini
memperlihatkan hal yang sama,
dengan menggunakan 16 sampel
untuk diberikan ILA sebagai
kelompok perlakuan dan 16 sampel
tanpa ILA sebagai kelompok
kontrol, dan pada lama kala I
didapatkan rerata (11.78) pada
kelompok perlakuan, (13.85) pada
kelompok kontrol yang
xii
memperlihatkan perbedaan lama
persalinannya dan nilai simpang
baku untuk kelompok perlakuan
(0.65) dan kelompok kontrol (0.47)
dengan nilai p=0,00. (α<0.05) yang
memiliki perbedaan yang signifikan.
Pada lama kala II dari sampel yang
sama didapatkan rerata (0.97) pada
kelompok perlakuan, (1.77) pada
kelompok kontrol yang
memperlihatkan perbedaan lama
persalinan, dan nilai simpang baku
untuk kelompok perlakuan (0.17)
dan kelompok kontrol (0.27) dengan
nilai yang memiliki perbedaan yang
signifikan. Pada lama kala III dari
sampel yang sama didapatkan rerata
(0.20) pada kelompok perlakuan,
(0.25) pada kelompok kontrol yang
memperlihatkan perbedaan lama
persalinan, dan nilai simpang baku
untuk kelompok perlakuan (0.02)
dan kelompok kontrol (0.01) dengan
nilai p= 0.00 (α<0.05) (Lampiran 13)
yang memiliki perbedaan yang
signifikan. Demikian pula pada total
lama persalinan kala1-2-3,
didapatkan rerata (12.96) pada
kelompok perlakuan, (15.88) pada
kelompok kontrol yang
memperlihatkan perbedaan lama
persalinan dan nilai simpang baku
untuk kelompok perlakuan (0.73)
dan kelompok kontrol (0.40) dengan
nilai p= 0.00 (α<0.05) yang memiliki
perbedaan yang signifikan.
Pada hasil penilaian terhadap
skor APGAR, rerata ± simpang
baku skor APGAR menit pertama
pada kelompok perlakuan adalah
7.75±0.45 sedang pada kelompok
kontrol sebesar 7.25±0.86.
Perbedaan ini bermakna secara
statistik yang berarti rata-rata skor
APGAR menit pertama pada
kelompok yang mendapatka ILA
lebih tinggi daripada kelompok
kontrol.
Bila dikelompokkan
berdasarkan kejadian asfiksia (skor
APGAR menit pertama <7) maka
didapatkan 4 kasus (25%) asfiksia
bayi baru lahir pada kelompok yang
tidak mendapatkan ILA. Sedangkan
pada kelompok yang mendapatkan
ILA tidak didapatkan asfiksia bayi
baru lahir. Kejadian asfiksia pada
bayi baru lahir ini antara dua
kelompok berbeda bermakna secara
statistik (p<0,05) dengan risiko
relatif kejadian asfiksia pada
kelompok yang tidak mendapatkan
xiii
ILA sebesar 0,429. Hasil ini
membuktikan bahwa pada
kelompok yang tidak mendapatkan
ILA, kejadian asfiksia bayi baru
lahir adalah 0,429 kali lebih tinggi
dari pada kelompok yang
menggunakan ILA.
Pada penialaian skor APGAR
menit ke lima, rerata ± simpang
baku skor APGAR menit ke Lima
pada kelompok perlakuan adalah
8.94±0.25, sedang pada kelompok
kontrol sebesar 8.38±0.72.
Perbedaan ini bermakna secara
statistik yang berarti rata-rata skor
APGAR menit ke Lima pada
kelompok yang mendapatkan ILA
lebih tinggi daripada kelompok
kontrol. Bila dikelompokkan
berdasarkan kejadian asfiksia (skor
APGAR menit pertama <7) maka
tidak didapatkan kejadian asfiksia,
baik pada kelompok yang
mendapatkan ILA maupun pada
kelompok yang tidak mendapatkan
ILA .
Hal ini sesuai dengan
penemuan Finster 2005, bahwa
jumlah skor rendah pada tes menit
pertama dapat menunjukkan bahwa
bayi yang baru lahir ini
membutuhkan perhatian medis lebih
lanjut, tetapi belum tentu
mengindikasikan akan terjadi
masalah jangka panjang, khususnya
jika terdapat peningkatan skor pada
tes menit kelima. Penelitian Casey
2001, juga menyatakan bahwa tujuan
tes APGAR adalah untuk
menentukan dengan cepat apakah
bayi yang baru lahir tersebut segera
membutuhkan penanganan medis,
dan tidak didisain untuk memberikan
prediksi jangka panjang akan
kesehatan bayi tersebut.
Berdasarkan data kadar Hsp-
70 serta memperhitungkan lamanya
waktu persalinan pada penelitian ini,
dapat diketahui bahwa kecepatan
lama persalinan dipengaruhi oleh
kadar Hsp-70 yang tinggi pada
kelompok perlakuan/ kelompok yang
mendapat ILA, atau dengan kata lain
kadar Hsp-70 yang tinggi
mengakibatkan menurunnya lama
persalinan .
A. Kesimpulan. 1. Penggunaan analgesia ILA
(Intra techal labour
xiv
analgesia) dengan ropivacain
3,0 mg, clonidin 75 µg dan
fentanyl 25 µg memperbaiki
persepsi stres, sehingga
mengubah distress menjadi
kondisi eustress (menjadi
positif).
2. Peningkatan respon stress
yang positif
menyempurnakan aktivitas
aksis HPA (hipotalamus-
Pituitari-Adrenal) dan
menurunkan efek supresi
kortisol, sehingga sintesis
protein stress (Hsp-70)
meningkat.
3. Peningkatan Hsp-70 direspon
oleh reseptor dimembran
miosit dengan peningkatan
cAMP, sehingga terjadi
pengaktifan enzim dependent
protein kinase. Peningkatan
enzim ini menyebabkan
myosin light chain (MLC)
aktif meningkat. MLC aktif
dengan kalmodulin kalsium
aktif (kalsium meningkat
pada persalinan) membentuk
komplek aktif yang
memfosforilasi myosin, dan
terjadi aktifasi ATPase oleh
aktin dan membentuk
aktomyosin. Perubahan ATP
menjadi ADP dan Pi
(posphatidil inositol),
sehingga timbul tenaga untuk
kontraksi miometrium dan
persalinan menjadi normal.
4. ILA memperbaiki persepsi
stress menjadi persepsi yang
positif sehingga mempercepat
proses persalinan dengan
fetal outcome yang lebih
baik.
B. Saran.
1. Penggunaan ILA dengan
ropivacain 3,0 mg, clonidin
75 µg dan fentanyl 25 µg
diberikan pada setiap
persalinan , khususnya
primigravida.
2. Penelitian selanjutnya perlu
dilakukan lebih awal (saat
pasien datang ke rumah sakit
atau saat awal persalinan),
untuk meminimalkan
perbedaan/ keragaman
sampel yang sulit dikontrol,
juga perlu diperiksa kadar
xv58
kortisol dan kadar HSP 70
sebelum perlakuan.
3. Pemberian pengertian kepada
keluarga bahwa dengan
persalinan yang cepat dan
fetal outcome yang baik
setelah ILA, menyebabkan
mobilisasi dan lama
perawatan menjadi lebih
cepat sehingga memperkecil
risiko komplikasi dan biaya
selama perawatan baik untuk
ibu atau anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Albar, Z 2006, Heat Shock Protein, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Yarsi.
Albert,B 2001, Molecular biology of the cel, 2nd, ed, New York, Garland Publishing 1994.
American Academy of Pediatrics dan American Heart Association, 2006, Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5 alih bahasa Perinasia, Jakarta.
Alexy,I, 2005 Myosins Are required ror Plasmodesmatal Localization of Closterovirus Hsp70 Homolog Journal Of Virology, Department of Botany and Plant Pathology and Center fur Genome Research AND Biocomputing, Oregon State University,Corvallis, Oregon 97331Class VII vol 79, No 22, p. 14421-28.
Attila , János R, Levente L, et all,
2007, Increased serum heat-shock
protein 70 levels reflect systemic inflammation, oxidative stress and hepatocellular injury in preeclampsia,
Biomedical and Life Sciences Cell
and Chaperone, Vol 14, Number 2, 151-159.
Archie, C, L, 2003, the course and Conduct of Normal Labour and Delivery, in Courrent Obstetric and Gynecology Diagnosis and Treatment, 9 edition 2003: 15: 20. NEJM Volume 353. 1489-501. October 6, P. 14.
Avisar, D, 2008, Journal Of Virology, Vol 82, No 6, Oregon state Universuty, Carvalis, Oregon, P. 2836-43.
xvi
Bashu, 2001, General and comparatire endocrinology, vol 124, Isuei pages 97-105, University of British Columbia,Vancouver Canada.
Casey BM, McIntire DD, Lnevo KJ, 2001 . The Continuing Value of the Apgar Score for the Assessment of Newborn Infants. N Eng J Med; 344;467-71.
Chan, Johnson, S 2004, Current Clinical Strategies Gynaecology and Obstetrics, P. 80-1.
Cunningham, F, 2001, Parturition, William Obstetric, 21st edition, McGraw-Hill, medical Publishing division, 11, P. 250-5.
____________, 2002. Regulation of Myometrial Contraction and relaxation, Williams Obstetrics, 22th edition. McGraw-Hill, medical Publishing division, P. 96-7.
Edner, 2003, Cooperation of molecular chaperones with the ubiquitin/proteasome system, Heidelberg, Berlin, Heidelberg, Berlin, Vol 695, 171-88.
Ellis, R, Vies, S 2001, Molecular chaperone, Cambridge University Press, New York, USA. Annu Rev Biochem, 60 P. 321-47.
Farina, Y 2007. Pengaruh terapi relaksasi otot terhadap kecemasan ibu hamil pertama trimester ketiga, Thesis Sarjana Strata II Surabaya, Program Studi Magister Profesi Psikologi Universitas Surabaya.
Finster M; Wood M.2005. The Apgar score has survived the test of time. Anesthesiology 102 (4): 855–857.
Gao, H. 2004. Global transcriptome analysis of the heat shock respons of Shewanella aneidensis, Bacteriol, 186, P. 7796-803.
Ganong WF, 1998, Medula Adrenal dan Korteks Adrenal. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Garfied, RE 2001, Gap Junction, Their Development, regulation in Myometrium during Parturition, In Fourth Ross, Com.
Gilstrap LC, Oh W, editors, Elk Grove Village (IL), American Academy of Pediatrics and
xvii
66
American College of Obstetricians and Gynaecologists, 2002, Care of the neonate, Guidelines for perinatal care, American Academy of Pediatrics.p. 196-7
Guire W. 2006.Perinatal asphyxia. Clin Evid ;15:1–2.
Guyton AC, Hall JE, 1997, Hormon Adrenokortikal. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Haryadi 2004, Partus Lama dan Terlantar, Dalam Ilmu Kedokteran Fetomaternal, Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Surabaya, edisi pertama, P. 905-8.
Hayashi, 2006, Laugthetr Regulates Gene Expression in Patients with type 2 Diabetes, Regular Article Psychocurative and Psikosomatics, Japan.
Homma, M, 2001, Assesing systemic 11((beta)- hydroxysteroiddehiydrogenase with serum cortisone/cortisol ratios in healthy subjects and patiens with diabetes mellitus
and chronic renal failure, metabolism journal, Yokyo, Japan, volume 50, Issue 1, P . 801-4.
Horimoto, N, Morokuma, Nakano 2004, Does maternal blood cortisol entrain fetal diurnal rhythm?, Journal early human development, Okinawa-Japan, volume 76, Issue 1, P. 55-64.
Huliana, M 2002, Panduan menjalani Kehamilan Sehat, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta.
IDAI, 2004, Asfiksia Neonatorum.Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, 272-276
Isenberg 2000, Heat-Shock proteins in Autoimmune Disease, Proc 4 th Asean Congress of Rheumatology, Singapore.
Kluckenc 2004, Hsp 70 Reduces alpha-synuclein aggregrastion and toxicity, Charkstown, USA J Biol chem, 279, P. 497-502.
Kredentser, J 2005, Prostaglandin F 2a Output by Amnion-Chorison-desidua: Relationship With Labor Ppostglandin E 2 Concentration at the Amniotic Surface, Am J Obstet-
xviii
Gynecol, 1995 ELSEVIER, Philadelphia ,P. 199-204.
Lancaster GI, Febbraio MA.2007.”Mechanisms of Stress Induced Cellular HSP 70 Release”.in HSP : Potent Mediator of Inflamation and Immunity.Asea AA,Maio AD (editors).Baker Heart RTesearch Institute.Melbourne CIC 3004,Australia.pp 31-37.
Lawn JE, Cousens S, Zupan J; Lancet Neonatal Survival Steering Team. 4 million neonatal deaths: When? Where? Why?, Lancet. 2005;365 (9462):891 –900 [CrossRef][ISI][Medline]
Lee ACC, Mullany LC, Tielsch JM, Katz J, LeClerq SSC, Adhikari RK, Shrestha SR, Darmstadt.2008. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics ;121;e1381-e1390.
Manuaba, I, dkk 2007, Fisiologi persalinan, pada pengantar kuliah obstetri, P. 272-82.
Meneguel JF, Guinsburg R, Miyoshi MH, Peres CA, Russo RH, Kopelman BI, Camano
L,2003. Antenatal treatment with corticosteroids for preterm neonates: impact on the incidence of respiratory distress syndrome and intra-hospital mortality. Sao Paulo Med J; 121(2):45-52.
Merber, et al 2004, Stress Proteins, heat stress and myocardial protection, In Ischemic Preconditioning: the concept of endogenous cardioprotecyion, massachussets, Kluwer Academic Publishers, P. 105-23.
Michael, J; Paech; Palmer; Craigh M 2002, Regional Anesthesia and pain medicines In Obstetanesthesia : Original Pub pdf only.
Minty. R, 2007. Single dose intrathecal analgesia to vontrol labor pain, in Pubmed central, The college of family physicians of Canada.
Michael J; Paech; Palmer; Craigh M 2002, Complication Regional Anesthesia, In Hand Book 0f Obstetric Anesthesia.
Nasronudin 2005, Efek Pernyataaan Diagnosis Terinfeksi HIV / AIDS Terhadap Mekanisme Apoptosis Limfosit T-CD4 Pada Penderita HIV/AIDS,
xix
Disertasi Program pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.
Nasaldy 2010, Persalinan Normal
Tanpa Rasa Nyeri, Diunduh dari: http:www.humanmedicine.net/?s=article&m=read&id=84, tgl 28-7-2010.
Odunugu, et al 2004, Hop: more than an HSP70/HSP90 adaptor protein, Montreal, Quebec Canada, Bioessays, Vol 26,P. 1058-68.
Oswyn G, Vince JD, Friesen H. 2000. Perinatal asphyxia at Port Moresby General Hospital: a study of incidence, risk factors and outcome. PNG Med J . Mar-Jun;43(1-2):110-120
Puspasca 2007, dikeluarkan oleh : http://www.Puspasca.ugm.ac.id/files/Abst-(3877-H-2007).Jogjakarta.
Saifuddin, A 2006, Persalinan Normal. dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo, edisi ke empat, P. 100-1.
Situs Departemen Kesehatan R I. Available atww w.d
epkes.go.id. Accesed june 15, 2008.
Slidesshare 2010, ILA. Diunduh dari: http://www.slidesshare.net/nof2i/ila, tgl 28-7-2010.
Soetrisno 2007, Penelitian Pendahuluan Stressor Primigravida di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Moewadi Surakarta.
_______, 2009, Ekspresi heat shock protein 60, 70, 90 dan kortisol pada persalinan ibu primigravida yang mendapat psikokuratif, Disertasi Program Gelar Doktor, Surabaya, Program Pasca Sarjana Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Stocks, G, A, Fernand, R 2005, Minimal Dose of Intra Thecal Labour and Effect of Intra Thecal Fentanyl.
Stryer, L 2003, Protein Targetting, Stryer L, editor, Biochemistry, 8th edition. New York, W, H, Freeman and Co, P. 911-48.
Tomashi, L 2009, Circulating Heat Shock Protein 70 (HSPA1A) in
xx
Normal and Pathological Pregnancy, in Cell Stress Chaperone, diunduh dari http://www. springerlink . com/c ontent/n12328125367404. tgl 23 Oktober 2010.
Verbeke 2001, Heat Shock respons and ageing, in mechanism and applications, Cell Biol Inl, Denmark University of Aarhas, Vol 25, P. 854-57.
Walsh RC, Koukoulas I, Garnham A, Moseley PL, Hargreaves M, Febbraio MA, 2001, Exercise increases serum Hsp 70 in humans Cell Stress Chaperones, Oct;6 (4):386-93.
World Health Organization, 2005. The World Health Report 2005: make every mother and child count.Geneva: WHO.
_______________________, 2008. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-Revision. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1999. Available at:www.who.int/reproductive- health/publications /newborn_resus_citation/index.html. Accessed June 20,
Widodo, P. 1993, Metode penelitian dan struktur terapan, Universitas Pers Surabaya.
Wiknjosastro, 2008, Fisiologi dan mekanisme persalinan normal, Dalam Ilmu Kebidanan Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, edisi ketiga, Jakarta, P. 296-315.
Wong W, 2007, Seminar masalah seputar kehamilan dan persalinan, In Pregnancy 101, Obstetric and Gynecology Reffles Hospital Singapura.
Yanuarman, 2010, Pengaruh prostaglandin terhadap serviks, Speroff L, Glass R H clinical gynaecology endocrinology and infertility,William and Willkins, six edition, P. 308-26.
Zhang, W 2009, Ekspression NMBR in myometrium in pregnant mice at different gestational ages and its relation with parturition, Departement of Obstetry and Gynecology Xiangya Hospital, Central South University, Cangsha, China.
xxi