osteoporosis.pdf
DESCRIPTION
just shareTRANSCRIPT
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. OSTEOPOROSIS
2.1.1. DEFENISI
Osteoporosis berasal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos), yang
disebut juga pengeroposan tulang yaitu tulang menjadi tipis, rapuh, dan keropos,
serta mudah patah. Tulang keropos jarang menimbulkan keluhan dan pada
umumnya pasien baru konsultasi ke dokter setelah terjadi patah tulang. Oleh karena
itu, tulang keropos dianggap sebagai si pembunuh diam-diam. Tulang yang keropos
terlihat berlubang-lubang seperti karet spons. Wanita yang telah keropos tulangnya
mudah diamati dari sikap berdiri yang tidak bisa tegap lagi.9,10,18
Osteoporosis dan massa tulang rendah menyerang sekitar 43,6 juta orang
Amerika "America's Bone Health" Lembaga Osteoporosis Nasional, 2002 yang
sebagian besar di antaranya adalah kaum wanita. Akibatnya, populasi ini mengalami
peningkatan resiko fraktur, terutama panggul dan tulang belakang.19
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang oleh World Health Organisation
(WHO), 1994 dikatakan sebagai "progressive sistemic skeletal disease
characterised by low bone mass and microarchitectural deterioration of tissue,
with a consequent increase in bone fragility and susceptibility to
fracture.1,2,6,11,20
Osteoporosis, yang berarti tulang keropos. Komponen tulang terdiri atas
kalsium dan fosfat yang menyokong matrix tulang. Penyebab terjadinya fraktur
adalah penyakit tulang sistemis dimana tulang mengalami kehilangan massa tulang
Universitas Sumatera Utara
-
dan kerusakan konstruksi trabekula tulang, sehingga kortex menjadi lebih tipis dan
medula lebih spongius atau berongga. Konsekuensinya tulang menjadi lebih rapuh
dan mudah patah.20,22
Kalsium dan fosfat merupakan dua mineral yang penting untuk pembentukan
tulang. Pada usia muda, tubuh menggunakan dua mineral ini untuk membentuk
tulang. Apabila asupan kalsium tidak mencukupi atau tubuh tidak memperoleh cukup
kalsium dari makanan, maka pembentukan tulang dan jaringan tulang akan
terganggu. Seiring dengan bertambahnya usia, dimana absorpsi kalsium menurun
sehingga akan melemahkan jaringan tulang.17,20,22
Keadaan ini dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dengan prevalensi
osteoporosis dapat terjadi pada 1 dari 3 wanita usia lanjut. Pada wanita menopause
kadar estrogen mulai menurun sehingga mulai terjadi gangguan keseimbangan
antara bone resorption (penyerapan fulang) oleh osteoklas dan bone formation
(pembentukan tulang) oleh osteoblas.10,17,23,24,25
Di Indonesia data yang pasti mengenai jumlah osteoporosis belum
ditemukan. Data retrospektif osteoporosis yang dikumpulkan di UFT Makmal
Terpadu Imunoendokrinologi, FKUI, dari 1690 kasus osteoporosis, ternyata yang
pernah mengalami patah tulang femur dan radius sebanyak 249 kasus (14,7%).12
Demikian pula angka kejadian pada fraktur hip, tulang belakang dan wrist di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2001-2005, meliputi 49 dari total 83 kasus fraktur
hip pada wanita usia >60 tahun. Terdapat 8 dari 36 kasus fraktur tulang belakang
dan terdapat 53 dari 173 kasus fraktur wrist. Dimana sebagian besar terjadi pada
wanita >60 tahun dan disebabkan oleh kecelakaan rumah tangga.23,24,26
Universitas Sumatera Utara
-
2.1.2. KOMPOSISI TULANG
Unsur-unsur yang membentuk tulang adalah :27
a. Sel-sel tulang : osteoblas, asteoklas, osteosit
b. Mineral (65%)
c. Matriks (35%)
d. Air
Dilihat dari beratnya diperkirakan jaringan tulang terdiri dari 65% mineral bahan
anorganis 5-8% air dan sisanya terdiri dari bahan organis atau matriks ekstraselular,
95% mineral merupakan kristal hidroksiapatit, dan sisanya 5% terdiri dari bahan
anorganis, 98% dari bahan organis mengandung jaringan kolagen tipe I dan sisanya
2% terdiri dari beberapa protein non kolagen. Pada osteoporosis, rasio antara zat
organis dan anorganis adalah seimbang.27
a. Sel-sel tulang
Metabolisme tulang diatur oleh sel tulang (Osteoblas, Osteoklas, Osteokosit)
yang dapat memberikan reaksi terhadap rangsangan. Rangsangan spesifik diatur
oleh reseptor sel yang terdapat pada membran sel atau di dalam sel. Reseptor yang
berada di membran sel mengikat rangsangan dari luar dan kemudian mengirimkan
informasi tersebut ke inti sel melalui mekanisme transduksi.27
Sementara itu reseptor di dalam sel (sitoplasma atau intisel) dapat mengikat
rangsangan (biasanya hormon steroid) yang melewati membran sel dan masuk
kedalam sel untuk memindahkan efektor ke inti yang didalamnya terdapat kompleks
Universitas Sumatera Utara
-
reseptor steroid yang terikat pada asam deoksiribonukleat (DNA) spesifik dari
rangkaian gen.27
b. Mineral
Susunan utama dari mineral adalah kalsium yang analog dengan kristal
kalsium Phospat dengan rumus kimia 3 Ca3 (PO)2 Ca (OH)2 yang dikenal sebagai
kristal kalsium hidroksiapatit. Kalsium hidroksiapatit berbentuk piringan kristal tajam
seperti jarum, berbeda di dalam dan diantara serat kolagen dengan panjang 20-80
nm dan tebal 2-5 nm. Kristal ini tidak murni tapi mengandung unsur lain yaitu
senyawa karbonat, senyawa sitrat, dengan unsur magnesium, natrium, dan fluorida
yang dapat dijumpai pada sisi dari kristal atau terserap ke dalam sampai
kepermukaan kristal.27
c. Matriks tulang
Matriks tulang adalah bentuk organis tulang. Sekitar 35% dari berat tulang
kering mengandung 98% kolagen dan sisanya 2% terdiri dari beberapa macam
protein non kolagen. Kolagen adalah protein dengan daya larut yang sangat rendah,
berbentuk tripel helik, terdiri dari 2 rantai a1(I) dan a2(II) berbentuk silang ( cross
linked ) dengan ikatan hidrogen antara hidroksi protein dan residu lainnya. Setiap
molekul berada dalam satu garis bersama dengan lainnya dan membentuk serat
kolagen. Golongan protein non kolagen yang jumlahnya banyak adalah osteonektin
dan osteokalsin ( bone-Glaprotein).27
Osteokalsin adalah protein kecil yang jumlahnya 10-12% dari protein non
kolagen dan erat hubungannya dengan fase mineralisasi tulang. Osteonektin adalah
Universitas Sumatera Utara
-
protein besar yang disekresi oleh osteoblas (OBL) yang berfungsi mengikat kolagen
dan hidroksiapatit.27
2.1.3. FISIOLOGIS PEMBENTUKAN TULANG
Tulang dibentuk di dalam kandungan mulai trimester 3 kehamilan yang
disebut tulang woven, setelah lahir menjadi tulang lameral yang hanya mengandung
25 gr kalsium dan selanjutnya berkembang terus karena pengaruh lokal dan sistemik
serta meningkatkan kalsium sampai 1000 gr saat tulang mencapai
kematangan.3,17,23
Massa tulang terbentuk dari masa bayi sampai mencapai puncaknya sewaktu
usia dewasa, nilai ini ditentukan oleh faktor genetik nutrisi, kegiatan fisik dan
penyakit. Makin tinggi nilai masa tulang ini dicapai akan semakin makin baik, setelah
puncak dicapai pada umur 30 tahun, maka kurva akan mendatar (plateau) dan
kemudian sekitar umur 40 tahun kurva mulai menurun. Kecepatan laju penurunan
sekitar 1 % per tahun.3,23,28
Selama perkembangannya tulang terus membutuhkan kalsium yang sangat
tinggi sampai masa pubertas dimana proses kematangan hormon reproduksi,
estrogen pada wanita dan testosteron pada laki-laki. Karena pengaruh anabolik dan
prekursor estrogen terjadilah proses bone remodeling atau pergantian masa
tulang.3,23,28
Proses remodeling ini melalui 2 tahap yaitu oleh tahap bone formation atau
pembentukan tulang oleh osteoblas dan tahap bone resorption resorpsi atau
penyerapan tulang oleh osteoklas. Sebagai puncak pembentukan terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
-
wanita usia 30 tahun dan akan mengalami penurunan pada masa menopause
sampai usia lanjut.3,23,28
2.1.4. MODELING DAN REMODELING TULANG
Tulang merupakan jaringan yang hidup secara terus menerus mengalami
pembentukan dan perombakan (resorpsi). Tulang mempunyai kemampuan untuk
membentuk dirinya sendiri secara terus menerus melakukan suatu cara yang teratur.
Pada usia muda menjelang 20 tahun proses pembentukan tulang sangat aktif, jauh
melampaui proses penyerapan tulang. Pada usia 20 - 40 tahun kedua proses hampir
sama aktif, sedangkan di atas 40 tahun proses resorpsi lebih aktif dibandingkan
proses pembentukan tulang. Akibatnya massa tulang jadi lebih kecil.29,30
Pembentukan tulang terjadi melalui 4 tahap. Pertama-tama tulang yang sudah
tua diserap dan kemudian dibentuk tulang baru. Dalam proses ini sel-sel osteoklas
dan osteoblas memegang peranan. Adapun proses pada kortikal (compact) bone
dan spongios (concellus) bone.29,30,31
1. Pembentukan osteoblas dan fungsinya
Sel osteoblas terbentuk dari sel prekursor yang kemudian berdiferensiasi
menjadi sel osteoblas matang. Sel prekursor adalah stem sel dari sum-sum tulang
yang disebut stem sel mesenkim (mesenchymal stem cell l [MSC]). Beberapa sel
osteoblas berdiferensiasi lebih sampai menjadi osteosit. Osteosit membentuk lebih
dari 90% sel tulang pada orang dewasa. Osteosit dianggap yang terlibat dalam
respon tulang terhadap beban mekanis.29,30,31
Beberapa protein dan kelompok protein diperlukan dalam menentukan
osteoblas. Tiga protein tersebut adalah.29,30,31
Universitas Sumatera Utara
-
1.1. Bone Morphogenic Proteins (BMP's)
Suatu kelompok protein yang disebut Bone Morphogenic Proteins (BMP's)
menarik mesenchymal stem cell (MSC) untuk memulai proses diferensiasi menjadi
sel osteoblas yang matang. BMPs tidak bekerja secara langsung terhadap stem sel
mesenkim (mesenchymal stem cell [MSC]), tetapi bekerja dengan cara mengaktifkan
gen yang lain.29,30,31
1.2. Core Binding Factor Alpha (Cbfa 1)
Cbfa 1 merupakan faktor transkripsi yang penting bagi diferensiasi MSC
menjadi sel osteoblas yang matang. Cbfa 1 dieksresikan pada osteoblas dan juga
terlibat dalam diferensiasi kondrosit. Kondrosit juga diturunkan dari sel mesenkim
dan terlibat dalam proses pembentukan tulang. Cbfa 1 mengaktifkan transkripsi dari
beberapa gen yang terlibat pada fungsi tulang, terutama zat ini akan berikatan pada
daerah promotor dari gen osteokalsin. Osteokalsin adalah protein yang disekresikan
dari osteoblas dan dapat memiliki efek penghambat pada fungsi osteoblas.29,30,31
1.3. Osterix (Osx)
Osterix merupakan protein yang diperlukan pada diferensiasi osteoblas yang
bekerja di bawah Cbfa1 (eksresi osterix memerlukan Cbfa1 bukan sebaliknya).
Osterix adalah zink yang mengandung faktor transkripsi dan terdapat pada tulang
yang sedang berkembang.29,30,31
2. Pembentukan Osteoklas dan Fungsinya.
Sel osteoklas juga terbentuk dari sel prekursor yang kemudian berdiferensiasi
menjadi sel osteoklas matang. Sel prekursor adalah stem sel hematopoetik yang
disebut monosit. Osteoklas mengabsorbsi tulang dengan cara menempel pada
Universitas Sumatera Utara
-
permukaan tulang dan menurunkan pH sekelilingnya sehingga mencapai kadar
asam sekitar 4,5. Mineral tulang kemudian menjadi larut dan kolagen menjadi
pecah.29,30,31
Diferensiasi dan fungsi osteoklas terutama diatur dengan: 30,31
1. Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-CSF)
Macrophage Colony-Stimulating Faktor (M-CSF) diperlukan untuk
kelangsungan dan diferensiasi prekursor osteoklas. Zat ini dibentuk oleh sel
osteoklas. M-CSF membantu diferensiasi osteoklas dengan cara berikatan pada
reseptornya (c-Fms) pada awal prekursor osteoklas. Ketiadaan 1v1-CSF akan
menyebabkan terhentinya diferensiasi pada tahap preosteoklas.30,31
2. Receptor for Activation of Nuclear Factor Kappa 8 Ligand (RANKL)
RANKL merupakan reseptor yang berada pada permukaan sel prekursor
osteoklas. RANKL diekspresikan pada permukaan sel osteoblas dan berikatan
dengan (merupakan suatu ligand) RANKL. Pengikatan RANKL ke RANKL
menyebabkan diferensiasi dan pematangan sel prekursor osteoklas menjadi sel
osteoklas matang. Ikatan ini menghasilkan suatu kaskade, yaitu aktivasi Nuclear
Factor Kappa B (NF-Kappa B), sesuai dengan namanya. Ketiadaan NF-Kappa g
dapat menyebabkan penyakit tulang berupa osteoporosis.30,31
3. Osteoprotegerin (OPG)
Osteoprotegerin (OPG) dibentuk oleh osteoblas (seperti halnya sejumlah jenis
sel lainnya) dan menghalangi pembentukan osteoklas dan resorpsi tulang. Zat ini
juga berkaitan dengan RANKL (Receptor for Activation of Nuclear Faktor Kappa 8
Ligand), Ketika OPG berikatan dengan RANKL maka ini akan mencegah RANKL
Universitas Sumatera Utara
-
berikatan dengan RANKL, sehingga menyebabkan hambatan terhadap
pembentukan osteoklas.30,31
2.1.5. KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS
Osteoporosis diklasifikasikan atas:26,32
1. Osteoporosis primer
Dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Dihubungkan dengan faktor resiko
meliputi merokok, aktifitas, berat badan rendah, alkohol, ras kulit putih asia, riwayat
keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium yang rendah.26,32
a. Tipe I (post manopausal)
Terjadi 5-20 tahun setelah menopause (55-75 tahun). Ditandai oleh fraktur
tulang belakang tipe crush, Colles' fraktur, dan berkurangnya gigi geligi. Hal
ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut. Dimana
jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi estrogen.26,32
b. Tipe II (senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul
dan. tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar
terjadi pada usia tersebut.26,32
2. Osteoporosis sekunder
Dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi gangguan
tiroid hiperparatiroidisme, hipertirodisme, multipel mieloma, gagal ginjal kronis,
malnutrisi, pemakaian kortikosteroid yang lama.26,32
Universitas Sumatera Utara
-
2.1.6. PATOFISIOLOGI OSTEOPOROSIS
Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan
berkurangnya massa tulang dan adanya kerusakan dari arsitektur tulang sehingga
terjadi peningkatan kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan mudah terjadi
fraktur. Massa tulang yang berkurang akan membuat tulang semakin tipis dan rapuh
sehingga mudah patah pada trauma yang ringan.33
Bone remodelling terjadi seumur hidup dan mencapai puncaknya saat
dewasa (sekitar umur 30 tahun) kemudian menurun sesuai pertambahan umur,
kemudian terjadi keseimbangan antara aktivitas osteblastik dan osteoklastik
(pembentukan dan resorpsi tulang). Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh
hormon estrogen, paratiroid dan kalsitriol.33
Pada pasca menopause, terjadi penurunan estrogen yang dapat
menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang, dan diduga berhubungan dengan
peningkatan sitokin. Resorpsi tulang tersebut akan meningkatkan kadar kalsium
dalam darah dan menyebabkan penekanan terhadap hormon paratiroid. Kadar
hormon paratiroid yang rendah sering dijumpai pada penderita osteoporosis, yang
juga akan menurunkan kadar 1,25 dehydroxy vitamin D (kalsitriol), sehingga
penyerapan kalsium jadi menurun.20,33
Telah banyak diketahui bahwa osteoporosis pasca menopause menunjukkan
bahwa ada gangguan penyerapan kalsium serta rendahnya kadar 1,25 Dehydroxy
vitamin D dalam darah.2,20,33
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan penyerapan kalsium pada usus adalah.33
Vitamin D
Universitas Sumatera Utara
-
Hormon paratiroid
Diet rendah Kalsium
Enzim dan cairan garam empedu
Menyusui
Kehamilan
Laktosa
Estrogen
Alkalosis
Faktor faktor yang dapat menurunkan penyerapan kalsium adalah.33
Pertambahan umur
Glukokortikoid
Hormon Tiroid
Diet fosfat yang berlebihan
Asam lemak yang berlebihan
Defisiensi magnesium
Reseksi lambung
Asidosis metabolik
Obat-obat Thiazide
Universitas Sumatera Utara
-
Selain di usus, penyerapan kalsium juga terjadi dilakukan oleh resorpsi dalam
tubulus ginjal, baik secara interselular maupun transelular.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resorpsi di tubulus ginjal antara lain:33
PTH
Kalsitonin
Estrogen
Vitamin D
Alkalosis
Sedangkan yang dapat menurunkan resorpsi kalsium di tubulus ginjal adalah:33
Glukokortikoid
Mineralokortikoid
Renal tubular disorder
Magnesium Infusion
Diuretik
Asidosis
Imobilisasi yang lama
2.1.7. FAKTOR RESIKO OSTEOPOROSIS
Terdapat dua macam faktor resiko terjadinya osteoporosis yaitu faktor resiko
yang dapat dikendalikan (dalam hal ini adalah jumlah kalsium yang kita konsumsi
untuk membentuk tulang) dan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
Universitas Sumatera Utara
-
(berkurangnya massa tulang seiring dengan bertambahnya usia). Lokasi fraktur
yang paling sering terjadi adalah pada pinggul dan tulang belakang.34,35,36
Beberapa faktor resiko antara lain :1,6,8,34,35,37,38
1. Faktor genetik : Apabila ada sejarah osteoporosis dalam keluarga, 60-80%
kemungkinan akan menderita osteoporosis.
2. Jenis kelamin wanita : 80% penderita osteoporosis adalah wanita.
3. Masalah medis kronis: Individu dengan asma, diabetes, hipertiroidisme,
penyakit liver, atau reumatoid artritis akan meningkat resiko terjadinya
osteoporosis.
4. Defisiensi hormon : Menopause pada wanita dan penanganan medis
tertentu pada pria dapat mengakibatkan defisiensi hormon estrogen dan
androgen yang merupakan penyebab utama osteoporosis pada pria dan
wanita.
5. Alkohol : Konsumsi alkohol yang berlebihan merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya osteoporosis.
6. Merokok : Dari beberapa penelitian, merokok dapat meningkatkan resiko
terjadinya fraktur tulang betakang pada pria dua sampai tiga kali lipat
dibandingkan dengan pria yang tidak merokok.
7. Kurangnya olahraga : Tulang memerlukan stimulasi latihan untuk
mempertahankan kekuatannya. Tanpa latihan tulang akan kehilangan
densitas dan menjadi lemah.
Universitas Sumatera Utara
-
8. Faktor lain : Seperti kelainan makanan, berat badan yang rendah, jumlah
kalsium yang rendah dalam makanan, menopause dini, absennya periode
menstruasi (amenorea) dan penggunaan obat-obat seperti steroid dan
antikonvulsan yang juga merupakan faktor osteoporosis. Glukokortikoid
juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas tulang.
2.1.8. FAKTOR LAIN YANG TERLIBAT DALAM OSTEOPOROSIS
1. Hormon Paratiroid (Parathyroid Hormone)
Hormon paratiroid merupakan suatu polipeptida asam amino, yang diproduksi
oleh kelenjar paratiroid. Kelenjar paratiroid terdiri 4 struktur kecil yang terletak di
belakang kelenjar tiroid. Hormon paratiroid merangsang resorpsi tulang sehingga
terjadi peningkatan kadar kalsium darah. Hormon paratiroid tidak dapat berikatan
erat dengan reseptor pada osteoklas, sehingga tidak dapat mempengaruhi secara
langsung perilaku osteoklas. Tetapi hormon ini dapat berikatan dengan reseptor
pada sel osteoblas, yang dapat menstimulasi pembentukan tulang. Telah dipercaya
bahwa ikatan antara hormon paratiroid dengan sel osteoblas menghasilkan
peningkatan ekspresi RANKL, sehingga secara tidak langsung terjadi peningkatan
aktivitas osteoklas.8,20,30,39,40,41
2. Estrogen
Pada wanita menopause terjadi penurunan kadar hormon estrogen sehingga
terjadi peningkatan resorpsi tulang. Kadar estrogen yang menurun pada wanita yang
telah menopause, menghasilkan peningkatan resorpsi tulang. Keadaan ini
disebabkan adanya peningkatan dalam jumlah osteoklas. Estrogen secara langsung
Universitas Sumatera Utara
-
atau pun tidak langsung dalam pengaturan jumlah molekul yang memiliki efek pada
osteoklas.8,20,30,39,40,41
3. Kalsium
Untuk membentuk tulang dibutuhkan kalsium dalam jumlah yang besar.
Jumlah kalsium yang besar digunakan untuk membentuk tulang. Bahkan 99 %
kalsium dalam tubuh terdapat dalam bentuk tulang yang disimpan dalam bentuk
Ca3(POa)2. Walaupun suplemen, kalsium dianjurkan untuk mencegah atau
memperlambat. terjadinya osteoporosis, tetapi kegunaannya terbatas. Kalsium tidak
diserap dengan mudah, ketika diberikan dalam bentuk kalsium karbonat, yang
merupakan bentuk paling sering digunakan dalam suplemen. Kalsium dalam susu
mungkin merupakan cara yang paling efekif dalam meningkatkan kadar kalsium.
Tetapi pilihan ini akan sulit dilakukan pada orang-orang dengan intoleransi laktosa.
Kalsium karbonat tidak larut dalam air, tetapi dalam cairan asam mungkin dapat
diserap lebih baik. Juga kalsium glukonat dan kalsium laktat dapat diserap lebih
baik. 8,20,30,39,40,41
4. Kalsitonin
Kalsitonin merupakan hormon polipeptida asam amino 32 yang dapat
menghambat resorpsi dengan cara menghalangi aktivitas osteoklas. Kalsitonin
diproduksi oleh sel tiroid. Sel-sel ini melepaskan kalsitonin ketika kadar kalsium
darah meningkat. Sel-sel tulang merespon kalsitonin dengan cara memindahkan
kalsium dalam darah dan menyimpannya dalam tulang, sementara sel ginjal akan
membantu meningkatkan ekskresi. 8,20,30,39,40,41
5. Vitamin D / Kalsitrol
Universitas Sumatera Utara
-
Bentuk aktif vitamin D dikenal sebagai kalsitrol. Vitamin D bekerja
meningkatkan jumlah kalsium yang diserap oleh usus. Vitamin D merangsang
menginduksi osteoblas untuk memproduksi RANKL. Salah satu prekursor vitamin D
adalah kalsitrol, yang dibentuk oleh kulit ketika terpapar matahari. Hormon paratiroid
diperlukan sebagai langkah terakhir dalam pembentukan vitamin D. Defisiensi
vitamin D dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang pada anak-anak yang dikenal
sebagai Ricket. Pada orang dewasa kekurangan vitamin D akan menyebabkan
kelemahan pada tulang sehingga terjadi osteomalasia. Dosis harian vitamin D yang
diberikan adalah 700 hingga 800 IU. 8,9,20,30,39,40,41
6. Leptin
Leptin adalah hormon yang dibentuk oleh sel lemak yang dilepaskan dalam
darah, jumlah leptin yang dilepaskan dalam darah tergantung dari jumlah lemak
tubuh yang ada. Leptin kemudian dibawa ke otak kemudian berikatan dengan
neuron hipotalamus. Salah satu efek dari leptin adalah kekurangan nafsu makan dan
meningkatkan kegunaan energi tubuh. Obesitas kadang-kadang disebabkan adanya
resistensi terhadap efek penurunan nafsu makan dari leptin. Orang yang kelebihan
berat badan cenderung tidak banyak mengalami osteoporosis untuk jangka waktu
yang lama dan tidak diketahui sebabnya. Akhir-akhir ini ditemukan adanya
hubungan antara leptin dan penurunan masa tulang.30,38,40,41,42
7. Interferon beta
Pada april 2002 kelompok Tadatsugu taniguchi dari Universitas Tokyo
menyajikan bukti keterlibatan interferon beta pada diferensiasi osteoklas. Mereka
mengajukan bukti bahwa osteoklas dapat berpengaruh terhadap diferensiasi sendiri
dan fungsi pada mekanisme umpan balik negatif. Trankripsi faktor c-Fos yang
Universitas Sumatera Utara
-
diaktifkan oleh RANKL telah lama diketahui. Kelompok Taniguchi percaya bahwa c--
Fos dapat secara langsung mengaktifkan ekspresi dari gen. Interferon beta dapat
menyebabkan penurunan kadar c-Fos sehingga mendesak fungsi osteoklas.
30,38,40,41,42
8. Vitamin K
Osteokalsin memerlukan tambahan kelompok karboksil agar dapat menjadi
aktif dan vitamin K diperlukan agar karboksil dapat ditambahkan. Osteokalsin adalah
protein yang disekresikan dari sel osteoblas dan dapat memiliki efek pada fungsi
osteoblas. Secara umum, vitamin K membantu pembentukan tulang dan dapat
menurunkan resorpsi lemak. 30,38,40,41,42
9. Faktor pertumbuhan ( Growth Factor)
Faktor pertumbuhan merupakan protein yang terlibat dalam replikasi,
diferensiasi dan fungsi sel. Banyak dari mereka yang memiliki peran penting dalam
tulang. Di bawah ini adalah yang paling penting: 30,38,40,41,42
Insulin -Like Growth Faktor-I (IGF-I)dan II(IGF-II)- keduanya terlibat dalam pembentukan tulang.
Transforming Growth Faktor Beta (TGF-B)-terlibat dalam pembentukan tulang dan resorbsi.
10. Apoliprotein E
Apoliprotein E adalah protein yang diperlukan dalam pertumbuhan lipoprotein
dengan kepadatan sangat rendah (Very Low-Density Lipoprotein [VLDL]) dan
lipoprotein dengan kepadatan tinggi (High Density Lipoprotein [HDL]). Salah satu
variasi gen Apoliprotein E (Apoliprotein E4) yang telah diketahui, memiliki kaitan
Universitas Sumatera Utara
-
untuk meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Hal ini belum diketahui
mengapa, tetapi hal itu mungkin berkaitan dengan kadar vitamin K. 30,38,40,41,42
Universitas Sumatera Utara
-
2.1.9. GEJALA-GEJALA PENGEROPOSAN TULANG
Osteoporosis dikenal sebagai silent disease karena pengeroposan tulang
terjadi secara progresif selama beberapa tahun tanpa disertai dengan adanya
gejala. Beberapa gejala yang terjadi umumnya baru muncul setelah mencapai tahap
osteoporosis lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada kondisi osteoporosis
adalah : fraktur tulang, postur yang bungkuk (Toraks kifosis atau Dowager's hump),
berkurangnya tinggi badan, nyeri pada punggung, nyeri leher dan nyeri tulang.6,30,38
Fraktur yang terjadi pada leher femur dapat mengakibatkan hilangnya
kemampuan mobilitas penderita baik yang bersifat sementara maupun menetap.
Fraktur pada distal radius akan menimbulkan rasa nyeri dan terdapat penurunan
kekuatan genggaman, sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi gerak.2,2,
Sedangkan tanda dan gejala fraktur vertebra adalah nyeri punggung, penurunan
gerak spinal dan spasme otot di daerah fraktur. Semua keadaan di atas
menyebabkan adanya keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.2,6,27,34
2.1.10. DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Oleh karena penyediaan DEXA dan pemeriksaan laboratorium masih sangat
terbatas maka untuk menegakkan diagnosis osteoporosis pemeriksaan klinis berupa
anamnesis yang luas dan pemeriksaan fisik yang teliti masih merupakan
pegangan.4,9
Anamnesis meliputi keadaan kesehatan, aktivitas sehari-hari, pemakaian
obat-obatan, riwayat merokok dan minum alkohol dan penyakit-penyakit sebagai
faktor predisposisi misalnya penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit endokrin,
Universitas Sumatera Utara
-
defisiensi vitamin D atau kurang terpapar sinar matahari, penyakit saluran cerna,
penyakit reumatik, riwayat haid / menopause dan lain-lain.4,9
Pemeriksaan fisik dengan melihat pada tulang vertebra dengan melihat
adanya deformitas / kiposis, nyeri, tanda-tanda fraktur, adanya fraktur, penurunan
tinggi badan dan adanya tanda-tanda penyakit yang dijumpai pada anamnesis.4,9
Pemeriksaan fisik hendaknya menyeluruh, misalnya pembesaran tiroid pada
pasien dengan sangkaan parathyroidism. Fraktur adalah merupakan manifestasi
lanjut dari osteoporosis. Daerah yang sering mengalami fraktur adalah vertebra,
pergelangan tangan, colum femoris clan proksimal humerus. Munculnya Dowager's
Hump (curvatura punggung) pada pasien tua menunjukkan adanya fraktur multipel
pada vertebra dan adanya penurunan volume tulang.4,9
Aktivitas tubuh yang kurang apalagi sejak usia muda cenderung menimbulkan
osteoporosis. Orang yang pekerjaannya selalu dalam posisi duduk lebih sering
menderita osteoporosis dibandingkan orang yang selalu sibuk dan sering bergerak.
Wanita pasca menopause berumur 60 tahun sering kali disertai adanya
osteoporosis.4,9
2. Pemeriksaan Densitometri Tulang
DEXA (Dual Energy X-ray Absorbsimetry) masih merupakan pemeriksaan
gold standart untuk mendiagnosis osteoporosis. Dengan bone mass densitometri
atau bone mineral content suatu kelompok kerja WHO yang telah membuat suatu
klasifikasi yang praktis sebagai berikut:1,2,4,8,9,20,33,37
BMD orang normal BMD diatas -1 SD rata-rata nilai BMD orang dewasa muda normal (T-score)
Universitas Sumatera Utara
-
BMD rendah osteopenia BMD antara -1 SD sampai -2,5 SD Osteoporosis BMD < -2,5 SD Osteoporosis Berat BMD -2,5 SD disertai adanya fraktur
Klasifikasi tersebut di atas sebenarnya hanya ingin memberikan peringatan
bahwa derajat bone mineral density tertentu, seseorang menunjukkan resiko untuk
mengalami fraktur. Semakin rendah densitas mineral tulang maka semakin besar
resiko untuk mengalami fraktur.1,2,4,8,9,20,33,37
Tidak semua daerah, maupun rumah sakit di Indonesia dilengkapi dengan
fasilitas DEXA dan jikapun ada biaya untuk pemeriksaan dengan alat ini cukup
mahal. Dengan adanya hambatan tersebut di atas maka dicoba untuk mencari
alternatif pemeriksaan yang mungkin lebih sederhana lebih murah dan tepat sebagai
petunjuk adanya osteoporosis. Beberapa alat yang dipakai adalah:13,16,33,43
Quantitative Computed Tomography Peripheral QCT Ultrasonometry
Prinsip dasar Densitometri
Penilaian dan pengukuran densitas tulang (Bone mineral density test)
merupakan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif. Densitas tulang dilaporkan dalam
satuan mg/cm2. WHO membagi densitas tulang ke dalam : (a) lebih dari 833 mg/cm2
adalah normal. (b) antara 648-833 mg/cm2 adalah dimasukkan kedalam osteopenia,
sedangkan (c) kurang dari 648 mg/cm2 adalah osteoporosis. Hasil pemeriksaan
densitometri dapat dibaca dalam bentuk T-score.4,13,16,43
Selain untuk diagnosis awal osteoporosis, densitometri juga dapat
dipergunakan untuk follow up pasca pengobatan. Banyak metode yang telah
Universitas Sumatera Utara
-
diperkenalkan dan semuanya berada dalam ruang lingkup radiologi mulai dari
pemanfaatan radio isotop (SPA dan DPA), X-ray (DEXA), CT scaning (QCT) clan
bahkan yang terakhir adalah penggunaan ultrasonografi yang paling belakangan
diakui oleh FDA, dan Bone Sonometer tahun 1998. Tehnik yang sering paling sering
digunakan adalah dengan dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA), dan tehnik ini
lebih sensitif dan akurat dalam menilai densitas mineral tulang.4,13,16,43
Empat metode tersebut yang diukur adalah tingkat kepadatan mineral tulang
(Bone mineral density). Pemeriksaan densitometri tersebut bersifat non invasif
dengan akurasi dan presisi yang tinggi.44
Tipe pemeriksaan densitas mineral tulang.44
DEXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry), mengukur tulang belakang,
panggul atau total tubuh.
pDEXA (peripheral Dual Energy X-ray Absorptiometry), mengukur
pergelangan, tumit. atau jari.
SXA (single Energy X-ray Absorptiometry), mengukur pergelangan atau tumit
QUS (Quantitative Ultrasound) menggunakan gelombang suara untuk
mengukur densitas pada tumit dan lutut.
QCT (Quantitative Computed Tomography), banyak digunakan pada
pemeriksaan tulang belakang.
pQCT (Peripheral Quantitative Computed Tomography) mengukur
persendian.
RA (Radiographic Absorptiometry), menggunakan x-ray pada tangan dan
metal kecil untuk menghitung densitas tulang.
Universitas Sumatera Utara
-
DPA (Dual Photon Absorptiometry), mengukur tulang belakang, panggul atau
total tubuh.
SPA (Single Photon Absorptiometry), mengukur pergelangan.
a. Single Photon Absorptiometry (SPA)
Alat ini memanfaatkan isotop yang dengan poton monoenergic biasanya 1-
125. Tulang yang dijadikan tempat pengukuran adalah tulang-tulang di perifer pada
1/3 distal os radius.10,13,35,39
Tidak sensitif untuk melihat perubahan pada tulang trabekular dimana
destruksi pada tulang trabekular lebih tinggi dibanding tulang kortikal. Keuntungan
utama SPA adalah relatif lebih mudah dan adekuat untuk melihat penurunan massa
korteks tulang.
Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan berkisar sekitar 10-15 menit, dengan
tingkat presisi 1-2% clan paparan radiasi 2-5 mrem.10,13,35,39
b. Dual Photon Absorptiometry (DPA)
Dengan alat ini tulang yang dinilai adalah tulang axial/sentral yaitu tulang
vertebra lumbal. Berbeda dengan SPA, sistem ini memakai isotop 2 energi, yaitu
dengan radio nuklir, Gadolinium-153. Dari banyak laporan, pengukuran dengan
DPA, terlihat hasil lebih efektif untuk menentukan ada tidaknya osteoporosis pada
kasus yang diperiksa. Metode ini mempunyai nilai presisi 1,1-3,7% dan akurasi 90-
97%. Mampu mengukur material radio-opak yang dilalui oleh sinar misalnya osteofit,
perkapuran dalam aorta atau ligamen. Karena harganya yang mahal dan
membutuhkan waktu yang lama dalam pemeriksaan, alat ini tidak digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
-
penjajakan rutin. Waktu peneraan alat ini 20-45 menit dengan paparan radiasi 5-10
mrem.10,13,35,39
c. Dual X-ray Absorptiometry (DEXA)
DEXA merupakan metode gold standar untuk diagnosis osteoporosis.
Kelemahan metode SPA dan DPA yang sumber energinya berasal dari radio isotop
adalah ketidakstabilannya oleh karena sifat isotop yang dapat menurun setiap waktu
ini tidak terdapat pada metode Xray.10,13,35,39
Salah satu keuntungan densitometer DEXA dibandingkan DPA antara lain,
metode ini bisa mengukur dari banyak lokasi, misalnya pengukuran vertebral dan
lateral, sehingga pengaruh bagian belakang corpus dapat dihindari sehingga presisi
pengukuran lebih tajam. Keuntungan lainnya adalah paparan radiasi yang minimal,
yaitu sebesar 3 mrads. Unit pengukuran densitas tulang dengan DEXA adalah
densitas area (g/cm2).10,13,35,39
DEXA saat ini lebih banyak digunakan untuk penjajakan osteoporosis
menggantikan DPA, karena presisi yang lebih tinggi (0,6-1,5%). Dengan adanya
DEXA, maka banyak institusi radiologi yang menggantikan pesawat DPA-nya
dengan pesawat DXA, apalagi diketahui bahwa dosis permukaan pada penderita
lebih kecil dari pada pemeriksaan dengan DPA (2,5 m.rem, dibandingkan 5m.rem
pada DPA). DEXA juga lebih sensitif dan akurat dalam menentukan densitas mineral
tulang.10,13,35,39
d. Quantitative Computed Tomography (QCT)
Quantitative CT densitometer mempunyai keunggulan dibandingkan pesawat
yang lainnya. QCT densitometer dapat digunakan untuk mengukur densitas tulang
Universitas Sumatera Utara
-
dalam 3 dimensi, karena kemampuannya dalam melakukan pemeriksaan dengan
irisan axial.13,39,42
Perbedaannya dengan pesawat CT Scan yang sudah ada, terletak pada
perangkat lunak dan phantom kalibrasi standart yang tidak dipunyai pesawat CT
Scan Imaging dan ini dapat diinstalkan. Phantom tersebut berisi cairan yang
mengandung kalium fosfat. Akhir-akhir ini sudah ada perkembangan baru dari
phantom ini yang terbuat dari bahan solid dan mengandung kalsium. 13,39,42
Akurasi dan presisi pengukuran densitas tulang dengan QCT sangat
dipengaruhi oleh ukuran tubuh penderita, kurus atau gemuk. Keterbatasan
penggunaan pesawat ini adalah biaya yang tinggi sehingga biaya pemeriksaan per-
penderita lebih mahal dibandingkan dengan pesawat SPA, DPA atau DEXA.
Paparan radiasi pada penderita sekitar 25 mrem. 13,39,42
Pemeriksaan dengan QCT diperlukan dosis radiasi yang tinggi dengan
paparan radiasi pada penderita sekitar 25 mrem. Keterbatasan penggunaan alat ini
adalah dosis radiasi yang tinggi dan memerlukan teknik yang canggih dan mahal.
Waktu yang dibutuhkan untuk peneraan 10-20 menit dengan tingkat presisi 3-15% (
rata-rata 7%) dan paparan radiasi 100-1000 mrem. 13,39,42
e. Bone Sonometer (Quantitative Ultra Sound / QUS)
Pesawat sonografi pada densitometri ini tidak berbeda dengan pesawat USG
yang biasa kita kenal pada pemeriksaan abdomen atau obstetric. 13,39,42
Frekwensi gelombang suara yang dipergunakan sekitar 0,2 sampai 0,5 MHz
(bandingkan dengan USG yang biasa dipakai untuk pemeriksaan abdomen atau
obstetri, yaitu 3,5 MHz dan untuk payudara sekitar 5-7,5 MHz), berarti panjang
Universitas Sumatera Utara
-
gelombang makin panjang dengan daya tembus makin dalam. Dengan USG
pengukuran densitas mineral tulang dilaksanakan dengan cara yang tidak
berbahaya, relatif murah, mudah dan tidak memerlukan radiasi. Dengan
ultrasonografi ini dapat diukur densitas mineral pada tulang-tulang perifer seperti
tumit, tempurung lutut, jari dan tulang tibia. 13,39,42
Gambar 1. Quantitative Ultra Sound / QUS
Penggunaan USG pada densitometri ini baru diakui oleh FDA pada tahun
1998 yang berarti layak pakai sebagai alat pemeriksaan untuk osteoporosis.
Dibandingkan dengan QCT, alat ini jauh lebih praktis, karena tampilan alat portable
dan biaya pemeriksaan yang lebih murah, hampir tanpa efek radiasi. Pemakaian
densitometer sebagai alat pemeriksaan untuk penjajakan osteoporosis, di Amerika
baru direkomendasikan untuk kaum wanita, karena osteoporosis masih jarang pada
kaum pria. 13,39,42
Salah satu metode yang lebih murah dengan menilai densitas masa tulang
perifer menggunakan gelombang suara ultra yang menembus tulang dinilai atenuasi
kekuatan dan daya tembus malewati tulang dengan ultrasound broad band dan
Universitas Sumatera Utara
-
kekakuan (stiffines) dan tanpa ada resiko radiasi. Adanya elastisitas tulang terbukti
dengan adanya kecepatan tembus gelombang dan kekuatan tulang berkaitan
dengan atenuasi ultrasound 3,11
Pemeriksaan ini merupakan suatu metode yang mempunyai ,keuntungan
tidak hanya gampang dibawa bawa tetapi juga tidak ada radiasi ukuran kecil,
pengukuran cepat dan relatif murah. Lokasi pemeriksaan pada daerah sedikit
jaringan lunak yaitu dilakukan pada tulang calcaneus tibia dan bisa juga pada jari
tangan. Parameter - parameter diatas diketahui berkurang pada pasien osteoporosis
dan yang lebih penting parameter sonografi dapat merupakan prediktor resiko fraktur
vetebra. Alat ini mempunyai tingkat akurasi 20%.43,44,52
Densitas tulang terbaca sebagai nilai T-score . Beberapa hal perlu diketahui
dalam menganalisa hasil skrening densitometer, diantaranya: Pengertian T-Score,
keabsahan hasil skrening dengan interpretasi hasil.43,44,52
T-Score Merupakan nilai perbandingan kandungan densitas mineral tulang
seseorang bila dibandingkan dengan nilai puncak optimalisasi pembentukan masa
tulang (peak bone mass), yang lazimnya tercapai pada usia 30-35 tahun.43,44,52
WHO menetapkan batasan nilai sebagai berikut :3,43,44,52
Kategori Diagnostik T-score
Normal T > -1 SD
Osteopenia -2,5 < T
-
Berdasarkan penelitian pada sejumlah wanita Vietnam yang dilakukan oleh
Vu Thi Thu Hien dkk, AUE digunakan sebagai screening awal untuk menentukan
diagnosis osteoporosis.45
2.2. KLIMAKTERIUM
2.2.1. TAHAPAN KLIMAKTERIUM
Kilmakterium adalah tahap awal penurunan fungsi ovarium, yang ditandai
dengan menstruasi yang tidak teratur dengan dijumpai gejaia vasomotor. Sebuah
kepustakaan menyebutkan bahwa masa klimakteriurn berlangsung selama 30 tahun
(usia 35-65 tahun), dan dibagi menjadi 3 bagian untuk kepentingan klinis, yaitu:,3,4,8
1. Klimakterium awal (35-45 tahun): Pada masa ini mulai terjadi keluhan gangguan
haid oleh karena kadar esterogen mulai rendah.
2. Masa perimenopause (46-55 tahun): Terbagi pada tahap pramenopause (umur
45-50), menopouse (umur 50 tahun), postmenopause (umur > 55 tahun) pada
masa ini sudah dijumpai keluhan klinis defiiseiensi estrogen pada vasomotor,
flour albus, dispareunia, osteopenia, dan osteoporosis.
3. Klimakterium akhir ( 56-65 tahun): Pada masa ini didapati kadar estrogen yang
sangat rendah sampai tidak ada, dengan ancaman masalah jantung,
aterotrombosis, serta fraktur oleh karena osteoporosis.
2.3. PERUBAHAN HORMON ESTROGEN
Perubahan pada hipotalamus berperan pada siklus menstruasi yang teratur
menjadi tidak teratur dapat dialami wanita dalam dua hingga delapan tahun sebelum
Universitas Sumatera Utara
-
terjadinya menopause. Selama masa tersebut, folikel indung telur, yang
mematangkan ovum, akan mengalami tingkat kerusakan yang semakin cepat hingga
jumlah cadangan folikel akan habis. Penurunan kadar Inhibin B (INH-B) yang
rnerupakan protein dimeric yang merefleksikan penurunan jumlah folikel ovarium
mengakibatkan meningkatnya kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) mencapai
20 kali. Tanda awal peningkatan kadar hormon FSH yang diukur pada pada fase
folikular siklus menstruasi lebih tinggi dibandingkan masa reproduktif wanita, efek
penurunan hormon steroid ovarium dan peningkatan GnRh akan juga meningkatkan
LH (Lutheineizing Hormon) 3-5 kali.8,34,35,38
Estrogen utama yang dihasilkan oleh wanita sebelum menopause, disebut
Estradiol (E2) merupakan estrogen aktif yang sering disebut 17-estradiol salah
satunya bertungsi mengatur siklus dari haid. Sedangkan Estron (E1) yang dibentuk
oleh ovarium sesudah menopause berasal dari lemak tubuh. Pada masa
pramenopause Estron (E1) dihasilkan oleh ovarium akan diubah ke bentuk aktif
menjadi Estradiol (E2), oleh karena ovarium masih berfungsi dengan baik.
Aktifitasnya sama seperti Estradiol (E2), dan berasa! dari konversi androstenodion
yang diproduksi kelenjar adrenal dengan asal utama dari jaringan adiposa. Kadar
androgen juga akan menurun sektar 50 % tetapi tidak sebesar penurunan kadar
estrogen. Pada masa menopause maupun postmenopouse, Estradiol (E2) ini akan
turun kadarnya sampai 90% mengakibatkan atresia folikel. 8,34,35,38
Kadar testoteron turun sampai 30% secara nyata selama pramenopause.
Sebaliknya kadar progesteron sangat menurun selarna postmenopause, bahkan
jauh sebelum terjadinya perubahan-perubahan pada estrogen atau testosteron dan
ini merupakan hal yang paling penting bagi kebanyakan wanita. Meskipun
reproduksi tidak lagi merupakan tujuan, hormon reproduksi tetap memegang peran
Universitas Sumatera Utara
-
yang penting. Estrogen dan androgen (seperti halnya testoteron) adalah penting,
untuk mempertahankan tulang yang sehat dan kuat. 8,34,35,3
Universitas Sumatera Utara