osteomyelitis akut hematogen1
TRANSCRIPT
OSTEOMYELITIS AKUT
Osteomyelitis akut pada umumnya terjadi pada usia anak-anak. Ketika osteomyelitis akut
terjadi pada usia dewasa, hal itu terjadi karena adanya penurunan sistem imun yang disebabkan
karena debilitas, penyakit, dan obat yang dikonsumsi. Hubungan terjadinya osteomyelitis akut
dengan diabetes telah lama diketahui dimana pada DM terjadi imunosupresi sehingga
meningkatkan resiko untuk terkena osteomyelitis pada orang yang menderita DM. Trauma juga
merupakan faktor predisposisi untuk terkena osteomyelitis yang menyebabkan terjadinya
hematom kecil atau pengumpulan cairan pada tulang.
Organisme penyebab osteomyelitis pada umumnya adalah S. aureus, dan jarang terjadi
karena infeksi bakteri kokus gram positif seperti S. pyogenes dan S. pneumonia. Pada anak
dibawah usia 4 tahun, bakteri gram negatif H. influenzae merupakan penyebab tersering
terjadinya osteomyelitis akut. Angka kejadian berkisar antara 5-50%. Bakteri gram negatif lain
(E.coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Proteus mirabilis) pada umumnya menyebabkan infeksi
tulang akut. Organisme yang tidak umum biasanya ditemukan pada pecandu heroin dan pada
pasien dengan keadaan sistem imun tersupresi. Pasien dengan penyakit sel sabit juga rentan
terhadap osteomyelitis yang disebabkan oleh salmonella.
Bakteri memasuki pembuluh darah bisa disebabkan karena lecet di kulit atau pada bayi
baru lahir dengan infeksi pada umbilical cord. Pada usia dewasa sumber infeksi dapat berasal
dari kateter uretra, jalur arteri yang terbuka, atau penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi/
tidak steril.
Organisme biasanya berkoloni pada bagian tulang metafisis, paling sering terdapat di
proximal tibia atau pada distal dan proximal femur. Bakteri ini berkoloni di metafisis karena
pembuluh-pembuluh darah di metafisis berkelok-kelok sehingga menjadi tempat ideal bagi
bakteri untuk berkoloni. Pada usia dewasa muda dimana masih terdapat anastomose bebas antara
pembuluh darah metafisis dengan epifisis, infeksi juga akan terjadi pada epifisis. Pada usia
dewasa madya, infeksi secara hematogen umumnya lebih sering terjadi pada tulang belakang
daripada tulang panjang.
Patologi
Gambaran patologis osteomyelitis akut bervariasi bergantung pada usia pasien, tempat
infeksinya, virulensi organisme, dan respon host. Akan tetapi terdapat karakteristik yang khas
pada infeksi osteomyelitis akut yaitu terdapat inflamasi, supurasi, nekrosis, pembentukan tulang
baru, resolusi, dan penyembuhan.
- Inflamasi
Perubahan paling awal adalah reaksi inflamasi akut dengan kongesti vaskuler, eksudasi
cairan, dan infiltrasi oleh leukosit polimorfonuklear. Tekanan intraosseus meningkat cepat
sehingga menyebabkan nyeri berat, obstruksi aliran darah dan terjadi thrombosis intravaskular.
Terkadang pada stadium awal jaringan terancam mengalami impending iskemik.
- Supurasi
Pada infeksi hari kedua atau ketiga, pus terbentuk di dalam rongga tulang dan akan
mengalir melalui kanalis volkman menuju permukaan dimana akan terbentuk abses
subperiosteal. Dari sana pus akan menyebar sepanjang tulang untuk memasuki bagian tulang
lainnya atau menyebar pada jaringan lunak di sekitarnya. Pada bayi infeksi sering meluas
melewati fisis dan kemudian menuju sendi. Pada anak yang lebih tua fisis adalah pelindung dari
penyebaran pus secara langsung tetapi dimana metafisis adalah bagian dari intrakapsular (hip,
shoulder, atau elbow) maka pus dapat menyebar melewati periosteum menuju sendi. Pada usia
dewasa, abses memiliki kecenderungan untuk menyebar ke dalam kavitas medulla. Infeksi pada
tulang belakang dapat menyebar melalui diskus intervertebralis menuju korpus vertebra yang
berdekatan.
- Nekrosis
Kenaikan tekanan intraosseus , stasis vaskuler, thrombosis, dan terkikisnya periosteal
akan meningkat sesuai suplai darah dan ketika telah terjadi selama 1 minggu akan terjadi
kematian sel-sel tulang secara mikroskopik. Toksin bakteri juga berperan dalam kerusakan
jaringan tahap lanjut. Pada bayi kerusakan growth plate sering tidak dapat diperbaiki dan epifisis
akan mengalami nekrosis avaskuler. Dengan pertumbuhan bertahap jaringan granulasi maka
batas antara tulang hidup dan mati menjadi jelas. Bagian-bagian tulang mati akan terpisah
sebagai sekuester yang bervariasi ukurannya mulai dari spikula hingga segmen nekrotik yang
besar. Makrofag dan limfosit akan meningkat jumlahnya dan debris-debris akan dieliminasi oleh
kombinasi dari fagositosis dengan osteoclastic resorption. Akan tetapi sekuester yang lebih besar
akan tetap berada dalam rongga tulang karena tidak dapat dihancurkan/ dieliminasi.
- Pembentukan Tulang Baru
Tulang baru terbentuk dari lapisan dalam periosteum. Hal ini khas pada infeksi pyogenik
dan biasanya menjadi lebihjelas pada akhir minggu kedua. Dengan berjalannya waktu, tulang
baru akan menebal untuk membentuk involucrum yang mengelilingi jaringan yang terinfeksi dan
sekuestra. Jika infeksi tidak teratasi, maka pus dan sekuestra dari tulang dapat mengalir melalui
perforasi (cloacae) pada involucrum dan menuju permukaan kulit melalui sinus. Keadaan ini
disebut osteomyelitis kronik.
- Resolution
Jika infeksi dapat ditangani dan tekanan intraosseus dapat dihilangkan pada stadium awal
maka osteomyelitis kronik tidak akan terjadi. Pada tulang di sekitar zona infeksi akan terjadi
osteoporosis (kemungkinan karena keadaan hyperaemia). Ketika proses penyembuhan berjalan,
akan terjadi fibrosis dan pembentukan tulang baru. Aktivitas ini bersama-sama dengan reaksi
periosteal maka akan terjadi sklerosis dan penebalan tulang. Pada beberapa kasus, remodelling
dapat mengembalikan tulang ke bentuk normal dan lainnya akan mengalami deformitas tulang
yang menetap.
Gejala Klinik
Pasien yang biasanya merupakan anak-anak akan mengeluhkan nyeri hebat, malaise, dan
demam. Orang tua akan memperhatikan bahwa anaknya menolak untuk menggunakan bagian
tubuhnya yang sakit atau menolak untuk disentuh. Selain itu pasien memiliki riwayat terkena
infeksi (sakit tenggorokan dan keluar cairan dari telinga).
Dari pemeriksaan luar anak tampak sakit dan demam. Denyut jantung akan melebihi
100x/menit dan suhu tubuh meningkat. Lengan / tungkai akan mengalami kekakuan pada daerah
dekat sendi besar (diatas atau di bawah lutut dan pada fossa poplitea). Terkadang pada tindakan
manipulasi yang paling lembut sekalipun akan terasa sangat nyeri dan pergerakan sendi menjadi
terbatas. Kemerahan lokal, bengkak, hangat, edema merupakan tanda penyakit lanjut dan
mengindikasikan bahwa pus telah keluar dari rongga dalam tulang. Limfadenopati pada
umumnya terjadi tetapi tidak spesifik untuk penyakit ini. Perlu diperhatikan bahwa gejala-gejala
diatas dapat tidak muncul pada infeksi yang telah diberi antibiotik.
Pada anak-anak, khususnya bayi baru lahir akan mengalami keterlambatan
pertumbuhan ,perkembangan, dan letargi tetapi iritable. Pada ananmnesis harus ditanyakan
riwayat susah lahir, kateterisasi arteri umbilikus atau inflamasi pada titik pemasangan infus.
Kekakuan metafisis dan pergerakan sendi dapat mengarah pada osteomyelitis atau artritis septik.
Pada usia dewasa predileksi dari infeksi ini berada pada vertebra segmen thoracolumbal.
Pasien sebelumnya memiliki riwayat menjalani tindakan urologi yang diikuti dengan demam dan
nyeri pinggang . Local tenderness dapat terjadi selama berminggu-minggu sebelum ada indikasi
untuk foto X-ray. Tulang-tulang lainnya dapat terlibat, khususnya pada penderita DM,
malnutrisi, pengguna obat terlarang, leukemia, dan penderita yang sedang dalam terapi
imunosupressan. Pada usia dewasa tua khususnya dengan defisiensi sistem imun seringkali tidak
dapat terdiagnosis.
Pencitraan Diagnostik
Selama beberapa hari awal pada pemeriksaan X-ray tidak terlihat adanya abnormalitas
pada tulang. Displacement dari lapisan lemak mengindikasikan adanya pembengkakan jaringan
lunak, tetapi juga dapat terjadi akibat hematom atau infeksi jaringan lunak. Pada akhir minggu
kedua akan terjadi kekaburan pada batas luar extra-cortical karena pembentukan tulang baru. Hal
ini merupakan tanda klasik X-ray pada osteomyelitis piogenik, tetapi penanganan tidak boleh
terlambat sementara menunggu gambaran khas ini muncul. Selanjutnya penebalan periosteal
menjadi lebih jelas dan akan muncul gambaran destruksi tulang.
Tanda penting lainnya adalah kombinasi dari osteoporosis regional dengan peningkatan
densitas segmen yang terlokalisir (ex. pada caput femoris). Osteoporosis merupakan petanda
bahwa metabolisme tulang aktif (tulang hidup) dan segmen tulang yang tidak mengalami
osteoporosis menunjukkan metabolisme inaktif dan kemungkinan telah mati.
Ultrasound dapat mendeteksi pengumpulan cairan subperiosteal pada stadium awal
osteomyelitis, tetapi tidak dapat membedakan antara hematom dan pus.
Radioscintigraphy dengan 99mTc-HDP menggambarkan peningkatan aktivitas pada fase
perfusi dan fase tulang. Pemeriksaan ini sangat sensitif tetapi spesifitasnya rendah dan lesi
inflamasi lainnya dapat menunjukkan perubahan serupa. Pada kasus-kasus yang meragukan,
scanning dengan 67Ga-citrate atau 111In dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis.
Pemeriksaan dengan MRI sangat sensitif walaupun dilakukan pada fase awal infeksi dan
dapat membantu untuk membedakan antara infeksi jaringan lunak dengan osteomyelitis.
Diagnosis
Hal yang dilakukan untuk memastikan diagnosis klinis osteomyelitis adalah dengan
melakukan aspirasi pus dari abses pada metafisis subperiosteal. Jika pus tidak ditemukan maka
dilakukan aspirasi yang diperiksa segera untuk melihat sel-sel dan organisme. Pewarnaan gram
sederhana dapat membantu untuk mengidentifikasi tipe infeksi dan membantu dalam penentuan
pilihan antibiotik yang sensitif.
Penghitungan sel darah putih dan nilai CRP biasanya tinggi dan konsentrasi hemoglobin
berkurang. Kultur darah dapat positif hanya pada setengah kasus infeksi yang dapat dibuktikan.
Titer antibodi antistafilokokus dapat meningkat dan uji ini paling berguna pada kasus-kasus yang
tidak spesifik dimana diagnosis diragukan.
Osteomyelitis yang terjadi pada tempat yang tidak umum atau dengan mikroorganisme
yang tidak umum mengindikasikan kemungkinan penggunaan heroin, pasien dengan
imunocompromise atau penyakit sel sabit. Salmonella dapat dikultur dari pemeriksaan feses.
Diferensial Diagnosis
1. Selulitis
Penyakit ini sering disangka sebagai osteomyelitis dimana kemerahan pada kulit terjadi secara
luas dan terjadi limfangitis. Sumber infeksi dapat tidak jelas dan harus dicari penyebabnya.
Organisme penyebab pada umumnya merupakan stafilokokus dan streptokokus. Kasus yang
ringan akan berespon terhadap regimen penisilin oral dan kasus yang berat membutuhkan
antibiotik intravena.
2. Streptococcal Necrotizing Myosistis
Streptokokus grup Aβ- hemolitikus sering menyerang otot-otot dan menyebabkan myositis
akut dimana pada stadium awal sering disangka selulitis atau osteomyelitis. Walaupun
keadaan ini jarang terjadi, tetapi harus tetap diwaspadai karena dapat menyebar secara tidak
terkendali hingga menyebabkan nekrosis otot, septikemia, hingga kematian. Nyeri hebat dan
pembengkakan yang keras seperti papan pada pasien dengan demam adalah tanda peringatan
keadaan darurat. Pada pemeriksaan MRI akan memperlihatkan pembengkakan otot dan
kehancuran jaringan. Pengobatan segera dengan menggunakan antibiotik intravena merupakan
hal utama. Selanjutnya dapat dilakukan tindakan debridemen pada jaringan yang mengalami
nekrosis dan jika perlu dapat dilakukan amputasi.
3. Akut Supuratif Artritis
Tanda utama adalah kekakuan yang difus dan ketidakmampuan sendi untuk digerakkan
karena spasme otot. Kenaikan progresif dari CRP yang dinilai selama 24-48 jam
menunjukkan terjadinya artritis septik.
4. Reumatik Akut
Pada umumnya nyeri dirasakan tidak terlalu hebat dan cenderung berpindah dari satu sendi ke
sendi lainnya dan diikuti oleh karditis, nodul reumatik, atau eritema marginatum.
5. Gaucher Disease
Pseudo-osteitis dapat terjadi dengan gejala klinis yang menyerupai osteomyelitis. Diagnosis
ini ditegakkan dengan menemukan gejala lain dari penyakit ini khususnya pembesaran dari
hati dan limpa.
Penatalaksanaan
Terdapat empat hal yang penting dilakukan untuk manajemen pasien dengan osteomyelitis akut
yaitu:
a. General Supportive Treatment
Pada anak yang kesakitan membutuhkan kenyamanan dan penghilang rasa sakit. Analgesik
dapat diberikan dengan pemberian berulang tanpa pasien harus meminta. Septikemia dan
demam dapat menyebabkan dehidrasi berat dan mengharuskan untuk diberikan terapi cairan
intravena.
b. Pembebatan
Pembebatan berfungsi untuk mencegah kontraktur sendi. Skin traksi dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya dislokasi.
c. Pemberian antibiotik
Darah dan aspirasi pus harus segera dilakukan pemeriksaan dan kultur, tetapi pemberian
antibiotik pada stadium awal sangat penting sehingga tidak menunggu hasil pemeriksaan
kultur. Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan penemuan mikroorganisme dari
pemeriksaan langsung apusan pus. Faktor-faktor seperti umur pasien , resistensi terhadap
antibiotik, fungsi ginjal, derajat toksemia, dan riwayat alergi harus diketahui sebelum
pemberian antibiotik.
Pada anak yang lebih tua dan usia dewasa yang kemungkinan terinfeksi stafilokokus,
dapat dimulai pemberian flucoxacillin dan fusidic acid intravena secara kontinyu hingga
terjadi perbaikan keadaan umum dan kadar CRP turun hingga nilai normal (umumnya terjadi
setelah 1 atau 2 minggu pemberian). Selanjutnya antibiotik dapat diberikan melalui oral
selama 3-6 minggu. Selama pemberian antibiotik dapat dilakukan pemeriksaan kadar
antibiotik dalam tubuh untuk memastikan konsentrasi obat minimal dapat dipertahankan.
Fusidic acid lebih dianjurkan daripada benzylpenicillin karena terjadi kenaikan angka
prevalensi stafilokokus yang resisten penisilin dan fusidic acid dapat terkonsentrasi dengan
baik dalam tulang. Akan tetapi pada kasus dengan infeksi streptokokus, benzylpenicillin tetap
lebih baik.
Pada anak-anak dibawah usia 4 tahun yang rentan terhadap infeksi hemophilus dan pada
kasus infeksi bakteri gram negatif, disarankan menggunakan golongan cefalosporin
(cefuroxime atau cefotaxime). Antibiotik ini efektif dalam memberantas stafilokokus dan
bakteri gram negatif lainnya dan dapat diberikan baik secara intravena maupun oral dan dapat
mencapai konsentrasi yang tinggi di dalam tulang. Antibiotik alternatif lainnya adalah
kombinasi amoksisilin dan clavulanic acid (co-amoxiclav, aβ-lactamase inhibitor).
Pada pasien dengan penyakit sel sabit cenderung rentan terhadap infeksi pada tulang dan
pada kebanyakan kasus disebabkan karena infeksi salmonella dan organisme gram negatif
lainnya. Terapi yang direkomendasikan adalah golongan kloramfenikol atau kotrimoksazol
atau kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat.
Pada pecandu heroin dan pasien imunocompromise sering mengalami infeksi yang jarang
terjadi (infeksi pseudomonas, proteus, atau bacteroides). Ketika penyebabnya telah diketahui,
pengobatan dapat dimulai dengan golongan sefalosporin atau gentamisin dan flucoxacillin.
d. Drainase
Jika antibiotik diberikan pada stadium awal penyakit, maka drainase tidaklah diperlukan.
Jika klinis pasien tidak membaik selama 36 jam dimulai dari awal pengobatan atau jika
terdapat tanda-tanda pus yang dalam (pembengkakan, edema, dan fluktuasi) dan jika
dilakukan aspirasi terdapat pus, maka harus dilakukan drainase terhadap abses dengan
pembedahan yang dilakukan dengan general anestesia. Jika tempat abses tidak jelas maka
tulang dapat dilubangi pada beberapa bagian di tempat yang berbeda-beda. Jika terdapat abses
intramedular yang ekstensif, maka drainase yang efektif dapat dilakukan dengan cara
memotong sedikit bagian dari korteks. Luka ditutup tanpa drain dan bebat atau traksi
dilakukan. Pada saat ini sekitar 1/3 pasien dengan osteomyelitis cenderung membutuhkan
tindakan pembedahan, tetapi pada pasien dewasa dengan infeksi pada vertebra jarang
dilakukan tindakan pembedahan.
Ketika infeksi telah berhasil tertangani, pasien dianjurkan untuk sering menggerakkan
ototnya dan pada anak-anak diperbolehkan untuk berjalan dengan bantuan kruk.
Komplikasi
Pada saat ini pasien dengan keadaan septikemia yang mengancam jiwa sudah sangat
jarang ditemukan. Dengan adanya antibiotik pasien dapat sembuh seperti sediakala dan tulang
dapat kembali normal.
- Infeksi Metastasis
Hal ini sering terjadi umumnya pada bayi baru lahir dan dapat melibatkan tulang, sendi,
dan kavitas serosa, otak dan paru-paru. Pada beberapa kasus tertentu infeksi dapat terjadi
secara multifokal. Infeksi pada tempat lain sering kurang diperhatikan ketika perhatian terlalu
berfokus pada tempat infeksi utama sehingga diperlukan pemeriksaan yang menyeluruh dan
teliti untuk menghindari komplikasi ini.
- Artritis Supuratif
Hal ini dapat terjadi pada anak di usia yang sangat muda dimana lempeng pertumbuhan
tidak dapat dipenetrasi, dimana metafisis berada di intrakapsular atau infeksi yang berasal dari
tempat lain (matastasis). Ultrasound akan dapat membantu menunjukkan daerah yang
mengalami efusi, tetapi diagnosis definitif hanya dapat ditegakkan dengan aspirasi sendi.
- Perubahan Pertumbuhan Tulang
Pada bayi, kerusakan epifisis akan mengakibatkan pertumbuhan tulang terhenti dan
terjadi pemendekan tulang. Akan tetapi, pada anak-anak yang usianya lebih tua, tulang dapat
tumbuh terlalu panjang karena metafisis yang mengalami hiperemia akan menstimulasi
lempeng pertumbuhan.
- Osteomyelitis Kronik
Walaupun terjadi perbaikan dalam metode diagnosis dan pengobatan, osteomyelitis akut
terkadang gagal disembuhkan pada stadium awal sehingga pada stadium lanjut akan terjadi
infeksi kronik. Hal ini sering terjadi pada pasien dengan keadaan imunocompromise.
OSTEOMYELITIS KRONIK
Osteomyelitis kronik merupakan kelanjutan dari osteomyelitis akut hematogen jika
pengobatan tidak adekuat. Mikroorganisme penyebabnya adalah stafilokokus aureus, E. coli, S.
pyogenes, Proteus, dan Pseudomonas.
Patologi
Tulang dihancurkan di beberapa tempat yang berbeda pada fokus infeksi atau lebih
meluas sepanjang permukaan benda asing. Kavitas yang mengandung pus dan bagian-bagian
tulang yang telah mati (sekuester) dikelilingi oleh jaringan vascular sehingga terjadi
pembentukan tulang baru yang reaktif. Sekuester berperan sebagai substrat untuk untuk
perlekatan bakteri sehingga infeksi menjadi persisten sampai dapat dibersihkan atau keluar lewat
sinus-sinus. Kehancuran tulang dan meningkatnya proses sklerosis sering menyebabkan
timbulnya fraktur patologis. Gambaran histologis yang terjadi adalah adanya infiltrasi sel-sel
inflamasi kronik pada area sekitar sekuester.
Gejala Klinis
Pada umumnya pasien dengan osteomyelitis kronik mengeluhkan nyeri, demam,
kemerahan, dan kekakuan pada bagian tulang yang terkena. Pada kasus tertentu jaringan akan
menebal dan sering mengerut dimana jaringan parut atau sinus melekat pada tulang. Sering
terjadi discharge mukopurulen dan ekskoriasi pada kulit sekitar. Pada osteomyelitis post trauma,
tulang dapat mengalami deformitas.
Imaging
Pada pemeriksaan X-ray umumnya akan menunjukkan gambaran resorpsi tulang yaitu
densitas tulang menurun dengan penebalan dan sklerosis di sekitar tulang. Akan tetapi terdapat
beberapa variasi yaitu hilangnya trabekulasi secara terlokalisir atau terjadi osteoporosis, atau
penebalan periosteal. Sekuester terlihat sebagai fragmen padat yang kontras dengan tulang yang
tervaskularisasi di sekitarnya. Kadang-kadang tulang dapat terlihat menebal tidak beraturan
sehingga mirip dengan gambaran tumor. Pemeriksaan sinogram dapat membantu untuk
menentukan letaknya.
Radioisotop scintigraphy merupakan pemeriksaan yang sensitif namun tidak spesifik.
Pemeriksaan 99mTc-HDPmenunjukkan peningkatan aktivitas pada fase perfusi maupun pada fase
tulang. Scanning dengan 67Ga-citrate atau 111In-labelled leucocytes dikatakan lebih spesifik untuk
osteomyelitis.
CT scan dan MRI dianggap kurang bernilai dalam perencanaan tindakan pembedahan.
Tetapi CT scan dan MRI dapat menunjukkan tingkat kerusakan tulang, abses yang tidak
terdeteksi, dan sekuestra.
Pemeriksaan
Selama serangan akut nilai ESR dan hitung sel leukosit dapat meningkat. Tanda non
spesifik tersebut dapat membantu untuk menilai progres dari infeksi tulang.
Titer antibodi antistafilokokus dapat meningkat (merupakan tanda penting untuk
diagnosis infeksi yang tersembunyi). Organisme yang dikultur melalui discharge dari sinus
sebaiknya diperiksa secara berkala untuk menentukan sensitivitas antibiotik karena organisme
tersebut dapat berubah karakteristiknya sejalan waktu sehingga menjadi resisten terhadap
antibiotik yang diberikan.
Penatalaksanaan
- Pemberian Antibiotik
Infeksi kronik jarang diobati dengan penggunaan antibiotik saja. Obat bakterisidal
penting untuk menghentikan penyebaran infeksi ke tulang yang sehat dan mengontrol serangan
akut. Pemilihan rejimen antibiotik bergantung pada studi bakteriologis tetapi obat harus dapat
melakukan penetrasi tulang yang sklerosis dan tidak toksik untuk penggunaan jangka panjang.
Contohnya yaitu golongan fusidic acid, clindamycin, dan cephalosporin.
- Local Treatment
Sinus dapat tidak nyeri dan membutuhkan jahitan sederhana untuk menghindari infeksi.
Colostomy paste dapat digunakan untuk menghentikan ekskoriasi kulit. Abses akut
membutuhkan insisi dan drainase sesegera mungkin.
- Pembedahan
Dengan perlindungan antibiotik semua jaringan lunak yang terinfeksi dan telah mati
harus dieksisi. Jaringan yang telah mati dapat diidentifikasi dengan injeksi preoperatif sulphan
blue yang akan mewarnai jaringan yang masih hidup berwarna hijau dan jaringan yang mati
tidak dapat terwarnai. Tabung dengan lumen ganda diletakkan pada rongga yang dihasilkan
dan jaringan ditutup dengan tabung yang keluar melalui luka yang terpisah. Larutan antibiotik
yang tepat diberikan tiap 4 jam dan dibersihkan sesaat sebelum pembersihan dengan larutan
berikutnya dengan suction bertekanan rendah. Hal ini lebih baik daripada irigasi kontinyu yang
biasanya gagal setelah beberapa hari akibat kebocoran dari luka. Injeksi kavitas dan drainase
harus dilanjutkan sampai bersih (biasanya selama 3-6 minggu). Tabung tersebut kemudian
dikeluarkan secara bertahap sejalan dengan berkurangnya ukuran kavitas.
Alternatif lain untuk mencegah infeksi rekuren dan mempercepat penyembuhan adalah
mengisi secara penuh ruang mati yang tersisa setelah eksisi jaringan nekrotik dengan jaringan
yang potensial hidup. Metode yang terbaik adalah dengan Papineau Technique dan Muscle
Flap Transfer. Dengan teknik papineau ruang ditutup dengan graft tulang kecil yang dicampur
dengan antibiotic dan fibrin sealant. Jika mungkin area akan ditutup dengan otot di sekitarnya
dan luka kulit dijahit tanpa tekanan. Pada area dengan otot sekitar yang sedikit (bagian distal
kaki), hasil yang sama dapat dicapai dengan mentransfer jaringan miokutan pada pada pedikel.
Pada kasus yang refrakter dapat dimungkinkan untuk melakukan eksisi segmen tulang
yang terinfeksi dan mendekatkan gap dengan Ilizarov method untuk mentransport segmen
viable dari diafisis yang tersisa.