makalah osteomyelitis
DESCRIPTION
osteomyelitisTRANSCRIPT
MAKALAH KASUS KE-6
“OSTEOMYELITIS”
Tutorial B3
Disusun oleh :
Anastasia Desy Pratiwi (1010.211.038)
Kartika Rizky Lim (1010.211.049)
Ghina Ninditasari (1010.211.055)
Dini Fatriani (1010.211.061)
Niken Faradila (1010.211.074)
Rahmah Indriyani (1010.211.085)
Ni’ma Ulya Darajah (1010.211.092)
Mekko Pebin (1010.211.115)
Fachdepy Maulana N. (1010.211.120)
Annisa Islam (1010.211.162)
Restoe Fajar F. (1010.211.193)
FK UPN “VETERAN” JAKARTA 2010
Lembar Pengesahan Makalah
Saya yang bertanda tangan di bawah, menyatakan bahwa makalah ini sudah sesuai dengan
proses yang terjadi selama tutorial.
Jakarta, ... November 2011
Tutor kelompok B3
(dr. E. M. Hidayat, Sp.PK)
CASE: Ny. Desak Ayu
Page I
Seorang ibu usia 45 tahun datang dengan keluhan pada daerah lutut kaki kirinya
terdapat luka bernanah, membengkak, memerah, terasa panas pada daerah lutut. Keluhan
sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengaku kakinya
terbentur dan kemudian terluka dan oleh si ibu sudah dibersihkan dengan air hangat dan
diberi obat merah, namun luka tak pernah sembuh, malah sekarang disertai bengkak pada
lututnya, dan kesulitan berjalan. Pasien bekerja sebagai buruh pasar INPRES.
Page II
RPS: pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi kencing manis, hipertensi
RPO: penyakit ini baru dirasakan pertama kalinya ini, dan sudah berusaha diberi obat salep
miconazol pada daerah luka
RPK: tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
STATUS GENERALIS
Keadaan umum: baik kesadaran: compos mentis
BB: 80 kg TB: 155 cm
Vital sign TD: 140/90 Nadi: 80x/menit RR: 18x/menit S: 37,5oC
Kepala: normocephal, rambut hitam, distribusi merata
Mata: konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga: bentuk normal, sekret (-), tidak ditemukan vesikel (-), pustul (-)
Mulut: dbn
Tenggorokan: faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang
Thorax: Jantung: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru: vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak teraba
KGB: teraba pembesaran KGB pada daerah inguinal sinistra
STATUS LOKALISATA
Ekstremitas inferior dextra: akral hangat, tidak ada edema, mobilitas baik
Ekstremitas inferior sinistra: akral hangat, edema genu patella, cyanosis (-)
Genu patella: edema (++), eritema (++), kalor (+), krusta (++) sebesar 2x1 cm daerah anterior
patella, mobilitas terbatas (motorik 3)
Page III
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap
Hb: 12g/dl
Ht: 38%
Trombosit: 250.000/ul
Leukosit: 19.000/ul
Diff count/ hitung jenis leukosit: 0/1/8/50/34/7
GDS: 100 mg/dl
Page IV
Tampak gambaran infiltrat 1/3 atas os.tibia sinistra dengan proses inflamasi ke arah medial
genu patella
Kesan: Osteomyelitis akut
Page V
Hasil kultur pus: ditemukan koloni bakteri Staphylococcus aureus
Page VI
EPILOGUE
Spesialis orthopedy mendiagnosis pasien terkena Ostemyelitis akut genu patella
sinistra dan disarankan untuk dirawat di RS dulu.
Diberikan terapi antibiotic yang sesuai dengan jenis bakteri yang sesuai. NSAID,
toilet wound tiap hari dengan NaCl dan antibiotik disemprotkan. Jika keadaan
memungkinkan direncanakan untuk debridemen pada daerah lesi
LEARNING PROGRESS REPORT
1. Terminologi: -
2. Problem: Ny. Desak Ayu 45 tahun
- KU: luka bernanah pada lutut kiri, bengkak, merah, panas sejak 2 minggu yang
lalu
- KT: sulit berjalan
- RPD: 2 bulan yang lalu terbentur dan terluka
- RPO: dibersihkan dengan air hangat dan obat merah namun tidak sembuh,
sekarang bengkak pada lututnya yang menyebabkan kesulitan berjalan
- R.Sos.Ek: buruh pasar INPRES
- R.Kes: tidak ada DM maupun alergi
3. Hipotesis: infeksi kulit, infeksi otot, infeksi ligamen, infeksi sendi, osteomyelitis akut
(karena kuman, bukan kuman), osteomyelitis TBC
4. More info
- Anamnesa lanjutan terbentur apa? Bagaimana perawatan lukanya, RPK & RPD
DM, luka awal seperti apa?
- Pemeriksaan kulit head to toe, vital sign, status dermatologikus
- Pemeriksaan darah diff count, leukosit
- Pemeriksaan penunjang kultur bakteri
5. I Don’t Know & Learning Issues
- Anatomi tulang extremitas inferior:
Fisiologi
Kinesiologi
Histologi
- Osteomyelitis:
Definisi
Etiologi
Gejala klinis
Diagnosis px. Lab
Klasifikasi
DD paget disease
Patofisiologi
Epidemiologi
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
- Staphylococcus dan streptococcus:
Morfologi
Daur hidup
patogenesis
- Obat (yang bisa menembus tulang):
Pencegahan
pemberantasan
ANATOMI TULANG EXTREMITAS INFERIOR
Os Coxae
Ilium, ischium dan pubis membentuk Os. Coxae. Tulang-tulang ini bertemu satu
dengan yang lain di acetabulum.
Ilium, yang merupakan bagian atas Os.coxae yang gepeng, mempunyai crista iliaca
yang berakhir di spina iliaka anterior superior dan di belakang pada spina iliaka posterior
superior.
Ischium, berbentuk huruf L, mempunyai bagian atas yang tebal yaitu corpus, dan
bagian bawahnya yang lebih tipis ramus. Spina ischiadica menonjol dari pinggir posterior
ischium dan terletak diantara incisura ischiadika major & incisura ischiadika minor.
Pubis, dapat dibagi menjadi corpus, ramus superior & ramus inferior. Corpus dari
kedua os pubis bersendi satu dengan yang lain di garis tengan anterior symphisis pubis.
Ramus superior bergabung dengan ilium dan ischium pada acetabulum. Ramus inferior
bergabung dengan ramus ischiadikum di bawah foramen obturatorium.
Femur
Disebelah atas, femur bersendi dengan acetabulum untuk membentuk articulation
coxae dan di bawah dengan tibia dan patella untuk membentuk articulation genus.
Ujung atas femur memiliki caput, collum, trochanter major, trochanter minor.
Caput membentuk kira-kira dua pertiga dari bulatan dan bersendi dengan acetabulum Os
coxae untuk membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terdapat lengkungan kecil yang
disebut fovea capitis, untuk melekatnya ligamentum capitis femoris. Sebagian suplai darah
untuk caput femoris dari a. obturatoria dihantarkan melalui ligamentum ini dan memasuki
tulang melalui fovea capitis.
Collum, yang menghubungkan caput dengan corpus, berjalan ke bawah, belakang dan lateral
membentuk sudut sekitar 125 derajat, besar sudut ini dapat berubah akibat adanya penyakit.
Trochanter major dan minor, merupakan tonjolan
besar pada taut antara collum dan corpus. Linea
intertrochanterica menghubungkan kedua
trochanter ini dibagian anterior, tempat melekatnya
ligamentum iliofemorale dan bagian posterior oleh
crista intertrochanterica yang menonjol, pada
crista ini terdapat tuberculum quadratum
Corpus femoralis permukaan anteriornya licin dan
bulat, sedangkan permukaan posteriornya
mempunyai rigi disebut linea aspera. Pada linea ini
melekat otot-otot dan septa intermuskularis. Pinggir-
pinggir linea melebar ke atas dan bawah. Pinggir
medial berlanjut ke distal sebagai crista
supracondylaris lateralis. Pada permukaan
posterior corpus, dibawah trochanter major terdapat
tuberositas glutea untuk tempat melekatnya m.
gluteus maximus. Corpus melebar kea rah ujung
distalnya dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya yang disebut
fasies poplitea.
LIGAMENTA DI REGIO GLUTEA
Dua ligament penting di glutea adalah ligamentum sacrotuberosum dan ligamentum
sacarospinosum. Fungsi ligament ini untuk menstabilkan sacrum dan mencegah sacrum ke
rotasi pada articulation sacroiliaka oleh gaya berat columna verteberalis.
ligamentum sacrotuberosum menghubungkan bagian dorsal sacrum dengan tuber
ischiadicum
ligamentum sacarospinosum menghubungkan bagian dorsal sacrum dengan spina ischiadica
Patella
Patella adalah tulang sesamoid yang terbesar (yaitu sebuah tulang yang berkembang
dalam tendo dari m. quadriceps femoris di depan articulation genus). Patella berbentuk
segitiga dengan apex terletak di inferior.
Fasies anterior patella: cembung dan kasar
Fasies posterior patella
Apex dihubungkan dengan tuberositas tibiae oleh ligamentum patella. Fasies posterior
bersendi dengan condylus femoris. Patella terletak dalam posisi terbuka didepan articulation
genus dan dapat diraba dengan mudah melalui kulit. Patella di pisahkan dari kulit oleh bursa
subcutanea yang penting.
Pinggir atas, lateral, dan medial merupakan tempat pelakatan berbagai bagian m. quadriceps
femoris. Patella dicegah begeser ke lateral selama kontraksi m. quadriceps femoris oleh
serabut-serabut horizontal bawah m. vastus medialis dan oleh besarnya ukuran condylus
lateralis femoris.
Tibia
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi menyanggah
berat badan. Pada ujung atas terdapat condyli lateralis dan medialis dan dipisahkan oleh
menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares condilorum tibiae terbagi
atas area intercondylus anterior dan posterior diantara kedua area ini terdapat eminentia
intercondylus. Corpus tibiae terbentuk segitiga pada potongan melintangnya dan mempunyai
3 margines dan 3 fasies. Margines anterior, medial serta facies medialis diantaranya
terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada pertemuan
antara margo anterior dan ujung atas tibiae terdapat tuberositas, yang merupakan tempat
lekat ligamentum patellae.
Facies posterior dari corpus tibiae menunjukan oblique, yang disebut linea musculi solei
untuk tempat melekatnya m. soleus.
Fibula
Fibula adalah tulang lateral tungkai bawah yang langsing. Tulang ini tidak ikut
beraktivitas pada articulation genus dan tulang ini juga tidak berperan dalam menyalurkan
berat badan tetapi merupakan tempat melekatnya otot-otot. Fibula mempunyai ujung atas
yang melebar, corpus dan ujung bawah. Membentuk malleolus lateralis yang berbentuk
segitiga. Pada facies
medialis dari malleolus
lateralis terdapat facies
articularis yang berbentuk
segitiga untuk bersendi
dengan aspek lateral os
talus. Dibawah dan di
belakang facies articularis
terdapat fossa malleolaris
yang berbentuk lengkungan.
Ossa tarsalia
Ossa tarsalia terdiri atas os calcaneus, os talus, os naviculare, os coboideum, dan 3
buah ossa cuneiforme. Hanya os talus yang bersendi dengan tibia dan fibula pada articulation
talocruralis (sendi pergelangan kaki).
1. Os calcaneus
Os calcaneus adalah tulang terbesar dari kaki dan membentuk tumit yang menonjol.
Tulang ini ke atas bersendi dengan talus dan didepan dengan os cuboideum. Calcaneus
mempunyai 6 facies.
Facies anterior kecil dan membentuk facies articularis yang bersendi dengan os cuboideum
Facies posterior membentuk tojolan tumit dan merupakan tempat pelekatan dari tendo
calcaneus (tendo Achiles)
Facies superior didominasi oleh dua facies articulares untuk talus, yang dipisahkan oleh alur
kasar yaitu sulcus calcanei
Facies inferior mempunyai tuberculum anterior pada garis tengah dan tuberculum mediale
yang besar serta tuberculum laterale yang kecil pada pertemuan antara facies inferior dan
posterior
Facies medialis mempunyai sebuah tonjolan yang besar berbentuk kerang yang disebut
sustentaculum tali, yang membantu menyokong os talus
Facies lateralis pada bagian anteriornya terdapat peninggian kecil yang disebut tuberculum
peronoerum, yang memisahkan tento-tendo dari m. peroneus longus dan m. peroneus brevis
2. Os. Talus
Os talus bersendi diatas dengan tibia dan fibula, di bawah dengan os calcaneus dan di
depan dengan os naviculare. Tulang ini mempunyai caput, collum dan corpus
Caput tali mengarah ke distal dan mempunyai facies articularis yang cembung dan
berbentuk oval untuk bersendi dengan os naviculare.
Collum tali terletak posterior terhadap corpus dan sedikit menyempit. Permukaan atasnya
kasar dan menjadi tempat pelekatan ligament dan permukaan bawahnya memperlihatkan alur
yang dalam yang disebut sulcus tali
Carpus tali berbebtuk kuboid. Facies superiornya bersendi dengan ujung distal tibia,
bagian ini cembung dari depan ke belakang dan sedikit cekung pada sisi-sisinya. Terdapat
banyak ligament penting yang melekat pada os talus tetapi tidak ada satupun otot yang
melekat pada tulang ini
3. Os naviculare
Tuberositas ossis navicularis dapat dilihat dan dipalpasi pada pinggir medial kaki
lebih kurang 1 inci (2,5 cm) didepan dan dibawah malleolus medialis serta memberikan
tempat pelakatan untuk bagian utama tendo m. tibialis posterior
4. Os cuboideum
Terdapat alur yang dalam pada aspek inferiornya sebagai tempat untuk tendo m.
peroneus longus
5. Os cuneiforme
Ketiga tulang-tulang kecil berbentuk baji ini bersendi di proximal dengan os
naviculare dan di distal dengan ke tiga ossa metatarsalia yang pertama. Bentuk bajinya
berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan lengkung transversal kaki.
Penulangan ossa tarsalia berbeda dengan ossa carpalia, dimulai sebelum lahir.
Ossa metatarsalia dan phalanges
Mempunyai caput didistal, corpus dan basis di proximal. Kelima ossa metatarsalia diberi
nomor dari sisi medial ke lateral.
Os metatarsal pertama besar dan kuat dan berperan penting dalam menyokong berat
badan. Pada aspek inferior caput terdapat alur dari ossa sesamoidea medial dan lateral
yang terdapat didalam tendo dari m. flexor hallucis brevis.
Os metatarsal kelima mempunyai tuberculum yang menonjol pada basisnya, yang
dengan mudah dapat diraba sepanjang pinggir lateral kaki. Teberculum ini merupakan
tempat pelekatan tendo dari m. peroneus brevis.
Mesing-masing jari kaki mempunyai 3 phalanges, kecuali ibujari yang hanya mempunyai 2
phalanges.
HISTOLOGI DAN FISIOLOGI TULANG
Tulang: jaringan ikat khusus yang terdiri dari matriks tulang dan 3 jenis sel (osteosit,
osteoblas, dan osteoklas)
Matriks: 50% merupakan bahan anorganik (Kalium, fosfor, bikarbonat, sitrat, Mg2+,
K+, Na+) dan bahan organiknya berupa kolagen tipe I dan substansi dasar (agregat
proteoglikan dan beberapa protein struktural spesifik)
Osteoblas: sintesis komonen matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan,
glikoprotein), hanya terdapat di permukaan tulang. Osteoblas yang aktif mensintesis
matriks berbentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik dan gepeng
jika aktivitasnya menurun.
Osteosit: berasal dari osteoblas, ada di dalam lakuna yang teletak diantara lamela-
lamela dan matriks. Bentuk gepeng dan seperti kenari dengan sedikit RE kasar,
kromatin inti yang lebih padat dan badan golgi.
Osteoklas: sel motil bercabang yang sangat
besar dengan inti 5-50, terlibat dalam
proses remodelling. Terdapat dalam
lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim
pada matriks yang dikenal sebagai lakuna
howship
Periosteum: lapisan luar terdiri dari serat-
serat kolagen dan fibroblas dimana berkas
serat periosteum (serat Sharpey) masuk ke matriks tulang dan mengikat periosteum
pada tulang. Lapisan dalamnya banyak mengandung sel mirip fibroblas (sel
osteoprogenitor) yang berpotensi membelah melalui mitosis dan menjadi osteoblas
Endosteum: melapisi semua rongga dalam di dalam tulang, terdiri dari selapis sel
osteoprogenitor gepeng dan sejumlah jaringan ikat. Endosteum lebih tipis dari
periosteum
Jenis jaringan tulang
a. Jaringan tulang primer: bersifat sementara dan akan digantikan oleh jaringan tulang
sekunder. Berkas serat kolagen tidak teratur, mineral rendah, osteosit lebih banyak
b. Jaringan tulang sekunder: serat kolagen tersusun dalam lamela yang sejajar/konsentris
mengelilingi suatu saluran yang mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat
longgar yang dinamakan sistem havers/osteon. Terdapat endapan materi amorf yang
disebut substansi semen yang mengelilingi sistem havers dan terdiri dari matriks
bermineral dengan sedikit kolagen
Jenis tulang
1) Tulang kompakta: padat tanpa
rongga, lamela tersusun khas
dan terdiri dari sistem havers,
lamela sirkumferens luar dan
dalam, lamela interstisial
- Lamela sirkumferens dalam:
sekitar rongga sumsum
tulang
- Lamela sirkumferens luar: tepat dibawah periosteum
Diantaranya banyak terdapat sistem havers
- Lamela intestisial: sisa dari sistem
havers yang hancur selama
pertumbuhan dan remodelling
- Sistem havers: silinder panjang
sering bercabang 2, terdiri dari
sebuah saluran dipusat yang
dikelilingi 4-20 lamela konsentris
2) Tulang berongga (spons): banyak
rongga yang saling berhubungan
HISTOGENESIS
Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara:
1. Mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi osteoblas (osifikasi
intermembranosa)
2. Deposisi matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi
endokondral)
Osifikasi intermembranosa (pada tulang pipih)
Pada lapisan kondensasi mesenkim, mesenkim membulat blastema osteoblas
menghasilkan matriks tulang kalsifikasi sebagian osteoblas dibungkus simpai
osteosit jaringan tulang primer
Osifikasi endokonral
Bertanggung jawab dalam pembentukan tulang pendek dan panjang
Jaringan tulang tampak berupa tabung berongga yang mengelilingi model tulang rawan
leher tulang kondrosit di tengah diafisis hipertrofi matriks kartilago terdesak dalam
sitoplasma kondrosit terjadi penimbunan glikogen matriks kartilago kalsifikasi sel-sel
kartilago terperangkap gangguan nutrisi sel kartilago mati masuk pembuluh darah
karena dilubangi osteoklas darah membawa
sel-sel diletakkan di dinding matriks tulang
osteoblas sekresi osteoid pengapuran
pusat osifikasi primer yang terjadi di diafisis akan
disusun oleh pusat osifikasi sekunder pada ujung-
ujung kartilago
5 zona tulang rawan epifisis
1) Zona istirahat: tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi
2) Zona proliferasi: pada bagian metafisis, kondrosit cepat membelah dan tersusun
dalam kolom-kolom searah sumbu panjang tulang, sel-selnya kecil, gepeng/ lonjong,
mirip tumpukan uang logam
3) Zona hipertrofi/ maturasi: kondrosit besar yang sitoplasmanya menimbun glikogen
mesenkim
blastema
osteoblas
Jaringa
n tulang pri
mer
4) Zona kalsifikasi: kondrosit mati karena matriks tulang rawan mengalami pengapuran
sehingga matriks berwarna kebiruan
5) Zona osifikasi: muncul jaringan tulang endokondral. Kapiler darah dan sel-sel
osteoprogenitor menembus periosteum dan mengisi berkas-berkas kondrosit yang
mati
KINESIOLOGI EKSTREMITAS INFERIOR
Definisi : kinesiology membahas tentang bagaimana hubungan antara tulang, sendi, tendon,
dan muskulus bergerak satu sama lain
Fisiologi :
Otot, tulang, dan sendi jika dianalogikan seperti sebuah komponen kontraktil dan rangkaian
elastis, dimana otot berperan sebagai komponen kontraktil, tendon berperan sebagai ‘PER’,
dan tulang sebagai beban yang akan diangkat/ digerakkan .
Adapun pembahasan kali ini akan membahas otot, tulang, sendi, dan tendon manasajakah
yang berperan dalam suatu pergerakan terutama pada ektremitas inferior. Yaitu ;
1. Articulatio Coxae
Articulatio ini mencakup articulatio antara caput femuris yang berbentuk
hemispher dan acetabulum os.coxae yang berbentuk mangkuk
Adapun gerakan-gerakan yang terjadi :
o Flexi : M.illiopsias, M sartorius, dan M. Rectus femuris
o Ekstensi : M.gluteus max dan otot hamstring
o Adduksi : M. Adduktor longus, M adduktor magnus, m. Adductor
brevis
o Rotasi lateral : M.piriformis, M.Obrutarior internus, M.gluteus
maksimus dan M. Quadratus ( Rectus femuris, M.vastus lateralis &
medialis, M. Intermedius)
o Rotasi medial: serabut anterior dari M.gluteus medialis & minimalis
dan Tensor fascia lata
o Circumduksi : kombinasi antara semua gerakan diatas
Adapun gerakan-gerakan ini ada terdapat hambatan dan tidak seluas gerakan
humeri;
o Bila lutut difleksikan ; dibatasi oleh permukaan tungkai atas yang
berkontak dengan dinding abdomen
o Bila lutut di ekstensikan : dibatasi oleh tegangan ligamentum
illiofemurale, lig.pubofemurale, lig.ischiofemur.
o Abduksi : dibatasi oleh tegangan lig. Pubofemural
o Adduksi ; dibatasi kontak dengan tingkat sisi yang lain dan tegangan
lig.teres femuris
o Rotasi lateral : dibatasi oleh lig.iliofemur dan oleh lig.pubofemur
o Rotasi medial : dibatasi oleh ischiofemurale
Gambar musculus yang berperan dalam pergerakan articulatio coxae
2. Articulatio Genu
Terdiri dari 2 sendi condylans : antara condylus femuril medialis, lateralis
dengan condylus tibiae
1 buah sendi pelana : antara patella dengan facies patelaris femuris
-Sendi antara femur dan tibia adalah sendi engsel dan
- sendi antara patella dan femur adalah sendi jenis pelana
Articulatio genus dapat melakukan fleksi, ekstensi, dan rotasi
Ekstensor maksimal : rotasi medial femur mengakibatkan pemutaran dan
peregangan semua ligamentum utama sendi , sehingga berubah menjadi
struktur yang secra mekanis berubah menjadi kokoh dan akhirnya cartilago
menisci ditekan seperti bantal
Fleksi : sebelum fleksi sendi lutut dapat terjadi ligamentum-ligamentum
utama harus mengurai kembali dan kendur untuk memungkinkan
terjadinya peregangan diantara permukaan sendi
3. Articulatio Tibiofibularis proksimal
Articulatio antara condylus lateralo tibiae dan caput fibula diliputi oleh
cartilago hyalin , tipe sendi ini adala sinovial jenis plana dan pergerakan yang terjadi
adalah sedikit meluncur selama pergerakan sendi lutut
4. Articulatio Tibiofibularis distal
Antara tibia pada ujung bawah dan ujung bawah fibula , pergerakannya sedikit
gerakan selama pergerkan pada sendi pergelangan kaki
5. Articulatio talocruralis ( sendi pergelangan kaki )
Sendi pergelangan kaki terdiri aas sebuah lekuk yang dibentuk oleh ujung tibia
dan fibula
Talus dapat digerakkan pada sumbu transversal seperti gerakan engsel
Bentu tulang dan ligamen serta tendo menjadikan sendi ini kuat dan stabil
Articulationya : ligamentum tibiofibulare infeosus ( yg berjalan antara
maleolus lateralis dan pinggir posterior ujung bawah tibia) memperdalam
lekukan tempat menampung corpus tali
Adapun muskulus yang terlibat adalah :
o Dorsofleksi : (jari-jari menunjuk keatas) dilakukan oleh M.Tibialis
anterior, M ekstensor hallucis longus, M ekstensor digitorum longus.
Dihambat oleh tendo calcaneus, lig.mediale, lig.calcaneofibulare
o Antefleksi : jari-jari menunjuk kebawah
Dilakukan oleh M. Gastocnemius, M soleus, M plantaris, M
peroneus longus, M brevis, M tibialis posterior, M fleksor
digitorum longus, M hallucius longus
Dihambat oleh : Lig. Mediale, lig.talofibulare
OSTEOMYELITIS
Osteomyelitis Hematogen Akut
Merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri
piogen dimana mikro-organisme berasal dari fokus di tempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah. Kelainan unu sering ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada
dewasa. Diagnosis dini sangat penting karena prognosis tergantung pada pengobatan yang
tepat dan segera.
Faktor predisposisi pada osteomielitis adalah :
1. Umur ; terutama mengenai bayi dan anak-anak
2. Jenis kelamin ; lebih sering terkena pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 4 : 1
3. Trauma ; hematoma pada daerah trauma bagian metafisis
4. Lokasi ; osteomielistis sering terjadi pada bagian metafisis karena daerah ini
merupakan daerah aktif bertumbuhnya tulang
5. Nutrisi ; lingkungan dan nutrisi yang buruk menjadi faktor pemicu osteomielitis
6. Stafilokokus aureus hemolitikus, Hemofilus influenza, B. Colli, Brucella, dan
mikroorganisme lainnya.
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara yaitu :
1. Penyebaran umum :
- Melalui sirkulasi darah berupa bakeremia dan septikemia
- Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah lain
2. Penyebaran lokal :
- Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periosit
- Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit
- Penyebaran dalam sendi sehingga arthritis septik terjadi
- Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga menyebabkan sistem sirkulasi
dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.
Teori terjadinya infeksi pada daerha metafisis :
1. Teori vaskuler (Trueta) : Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan
membentuk sinus-sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat.
Aliran darah yang lambat pada daerah ini menyebabkan bakteri mudah berkembang
biak.
2. Teori fagositosis (Rang) : Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan sistem
retikulo-endoliteal. Bila terjadi infeksi maka bakteri akan difagosit oleh sel-sel fagosit
matur di tempat ini. Tapi di daerah ini juga ada sel fagosit yang imatur yang tidak bisa
memfagositosis bakteri sehingga berkembanglah si bakteri ini.
3. Teori trauma : Bila trauma artifisial dilakukan pada binatang percobaan maka akan
terjadi hematoma pada daerah lempeng epifisis.
Gambaran Klinis : bergantung pada stadium infeksi, meliputi : nyeri tekan, gangguan
pergerakan sendi, dan gangguan gerak akan semakin bertambah berat bila terjadi spasme
lokal. Gejala klinis juga termasuk gejala umum bakteremia meliputi panas tubuh meningkat
dan malaise serta menurunnya nafsu makan.
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah
- Sel darah putih meningkat hingga 30.000 disertai peningkatan LED.
- Pemeriksaan titer antibodi stafiokokus
2. Pemeriksaan feses : melihat ada tidaknya infeksi bakteri Salmonella
3. Pemeriksaan biopsi : dilakukan pada tempat yang terinfeksi
Pemeriksaan radiologis :
- Periksa foto polos pada 10 hari pertama : biasanya belum ada perubahan yang
berarti dari hasil foto polos, belum ditemukan tanda infeksi
- Periksa foto polos pada 14 hari pertama : ditemukan destruksi berupa refraksi
tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di
bawah periosteum yang terangkat
Komplikasi :
- Septikemia
- Infeksi yang bersifat metastatik
- Arthirtis supuratif
- Gangguan pertumbuhan
- Osteomielitis kronis
Pengobatan : diberikan antibiotik sesuai dengan etiologi bakterinya. Tirah baring. Dan
meminimalisir gerakan dari tempat yang terkena.
Osteomyelitis Hematogen Subakut
Kelainan ini ditemukan insidens nya di beberapa negara, sama seperti insidens
osteomielitis hematogen akut. Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan dari pada
akut karena penderita memiliki sifat resistensi dalam tubuhnya kepada etiologi
mikroorganisme.
Biasanya terdapat kavitas berbatas tegas pada tulang kanselosa dan mengandung cairan
seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel-sel inflamasi akut
dan kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula.
Gambaran klinis nya biasanya terdapat pada anak-anak hingga dewasa, terjadi atrofi otot,
nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan pasien dapat pula menjadi pincang. Terdapat rasa
nyeri pada daerah sekitar sendi hingga beberapa minggu atau bahkan hingga berbulan-bulan.
Pemeriksaan laboratorium : LED meningkat, leukosit normal.
Diagnosis : dengan foto rontgen ditemukan kavitas dengan diameter 1-2 cm terutama pada
daerah metafisis dari tibia dan femur, atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang
panjang.
Pengobatan : diberikan antibiotik sesuai dengan etiologi bakterinya. Tirah baring. Dan
meminimalisir gerakan dari tempat yang terkena.
Osteomyelitis Sklerosing
Definisi suatu osteomielitis subakut dan terdapat kavitas yang dikelilingi olehjaringan
skletorik pada daerah metafisis dan diafisis tulang panjang. Terdapat rasa nyeri dan
mungking edema padatulang.
Pemeriksaan Radiologis pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang difus dan
dikelilingi oleh jaringan tulang yang skletorik.
Pengobatan eksisi dan kuretasi lesi.
Osteomielitis Kronis
Osteomielitis Kronis merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosa atau
tidak diobati dengan baik.
Etiologi Staphylococcus aureus (paling utama), E.colli, Pseudomonas, dan
Staphylococcus epidermidis.
Patologi dan Patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya
resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum merupakan benda
saing yang mengahambatterjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit).
Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar atau dibersihkan dari tulang
medula kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis
tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.
Gambaran Klinis
- Ada cairan yang keluar dari luka setelah operasi yang bersifat menahun
- Kelainan disertai demam dan nyeri lokal yang hilang timbul
- Ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan
- Mungkin ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit
Pemeriksaan Laboratorium menunjukan adanya penigkatan LED, leukositosis dan
peningkatan titer antibodi anti-Staphylococcus. Pemeriksaan kultur diperlukan untuk
menentukan organisme penyebab.
Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos ditemukan tanda-tanda porosis dan sklerosis tulang, penebalan
periosteum, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
2. Radioisotop Scanning untuk menegakan osteomielitis kronis dengan memakai
99mTCHDP
3. CT dan MRI untuk membuat recana pengobatan dan untuk melihat sejauh mana
kerusakan tulang.
Pengobatan
1. Pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengontrol eksaserbasi
akut.
2. Tindakan operatif
Osteomyelitis Akibat Fraktur Terbuka
Merupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa. Adanya
hubungan fraktur terbuka dengan dunia luar dapat menyebabkan infeksi.
Etiologi paling utama disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Gambaran Klinis
- Demam
- Nyeri
- Edema pada daerah fraktur
- Sekresi pus pada luka
- Peningkatan LED dan leukositosis
Pengobatan
Pengobatan sama dengan osteomielitis lainnya ditambah denagn pencegahan infeksi pada
fraktur terbuka dan diberikan antibiotik yang adekuat.
Osteomyelitis Pasca Operasi
Terjadi setelah suatu tindakan operasi tulang yang disebabkan oleh kontaminasi
bakteri pada pembedahan. Gejala yang timbul dapat segera munncul atau beberapa bulan
kemudian.Pada keadaan ini pencegahan lebih penting daripada pengobatan.
PATOFISIOLOGI OSTEOMYELITIS
Tiga bulan yang lalu mengalami benturan dan luka pada lutut lalu luka ini hanya
dibersihkan oleh air hangat dan diberi obat merah. Luka tidak sembuh disertai bengkan dan
kesulitan berjalan dan saat itupun Ny.Desak Ayu bekerja sebagai buruh inpres yang dimana
keadaan higiene tidak baik.
Keadaan awalnya yaitu dengan adanya luka terbuka pada kulit yang merupakan infeksi kulit.
Lalu dari luka tersebut mikroorganisme masuk melalui darah yang paling banyak ditemukan
adalah Stafilococcus aureus. Lali mikroorganisme ini berkumpul di tempat yang
vaskularisasiny lambat (metafisis tulang panjang). Metafisis ini merupakn daerah
pertumbuhan dan sel-selnya masih rawan untuk terkenanya infeksi, kedua metafisis ini
memilik banyak rongga, dan ketiga aliran darah di daerah ini lambat yang memungkinkan
mikroorganisme berhenti disini dan berproliferasi. Mikroorganisme yang telah masuk ini
akan berproliferasi dan berkembang, dua keadaan ini yang akan memicu adan respon imun
tubuh yang disebut reaksi inflamasi disertai dengan adanya infiltrat neutrofil. Rekasi
inflamasi ini mengeluarka beberapa mediator kimiawi yang dapat menyebabkan :
1. Vasodilatasi pemuluh darah yang menyebabakan kecepata aliran darah menigkat
segingga menyebabkan eritema dan hangat.
2. Permeabilitas vascular meningkat yang menyebabkan cairan protein plasma keluar
dari intravascular ke interstitial yang menyebabkan terbentuknya edema.
Setelah itu jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan
peningkatan tekanan intraosseus yang menghalangu aliran darah. Hal ini akan menyebabkan
jaringan tulang iskemia, sehingga akan menyebabkan penurunan vascularisasi di periosteum
keadaan ini berdampak infeksi sampi ke struktur dalam tulang (medula) menyebabkan
devascularisasi dan akhirnya menjadi nekrosis. Bagian tulang yang mati ini akan terlepas dari
tulang yang hidup yang disebut sekuester. Sekuester ini akan meninggalkan rongga yang
perlahan nantinya akan membentuk tulang yang baru. Rongga ini yang disebut involucrum.
Jaringan nekrotik ini keluar dari involucrum lalu ke sinus (lubang) ke jaringan kult
menembus kulit dan menjadi pustula.
DIAGNOSIS BANDING
Paget Disease
A. Definisi
Penyakit tulang yang ditandai dengan penebalan & pembesaran tulang,
kerapuhan tulang dan struktur dalam tulang yang tidak normal.
B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti namun biasanya disebabkan karena inveksi virus
karena ditemukan adanya badan inklusi pada osteoclast.
C. Epidemiologi
Paget Disease bias di derita oleh wanita ataupun pria dengan perbandingan
yang sama dan biasa terjadi pada usia lebih dari 40tahun. Penyakit ini bias terjadi di
seluruh tulang, terutama pada tulang pelvis, tibia, femur, tengkorak, vertebra, dan
klavikula.
D. Gambaran Klinis
Asimtomatik
Nyeri nyeri hebat dapat timbul bila terjadi fraktur
Deformitas tulang
E. Patogenesis
F. Diagnosis
Pemeriksaan Radiologis
Tampak tualng osteoporosis pada fase osteolisis.
Terjadi peningkatan penebalan tulang secara tidak teratur pada fase
osteosklerosis.
Pemeriksaan Laboratorium
Terjadi peningkatan alkali fosfatase darah yang diakibatkan karena
terjadinya peningkatan osteobalst sebagai kompensasi terhadap
peningkatan osteoclast.
G. Komplikasi
Fraktur akibat tulang yang rapuh dapat menyebabkan tulang menjadi lebih
mudah patah.
Osteoartritis cacat tulang dapat meningkatkan jumlah tekanan pada sendi
didekatnya.
Fase Osteolisis (osteoclast )
Osteoblast Tulang rapuh
Fase Osteosklerosis (penebalan tulang secara
tidak teratur)
Tulang membesar dan menebal tetapi
rapuh
Deformitas tulang
Gagal Jantung akibat terjadi peningkatan osteoclast menyebabkan jantung
menjadi kerja lebih keras untuk memompa darah agar terjadi pembentukan
tulang baru.
H. Penatalaksanaan
Pemberian kalsitonin dan difosfat untuk mengatur metabolism kalsium dan
fosfor
Operasi jika terjadi fraktur dan osteoartritis
STAPHYLOCOCCUS
Morfologi dan identifikasi:
a) Ciri khas: sel sferis, diameter ± 1 µm, berkelompok tidak teratur. Kokus tunggal,
berpasangan, tetrad dan bentuk rantai. Kokus muda memberikan pewarnaan Gram
positif yang kuat, akibat penuaan banyak sel menjadi Gram negatif. Tidak motil, tidak
membentuk spora. Bila dipengaruhi obat seperti penisilin, stafilokokus akan lisis.
Ditemukan hidup bebas di lingkungan dan membentuk kelompok empat atau delapan
kokus yang teratur. Koloninya berwarna kuning, merah atau jingga.
b) Biakan: paling cepat berkembang di suhu 37oC tapi suhu terbaik untuk menghasilkan
pigmen adalah suhu ruangan 20-25oC. Koloni pada medium padat berbentuk bulat,
halus, meninggi dan berkilau. S.aureus biasanya membentuk koloni abu-abu sampai
kuning tua kecoklatan. Koloni S.epidermidis berwarna abu-abu sampai putih.
c) Sifat pertumbuhan: memproduksi katalase, memfermentasikan karbohidrat secara
lambat, menghasilkan asam laktat tapi tidak menghasilkan gas, resisten terhadap
pengeringan panas (tahan pada suhu 50oC selama 30 menit) dan NaCl 9% tapi mudah
dihambat oleh heksaklorofen 3%. Resistensinya dibagi menjadi:
Sering memproduksi β-laktamase, dikendalikan oleh plasmid
Resistensi terhadap nafsilin (metisilin dan oksasilin) tidak tergantung pada β-
laktamase. Gen mecA yang resisten nafsilin ada di dalam kromosom.
Mekanismenya dikaitkan dengan kekurangan/tidak tersedianya protein pengikat
penisilin pada organisme tersebut.
S.aureus di Amerika dianggap sensitif terhadap vankomisin jika konsentrasi
penghambat minimumnya ± 4 µg/mL, kerentanan intermediat terjadi MIC 8-16 4
µg/mL dan resisten jika ≥ 16 4 µg/mL.
Resistensi yang diperantarai plasmid terhadap tetrasiklin, eritromisin,
aminoglikosida dll
“Toleransi” menunjukkan staphylococcus dihambat oleh suatu obat namun tidak
dibunuh. Toleransi kadang terjadi akibat kurangnya aktivasi enzim autolitik di
dinding sel
d) Variasi: biakan staphylococcus mengandung beberapa bakteri yang berbeda dari
sebagian populasi dalam memberntuk koloni, elaborasi enzim, resistensi obat dan
patogenitas. Bila S.aureus yang resisten nafsilin diinkubasi dalam agar darah pada
suhu 37oC, satu dari 107 organisme menunjukkan resistensi yang sama.
Struktur antigen
Mengandung polisakarida antigenik dan protein serta substansi penting lainnya dalam
struktur dinding sel. Peptidoglikan merupakan eksoskelet yang kaku pada dinding sel yang
dapat dihancurkan oleh asam kuat atau pajanan terhadap lisozim. Hal ini penting pada
patogenesis infeksi dimana peptidoglikan memicu produksi IL-1 dan antibodi opsogenik oleh
monosit dan dapat menjadi kemotraktan untuk leukosit polimorfonuklear dan mengaktifkan
komplemen.
Asam teikoat merupakan polimer gliserol/ ribitol fosfat, berhubungan dengan
peptidoglikan dan dapat menjadi antigen.
Protein A adalah komponen dinding sel pada banyak strain S.aureus yang berikatan
dengan bagian Fc dari molekul IgG kecuali IgG3. Bagian Fab dari IgG yang terikat dengan
protein A bebas berikatan dengan antigen spesifik dan akan mengaglutinasi bakteri.
Enzim dan toksin
a) Katalase: mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen, membedakan
staphyloccocus yang positif dan streptococcus yang negatif
b) Koagulase dan faktor penggumpal: suatu protein mirip enzim yang dapat
menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat/ sitrat. Koagulase berikatan
dengan protrombin dan bersama-sama menjadi aktif secara enzimatik dan
menginisiasi polimerisasi fibrin. Faktor penggumpal adalah kandungan permukaan
S.aureus yang melekatkan organisme ke fibrin/ fibrinogen. Bila dalam plasma
S.aureus membentuk gumpalan.
c) Enzim lain: hialuronidase atau faktor penyebar, stafilokinase menyebabkan
fibrinolisis tapi bekerja lebih lambat dari streptokinase, proteinase, lipase, β-laktamase
d) Eksotoksin: α-toksin yang merupakan protein heterogen spektrum luas pada membran
sel eukariot dan merupakan hemolisin yang kuat. Β-toksin dapat mengurai
sfingomielin sehingga toksik untuk berbagai sel, termasuk sel darah merah manusia.
ϒ-toksin melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. Δ-toksin bersifat heterogen
dan terurai menjadi beberapa subunit pada detergen nonionik. Toksin tersebut
mengganggu membran biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat
S.aureus.
e) Leukosidin: toksin S.aureus ini memiliki 2 komponen dapat membunuh sel darah
putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut bekerja secara sinergis pada
membran sel darah putih membran pori-pori dan meningkatkan permeabillitas kation.
f) Toksin eksfoliatif:
g) Toksin sindrom-syok-toksik:
h) Enterotoksin:
Patogenesis: staphylococcus terutama S.epidermidis merupakan flora normal kulit, saluran
napas, dan saluran cerna manusia. Kemampuan patogeniknya merupakan gabungan efek
faktor ekstrselular dan toksin serta sifat invasif strain tersebut.
S.aureus yang patogen dan invasif menghasilkan koagulase dan cenderung
menghasilkan pigmen kuning dan hemolitik. Staphylococcus yang nonpatogen dan tidak
invasif (S.epidermidis) bersifat koagulase-negatif dan nonhemolitik.
STREPTOCOCCUS
- Morfologi: kokus tunggal, seperti rantai, Gram +, beberapa menguraikan
polisakarida kapsular, strain grup A,B,C, menghasilkan kapsul fagositosis.
- Biakan: tumbuh pada medium padat sebagai koloni diskoid, diameter 1-2 mm.
Strain yang menghasilkan kapsular berbentuk mukoid
- Energi diperoleh dari penggunaan gula, dan tumbuh baik di suhu 37oC
- Fakultatif anaerob
- Varian strain yang sama dapat memperlihatkan bentuk koloni yang berbeda
- Pengobatan: sensitif terhadap penisilin G dan eritromisin dan beberapa resisten
tetrasiklin
TATALAKSANA
Antibiotik yang Bisa Masuk ke Tulang
1. Golongan Kuinolon dan Fluorokuinolon
Dalam garis besarnya golongan kuinolon dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
- Kuinolon : kelompok ini tidak punya manfaat klinik untuk pengobatan infeksi
sistemik karna kadarnya dalam darah terlalu rendah. Selain itu daya
antibakterinya agak lemah dan resistensi juga cepat timbul. Indikasinya
terbatas sebagai antiseptik saluran kemih.
- Fluorokuinolon : disebut demikian karna adanya atom fluor pada posisi 6
dalam struktur molekulnya. Daya antibakterinya jauh lebih kuat dibandingkan
dengan kuinolon.
Farmakokinetik
- Fluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna dan hanya sedikit
yang terikat dengan protein.
- Golongan obat ini didistribusi dengan baik pada berbagai organ tubuh.
- Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui Kadar
Hambat Minimal untuk kebanyakan kuman patogen selama minimal 12 jam.
Indikasi
- Infeksi saluran kemih
- Infeksi saluran cerna
- Infeksi saluran nafas
- Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
- Infeksi tulang dan sendi
- Infeksi kulit dan jaringan lunak
Kontraindikasi
- Pasien DM
Dosis
Untuk infeksi tulang dan sendi dapat diberi siprofloksasin oral dengan dosis 2 kali
500-750 mg/hari yang diberikan selama 4-6 minggu.
Efek Samping
- Saluran cerna : mual, muntah, dan rasa tidak enak di perut.
- Susunan saraf pusat : yang paling sering ialah sakit kepala dan pusing. Bentuk
yang jarang timbul ialah halusinasi, kejang dan delirium.
- Hapatotoksik
- Kardiotoksisitas
- Disglikemia
- Fototoksisitas
2. Karbapenem (Betalaktam)
Indikasi
- Digunakan untuk infeksi berat oleh kuman yang sensitif, termasuk infeksi
nosokomial yang resisten terhadap antibiotik lain, misalnya infeksi saluran
nafas bawah, intra abdominal, obstetri-ginekologi, osteomielitis dan
endokarditis.
Efek Samping
Efek samping yang paling sering dijumpai adalah mual, muntah, kemerahan pada
kulit dan reaksi lokal pada tempat infus.
Farmakokinetik
- Obat ini tidak di absorpsi melalui saluran cerna, sehingga harus diberikan
secara suntikan.
- Distribusi obat ini merata ke berbagai jaringan dan cairan tubuh.
- Sebagian besar di eksresi di dalam urin dan sisanya dimetabolisme.
3. Klindamisin
Obat ini pada umumnya aktif terhadap S. aureus, S. pyogenes, S. anaerobic, dll.
Farmakokinetik
- Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberian oral. Adanya makanan
dalam lambung tidak mempengaruhi absorpsi obat ini.
- Klindamisin didistribusi dengan baik ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan
tulang, kecuali ke CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Obat ini dapat
menembus sawar uri dengan baik.
- Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin.
- Sebagian besar obat ini di metabolisme menjadi N-demetilklindamisin dan
klindamisin sulfoksid untuk selanjutnya dieksresi melalui urin dan empedu.
- Hanya sekitar 10% klindamisin dieksresi dalam bentuk asal melalui urin,
sejumlah kecil klindamisin ditemukan dalam feses.
Efek Samping
- Diare
- Demam
- Nyeri abdomen
- Diare dengan darah
- Lendir pada tinja
Dosis dan Sediaan
- Klindamisin tersedia dalam kapsul 150 dan 300 mg. Selain itu terdapat
suspensi oral dengan konsentrasi 75 mg/5 ml.
- Dosis untuk orang dewasa : 150-300 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dapat
diberikan 450 mg tiap 6 jam.
- Dosis oral untuk anak : 8-16 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam beberapa
dosis. Untuk infeksi berat dapat diberikan sampai 20 mg/kgBB sahari.
- Untuk pemberian secara IM atau IV digunakan larutan klindamisin fosfat 150
mg/ml dalam ampul berisi 2 dan 4 ml.
Penggunaan Klinik
Klindamisin terutama bermanfaat untuk infeksi kuman anaerobik. Obat ini juga
efektif untuk beberapa infeksi serius oleh kuman yang peka yaitu sepsis, infeksi
sendi dan tulang, intraabdominal, pelvis, saluran napas bawah, uretritis, kulit dan
jaringan lunak.
Farmakodinamik obat yang menembus tulang
Fluorokuinolon
Antibiotic kuinolon bekerja pada DNA girase dan topoisomerase IV bakteri. Pada
banyak bakteri gram + (seperti S. aureus), topoisomerase merupakan aktivitas utama yang
dihambat oleh kuinolon. Sebaliknya pada banyak bakteri gram – (seperti E. coli) target
utamanya adalah DNA girase. Obat kuinolon bekerja dengan cara menghambat penyatuan
DNA girase maupun topoisomerase. Sehingga menyebabkan ganguan terhadap proses
replikasi bakteri.
Karbapem
Karbapenem merupakan senyawa betalaktam aktivitas antimikrobanya bersifat
bakterisid, dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat karbapem memiliki
spectrum luas gram + maupun gram – baik aerobic maupun anaerobic. Bakteri gram + yang
dapat terpengaruhi yakni golongan stafilokok, streptokok, pneumokok, dan E. faecialis.
Karbapenem menggagu sintesis dinding sel bakteri yang menyebabkan rusaknya
permeabilitas membrane bakteri yang pada akhirnya menyebabkan kematian bakteri.
Klindamisin
Klindamisin berikatan secara eklusif pada subunit 50s ribosom bakteri dan menekan
sintesis protein. Hal ini mengakibatkan proses sintesis protein bakteri menjadi tergangu dan
mengakibatkan kematian pada bakteri. Meskipun klindamisin, eritromisin dan kloramfenikol
secara struktur tidak berkaitan, akan tetapi ketiga antibiotic ini berikatan di reseptor yang
berdekatan, itulah alas an mengapa obat ini tidak diberikan secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Penghantar Ilmu Bedah Ortopedi – Prof. Chairuddin Rasjad, MD., Ph.D.
2. Buku Ajar Ilmu Bedah – Sjamsuhidajat, De Jong
3. Dasar farmakologi dan terapi, goodman and gilman
4. Farmakologi dan Terapai FKUI
5. Jawetz, Melnick, & Adelsberg’s Medical Microbiology, 23th Ed
6. Buku ajar mikrobiologi kedokteran FKUI
7. Atlas Anatomi Manusia Sobotta
8. Anatomi Klinis Dasar Moore