makalah osteomyelitis

49
MAKALAH KASUS KE-6 “OSTEOMYELITIS” Tutorial B3 Disusun oleh : Anastasia Desy Pratiwi (1010.211.038) Kartika Rizky Lim (1010.211.049) Ghina Ninditasari (1010.211.055) Dini Fatriani (1010.211.061) Niken Faradila (1010.211.074) Rahmah Indriyani (1010.211.085) Ni’ma Ulya Darajah (1010.211.092) Mekko Pebin (1010.211.115) Fachdepy Maulana N. (1010.211.120) Annisa Islam (1010.211.162)

Upload: nikenfaradilau

Post on 19-Dec-2015

97 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

osteomyelitis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Osteomyelitis

MAKALAH KASUS KE-6

“OSTEOMYELITIS”

Tutorial B3

Disusun oleh :

Anastasia Desy Pratiwi (1010.211.038)

Kartika Rizky Lim (1010.211.049)

Ghina Ninditasari (1010.211.055)

Dini Fatriani (1010.211.061)

Niken Faradila (1010.211.074)

Rahmah Indriyani (1010.211.085)

Ni’ma Ulya Darajah (1010.211.092)

Mekko Pebin (1010.211.115)

Fachdepy Maulana N. (1010.211.120)

Annisa Islam (1010.211.162)

Restoe Fajar F. (1010.211.193)

FK UPN “VETERAN” JAKARTA 2010

Page 2: Makalah Osteomyelitis

Lembar Pengesahan Makalah

Saya yang bertanda tangan di bawah, menyatakan bahwa makalah ini sudah sesuai dengan

proses yang terjadi selama tutorial.

Jakarta, ... November 2011

Tutor kelompok B3

(dr. E. M. Hidayat, Sp.PK)

Page 3: Makalah Osteomyelitis

CASE: Ny. Desak Ayu

Page I

Seorang ibu usia 45 tahun datang dengan keluhan pada daerah lutut kaki kirinya

terdapat luka bernanah, membengkak, memerah, terasa panas pada daerah lutut. Keluhan

sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengaku kakinya

terbentur dan kemudian terluka dan oleh si ibu sudah dibersihkan dengan air hangat dan

diberi obat merah, namun luka tak pernah sembuh, malah sekarang disertai bengkak pada

lututnya, dan kesulitan berjalan. Pasien bekerja sebagai buruh pasar INPRES.

Page II

RPS: pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi kencing manis, hipertensi

RPO: penyakit ini baru dirasakan pertama kalinya ini, dan sudah berusaha diberi obat salep

miconazol pada daerah luka

RPK: tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama

STATUS GENERALIS

Keadaan umum: baik kesadaran: compos mentis

BB: 80 kg TB: 155 cm

Vital sign TD: 140/90 Nadi: 80x/menit RR: 18x/menit S: 37,5oC

Kepala: normocephal, rambut hitam, distribusi merata

Mata: konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung: simetris, deviasi septum (-), sekret (-)

Telinga: bentuk normal, sekret (-), tidak ditemukan vesikel (-), pustul (-)

Mulut: dbn

Tenggorokan: faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang

Thorax: Jantung: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru: vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Page 4: Makalah Osteomyelitis

Abdomen: supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak teraba

KGB: teraba pembesaran KGB pada daerah inguinal sinistra

STATUS LOKALISATA

Ekstremitas inferior dextra: akral hangat, tidak ada edema, mobilitas baik

Ekstremitas inferior sinistra: akral hangat, edema genu patella, cyanosis (-)

Genu patella: edema (++), eritema (++), kalor (+), krusta (++) sebesar 2x1 cm daerah anterior

patella, mobilitas terbatas (motorik 3)

Page III

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Darah lengkap

Hb: 12g/dl

Ht: 38%

Trombosit: 250.000/ul

Leukosit: 19.000/ul

Diff count/ hitung jenis leukosit: 0/1/8/50/34/7

GDS: 100 mg/dl

Page IV

Tampak gambaran infiltrat 1/3 atas os.tibia sinistra dengan proses inflamasi ke arah medial

genu patella

Kesan: Osteomyelitis akut

Page V

Hasil kultur pus: ditemukan koloni bakteri Staphylococcus aureus

Page 5: Makalah Osteomyelitis

Page VI

EPILOGUE

Spesialis orthopedy mendiagnosis pasien terkena Ostemyelitis akut genu patella

sinistra dan disarankan untuk dirawat di RS dulu.

Diberikan terapi antibiotic yang sesuai dengan jenis bakteri yang sesuai. NSAID,

toilet wound tiap hari dengan NaCl dan antibiotik disemprotkan. Jika keadaan

memungkinkan direncanakan untuk debridemen pada daerah lesi

LEARNING PROGRESS REPORT

1. Terminologi: -

2. Problem: Ny. Desak Ayu 45 tahun

- KU: luka bernanah pada lutut kiri, bengkak, merah, panas sejak 2 minggu yang

lalu

- KT: sulit berjalan

- RPD: 2 bulan yang lalu terbentur dan terluka

- RPO: dibersihkan dengan air hangat dan obat merah namun tidak sembuh,

sekarang bengkak pada lututnya yang menyebabkan kesulitan berjalan

- R.Sos.Ek: buruh pasar INPRES

- R.Kes: tidak ada DM maupun alergi

3. Hipotesis: infeksi kulit, infeksi otot, infeksi ligamen, infeksi sendi, osteomyelitis akut

(karena kuman, bukan kuman), osteomyelitis TBC

4. More info

- Anamnesa lanjutan terbentur apa? Bagaimana perawatan lukanya, RPK & RPD

DM, luka awal seperti apa?

- Pemeriksaan kulit head to toe, vital sign, status dermatologikus

- Pemeriksaan darah diff count, leukosit

- Pemeriksaan penunjang kultur bakteri

5. I Don’t Know & Learning Issues

- Anatomi tulang extremitas inferior:

Fisiologi

Kinesiologi

Page 6: Makalah Osteomyelitis

Histologi

- Osteomyelitis:

Definisi

Etiologi

Gejala klinis

Diagnosis px. Lab

Klasifikasi

DD paget disease

Patofisiologi

Epidemiologi

Tatalaksana

Komplikasi

Prognosis

- Staphylococcus dan streptococcus:

Morfologi

Daur hidup

patogenesis

- Obat (yang bisa menembus tulang):

Pencegahan

pemberantasan

ANATOMI TULANG EXTREMITAS INFERIOR

Page 7: Makalah Osteomyelitis

Os Coxae

Ilium, ischium dan pubis membentuk Os. Coxae. Tulang-tulang ini bertemu satu

dengan yang lain di acetabulum.

Ilium, yang merupakan bagian atas Os.coxae yang gepeng, mempunyai crista iliaca

yang berakhir di spina iliaka anterior superior dan di belakang pada spina iliaka posterior

superior.

Ischium, berbentuk huruf L, mempunyai bagian atas yang tebal yaitu corpus, dan

bagian bawahnya yang lebih tipis ramus. Spina ischiadica menonjol dari pinggir posterior

ischium dan terletak diantara incisura ischiadika major & incisura ischiadika minor.

Pubis, dapat dibagi menjadi corpus, ramus superior & ramus inferior. Corpus dari

kedua os pubis bersendi satu dengan yang lain di garis tengan anterior symphisis pubis.

Ramus superior bergabung dengan ilium dan ischium pada acetabulum. Ramus inferior

bergabung dengan ramus ischiadikum di bawah foramen obturatorium.

Femur

Disebelah atas, femur bersendi dengan acetabulum untuk membentuk articulation

coxae dan di bawah dengan tibia dan patella untuk membentuk articulation genus.

Ujung atas femur memiliki caput, collum, trochanter major, trochanter minor.

Caput membentuk kira-kira dua pertiga dari bulatan dan bersendi dengan acetabulum Os

coxae untuk membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terdapat lengkungan kecil yang

disebut fovea capitis, untuk melekatnya ligamentum capitis femoris. Sebagian suplai darah

untuk caput femoris dari a. obturatoria dihantarkan melalui ligamentum ini dan memasuki

tulang melalui fovea capitis.

Collum, yang menghubungkan caput dengan corpus, berjalan ke bawah, belakang dan lateral

membentuk sudut sekitar 125 derajat, besar sudut ini dapat berubah akibat adanya penyakit.

Page 8: Makalah Osteomyelitis

Trochanter major dan minor, merupakan tonjolan

besar pada taut antara collum dan corpus. Linea

intertrochanterica menghubungkan kedua

trochanter ini dibagian anterior, tempat melekatnya

ligamentum iliofemorale dan bagian posterior oleh

crista intertrochanterica yang menonjol, pada

crista ini terdapat tuberculum quadratum

Corpus femoralis permukaan anteriornya licin dan

bulat, sedangkan permukaan posteriornya

mempunyai rigi disebut linea aspera. Pada linea ini

melekat otot-otot dan septa intermuskularis. Pinggir-

pinggir linea melebar ke atas dan bawah. Pinggir

medial berlanjut ke distal sebagai crista

supracondylaris lateralis. Pada permukaan

posterior corpus, dibawah trochanter major terdapat

tuberositas glutea untuk tempat melekatnya m.

gluteus maximus. Corpus melebar kea rah ujung

distalnya dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya yang disebut

fasies poplitea.

LIGAMENTA DI REGIO GLUTEA

Dua ligament penting di glutea adalah ligamentum sacrotuberosum dan ligamentum

sacarospinosum. Fungsi ligament ini untuk menstabilkan sacrum dan mencegah sacrum ke

rotasi pada articulation sacroiliaka oleh gaya berat columna verteberalis.

ligamentum sacrotuberosum menghubungkan bagian dorsal sacrum dengan tuber

ischiadicum

ligamentum sacarospinosum menghubungkan bagian dorsal sacrum dengan spina ischiadica

Patella

Page 9: Makalah Osteomyelitis

Patella adalah tulang sesamoid yang terbesar (yaitu sebuah tulang yang berkembang

dalam tendo dari m. quadriceps femoris di depan articulation genus). Patella berbentuk

segitiga dengan apex terletak di inferior.

Fasies anterior patella: cembung dan kasar

Fasies posterior patella

Apex dihubungkan dengan tuberositas tibiae oleh ligamentum patella. Fasies posterior

bersendi dengan condylus femoris. Patella terletak dalam posisi terbuka didepan articulation

genus dan dapat diraba dengan mudah melalui kulit. Patella di pisahkan dari kulit oleh bursa

subcutanea yang penting.

Pinggir atas, lateral, dan medial merupakan tempat pelakatan berbagai bagian m. quadriceps

femoris. Patella dicegah begeser ke lateral selama kontraksi m. quadriceps femoris oleh

serabut-serabut horizontal bawah m. vastus medialis dan oleh besarnya ukuran condylus

lateralis femoris.

Tibia

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi menyanggah

berat badan. Pada ujung atas terdapat condyli lateralis dan medialis dan dipisahkan oleh

menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares condilorum tibiae terbagi

atas area intercondylus anterior dan posterior diantara kedua area ini terdapat eminentia

intercondylus. Corpus tibiae terbentuk segitiga pada potongan melintangnya dan mempunyai

3 margines dan 3 fasies. Margines anterior, medial serta facies medialis diantaranya

terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada pertemuan

antara margo anterior dan ujung atas tibiae terdapat tuberositas, yang merupakan tempat

lekat ligamentum patellae.

Facies posterior dari corpus tibiae menunjukan oblique, yang disebut linea musculi solei

untuk tempat melekatnya m. soleus.

Fibula

Fibula adalah tulang lateral tungkai bawah yang langsing. Tulang ini tidak ikut

beraktivitas pada articulation genus dan tulang ini juga tidak berperan dalam menyalurkan

berat badan tetapi merupakan tempat melekatnya otot-otot. Fibula mempunyai ujung atas

Page 10: Makalah Osteomyelitis

yang melebar, corpus dan ujung bawah. Membentuk malleolus lateralis yang berbentuk

segitiga. Pada facies

medialis dari malleolus

lateralis terdapat facies

articularis yang berbentuk

segitiga untuk bersendi

dengan aspek lateral os

talus. Dibawah dan di

belakang facies articularis

terdapat fossa malleolaris

yang berbentuk lengkungan.

Ossa tarsalia

Ossa tarsalia terdiri atas os calcaneus, os talus, os naviculare, os coboideum, dan 3

buah ossa cuneiforme. Hanya os talus yang bersendi dengan tibia dan fibula pada articulation

talocruralis (sendi pergelangan kaki).

1. Os calcaneus

Os calcaneus adalah tulang terbesar dari kaki dan membentuk tumit yang menonjol.

Tulang ini ke atas bersendi dengan talus dan didepan dengan os cuboideum. Calcaneus

mempunyai 6 facies.

Facies anterior kecil dan membentuk facies articularis yang bersendi dengan os cuboideum

Facies posterior membentuk tojolan tumit dan merupakan tempat pelekatan dari tendo

calcaneus (tendo Achiles)

Facies superior didominasi oleh dua facies articulares untuk talus, yang dipisahkan oleh alur

kasar yaitu sulcus calcanei

Facies inferior mempunyai tuberculum anterior pada garis tengah dan tuberculum mediale

yang besar serta tuberculum laterale yang kecil pada pertemuan antara facies inferior dan

posterior

Page 11: Makalah Osteomyelitis

Facies medialis mempunyai sebuah tonjolan yang besar berbentuk kerang yang disebut

sustentaculum tali, yang membantu menyokong os talus

Facies lateralis pada bagian anteriornya terdapat peninggian kecil yang disebut tuberculum

peronoerum, yang memisahkan tento-tendo dari m. peroneus longus dan m. peroneus brevis

2. Os. Talus

Os talus bersendi diatas dengan tibia dan fibula, di bawah dengan os calcaneus dan di

depan dengan os naviculare. Tulang ini mempunyai caput, collum dan corpus

Caput tali mengarah ke distal dan mempunyai facies articularis yang cembung dan

berbentuk oval untuk bersendi dengan os naviculare.

Collum tali terletak posterior terhadap corpus dan sedikit menyempit. Permukaan atasnya

kasar dan menjadi tempat pelekatan ligament dan permukaan bawahnya memperlihatkan alur

yang dalam yang disebut sulcus tali

Carpus tali berbebtuk kuboid. Facies superiornya bersendi dengan ujung distal tibia,

bagian ini cembung dari depan ke belakang dan sedikit cekung pada sisi-sisinya. Terdapat

banyak ligament penting yang melekat pada os talus tetapi tidak ada satupun otot yang

melekat pada tulang ini

3. Os naviculare

Tuberositas ossis navicularis dapat dilihat dan dipalpasi pada pinggir medial kaki

lebih kurang 1 inci (2,5 cm) didepan dan dibawah malleolus medialis serta memberikan

tempat pelakatan untuk bagian utama tendo m. tibialis posterior

4. Os cuboideum

Terdapat alur yang dalam pada aspek inferiornya sebagai tempat untuk tendo m.

peroneus longus

5. Os cuneiforme

Ketiga tulang-tulang kecil berbentuk baji ini bersendi di proximal dengan os

naviculare dan di distal dengan ke tiga ossa metatarsalia yang pertama. Bentuk bajinya

berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan lengkung transversal kaki.

Penulangan ossa tarsalia berbeda dengan ossa carpalia, dimulai sebelum lahir.

Ossa metatarsalia dan phalanges

Page 12: Makalah Osteomyelitis

Mempunyai caput didistal, corpus dan basis di proximal. Kelima ossa metatarsalia diberi

nomor dari sisi medial ke lateral.

Os metatarsal pertama besar dan kuat dan berperan penting dalam menyokong berat

badan. Pada aspek inferior caput terdapat alur dari ossa sesamoidea medial dan lateral

yang terdapat didalam tendo dari m. flexor hallucis brevis.

Os metatarsal kelima mempunyai tuberculum yang menonjol pada basisnya, yang

dengan mudah dapat diraba sepanjang pinggir lateral kaki. Teberculum ini merupakan

tempat pelekatan tendo dari m. peroneus brevis.

Mesing-masing jari kaki mempunyai 3 phalanges, kecuali ibujari yang hanya mempunyai 2

phalanges.

HISTOLOGI DAN FISIOLOGI TULANG

Tulang: jaringan ikat khusus yang terdiri dari matriks tulang dan 3 jenis sel (osteosit,

osteoblas, dan osteoklas)

Page 13: Makalah Osteomyelitis

Matriks: 50% merupakan bahan anorganik (Kalium, fosfor, bikarbonat, sitrat, Mg2+,

K+, Na+) dan bahan organiknya berupa kolagen tipe I dan substansi dasar (agregat

proteoglikan dan beberapa protein struktural spesifik)

Osteoblas: sintesis komonen matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan,

glikoprotein), hanya terdapat di permukaan tulang. Osteoblas yang aktif mensintesis

matriks berbentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik dan gepeng

jika aktivitasnya menurun.

Osteosit: berasal dari osteoblas, ada di dalam lakuna yang teletak diantara lamela-

lamela dan matriks. Bentuk gepeng dan seperti kenari dengan sedikit RE kasar,

kromatin inti yang lebih padat dan badan golgi.

Osteoklas: sel motil bercabang yang sangat

besar dengan inti 5-50, terlibat dalam

proses remodelling. Terdapat dalam

lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim

pada matriks yang dikenal sebagai lakuna

howship

Periosteum: lapisan luar terdiri dari serat-

serat kolagen dan fibroblas dimana berkas

serat periosteum (serat Sharpey) masuk ke matriks tulang dan mengikat periosteum

pada tulang. Lapisan dalamnya banyak mengandung sel mirip fibroblas (sel

osteoprogenitor) yang berpotensi membelah melalui mitosis dan menjadi osteoblas

Endosteum: melapisi semua rongga dalam di dalam tulang, terdiri dari selapis sel

osteoprogenitor gepeng dan sejumlah jaringan ikat. Endosteum lebih tipis dari

periosteum

Jenis jaringan tulang

a. Jaringan tulang primer: bersifat sementara dan akan digantikan oleh jaringan tulang

sekunder. Berkas serat kolagen tidak teratur, mineral rendah, osteosit lebih banyak

b. Jaringan tulang sekunder: serat kolagen tersusun dalam lamela yang sejajar/konsentris

mengelilingi suatu saluran yang mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat

longgar yang dinamakan sistem havers/osteon. Terdapat endapan materi amorf yang

disebut substansi semen yang mengelilingi sistem havers dan terdiri dari matriks

bermineral dengan sedikit kolagen

Page 14: Makalah Osteomyelitis

Jenis tulang

1) Tulang kompakta: padat tanpa

rongga, lamela tersusun khas

dan terdiri dari sistem havers,

lamela sirkumferens luar dan

dalam, lamela interstisial

- Lamela sirkumferens dalam:

sekitar rongga sumsum

tulang

- Lamela sirkumferens luar: tepat dibawah periosteum

Diantaranya banyak terdapat sistem havers

- Lamela intestisial: sisa dari sistem

havers yang hancur selama

pertumbuhan dan remodelling

- Sistem havers: silinder panjang

sering bercabang 2, terdiri dari

sebuah saluran dipusat yang

dikelilingi 4-20 lamela konsentris

2) Tulang berongga (spons): banyak

rongga yang saling berhubungan

HISTOGENESIS

Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara:

1. Mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi osteoblas (osifikasi

intermembranosa)

2. Deposisi matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi

endokondral)

Osifikasi intermembranosa (pada tulang pipih)

Page 15: Makalah Osteomyelitis

Pada lapisan kondensasi mesenkim, mesenkim membulat blastema osteoblas

menghasilkan matriks tulang kalsifikasi sebagian osteoblas dibungkus simpai

osteosit jaringan tulang primer

Osifikasi endokonral

Bertanggung jawab dalam pembentukan tulang pendek dan panjang

Jaringan tulang tampak berupa tabung berongga yang mengelilingi model tulang rawan

leher tulang kondrosit di tengah diafisis hipertrofi matriks kartilago terdesak dalam

sitoplasma kondrosit terjadi penimbunan glikogen matriks kartilago kalsifikasi sel-sel

kartilago terperangkap gangguan nutrisi sel kartilago mati masuk pembuluh darah

karena dilubangi osteoklas darah membawa

sel-sel diletakkan di dinding matriks tulang

osteoblas sekresi osteoid pengapuran

pusat osifikasi primer yang terjadi di diafisis akan

disusun oleh pusat osifikasi sekunder pada ujung-

ujung kartilago

5 zona tulang rawan epifisis

1) Zona istirahat: tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi

2) Zona proliferasi: pada bagian metafisis, kondrosit cepat membelah dan tersusun

dalam kolom-kolom searah sumbu panjang tulang, sel-selnya kecil, gepeng/ lonjong,

mirip tumpukan uang logam

3) Zona hipertrofi/ maturasi: kondrosit besar yang sitoplasmanya menimbun glikogen

mesenkim

blastema

osteoblas

Jaringa

n tulang pri

mer

Page 16: Makalah Osteomyelitis

4) Zona kalsifikasi: kondrosit mati karena matriks tulang rawan mengalami pengapuran

sehingga matriks berwarna kebiruan

5) Zona osifikasi: muncul jaringan tulang endokondral. Kapiler darah dan sel-sel

osteoprogenitor menembus periosteum dan mengisi berkas-berkas kondrosit yang

mati

KINESIOLOGI EKSTREMITAS INFERIOR

Definisi : kinesiology membahas tentang bagaimana hubungan antara tulang, sendi, tendon,

dan muskulus bergerak satu sama lain

Fisiologi :

Otot, tulang, dan sendi jika dianalogikan seperti sebuah komponen kontraktil dan rangkaian

elastis, dimana otot berperan sebagai komponen kontraktil, tendon berperan sebagai ‘PER’,

dan tulang sebagai beban yang akan diangkat/ digerakkan .

Adapun pembahasan kali ini akan membahas otot, tulang, sendi, dan tendon manasajakah

yang berperan dalam suatu pergerakan terutama pada ektremitas inferior. Yaitu ;

1. Articulatio Coxae

Articulatio ini mencakup articulatio antara caput femuris yang berbentuk

hemispher dan acetabulum os.coxae yang berbentuk mangkuk

Adapun gerakan-gerakan yang terjadi :

o Flexi : M.illiopsias, M sartorius, dan M. Rectus femuris

o Ekstensi : M.gluteus max dan otot hamstring

o Adduksi : M. Adduktor longus, M adduktor magnus, m. Adductor

brevis

o Rotasi lateral : M.piriformis, M.Obrutarior internus, M.gluteus

maksimus dan M. Quadratus ( Rectus femuris, M.vastus lateralis &

medialis, M. Intermedius)

o Rotasi medial: serabut anterior dari M.gluteus medialis & minimalis

dan Tensor fascia lata

o Circumduksi : kombinasi antara semua gerakan diatas

Adapun gerakan-gerakan ini ada terdapat hambatan dan tidak seluas gerakan

humeri;

Page 17: Makalah Osteomyelitis

o Bila lutut difleksikan ; dibatasi oleh permukaan tungkai atas yang

berkontak dengan dinding abdomen

o Bila lutut di ekstensikan : dibatasi oleh tegangan ligamentum

illiofemurale, lig.pubofemurale, lig.ischiofemur.

o Abduksi : dibatasi oleh tegangan lig. Pubofemural

o Adduksi ; dibatasi kontak dengan tingkat sisi yang lain dan tegangan

lig.teres femuris

o Rotasi lateral : dibatasi oleh lig.iliofemur dan oleh lig.pubofemur

o Rotasi medial : dibatasi oleh ischiofemurale

Page 18: Makalah Osteomyelitis

Gambar musculus yang berperan dalam pergerakan articulatio coxae

2. Articulatio Genu

Terdiri dari 2 sendi condylans : antara condylus femuril medialis, lateralis

dengan condylus tibiae

1 buah sendi pelana : antara patella dengan facies patelaris femuris

-Sendi antara femur dan tibia adalah sendi engsel dan

- sendi antara patella dan femur adalah sendi jenis pelana

Articulatio genus dapat melakukan fleksi, ekstensi, dan rotasi

Ekstensor maksimal : rotasi medial femur mengakibatkan pemutaran dan

peregangan semua ligamentum utama sendi , sehingga berubah menjadi

struktur yang secra mekanis berubah menjadi kokoh dan akhirnya cartilago

menisci ditekan seperti bantal

Fleksi : sebelum fleksi sendi lutut dapat terjadi ligamentum-ligamentum

utama harus mengurai kembali dan kendur untuk memungkinkan

terjadinya peregangan diantara permukaan sendi

3. Articulatio Tibiofibularis proksimal

Page 19: Makalah Osteomyelitis

Articulatio antara condylus lateralo tibiae dan caput fibula diliputi oleh

cartilago hyalin , tipe sendi ini adala sinovial jenis plana dan pergerakan yang terjadi

adalah sedikit meluncur selama pergerakan sendi lutut

4. Articulatio Tibiofibularis distal

Antara tibia pada ujung bawah dan ujung bawah fibula , pergerakannya sedikit

gerakan selama pergerkan pada sendi pergelangan kaki

5. Articulatio talocruralis ( sendi pergelangan kaki )

Sendi pergelangan kaki terdiri aas sebuah lekuk yang dibentuk oleh ujung tibia

dan fibula

Talus dapat digerakkan pada sumbu transversal seperti gerakan engsel

Bentu tulang dan ligamen serta tendo menjadikan sendi ini kuat dan stabil

Articulationya : ligamentum tibiofibulare infeosus ( yg berjalan antara

maleolus lateralis dan pinggir posterior ujung bawah tibia) memperdalam

lekukan tempat menampung corpus tali

Adapun muskulus yang terlibat adalah :

o Dorsofleksi : (jari-jari menunjuk keatas) dilakukan oleh M.Tibialis

anterior, M ekstensor hallucis longus, M ekstensor digitorum longus.

Dihambat oleh tendo calcaneus, lig.mediale, lig.calcaneofibulare

o Antefleksi : jari-jari menunjuk kebawah

Dilakukan oleh M. Gastocnemius, M soleus, M plantaris, M

peroneus longus, M brevis, M tibialis posterior, M fleksor

digitorum longus, M hallucius longus

Dihambat oleh : Lig. Mediale, lig.talofibulare

OSTEOMYELITIS

Osteomyelitis Hematogen Akut

Merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri

piogen dimana mikro-organisme berasal dari fokus di tempat lain dan beredar melalui

sirkulasi darah. Kelainan unu sering ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada

Page 20: Makalah Osteomyelitis

dewasa. Diagnosis dini sangat penting karena prognosis tergantung pada pengobatan yang

tepat dan segera.

Faktor predisposisi pada osteomielitis adalah :

1. Umur ; terutama mengenai bayi dan anak-anak

2. Jenis kelamin ; lebih sering terkena pada laki-laki daripada perempuan dengan

perbandingan 4 : 1

3. Trauma ; hematoma pada daerah trauma bagian metafisis

4. Lokasi ; osteomielistis sering terjadi pada bagian metafisis karena daerah ini

merupakan daerah aktif bertumbuhnya tulang

5. Nutrisi ; lingkungan dan nutrisi yang buruk menjadi faktor pemicu osteomielitis

6. Stafilokokus aureus hemolitikus, Hemofilus influenza, B. Colli, Brucella, dan

mikroorganisme lainnya.

Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara yaitu :

1. Penyebaran umum :

- Melalui sirkulasi darah berupa bakeremia dan septikemia

- Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah lain

2. Penyebaran lokal :

- Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periosit

- Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit

- Penyebaran dalam sendi sehingga arthritis septik terjadi

- Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga menyebabkan sistem sirkulasi

dalam tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan

terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.

Teori terjadinya infeksi pada daerha metafisis :

1. Teori vaskuler (Trueta) : Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan

membentuk sinus-sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat.

Aliran darah yang lambat pada daerah ini menyebabkan bakteri mudah berkembang

biak.

2. Teori fagositosis (Rang) : Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan sistem

retikulo-endoliteal. Bila terjadi infeksi maka bakteri akan difagosit oleh sel-sel fagosit

Page 21: Makalah Osteomyelitis

matur di tempat ini. Tapi di daerah ini juga ada sel fagosit yang imatur yang tidak bisa

memfagositosis bakteri sehingga berkembanglah si bakteri ini.

3. Teori trauma : Bila trauma artifisial dilakukan pada binatang percobaan maka akan

terjadi hematoma pada daerah lempeng epifisis.

Gambaran Klinis : bergantung pada stadium infeksi, meliputi : nyeri tekan, gangguan

pergerakan sendi, dan gangguan gerak akan semakin bertambah berat bila terjadi spasme

lokal. Gejala klinis juga termasuk gejala umum bakteremia meliputi panas tubuh meningkat

dan malaise serta menurunnya nafsu makan.

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan darah

- Sel darah putih meningkat hingga 30.000 disertai peningkatan LED.

- Pemeriksaan titer antibodi stafiokokus

2. Pemeriksaan feses : melihat ada tidaknya infeksi bakteri Salmonella

3. Pemeriksaan biopsi : dilakukan pada tempat yang terinfeksi

Pemeriksaan radiologis :

- Periksa foto polos pada 10 hari pertama : biasanya belum ada perubahan yang

berarti dari hasil foto polos, belum ditemukan tanda infeksi

- Periksa foto polos pada 14 hari pertama : ditemukan destruksi berupa refraksi

tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di

bawah periosteum yang terangkat

Komplikasi :

- Septikemia

- Infeksi yang bersifat metastatik

- Arthirtis supuratif

- Gangguan pertumbuhan

- Osteomielitis kronis

Pengobatan : diberikan antibiotik sesuai dengan etiologi bakterinya. Tirah baring. Dan

meminimalisir gerakan dari tempat yang terkena.

Page 22: Makalah Osteomyelitis

Osteomyelitis Hematogen Subakut

Kelainan ini ditemukan insidens nya di beberapa negara, sama seperti insidens

osteomielitis hematogen akut. Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan dari pada

akut karena penderita memiliki sifat resistensi dalam tubuhnya kepada etiologi

mikroorganisme.

Biasanya terdapat kavitas berbatas tegas pada tulang kanselosa dan mengandung cairan

seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel-sel inflamasi akut

dan kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula.

Gambaran klinis nya biasanya terdapat pada anak-anak hingga dewasa, terjadi atrofi otot,

nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan pasien dapat pula menjadi pincang. Terdapat rasa

nyeri pada daerah sekitar sendi hingga beberapa minggu atau bahkan hingga berbulan-bulan.

Pemeriksaan laboratorium : LED meningkat, leukosit normal.

Diagnosis : dengan foto rontgen ditemukan kavitas dengan diameter 1-2 cm terutama pada

daerah metafisis dari tibia dan femur, atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang

panjang.

Pengobatan : diberikan antibiotik sesuai dengan etiologi bakterinya. Tirah baring. Dan

meminimalisir gerakan dari tempat yang terkena.

Osteomyelitis Sklerosing

Definisi suatu osteomielitis subakut dan terdapat kavitas yang dikelilingi olehjaringan

skletorik pada daerah metafisis dan diafisis tulang panjang. Terdapat rasa nyeri dan

mungking edema padatulang.

Pemeriksaan Radiologis pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang difus dan

dikelilingi oleh jaringan tulang yang skletorik.

Pengobatan eksisi dan kuretasi lesi.

Osteomielitis Kronis

Osteomielitis Kronis merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosa atau

tidak diobati dengan baik.

Page 23: Makalah Osteomyelitis

Etiologi Staphylococcus aureus (paling utama), E.colli, Pseudomonas, dan

Staphylococcus epidermidis.

Patologi dan Patogenesis

Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya

resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum merupakan benda

saing yang mengahambatterjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit).

Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar atau dibersihkan dari tulang

medula kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis

tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.

Gambaran Klinis

- Ada cairan yang keluar dari luka setelah operasi yang bersifat menahun

- Kelainan disertai demam dan nyeri lokal yang hilang timbul

- Ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan

- Mungkin ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit

Pemeriksaan Laboratorium menunjukan adanya penigkatan LED, leukositosis dan

peningkatan titer antibodi anti-Staphylococcus. Pemeriksaan kultur diperlukan untuk

menentukan organisme penyebab.

Pemeriksaan Radiologis

1. Foto Polos ditemukan tanda-tanda porosis dan sklerosis tulang, penebalan

periosteum, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.

2. Radioisotop Scanning untuk menegakan osteomielitis kronis dengan memakai

99mTCHDP

3. CT dan MRI untuk membuat recana pengobatan dan untuk melihat sejauh mana

kerusakan tulang.

Pengobatan

1. Pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengontrol eksaserbasi

akut.

2. Tindakan operatif

Osteomyelitis Akibat Fraktur Terbuka

Page 24: Makalah Osteomyelitis

Merupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa. Adanya

hubungan fraktur terbuka dengan dunia luar dapat menyebabkan infeksi.

Etiologi paling utama disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Gambaran Klinis

- Demam

- Nyeri

- Edema pada daerah fraktur

- Sekresi pus pada luka

- Peningkatan LED dan leukositosis

Pengobatan

Pengobatan sama dengan osteomielitis lainnya ditambah denagn pencegahan infeksi pada

fraktur terbuka dan diberikan antibiotik yang adekuat.

Osteomyelitis Pasca Operasi

Terjadi setelah suatu tindakan operasi tulang yang disebabkan oleh kontaminasi

bakteri pada pembedahan. Gejala yang timbul dapat segera munncul atau beberapa bulan

kemudian.Pada keadaan ini pencegahan lebih penting daripada pengobatan.

PATOFISIOLOGI OSTEOMYELITIS

Tiga bulan yang lalu mengalami benturan dan luka pada lutut lalu luka ini hanya

dibersihkan oleh air hangat dan diberi obat merah. Luka tidak sembuh disertai bengkan dan

kesulitan berjalan dan saat itupun Ny.Desak Ayu bekerja sebagai buruh inpres yang dimana

keadaan higiene tidak baik.

Keadaan awalnya yaitu dengan adanya luka terbuka pada kulit yang merupakan infeksi kulit.

Lalu dari luka tersebut mikroorganisme masuk melalui darah yang paling banyak ditemukan

adalah Stafilococcus aureus. Lali mikroorganisme ini berkumpul di tempat yang

vaskularisasiny lambat (metafisis tulang panjang). Metafisis ini merupakn daerah

pertumbuhan dan sel-selnya masih rawan untuk terkenanya infeksi, kedua metafisis ini

memilik banyak rongga, dan ketiga aliran darah di daerah ini lambat yang memungkinkan

mikroorganisme berhenti disini dan berproliferasi. Mikroorganisme yang telah masuk ini

akan berproliferasi dan berkembang, dua keadaan ini yang akan memicu adan respon imun

Page 25: Makalah Osteomyelitis

tubuh yang disebut reaksi inflamasi disertai dengan adanya infiltrat neutrofil. Rekasi

inflamasi ini mengeluarka beberapa mediator kimiawi yang dapat menyebabkan :

1. Vasodilatasi pemuluh darah yang menyebabakan kecepata aliran darah menigkat

segingga menyebabkan eritema dan hangat.

2. Permeabilitas vascular meningkat yang menyebabkan cairan protein plasma keluar

dari intravascular ke interstitial yang menyebabkan terbentuknya edema.

Setelah itu jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan

peningkatan tekanan intraosseus yang menghalangu aliran darah. Hal ini akan menyebabkan

jaringan tulang iskemia, sehingga akan menyebabkan penurunan vascularisasi di periosteum

keadaan ini berdampak infeksi sampi ke struktur dalam tulang (medula) menyebabkan

devascularisasi dan akhirnya menjadi nekrosis. Bagian tulang yang mati ini akan terlepas dari

tulang yang hidup yang disebut sekuester. Sekuester ini akan meninggalkan rongga yang

perlahan nantinya akan membentuk tulang yang baru. Rongga ini yang disebut involucrum.

Jaringan nekrotik ini keluar dari involucrum lalu ke sinus (lubang) ke jaringan kult

menembus kulit dan menjadi pustula.

DIAGNOSIS BANDING

Paget Disease

A. Definisi

Penyakit tulang yang ditandai dengan penebalan & pembesaran tulang,

kerapuhan tulang dan struktur dalam tulang yang tidak normal.

B. Etiologi

Belum diketahui secara pasti namun biasanya disebabkan karena inveksi virus

karena ditemukan adanya badan inklusi pada osteoclast.

C. Epidemiologi

Paget Disease bias di derita oleh wanita ataupun pria dengan perbandingan

yang sama dan biasa terjadi pada usia lebih dari 40tahun. Penyakit ini bias terjadi di

seluruh tulang, terutama pada tulang pelvis, tibia, femur, tengkorak, vertebra, dan

klavikula.

Page 26: Makalah Osteomyelitis

D. Gambaran Klinis

Asimtomatik

Nyeri nyeri hebat dapat timbul bila terjadi fraktur

Deformitas tulang

E. Patogenesis

F. Diagnosis

Pemeriksaan Radiologis

Tampak tualng osteoporosis pada fase osteolisis.

Terjadi peningkatan penebalan tulang secara tidak teratur pada fase

osteosklerosis.

Pemeriksaan Laboratorium

Terjadi peningkatan alkali fosfatase darah yang diakibatkan karena

terjadinya peningkatan osteobalst sebagai kompensasi terhadap

peningkatan osteoclast.

G. Komplikasi

Fraktur akibat tulang yang rapuh dapat menyebabkan tulang menjadi lebih

mudah patah.

Osteoartritis cacat tulang dapat meningkatkan jumlah tekanan pada sendi

didekatnya.

Fase Osteolisis (osteoclast )

Osteoblast Tulang rapuh

Fase Osteosklerosis (penebalan tulang secara

tidak teratur)

Tulang membesar dan menebal tetapi

rapuh

Deformitas tulang

Page 27: Makalah Osteomyelitis

Gagal Jantung akibat terjadi peningkatan osteoclast menyebabkan jantung

menjadi kerja lebih keras untuk memompa darah agar terjadi pembentukan

tulang baru.

H. Penatalaksanaan

Pemberian kalsitonin dan difosfat untuk mengatur metabolism kalsium dan

fosfor

Operasi jika terjadi fraktur dan osteoartritis

STAPHYLOCOCCUS

Morfologi dan identifikasi:

a) Ciri khas: sel sferis, diameter ± 1 µm, berkelompok tidak teratur. Kokus tunggal,

berpasangan, tetrad dan bentuk rantai. Kokus muda memberikan pewarnaan Gram

positif yang kuat, akibat penuaan banyak sel menjadi Gram negatif. Tidak motil, tidak

membentuk spora. Bila dipengaruhi obat seperti penisilin, stafilokokus akan lisis.

Ditemukan hidup bebas di lingkungan dan membentuk kelompok empat atau delapan

kokus yang teratur. Koloninya berwarna kuning, merah atau jingga.

b) Biakan: paling cepat berkembang di suhu 37oC tapi suhu terbaik untuk menghasilkan

pigmen adalah suhu ruangan 20-25oC. Koloni pada medium padat berbentuk bulat,

halus, meninggi dan berkilau. S.aureus biasanya membentuk koloni abu-abu sampai

kuning tua kecoklatan. Koloni S.epidermidis berwarna abu-abu sampai putih.

c) Sifat pertumbuhan: memproduksi katalase, memfermentasikan karbohidrat secara

lambat, menghasilkan asam laktat tapi tidak menghasilkan gas, resisten terhadap

pengeringan panas (tahan pada suhu 50oC selama 30 menit) dan NaCl 9% tapi mudah

dihambat oleh heksaklorofen 3%. Resistensinya dibagi menjadi:

Sering memproduksi β-laktamase, dikendalikan oleh plasmid

Resistensi terhadap nafsilin (metisilin dan oksasilin) tidak tergantung pada β-

laktamase. Gen mecA yang resisten nafsilin ada di dalam kromosom.

Mekanismenya dikaitkan dengan kekurangan/tidak tersedianya protein pengikat

penisilin pada organisme tersebut.

S.aureus di Amerika dianggap sensitif terhadap vankomisin jika konsentrasi

penghambat minimumnya ± 4 µg/mL, kerentanan intermediat terjadi MIC 8-16 4

µg/mL dan resisten jika ≥ 16 4 µg/mL.

Page 28: Makalah Osteomyelitis

Resistensi yang diperantarai plasmid terhadap tetrasiklin, eritromisin,

aminoglikosida dll

“Toleransi” menunjukkan staphylococcus dihambat oleh suatu obat namun tidak

dibunuh. Toleransi kadang terjadi akibat kurangnya aktivasi enzim autolitik di

dinding sel

d) Variasi: biakan staphylococcus mengandung beberapa bakteri yang berbeda dari

sebagian populasi dalam memberntuk koloni, elaborasi enzim, resistensi obat dan

patogenitas. Bila S.aureus yang resisten nafsilin diinkubasi dalam agar darah pada

suhu 37oC, satu dari 107 organisme menunjukkan resistensi yang sama.

Struktur antigen

Mengandung polisakarida antigenik dan protein serta substansi penting lainnya dalam

struktur dinding sel. Peptidoglikan merupakan eksoskelet yang kaku pada dinding sel yang

dapat dihancurkan oleh asam kuat atau pajanan terhadap lisozim. Hal ini penting pada

patogenesis infeksi dimana peptidoglikan memicu produksi IL-1 dan antibodi opsogenik oleh

monosit dan dapat menjadi kemotraktan untuk leukosit polimorfonuklear dan mengaktifkan

komplemen.

Asam teikoat merupakan polimer gliserol/ ribitol fosfat, berhubungan dengan

peptidoglikan dan dapat menjadi antigen.

Protein A adalah komponen dinding sel pada banyak strain S.aureus yang berikatan

dengan bagian Fc dari molekul IgG kecuali IgG3. Bagian Fab dari IgG yang terikat dengan

protein A bebas berikatan dengan antigen spesifik dan akan mengaglutinasi bakteri.

Enzim dan toksin

a) Katalase: mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen, membedakan

staphyloccocus yang positif dan streptococcus yang negatif

b) Koagulase dan faktor penggumpal: suatu protein mirip enzim yang dapat

menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat/ sitrat. Koagulase berikatan

dengan protrombin dan bersama-sama menjadi aktif secara enzimatik dan

menginisiasi polimerisasi fibrin. Faktor penggumpal adalah kandungan permukaan

S.aureus yang melekatkan organisme ke fibrin/ fibrinogen. Bila dalam plasma

S.aureus membentuk gumpalan.

c) Enzim lain: hialuronidase atau faktor penyebar, stafilokinase menyebabkan

fibrinolisis tapi bekerja lebih lambat dari streptokinase, proteinase, lipase, β-laktamase

Page 29: Makalah Osteomyelitis

d) Eksotoksin: α-toksin yang merupakan protein heterogen spektrum luas pada membran

sel eukariot dan merupakan hemolisin yang kuat. Β-toksin dapat mengurai

sfingomielin sehingga toksik untuk berbagai sel, termasuk sel darah merah manusia.

ϒ-toksin melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. Δ-toksin bersifat heterogen

dan terurai menjadi beberapa subunit pada detergen nonionik. Toksin tersebut

mengganggu membran biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat

S.aureus.

e) Leukosidin: toksin S.aureus ini memiliki 2 komponen dapat membunuh sel darah

putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut bekerja secara sinergis pada

membran sel darah putih membran pori-pori dan meningkatkan permeabillitas kation.

f) Toksin eksfoliatif:

g) Toksin sindrom-syok-toksik:

h) Enterotoksin:

Patogenesis: staphylococcus terutama S.epidermidis merupakan flora normal kulit, saluran

napas, dan saluran cerna manusia. Kemampuan patogeniknya merupakan gabungan efek

faktor ekstrselular dan toksin serta sifat invasif strain tersebut.

S.aureus yang patogen dan invasif menghasilkan koagulase dan cenderung

menghasilkan pigmen kuning dan hemolitik. Staphylococcus yang nonpatogen dan tidak

invasif (S.epidermidis) bersifat koagulase-negatif dan nonhemolitik.

Page 30: Makalah Osteomyelitis

STREPTOCOCCUS

- Morfologi: kokus tunggal, seperti rantai, Gram +, beberapa menguraikan

polisakarida kapsular, strain grup A,B,C, menghasilkan kapsul fagositosis.

- Biakan: tumbuh pada medium padat sebagai koloni diskoid, diameter 1-2 mm.

Strain yang menghasilkan kapsular berbentuk mukoid

- Energi diperoleh dari penggunaan gula, dan tumbuh baik di suhu 37oC

- Fakultatif anaerob

- Varian strain yang sama dapat memperlihatkan bentuk koloni yang berbeda

- Pengobatan: sensitif terhadap penisilin G dan eritromisin dan beberapa resisten

tetrasiklin

TATALAKSANA

Antibiotik yang Bisa Masuk ke Tulang

1. Golongan Kuinolon dan Fluorokuinolon

Dalam garis besarnya golongan kuinolon dapat dibagi menjadi 2 kelompok :

Page 31: Makalah Osteomyelitis

- Kuinolon : kelompok ini tidak punya manfaat klinik untuk pengobatan infeksi

sistemik karna kadarnya dalam darah terlalu rendah. Selain itu daya

antibakterinya agak lemah dan resistensi juga cepat timbul. Indikasinya

terbatas sebagai antiseptik saluran kemih.

- Fluorokuinolon : disebut demikian karna adanya atom fluor pada posisi 6

dalam struktur molekulnya. Daya antibakterinya jauh lebih kuat dibandingkan

dengan kuinolon.

Farmakokinetik

- Fluorokuinolon diserap lebih baik melalui saluran cerna dan hanya sedikit

yang terikat dengan protein.

- Golongan obat ini didistribusi dengan baik pada berbagai organ tubuh.

- Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui Kadar

Hambat Minimal untuk kebanyakan kuman patogen selama minimal 12 jam.

Indikasi

- Infeksi saluran kemih

- Infeksi saluran cerna

- Infeksi saluran nafas

- Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

- Infeksi tulang dan sendi

- Infeksi kulit dan jaringan lunak

Kontraindikasi

- Pasien DM

Dosis

Untuk infeksi tulang dan sendi dapat diberi siprofloksasin oral dengan dosis 2 kali

500-750 mg/hari yang diberikan selama 4-6 minggu.

Efek Samping

- Saluran cerna : mual, muntah, dan rasa tidak enak di perut.

- Susunan saraf pusat : yang paling sering ialah sakit kepala dan pusing. Bentuk

yang jarang timbul ialah halusinasi, kejang dan delirium.

- Hapatotoksik

- Kardiotoksisitas

- Disglikemia

- Fototoksisitas

Page 32: Makalah Osteomyelitis

2. Karbapenem (Betalaktam)

Indikasi

- Digunakan untuk infeksi berat oleh kuman yang sensitif, termasuk infeksi

nosokomial yang resisten terhadap antibiotik lain, misalnya infeksi saluran

nafas bawah, intra abdominal, obstetri-ginekologi, osteomielitis dan

endokarditis.

Efek Samping

Efek samping yang paling sering dijumpai adalah mual, muntah, kemerahan pada

kulit dan reaksi lokal pada tempat infus.

Farmakokinetik

- Obat ini tidak di absorpsi melalui saluran cerna, sehingga harus diberikan

secara suntikan.

- Distribusi obat ini merata ke berbagai jaringan dan cairan tubuh.

- Sebagian besar di eksresi di dalam urin dan sisanya dimetabolisme.

3. Klindamisin

Obat ini pada umumnya aktif terhadap S. aureus, S. pyogenes, S. anaerobic, dll.

Farmakokinetik

- Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberian oral. Adanya makanan

dalam lambung tidak mempengaruhi absorpsi obat ini.

- Klindamisin didistribusi dengan baik ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan

tulang, kecuali ke CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Obat ini dapat

menembus sawar uri dengan baik.

- Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin.

- Sebagian besar obat ini di metabolisme menjadi N-demetilklindamisin dan

klindamisin sulfoksid untuk selanjutnya dieksresi melalui urin dan empedu.

- Hanya sekitar 10% klindamisin dieksresi dalam bentuk asal melalui urin,

sejumlah kecil klindamisin ditemukan dalam feses.

Efek Samping

- Diare

- Demam

- Nyeri abdomen

- Diare dengan darah

- Lendir pada tinja

Page 33: Makalah Osteomyelitis

Dosis dan Sediaan

- Klindamisin tersedia dalam kapsul 150 dan 300 mg. Selain itu terdapat

suspensi oral dengan konsentrasi 75 mg/5 ml.

- Dosis untuk orang dewasa : 150-300 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dapat

diberikan 450 mg tiap 6 jam.

- Dosis oral untuk anak : 8-16 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam beberapa

dosis. Untuk infeksi berat dapat diberikan sampai 20 mg/kgBB sahari.

- Untuk pemberian secara IM atau IV digunakan larutan klindamisin fosfat 150

mg/ml dalam ampul berisi 2 dan 4 ml.

Penggunaan Klinik

Klindamisin terutama bermanfaat untuk infeksi kuman anaerobik. Obat ini juga

efektif untuk beberapa infeksi serius oleh kuman yang peka yaitu sepsis, infeksi

sendi dan tulang, intraabdominal, pelvis, saluran napas bawah, uretritis, kulit dan

jaringan lunak.

Farmakodinamik obat yang menembus tulang

Fluorokuinolon

Antibiotic kuinolon bekerja pada DNA girase dan topoisomerase IV bakteri. Pada

banyak bakteri gram + (seperti S. aureus), topoisomerase merupakan aktivitas utama yang

dihambat oleh kuinolon. Sebaliknya pada banyak bakteri gram – (seperti E. coli) target

utamanya adalah DNA girase. Obat kuinolon bekerja dengan cara menghambat penyatuan

DNA girase maupun topoisomerase. Sehingga menyebabkan ganguan terhadap proses

replikasi bakteri.

Karbapem

Karbapenem merupakan senyawa betalaktam aktivitas antimikrobanya bersifat

bakterisid, dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat karbapem memiliki

spectrum luas gram + maupun gram – baik aerobic maupun anaerobic. Bakteri gram + yang

dapat terpengaruhi yakni golongan stafilokok, streptokok, pneumokok, dan E. faecialis.

Karbapenem menggagu sintesis dinding sel bakteri yang menyebabkan rusaknya

permeabilitas membrane bakteri yang pada akhirnya menyebabkan kematian bakteri.

Klindamisin

Page 34: Makalah Osteomyelitis

Klindamisin berikatan secara eklusif pada subunit 50s ribosom bakteri dan menekan

sintesis protein. Hal ini mengakibatkan proses sintesis protein bakteri menjadi tergangu dan

mengakibatkan kematian pada bakteri. Meskipun klindamisin, eritromisin dan kloramfenikol

secara struktur tidak berkaitan, akan tetapi ketiga antibiotic ini berikatan di reseptor yang

berdekatan, itulah alas an mengapa obat ini tidak diberikan secara bersamaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Penghantar Ilmu Bedah Ortopedi – Prof. Chairuddin Rasjad, MD., Ph.D.

2. Buku Ajar Ilmu Bedah – Sjamsuhidajat, De Jong

3. Dasar farmakologi dan terapi, goodman and gilman

4. Farmakologi dan Terapai FKUI

5. Jawetz, Melnick, & Adelsberg’s Medical Microbiology, 23th Ed

6. Buku ajar mikrobiologi kedokteran FKUI

7. Atlas Anatomi Manusia Sobotta

8. Anatomi Klinis Dasar Moore