orthomixovirus

3
ORTHOMIXOVIRUS (VIRUS INFLUENZA) Orthomixovirus (virus influenza) adalah determinan utama morbiditas dan mortalitas akibat penyakit pernafasan, dan wabah infeksi kadang-kadang terjadi sebagai epidemi di seluruh dunia. Influenza tipe A sangat bervariasi secara antigen dan menimbulkan sebagian besar kasus epidemik influenza. Influenza tipe B menunjukkan perubahan antigen dan kadang-kadang menyebabkan epidemi. Influenza tipe C stabil secara antigen dan hanya menyebabkan penyakit ringan pada individu imunokompeten. KLASIFIKASI & NOMENKLATUR Genus Influenzavirus A, B terdiri dari strain manusia dan hewan influenza tipe A dan strain manusia tipe B ; Influenzavirus C terdiri dari virus influenza tipe C manusia dan babi. Perbedaan antigen diperlihatkan oleh dua protein struktural internal, protein nukleokapsid (NP) dan protein matriks (M), digunakan untuk membagi virus influenza menjadi tipe A,B,dan C. Protein-protein ini tidak memiliki reaktivitas silang diantara ketiga tipe. Variasi antigenik pada permukaan glikoprotein, HA dan NA, digunakan untuk menentukan subtipe virus. Hanya tipe A yang memiliki subtipe. Sistem nomenklatur standar untuk isolat virus influenza meliputi informasi berikut: tipe,asal pejamu, asal geografik, nomor strain, serta tahun isolasi. Deskripsi antigen untuk HA dan NA diberikan pada parentesis untuk tipe A. Asal pejamu tidak ditujukan untuk isolat manusia, misalnya, A/Hong kong/03/68(H3N2), tetapi ditujukan untuk yang lain, misal, A/babiIowa/15/30(H1N1) Hingga saat ini, 15 subtipe HA (H1-H15) dan sembilan subtipe NA (N1-N9), dalam berbagai kombinasi yang berbeda, telah ditemukan dari burung, hewanm atau manusia. Empat subtipe HA

Upload: deasy-mirayashi

Post on 05-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ORTHOMIXOVIRUS

ORTHOMIXOVIRUS (VIRUS INFLUENZA)

Orthomixovirus (virus influenza) adalah determinan utama morbiditas dan mortalitas akibat penyakit pernafasan, dan wabah infeksi kadang-kadang terjadi sebagai epidemi di seluruh dunia.

Influenza tipe A sangat bervariasi secara antigen dan menimbulkan sebagian besar kasus epidemik influenza. Influenza tipe B menunjukkan perubahan antigen dan kadang-kadang menyebabkan epidemi. Influenza tipe C stabil secara antigen dan hanya menyebabkan penyakit ringan pada individu imunokompeten.

KLASIFIKASI & NOMENKLATUR

Genus Influenzavirus A, B terdiri dari strain manusia dan hewan influenza tipe A dan strain manusia tipe B ; Influenzavirus C terdiri dari virus influenza tipe C manusia dan babi.

Perbedaan antigen diperlihatkan oleh dua protein struktural internal, protein nukleokapsid (NP) dan protein matriks (M), digunakan untuk membagi virus influenza menjadi tipe A,B,dan C. Protein-protein ini tidak memiliki reaktivitas silang diantara ketiga tipe. Variasi antigenik pada permukaan glikoprotein, HA dan NA, digunakan untuk menentukan subtipe virus. Hanya tipe A yang memiliki subtipe.

Sistem nomenklatur standar untuk isolat virus influenza meliputi informasi berikut: tipe,asal pejamu, asal geografik, nomor strain, serta tahun isolasi. Deskripsi antigen untuk HA dan NA diberikan pada parentesis untuk tipe A. Asal pejamu tidak ditujukan untuk isolat manusia, misalnya, A/Hong kong/03/68(H3N2), tetapi ditujukan untuk yang lain, misal, A/babiIowa/15/30(H1N1)

Hingga saat ini, 15 subtipe HA (H1-H15) dan sembilan subtipe NA (N1-N9), dalam berbagai kombinasi yang berbeda, telah ditemukan dari burung, hewanm atau manusia. Empat subtipe HA (H1-H3, H5) dan dua subtipe NA (N1-N2) telah ditemukan dari manusia.

INFEKSI VIRUS INFLUENZA PADA MANUSIA

Patogenesis dan Patologi

Virus influenza menyebar dari satu orang ke orang lain melalui droplets yang ditularkan melalui udara atau kontak dengan tangan atau permukaan yang terkontaminasi. Beberapa sel epitel pernapasan terinfeksi jika partikel virus yang tersimpan terhindar dari pembersihan oleh refleks batuk dan netralisasi oleh antibodi IgA spesifik yang telah ada sebelumnya atau inaktivasi oleh penghambat nonspesifik di dalam sekresi mukosa. Virion progeni segera dibentuk dan menyebar ke sel di dekatnya, tempat berulangnya siklus replikasi. NA virus menurunkan viskositas lapisan mukosa di dalam saluran napas, membuka reseptor permukaan selular dan menimbulkan penyebaran virus yang mengandung cairan ke saluran bagian bawah. Dalam waktu singkat, banyak sel di dalam saluran napas terinfeksi dan akhirnya mati.

Page 2: ORTHOMIXOVIRUS

Temuan Klinis

A. Influenza Tanpa Komplikasi

Gejala influenza klasik biasanya muncul tiba-tiba berupa menggigil, nyeri kepala, serta batuk kering, yang segera diikuti oleh demam tinggi, nyeri otot generalisata, malaise, dan anoreksia. Demam tinggi biasanya berlangsung 3-5 hari, sama seperti gejala sistemik. Gejala pernapasan khasnya berlangsung 3-4 hari berikutnya. Batuk dan kelemahan dapat menetap selama 2-4 minggu setelah gejala utama menghilang. Dapat terjadi infeksi ringan atau asitomatik. Gejala ini dapat disebabkan oleh strain virus influenza A ataupun B. Sebaliknya, influenza C jarang menyebabkan gejala influenza, tetapi menyebabkan penyakit selesma.

B. Pneumonia

Pneumonia sebagai komplikasi infeksi influenza dapat disebabkan oleh virus, sekunder oleh bakteria, atau kombinasi keduanya. Peningkatan sekresi mukosa membantu membawa agen ke saluran napas bawah. Infeksi influenza meningkatkan kerentanan pasien terhadap superinfeksi bakteri. Hal ini terjadi akibat hilangnya kemampuan pembersihan siliar, disfungsi sel fagosit, dan tersedianya medium perkembangan bakteri oleh eksudat alveolar. Patogen bakteri yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan H influenzae. Dasar molekular untuk efek sinergis antara virus dan bakteri mungkin karena beberapa strain S aureus mensekresi suatu protease yang dapat membelah HA influenza, sehingga memungkinkan produksi titer virus infeksius yang jauh lebih tinggi di dalam paru.

C. Sindrom Reye

Sindrom Reye adalah enselofati akut pada anak dan orang dewasa, biasanya pada usia antara 2 dan 16 tahun. Angka mortalitasnya tinggi (10-40%). Penyebab sindrom Reyetidak diketahui, tetapi dikenali sebagai komplikasi yang jarang pada infeksi influenza B, influenza A, serta herpesvirus varicella zoster. Mungkin terdapat hubungan antara penggunaan salisilat dan munculnya sindrom Reye. Insidens sindrom ini menurun dengan berkurangnya penggunaan salisilat pada anak dengan gejala yang menyerupai flu.

Sumber :

Jawetz, Melnick, & Adelberg.2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC