organisasi perusahaan dan kepailitan

101
ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN WISHNU KURNIAWAN SEPTEMBER 2007

Upload: lybao

Post on 19-Jan-2017

271 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

WISHNU KURNIAWAN

SEPTEMBER 2007

Page 2: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

LITERATUR

Kitab Undang – Undang Hukum Perusahaan ( Prof. Drs.

C.S.T. Kansil dan Christie S.T. Kansil, S.H., M.H.)

Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (I.G. Rai Widjaya,

S.H., MA)

Hukum Kepailitan (Hj. Rahayu Hartini, S.H., M.Si.)

Hukum Perusahaan Indonesia (Prof. Abdulkadir

Muhammad, S.H.)

Doktrin – doktrin Modern Dalam Corporate Law (Henry

R. Cheeseman)

Understanding Bankruptcy (Frank H. Dixon)

Peraturan perundang - undangan

Page 3: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

PERTEMUAN

75 menit tutorial

50 menit pertanyaan

25 menit tanya jawab

Page 4: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Evaluasi Penilaian

Middle Test (UTS) 35%

Final Test (UAS) 40%

Tugas 20%

Partisipasi 5 %

Page 5: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Badan Usaha Milik Negara (Undang Undang Nomor 19 tahun 2003 / UU BUMN)

Page 6: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengertian BUMN

Adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya di miliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.

Pasal 1 angka 1 UU BUMN

Page 7: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Poin Utama dari pengertian BUMN

adalah:

1. Berbentuk suatu Badan Usaha.

2. Sebagian besar atau keseluruhan modal adalah milik

negara.

3. Pemilikan modal melalui penyertaan secara langsung.

4. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Page 8: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

1. Berbentuk Badan Usaha

Bertujuan (tujuan BUMN) :

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan

penerimaan negara pada khususnya.

2. Mengejar keuntungan.

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

4. Menjadi perintis kegiatan – kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor

swasta & koperasi.

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi

lemah, koperasi, dan masyarakat.

Pasal 2 angka 1 UU BUMN

Page 9: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Batasan Dalam Pencapaian Tujuan

BUMN dalam mencapai maksud dan tujuannya tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang – undangan,

ketertiban umum, dan/atau kesusilaan

Pasal 2 angka 2 UU BUMN

Page 10: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

2. Sebagian besar atau keseluruhan

modal adalah milik negara.

Modal secara keseluruhan adalah modal yang

dimiliki oleh perusahaan secara keseluruhan

adalah milik negara.

Modal yang sebagian besar milik negara adalah

modal perusahaan yang paling sedikit 51 %

adalah milik negara.

Page 11: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

3. Pemilikan modal melalui penyertaan

secara langsung.

Penyertaan modal dalam rangka pendirian atau penyertaan

ke dalam BUMN dan/atau perseroan terbatas yang

sebagian sahamnya dimiliki oleh negara, diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Pasal 4 angka 3 UU BUMN

Page 12: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

4. Berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan.

Modal Perusahaan yang berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan tersebut bersumber dari: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Kapitalisasi Cadangan.

Sumber lainnya.

Pasal 4 angka 2 UU BUMN

Page 13: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Macam – macam BUMN

Perusahaan Persero (disebut Persero).

Perusahaan Perseroan Terbuka

(disebut Persero Terbuka).

Perusahaan Umum (disebut Perum).

Pasal 1 angka 2 – 3 UU BUMN

Page 14: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Perusahaan Persero

adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam

saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Pasal 1 angka 2 UU BUMN

Page 15: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pendirian Persero

Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar

pertimbangan yang terlebih dahulu menlalui kajian dari Menteri Teknis dan Menteri

Keuangan

Page 16: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh Menteri

dengan memperhatikan kaidah – kaidah yang

terdapat di dalam peraturan perundang – undangan,

yang dalam hal ini berlaku ketentuan UU No. 1 Thn

1995 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU

No. 40 Thn 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Dalam hal pendirian Perseroan Terbatas terdapat di

dalam Pasal 7 s/d Pasal 14 UU No. 40 Thn 2007.

Pasal 11 UU BUMN

Page 17: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Perusahaan Persero Terbuka

adalah persero yang modal dan jumlah pemegang

sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang

melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan

perundang – undangan di bidang Pasar Modal. (Pasal 1

angka 3 UU BUMN)

Dalam hal ini adalah sesuai dengan ketentuan UU No. 8

Thn 1995 tentang Pasar Modal.

Page 18: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Ketentuan terhadap Perseroan Terbuka secara prinsip

adalah sesuai dengan Perseroan Terbatas yang Go

Publik.(Pasal 34 UU BUMN)

Ketentuan tentang Perusahaan Publik terdapat dalam

pasal 70 s/d pasal 84 Undang Undang Nomor 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal.

Page 19: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Perusahaan Umum

(PERUM)

adalah Badan Usaha Milik Negara yang seluruh

modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas

saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum

berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan

berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

(Pasal 35 s/d Pasal 62 UU BUMN)

Page 20: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pendirian PERUM Diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai

dengan dasar pertimbangan setelah dikaji

bersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan.

Perum memperoleh status Badan Hukum sejak

diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang

pendiriannya.

Page 21: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Contoh PP Persero & Perum :

PP Nomor 58 Tahun 2003 tentang Perusahaan Gas Negara

(persero)

PP Nomor 60 Tahun 2003 tentang Penyertaan Modal Perum

Damri (pesero terbuka)

Page 22: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kesimpulan : Pendirian / pembentukan Badan Usaha Milik Negara adalah tunduk / berdasarkan

Peraturan Pemerintah.

Namun pelaksanaan pengelolaan Perusahaan berdasar sesuai dengan prinsip

pengelolaan UU Perseroan Terbatas dan ketentuan yang berlaku dalam UU Pasar

Modal.

Page 23: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengertian Badan Usaha Milik Daerah

adalah berdirinya semua perusahaan yang modalnya

untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan

kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika

ditentukan lain oleh UU.

Pasal 2 UU BUMD

Page 24: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Poin utama dalam pengertian BUMD

a. Berbentuk Badan Usaha.

b. Modal secara keseluruhan atau sebagian

adalah kekayaan daerah yang dipisahkan.

Page 25: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

a. Berbentuk Badan Usaha.

adalah suatu kesatuan produksi yang bertujuan

untuk turut serta melaksanakan pembangunan

daerah untuk memenuhi kebutuhan rakyat

dengan mengutamakan industrialisasi menuju

masyarakat yang adil dan makmur.

Pasal 5 UU BUMD

Page 26: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

b. Modal secara keseluruhan atau sebagian

adalah kekayaan daerah yang dipisahkan.

adalah modal yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah secara keseluruhan maupun

sebagian adalah merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pasal 7 ayat (1) UU BUMD

Page 27: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Klasifikasi bentuk kekayaan daerah yang

dipisahkan

Apabila secara keseluruhan modal Perusahaan Daerah dari kekayaan

satu daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham.

Apabila modal Perusahaan Daerah secara keseluruhan terdiri atas

kekayaan beberapa daerah yang dipisahkan, maka modal perusahaan

tersebut terdiri atas saham – saham.

Apabila Perusahaan Daerah untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah

yang dipisahkan maka modal perusahaan tersebut terdiri dari saham –

saham.

Pasal 7 ayat (2) a s/d b UU BUMD

Page 28: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Tujuan terbentuknya Perusahaan

Daerah

Turut serta menyelenggarakan pembangunan Daerah dalam

bidang ekonomi nasional.

Untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

Menuju masyarakat yang adil dan makmur

Pasal 5 UU BUMD

Page 29: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Batasan pembentukan Perusahaan

Daerah

Untuk cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak di

Daerah yang bersangkutan diusahakan oleh Perusahaan Daerah yang

modalnya secara keseluruhan adalah kekayaan Daerah yang dipisahkan.

(Pasal 5 UU BUMD dan Penjelasan Pasal 5 UU BUMD)

Pola pelaksanaan kegiatan usaha Perusahaan Daerah didirikan adalah

berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di dalam negara Indonesia

(yang dalam hal ini adalah UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dan UU No. 8 Thn 1995 tentang Pasar Modal). (Pasal 2 dan

Pasal 3 UU BUMD)

Page 30: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

BUMD sebagai Badan Usaha berbadan

hukum

Perusahaan Daerah (BUMD) didirikan berdasarkan

Peraturan Daerah dengan kuasa dari UU Perusahaan

Daerah (BUMD).

Peraturan Daerah dapat secara sah berlakunya setelah

mendapat pengesahan oleh Instansi tingkat atasnya

(Presiden untuk DKI Jakarta, Menteri Dalam Negeri untuk

Pemerintahan tingkat Propinsi (Daerah tingkat I), dan

Kepala Daerah tingkat satu untuk Pemerintah Daerah

tingkat Kota/Kabupaten (tingkat II)).

Pasal 1 UU BUMD

Page 31: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pembubaran BUMD Pembubaran BUMD beserta penunjukan likuiditurnya ditetapkan dengan Peraturan

Daerah oleh Daerah yang membentuk Perusahaan Daerah tersebut dengan melalui

pengesahan instansi atasan Daerah yang bersangkutan.

Page 32: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengertian

Penggabungan (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan

yang lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan

diri menjadi bubar.

Peleburan (konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

dua atau lebih Perseroan untuk meleburkan diri dengan cara membentuk

satu perseroan baru dan masing – masing perseroan yang meleburkan diri

menjadi bubar.

Pengambilalihan (akuisisi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik

seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan

beralihnya pengendaluian terhadap perseroan tersebut.

Pasal 122 – pasal 125 UUPT

Page 33: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Ketentuan yang berlaku

bagi penggabungan

Perseroan Terbatas

secara mutatis mutandis

juga berlaku bagi

peleburan Perseroan

Terbatas

Pasal 124 UU PT

Page 34: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Akibat hukum terjadinya

Penggabungan & Peleburan:

Aktiva dan pasiva Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri

beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima Penggabungan

atau Perseroan hasil Peleburan.

Pemegang saham Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri

karena hukum menjadi pemegang saham Perseroan yang menerima

Penggabungan atau Perseroan hasil peleburan.

Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena

hukum terhitung sejak tanggal Penggabungan atau Peleburan mulai

berlaku.

Page 35: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kesimpulan:

Pada dasarnya penggabungan & peleburan satu atau lebih

Perseroan Terbatas ke dalam suatu Peseroan akan mengakibatkan

peralihan secara hukum dari segala hak – hak dan kewajiban

yang dimiliki oleh Perseroan Terbatas.

Page 36: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rencana penggabungan atau

peleburan Perseroan Terbatas

ke dalam Perseroan yang lain

tertuang dalam Rancangan

Penggabungan atau Rancangan

Peleburan yang disusun secara

bersama oleh Direksi Perseroan

yang menggabungkan diri

dengan Direksi dari Perseroan

yang menerima Penggabungan

atau Peleburan

Page 37: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rancangan penggabungan atau peleburan

sekurang kurangnya harus memuat :

1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan yang akan melakukan

penggabungan;

2. Alasan serta penjelasan masing – masing Direksi Perseroan yang akan

melakukan penggabungan dan persyaratan penggabungan;

3. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil penggabungan;

4. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku

terakhir dari semua perseroan yang akan melakukan penggabungan;

5. Rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan

yang akan melakukan penggabungan;

Page 38: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rancangan Penggabungan:

6.Neraca proforma Perseroan yang menerima;

7.Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

8.Cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri

terhadap pihak ketiga;

9.Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap penggabungan

Perseroan;

10.Nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta gaji, honorarium dan tunjangan

bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima penggabungan;

11.Perkiraan jangka waktu penggabungan;

12.Laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap

perseroan yang akan melakukan penggabungan;

Page 39: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rancangan Penggabungan:

13. Kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan

penggabungan dan perubahan yang terjadi selama

tahun buku yang sedang berjalan; dan

14. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku

yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan

Perseroan yang akan melakukan penggabungan.

Page 40: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Ringkasan Rancangan Penggabungan

wajib diumumkan secara bersama oleh

Direksi Perseroan, baik yang menerima

penggabungan maupun yang

menggabungkan diri, dalam 1 (satu) atau

lebih surat kabar harian dan

mengumumkan secara tertulis kepada

seluruh karyawan yang akan melakukan

penggabungan

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

hari sebelum pemanggilan RUPS.

Pasal 127 ayat (2) UU PT

Page 41: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengambilalihan

Adalah pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan

oleh Perseroan melalui Direksi Peseroan atau langsung dari pemegang saham dengan

tidak mengindahkan dari ketentuan dan syarat berdirinya suatu Perseroan Terbatas.

Pasal 125 dan Penjelasan Pasal 125 UU PT

Page 42: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Setiap pengambilalihan

Perseroan wajib memperoleh

persetujuan dari seluruh

pemegang saham perseroan.

Setiap persetujuan pemegang

saham harus diambil sesuai

dengan kuorum kehadiran.

RUPS disetujui oleh paling

sedikit ¾ (tiga per empat) dari

jumlah RUPS yang hadir.

Pasal 125 ayat (4) UU PT

Page 43: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Poin dalam Pengambilalihan

Pengambilalihan dilakukan oleh suatu badan – badan hukum maupun

perseorangan.

Pengambilalihan dilakukan melalui pengambilalihan dari seluruh maupun

sebagian besar saham.

Dalam hal pengambilalihan melalui Direksi, pihak yang akan mengambilalih

menyampaikan maksudnya untuk melakukan pengambilalihan kepada Direksi

Perseroan yang akan mengambilalih.

Dalam hal pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, maka Direksi Perseroan

yang akan diambilalih dengan persetujuan Komisaris wajib membuat rancangan

pengambilalihan.

Dalam hal pengambilalihan dilakukan langsung dari pemegang saham maka

penyampaian maksud pengambilalihan dan pembuatan rancangan

pengambilalihan tidak perlu dilakukan.

Page 44: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rancangan pengambilalihan sekurang –

kurangnya memuat:

1. Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan

yang akan diambil alih.

2. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan

Direksi Perseroan yang akan mengambil alih.

3. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari

semua perseroan yang akan melakukan pengambialihan.

4. Tata cara pengambialihan dan konversi saham dari Perseroan yang akan

diambilalih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran

pengambilalihan dilakukan dengan saham

Page 45: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rancangan pengambilalihan sekurang –

kurangnya memuat:

5. Jumlah saham yang akan diambilalih

6. Kesiapan pendanaan.

7. Neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambialih setelah

pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

di Indonesia.

8. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap

pengambilalihan.

9. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan

Komisaris, dan karyawan dari perseroan yang akan diambilalih.

Page 46: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Rancangan pengambilalihan sekurang –

kurangnya memuat:

10. Perkiraan jangka panjang pelaksanaan

pengambillihan , termasuk jangka waktu pemberian

kuasa pengalihan saham dari pemegang saham

kepada Direksi Perseroan.

11. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan

hasil Pengambilalihan apabila ada.

Page 47: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Hal yang perlu diperhatikan dalam

Penggabungan, Peleburan, & Pengambialihan

adalah:

Perseroan,pemegang saham minoritas, dan karyawan.

Kreditor dan mitra usaha lainnya.

Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan

usaha.

Page 48: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KEPAILITAN

Page 49: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

PARA PIHAK DALAM

HUKUM KEPAILITAN Debitor

Kreditor

Hakim Pengawas

Kurator dan Balai Harta Peninggalan

Page 50: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Debitor Orang yang mempunyai utang karena

perjanjian atau Undang Undang yang

pelunasannya dapat di tagih di muka

Pengadilan

Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 37

Tahun 2004 (UUK)

Page 51: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kreditor

Orang yang mempunyai piutang karena

perjanjian atau Undang Undang yang

dapat ditagih di muka Pengadilan

Pasal 1 angka 2 UUK

Page 52: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Hakim Pengawas

Hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam

putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban

pembayaran utang

Pasal 1 angka 8 UUK

Tugas utama dari Hakim Pengawas adalah untuk

mengawasi pengurusan dan pemberesan harta

kepailitan.

Pasal 65 UUK

Page 53: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kurator

adalah Balai Harta Peninggalan (BHP) atau

orang perseorangan yang diangkat oleh

Pengadilan untuk mengurus dan membereskan

harta Debitor Pailit di bawah perusahaan

pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan

Undang Undang ini.

Pasal 1 angka 5 UUK

Page 54: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kurator Tugas utama Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan

harta pailit.

Pasal 68 ayat (1) UUK

Page 55: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kurator

Dahulu UU No. 4 Thn ’98

Kurator Balai Harta Peninggalan.

Berdasarkan Pasal 70 UUK

Ayat (1)a

Kurator Balai Harta Peninggalan (BHP)

Ayat (1)b

Kurator Kurator lainnya

Page 56: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Kurator Yang dimaksud Kurator lainnya pasal 70 ayat (2) UUK

a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang

memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam

rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit

b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan

perundang – undangan.

Page 57: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Syarat – syarat Pernyataan Pailit

&

Akibat Hukum Putusan Pernyataan

Pailit

Page 58: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Syarat – syarat Pernyataan Pailit

Seorang Debitor yang memiliki dua atau lebih Kreditor.

Seorang Debitor tersebut setidaknya berhenti membayar

satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih di

muka Pengadilan.

(penjelasan pasal 2 ayat 2 UUK)

Page 59: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit

a. Bagi Debitor Pailit dan harta kekayaannya.

b. Bagi tuntutan tertentu.

c. Pengaruh terhadap pelaksanaan hukum

(eksekusi).

d. Pengaruh terhadap perjanjian timbal – balik.

e. Terhadap harta perkawinan.

f. Terhadap Hipotik, Gadai, dan Hak Retensi.

Page 60: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Sejak di bacakan putusan Pailit maka si Debitor kehilangan hak untuk melakukan

pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya.

Pasal 24 ayat (1) UUK

Bagi Debitor Pailit dan Harta

Kekayaannya

Page 61: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Bagi Tuntutan Tertentu Sejak Debitor diputus pailit maka segala putusan hakim yang menyangkut harta

kekayaan debitor pailit harus dihentikan. Putusan tersebut dibatalkan demi

hukum.

Pasal 29 UUK

Page 62: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengaruh terhadap Pelaksanaan

Hukum (eksekusi)

Apabila terdapat seorang Debitor yang telah ditahan (eksekusi tahanan) harus

dilepaskan demi hukum, tanpa mengurangi berlakunya ketentuan seperti yang

dimaksud pasal 93 UUK.

Pasal 31 ayat (3)

Page 63: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengaruh Terhadap Perjanjian Timbal

Balik Putusan pernyataan pailit tidak mengikat perjanjian timbal balik yang

diadakan debitor pailit sebelum kepailitan/putusan pailit diambil.

Pasal 36 ayat (1) UUK

Page 64: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Terhadap Harta Perkawinan Putusan pailit akan berpengaruh terhadap harta Debitor juga yang meliputi

persatuan harta perkawinan.

Pasal 23 UUK

Page 65: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Terhadap Hipotik, Gadai, dan Hak

Retensi

Putusan Pailit atas Debitor tidak berpengaruh

pada harta Hipoik, gadai, jaminan fidusia, hak

tanggungan, hak agunan.

Kreditor pemegang jaminan dapat langsung

mengeksekusi boedel pailit secara langsung

seolah – olah tidak terjadi kepailitan

Pasal 55 ayat (1) UUK

Page 66: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Renvooi

Adalah istilah yang berasal dari kata

“renvoa” yang berarti “penunjukan

kembali”

Page 67: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Renvooi Dalam pengertian di hukum Kepailitan adalah

penyelesaian bantahan atas piutang – piutang

oleh kantor Kurator atau Balai Harta

Peninggalan (BHP) maupun debitor pailit

dalam rapat verifikasi boedel pailit.

Ps. 127 – Ps. 130 UUK

Page 68: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Renvooi

Diajukan ke Pengadilan selama

Hakim Pengawas harta pailit tidak

mampu mendamaikan kedua

pihak dan dilakukan oleh sorang

advokat.

Page 69: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

BERAKHIRNYA

KEPAILITAN

Perdamaian (Accord) Ps.144 – Ps. 177 UUK

Insolvensi dan pemberesan harta kepailitan

(

Rehabilitasi

Page 70: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Perdamaian (Accord) Adalah perjanjian antara debitor pailit dan kreditor dimana Debitor

pailit menawarkan pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada

kreditor konkuren.

Ps. 144 UUK

Page 71: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Upaya Hukum Putusan Pailit

Kasasi (Ps. 11 – Ps. 13 UUK)

Peninjaun Kembali (Ps.14 dan Ps. 295 – Ps 298 UUK)

Page 72: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI

Diajukan oleh Kreditor, Debitor, ataupun Kreditor yang

bukan merupakan merupakan pihak pada persidangan

tingkat pertama, diajukan paling lambat 8 hari setelah

tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan.

Ps. 11 ayat (2) dan ayat (3) UUK

Page 73: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI

Waktu permohonan kasasi dihitung sejak, pemohon kasasi

mengajukan kepada Panitera yang telah memutus

permohonan pernyataan pailit dan memberikan tanda

terima tertulis dan ditanda tangani oleh Paniteradisertai

tanggal yang sesuai dengan tanggal penerimaan

pendaftaran.

Ps. 11 ayat (4) UUK

Page 74: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI Pendaftaran permohonan kasasi atas putusan

pernyataan pailit dilampiri dengan memori kasasi

oleh pemohon kasasi.

Ps. 12 ayat (1)

Page 75: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi

dan memori kasasi kepada termohon kasasi paling

lambat 2 hari setelah permohonan kasasi

didaftarkan.

Ps. 12 ayat (2) UUK

Page 76: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI Termohon kasasi dapat mengajukan kontra

memori kasasi paling lambat 7 hari, setelah

termohon mendapatkan memori kasasi dari

Penitera.

Panitera wajib menyampaikan kontra memori

kasasi kepada pemohon kasasi paling lambat 2

hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh

Pengadilan.

Ps. 12 ayat (3) UUK

Page 77: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi,

memori kasasi, dan kontra memori kasasi beserta

berkas perkara paling lambat 14 hari setelah tanggal

permohonan kasasi didaftarkan.

Ps. 12 ayat (4)

KASASI

Page 78: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI Mahkamah Agung wajib mempelajari

permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang

paling lambat 2 hari setelah permohonan kasasi

diterima oleh Mahkamah Agung dan paling

lambat 20 hari sejak Mahkamah Agung

menerima permohonan kasasi pernyataan pailit

harus sudah melaksanakan pemeriksaan atas

permohonan kasasi.

Page 79: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI Putusan permohonan kasasi harus diucapkan

paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan

kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

Ps. 13 ayat (3)

Page 80: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

KASASI Panitera lingkup Mahkamah Agung wajib

menyampaikan salinan putusan kasasi kepada

Panitera pada Pengadilan Niaga paling lambat 3

hari setelah tanggal putusan dan jurusita

Pengadilan yang terkait wajib menyampaikan

salinan kasasi kepada pemohon kasasi, termohon

kasasi, Kurator, dan Hakim Pengawas paling

lambat 2 hari setelah putusan kasasi diterima dari

Mahkamah Agung.

Ps. 13 ayat (7)

Page 81: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan

Kembali Ketentuan atas seluruh proses Kasasi berlaku

secara mutatis mutandis bagi Peninjauan Kembali.

Ps. 14. ayat (2) UUK

Page 82: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Setelah perkara diputus namun ditemukan bukti baru dan

bersifat menentukan yang pada waktu diperiksa di

Pengadilan sudah ada, namun belum ditemukan.

Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat

kekelirian yang nyata.

Ps. 295 ayat (2) UUK

Page 83: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Terhadap peninjauan kembali atas bukti baru yang ditemukan dapat dilakukan

dalam jangka waktu paling lambat 180 hari setelah tanggal putusan yang yang

diajukan dalam peninjauan kembali mempunyai kekuatan hukum yang tetap

Ps. 296 ayat (1) UUK

Page 84: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Peninjauan kembali atas putusan Hakim yang terdapat kekeliruan yang nyata

dapat diajukan paling lambat 30 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum

yang tetap.

Ps. 296 ayat (2) UUK

Page 85: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Pemohon menyerahkan salinan bukti pendukung kepada Panitera Pengadilan

yang memutus permohonan pernyataan pailit tingkat pertama.

Ps. 297 ayat (1) UUK

Page 86: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Salinan bukti pendukung dan salinan permohonan peninjauan kembali diserahkan kepada termohon paling lambat 2 hari setelah tanggal didaftarkan.

Ps. 297 ayat (2) UUK

Page 87: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Pihak termohon peninjauan kembali dapat mengajukan jawaban dengan

jangka waktu paling lambat 10 hari setelah tanggal permohonan

peninjauan kembali didaftarkan

Ps. 297 ayat (3) UUK

Page 88: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali Panitera Pengadilan wajib menyampaikan jawaban dan

permohonan peninjauan kembali kepada Panitera

Mahkamah Agung dengan jangka waktu paling lambat

12 hari setelah permohonan didaftarkan.

Ps. 297 ayat (4) UUK

Page 89: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan putusan atas

permohonan peninjauan kembali dalam jangka waktu paling lambat 30 hari.

Ps. 298 ayat (1) UUK

Page 90: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Permohonan Penijauan Kembali

Salinan putusan peninjauan kembali harus disampaikan kepada para pihak

dalam jangka waktu paling lambat 32 hari setelah salinan tersebut diterima

oleh Panitera Mahkamah Agung

Ps 298 ayat (3) UUK

Page 91: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

PENUNDAAN

KEWAJIBAN

PEMBAYARAN

UTANG

(PKPU)

Page 92: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

PKPU Maksud:

Suatu masa yang diberikan oleh Undang Undang melalui

putusan hakim niaga.

Tujuan:

Agar Debitor dan Kreditir dapat melakukan musyawarah

untuk membicarakan utang dapat ditagih pada jatuh tempo

agar dapat dibayar secara keseluruhan atau sebagian serta

berikut dengan cara – cara pembayarannya.

Pasal 222 UUK

Page 93: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Bilamana PKPU dapat diajukan

Permohonan PKPU tetap berikut perpanjangannya

ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan:

- Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang

haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan

mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan

yang diakui atau yang sementara diakui dari Kreditor

Konkuren atau yang dikuasakan.

- Persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor yang piutangnya

dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,

hak hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya dan

mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan

Kreditor atau kuasanya yang hadir dalam sidang PKPU.

Page 94: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

PKPU

PKPU = Permohonan Pernyataan Pailit.

Page 95: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Perbedaan Dalam hal Kedudukan

Pernyataan Pailit: orang yang dinyatakan pailit akan kehilangan kecakapan

untuk berbuat terhadap harta bendanya sendiri.

PKPU: Kecakapan untuk berbuat atas bendanya dapat dilakukan dan

pembayaran atas piutang yang telah dilakukan mendapatkan penundaan

pembayaran.

Dalam Hal Lembaga Pemeliharaan

Pernyataan Pailit: Tidak dapat menentukan nasib harta benda yang dimiliki.

PKPU:Dapat menentukan nasib harta yang dimiliki, meskipun harus seijin

“pemelihara” (sebagai pengganti BHP)

Kurator atau BHP

PKPU: Kurator tidak dapat turut campur tangan dalam persoalan

penundaan kewajiban pembayaran utang

Pernyataan Pailit: Segala sesuatu yang menyangkut atas penyelesaian utang

dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan atau Kurator.

Page 96: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Syarat PKPU

Diajukan oleh Debitor maupun Kreditor dan telah ditanda tangani

oleh Debitor maupun Kreditor itu sendiri serta tanda tangan

penasihat hukum.

Dalam hal pemohon adalah Debitor, maka permohonan harus

disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, serta utang

Debitor dengan disertai surat bukti secukupnya.

Dalam hal pemohon adalah Kreditor, Pengadilan wajib memanggil

Debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7

hari sebelum sidang.

Pada sidang yang dimaksud Debitor wajib menyertakan daftar

besertasurat bukti yang cukup dan apabila ada diajukan juga rencana

perdamaian.

Ketentuan dan syarat yang berlaku di dalam permohonan pengajuan

pernyataan pailit berlaku secara mutatis dan mutandis di dalam hal

PKPU.

Pasal 225 UUK

Page 97: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

PKPU Diajukan oleh Kreditor, Debitor, ataupun Kreditor – kreditor tertentu yang

diamanatkan pada pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).

Ps. 222 ayat (2) dan ayat (3) serta Ps. 223 UUK

Page 98: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Subyek – subyek PKPU

Kreditor

Debitor

Kreditor – kreditor tertentu yang diamanatkan pada

pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).

Pengurus penyelesaian PKPU.

Hakim Pengawas

Pemelihara atau Pengurus penyelesaian PKPU.

Panitia Kreditor

Page 99: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Pengurus Adalah seorang yang Independen (tidak memiliki benturan kepentingan

antara debitor maupun Kreditor) untuk membantu debitor dalam mengurusi

hartanya.

Page 100: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Hakim Pengawas Bersama Pengurus dan Debitor mengurus harta Debitor

Page 101: ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Panitia Kreditor

Terbagi dalam 2 hal, yaitu:

Atas permohonan penundaan kewajiban

pembayaran utang meliputi uang dalam jumlah

besar atau yang bersfat rumit.

Atas pengangkatan yang dikhendaki oleh

Kreditor Konkuren yang mewakili sedikitnya

½ bagian dari seluruh tagihan yang diakui.