optimisme entrepreneur menghadapi krisis eropa

11
 1 “Optimisme Entrepreneur  Menghadapi Krisis Eropa” Oleh: Merlin Dwi Yunaniar Pendahuluan Indonesia adalah salah satu negara sedang berkembang yang menganut perekonomian terbuka (opened economy ). Keterbukaan perekonomian tersebut mengalami tantangan yang cukup berat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Diantaranya adalah, krisis finansial global pada 2008 yang dipicu oleh kegagalan pengelolaan bisnis di sektor real estate di Amerika Serikat (AS). Hal itu sebagai akibat dari kejenuhan pasar properti yang dipaksakan dengan melakukan spekulasi untuk mengantisipasi meningkatnya harga di masa mendatang ( buble economic). Sebagai negara dengan dominasi perekonomian yang besar, krisis AS dengan mudah menimbulkan contagion effect  pada negara-negara di dunia. Indonesia termasuk negara yang dapat bertahan menghadapi dampak krisis tersebut. Hal ini tercermin melalui pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang mencapai 6,1%. Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun 2008, pertumbuhan e konomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%, angka tersebut lebi h tinggi daripada pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai -0,7%, negara maju -3,7%, negara berkembang 2,8% dan tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India (Bank Indonesia, 2009). Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi perekonomian global dapat dihindari oleh Indonesia karena struktur ekonomi yang banyak didorong oleh permintaan domestik dan kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tinggi (Turinetti, 2009). Selama 1997-2006, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto mencapai 54%-57%. Indikator pentingnya peranan UMKM juga dapat dilihat dari kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja yang mencapai 96%. Dampak krisis global juga dapat diminimalisasi karena sebanyak 91% UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir atau pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli atau importir di luar negeri (BPS, 2007). Tingginya peranan UMKM bagi perekonomian nasional tidak terlepas dari peranan wirausahawan ( entrepreneur ) yang mengelola dan mengendalikan usaha tersebut. Dengan demikian, Indonesia perlu meningkatkan jumlah unit usaha baru yang

Upload: merlin-yunaniar-pakpahan

Post on 14-Jul-2015

122 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 1/11

 

1

“Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa”

Oleh: Merlin Dwi Yunaniar

Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara sedang berkembang yang menganut perekonomian

terbuka (opened economy). Keterbukaan perekonomian tersebut mengalami tantangan yang

cukup berat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Diantaranya adalah, krisis finansial global

pada 2008 yang dipicu oleh kegagalan pengelolaan bisnis di sektor real estate di Amerika

Serikat (AS). Hal itu sebagai akibat dari kejenuhan pasar properti yang dipaksakan dengan

melakukan spekulasi untuk mengantisipasi meningkatnya harga di masa mendatang (buble

economic). Sebagai negara dengan dominasi perekonomian yang besar, krisis AS dengan mudah

menimbulkan contagion effect  pada negara-negara di dunia. Indonesia termasuk negara yang

dapat bertahan menghadapi dampak krisis tersebut. Hal ini tercermin melalui pertumbuhan

ekonomi tahun 2008 yang mencapai 6,1%. Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun

2008, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%, angka tersebut lebih tinggi

daripada pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai -0,7%, negara maju -3,7%, negara

berkembang 2,8% dan tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India (Bank Indonesia, 2009).

Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi perekonomian

global dapat dihindari oleh Indonesia karena struktur ekonomi yang banyak didorong oleh

permintaan domestik dan kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tinggi

(Turinetti, 2009). Selama 1997-2006, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto

mencapai 54%-57%. Indikator pentingnya peranan UMKM juga dapat dilihat dari kontribusi

UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja yang mencapai 96%. Dampak krisis global juga dapat

diminimalisasi karena sebanyak 91% UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga

eksportir atau pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli

atau importir di luar negeri (BPS, 2007). Tingginya peranan UMKM bagi perekonomian nasional

tidak terlepas dari peranan wirausahawan (entrepreneur ) yang mengelola dan mengendalikan

usaha tersebut. Dengan demikian, Indonesia perlu meningkatkan jumlah unit usaha baru yang

Page 2: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 2/11

 

2

dijalankan oleh wirausahawan-wirausahawan handal dalam rangka meningkatkan daya dukung

pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Krisis global tidak hanya berakhir pada krisis finansial AS saja. Pada tahun 2010,

perekonomian dunia kembali mengalami shock dengan terjadinya krisis utang di negara-negara

Eropa. Krisis Eropa dipicu oleh masalah anggaran pemerintah yang berkepanjangan dan semakin

serius di negara PIGS (Portugal, Italia, Yunani, dan Spanyol). Krisis Eropa yang terjadi sejak 

awal 2010 merupakan credit crunch, yaitu krisis kredit yang terjadi karena semakin rendahnya

ketersediaan kredit dari lembaga keuangan atau bank disertai dengan semakin tingginya suku

bunga yang berakibat pada munculnya problem likuiditas. Hardjopranoto (2011) menyatakan

bahwa krisis ini pada dasarnya merupakan imbas dari kegagalan pemerintah negara PIGS dalam

menyejahterakan penduduknya. Elit politik yang terpilih membuat berbagai program yang

mengakibatkan pertumbuhan government budget, tapi dibiayai dengan utang pemerintah.

Pengalokasian anggaran tersebut tidak disertai prinsip kehati-hatian (prudential) dan good 

governance. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi siklus bisnis negara-negara lain di dunia.

Oleh karena itu, upaya Indonesia untuk meningkatkan unit usaha dan wirausahawan pun akan

kembali mengalami tantangan. Tulisan ini memaparkan tentang dampak krisis Eropa terhadapperekonomian dan dunia bisnis serta analisis peluang wirausahawan untuk memulai usaha baru.

Model Wirausaha Wennekers dan Thurik: Prekondisi Memulai Usaha

Gambar 1: Model Wirausaha Wennekers dan Thurik

Sumber: Carree dan Thurik, 2002

Individual

Level

Macro

Level

Firm

Level

Economic

Performance

Business

Culture

Psychological

Endowments

Start up, entry

into new

markets

innovation

Level of 

Analysis

Condition for

Entrepreneurship

Personal

Wealth 

Firm

Performance 

Economic

Growth 

Page 3: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 3/11

 

3

Drucker dalam Afiah (2009) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk 

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Selain itu, kegiatan kewirausahaan juga mencakup

indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Seorang wirausahawan pada dasarnya

menghadapi beberapa peluang untuk memulai suatu bisnis atau usaha. Carree dan Thurik (2002)

menjelaskannya dalam suatu kerangka yang digambarkan pada gambar di atas. Pada saat suatu

negara berada dalam kondisi krisis, seorang wirausahawan harus dapat menganalisis peluang dan

mengelola risiko sebagai dampak dari krisis tersebut untuk memulai usaha. Kerangka model

tersebut membedakan dalam analisis memulai usaha dalam tiga level, yaitu individual level, firm

level dan macro level. Kegiatan wirausaha membutuhkan karakter dan sikap psikologis individu

wirausahawan yang kreatif, inovatif dan berani mengambil risiko. Selain itu, dalam memulai

usaha juga diperlukan dukungan dari iklim bisnis dan indikator makroekonomi yang dapat

mendorong terciptanya investasi dan iklim usaha yang kondusif. Pada akhirnya, kesejahteraan

wirausahawan, eksistensi bisnis dan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.

 Individual Level 

Karakter dan sikap psikologis dalam berbisnis adalah suatu syarat awal mutlak yang

harus dimiliki oleh calon entrepreneur  dalam memulai usaha skala kecil, menengah, maupun

besar. Hal ini dilatarbelakangi karena banyaknya ancaman ketidakpastian perekonomian atau

krisis ekonomi yang sewaktu-waktu dapat mempengaruhi kinerja suatu bisnis. Oleh karena itu,

wirausahawan paling tidak harus memiliki tiga karakter di bawah ini:

1.  Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi:

a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki

perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (strategis).

b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan

saran untuk masukan pengembangan bisnis/usaha.

2.  Bertindak inovatif, yang meliputi:

a. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap

aspek kegiatan bisnis.

b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

Page 4: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 4/11

 

4

3.  Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan

manfaat dari suatu bisnis. Masing-masing unit usaha harus memiliki manajemen resiko

dalam segala aktivitas usahanya.

Karakter tersebut adalah suatu   fixed asset yang masing-masing individu memiliki kadar

yang berbeda-beda yang harus dipupuk. Pada situasi krisis maupun situasi normal, eksistensi

karakter tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada

level individu inilah merupakan modal dasar dalam memulai usaha.

 Firm Level dan Macro Level 

Wirausahawan yang ingin memulai usaha juga harus mempertimbangkan siklus bisnis

dan keadaan perekonomian suatu negara. Inovasi dan ide-ide kreatif yang dimiliki oleh masing-

masing wirausahawan harus didukung oleh iklim bisnis dan perekonomian yang kondusif.

Pengaruh krisis Eropa yang terhadap peluang seorang wirausahawan untuk memulai bisnis dapat

dianalisis melalui beberapa jalur kinerja indikator makroekonomi Indonesia (UNCTD, 2004).

1.  Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Jalur yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih

rendah akan mengurangi kesempatan para wirausahawan untuk melakukan ekspansi

bisnis.

Gambar 2: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Kelompok Negara Dunia

Sumber: IMF, World Economic Outlook, September 2011

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada

tahun 2009, disaat perekonomian dunia dan negara maju mencapai angka negatif 

Page 5: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 5/11

 

5

perekonomian Indonesia mampu tumbuh 2,6% lebih rendah daripada negara berkembang

Asia seperti China dan India yang pada saat itu mencapai 7,2% dan lebih tinggi 1,8%

dibanding negara berkembang dunia. Pada tahun 2011, di saat krisis Eropa berdampak 

pada penurunan pertumbuhan Ekonomi di semua kelompok negara dunia, namun kinerja

perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang justru meningkat dari

6,1% menjadi 6,6%. Pemerintah melalui Bank Indonesia optimis memproyeksi

pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dapat meningkat menjadi 6,7%.

Gambar 3: Trend Inflasi Indonesia dan Negara BRIC

Sumber: Bloomberg, 2011

Tingkat inflasi Indonesia pada September 2011 menurun jika dibanding

September 2010. Inflasi Indonesia yang mencapai 4,61% merupakan inflasi paling rendah

 jika dibandingkan dengan negara BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) yang diprediksi

akan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang baru. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil

tersebut akan menjaga kestabilan harga. Sehingga, biaya operasional suatu bisnis akan

lebih rendah dan lebih mudah bagi wirausahawan untuk memulai usaha. Selain itu, harga

produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu unit usaha mampu bersaing dan dijangkau

oleh konsumen kalangan atas maupun bawah

Page 6: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 6/11

 

6

2.  Pengeluaran Pemerintah: Pendidikan, Ketertiban Sosial dan Ekonomi

Gambar 4: Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan Fungsinya

Sumber: Silalahi, 2011

Jalur kedua adalah dengan melihat perkembangan pengeluaran pemerintah untuk 

beberapa bidang strategis, yaitu pendidikan, ketertiban dan keamanan dan bidang

ekonomi. Pada saat krisis banyak negara yang menerapkan budget deficit  dengan

mengurangi pengeluaran pada beberapa pos-pos tertentu. Tidak demikian dengan

Indonesia, Pengeluaran pemerintah untuk ketiga bidang tersebut terus meningkat selama

2010, 2011 dan proyeksi 2012. Peningkatan yang paling tinggi adalah pengeluaran

bidang ekonomi pada tahun 2011. Hal ini sebagai langkah konkret yang dilakukan

pemerintah untuk memberikan stimulus-stimulus ekonomi dalam upaya penekanan

dampak krisis Eropa.

Pengeluaran di bidang pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk 

menghasilkan wirausahawan yang berkualitas dan kemampuan untuk memulai bisnis.

Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya

berwirausaha dan penciptaan lapangan kerja. Di sisi lain, dengan pendidikan yang tinggi

dapat berkorelasi positif dengan kualitas dan tingkat upah. Sementara itu, pengeluaran di

bidang ketertiban dan keamanan sosial akan memberikan dampak langsung pada bisnis

yang dijalankan oleh seorang wirausahawan. Ketertiban dan keamanan akan mengurangi

risiko usaha dan meningkatkan kelancaran arus distribusi barang dan jasa yang dihasilkan

wirausahawan ke konsumen akhir.

Page 7: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 7/11

 

7

3.  Permintaan Pasar

Ekspansi bisnis juga harus mempertimbangkan sisi demand  sebagai pihak yang

akan menggunakan barang atau jasa yang akan dihasilkan. Pihak tersebut adalah

konsumen rumah tangga, pemerintah maupun industri. Konsumsi rumah tangga pada

tahun 2010 menurun tajam sebagai dampak dari krisis Eropa pada awal 2010 (gambar 5).

Banyak masyarakat yang menempatkan sebagian pendapatannya untuk ditabung sebagai

antisipasi dari persepsi masyarakat terhadap kemungkinan penurunan pendapatan di

tahun berikutnya. Namun, pada tahun 2011 pengeluaran masyarakat kembali meningkat

karena kondisi perekonomian yang cukup stabil dan peningkatan pendapatan perkapita.

Di sisi lain, perekonomian Indonesia pada 2011 dapat bertahan dari krisis Eropa karena

dominasi konsumsi domestik seperti yang ditunjukkan pada gambar 6. Meskipun,

konsumsi domestik diproyeksikan akan turun pada 2012, pelaku usaha masih dapat

menangkap peluang tingginya konsumsi rumah tangga pada 2012 dan diversifikasi

ekspor yang dapat meningkatkan porsi konsumsi asing.

Gambar 5: Tingkat Konsumsi Gambar 6: Tingkat Konsumsi Domestik

Rumah Tangga dan Asing

Sumber: BI, 2011 Sumber: BI, 2011

Page 8: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 8/11

 

8

4.  Pembiayaan Usaha

Gambar 6: Kredit Modal Kerja Yang Disalurkan Berdasarkan Sektor Usaha

Sumber: BI, 2011

Apabila ketiga aspek di atas telah terpenuhi, seorang wirausahawan belumlah siap

untuk memulai usaha tanpa aspek keempat, yaitu pembiayaan usaha. Ekspansi usaha

dapat didanai oleh modal sendiri maupun modal pinjaman dari pihak lain. Sebagian besar

sektor usaha yang dipilih oleh wirausahawan adalah sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (PHR) dan sektor industri pengolahan. Hal ini sejalan dengan bantuan kredit

yang disalurkan oleh Bank Umum maupun BPR. Kredit modal kerja yang disalurkan

pada Oktober 2011 lebih tinggi dari pada Oktober 2010 untuk semua sektor usaha.

Penyaluran kredit tertinggi adalah PHR, kemudian industri pengolahan, jasa-jasa dan

sektor keuangan. Sementara sektor Listrik, Gas dan Air bersih (LGA) paling sedikit

mendapat bantuan kredit. Bank Indonesia juga memperkirakan suku bunga acuan BI

masih pada rentang 6,6-6,7%, sama seperti tahun 2011.

Kondisi perekonomian dan dukungan yang positif dari pemerintah tersebut

memberikan peluang yang lebih besar pada calon-calon wirausahawan untuk memulai

bisnis baru maupun wirausahawan lama yang ingin berekspansi usaha. Adanya krisis

Eropa tidak terlalu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi dunia bisnis di

Indonesia. Hal ini tercermin melalui realisasi investasi usaha yang terus meningkat dari

2010 hingga 2011 dan indeks tendensi bisnis pada 2011 yang terus meninggi.

Page 9: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 9/11

 

9

Gambar 7: Realisasi Investasi Gambar 8: Indeks Tendensi Bisnis

39.03

41.06 43.95

28.5428.09

33.58

45.92

48.05

49.37

54.17

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

55.0

60.0

H I H II H I H II H I H II H I H II H I H II*

2007 2008 2009 2010 2011

Investment value (net balance)%

Source: BusinessActivity Survey, DSM

 

85

90

95

100

105

110

115

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2008 2009 2010 2011

B uz-Te ndency Index ( rhs) Earning C ap-Uti li zation Work ing hours

Index Index

Source: Business Tendency Index, BPS  

Kesimpulan

1.  Ekspansi bisnis memerlukan analisis pada individual level, firm level dan macro

level.

2.  Setiap wirausahawan yang ingin memulai usaha harus bersikap kreatif, inovatif 

dan berani mengambil risiko. Karakter psikologis itu adalah fixed asset dan modaldasar yang melekat pada masing-masing wirausahawan

3.  Krisis Eropa tidak terlalu berdampak pada dunia bisnis. Beberapa indikator

ekonomi menunjukkan insentif positif bagi wirausahawan untuk menangkap

peluang ekspansi ataupun memulai bisnis.

Rekomendasi

Bagi Wirausahawan:

1.  Wirausahawan harus mampu menangkap peluang adanya MP3EI (Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025 dan

pencapaian Indonesia dalam   Investment Grade. Hal ini memungkinkan

banyaknya investor asing maupun domestik yang akan memberikan pendanaan

bagi usaha skala besar maupun UMKM. 

2.  Meskipun krisis Eropa tidak terlalu memberikan pengaruh signifikan, namun

wirausahawan harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bisnis. 

Page 10: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 10/11

 

10

3.  Diversifikasi ekspor ke negara di benua Afrika dan negara-negara Oceania

sebagai potensi pasar yang luas namun kurang mendapat oleh sebagian besar

pelaku bisnis. perhatian perlu digalakkan karena luasnya pasar di daerah tersebut.  

4.  Potensi domestik harus tetap ditingkatkan, baik itu sebagai konsumen produk 

maupun stake holder yang memberikan modal usaha. 

5.  Wirausahawan harus mengantisipasi terhadap kekuatan ekonomi negara BRIC,

terutama China dan India. Barang atau jasa yang dihasilkan oleh wirausahawan

lokal harus mampu bersaing dengan kualitas yang tinggi dan biaya-biaya produksi

yang efisien. 

6.  Meningkatkan kualitas personal dengan aktif berpartisipasi dalam seminar,

diskusi dengan pemerintah maupun kelompok-kelompok wirausahawan yang lain

dalam rangka memantau kondisi perekonomian dan peluang bisnis. 

7.  Mempertimbangkan peluang bisnis ke sektor yang lain, selain PHR dan industri

pengolahan. Terbatasnya pelaku usaha di sektor-sektor minor tersebut justru akan

meningkatkan peluang wirausahawan baru dalam berekspansi dan tingkat

kompetisi yang relatif lebih rendah. 

8.  Melakukan promosi yang aktif dan menerapkan e-promoting dengan

maksimalisasi internet sebagai media promosi bagi konsumen domestik maupun

asing. 

Bagi Pemerintah:

1.  Mempertahankan iklim bisnis yang kondusif. 

2.  Memberikan insentif yang tinggi pada investor domestik dan asing. 

3.  Regulasi dan birokrasi yang mudah, namun tetap cermat dalam legalisasi usaha. 

4.  Mengadakan pelatihan bagi wirausahawan tentang edukasi pengelolaan keuangan,

motivasi bisnis, dan manajemen risiko. 

5.  Melakukan pendampingan pada usaha-usaha kecil. 

6.  Meningkatkan penyaluran kredit pada sektor-sektor minor yang potensial. 

Page 11: Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa

5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 11/11

 

11

Bagi masyarakat:

1.  Menggunakan produk-produk dalam negeri. 

2.  Membantu pemerintah dalam membina ketentraman dan keamanan sosial dan

politik. 

Referensi

Afiah, Nunuy. 2009. Peran Kewirausahaan Dalam Memperkuat UKM Indonesia Menghadapi

Krisis Finansial Global. Bandung: Working Paper Accounting and Financial Unpad

Carree, M, dan Thurik, Roy. 2002. The Impact of Entrepreneurship on Economic Growth.

Boston: Kluwer Academic Publisher

Hardjopranoto, Wibisono. 2011. Dampak Krisis Eropa dan Amerika Serikat Bagi Iklim Bisnis

 Indonesia. Surabaya: Ubaya

Silalahi, Pande Radja. 2011. Kinerja Perekonomian Indonesia. Jakarta

Turinetti, Palazzo. 2009. The Impact of The Global Crisis on SME & Entrepreneurship

Financing and Policy Responses. Italia: OECD

UNCTD. 2004. Entrepreneurship and Economic Development: The Empretec Showcase. Geneva

websites:

BI, BPS, Bloomberg, IMF