optimasi produksi fitase dan uji kemampuan … · fitase dan uji kemampuan hidrolisisnya pada pakan...
TRANSCRIPT
i
OPTIMASI PRODUKSI FITASE dan UJI KEMAMPUAN
HIDROLISISNYA pada PAKAN LOBSTER
ROSLIANA PURWANING DYAH
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Produksi
Fitase dan Uji Kemampuan Hidrolisisnya pada Pakan Lobster adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Rosliana Purwaning Dyah
NIM G84120015
ABSTRAK
ROSLIANA PURWANING DYAH. Optimasi Produksi Fitase dan Uji
Kemampuan Hidrolisisnya pada Pakan Lobster. Dibimbing oleh SURYANI dan I
MADE SUDIANA.
Fitase adalah enzim yang dapat menghidrolisis asam fitat dengan cara
memutus ikatan fosfatnya. Asam fitat akan dihidrolisis oleh fitase menjadi inositol
dan fosfat anorganik. Fitase diproduksi dengan solid state fermentation (SSF)
menggunakan substrat jerami padi dan ampas tahu. Tujuan penelitian ini adalah
menentukan kondisi optimum produksi fitase oleh Rhyzopus oryzae, Neurospora
crassa, dan Neurospora sitophila, dengan parameter waktu inkubasi, suhu, pH,
dan komposisi substrat, serta uji kemampuan hidrolisis oleh fitase pada pakan
lobster pada kondisi optimum. Berdasarkan hasil penelitian kondisi optimum
produksi fitase oleh ketiga kapang, yaitu waktu inkubasi pada hari keempat, suhu
25 °C hingga 35 °C untuk R. oryzae, suhu 25 °C untuk N. crassa, suhu 30 °C
hingga 35 °C untuk N. sitophila, pH 8 untuk R. oryzae, pH 6 untuk N. crassa dan
N. sitophila, serta komposisi jerami padi dan ampas tahu 30:70 % (b/b) untuk
ketiga kapang. Fitase yang diproduksi oleh ketiga kapang tersebut dapat
menghidrolisis asam fitat pada pakan lobster.
Kata kunci: fitase, N. crassa, N. sitophila, R. oryzae, SSF
ABSTRACT
ROSLIANA PURWANING DYAH. Optimization of Phytase Production and
Hydrolysis Ability Test on Lobster Feeds. Supervised by SURYANI and I
MADE SUDIANA.
Phytase is an enzyme that can hydrolize phytic acid by cleaving phosphate
bonds. Phytic acid was hydrolized into inositol and inorganic phosphate.
Production of phytase was conducted by solid state fermentation (SSF) using rice
straw and waste tofu. The aim of this research was to determine optimum
condition for phytase production by R. oryzae, N. crassa, and N. sitophila.
Incubation time, temperature, pH, and substrate composition were used for
determination optimum condition and phytase ability assay to hydrolize lobster
feed at optimum condition. The results showed that optimum condition to produce
phytase after four days incubation, 25 °C - 35 °C for R. oryzae, 25 °C for N.
crassa, 30 °C – 35 °C for N. sitophila, pH 8 for R. oryzae, pH 6 for N. crassa and
N. sitophila, and ratio substrate composition of rice straw and waste tofu at 30:70
% (w/w) for three moulds. Thev three moulds had ability to hydrolize phytic acid
in lobster feed.
Keywords: N. crassa, N. sitophila, phytase, R. oryzae, SSF
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
OPTIMASI PRODUKSI FITASE dan UJI KEMAMPUAN
HIDROLISISNYA pada PAKAN LOBSTER
ROSLIANA PURWANING DYAH
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
v
Judul : Optimasi Produksi Fitase dan Uji Kemampuan Hidrolisisnya pada Pakan
Lobster
Nama : Rosliana Purwaning Dyah
NIM : G84120015
Disetujui oleh
Dr Suryani, MSc
Pembimbing I
Prof Dr I Made Sudiana, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen Biokimia
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul Optimasi Produksi Fitase dan Uji Kemampuan Hidrolisisnya pada Pakan
Lobster. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Maret 2016 di
Laboratorium Fisiologi, Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor. Penelitian ini didanai oleh
LIPI tahun anggaran 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Suryani, MSc dan Bapak Prof
Dr I Made Sudiana, MSc selaku pembimbing atas segala arahan dan
bimbingannya kepada penulis. Ucapan terimakasih tak lupa penulis berikan
kepada teman-teman Biokimia angkatan 49 yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, bagi perkembangan ilmu biokimia dan
ilmu bioteknologi di Indonesia.
Bogor, Agustus 2016
Rosliana Purwaning Dyah
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Bahan dan Alat 2
Alat 2
Prosedur Penelitian 3
HASIL 4
Kondisi Optimum Produksi Fitase 4
Kemampuan Hidrolisis Asam Fitat pada Pakan Lobster 7
PEMBAHASAN 8
Kondisi Optimum Produksi Fitase 8
Kemampuan Hidrolisis Asam Fitat pada Pakan Lobster 10
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR GAMBAR
1 Aktivitas fitase pada lima hari waktu inkubasi 5 2 Aktivitas fitase pada berbagai suhu 5
3 Aktivitas fitase pada berbagai pH 6 4 Aktivitas fitase pada berbagai komposisi substrat 7 5 Konsentrasi fosfat hasil hidrolisis asam fitat pada pakan lobster 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 14
2 Pembuatan media dan larutan 15 3 Kurva standar fosfat 16 4 Aktivitas fitase dengan parameter waktu inkubasi 17
5 Aktivitas fitase dengan parameter suhu fermentasi 18 6 Aktivitas fitase dengan parameter pH fermentasi 19 7 Aktivitas fitase dengan parameter komposisi substrat 20
8 Konsentrasi fosfat hasil hidrolisis asam fitat pada pakan lobster 21
23
17
PENDAHULUAN
Enzim merupakan biokatalisator yang memiliki peran penting dalam suatu
reaksi. Enzim yang diproduksi dalam skala industri umunya menggunakan biaya
produksi yang tinggi. Enzim yang diproduksi dalam skala industri menggunakan
teknik fermentasi dengan media komersial yang mahal. Biaya produksi enzim
yang tinggi dapat diturunkan dengan cara mengganti media komersial dengan
media alternatif seperti limbah pertanian atau limbah olahan pangan. Terdapat
banyak limbah pertanian yang masih memiliki kandungan nutrisi cukup baik.
Fitase (myo-inositol heksafosfat 3 fosforilase, EC 3.1.3.8) adalah enzim
yang dapat menghidrolisis asam fitat dengan cara memutus ikatan fosfatnya.
Asam fitat akan dihidrolisis oleh fitase menjadi inositol dan fosfat anorganik.
Fitase dalam skala industri diproduksi dengan cara fermentasi. Media komersial
yang digunakan untuk produksi fitase diantaranya berisi komponen glukosa,
(NH4)2SO4, NaCl, KCl, FeSO4, MgSO4, CaCl2, MnSO4, dan kalsium fitat (Roy et
al. 2013). Penggunaan media tersebut memerlukan biaya produksi yang cukup
tinggi. Pemanfaatan limbah sebagai media fermentasi dapat menurunkan biaya
produksi enzim. Limbah yang dapat digunakan adalah jerami padi dan ampas tahu.
Jerami padi merupakan bagian dari padi yang mengandung senyawa
lignoselulosa. Senyawa lignoselulosa yang terkandung dalam jerami padi terdiri
atas selulosa, hemiselulosa dan lignin (Carlile et al. 2001). Ampas tahu
merupakan limbah dari proses pembuatan tahu, yang mengandung protein kasar,
lemak, abu dan beberapa komponen mineral baik makro maupun mikro. Ampas
tahu memiliki zat anti-nutrien berupa asam fitat (Cullison 1978). Sumber nutrisi
yang terdapat pada jerami padi dan ampas tahu dapat dimanfaatkan untuk
produksi fitase dengan biaya yang murah.
Fitase dimanfaatkan untuk pembuatan suplemen pakan pada hewan ternak
monogastrik. Hidrolisis asam fitat oleh fitase dapat meningkatkan ketersediaan
fosfor bagi tubuh dan menghilangkan kemampuan fitat untuk berikatan dengan
mineral dan protein (Mittal et al. 2011). Fitase secara alami terdapat pada jaringan
tanaman dan sebagian besar terdapat pada kapang serta beberapa bakteri. Bakteri
yang terdapat pada usus hewan ruminansia dapat memproduksi fitase. Sehingga
hewan ruminansia dapat langsung memproses asam fitat yang dapat ditemukan
pada tanaman biji-bijian dan serelia (Sing dan Satyanarayana 2012).
Pakan ternak monogastrik umumnya dibuat dari bahan-bahan yang
mengandung asam fitat. Asam fitat merupakan senyawa anti-nutrien yang dapat
menurunkan nilai nutrisi atau nilai gizi pada tanaman biji-bijian dan serelia bagi
manusia maupun hewan ternak. Asam fitat memiliki kemampuan yang kuat untuk
membentuk kelat multivalen dengan mineral khususnya natrium, magnesium,
timah, kalsium dan besi. Ikatan yang terbentuk antara asam fitat dengan mineral
tidak larut dalam garam (Sing dan Satyanarayana 2012). Asam fitat dapat pula
berikatan dengan protein (Quan et al. 2002). Adanya asam fitat yang dapat
berikatan dengan mineral dan protein dapat mengganggu penyerapan senyawa
tersebut oleh tubuh manusia dan hewan ternak.
Kapang yang dapat memproduksi fitase adalah Rhizopus oryzae,
Neurospora crassa dan Neurospora sitophila (Rani et al. 2014; Ekundayo dan
Osunla 2013; Edward et al. 2005). Rhizopus oryzae, Neurospora crassa dan
2
Neurospora sitophila sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe, kecap dan
oncom. Produksi fitase dari kapang dapat menggunakan teknik fermentasi media
padat (solid state fermentation). Fermentasi media padat (solid state fermentation)
adalah fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme yang ditumbuhkan pada
media padat tanpa adanya air bebas (Bhargav et al. 2008).
Optimasi produksi fitase dari media campuran jerami padi dan ampas tahu
menggunakan kapang R. oryzae, N. crassa, dan N. sitophila melalui fermentasi
media padat belum dilakukan, sehingga perlu diketahui kondisi optimum produksi
fitase untuk meningkatkan efisiensi produksinya. Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan kondisi optimum produksi fitase pada media campuran jerami padi
dan ampas tahu menggunakan kapang R. oryzae, N. crassa, dan N. sitophila,
dengan parameter berupa waktu inkubasi, suhu, pH, dan komposisi substrat.
Tujuan lainnya yaitu dilakukan uji kemampuan hidrolisis fitase pada pakan lobster
setelah diperoleh kondisi optimum. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai penggunaan jerami padi dan ampas tahu yang digunakan
sebagai alternatif media produksi enzim fitase, yang ekonomis sehingga dapat
diterapkan dalam bidang industri pakan ternak.
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga bulan Maret 2016 di
Laboratorium Fisiologi, Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi dari
Malang, ampas tahu dari pabrik tahu Cibeureum Bogor, media potato dextrose
agar (PDA), H2SO4, kalium antimonyl, amonium molibdat, dan asam askorbat,
akuades, akuades steril, 100 mM buffer asetat pH 5 dan 5.2, 100 mM buffer fosfat
pH 6, 7, dan 8, KH2PO4, kalsium fitat, dan pakan lobster (Wonder Lobster Food).
Mikroba yang digunakan, yaitu isolat Neurosphora sitophila, Neurosphora crassa,
dan Rhizopus oryzae yang merupakan koleksi dari Indonesia Culture Colection
(Ina-CC) LIPI.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer
SHIMADZU UV-VIS mini 1240, laminar bio clean bench MCV-B131F(T),
autoklaf TOMY SX-500, table-top high speed micro refrigerated centrifuse H-
15FR, inkubator CB-5 suhu 25, 30, 35, dan 40 °C, neraca analitik, labu
3
3
erlenmeyer, tabung reaksi, gelas ukur, gelas piala, pipetmikro 1000 µL dan 200
µL, tip 1000 µL dan 200 µL, tabung eppendorf, tabung falkon, dan penangas air.
Prosedur Penelitian
Peremajaan Kapang pada Media PDA (Modifikasi Gaind dan Singh 2015)
Neurospora sitophila, Neurospora crassa dan Rhizopus oryzae yang ada
pada media PDA diinokulasikan pada media PDA baru. Inokulasi kapang
dilakukan di dalam laminar bio clean bench MCV-B131F(T). Kapang yang ada
pada media PDA dipindahkan dengan batang steril dan digoreskan pada media
PDA yang baru. Setelah itu, tabung reaksi yang berisi kapang ditutup dengan
kapas dan plastik wrap. Kapang yang telah diinokulasi disimpan dalam inkubator
dengan suhu 30 ºC.
Optimasi Produksi Fitase dengan Solid State Fermentation (Modifikasi Gull
et al. 2013)
Jerami padi dan ampas tahu yang telah dikeringkan dengan ukuran 100
mesh dimasukkan ke dalam plastik dengan total 10 gram dan disterilkan selama
15 menit pada suhu 121 ºC 1 atm. Kultur Neurospora sitophila yang berada pada
media PDA diberi akuades steril sebanyak 10 mL dan diaduk hingga spora pada
media PDA larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam media fermentsi. Bahan-
bahan tersebut dicampur hingga rata. Media fermentasi diinkubasi selama lima
hari pada suhu 30 ºC. Fermentasi masing-masing dengan Neurospora crassa dan
Rhizopus oryzae dilakukan seperti Neurospora sitophila.
Optimasi produksi fitase dilakukan dengan beberapa parameter, yaitu waktu
inkubasi (hari ke 1, 2, 3, 4, dan 5), suhu fermentasi (25 ºC, 30 ºC, 35 ºC, dan 40
ºC), pH fermentasi (100 mM buffer asetat pH 5, 100 mM buffer fosfat pH 6,7, dan
8), dan komposisi jerami padi : ampas tahu (0:100, 10:90, 20:80, 30:70, 40:60,
50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10 dan 100:0 % (b/b)).
Ekstraksi Fitase dari Neurospora sitophila, Neurospora crassa dan Rhizopus
oryzae (Modifikasi Ekundayo dan Osunla 2013)
Padatan hasil fermentasi sebanyak 1 gram ditimbang dan dimasukkan ke
dalam tabung falkon dan ditambahkan akuades steril sebanyak 9 mL, dikocok
selama 15 menit. Sampel pada tabung falkon dipindahkan ke dalam tabung
eppendorf sebanyak 2 mL. Sampel disentrifus pada 4 °C dengan kecepatan 8000
rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh merupakan sampel ekstrak kasar
fitase.
Uji Aktivitas Fitase (Modifikasi Murphy dan Riley 1962)
Pembuatan kurva standar fosfat diawali dengan pembuatan larutan stok
KH2PO4 1000 ppm, dengan cara bubuk KH2PO4 sebanyak 0.143 gram ditimbang
dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 100 mL akuades. Larutan
KH2PO4 1000 ppm diencerkan hingga konsentrasinya menjadi 100, 200, 300, 400,
dan 500 ppm. Setiap konsentrasi larutan KH2PO4 sebanyak 100 µL dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 160 µL reagen campuran (Lampiran 4).
Sampel didiamkan selama 1 jam hingga muncul warna biru. Sampel diukur
4
absorbansinya menggunakan spektrofotometer SHIMADZU UV-VIS mini 1240
pada panjang gelombang 880 nm.
Ekstrak kasar enzim sebanyak 50 µL dimasukkan ke dalam dua tabung
reaksi. Tabung pertama disimpan pada suhu ruang, sedangkan tabung kedua
dipanaskan pada suhu 100°C selama 10 menit. Tabung kedua digunakan sebagai
blanko uji aktivitas enzim. Masing-masing sampel ditambahkan 50 µL kalsium
fitat 0.5 % dalam buffer asetat 100 mM pH 5.2. Sampel diinkubasi selama 30
menit pada 25 °C. Akuades sebanyak 100 µL digunakan untuk blanko spektro.
Reagen campuran (Lampiran 4) ditambahkan ke dalam setiap sampel sebanyak
160 µL. Sampel didiamkan selama 1 jam hingga muncul warna biru. Sampel
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer SHIMADZU UV-VIS mini
1240 pada panjang gelombang 880 nm. Aktivitas fitase dinyatakan dalam unit per
gram substrat (U/g).
Aktivitas Enzim (U/g)=
Hidrolisis Asam Fitat pada Pakan Lobster (Modifikasi Murphy dan Riley
1962)
Padatan hasil fermentasi pada kondisi optimum yang telah dihaluskan
sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam tabung falkon yang berisi akuades
sebanyak 9 mL. Tabung falkon dikocok hingga 15 menit. Sampel pada tabung
falkon dipindahkan ke dalam tabung eppendorf sebanyak 2 mL. Sampel
disentrifus pada 4 °C dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit. Ekstrak kasar
yang diperoleh sebanyak 50 µL dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Akuades
sebanyak 50 µL dimasukkan ke dalam tabung reaksi lainnya, digunakan sebagai
kontrol negatif. Pakan lobster ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan
20 mL akuades. Pakan lobster 5 % yang telah dibuat sebanyak 50 µL dimasukkan
ke dalam setiap sampel. Sampel diinkubasi selama 30 menit pada 25 °C. Reagen
campuran (Lampiran 4) ditambahkan ke dalam setiap sampel sebanyak 160 µL.
Sampel didiamkan selama 1 jam hingga muncul warna biru. Sampel diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer SHIMADZU UV-VIS mini 1240
pada panjang gelombang 880 nm.
HASIL
Kondisi Optimum Produksi Fitase
a. Waktu Inkubasi Optimum
Waktu inkubasi pada saat fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas fitase.
Optimasi produksi fitase dengan parameter waktu inkubasi dilakukan selama lima
hari. Kapang Rhizopus oryzae, Neurospora crassa, dan Neurospora sitophila
menghasilkan aktivitas fitase optimum pada hari yang sama, yaitu pada hari
keempat. Aktivitas fitase yang dihasilkan oleh Rhizopus oryzae, Neurospora
5
5
Gambar 1 Aktivitas fitase pada lima hari waktu inkubasi
Gambar 2 Aktivitas fitase pada berbagai suhu
crassa, dan Neurospora sitophila, yaitu sebesar 51.29 U/g, 53.36 U/g, dan 60.51
U/g (Gambar 1). Nilai aktivitas fitase yang paling tinggi dari ketiga kapang
dihasilkan oleh Neurospora sitophila.
b. Suhu Fermentasi Optimum
Waktu inkubasi optimum yaitu hari keempat selanjutnya digunakan untuk
menentukan suhu optimum dalam memproduksi fitase. Optimasi produksi fitase
dengan parameter suhu fermentasi menggunakan empat suhu inkubasi, yaitu 25,
30, 35, dan 40 °C. Kapang Rhizopus oryzae, Neurospora crassa, dan Neurospora
sitophila memiliki aktivitas optimum pada suhu fermentasi yang berbeda.
6
Gambar 3 Aktivitas fitase pada berbagai pH
Rhizopus oryzae menghasilkan aktivitas optimum pada suhu fermentasi 25 °C
hingga 35 °C. Hal tersebut dikarenakan adanya tumpang tindih error bar pada
suhu 25 °C hingga 35 °C. Nilai aktivitas fitase yang dihasilkan sebesar 111.15
U/g hingga 99.26 U/g (Gambar 2). Neurospora crassa menghasilkan aktivitas
optimum pada suhu fermentasi 25 °C, dengan nilai aktivitas fitase sebesar 133.94
U/g. Neurospora sitophila menghasilkan aktivitas optimum pada suhu fermentasi
30 °C hingga 35 °C. Hal tersebut dikarenakan adanya tumpang tindih error bar
pada suhu 25 °C hingga 35 °C. Nilai aktivitas fitase yang dihasilkan sebesar
133.94 U/g hingga 121.25 U/g (Gambar 2). Hasil yang diperoleh menunjukkan
adanya peningkatan nilai aktivitas fitase dari tahap optimasi waktu inkubasi.
Kapang yang memiliki aktivitas tertinggi dengan parameter suhu fermentasi
dihasilkan oleh Neurospora crassa dan Neurospora sitophila.
c. pH Fermentasi Optimum
Optimasi produksi fitase dengan parameter pH fermentasi dilakukan pada
hari keempat dengan suhu fermentasi 25 °C untuk Rhizopus oryzae dan
Neurospora crassa, dan 30 °C untuk Neurospora sitophila. Nilai pH fermentasi
yang digunakan adalah pH 5, 6, 7, dan 8. Kapang Rhizopus oryzae, Neurospora
crassa, dan Neurospora sitophila memiliki aktivitas optimum pada pH yang
berbeda. Rhizopus oryzae menghasilkan aktivitas optimum pada pH 8, dengan
nilai aktivitas fitase sebesar 177.32 U/g (Gambar 3). Neurospora crassa dan
Neuropora sitophila memiliki aktivitas optimum pada pH 6, dengan nilai aktivitas
fitase sebesar 157.29 U/g dan 196.6 U/g (Gambar 3). Kapang yang menghasilkan
nilai aktivitas tertinggi adalah Neurospora sitophila.
d. Komposisi Substrat Optimum
Optimasi produksi fitase dengan parameter komposisi substrat dilakukan
fermentasi selama empat hari pada suhu fermentasi 25 °C untuk Rhizopus oryzae
dan Neurospora crassa, dan 30 °C untuk Neurospora sitophila. Kondisi pH yang
digunakan yaitu pH 8 untuk Rhizopus oryzae, pH 6 untuk Neurospora crassa dan
7
7
Gambar 4 Aktivitas fitase pada berbagai komposisi substrat
Gambar 5 Konsentrasi fosfat hasil hidrolisis asam fitat pada pakan lobster
Neurospora sitophila. Perbandingan komposisi jerami padi dan ampas tahu yang
digunakan, yaitu 0:100 % (b/b) hingga 100:0 % (b/b).
Kapang Rhizopus oryzae, Neurospora crassa, dan Neurospora sitophila
memiliki aktivitas optimum pada komposisi substrat jerami padi:ampas tahu
30:70 % (b/b). Nilai aktivitas fitase yang diperoleh masing-masing sebesar 146.81
U/g, 176.85 U/g, dan 195.66 U/g (Gambar 4). Kapang yang menghasilkan nilai
aktivitas tertinggi, yaitu Neurospora sitophila. Hasil yang diperoleh pada Gambar
4 menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas fitase dari tahap optimasi
sebelumnya.
Kemampuan Hidrolisis Asam Fitat pada Pakan Lobster
Hidrolisis asam fitat pada pakan lobster menggunakan ekstrak kasar enzim
dari hasil fermentasi dengan kondisi empat hari fermentasi pada suhu 25 °C
Rhizopus oryzae dan Neurospora crassa, dan 30 °C untuk Neurospora sitophila.
Kondisi pH yang digunakan yaitu pH 8 untuk Rhizopus oryzae, pH 6 untuk
8
Neurospora crassa dan Neurospora sitophila. Komposisi substrat jerami
padi:ampas tahu untuk ketiga kapang, yatu 30:70 % b/b. Kapang Rhizopus oryzae,
Neurospora crassa, dan Neurospora sitophila dapat menghasilkan fitase yang
dapat menghidrolisis asam fitat pada pakan lobster. Konsentrasi fosfat yang
dihasilkan dari proses hidrolisis tersebut lebih besar dari kontrol yang digunakan.
Konsentrasi fosfat yang dihasilkan dari Rhizopus oryzae, Neurospora crassa, dan
Neurospora sitophila sebesar 1331.88 mg/L, 1412.75 mg/L, dan 1510.88 mg/L
(Gambar 5). Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5 menyatakan bahwa fitase
yang dihasilkan oleh Neurospora sitophila memiliki kemampuan hidrolisis
tertinggi diantara kapang lainnya.
PEMBAHASAN
Kondisi Optimum Produksi Fitase
a. Waktu Inkubasi Optimum
Waktu inkubasi berhubungan dengan laju penggunaan substrat dan produksi
enzim serta metabolit sekunder lainnya. Jumlah enzim yang diproduksi akan
menurun apabila berkurangnya ketersediaan nutrisi pada substrat (Krishna dan
Nokes 2001). Optimasi waktu inkubasi merupakan tahapan awal untuk
menentukan waktu optimum enzim dapat diproduksi.
Optimasi produksi fitase dengan parameter waktu inkubasi dilakukan
selama lima hari pada kapang Rhizopus oryzae, Neurospora crassa, dan
Neurospora sitophila. Hasil yang terdapat pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
ketiga kapang tersebut dapat menghasilkan fitase secara optimum pada hari
keempat. Rhizopus oryzae menghasilkan nilai aktivitas terendah apabila
dibandingkan dengan kedua mikroba lainnya, yaitu Neurospora crassa, dan
Neurospora sitophila. Neurospora sitophila menghasilkan aktivitas fitase tertinggi
apabila dibandingkan dengan ketiga kapang lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ekundayo dan Osunla (2013) menunjukkan
bahwa umumnya kapang dapat menghasilkan aktivitas fitase yang optimum pada
hari kedua. Namun, Gull et al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan waktu
inkubasi optimum untuk menghasilkan fitase dari kapang umumnya pada hari
keempat. Semakin lama waktu inkubasi dapat menurunkan nilai aktivitas fitase,
karena sumber nutrisi pada substrat untuk menghasilkan fitase akan berkurang.
b. Suhu Fermentasi Optimum
Produksi fitase salah satunya dapat dipengaruhi oleh suhu fermentasi.
Kontrol suhu fermentasi dalam solid state fermentation cukup sulit dilakukan, hal
tersebut dikarenakan hampir semua substrat padat yang digunakan dalam
fermentasi memiliki konduktivitas termal yang buruk (Khrisna 2005). Kondisi
suhu fermentasi yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat menghambat
produksi fitase.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, menunjukkan bahwa
Rhizopus oryzae menghasilkan suhu optimum aktivitas fitase pada 25 °C hingga
9
9
35 °C (Gambar 2). Rhizopus oryzae memiliki kemampuan bertahan hidup hingga
suhu 40 °C dan dapat tumbuh baik pada suhu 25 °C. Rhizopus oryzae pada suhu
25 °C memiliki pertumbuhan miselium tertinggi (Purwoko 2007). Aktivitas fitase
optimum dari Neurospora crassa berada pada suhu fermentasi 25 °C (Gambar 2). Suhu optimum aktivitas fitase yang dihasilkan dari penelitian ini berbeda dengan
yang dihasilkan oleh Zhou et al. (2006). Zhou et al. (2006) menyatakan bahwa,
Neurospora crassa dapat menghasilkan fitase dengan aktivitas spesifik sebesar 125
U/mg pada suhu optimum 60 ºC.
Suhu optimum aktivitas fitase dari Neurospora sitophila berada pada suhu
fermentasi 30 °C hingga 35 °C (Gambar 2). Karmana (2006) menyatakan bahwa, Neurospora sitophila dapat tumbuh dalam kondisi yang sangat lembab dan pada suhu
20-30ºC dalam keadaan aerobik. Aktivitas fitase yang dihasilkan dari ketiga kapang
tersebut menunjukkan bahwa Neurospora crassa dan Neurospora sitophila
menghasilkan aktivitas tertinggi berturut-turut. Kestabilan reaksi enzimatik sangat
berpengaruh terhadap suhu. Peningkatan dan penurunan suhu diatas atau diawah
suhu optimum dapat menurunkan aktivitas suatu enzim (Shuler dan Kargi 2002).
c. pH Fermentasi Optimum
Parameter pH dapat berpengaruh terhadap produksi fitase dengan teknik
solid state fermentation. Kondisi substrat fermentasi yang terlalu asam atau basa
dapat menurunkan aktivitas produksi enzim. Winiati dan Nurwitri (2012)
menyatakan bahwa, nilai pH akan berpengaruh terhadap dua aspek pertumbuhan
mikroba, yaitu mempengaruhi proses transpor nutrisi pada mikroba dan fungsi
enzim. Kapang dapat tumbuh pada kisaran nilai pH yang lebar, yaitu antara 0.5
hingga 11.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 3 menunjukkan bahwa
Rhizopus oryzae menghasilkan aktivitas fitase optimum pada pH 8. Hasil yang
diperoleh dari penelitian berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rani et al. (20014) menunjukkan
bahwa Rhyizopus oryzae memiliki aktivitas fitase optimum pada pH 7 dengan
nilai aktivitas sebesar 37.31 U/g substrat kering. Neurospora crassa dan
Neuropora sitophila memiliki aktivitas fitase optimum pada pH 6 (Gambar 3).
Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa nilai pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan nilai aktivitas fitase. Kapang yang
dapat menghasilkan aktivitas fitase tertinggi pada penelitian ini adalah
Neurospora sitophila. Nilai pH optimum pada Neurospora crassa dari hasil
penelitian tidak berbeda jauh dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Zhou et al. (2006) menyatakan bahwa, Neurospora crassa dapat menghasilkan
fitase pada pH 5.5.
d. Komposisi Substrat Optimum
Produksi enzim dengan cara solid state fermentation umumnya
menggunakan substrat dari limbah pertanian. Sumber nutrisi yang terkandung
dalam limbah pertanian menjadi dasar dalam pemilihan substrat untuk fermentasi
(Bhargav et al. 2008). Substrat ideal adalah substrat yang mengandung cukup
nutrien untuk mikroorganisme (Kaur dan Satyanarayana 2004). Substrat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi dan ampas tahu. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa, aktivitas fitase meningkat dengan adanya
10
penambahan jumlah ampas tahu pada substrat. Aktivitas fitase optimum terdapat
pada komposisi jerami padi dan ampas tahu 30:70 % (b/b) pada Rhizopus oryzae,
Neurospora crassa, dan Neurospora sitophila (Gambar 4). Hasil yang diperoleh
sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Munawwaroh
(2015), yaitu penambahan ampas tahu pada substrat dapat meningkatkan aktivitas
fitase. Substrat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah ampas tahu dan
dedak, dengan aktivitas fitase optimum pada perbandingan 60:40 % b/b.
Jumlah jerami padi yang semakin banyak dapat menurunkan aktivitas fitase.
Jerami padi berperan sebagai penyedia sumber karbon untuk pertumbuhan
mikroba. Griffin (1992) menyatakan bahwa, kadar glukosa dalam media dapat
meningkatkan kecepatan tumbuh spesifik, namun peningkatan kadar glukosa
dapat pula menurunkan kecepatan tumbuh spesifik sel kapang. Penambahan
ampas tahu dapat meningkatkan aktivitas fitase. Hal ini dikarenakan tersedianya
sumber nitrogen yang cukup banyak dan adanya asam fitat pada ampas tahu
(Nuraini 2009). Mufarrihah (2009) menyatakan bahwa, kandungan nitrogen pada
ampas tahu dapat meningkatkan pertumbuhan miselium. Asam fitat pada ampas
tahu dapat meningkatkan produksi fitase ditunjukkan dengan adanya peningkatan
aktivitas fitase pada penambahan ampas tahu (Cullison 1978).
Kemampuan Hidrolisis Asam Fitat pada Pakan Lobster
Asam fitat merupakan zat anti-nutrien yang dapat mengganggu fungsi dan
komponen nutrisi pada pangan. Asam fitat adalah agen pengkelat yang sangat
kuat, dapat berikatan dengan mineral, protein dan beberapa asam amino (Lopez et
al. 2002). Pakan ternak umunya mengandung asam fitat, dengan adanya asam fitat
pada pakan terak dapat menurunkan ketersediaan mineral bagi hewan ternak.
Asam fitat pada pakan ternak dapat dihidrolisis oleh fitase dengan memutus ikatan
fosfat dari asam fitat menjadi inositol dan fosfat anorganik (Sing dan
Satyanarayana 2012).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa fitase
yang dihasilkan oleh Rhizopus oryzae, Neurospora crassa, dan Neurospora
sitophila mampu menghidrolisis asam fitat pada pakan lobster. Hasil tersebut
ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi fosfat yang dihasilkan dari hidrolisis
asam fitat oleh fitase apabila dibandingkan dengan kontrol yaitu 442.50 mg/L
(Gambar 5). Adaya fitase pada pakan ternak dapat meningkatkan ketersediaan
nutrisi bagi hewan ternak, khususnya hewan ternak monogastrik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fitase dapat diproduksi dengan media jerami padi dan ampas tahu oleh R.
oryzae, N. crrassa, dan N. sitophila. Kondisi optimum untuk produksi fitase, yaitu
waktu inkubasi pada hari keempat untuk ketiga kapang, suhu 25 °C hingga 35 °C
untuk R. oryzae, suhu 25 °C untuk N. crassa, suhu 30 °C hingga 35 °C untuk N.
11
11
sitophila, pH 8 untuk R. oryzae, pH 6 untuk N. crassa dan N. sitophila, serta
komposisi jerami padi dan ampas tahu 30:70 % (b/b) untuk ketiga kapang. Pakan
lobster yang mengandung asam fitat mampu dihidrolisis oleh fitase pada kondisi
optimum.
Saran
Perlu dilakukan optimasi produksi dengan parameter lain, seperti ukuran
partikel substrat, kadar air, sumber nitrogen, dan karbon, serta aplikasi produk
fitase pada hewan ternak monogastrik.
DAFTAR PUSTAKA
Bhargav S, Panda BP, Ali M, Javed S. 2008. Solid state fermentation: an
overview. Chem Biochem Eng. 22(1): 49-70.
Carlile MJ, Watkinson SC, Gooday GW. 2001. The Fungi 2nd Ed. California
(US): Academy Press.
Cullison, E.A. 1978. Feeds and Feeding. New Delhi (IN): Prentice Hall of India
Private Limited.
Edward J, Mullaney, Ullah AHJ. 2005. Conservation of cysteine residues in
fungal histidine acid phytases. Biochem Biophys Res Com. 328: 404-408.
Ekundayo FO, Osunla CA. 2013. Phytase activity of fungi from oil polluted soils
and their ability to degrade bonylight crude oil. Afr J Biotec. 12(36): 5540-
5548.doi:10.5897/AJB2013.12794.
Gaind S, Singh S. 2015. Prodution, purification and characterization of natural
phytase from thermotolerant Aspergillus flavus ITCC 6720. Inter Biodet
Biodeg. 99: 15-22.
Griffin DH. 1994. Fungal Physiology 2nd
Edition. New York (US): Wiley Liss.
Gull I, Hameed A, Aslam MS, Athar MA. 2013. Optimization of phytase
production in solid state fermentation by different fungi. Afr J Microb Res.
7(46): 5207-5212.doi:10.5897/AJM2013.6136.
Karmana O. 2006. Biologi. Bandung (ID): PT. Garfindo Media Pratama.
Kaur G, Setyanarayana T. 2004. Production of extracellular pectinolytic,
cellulolytic and xylanolytic enzymes by thermophilic mould Sporotrichum
thermophile Apinis in solid state fermentation. Ind J Biotec. 3: 552-557.
Krishna C, Nokes SE. 2001 Predicting vegetative inoculum performance to
maximize phytase production in solid-state fermentation using response surface
methodology. J Indus Microb Biotec. 26: 161-170.
Khrisna C. 2005. Solid-state fermentation systems-an overview. Crit Rev Biotec.
25(1): 1-30.
12
Lopez H, Leenhardt F, Coudray C, Remesy C. 2002. Minerals and phytic acid
interactions: is it a real problem for human nutrition. Inter J Food Sci Tec. 3:
727-739.
Mittal A, Gulab S, Varsha G, Anita Y, Kamal RA, Sanjeev KG, Neeraj KA. 2011.
Isolation and biochemichal characterization of acido-thermophilic extracellular
phytase producing bacterial strain for potential application in poultry feed.
JJM. 4(4): 273-282.
Mufarrihah L. 2009. Pengaruh penambahan bekatul dan ampas tahu pada media
terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
[skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Malang.
Munawwaroh T. 2015. Optimasi media campuran (ampas tahu dan dedak) dan
suhu dalam produksi enzim fitase oleh Aspergillus niger, Neurospora crassa,
dan Rhizopus oryzae [skripsi]. Sumedang (ID): Universitas Padjadjaran.
Murphy J, Riley J. 1962. A modified single solution method for the determination
of phosphate in natural waters. Anal Chim Acta. 27: 31.
Nuraini. 2009. Performa broiler dengan ransum mengandung campuran ampas
sagu dan ampas tahu yang difermentasi dengan Neurospora crassa. Med Pet.
32(3): 196-203.
Purwoko T. 2007. Fisio Mikrobia. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Quan CS, Fan SD, Zhang LH, Wang YJ, Ohta Y. 2002. Purification and
properties of a phytase from Candida krusei WZ-001. J Biosci Bioeng. 94:
419-425.
Rani R, Kumar S, Ghosh S. 2014. Optimization of aqueous extraction process to
enhance the production of phytase by Rhizopus oryzae using response surface
methodology coupled with artificial neural network. Afr J Biotec. 13(7): 874-
883.doi:10.5897/AJB2013.11984.
Roy S, Anita M, Rashmi RM. 2013. Production and Characterization of
Extracellular Phytase: An Industrial Enzyme. 26(1): 83-87.doi:105958/j.2229-
4473.26.1.012.
Shuler ML, Kargi F. 2002. Bioprocess Engineering: Basic Concepts 2nd
Edition.
New Jersey (US): Englewood Cliffs.
Winiarti PR, Nurwitri CC. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor (ID): IPB Press.
Zhou XL, Shen W, Zhuge J, Wang ZX. 2006. Biochemical properties of a
thermostable phytase from Neurospora crassa. FEMS Microbiol Lett. 258: 61-
66.
14
vv
Peremajaan Neurospora sitophila,
Neurospora crassa dan Rhizopus oryzae
pada Media PDA
Solid State Fermentation (Mikroba pada
PDA dipindahkan ke dalam media
campuran)
Ekstraksi Fitase
Pengukuran Aktivitas
Fitase dan Pembuatan
Kurva Standar Fosfat
Pengujian Aktivitas
Fitase pada Pakan
Lobster
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Optimasi Waktu Inkubasi,
Komposisi Substrat, pH,
dan Suhu.
15
15
Pembuatan Media PDA
Bahan media PDA sebanyak 3.9 gram ditimbang. Akuades sebanyak 100
mL dipanaskan diatas papan pemanas dan ditambahkan PDA yang telah
ditimbang. Media dipanaskan hingga larutan berubah menjadi jernih. Media
dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi ditutup menggunakan kapas.
Media yang terdapat pada tabung reaksi disterilkan selama 15 menit pada suhu
121 ºC 1 atm.
Reagen Campuran
Larutan H2SO4 pekat diencerkan hingga kosentrasinya menjadi 5 N.
Sebanyak 35 mL H2SO4 dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
akuades sebanyak 150 mL. Kalium antimonyl ditimbang sebanyak 1.37 gram dan
dilarutkan ke dalam 400 mL akuades. Amonium molibdat ditimbang sebanyak 20
gram dan dilarutkan ke dalam 500 mL akuades. Asam askorbat ditimbang
sebanyak 1.72 gram dan dilarutkan ke dalam 100 mL akuades. Larutan-larutan
yang telah dibuat tersebut dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer secara berturut-
turut dengan H2SO4 sebanyak 50 mL, kalium antimonyl sebanyak 5 mL, amonium
molibdat sebanyak 15 mL, dan asam askorbat sebanyak 30 mL.
Kalsium Fitat 0.5 %
Kalsium fitat sebanyak 0.5 gram ditimbang menggunakan neraca analitik.
Kalsium fitat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang
telah diisi dengan 100 mL buffer asetat 100 mM pH 5.2. Larutan diaduk
menggunakan magnetic stirrer pada papan pemanas.
Lampiran 2 Pembuatan media dan larutan
16
Lampiran 3 Kurva standar fosfat
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
100 0.096
200 0.194
300 0.290
400 0.396
500 0.478
1000 0.880
y = 0.0009x + 0.0279
R² = 0.9964
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 200 400 600 800 1000 1200
Abso
rban
si
Konsentrasi (mg/L)
17
Lampiran 4 Aktivitas fitase dengan parameter waktu inkubasi
Waktu
inkubasi Mikroba Blanko aktivitas Absorbansi sampel Absorbansi terkoreksi Konsentrasi (mg/L) Aktivitas (U/g)
Hari ke-1
R. oryzae 0.4726 0.5331 0.0605 38.38 15.26
N. crassa 0.5131 0.5916 0.0785 60.94 23.70
N. sitophila 0.5346 0.6499 0.1153 106.88 40.90
Hari ke-2
R .oryzae 0.6847 0.7654 0.0807 63.63 24.71
N. crassa 0.8039 0.9210 0.1171 109.13 41.74
N. sitophila 0.7630 0.8816 0.1186 110.94 42.42
Hari ke-3
R. oryzae 0.7501 0.8448 0.0947 81.13 31.26
N. crassa 0.7787 0.9004 0.1398 114.88 43.89
N. sitophila 0.8065 0.9512 0.1447 137.44 52.34
Hari ke-4
R. oryzae 0.8808 1.0183 0.1375 134.63 51.29
N. crassa 0.9125 1.0436 0.1311 126.69 53.36
N. sitophila 0.9687 1.1259 0.1572 159.25 60.51
Hari ke-5
R. oryzae 0.8840 0.9724 0.0884 73.25 28.31
N. crassa 0.9238 1.0282 0.1044 93.25 35.80
N. sitophila 0.8183 0.9474 0.1291 124.13 47.36
Contoh perhitungan (Hari ke-4 R. oryzae):
Absorbansi terkoreksi = Absorbansi sampel – Absorbansi blanko
= 1.0183 – 0.8808 = 0.1375
Persamaan garis y = 0.0009 x + 0.0279
Absorbansi = 0.0009 [PO4-4
] + 0.0279
0.1375 = 0.0009 [PO4-4
] + 0.0279
18
[PO4-3
] = 134.63 mg/L
Lampiran 5 Aktivitas fitase dengan parameter suhu fermentasi
Suhu (°C) Mikroba Blanko aktivitas Absorbansi sampel Absorbansi terkoreksi Konsentrasi (mg/L) Aktivitas (U/g)
25
R. oryzae 0.5297 0.6763 0.1466 146.06 111.15
N. crassa 0.3726 0.5436 0.1710 176.50 133.94
N. sitophila 0.4085 0.5048 0.0963 83.19 64.07
30
R. oryzae 0.4716 0.6077 0.1361 132.94 101.32
N. crassa 0.4605 0.6085 0.1480 147.75 112.41
N. sitophila 0.3596 0.5306 0.1710 176.50 133.94
35
R. oryzae 0.5381 0.6771 0.1390 136.50 103.99
N. crassa 0.4825 0.6165 0.1340 130.19 99.26
N. sitophila 0.3562 0.5136 0.1574 159.56 121.25
40
R. oryzae 0.5372 0.6574 0.1202 113.00 86.39
N. crassa 0.4356 0.5537 0.1181 110.38 84.42
N. sitophila 0.3557 0.4927 0.1370 134.00 102.11
19
Lampiran 6 Aktivitas fitase dengan parameter pH fermentasi
pH Mikroba Blanko aktivitas Absorbansi sampel Absorbansi terkoreksi Konsentrasi (mg/L) Aktivitas (U/g)
5
R. oryzae 0.3589 0.4943 0.1354 132.00 100.62
N. crassa 0.3274 0.4339 0.1065 95.81 73.52
N. sitophila 0.2512 0.3628 0.1116 102.19 78.29
6
R. oryzae 0.6809 0.8393 0.1585 160.81 122.19
N. crassa 0.4280 0.6240 0.1960 207.69 157.29
N. sitophila 0.4165 0.6545 0.2380 260.19 196.60
7
R. oryzae 0.6019 0.7136 0.1117 102.38 78.43
N. crassa 0.4703 0.6453 0.1750 181.50 137.68
N. sitophila 0.4435 0.6189 0.1754 182.06 138.10
8
R. oryzae 0.6158 0.8331 0.2173 234.44 177.32
N. crassa 0.5022 0.6817 0.1795 187.13 141.89
N. sitophila 0.3509 0.5049 0.1540 155.19 117.98
20
Lampiran 7 Aktivitas fitase dengan parameter komposisi substrat
Komposisi jerami padi:
ampas tahu (% b/b) Mikroba Blanko aktivitas Absorbansi sampel Absorbansi terkoreksi Konsentrasi (mg/L) Aktivitas (U/g)
0:100
R. oryzae 0.3987 0.4886 0.0899 75.06 57.98
N. crassa 0.4041 0.4792 0.0751 56.56 44.13
N. sitophila 0.4442 0.5337 0.0895 74.56 57.61
10:90
R. oryzae 0.2785 0.3912 0.1127 103.51 79.28
N. crassa 0.4381 0.5906 0.1525 153.38 116.62
N. sitophila 0.4235 0.5155 0.0920 77.75 60.00
20:80
R. oryzae 0.2009 0.3299 0.1290 124.00 94.63
N. crassa 0.3916 0.5711 0.1795 187.06 141.85
N. sitophila 0.4048 0.5111 0.1063 95.63 73.38
30:70
R. oryzae 0.2703 0.4551 0.1848 193.69 146.81
N. crassa 0.4755 0.6923 0.2168 233.81 176.85
N. sitophila 0.4968 0.7337 0.2369 258.94 195.66
40:60
R. oryzae 0.2454 0.3712 0.1258 120.06 91.68
N. crassa 0,4639 0,6298 0.1659 170.13 129.16
N. sitophila 0.4738 0.6034 0.1296 124.81 95.23
50:50
R. oryzae 0.2444 0.3302 0.0858 70.06 54.24
N. crassa 0.3525 0.5484 0.1959 207.69 157.29
N. sitophila 0.3819 0.5212 0.1393 136.94 104.31
60:40
R. oryzae 0.3571 0.4710 0.1139 105.13 80.49
N. crassa 0.4109 0.5249 0.1140 105.31 80.63
N. sitophila 0.5125 0.6103 0.0978 84.94 65.38
21
Lanjutan
70:30
R. oryzae 0.2689 0.3603 0.0914 76.94 59.39
N. crassa 0.3483 0.5067 0.1584 160.75 122.14
N. sitophila 0.4673 0.5794 0.1121 102.88 78.81
80:20
R. oryzae 0.3105 0.3945 0.0840 67.81 52.55
N. crassa 0.3937 0.5381 0.1444 143.25 109.04
N. sitophila 0.4824 0.5819 0.0995 87.19 67.06
90:10
R. oryzae 0.3225 0.3773 0.0548 31.31 25.22
N. crassa 0.4859 0.6153 0.1294 124.50 95.00
N. sitophila 0.4758 0.5710 0.0952 81.75 62.99
100:0
R. oryzae 0.3246 0.3736 0.0490 24.06 19.80
N. crassa 0.2329 0.3092 0.0763 58.06 45.25
N. sitophila 0.2425 0.3247 0.0822 65.56 50.87
Lampiran 8 Konsentrasi fosfat hasil hidrolisis asam fitat pada pakan lobster
Mikroba Absorbansi sampel Konsentrasi (mg/L)
Kontrol 0.3838 442.50
R. oryzae 1.0953 1331.88
N. crassa 1.1600 1412.75
N. sitophila 1.2385 1510.88
17
RIWAYAT HIDUP
Rosliana Purwaning Dyah, lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 31
Juli 1994. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Mansuardi dan
Suwarti. Penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor pada tahun 2012, serta pada
tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi di Universitas Negeri yaitu
IPB melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur
undangan dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa
dan kepanitiaan seperti anggota divisi Metabolisme CREBS 2013-2014, anggota
divisi HRD dalam kepanitiaan Seminar Kesehatan 2014, dan anggota divisi HRD
dalam kepanitiaan Lomba Karya Ilmiah Populer 2014. Penulis juga merupakan
asisten praktikum Kimia TPB 2013-2015, asisten praktikum Metabolisme 2015-
2016, dan asisten praktikum Struktur Fungsi Biomolekuler 2015-2016. Penulis
pernah melaksanakan Praktik Lapang di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Pusat Penelitian Biologi bidang Mikrobiologi, Cibinong-Jawa Barat
dengan judul Produksi Fitase, Amilase dan Selulase Menggunakan Solid State
Fermentation oleh Neurospora sitophila dan Neurospora crassa.