optimalisasi peralatan pemanenan kayu pada … · 9 jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan jat 13...

28
OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI KAROMATUN NISA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: buithu

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI

DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI

KAROMATUN NISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan
Page 3: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Peralatan

Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Karomatun Nisa NIM E14090082

Page 4: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

ABSTRAK

KAROMATUN NISA. Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada

Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi. Dibimbing oleh UJANG SUWARNA.

Pemanenan hasil hutan merupakan salah satu kegiatan utama dalam pengelolaan hutan. Optimalisasi peralatan pemanenan kayu sangat diperlukan

untuk menghasilkan produksi yang dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan menentukan penggunaan jumlah peralatan pemanenan kayu yang optimal berdasarkan produktivitas kerja, realisasi produksi

dan target produksi. Penelitian ini menetapkan lima skenario penggunaan peralatan pemanenan dengan dua skenario untuk mencapai realisasi produksi dan

tiga skenario untuk mencapai target produksi. Skenario untuk mencapai realisasi produksi yaitu (1) jumlah alat aktual (JAA) dengan biaya produksi Rp349 245/m3 atau Rp29.77 milyar/tahun dan (2) jumlah alat realisasi (JAR) dengan biaya

produksi Rp349 245/m3 atau Rp29.21 milyar/tahun. Skenario untuk mencapai target produksi yaitu (1) jumlah alat target (JAT) dengan biaya produksi

Rp349 245/m3 atau Rp40.65 milyar/tahun, (2) jumlah alat kombinasi (JAK) dengan biaya produksi Rp281 975/m3 atau Rp29.41 milyar/tahun dan (3) jumlah alat baru (JAB) dengan biaya produksi Rp208 110/m3 atau Rp16.84 milyar/tahun.

Kata kunci: biaya produksi, optimalisasi, pemanenan kayu

ABSTRACT KAROMATUN NISA. Optimization of Timber Harvesting Equipments of

Industrial Plantation Forest in IUPHHK-HT Wirakarya Sakti Company, Jambi Province. Supervised by UJANG SUWARNA.

Harvesting of forest products is one of the principal activities of forest

management. Optimization of timber harvesting equipments is needed to produce

output that can cover the production costs. This study aimed to determine the amount of the optimal timber harvesting equipments based on work productivity,

production realization and production targets. This study designed five scenarios of harvesting equipments user. The two scenarios used to achieve the production realization while the others used to achieve the production targets. Scenarios are

used to achieve the production realization are (1) the actual equipments amount (AEA) with production costs IDR349 245/m3 or IDR29.77 billion/year and (2)

the realization equipments amount (REA) with production costs IDR349 245/m3 or IDR29.21 billion/year. The others scenarios used to achieve production targets are (1) the target equipments amount (TEA) with production costs

IDR349 245/m3 or IDR40.65 billion/year, (2) the combinations equipments amount (CEA) with production costs IDR281 975/m3 or IDR29.41 billion/year,

and (3) the new equipments amount (NEA) with production costs IDR208 110/m3 or IDR16.84 billion/year.

Keywords:optimization, production costs, timber harvesting

Page 5: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI

DI IUPHHK-HT PT WIRAKARYA SAKTI, PROVINSI JAMBI

KAROMATUN NISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan
Page 7: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

Judul Skripsi : Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman

Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi Nama : Karomatun Nisa

NIM : E14090082

Disetujui oleh

Dr Ujang Suwarna, S Hut, M Sc F Trop Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F Trop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Nurotun A Sadrawi (Alm),

ibunda Solichah (Almh), Kakak, Adik, dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih

sayang serta dorongan moral dan material kepada penulis. Ucapan terima kasih

kepada Dr Ujang Suwarna, S Hut, M Sc F Trop selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan, dan nasehat berharga kepada

penulis mulai dari persiapan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Wirakarya Sakti khususnya kepada

Bapak Hud Huda, Bapak Suyuti, Kak Arif Rahman Putra dan Bapak Rachimi yang telah membantu proses pengumpulan data selama penelitian. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada Sony Sulistyo Hadi, Artika A Solehah, Pardi

Azinuddin, Fajar Trilaksono, Laysa Aswitama dan M. Asraf atas doa dan dukungan selama menjadi sahabat penulis. Ucapan terima kasih kepada seluruh

teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB khususnya MNH angkatan 46 atas bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembangunan kehutanan yang

berkelanjutan dan lestari.

Bogor, Januari 2014

Karomatun Nisa

Page 9: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran Penelitian 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE PENELITIAN 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Bahan 3

Alat 3

Jenis Data 3

Prosedur Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

Page 10: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

DAFTAR TABEL

1 Data luas dan potensi sub-distrik RKJ berdasarkan realisasi dan target

produksi 6 2 Produktivitas kerja peralatan pemanenan kayu 7 3 Selisih jumlah kebutuhan penggunaan alat berdasarkan realisasi dan

target produksi 9 4 Jumlah kebutuhan penggunaan alat pemanenan pada lima skenario

berdasarkan realisasi dan target produksi 9 5 Peningkatan produktivitas alat berdasarkan JAK (jumlah alat

kombinasi) yang digunakan berdasarkan realisasi produksi 10

6 Perbandingan biaya usaha penggunaan alat 11 7 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAA 12

8 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAR 12 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13

10 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAK 13

11 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAB 14 12 Produksi kayu berdasarkan penambahan jumlah alat 15

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 2

Page 11: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial untuk mengoptimalkan nilai hutan. Pemanenan hasil hutan merupakan usaha

pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai

peruntukannya (Mujetahid 2010). Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, penyaradan, pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat bongkar, dan pengangkutan. Masing-masing aspek kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan cara

manual, semi mekanis, dan mekanis dengan peralatan yang disesuikan. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2007), sistem pemanenan kayu secara mekanis banyak

dipilih karena menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan secara manual. Hal tersebut karena keterbatasan tenaga kerja yang umum terjadi di luar Pulau Jawa dengan area hutan yang luas. Selain itu, penggunaan peralatan

pemanenan membantu perusahaan mempercepat proses pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia (mekanisasi) dengan keterbatasan tenaga

kerja, efisiensi, keamanan, dan faktor ekonomi lainnya. Optimalisasi peralatan pemanenan kayu dalam jumlah yang tepat sangat

diperlukan. Optimalisasi didapatkan dengan mengupayakan kesesuaian

penggunaan peralatan pemanenan di hutan tanaman. Jumlah penggunaan peralatan pemanenan kayu perlu disesuaikan dengan produktivitas alat serta rencana produksi yang ditetapkan sehingga dihasilkan realisasi produksi yang dapat

menutup biaya produksi. Pemanenan bertujuan memproduksi kayu sesuai target perusahaan, ramah lingkungan, dan hasil optimal sehingga keuntungan

perusahaan maksimal. Pemilihan alat yang tidak sesuai dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang diharapkan serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi peralatan pemanenan kayu dengan

rasio komposisi alat yang optimal, ekonomis, dan sesuai dengan kondisi pekerjaan agar tujuan dapat tercapai.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Penggunaan peralatan pemanenan kayu dengan mesin (mekanisasi)

membantu perusahaan dalam mencapai target produksi. Pemilihan alat dengan komposisi yang tidak tepat dapat berakibat tidak tercapainya target produksi

menyebabkan kerusakan pada alat serta peluang keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan. Optimalisasi peralatan dengan analisis tehadap kebutuhan jumlah alat, produktivitas kerja, biaya usaha, dan produksi kayu. Analisis menghasilkan lima

skenario yaitu jumlah alat aktual, jumlah alat realisasi, jumlah alat target, jumlah alat kombinasi, dan jumlah alat baru. Pemaparan penelitian dapat dibentuk

kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 12: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

2

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Perumusan Masalah

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirinci beberapa permasalahan

yaitu perlu perumusan terhadap optimalisasi peralatan pemanenan untuk

menghasilkan produksi sesuai target yang diharapkan. Menurut survei dan analisis yang dilakukan terlihat bahwa peralatan yang digunakan hanya disesuaikan

dengan kondisi aktual di lokasi pemanenan. Perlu adanya kajian dan analisis mengenai optimalisasi peralatan pemanenan agar mendapatkan rasio jumlah alat yang seimbang untuk memaksimalkan kinerja dan meminimalkan biaya.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menentukan penggunaan jumlah peralatan pemanenan kayu yang optimal berdasarkan produktivitas alat, realisasi produksi,

dan target produksi.

Kegiatan pemanenan hasil hutan tidak optimal

Produksi tidak mencapai target

Produksi aktual

Produksi realisasi

Produksi target

Jumlah alat aktual

Jumlah alat target

Analisis data

1 Kebutuhan jumlah alat

2 Produktivitas alat

3 Biaya usaha

4 Produksi kayu

Jumlah alat aktual

Jumlah alat realisasi

Jumlah alat target

Jumlah alat kombinasi

Jumlah alat baru

Optimalisasi peralatan pemanenan

Jumlah alat realisasi

Skenario

Page 13: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran penunjang pelaksanaan

kegiatan produksi dan pemanenan hutan. Manfaat tersebut khususnya dalam optimalisasi penggunaan peralatan pemanenan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dengan pengelolaan secara lestari. Hasil olahan adalah

tersusunnya jenis peralatan yang jumlahnya optimal sesuai untuk kegiatan pemanenan di hutan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan kebijakan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di area sub-distrik RKJ (Rimba Karya Jaya)

distrik 3 IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti, Jambi pada bulan Maret sampai dengan April 2013.

Bahan

Bahan yang diteliti merupakan peralatan pemanenan hutan antara lain

excavator, harvester, bulldozerr, skidder, chainsaw, dan logging truck.

Alat

Peralatan yang digunakan yaitu tally sheet, alat tulis, stopwatch, kalkulator, kamera, laptop, dan software microsoft office 2007 (Ms. excel dan Ms. word).

Jenis Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terkait pelaksanaan pemanenan hutan tanaman. Data sekunder diperoleh dengan

mengutip data dari perusahaan dan melakukan wawancara meliputi: kondisi umum lokasi penelitian, data produksi kayu sub-distrik RKJ 2012, monitoring

peralatan pemanenan, rencana produksi sub-distrik RKJ tahun 2012, luas area hutan (ha), potensi hutan (m3/tahun), data curah hujan tahun 2012, rincian pembiayaan alat, biaya perbaikan dan pemeliharaan alat serta upah operator.

Prosedur Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data

melalui pengamatan langsung, diskusi, dan wawancara. Indikator perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 14: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

4

1. Hari kerja efektif berdasarkan data curah hujan tahun 2012 dihitung

dengan : H = JH – F

Keterangan : H = hari kerja efektif (hari/tahun) JH = jumlah hari dalam 1 bulan (hari/bulan) F = frekuensi hari hujan (hari/bulan)

2. Produktivitas alat diukur dengan volume rata-rata kayu maksimal yang mampu dikerjakan alat, dihitung dengan rumus ILO (1975):

Keterangan : P = produktivitas alat (m3/jam)

V = volume kayu yang dipanen (m3/hari) W= waktu kerja (jam/hari)

3. Potensi kayu tiap petak dihitung untuk mendapatkan potensi volume kayu total yang dapat diproduksi :

Pp = L x Ph x Fe

Keterangan : Pp = potensi kayu (m3/petak) L = luas petak (ha)

Ph = potensi kayu (m3/ha) Fe = faktor eksploitasi (Aswitama 2013)

4. Kebutuhan jumlah alat (JA) menurut Suhartana dan Yuniawati (2006) :

JAR

dan JAT

Keterangan : JAR = jumlah alat optimal berdasarkan realisasi produksi (unit) JAT = jumlah alat optimal berdasarkan target produksi (unit)

R = realisasi produksi (m3) T = target produksi (m3)

P = produktivitas kerja (m3/ hari) Wt = waktu kerja selama 1 tahun (hari/tahun)

Indikator perhitungan yang digunakan untuk mengetahui biaya usaha peralatan

pemanenan adalah sebagai berikut (FAO 1992): 5. Depresiasi

6. Bunga modal

Bmod =

+ R ] x 0,0P

7. Pajak i = n% x M

8. Biaya tetap BT = D + Bmod + i

9. Biaya variabel BV = Bo + BB + Bpp

10. Biaya mesin BM = BV + BT

11. Biaya usaha BU = BM + Up

Page 15: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

5

Keterangan : D = penyusutan (Rp/jam)

M = harga alat (Rp) R = nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis (Rp)

N = umur ekonomis alat (tahun atau jam) Wt = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun) Bmod = bunga modal (Rp/jam)

P = suku bunga/tahun (%) i = pajak (Rp/jam)

n = nilai pajak (%) BT = biaya total (Rp/jam) BV = biaya variabel (Rp/jam)

Bo = biaya oli (Rp) BB = biaya bahan bakar (Rp)

Bpp = biaya perawatan dan pemeliharaan (Rp) BM = biaya mesin (Rp/jam) BU = biaya usaha (Rp/jam)

Up = upah tenaga kerja (Rp)

12. Biaya usaha per m3 (Rp/m3)

13. Biaya usaha per tahun (Rp/tahun) = Biaya usaha (Rp/m3) x Prod

Keterangan : BU = biaya usaha (Rp/jam) P = produktivitas alat (m3/jam) Prod = produksi kayu (m3/tahun)

14. Produksi kayu berdasarkan jumlah alat (Suhartana dan Yuniawati 2006):

Prod

Keterangan : Prod = produksi kayu (m3/tahun)

P = produktivitas alat (m3/hari) J = jumlah alat yang digunakan (unit/hari) Wt = waktu kerja selama 1 tahun (244 hari)

L = persentase limbah pemanenan (%) Persentase limbah diperoleh dari hasil penelitian Aswitama (2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PT. Wirakarya Sakti merupakan perusahaan yang mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 293 812 ha (berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 346/Menhut-II/2004).

PT Wirakarya Sakti secara geografis terletak antara 0o 45’ 00” – 01o 36’ 00” LS dan 102o 46’ 00” - 103o 49’ 00” BT. Perusahaan ini mengembangkan hutan

tanaman industri dengan jenis tanaman Acacia mangium, Acacia crassicarpa, dan

Page 16: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

6

Eucalyptus pellita dengan sistem silvikultur tebang habis dengan permudaan

buatan (THPB) daur tebang 4.5 tahun. Areal perusahaan hutan tanaman ini berada pada 8 distrik yang tersebar di lima kabupaten di provinsi Jambi yaitu Tanjung

Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari, Muaro Jambi, dan Tebo. Areal PT Wirakarya Sakti mempunyai topografi datar 70.55%, landai

17.09%, bergelombang 11.55%, serta agak curam 0.81%. Areal HTI

PT Wirakarya Sakti (WKS) mempunyai iklim tipe B (basah) dan tipe iklim C dengan awalnya beriklim tipe A. Areal ini dapat dikatakan sebagai daerah basah

karena curah hujan yang cukup tinggi dengan intensitas suhu yang panas. Lokasi penelitian dilakukan di sub-distrik RKJ distrik 3 PT WKS dengan luas areal 47 373 ha. Luas dan potensi sub-distrik RKJ dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas dan potensi sub-distrik RKJ berdasarkan realisasi dan target

produksi

Aspek Realisasi Target Sisa target

Luas (ha) 2371 3963 1589

Petak 95 162 67

Potensi(m3/tahun) 213 175 355 262 142 087

Rata-rata potensi(m3/ha) 92 96 -

Produksi 2012 (m3/tahun) 212 329 312 631 100 302

Kegiatan Pemanenan

Mujetahid (2010) menyatakan bahwa kegiatan pemanenan hutan dengan

berbagai macam teknik akan mempengaruhi efisiensi, produktivitas , dan biaya pemanenan. Indikator produktivitas dan biaya merupakan informasi yang dapat

digunakan untuk menentukan pilihan peralatan pemanenan yang sesuai untuk hutan

tanaman. Peralatan yang digunakan untuk pemanenan di hutan tanaman sangat

bervariasi tergantung dengan sistem pemanenan yang dilakukan. Menurut Dulsalam

dan Tinambunan (2001) di hutan tanaman dengan diameter kecil, penebangan sebaiknya menggunakan chainsaw kecil seperti Husqvarna 365. Keuntungannya

yaitu kemudahan transportasi dan pengoperasiannya , penebangan tunggak rendah,

dan biaya operasional yang lebih rendah. Kegiatan penebangan di lokasi penelitian

juga menggunakan alat berat excavator (Hitachi dan Komatsu) yang telah dimodifikasi. Selain itu, chainsaw juga digunakan untuk kegiatan pembagian

batang. Gautama (2008) berpendapat bahwa salah satu usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas kayu tidak lepas dari kegiatan di bidang pembagian batang. Pembagian batang pada lokasi penelitian dilakukan dengan alat chainsaw dan

harvester (Hitachi). Menurut Dulsalam dan Sukadaryati (2002) kegiatan penyaradan kayu adalah

kegiatan memindahkan kayu dari tempat pohon yang ditebang ke tempat pengumpulan sementara melalui jalan sarad yang telah disiapkan. Umumnya penyaradan kayu di hutan tanaman industri dilakukan secara mekanis yaitu

dengan menggunakan jenis traktor berban ulat maupun traktor beroda karet. Penyaradan pada lokasi penelitian dilakukan dengan alat bulldozer (Comatsu dan

Caterpillar) dan skidder (Timberjack).

Page 17: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

7

Muat bongkar adalah kegiatan menaikkan (memuat) kayu ke atas alat

angkut dan menurunkan (membongkar) di tempat tujuan. Penelitian ini hanya terbatas pada kegiatan muat kayu dimana kegiatan memuat kayu ke atas truk

merupakan kegiatan awal sebelum proses pengangkutan kayu dilakukan. Kegiatan pemuatan pada lokasi penelitian dilakukan dengan alat excavator (Hitachi dan Komatsu).

Pengangkutan merupakan kegiatan tahap akhir dari kegiatan pemanenan hasil hutan (bagian produksi). Pengangkutan merupakan kegiatan yang lebih

mudah dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan penyaradan. Kegiatan pengangkutan lebih mudah dilakukan dari pada kegiatan penyaradan karena jalur-jalur jalan yang akan dilewati sudah tersedia. Alat yang digunakan pada kegiatan

pengangkutan adalah logging truck (Nissan, Mercedess dan Hino).

Produktivitas Peralatan Pemanenan

Siswanto (2010) menyebutkan bahwa produktivitas merupakan

perbandingan atau rasio antara output dengan input. Faktor yang berperan dalam produktivitas kerja pada dasarnya ada dua yaitu faktor tetap dan variabel. Faktor

tetap merupakan faktor yang tidak bisa diubah misalnya iklim, cuaca, kondisi lapangan dan topografi sedangkan faktor variabel merupakan faktor yang dapat diubah misalnya kemampuan alat yang digunakan (produktivitas alat).

Kemampuan alat merupakan faktor yang dipengaruhi oleh usia pakai alat dan daya alat (horse power). Produktivitas digunakan sebagai salah satu dasar

perhitungan optimalisasi peralatan pemanenan. Nilai produktivitas aktual peralatan didapatkan berdasarkan informasi lapangan berdasarkan volum kayu maksimal yang mampu dikerjakan alat tiap aspek kegiatan per satuan waktu.

Besarnya nilai produktivitas kerja aktual digunakan sebagai perhitungan komposisi kebutuhan alat pemanenan kayu yang optimal pada realisasi dan target

produksi. Selain itu produktivitas maksimum digunakan sebagai acuan dasar perhitungan komposisi peralatan optimal dengan jumlah alat kombinasi (JAK) dan jumlah alat baru (JAB). Produktivitas kerja alat pemanenan kayu dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Produktivitas kerja peralatan pemanenan kayu

Kegiatan Alat Usia pakai

alat (tahun)

a

Produktivitas (m3/ jam/ alat)

Aktual Maksimumb Sumber

Penebangan Excavator 3 9.45 19.00 Suhartana (2007)

Chainsaw 4 4.07 14.42 Suhartana (2009)

Bagi batang Havester 6 4.07 - Aktual

Chainsaw 4 8.14 29.28 Suhartana (2007)

Penyaradan Bulldozer 3 9.77 42.51 Azinuddin (2014)

Skider 5 16.28 35.50 Azinuddin (2014)

Muat Excavator 3 12.72 22.15 Sukadaryati (2006)

Pengangkutan Truck 3 6.11 15.00 Dulsalam (2001) aSumber PT Wirakarya Sakt i (2012);

bberdasarkan literatur penelit ian sebelumnya *(dihitung

ulang)

Page 18: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

8

Nilai produktivitas chainsaw pada aspek kegiatan penebangan lebih rendah

dibandingkan excavator. Excavator memiliki mesin dengan daya (HP) yang lebih besar dari chainsaw. Produktivitas skidder lebih besar dibandingkan dengan

bulldozer karena alat skidder mampu bermanufer lebih baik dibandingkan dengan bulldozer. Hal tersebut karena ban karet skidder mampu menyarad dan melintas dalam medan yang curam serta mempunyai kapasitas sarad lebih banyak per rit

dibandingkan bulldozer. Nilai produktivitas chainsaw bagi batang lebih besar dibandingkan harvester karena penurunan kemampuan alat harvester. Usia pakai

alat harvester sudah melampaui 6 tahun sehingga alat tidak digunakan untuk kegiatan penebangan, kupas kulit hingga bagi batang melainkan untuk aspek kegiatan yang lebih ringan. Harvester tetap dioperasikan sesuai dengan

kapasitasnya untuk menutupi biaya usaha yang dibebankan. Produktivitas excavator pada kegiatan muat kayu sebesar 12.72 m3/jam sehingga memerlukan

banyak alat untuk menghasilkan produksi kayu yang diharapkan. Produktivitas pengangkutan sebesar 6.11 m3/jam setara dengan 30 ton kayu/truk yang diangkut tiap trip per hari. Nilai produktivitas angkut tersebut dipengaruhi oleh sistem

transportasi dan kondisi jalan yang tidak sepenuhnya memadai. Apabila produktivitas supir truk tinggi maka dalam 1 hari truk mampu beroperasi

sebanyak 2 trip setara dengan 60 ton kayu. Nilai produktivitas aktual tidak sebanding dengan literatur yang tergolong

tinggi sehingga perlu adanya peningkatan produktivitas. Usia pakai alat sangat

mempengaruhi penurunan atau peningkatan produktivitas alat. Upaya peningkatan produktivitas perlu disesuaikan dengan kemampuan alat yang beroperasi. Menurut

Caterpillar (1991) umur ekonomis traktor dalam kondisi kerja sedang adalah 10 000 jam (5 tahun) dengan asumsi 2000 jam kerja/tahun, umur kerja maksimal diperhitungkan dua kali umur ekonomisnya disesuaikan dengan penggunaan dan

perawatan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian traktor pada usia di bawah 5 tahun tergolong dalam usia kerja sedang (ekonomis).

Usia pakai alat rata-rata pada lokasi penelitian yaitu 4 tahun (di bawah umur ekonomis) sehingga produktivitas dapat ditingkatan. Peningkatan produktivitas alat pada masing-masing aspek kegiatan sangat diharapkan sehingga dengan

adanya peningkatan produktivitas maka hasil produksi yang ditargetkan akan tercapai.

Kebutuhan Penggunaan Alat yang Optimal

Menurut Depdikbud (1995) optimasi secara umum adalah untuk memaksimalkan atau mengoptimalkan sesuatu hal yang bertujuan untuk

mengelola sesuatu yang dikerjakan. Optimalisasi peralatan pemanenan merupakan analisis terhadap peralatan dalam kegiatan pemanenan untuk mendapatkan keseimbangan penggunaan alat sehingga berdampak secara langsung terhadap

tingkat pencapaian dan hasil yang optimal dari produksi yang diharapkan. Penelitian ini menghasilkan lima skenario untuk pilihan penggunaan peralatan

pemanenan. Skenario tersebut yaitu, (1) jumlah alat aktual (JAA), (2) jumlah alat realisasi (JAR) berdasarkan realisasi produksi, (3) jumlah alat target (JAT) berdasarkan target produksi, (4) jumlah alat kombinasi (JAK) berdasarkan target

produksi dan (5) jumlah alat baru (JAB) berdasarkan target produksi.

Page 19: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

9

Tabel 3 Selisih jumlah kebutuhan penggunaan alat berdasarkan realisasi dan

target produksi

Kegiatan Jenis alat

Jumlah alat (unit) Selisih (unit)

Aktual Optimal JAR JAT

JAAc

(a) JAR (b)

JAT (c)

(a-b) (a-c)

Penebangan Excavator 12 5 7 +7 +5

Chainsaw 3 15 23 -12 -20

Bagi batang Harvester 2 2 2 0 0

Chainsaw 8 12 19 -4 -11

Penyaradan Bulldozer 5 6 10 -1 -5

Skidder 2 3 4 -1 -2

Muat Excavator 6 9 13 -3 -7

Pengangkutan Logging truck 19 18 26 +1 -7 cJAA : jumlah alat aktual, JAR : jumlah alat realisasi, JAT : jumlah alat target.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rasio jumlah peralatan aktual di lapangan, realisasi produksi maupun taget produksi tidak seimbang. Hal ini

mengindikasikan bahwa jumlah alat aktual di lapangan belum optimal, terlihat dari besarnya selisih unit alat pada masing-masing aspek kegiatan. Selisih jumlah unit yang besar terlihat pada aspek tebangan menggunakan 12 unit excavator di

lapangan. Jumlahnya lebih besar dari JAR yang hanya menggunakan 5 unit dan 7 unit alat pada JAT. Setelah dibandingkan antara JAA, JAR dan JAT, terdapat

kelebihan dan kekurangan jumlah unit alat pada aspek kegiatan pemanenan lainnya seperti penyaradan, bagi batang, pemuatan, dan pengangkutan.

Tabel 4 Jumlah kebutuhan penggunaan alat pemanenan pada lima skenario

berdasarkan realisasi dan target produksi

Kegiatan Jenis alat Jumlah alat (unit)

JAAd

JAR JAT JAK JAB

Penebangan Excavator 12 5 7 5 3

Chainsaw 3 15 23 15 7

Bagi batang Harvester 2 2 2 2 2

Chainsaw 8 12 19 12 5

Penyaradan Bulldozer 5 6 10 6 2

Skidder 2 3 4 3 2

Muat Excavator 6 9 13 9 7

Pengangkutan Logging truck 19 18 26 18 11 dJAA : jumlah alat aktual, JAR : jumlah alat realisasi, JAT : jumlah alat target, JAK : jumlah alat

kombinasi dan JAB : jumlah alat baru.

Tabel 4 menunjukkan bahwa masing-masing skenario mempunyai

komposisi jumlah alat yang berbeda sesuai dengan produktivitas alat dan produksi yang akan dicapai. Optimalisasi alat tidak hanya dapat ditingkatkan dengan penambahan unit saja tetapi bisa dengan peningkatan produktivitas alatnya seperti

Page 20: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

10

tertera pada Tabel 5. Data produktivitas penelitian sebelumnya dapat dijadikan

acuan untuk peningkatan produktivitas pada JAK dan sebagai produktivitas maksimum yang dapat dicapai pada JAB. Produktivitas alat kombinasi

ditingkatkan sebesar (0-90%) dari produktivitas aktual dan meningkat sebesar (20-60%) di bawah produktivitas maksimum literatur. Besarnya peningkatan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan alat yang digunakan pada masing-

masing aspek kegiatan agar nilainya tetap seimbang.

Tabel 5 Peningkatan produktivitas alat berdasarkan JAK (jumlah alat kombinasi) yang digunakan berdasarkan realisasi produksi

Kegiatan Jenis alat

Produktivitas (m3/jam) Selisih

produktivitas(%)

Aktual

(A)

Kombinasi

(K)

Maksimum

(M) (A – K) (K –M)

Penebangan Excavator 9.45 14.94 19.00 58 21

Chainsaw 4.07 5.70 14.42 40 60

Bagi batang Harvester 4.07 4.07 - - -

Chainsaw 8.14 12.67 29.28 56 57

Penyaradan Bulldozer 9.77 18.55 42.51 90 56

Skidder 16.28 16.28 35.50 0 54

Muat Excavator 12.72 17.80 22.15 40 20

Pengangkutan Logging truck 6.11 8.90 15.00 46 41

Menurut Gautama (2008), produktivitas dapat ditingkatkan melalui pekerja (karyawan/buruh) dengan menjalin kerjasama, komunikasi serta sistem upah yang sesuai untuk memberikan insentif agar lebih giat bekerja. Pengalaman kerja

operator juga dapat meningkatkan prestasi kerja karena operator yang berpengalaman akan lebih produktif dibandingkan dengan yang tidak

berpengalaman. Hal ini dikarenakan pekerja yang lebih berpengalaman sudah menguasai teknik kerja alat yang digunakan. Selain itu, adanya penyuluhan terbukti meningkatkan prestasi kerja karyawan. Penyuluhan diberikan dengan

pembekalan pengetahuan kepada para pekerja mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), produktivitas tenaga kerja terampil, serta pengetahuan

peralatan yang digunakan. Suhartana et al. (2011) menyatakan bahwa kondisi areal juga mempengaruhi

peningkatan produktivitas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi

jalan (areal), pembuatan jalan sarad yang yang teratur dan terjalur. Tidak adanya jalan sarad mengakibatkan pencarian hasil tebangan untuk disarad memakan

waktu penyaradan sehingga mengurangi produktivitas. Selain itu, perlu pengaturan letak penumpukan kayu dipetak tebang agar alat sarad tidak mengalami hambatan menyarad karena terhalang tumpukan kayu. Selain itu,

menurut Suhartana et al. (2011) peningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan pengoperasian sesuai prosedur (SOP) serta perawatan peralatan

pemanenan secara intensif. Hal tersebut didukung dengan penggunaannya pada medan yang terjangkau dengan topogafi kurang dari 30% sehingga alat tetap berfungsi optimal.

Page 21: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

11

Biaya Penggunaan Alat

Biaya usaha adalah biaya mesin ditambah dengan upah operator dan pembantunya (Mujetahid 2010). Penggunaan alat mekanis menghasilkan

produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan cara manual. Besar kecilnya produktivitas alat yang dihasilkan akan mempengaruhi biaya yang d ikeluarkan. Alat usia tua dalam kondisi yang tidak baik dapat menyebabkan biaya

pemeliharaan tinggi sehingga berdampak pada biaya pengoperasian keseluruhan (Sukadaryati dan Sukanda 2006).

Tabel 6 Perbandingan biaya usaha penggunaan alat

Jenis alat

BUe (Rp/m

3)

BU

Literaturf

(Rp/m3)

Sumberf

JAAd

JAR JAT JAK JAB

Excavator te 34 591 34 591 34 591 20 485 15 483 22 440 Suhartana (2007)

Chainsaw te 7305 7305 7305 4884 1810 3542 Suhartana (2009)

Harvester 160 372 160 372 160 372 155 416 140 951 160 372 Aktual

Chainsaw bbe 2915 2915 2915 1815 992 1008 Suhartana (2007)

Bulldozer 53 947 53 947 53 947 28 097 10 624 14 843 Azinuddin (2014)

Skidder 29 278 29 278 29 278 28 965 10 151 11 213 Azinuddin (2014)

Excavator Muat 25 697 25 697 25 697 18 203 14 061 15 281 Sukadaryati (2006)

Logging truck 35 140 35 140 35 140 24 110 14 039 37 676 Dulsalam (2001)

Total 349 245 349 245 349 245 281 975 208 110 266 374

dJAA: jumlah alat aktual, JAR: jumlah alat realisasi, JAT: jumlah alat target, JAK: jumlah alat

kombinasi dan JAB: jumlah alat baru ; et : tebang, bb: bagi batang, BU: biaya usaha ;

fberdasarkan

literatur pada penelitian sebelumnya.

Tabel 6 memperlihatkan perbandingan biaya usaha penggunaan alat pada

masing-masing skenario. Besarnya biaya dari penggunaan alat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah alat yang digunakan sehingga membutuhkan biaya usaha yang besar pula. Oleh karena itu perlu diperhatikan efisiensi penggunaan jumlah alat

yang tepat sehingga tidak ada pemborosan biaya akibat jumlah alat yang berlebihan. Produktivitas yang rendah dapat meningkatkan biaya produksi. Besar

kecilnya biaya yang akan dikeluarkan dipengaruhi oleh optimalisasi peralatan pemanenan. Perencanaan dengan optimalisasi peralatan memberikan hasil optimal dengan keseimbangan antara output dan input. Produksi target yang akan

dihasilkan lebih besar 100 302 m3/tahunnya dari produksi realisasi. Apabila pelaksanaan kegiatan pemanenan dilakukan sesuai skenario maka target produksi

tercapai dan perusahaan memperoleh keuntungan. Nilai biaya usaha literatur yang terlampir pada Tabel 6 dijadikan sebagai referensi nilai biaya usaha agar nilai biaya yang didapatkan mendekati nilai yang sebelumnya.

Skenario Produksi

Realisasi produksi akan tercapai dengan skenario JAA dan JAR sedangkan target produksi akan tercapai dengan 3 skenario yaitu JAT, JAK dan JAB. Tiap

skenario mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang dapat dilihat

Page 22: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

12

dari output yang dihasilkan. Berdasarkan pemaparan di atas terdapat perbandingan

5 skenario untuk mencapai produksi optimal yaitu: 1. Skenario JAA (jumlah alat aktual)

Produksi realisasi dapat tercapai dengan JAA dan biaya usaha sebesar Rp349 245/m3 atau Rp29.78 milyar/tahun. Biaya tersebut tidak efisien berdasarkan analisis yang dilakukan karena penggunaan alat yang tidak

optimal sehingga biaya tinggi. Terdapat selisih biaya setelah dibandingkan dengan biaya usaha JAR sebesar Rp569 juta/tahun. Melalui optimalisasi alat,

perusahaan seharusnya hanya dibebankan biaya sebesar skenario JAR dengan keuntungan tinggi. Selain itu, tidak terencananya peralatan yang digunakan menyebabkan adanya over cutting pada kegiatan penebangan serta

terhambatnya kegiatan pemanenan lainnya karena ketidakseesuaian jumlah alat dengan kebutuhan pada tiap tahapan kegiatan. Biaya usaha dari skenario JAA

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAA

Aspek kegiatan

Jenis alat JAA (unit)

BU (Rp/ m

3)

BU

(Rp x 1 juta/tahun)

Tebangan Excavator 12 34 591 8176

Chainsaw 3 7305 186

Bagi batang Harvester 2 160 372 2629

Chainsaw 8 2915 382

Penyaradan Bulldozer 5 53 947 5198

Skidder 2 29 278 1880

Muat Excavator 6 25 697 3861

Pengangkutan Logging truck 19 35 140 7461

Biaya usaha total 349 245 29 776

2. Skenario JAR (jumlah alat realisasi)

Produksi realisasi dapat tercapai dengan JAR dan biaya usaha sebesar Rp349 245/m3 atau Rp29.21 milyar/tahun. Biaya usaha dari skenario JAR dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAR

Aspek kegiatan Jenis alat JAR (unit)

BU (Rp/ m

3)

BU (Rp x 1 juta/tahun)

Tebangan Excavator 5 34 591 3189

Chainsaw 15 7305 877

Bagi batang Harvester 2 160 372 2548

Chainsaw 12 2915 572

Penyaradan Bulldozer 6 53 947 6311

Skidder 3 29 278 2791

Muat Excavator 9 25 697 5456

Pengangkutan Logging truck 18 35 140 7461

Biaya usaha total 349 245 29 208

Page 23: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

13

Biaya tersebut efisien berdasarkan analisis karena terencananya optimalisasi

peralatan pemanenan dengan produktivitas aktual melalui penambahan atau pengurangan pada unit tertentu. Skenario JAR ini lebih menguntungkan

perusahaan karena produksi realisasi dapat tercapai dengan biaya usaha yang lebih rendah dari JAA.

3. Skenario JAT (jumlah alat target)

Produksi target dapat tercapai dengan JAT dan biaya usaha sebesar Rp349 245/m3 atau Rp40.65 milyar/tahun. Optimalisasi peralatan pemanenan

dengan JAT dilakukan dengan penambahan unit pada masing-masing menggunakan produktivitas aktual. Berdasarkan analisis, produksi target menggunakan skenario JAT tercapai namun dengan biaya yang tinggi karena

penambahan unit alat yang digunakan. Biaya usaha dari skenario JAT dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAT

Aspek kegiatan Jenis alat JAT (unit)

BU (Rp/ m

3)

BU (Rp x 1 juta/tahun)

Tebangan Excavator 7 34 591 4769

Chainsaw 22 7305 1432

Bagi batang Harvester 2 160 372 2629

Chainsaw 18 2915 892

Penyaradan Bulldozer 9 53 947 10 116

Skidder 4 29 278 3761

Muat Excavator 12 25 697 8105

Pengangkutan Logging truck 26 35 140 10 985

Biaya usaha total 349 245 40 645

4. Skenario JAK (jumlah alat kombinasi)

Produksi target dapat tercapai dengan JAK dan biaya usaha sebesar Rp281 975/m3 atau Rp29.41 milyar/tahun. Biaya usaha dari skenario JAK

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAK

Aspek kegiatan Jenis alat JAK

(Unit) BU

(Rp/ m3)

BU (Rp x 1 juta/tahun)

Tebangan Excavator 5 20 485 3189

Chainsaw 15 4884 870

Bagi batang Harvester 2 155416 2548

Chainsaw 12 1815 556

Penyaradan Bulldozer 6 28 097 6171

Skidder 3 28 965 2791

Muat Excavator 9 18 203 5741

Pengangkutan Logging truck 18 24 110 7537

Biaya usaha total 281 975 29 406

Skenario JAK dengan peningkatan produktivitas tanpa menggunakan alat baru memberikan keuntungan bagi perusahaan. Jika jumlah alat yang sama dengan

Page 24: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

14

JAR yang optimal ditingkatan produktivitasnya maka target produksi dapat

tercapai dengan biaya yang rendah. Namun peningkatan produktivitas perlu diupayakan oleh perusahaan secara maksimal dengan cara tertentu agar

hasilnya optimal. Terdapat selisih biaya sebesar Rp11.24 milyar/tahun setelah dibandingkan dengan biaya usaha JAT yang termasuk dalam kategori selisih besar. Biaya usaha menggunakan skenario JAK lebih rendah dibandingkan

skenario JAT sehingga skenario ini lebih menguntungkan untuk dilaksanakan. 5. Skenario JAB (jumlah alat baru)

Produksi target dapat tercapai dengan JAB dan biaya usaha sebesar Rp281 975/m3 atau Rp29.41 milyar/tahun. Penggunaan alat baru memberikan keuntungan karena unit alat yang digunakan sedikit, produktivitas tinggi, dan

biaya pemeliharaan alat rendah sehingga biaya usaha juga rendah. Target produksi skenario JAB dapat tercapai dengan biaya yang lebih rendah dari

skenario JAK dengan selisih biaya yang besar yaitu Rp12.56 milyar/tahun. Biaya usaha menggunakan skenario JAB jauh lebih rendah dibandingkan skenario JAT dan JAK. Skenario ini lebih menguntungkan untuk dilaksanakan,

namun dengan penggunaan alat baru perusahaan perlu investasi tinggi untuk membeli (pengadaan) alat baru. Biaya usaha dari skenario JAB dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan skenario JAB

Aspek kegiatan Jenis alat JAB (unit)

BU (Rp/m

3)

BU (Rp x 1 juta/tahun)

Tebangan Excavator 3 15 483 1840

Chainsaw 7 1810 389

Bagi batang Harvester 2 140 951 2195

Chainsaw 8 992 304

Penyaradan Bulldozer 2 10 642 1869

Skidder 2 10 151 1422

Muat Excavator 7 14 061 4435

Pengangkutan Logging truck 16 14 039 6389

Biaya usaha total 208 110 16 844

Produksi Kayu Berdasarkan Jumlah Alat

Produksi merupakan sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung

ditunjukkan untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia. Faktor produksi diperlukan dalam kegiatan produksi seperti alat-alat

yang digunakan untuk menghasilkan barang/jasa. Faktor produksi dalam penelitian ini adalah alat-alat pemanenan yang digunakan sehingga sedikit banyaknya alat akan berdampak pada tingkat optimalisasi produksi yang akan

dihasilkan. Hasil perhitungan produksi ditunjukkan pada Tabel 12 terlihat bahwa

kegiatan penebangan aktual menghasilkan kelebihan produksi. Keadaan ini mengakibatkan selisih antara produksi aktual dan realisasi sebesar

Page 25: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

15

35 039.06 m3/tahun. Dengan selisih tersebut, kayu yang ditebang tidak seimbang

dengan kegiatan pemanenan selanjutnya yaitu penyaradan, bagi batang, muat, dan pengangkutan. Apabila alat yang digunakan jumlahnya melebihi batas optimal

atau sebaliknya maka akan berpengaruh terhadap rangkaian aspek kegiatan pemanenan yang selanjutnya. Rangkaiannya dapat dianalogikan sebagai berikut: jika alat penebangan jumlahnya lebih banyak dari analisis optimal alat maka

hasilnya tidak sesuai dengan produksi yang ditargetkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan penebangan melampaui batas tebang (over cutting) sehingga

jumlah kayu terlalu banyak dan menumpuk. Hal ini berkaitan dengan aspek penyaradan karena jika jumlah alat tidak memadai maka kegiatan penyaradan akan terhambat, sehingga kayu yang disarad jumlahnya lebih sedikit dari yang

ditebang. Alat bagi batang yang jumlahnya kurang menyebabkan banyak kayu yang tidak terbagi batang sementara ketersediaan alat muat jumlahnya lebih

banyak. Alat muat mempunyai waktu kosong tidak melakukan pekerjaan karena harus menunggu tahapan sebelumnya (bagi batang). Pengangkutan menggunakan logging truck juga terhambat karena tahapan sebelumnya belum terlaksana dengan

sempurna. Tiap rangkaian kegiatan mempengaruhi aspek kegiatan yang lainnya.

Tabel 12 Produksi kayu berdasarkan penambahan jumlah alat

Aspek

Produksi kayu (m3/tahun)

Selisih produksi Optimal (m3/tahun)

Aktual

lapangan

(A)

Optimal

Realisasi

(R)

Target

(T) (A-R) (%) (A-T) (%)

Penebangan 261 837 226 798 333 936 +35 039 13 -72 098 31

Penyaradan 163 954 219 098 322 599 -55 144 34 -158 645 49

Bagi Batang 144 378 214 625 316 012 -70 246 49 -171 633 54

Muat 150 269 214 213 315 406 -63 943 43 -165 136 52

Pengangkutan 226 422 212 328 312 630 +14 093 6 -86 208 28

Selain dampak tidak terpenuhinya jumlah produksi yang ditargetkan terdapat pula dampak lain yaitu terhadap kualitas kayu. Apabila kayu yang

ditebang jumlahnya melebihi rencana maka sisa kayu berada di areal tanpa pengelolaan dan perlakuan terhadap kayu tersebut. Menurut Sukadaryati dan

Sukanda (2006), kegiatan memuat kayu harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari penurunan kualitas kayu yang dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor tersebut seperti jamur dan penyakit yang menyerang kayu yang telah

ditebang, busuk batang atau kayu mengalami kekeringan karena terpapar sinar matahari.

Penggunaan alat perlu disesuaikan dengan analisis optimalisasi peralatan pemanenan terutama berdasarkan rencana produksi sehingga hasil yang diperoleh maksimal. Kelebihan atau kekurangan produksi menunjukkan adanya

ketidakefisienan dari penggunaan peralatan pemanenan. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya perencanaan yang matang sehingga diharapkan dapat diperoleh

hasil yang maksimal. Menurut Suhartana dan Yuniawati (2007) perencanaan pemanenan yang tepat sangat mempengaruhi hasil produksi yang ditargetkan karena berdampak secara langsung terhadap produktivitas kerja.

Page 26: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah alat aktual yang digunakan di lapangan saat ini belum optimal untuk mencapai realisasi dan target produksi. Jumlah alat perlu dihitung

berdasarkan realisasi dan target produksi. Target produksi belum tercapai dengan jumlah alat realisasi sehingga perlu penambahan jumlah unit alat dan peningkatan produktivitas alat. Skenario untuk mencapai realisasi produksi yaitu dengan

jumlah alat aktual (JAA) dan jumlah alat realisasi (JAR). Skenario untuk mencapai target produksi yaitu optimalisasi peralatan dengan jumlah alat target

(JAT), jumlah alat kombinasi (JAK) dan jumlah alat baru (JAB). Alternatif skenario yang paling optimal digunakan adalah jumlah alat kombinasi (JAK) karena memberikan keuntungan kepada perusahaan dengan biaya produksi yang

rendah.

Saran

1. Perusahaan perlu merencanakan sistem pemanenan hutan yang akan dilakukan

dengan optimalisasi peralatan pemanenan yang digunakan agar hasilnya sesuai dengan target yang akan dicapai.

2. Penerapan alternatif sistem pemanenan sesuai dengan kondisi lahan dan produktivitas peralatan pemanenan.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimalisai peralatan pemanenan

untuk mengkaji sistem yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Aswitama L. 2013. Limbah pemanenan kayu dan faktor eksploitasi di

IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti Provinsi Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Azinuddin P. 2014. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu menggunakan

skidder dan bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT PT Wirakarya Sakti Provinsi Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor. Catterpilar. 1991. Catterpilar Performance handbook . Di dalam: Fajri J. 2000.

Analisis biaya penyaradan dengan traktor caterpillar D60 di hutan rawa (studi

kasus di HPHTI PT Wirakarya Sakti, Propinsi Jambi) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia (628). Jakarta (ID): Depdikbud.

Dulsalam, Sukadaryati. 2002. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan

kerbau di Jambi. Buletin Penelitian Hasil Hutan 19(3):147-164. Bogor (ID): Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Page 27: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

17

Dulsalam, Tinambunan D. 2001. Produktivitas dan biaya peralatan pemanenan

hutan tanaman: studi kasus di PT Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 19(4): 91-113. Bogor (ID): Pusat Penelitian

Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. [FAO] Food and Agriculture Organization. 1992. Cost Control in Forest

Harvesting and Road Construction. FAO Forestry Paper No. 99. FAO of the

UN. Rome. Gautama I. 2008. Prestasi pekerja dalam kegiatan pembagian batang pada

kegiatan pemanenan di Hutan Jati Rakyat Desa Lili Riattang Kabupaten Bone. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3(2): 111-234. Sulawesi (ID): Universitas Hassanudin.

[ILO] International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja. Wetik JL, penerjemah; Sadiman J, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Terjemahan dari; Introduction to Work Study. Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada Hutan Jati Rakyat di

Kabupaten Bone. Perennial. 6(2) : 108-115. Bgor (ID): BPPK.

Siswanto H. 2010. Kajian input dan output penyaradan pada pengusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Eksis. 6(2): 1440 – 1605.Medan (ID): PTN Medan.

[SK Menhut] Surat Keputusan Menteri Kehutanan. 2003. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.428/Kpts-II/2003 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Alat-alat Berat Kehutanan. Jakarta (ID): Kemenhut.

Suhartana S, Idris M, Yuniawati. 2011. Penyaradan kayu sesuai standar prosedur operasional untuk meningkatkan produktivitas dan meminimalkan biaya

produksi dan penggeseran lapisan tanah atas : kasus di satu perusahaan hutan di Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29(3): 248-258. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Suhartana S, Yuniawati. 2006. Effisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan: studi kasus di PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal

Penelitian Hasil Hutan. 24(1):63-76. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Suhartana S, Yuniawati. 2007. Penggunaan peralatan pemanenan kayu yang

efisien pada perusahaan hutan tanaman di Kalimantan Selatan. Jurnal Rimba Kalimantan. 12(1):62-66. Samarinda (ID): Universitas Mulawarman.

Suhartana S, Yuniawati. 2008. Produktivitas pengangkutan kayu dengan truk dan tugboat di hutan rawa gambut : kasus di satu perusahaan hutan di Jambi. Jurnal

Hutan Tropis Borneo. (24):125-132. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Suhartana S, Yuniawati, Rahmat. 2009. Efisiensi kebutuhan peralatan pemanenan

di Hutan Tanaman Industri Kalimantan Barat. Hutan Tropis Borneo. (26): 119-127. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil

Hutan. Sukadaryati, Sukanda. 2006. Produktivitas, biaya dan efisiensi muat bongkar kayu

di dua perusahaan HTI pulp. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 6(1): 11-17. Bogor

(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. [WKS]. Wirakarya Sakti. 2012. Rencana Karya Tahunan 2008. Jambi (ID): PT.

Wirakarya Sakti.

Page 28: OPTIMALISASI PERALATAN PEMANENAN KAYU PADA … · 9 Jumlah alat dan biaya usaha berdasarkan JAT 13 ... pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat ... Hal tersebut karena keterbatasan

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Pemalang pada tanggal 4 Oktober 1992 sebagai anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan Nurotun A Sadrawi dan Solichah. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Petarukan, Pemalang dan pada

tahun yang sama lulus seleksi SNMPTN. Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang Barat-

Kamojang pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HT

PT Wirakarya Sakti, Jambi pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif mengikuti organisasi

kemahasiswaan yaitu bendahara umum advokasi kesejahteraan mahasiswa

(Adkesma) BEM-E, bendahara umum organisasi mahasiswa daerah (OMDA), angota

Agriaswara IPB, anggota forest management student club (FMSC), sekretaris

PEMIRA Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010, bendahara kepanitiaan dialog

kesejahteraan BEM-KM tahun 2011, panitia Temu Manajer (TM) Departemen

Manajemen Hutan tahun 2011 serta mengikuti kepanitian lain dalam berbagai acara di Fakultas Kehutanan dan IPB.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimalisasi Peralatan Pemanenan Kayu pada Hutan Tanaman Industri di IUPHHK-HT

PT Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi” di bawah bimbingan Dr Ujang Suwarna, S Hut, M Sc F Trop.