optimalisasi penggunaan moda angkutan bus trans …

12
JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT SENGAJA DIKOSONGKAN © 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG Muhammad Zainal Ibad, Ayu Fitriyani, Rahayu Sulistyorini Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Lampung Selatan Email: [email protected] ABSTRAK Kabupaten Pesawaran dikenal memiliki keunggulan pada sektor pariwisata. Hal tersebut dapat terlihat dari jumlah wisatawan yang terus mengalami peningkatan terutama pada hari libur nasional. Agar potensi yang dimiliki terus berkembang namun tidak menimbulkan kemacetan akibat dari pergerakan yang dihasilkan wisatawan, maka disediakannya moda angkutan umum. Pemerintah Provinsi bekerja sama dengan Bus Trans Lampung dengan membuka rute menuju destinasi wisata yaitu dari Stasiun Tanjung Karang Pelabuhan Ketapang. Namun dalam praktiknya, terdapat kecenderungan wisatawan dalam menggunakan moda angkutan pribadi dibandingkan dengan moda angkutan umum yang sudah disediakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan minat wisatawan dalam menggunakan moda angkutan umum Bus Trans Lampung rute Stasiun Tanjung Karang Pelabuhan Ketapang sebagai transportasi wisata. Terdapat tiga sasaran untuk mencapai tujuan penelitian yaitu: 1. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi dalam pemilihan moda; 2. Mengetahui peluang penggunanaan moda angkutan pribadi dan umum; 3. Membuat rekomendasi pengoptimalan penggunaan moda angkutan umum Bus Trans Lampung. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logitik biner dan sensitivitas. Berdasarkan hasil perhitungan regresi logistik menggunakan software MiniTAB didapatkan fungsi utilitas = −14.53 + 2.249 10 + 0.745 16. Dimana X10 merupakan faktor kenyamanan dan X16 merupakan faktor rit perjalanan bus. Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan moda Bus Trans Lampung karena memiliki korelasi parsial yang tinggi terhadap pemilihan moda. Berdasarkan analisis sensitivitas diketahui bahwa faktor kenyamanan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor rit perjalanan bus. Oleh karena itu, faktor kenyamanan yang akan dioptimalkan terlebih dahulu. Kata Kunci: Pemilihan Moda, Transportasi Wisata, Regresi Logistik Biner, Sensitivitas, Bus Trans Lampung. . A. PENDAHULUAN Kabupaten Pesawaran memiliki garis pantai mencapai 96 km, sehingga pemerintah mendorong Kabupaten Pesawaran untuk menjadi daerah yang memiliki keunggulan pada sektor pariwisata. Adanya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 Tahun 2017 tentang inovasi daerah membuat pemerintah Kabupaten Pesawaran berencana untuk membuat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Teluk Pandan yang terletak di Kecamatan Teluk Pandan. Terdapat arahan pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesawaran yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN

BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Muhammad Zainal Ibad, Ayu Fitriyani, Rahayu Sulistyorini Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Lampung Selatan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Pesawaran dikenal memiliki keunggulan pada sektor pariwisata. Hal tersebut

dapat terlihat dari jumlah wisatawan yang terus mengalami peningkatan terutama pada hari libur nasional. Agar potensi yang dimiliki terus berkembang namun tidak

menimbulkan kemacetan akibat dari pergerakan yang dihasilkan wisatawan, maka

disediakannya moda angkutan umum. Pemerintah Provinsi bekerja sama dengan Bus

Trans Lampung dengan membuka rute menuju destinasi wisata yaitu dari Stasiun Tanjung Karang – Pelabuhan Ketapang. Namun dalam praktiknya, terdapat kecenderungan

wisatawan dalam menggunakan moda angkutan pribadi dibandingkan dengan moda

angkutan umum yang sudah disediakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan minat wisatawan dalam menggunakan moda

angkutan umum Bus Trans Lampung rute Stasiun Tanjung Karang – Pelabuhan Ketapang

sebagai transportasi wisata. Terdapat tiga sasaran untuk mencapai tujuan penelitian

yaitu: 1. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi dalam pemilihan moda; 2. Mengetahui peluang penggunanaan moda angkutan pribadi dan umum; 3. Membuat

rekomendasi pengoptimalan penggunaan moda angkutan umum Bus Trans Lampung.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logitik biner dan sensitivitas. Berdasarkan hasil perhitungan regresi logistik menggunakan software

MiniTAB didapatkan fungsi utilitas 𝑈𝑇 = −14.53 + 2.249 𝑋10 + 0.745 𝑋16. Dimana

X10 merupakan faktor kenyamanan dan X16 merupakan faktor rit perjalanan bus. Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan moda Bus Trans

Lampung karena memiliki korelasi parsial yang tinggi terhadap pemilihan moda.

Berdasarkan analisis sensitivitas diketahui bahwa faktor kenyamanan memiliki sensitivitas

yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor rit perjalanan bus. Oleh karena itu, faktor

kenyamanan yang akan dioptimalkan terlebih dahulu.

Kata Kunci: Pemilihan Moda, Transportasi Wisata, Regresi Logistik Biner, Sensitivitas,

Bus Trans Lampung.

.

A. PENDAHULUAN

Kabupaten Pesawaran memiliki garis pantai mencapai 96 km, sehingga

pemerintah mendorong Kabupaten Pesawaran untuk menjadi daerah yang memiliki

keunggulan pada sektor pariwisata. Adanya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38

Tahun 2017 tentang inovasi daerah membuat pemerintah Kabupaten Pesawaran

berencana untuk membuat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Teluk

Pandan yang terletak di Kecamatan Teluk Pandan. Terdapat arahan pengembangan

pariwisata di Kabupaten Pesawaran yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan

Page 2: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016 – 2022 dan Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesawaran 2017 – 2031.

Terus meningkatnya jumlah wisatawan terutama pada waktu tertentu seperti saat

hari raya besar atau sebagainya, menyebabkan terjadinya kemacetan pada jalur

utama menuju tempat wisata. Salah satu upaya yang yang dilakukan Pemerintah

Provinsi untuk menekan pergerakkan lalu lintas perkotaan adalah menyediakan

moda angkutan umum. Hal tersebut bertujuan agar pariwisata di provinsi lampung

terus berkembang namun tidak menimbulkan permasalahan baru seperti kemacetan.

Pemerintah Provinsi bekerjasama dengan PT. Lampung Jasa Utama (LJU)

pengelola bus trans lampung untuk membuka rute menuju destinasi wisata. Rute

tersebut memiliki titik keberangkatan Stasiun Tanjung Karang dan titik

pemberhentian di Pelabuhan Ketapang. Rute tersebut merupakan satu dari enam

rute Bus Trans Lampung yang sudah beroperasi. Pembukaan rute bus tersebut

merupakan salah satu program dari Pemerintah Provinsi Lampung yang

menginginkan agar trans lampung fokus kepada pengembangan transportasi

pariwisata dan transportasi publik (Saputra, 2017).

Namun dalam praktiknya, wisatawan memiliki kecenderungan menggunakan

moda angkutan pribadi dibandingkan dengan moda angkutan umum Bus Trans

Lampung sebagai transportasi menuju destinasi wisata. Permasalahan dalam

pemilihan moda transportasi dapat dikatakan sebagai salah satu tahapan terpenting

dalam berbagai perencanaan dan kebijakan transportasi. Hal tersebut menyangkut

efisiensi pergerakkan di wilayah perkotaan, dimana didalamnya terdapat ruang

yang harus disediakan kota untuk dijadikan transportasi dan banyaknya moda

transportasi yang dapat dipilih oleh penduduk (Tamin, 2008). Penyebab

pengunjung lebih memilih menggunakan moda transportasi pribadi dibandingkan

dengan moda transportasi umum diduga berkaitan dengan kualitas pelayanan Bus

Trans Lampung. Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi atau karakteristik

dari moda angkutan umum yang diharapkan oleh pengguna, terdiri dari beberapa

hal yaitu keselamatan, kemudahan pencapaian, keandalan, perbandingan biaya dan

efisiensi (Anggoman, 2007). Pelayanan Bus Trans Lampung rute Stasiun Tanjung

Karang – Pelabuhan Ketapang yang belum memenuhi kriteria-kriteria yang

diharapkan oleh wisatawan tersebut diduga menjadi penyebab kurangnya minat

dalam menggunakan moda angkutan umum. Oleh karena itu, perlu dilakukannya

studi mengenai cara untuk meningkatkan minat wisatawan dalam menggunakan

moda angkutan umum Bus Trans Lampung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan minat

masyarakat dalam menggunakan moda angkutan umum Bus Trans Lampung rute

Stasiun Tanjung Karang – Pelabuhan Ketapang sebagai transportasi wisata. Tujuan

tersebut dapat dicapai melalui sasaran-sasaran sebagai berikut yaitu:

1. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi dalam pemilihan moda

2. Mengetahui peluang penggunanaan moda angkutan pribadi dan umum

3. Membuat rekomendasi pengoptimalan penggunaan moda angkutan umum Bus

Trans Lampung. Penelitian ini akan terfokus pada tempat wisata yang dapat

dijangkau oleh Bus Trans Lampung rute Stasiun Tanjung Karang – Pelabuhan

Ketapang.

Page 3: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

B. METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi survei

primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuisioner

menggunakan teknik stated preference. Kuisioner tersebut disebarkan secara online

dan responden yang dapat mengisi kuisioner tersebut adalah responden yang sudah

pernah melakukan kunjungan wisata ke objek wisata yang dilewati oleh Bus Trans

Lampung Stasiun Tanjung Karang – Pelabuhan Ketapang. Pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan survei instansional ke PT. Lampung Jasa Utama.

Adapun ciri-ciri dari teknik stated preference ini adalah adanya penggunaan

rancangan eksperimen untuk membangun alternatif hipotesis terhadap situasi

(hypothetical situation) yang kemudian disajikan kepada responden (Rahman,

2009). Dalam penelitian ini preferensi responden dikuantifikasikan berdasarkan

pilihan dan peringkat (rating) dengan rentang nilai yang diberikan adalah 1-10,

dimana nilai 1 berarti sangat buruk dan nilai 10 berarti sangat baik. Survei

instansional dilakukan untuk mendapatkan data pendukung dalam penelitian ini.

Adapun perhitungan jumlah responden yang dilakukan menggunakan rumus slovin,

yaitu:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2

𝑛 = 798.173

1 + 798.173(0,1)2= 99,98

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 99,98 yang dibulatkan menjadi 100

responden. Terdapat dua analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

regresi logistik dan analisis sensitivitas. Analisis menggunakan model binomial

logit dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

terikat (variabel dependen) yang berupa biner dan variabel bebasnya yang berupa

skala interval atau kategori. Variabel biner hanya mempunyai dua kemungkinan

nilai yang biasanya dinyatakan dengan 0 (tidak berhasil) dan 1 (berhasil).

Dalam penelitian ini kejadian dikatakan berhasil apabila wisatawan bersedia

menggunakan moda angkutan umum. Oleh karena itu, bilangan biner 1 menyatakan

moda angkutan umum Bus Trans Lampung, sedangkan variabel bebas merupakan

faktor-faktor yang akan dikaji dalam upaya meningkatkan minat wisatawan untuk

menggunakan moda angkutan umum. Faktor-faktor tersebut didapat dari sintesis

faktor pada penelitian terdahulu. Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui

pergeseran perubahan nilai peluang pemilihan moda angkutan pribadi ke moda

angkutan umum Bus Trans Lampung jika dilakukan perubahan atribut pada

pelayanannya.

C. TINJAUAN LITERATUR

1. Pariwisata

Menurut Pemerintah Republik Indonesia, definisi yang lebih lengkap dari

pariwisata adalah industri jasa, Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10

Page 4: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah

daerah. Orang yang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya

mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) (Melati, 2018). Karakteristik

pengunjung dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu karakteristik sosial-ekonomi

dan karakteristik perjalanan wisata. Dalam hal ini karakteristik pengunjung

memberikan pengaruh yang tidak langsung terhadap pengembangan pariwisata,

tidak dapat diterapkan secara langsung langkah-langkah yang harus dilakukan

hanya dengan melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu dilihat pula

keterkaitannya terhadap persepsi pengunjung. Setiap pengunjung tempat wisata

memiliki karakteristik dan pola kunjungan, kebutuhan ataupun alasan seseorang

dalam melakukan kunjungan memiliki persepsi yang berbeda-beda.

2. Transportasi

Transportasi adalah proses pemindahan baik manusia maupun barang dari suatu

tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah angkutan yang digerakkan

oleh manusia atau mesin. Angkutan merupakan alat angkut yang digunakan oleh

makhluk hidup untuk memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

sistem transportasi merupakan sistem yang terdapat dalam suatu proses

perpindahan baik manusia maupun barang yang saling terkait dan bekerja sama.

Sistem jaringan transportasi digunakan untuk menentukan aliran transportasi atau

manusia, sistem ini termasuk ke dalam bidang rekayasa transportasi dan biasanya

menggunakan matematik grafik.

Dalam sistem transportasi memungkinkan adanya penggabungan beberapa

moda angkutan. Hasil akhir yang diinginkan dalam transportasi adalah terciptanya

suatu sistem transportasi atau pergerakan yang aman, efisien, efektif, nyaman,

murah dan sesuai lingkungan (termasuk safety) (Sulistyorini, 2014). Terdapat

beberapa elemen-elemen di dalam penilaian kualitas pelayanan suatu angkutan,

yaitu (Gray, 1979 dalam Anggoman, 2006) Keselamatan, kenyamanan, kemudahan

pencapaian, keandalan dan perbandingan biaya.

3. Transpotasi dan Pariwisata

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011

Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisatawan Nasional Tahun 2010 –

2025, arah kebijakan penyediaan dan pengembangan sarana transportasi meliputi

pengembangan dan peningkatan kemudahan akses dan pergerakan wisatawan

menuju destinasi dan pengembangan dan peningkatan kenyamanan dan juga

keamanan pergerakan wisatawan menuju destinasi. Kebijakan tersebut dilakukan

dengan cara meningkatkan ketersediaan, kecukupan kapasitas angkutan moda

transportasi serta mengembangkan keragaman atau diversifikasi jenis moda

transportasi sebagai sarana pergerakan wisatawan menuju destinasi dan juga

pergerakan wisatawan di destinasi wisata sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan pasar (Setiadi, 2015).

Page 5: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Faktor aksesbilitas memegang peranan penting dalam upaya pengembangan

wilayah sebab tanpa didukung oleh sistem transportasi, sarana dan prasarana

transportasi yang memadai maka perkembangan suatu daerah akan sulit

berkembang (Lesatri, Suthanaya, & Wedagama, 2017). Menurut Gunn (1988)

memandang pariwisata sebagai suatu sistem yang secara sederhana dapat dipilah

menjadi dua sisi, yakni sisi permintaan dan sisi penawaran (supply and demand).

Pendekatan supply and demand ini, memposisikan orang atau penduduk sebagai

“pasar” atau konsumen dari pariwisata (pasar wisata), sebab mereka (orang-orang)

inilah sebagai aktor dalam menjalankan perjalanan wisata sehingga muncul

aktivitas pariwisata hingga saat ini. Hubungan antara pariwisata dan transportasi

sangat dipengaruhi oleh dua elemen yaitu kemudahan mengakses tujuan dan

kualitas layanan transportasi yang harus memenuhi harapan pengguna seperti

keamanan, kenyamanan, frekuensi, efisiensi dan keandalan. (Tambunan, 2009).

Umumnya, faktor-fator yang memengaruhi wisatawan dalam memilih moda

angkutan umum ialah sesuai dengan preferensi wisatawan itu tersendiri.

4. Regresi Logistik Biner

Pada dasarnya setiap perilaku agregat individu dalam memilih moda atau jasa

transportasi sepenuhnya merupakan hasil dari keputusan setiap individu. Setiap

individu yang melakukan perjalanan dihadapkan kepada berbagai alternatif baik

berupa alternatif tujuan perjalanan, moda angkutan, maupun rute perjalanan. Model

logit binomial digunakan untuk memodelkan pemilihan moda yang terdiri dari dua

alternatif moda saja. Pendekatan untuk peubah respons berbentuk peubah kontinu

dapat menggunakan regresi normal atau regresi klasik, sedangkan untuk peubah

respons yang merupakan peubah kualitatif (dichotomy atau binary) dapat

menggunakan analisis regresi logistik (Kurniati, 2001).

D. GAMBARAN UMUM

1. Transportasi Pariwisata di Kabupaten Pesawaran

Untuk mengakomodir pergerakkan wisatawan yang berasal dari luar wilayah

Kabupaten Pesawaran, maka dibutuhkan transportasi dapat mengintegrasikan antar

wilayah di Provinsi Lampung. Salah satu transportasi umum yang ada di Provinsi

lampung yaitu Bus Trans Lampung, dimana hingga saat ini sudah memiliki 6 rute

yang beroperasi yaitu:

1. Koridor I : Graha Pahoman – Bandar Raden Inten

2. Koridor II : Unila – ITERA – UIN

3. Koridor III : Kalianda – Begadang Kalibalok

4. Koridor IV : Bandara Raden Inten – Krui

5. Koridor V : Bandar Lampung - Pahawang

6. Koridor VI : Korpri – Kota Baru

Selain moda angkutan umum Bus Trans Lampung, terdapat juga moda angkutan

umum informal yang dapat digunakan oleh wisatawan menuju destinasi wisata di

Kabupaten Pesawaran berupa mobil bak terbuka yang dibagian atasnya terpasang

terpal sebagai pelindung dari sinar matahari. Angkutan informal ini biasanya

digunakan oleh masyarakat dengan untuk melakukan berbagai aktivitas kegiatan

Page 6: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

yang berbeda-beda, seperti sekolah, bekerja dan sebagainya. Titik keberangkatan

yaitu dari Gudang Garam Kecamatan Teluk Betung dan tarif yang dikenakan adalah

tergantung dari jauh dekatnya jarak perjalanan penumpang. Untuk perjalanan dari

Gudang Garam menuju Pelabuhan Ketapang dikenakan biaya Rp.10.000 hingga

Rp. 15.000 (Backpackerlampung, 2016).

E. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Uji validitas dan uji reabilitas digunakan untuk melihat apakah data dapat

digunakan/dilanjutkan ke analisis selanjutnya. Untuk mengetahui keaslian data

(reabilitas) dilihat berdasarkan P-Value pada Hosmer-Lemeshow test (Putri, 2018)

Uji validitas digunakan untuk melihat kevalidan data yang digunakan dalam

penelitian dengan menggunakan P-Value pada Pearson Test. Syarat nilai P-Value

≥ 0,05, sedangkan syarat untuk Hosmer-Lemeshow test adalah P-Value < 0,2 yang

berarti sangat rendah, 0,2 < P-Value < 0,4 artinya rendah, 0,4 < P-Value < 0,7

artinya sedang, 0,7 < P-Value < 0,9 artinya tinggi dan 0,9 < P-Value < 1,0 memiliki

arti sangat tinggi (Basuki, 2015). Dalam penelitian ini didapatkan P-Value sebesar

0,855 yang artinya data dalam penelitian ini valid, sedangkan P-Value dari Hosmer-

Lemeshow test sebesar 0,985, artinya reabilitas data pada penelitian ini sangat

tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan software MiniTAB diketahui bahwa dari 16

faktor yang diteliti dalam penelitian ini, terdapat 2 (dua) faktor yang paling

memengaruhi dalam pemilihan moda yaitu X10 yang merupakan faktor

kenyamanan dan X16 yang merupakan rit perjalanan bus. Kedua faktor tersebut

terdapat didalam persamaan utilitas yang didapatkan dari hasil oleh MiniTAB.

Hasil perhitungan menggunakan MiniTAB 17 didapatkan nilai koefisien

determinasi R2 sebesar 63,89%. Semakin besar nilai R2 maka semakin kuat

kemampuan model yang diperoleh untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya

(O.Z, 2008). Oleh karena itu, faktor kenyamanan dan rit perjalanan dapat

menjelaskan faktor pemilihan moda angkutan umum Bus Trans Lampung Stasiun

Tanjung Karang – Pelabuhan Ketapang sebesar 63,89%, sedangkan sisanya sebesar

31,11% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

𝑈𝑇 = −14.53 + 2.249 𝑋10 + 0.745𝑋16

Keterangan:

UT = Nilai Utilitas Moda Angkutan Umum Bus Trans Lampung

X10 = Kenyamanan Moda Angkutan Umum Bus Trans Lampung

X16 = Rit perjalanan Moda Angkutan Umum Bus Trans Lampung

Setelah diketahui persamaan utilitas, maka selanjutnya dapat diketahui model

peluang dari masing-masing moda angkutan umum, yaitu:

PUmum =Exp(UT)

1 + Exp (UT)

PPribadi = 1 − PUmum

Page 7: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Keterangan:

PPribadi = Peluang Pemilihan Moda Angkutan Umum

PUmum = Peluang Pemilihan Moda Angkutan Pribadi

UT = Nilai Utilitas Moda Angkutan Umum Bus Trans Lampung

Sudah didapatkannya peluang masing-masing dari moda angkutan, langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan

untuk mengetahui dan memahami perubahan nilai dari peluang pemilihan moda

angkutan pribadi ke pemilihan moda angkutan umum Bus Trans Lampung apabila

dilakukan perubahan pada pelayanannya berdasarkan faktor-faktor yang paling

memengaruhi. Setelah dilakukan analisis sensitivitas, didapatkan beberapa skenario

yang dapat dilihat sebagai berikut:

1. Perubahan peluang kenyamanan

Gambar 1 Skenario Perubahan Peluang Kenyamanan pada Moda Angkutan Umum Bus Trans Lampung dan Moda Angkutan Pribadi

Berdasarkan gambar di atas yang didapatkan dari hasil perhitungan diketahui

bahwa wisatawan bersedia beralih menggunakan Bus Trans Lampung sebagai

transportaso pariwisata jika kenyamanan yang diberikan oleh moda angkutan

umum tersebut bernilai lebih dari tujuh. Hal tersebut terlihat dari nilai perpotongan

yang terjadi pada Gambar 1.

2. Perubahan peluang rit perjalanan bus

Gambar 2 Skenario Perubahan Peluang Rit Perjalanan Bus pada Moda Angkutan Umum

Bus Trans Lampung dan Moda Angkutan Pribadi

0

0.5

1

1.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Bus Trans Lampung Angkutan Pribadi

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20Bus Trans Lampung Angkutan Pribadi

Page 8: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Setelah itu dilakukan perhitungan perubahan peluang pada faktor lain yang

memengaruhi yaitu rit perjalan bus. Dapat di lihat pada Gambar … bahwa titik

perpotongan terjadi pada nilai lebih dari 19, artinya bahwa wisatawan baru bersedia

beralih menggunakan moda angkutan umum yaitu Bus Trans Lampung jika rit

perjalanan bus yang dilakukan sangat banyak.

Analisis Sensitivitas

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan atau pergeseran nilai peluang

dari moda angkutan pribadi ke moda angkutan umum jika dilakukan perubahan

nilai pada faktor pemilihan moda angkutan umum Bus Trans Lampung,

berdasarkan faktor yang paling berpengaruh. Output dari analisis ini akan

digunakan untuk mengetahui bagaimana pengoptimalan moda angkutan umum Bus

Trans Lampung. Analisis sensitivitas yang akan dilakukan oertama yaitu faktor

kenyamanan terhadap rit perjalanan ini, hal tersebut dimaksudkan bahwa ketika

kenyamanan yang disediakan oleh Bus Trans Lampung sebesar sekian, maka

dibutuhkan angka nilai berapa untuk membuat wisatawan bersedia menggunakan

Bus Trans Lampung dibandingkan dengan moda angkutan pribadi. Keenam

skenario tersebut akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat

rekomendasi pengoptimalan. Skenario tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 9: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Gambar 3 Skenario Peluang Pemilihan Moda Angkutan Pribadi ke Moda Angkutan

Umum Bus Trans Lampung Akibat Perubahan Faktor Kenyamanan Terhadap Faktor Rit Perjalanan Bus.

Pada skenario pertama, diketahui bahwa ketika kenyamanan bernilai 1, terdapat

perpotongan pada nilai 17 yang artinya jika ingin membuat wisatawan bersedia

menggunakan Bus Trans Lampung maka rit perjalanan yang dilakukan harus sangat

banyak. Skenario kedua, ketika nilai kenyamanan bernilai 2 maka rit perjalanan bus

yang harus disediakan oleh Bus Trans Lampung bernilai 14. Begitupun dengan

skenario-skenario selanjutnya, dimana ketika kenyamanan terus ditingkatkan maka

rit perjalanan bus yang diharapkan oleh wisatawan terjadi penurunan nilai. Skenario

keempat merupakan skenario sensitivitas terakhir yang mendapakan nilai

perpotongan. Ketika kenyamanan yang disediakan oleh Bus Trans Lampung

bernilai 4 maka wisatawan bersedia menggunakan moda tersebut apabila rit

perjalanan bus bernilai 8.

Selanjutnya akan dilakukan perhitungan perubahan nilai pada faktor rit perjalanan

bus terhadap kenyamanan untuk mengetahui peluang pergeseran yang akan terjadi.

Berdasarkan analisis, didapatkan tiga skenario yaitu ketika ritasi bus bernilai 1, 2

dan 3. Skenario sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa ketika rit perjalanan bus

bernilai 1 maka kenyamanan yang dibutuhkan agar wisatawan bersedia

menggunakan moda angkutan umum Bus Trans Lampung yaitu bernilai 5. Ketika

dilakukan perubahan faktor rit perjalanan bus menjadi bernilai 3, maka untuk

membuat wisatawan bersedia menggunakan moda angkutan umum diperlukan rit

perjalanan bernilai 3. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak rit perjalanan bus

yang dilakukan maka nilai kenyamanan untuk membuat wisatawan bersedia

menggunkan Bus Trans Lampung dapat semakin kecil.

Page 10: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

Berdasarkan skenario sensitivitas di atas maka rekomendasi pengoptimalan yang

dapat disusun yaitu dengan cara meningkatkan faktor kenyamanan dan rit

perjalanan bus. Hal tersebut karena kedua faktor tersebut merupakan faktor yang

paling berpengaruh dalam pemilihan moda angkutan umum berdasarkan preferensi

wisatawan itu sendiri. Namun dalam praktiknya, dalam perencanaan pasti terdapat

beberapa hal yang dijadikan pertimbangan yang merupakan keterbatasan dalam

sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, jika terdapat keterbatasan maka hal

yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan pada salah satu faktor yang

paling membutuhkan perbaikan. Faktor tersebut dapat diketahui jika dilihat dari

tingkat sensitivitas yang sudah di uji antar faktor pengaruh.

Berdasarkan analisis sensitivitas yang sudah dilakukan, faktor kenyamanan

merupakan faktor yang memiliki tingkat sensitivitas lebih tinggi dibandingkan

faktor rit perjalanan bus. Semakin tinggi sensitivitas yang didapatkan oleh faktor

maka semakin besar juga pengaruh yang akan diberikan kepada faktor lainnya.

Oleh karena itu, rekomendasi pengoptimalan yang diberikan dalam penelitian ini

yaitu dengan meningkatkan faktor kenyamanan untuk menarik minat wisatawan

menggunakan moda angkutan pribadi. Hal tersebut relevan jika dibandingkan

dengan meningkatkan faktor rit perjalanan, karena untuk meningkatkan rit

perjalanan bus maka perlu diperhitungkannya juga biaya yang harus dikeluarkan.

Rit perjalanan bus bekaitan dengan biaya operasional dan beberapa hal yang

meliputi jumlah armada yang akan disediakan, jumlah penumpang yang menaiki

bus pada sekali rit perjalanan, jarak menuju tempat wisata dari titik keberangkatan,

biaya bahan bakar yang dikeluarkan dan sebagainya. Oleh karena itu peningkatan

Page 11: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

rit bus bukan merupakan rekomendasi untuk mengoptimalkan minat wisatawan

dalam menggunakan moda angkutan umum Bus Trans Lampung.

Berbeda hal nya jika faktor kenyamanan yang ditingkatkan. Kenyamanan memang

merupakan sesuatu yang sifat penilaiannya subjektif dan objektif. Namun menurut

Gray:1979 yang menyebutkan bahwa kenyamanan dapat meliputi kenyamanan

fisik penumpang, keindahan dan lingkungan. Kenyamanan fisik penumpang

merupakan kenyamanan yang dirasakan oleh penumpang ketika berada di dalam

kendaraan maupun ditempat pemberhentian, seperti misalnya kenyamanan tempat

duduk atau tempat berdiri, kemudahan pada waktu masuk dan keluar kendaraan,

tempat meletakkan barang dan sebagainya. Keindahan dapat berupa tempat duduk

yang bersih atau tempat pemberhentian yang menarik. Sedangkan lingkungan

meliputi suasana yang dirasakan ketika berada di dalam kendaraan, seperti misalnya

lingkungan yang tenang karena tidak adanya pengamen yang masuk ke dalam

kendaraan sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Kenyamanan menurut Dirjen

Perhubungan Darat menerangkan bahwa kenyamanan dapat berarti sesuatu yang

berkaitan dengan ketersediaan tempat duduk, perlindungan dari cuaca, serta

memiliki sirkulasi yang baik.

Karenanya jika terdapat keterbatasan biaya dalam operasionalnya, maka faktor

kenyamanan yang harus telebih dahulu ditingkatkan agar sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh wisatawan. Sehingga wisatawan bersedia menggunakan Bus Trans

Lampung sebagai transportasi wisata. Namun bukan berarti rit perjalanan bus yang

dapat disediakan mengalami penurunan. Kenyamanan ditingkatkan dengan asumsi

bahwa rit perjalanan bus yang sudah ada saat ini berjumlah 3 sudah cukup untuk

mengakomodir wisatawan yang ingin melakukan kunjungan wisata. Berbeda

hasilnya jika rit perjalanan yang nantinya akan disediakan mengalami penurunan

jumlah, misalnya menjadi satu atau dua rit dalam sehari. Maka preferensi

wisatawan terhadap kenyamanan akan memiliki nilai yang lebih tinggi dari

sebelumnya. Oleh karena itu, rekomendasi pengoptimalan yang akan dilakukan

pada faktor kenyamanan terlebih dahulu, dilakukan dengan syarat rit perjalanan bus

yang ada tetap seperti saat ini (berjumlah 3). Rit perjalanan bus berjumlah 3 yang

ada saat ini dinilai masih dapat mengakomodir wisatawan yang ada.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka didapatkan beberapa

temuan studi yaitu:

1. Terdapat dua faktor yang paling memengaruhi wisatawan untuk bersedia

beralih menggunakan moda angkutan umum Bus Trans Lampung, yaitu faktor

kenyamanan dan rit perjalanan bus.

2. Skenario sensitivitas yang didapatkan pada faktor kenyamanan terhadap rit

perjalanan bus adalah enam, sedangkan sensitivitas yang didapatkan pada

faktor rit perjalanan bus terhadap kenyamanan adalah tiga.

3. Faktor kenyamanan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan rit perjalanan bus, oleh karena itu rekomendasi pengoptimalan yang

diberikan yaitu dengan cara meningkatkan faktor kenyamanan terlebih dahulu.

Page 12: OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN BUS TRANS …

Muhammad Zainal Ibad dan Ayu Fitriyani, OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODA

ANGKUTAN BUS TRANS LAMPUNG DALAM PENINGKATAN KONEKTIVITAS

TRANSPORTASI WISATA KAWASAN TELUK LAMPUNG

DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Adian. 2017. Trans Lampung Utama Tawarkan Layanan Bus dan Taksi

Harga Terjangkau dan Nyaman.

Anggoman, J. P. 2007. Studi Tingkat Pelayanan Moda Angkutan Umum Damri di

Kota Manado. Tesis.

Tamin, O. Z. 2008. Perencanaan, Permodelan, & Rekayasa Transportasi. Bandung:

ITB.

Rahman, R. 2009. Studi Pemilihan Moda Angkutan Umum Antar Kota

Menggunakan Metode Stated Preference. Jurnal SMARTEK. Vol 7, No. 4.

November. 229-243.

Melati, F. 2018. Analisis Strategi Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran Provinsi

Lampung Dalam Mengembangkan Objek Wisata Di Pantai Sari Ringgung.

Tesis.

Sulistyorini, R. 2014. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandar

Lampung: Garaha Ilmu.

Setiadi, I. B. 2015. Potensi Angkutan Umum Pariwisata Di Daerah Istimewa

Yogyakarta. FSTPT International Symposium. Bandar Lampung: Unila.

Lesatri, Suthanaya, & Wedagama. 2017. Perencanaan Sistem Operasional

Angkutan Wisata Di Kota Denpasar. Jurnal Spektran. 64 – 70.

Tambunan, N. 2009. Posisi Transportasi Dalam Pariwisata. Majalah Ilmiah

Panorama Nusantara, Edisi VI. Januari -Juni.

Kurniati, Y. F. 2001. Model Regregi Logistik Untuk Analisis Data Biner. Skripsi.

PUTRI, F. L. 2018. Kajian Pelayanan Moda Angkutan Umum Bus Trans Lampung

Rute Unila – Itera Terhadap Civitas Akademika Itera. Tugas Akhir.

Basuki, A. T. 2015. Bahan Ajar Ekonometrika. Universitas Muhammadiyah.