open frraktur metatarsal digiti i pedis sinistra

9
LAPORAN PENDAHULUAN OPEN FRAKTUR META T ARSAL DIGITI I PEDI S SINISTRA 1. PENGERTIAN Fraktur adalah patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. ( Price, Sylvia Anderson, !!" # $% & fraktur dibagi menjadi # . . Fr aktur te rt ut up ( si mple fr actu re & Adalah fraktur dimana kulit dtembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan. .'. Fr aktur t er buka ( compound f ra ctur e & Adalah fraktur dimana kulit dari esktremitas yang terlibat telah ditembus. 2. ETIOLOGI '.. rauma langsung )enyebabkan fraktur*patang tulang pada titik terjadinya trauma itu '.'. rauma tidak langsung )enyebabka n fra ktur*p atan g tul ang pada tempat yang jauh dar i tempat terjadinya trauma. '.%. Adan ya me tas tase tu lang yang da pa t mel un akka n stru kt ur tul ang dan menyebabkan fraktur. '.+. Ada nya peny akit p rimer, seperti asteop horasis ( . -e rswari, !$+ # + &

Upload: willy-kusmana-junior-part-ii

Post on 09-Oct-2015

1.140 views

Category:

Documents


61 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

OPEN FRAKTUR METATARSAL DIGITI I PEDIS SINISTRA

1. PENGERTIAN

Fraktur adalah patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

( Price, Sylvia Anderson, 1995 : 1183 )

fraktur dibagi menjadi :

1.1. Fraktur tertutup ( simple fracture )

Adalah fraktur dimana kulit dtembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.

1.2. Fraktur terbuka ( compound fracture )

Adalah fraktur dimana kulit dari esktremitas yang terlibat telah ditembus.

2. ETIOLOGI

2.1. Trauma langsung

Menyebabkan fraktur/patang tulang pada titik terjadinya trauma itu

2.2. Trauma tidak langsung

Menyebabkan fraktur/patang tulang pada tempat yang jauh dari tempat terjadinya trauma.

2.3. Adanya metastase tulang yang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur.

2.4. Adanya penyakit primer, seperti asteophorasis

( E. Verswari, 1984 : 147 )

3. PATOFISIOLOGI

Kecelakaan/trauma langsung

Trauma tidak langsung

Metastase tulang

Penyakit primer

4. TANDA DAN GEJALA

4.1. Tanda-tanda klasik fraktur

Nyeri

Deformitas

Perubahan bentuk

Kropitasi

Pergerakan abnormal

Bengkak

4.2. Gejala-gejala fraktur

Gejala yang tampak adanya deformitas argulasi. Daerah yang patah tampak bengkak juga ditentukan nyeri gerak dan nyeri tekan.

Gejala pasti adalah :

Kelainan bentuk pada bagian yang patah (deformitas)

Kropitasi terasa atau terdengar bila fraktur digerakkan

Tampak adanya fragmen tulang yang keluar pada fraktur komplikasi

Pemeriksaan radiologi tampak adanya fraktur

( Mansjoer Arif, dkk, 2000 : 357 )

5. KOMPLIKASI

5.1. MAL UNION (adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.

5.2. Delayed Union (adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

5.3. Non Union (adalah tulang yang patah dapat menjadi komplikasi yang membahayakan bagi penderita.

( Sylvia. A. Price, 1995 )

6. PEMRIKSAAN PENUNJANG

6.1. Foto Rontgen

Untuk mengetahui lokasi fraktur fan garis fraktur secara langsung.

Mengetahui tempat dan type fraktur.

Biasanya foto rontgen diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik.

6.2. Skot tulang tomography scor c.l ( dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

6.3. Antelegram ( diperlukan bila dicurigai ada kerusakan vaskuler

6.4. Hitung darah lengkap ( H+ mungkin meningkat (hemakonsentrasi) ataupun menurun. Perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple.

6.5. Perubahan krofil koagulasi dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi, trauma multiple atau cidera hati.

( Marlyn E. Doengoes, 1999 : 762 )

7. PENATALAKSANAAN

Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan mengakibatkan komplikasi infeksi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam (golden period).

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

Artitetanus serum (ATS) atau tetanus humanglobulin

Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi

Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka dengan tekhnik denbridement.

( Arif Mansjoer, 2001 : 348 )

INSTEK PINNGING

A. Pengertian (suatu tekhnik instrumentasi pada fraktur yang akan dilakukan tindakan pemasangan wire.B. Tujuan (( memperlancar jalannya operasi mempertahankan instrument secara steriil dapat mengatur alat yang sistematis di meja mayoC. Persiapan Pasien ( 1. Persetujuan Operasi 2. Rekam medik (status dan inform content)

3. Terpasang cairan infus

4. Menjelaskan prosedur tindakan operasi

5. Melepas semua pakaian, perhiasaan dan diganti dengan pakaian operasi.

6. Alat dan obat-obatan

D. Persiapan Alat

1. Alat steril

Set dasar yang disiapkan :

1. Desinffeksi klem

1

2. Doek klem

6

3. Pinset chirurgi panjang

1

4. Pinset chirurgi sedang

2

5. Pinset anatomi panjang

1

6. Pinset anatomi sedang

1

7. Hard vet mess besar/kecil

2/1

8. Arteri klem pean bengkok besar

6

9. Arteri klem pean bengkok sedang

6

10. Arteri kelm kocker panjang

6

11. Arteri klem kocker sedang

6

12. Nald voeder

2

13. Gunting merzembum

2

14. Gunting benang

2

Set tambahan

1. Bor

15. Hak gigi tajam 42

2. Tang

16. K. wire 1,8

1

3. Pemotong

17. K. wire 2,0

2

4. Langen Back

2

Alat Penunjang

1. Linen set ( ( Gaun

3

Duk besar

3

Duk kecil

5

Sarung bantal1

Perlak

2

Waslap

3

Pembungkus 2

2. Senur Diatermi

1

3. Cucing

1

4. Bengkok

1

5. Hard scoon sesuai kebutuhan

6. Jarum set

7. Kassa, depresi

8. Isodine

9. Pz

10. Benang ( Safil3/0

Davillon3/0

2. Alat On Steril

1) Gunting verban

2) Plat diatormi

3) Mesin diatormi

4) Hipafik

5) Lampu operasi

6) Meja operasi

7) Meja mayo

8) Meja instrument

9) Standart infus

10) Tempat sampah umum

Medis

E. Anasthesi ( SAB ( SUB ARAKHBDID BLOCK )

1. Persiapan alat dan obat

Anasthesi set1

Spinoken

1

Spuit 5 cc

1

Lidodex 5 %

Alkohol

2. Prosedur

Jelaskan pada klien mengenai tindakan

Atur posisi klien miring kiri

Siapkan lidodex 5 % dan adrenalin 0,2 ml

Desinfeksi dengan alkohol di daerah antara lumbal 3-4, block setinggi thorakal

Ambil pertengahan dengan sudut 90o Menjadi block selama 20-30 menit

Indikator berhasil : terjadi vaso dilatasi, tidak nyeri

F. Proses Jalannya Operasi

1. Perawat instrument cuci tangan, memakai gaun steril dan hand scoon steril, kemudian menyiapkan alat-alat yang akan digunakan diatas meja mayo.

2. Operator dan asisten cuci tangan, memakai gaun steril dan hand scoon steril

3. Operator disiapkan cairan-cairan pz untuk membersihkan dan larutan isodine untuk desinfeksi didaerah pembedahan.

4. Mempersempit daerah operasi dengan memberikan ke operator dan asisten duk besar dan duk kecil untuk melakukan drapping lalu di jepit dengan doek klem.

5. Perawat instrument mendekatkan meja mayo ke lapangan operasi.

6. Perdarahan diatasi dengan senur diatermi.

7. Dilakukan reposisi, setelah tereposisi dengan baik, siapkan k. wire 1,8 dan k. wire 2,0 potong menjadi 2 bagian dengan pemotong, pasang k. wire di bor.

8. Cuci luka operasi dengan perhidrol : isodine = 1 : 2.

9. Jahit lapis demi lapis otot, lemak dengan safil 3/0 dan Davillon 3/0.

10. Setelah jahitan selesai bersihkan luka dengan kasa yang dibasahi savlon. Kemudian keringkan dengan kasa steril.

11. Tutup luka operasi dengan sufratul kemudian kasa lalu balut dengan velban 3 dan elatic bardage 3.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medis Aesculapus, FKUI.

Buku Panduan Anasthesi

Lynda Juall Carpento, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC

Marlyn. E, Doengoes, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Sylvia A. Price, dkk, 1995. Patofisiologi, Jakarta, EGC.

Fraktur Metarsal

Fraktur terbuka

Fraktur tertutup

Tulang

Tindakan Operasi

Otot

Pembuluh darah pecah

Saraf

Keterbatasan aktifitas

Kerusakan struktur ligamen, tandon dan kulit

Pendarahan

Gangguan

integritas kulit

Luka

Penggumpalan eksudat

Resiko tinggi

infeksi

Kerusakan diskontinuitas

Nyeri

Ketakutan/cemas

Pembedahan (operasi)

Efek Anasthesis regional

Diskontinuitas jaringan

Resiko tinggi infeksi

Rusaknya salah satu fungsi tubuh

Nyeri

Gangguan pola aktifitas

Diskontinuitas