omsk

19
PENGERTIAN Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran.(Arif Mansjoer, 2001 : 82). Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri. ETIOLOGI. Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalahterapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadiakibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer,2001 : 82). Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

Upload: alifiahwulansarihidayat

Post on 29-Dec-2015

188 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Omsk

    PENGERTIAN

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran.(Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri.

         ETIOLOGI.

Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalahterapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadiakibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer,2001 : 82).

Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

PATOFISIOLOGI.

OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang.(Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Page 2: Omsk

OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga kolesteotoma bertambah besar.

PATHWAY OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

Page 3: Omsk

TANDA DAN GEJALA

Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Page 4: Omsk

 Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga. (www.health central.com, 2004).

1.             Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi  saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan

produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2.             Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani

serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3.             Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman 

Page 5: Omsk

komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4.             Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga

timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu

dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

TANDA KLINIS

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

a.              Adanya Abses atau fistel retroaurikular

b.             Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

c.              Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

d.             Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

6.             PENATALAKSANAAN.

Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 - 83 :

Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena :

                  1.               Adanya perforasi membran timpani yang permanen

                  2.               Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,

                  3.               Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid

                  4.               Gizi dan kebersihan yang kurang.

Page 6: Omsk

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Infeksi telinga tengah dan mastoid.

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.

Jenis pembedahan pada OMSK.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain adalah sebagai berikut :

1.      mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy),

2.       mastoidektomi radikal,

3.      mastoidektomi radikal dengan modifikasi,

Page 7: Omsk

4.      miringoplasti,

5.      timpanoplasti,

6.      pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.

Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.

1.             Mastoidektomi sederhana.

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

2.             Mastoidektomi Radikal.

Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

3.             Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)

Page 8: Omsk

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.

Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

4.             Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

5.             Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Menurut Fung 2004, terapi difokuskan kepada penghilangan gejala dan infeksi. Antibiotik mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi antibiotik biasanya untuk jangka panjang, yaitu melalui pemberian per oral atau tetes telinga jika ada perforasi membran tympani. Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin cocok untuk membuka tuba eustachius. Pembedahan dengan membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan maksud untuk mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah ditelinga dalam.

Decangestan atau antibismin dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan dari tuba eustachius.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.

Page 9: Omsk

6.             Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.

Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior ling telinga).

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

7.             PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagaiberikut :

1.             Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

ü   Normal                    : -10 dB sampai 26 dB

ü   Tuli ringan               : 27 dB sampai 40 dB

ü   Tuli sedang             : 41 dB sampai 55 dB

ü   Tuli sedang berat    : 56 dB sampai 70 dB

ü   Tuli berat                 : 71 dB sampai 90 dB

Page 10: Omsk

ü   Tuli total                 : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias membantu :

a.             Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

b.             Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif30-50 dB apabila disertai perforasi.

c.             Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d.            Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

             2.                   Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilaidiagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

a.             Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dariarah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.

b.             Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akantampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

c.             Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosusdan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini 

Page 11: Omsk

menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibatkolesteatom.

d.            Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

8.             PROGNOSIS

Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan. Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius (Fung, 2004).

9.             KOMPLIKASI

·                Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan atau ketulian.

·                Mastuiditis

·                Cholesteatoma

·                Abses apidural (peradangan disekitar otak)

·                Paralisis wajah

·                Labirin titis.

(Fung, 2004)

Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 :

Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis, labirinitis supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural, abses subdural, meningitis, abses otak, dan hidrosefalus otitis.

10.         DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.              Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo

Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :

-          Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing

-          Mengembalikan keseimbangan tubuh

Page 12: Omsk

-          Mengurangi terjadinya trauma

Intervensi :

a.             Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien

b.             Observasi tanda vital

c.             Beri lingkungan yang aman dan nyaman

d.            Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing

e.             Penuhi kebutuhan pasien

f.              Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien  bepergian

g.             Kolaborasi pemberian analgetik

h.             Evaluasi :

-                 Pusing berkurang

-                 Pasien tidak mengalami injuri

b.             Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan OMA yang tepat.

Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat

Intervensi :

a.             Kaji tingkat pengetahuan pasien

b.             Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien

c.             Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk memberikan gambaran pada pasien tentang keberhasilan

d.            Beri upaya penguatan pada pasien

e.             Gunakan bahasa yang mudah dipahami

f.              Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya

g.             Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien

Page 13: Omsk

h.             Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien

i.               Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan prosedur

j.               Beri pujian atau reinforcement positif pada klien

k.             Evaluasi :

- Pasien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi

- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.

c.              Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan

Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang

Intervensi :

a.             Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan

b.             Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan pembedahan

c.             Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien

d.            Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien

e.             Evaluasi :

-          Pasien tidak cemas

-          Keluarga mau menemani pasien

Post Operasi :

1.             Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi

Tujuan : Nyeri pasien berkurang

Intervensi :

Page 14: Omsk

a.             Kaji tingkat nyeri pasien

b.             Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

c.             Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri

d.            Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring

e.             Beri posisi yang nyaman

f.              Kolaborasi pemberian analgetik

g.             Evaluasi : Nyeri hilang

2.              Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi

Intervensi :

a.             Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi

b.             Observasi pasien

c.             Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi

d.            Kaji keadaan daerah poerasi

e.             Ganti tampon setiap hari

f.              Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid

g.             Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu

h.             Anjurkan pasien untuk kontrol

i.               Kolaborasi pemberian antibiotic

j.               Evaluasi :

-  Infeksi tidak terjadi

-  Luka operasi dalam kondisi baik

Page 15: Omsk

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Otitis Media Chronic, http://www.healthcentral.com

Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com

Mansjoer, Arif. dkk. (2001). Kapita Selwkta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk MAHASISWA KEPERAWATAN. Jakarta : Trans Info Media.