omsk kumpul

29
0 Laporan Kasus OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS Oleh : NAMA : Alief Abni Bernindra NIM : H1A 010 023 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKITTELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

Upload: alnaj

Post on 12-Nov-2015

267 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

19

Laporan KasusOTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Oleh :

NAMA: Alief Abni Bernindra

NIM: H1A 010 023

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKITTELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM

2014BAB I

PENDAHULUANOMSK merupakan salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara, terutama di Negara berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% atau diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia1,2.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastois, dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila infeksi berlangsung kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk3.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga luar Daun Telinga Liang telinga Telinga tengah Berbentuk kubus (6 sisi), dg batas-batas:

Luar: membran timpani Depan: tuba eustachius Bawah: vena jugularis (bulbus jugularis) Belakang: aditus ad Antrum, kanalis facialis pars vertikalis Atas: tegmen timpani (menigen/ otak) Medial: berturut-turut dari atas ke bawah yaitu kanalis semisirkularis horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan promontorium.

Gambar 1. Batas Telinga Tengah

Organ telinga tengah:

Membran timpani

Tuba eustachius

Antrum mastoid

Aditus ad Antrum

Kavum timpani

Telinga dalam Koklea VestibulerMEMBRAN TIMPANI Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari liang telinga yang terdiri dari 2 pars: Pars flaksida (Membran Shrapnell): bagian atas, tidak memiliki membran propria. Terdiri dari dua lapisan (luar: lanjutan epitel kulit MAE; dalam: lapisan sel kubus bersilia, seperti mukosa saluran nafas atas)

Pars tensa (membran propria): bagian bawah. Ada satu lapisan tambahan di antara lapisan epitel kulit dan sel kubus bersilia, yang terbentuk dari serat kolagen dan sedikit serat elastin, bagian dalam tersusun radier dan luar tersusun sirkuler. Memiliki empat buah kuadran sesuai dengan garis khayal searah daerah prosesus longus maleus dan garis mendatar tegak lurus umbo: Kuadran antero-superior

Kuadran Antero-inferior

Kuadran Postero-superior

Kuadran Postero-inferior

2.2 Definisi

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah menetap atau berulang dan biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah1,4,5.

Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK tipe ganas). OMSK tipe ganas ini dapat menimbulkan komplikasi kedalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal2.

2.3 Epidemiologi

OMSK adalah salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara, terutama berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang1,2.Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% atau diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia2.

2.4 Etiologi

Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi. Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Proses infeksi ini sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak2,6,7.Beberapa penyebab OMSK antara lain 6,7 :

1. Lingkungan

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi5. Infeksi saluran nafas atas

6. Autoimun

7. Alergi

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK6,7 :

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.

4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

2. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

3. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

4. Perforasi membran timpani yang menetap.

5. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah.

6. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.

7. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

8. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.2.5 Patogenesis

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. OMA dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Sumbatan Tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama terjadinya OMA3,6.

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OMA daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah.Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah.Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan peningkatan pengeluaran sekret. Perforasi membran timpani terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri. Penyembuhan OMA ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana, membran timpani yang berangsur normal dan kemudian menutup serta sekret yang tidak ada lagi. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 2 bulan maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)2,3.

2.6 Klasifikasi OMSK

OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu2:

1. Tipe tubotimpanalTipe tubotimpanal disebut juga sebagai tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya sentral. Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

2. Tipe atikoantral

Beberapa nama lain digunakan untuk tipe ini OMSK tipe tulang karena penyakit menyebabkan erosi tulang, tipe bahaya ataupun sering disebut sebagai chronic supurative otitis media with cholesteatoma. Perforasi membran timpani yang terjadi pada tipe ini biasanya perforasi yang marginal yang dihasilkan dari suatu kantong retraksi dan muncul di pars plasida, merupakan perforasi yang menyebabkan tidak ada sisa pinggir membran timpani (annulus timpanikus). Oleh sebab itu dinding bagian tulang dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat terlibat dalam proses inflamasi sehingga tipe ini disebut penyakit atikoantral.

Kolesteatoma pada OMSK tipe atikoantral adalah suatu kantong retraksi yang dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris keratin yang muncul dalam ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal. Kolesteatoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang, dan menyebabkan infeksi kronik sehingga suatu otitis media kronik dengan kolesteatoma sering dikatakan sebagai penyakit yang tidak aman dan secara umum memerlukan penatalaksanaan bedah.

2.7 Gejala Klinik OMSK

Gejala Klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK adalah sebagai berikut :

1. Telinga Berair (Otorrhoe)Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan PendengaranBiasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. VertigoKeluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

2.8 Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara2 :

1. Anamnesis

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

4. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

2.9 Penatalaksanaan

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2) infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga matoid, dan (4) gizi dan higiena yang kurang3.

A. Terapi OMSK tipe aman

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah dengan konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada OMSK adalah Polimiksin B atau Polimiksin E, Neomisin, dan Kloramfenikol. Secara oral diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selam 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

B. Terapi OMSK tipe bahaya

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelebul dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi. Terdapat beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi pada OMSK dengan komplikasi mastoiditis yaitu (1) mastoidektomi sederhana, (2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal dengan modifikasi, (4) miringoplasti, (5) timpanoplasti, dan (6) pendekatan ganda timpanoplasti.

2.10 Komplikasi

Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk patologik ini tergantung kelainan yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang purulen. Klasifikasi otitis media menurut adams dkk (1989) adalah sebagai berikut3 :

1. Komplikasi di telinga tengah :

Perforasi membran timpani persisten

Erosi tulang pendengaran

Paralisis nervus facialis

2. Komplikasi di telinga dalam :

Fistula Labirin

Labirinitis supuratif

Tuli saraf (sensorineural)

3. Komplikasi ekstradural :

Abses ekstradural

Thrombosis sinus lateralis

Petrositis

4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :

Meningitis

Abses otak

Hidrosefalus otitisBAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. AMUmur

: 83 tahun

Jenis Kelamin : Laki-lakiAlamat

: MataramANAMNESIS

Keluhan utama :

Keluar cairan dari telinga kiri. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poliklinik THT RSUP Mataram pada tanggal 13 Agustus 2014 dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak tiga hari yang lalu, tampak cairan yang keluar berwarna jernih kekuningan, sedikit kental, tidak berbau, dan tidak disertai keluar darah. Pasien juga mengatakan pendengarannya berkurang sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan demam. Pasien tidak mengeluh batuk, tidak berdahak, nyeri tenggorok (-). Saat ini pilek, bersin-bersin, dan hidung tersumbat disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu :Pasien mengatakan pernah keluar dulu tapi awal terjadinya pasien sudah tidak ingat. Pasien juga memiliki riwayat kencing manis sejak 17 tahun yang lalu, dan memiliki riwayat hipertensi.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada pada keluarga pasien yang mengalami kencing manis dan hipertensi..

Riwayat alergi :

Tidak ada alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan.

Riwayat Pengobatan :

Sebelumnya empat hari yang lalu pasien berobat ke Puskesmas dan diberikan obat tetes telinga akan tetapi tidak mengalami perubahan.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

Tanda vital :

TD : 180/100 mmHg

HR : 88 x/menit

RR: 18 x/menit

Suhu: Teraba normal

Status Lokalis

Pemeriksaan telinga

No.Pemeriksaan TelingaTelinga kananTelinga kiri

1.Daun telingaBentuk dan ukuran dbn, edema (-), hiperemi (-), hematoma (-), fistula (-), massa (-), nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan retroaurikula (-).Bentuk dan ukuran dbn, edema (-), hiperemi (-), hematoma (-), fistula (-), massa (-), nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan retroaurikula (-).

2.Liang telinga luarSerumen (-), Tampak cairan (+), Edema (-), Hiperemi (+), Furunkel (-)Serumen (-), Tampak cairan mukopurulen dan terus menerus keluar. Edema (-), hiperemi (-), furunkel (-)

3.Membran timpaniPerforasi (+) perforasi sentral, sekret (-), retraksi (-), bulging (-), cone of light (-), pulsasi (-).Perforasi (-), sekret (-), retraksi (-), bulging (-), cone of light (-), pulsasi (-).

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan HidungHidung kananHidung kiri

Hidung luarBentuk (dbn), inflamasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)Bentuk (bdn), inflamasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)

Rinoskopi anterior

Vestibulum nasidbn, ulkus (-)dbn, ulkus (-)

Cavum nasiBentuk (dbn), mukosa hiperemia (-) Bentuk (dbn), mukosa hiperemia (-)

Meatus nasi mediaMukosa hiperemia (-) , sekret (-), massa (-)Mukosa hiperemia (-) , sekret (-), massa (-)

Konka nasi inferiorEdema (-), mukosa hiperemi (-), sekret (-), livide (-)Edema (-), mukosa hiperemi (-), sekret (-), livide (-)

Septum nasiDeviasi (-), benda asing (-), perdarahan (-), ulkus (-)Deviasi (-), benda asing(-), perdarahan (-), ulkus (-)

Palpasi sinus maksila dan frontalNyeri tekan (-)Nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Tenggorokan

Mukosa Bukalberwarna merah muda, hiperemia (-)

LidahNormal

UvulaNormal

Palatum moleUlkus (-), hiperemi (-)

FaringMukosa hiperemi (-), membran (-), granul (+)

Tonsila palatinaHiperemia (-), ukuran T1-T1, Kripte melebar (-), detritus (-)

DIAGNOSIS

Otitis media supuratif kronis tipe aman fase aktif sinistraDIAGNOSIS BANDING

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga

Pemeriksaan Radiologi berupa radiologi konvensional/posisi schuller

Pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau audiometri

Pemeriksaan darah lengkap (DL), BT, CT dan GDSRENCANA USULAN TERAPI

Larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.

Setelah sekret berkurang diberikan Ofloxacin 0.3% 2 x 3-6 tetes Timpanoplasti untuk telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap

KIE kepada pasien :

1. Makan, minum dan istirahat yang cukup

2. Menjaga hygiene daerah telinga3. Tidak mengorek telinga terlalu dalam

4. Menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang

5. Segera berobat bila menderita ISPA

6. Kontrol jika obat habis dan bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera kontrol kembali7. Mengontrol kadar gula darahnya dengan cara menjaga pola diet pasien dan rutin kontrol.8. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap setelah pengobatan

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis otitis media supuratis kronis (OMSK) ditegakkan dari hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik dimana pasien mengeluh keluarnya cairan sedikit kental dari telinga kiri dan bewarna kuning sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan pendengaran berkurang pada kedua telinga. Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak. Dari pemeriksaan fisik, pada telinga kiri didapatkan sekret berwarna jernih kekuningan, sedikit kental dan tidak berbau yang keluar terus menerus, setelah sekret dibersihkan tampak perforasi pada membran timpani telinga kiri. Dari pemeriksaan fisik, pada telinga kanan tidak didapatkan adanya sekret dan membran timpani telinga kanan tampak intake. Keterbatasan data menyebabkan tidak dapat diketahui perjalanan penyakit pasien hingga saat ini, apakah perforasi sudah mengalami resolusi atau menjadi persisten dan menyebabkan penyakit menjadi kronis. Kemungkinan terjadi perforasi persiten dari membran timpani sehingga pendengaran pasien berkurang. Terdapat beberapa faktor pada pasien yang dapat menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang), DM atau hygiene buruk.

Pada pemeriksaan hidung tenggorokan yang dilakukan tidak didapatkan adanya suatu kelainan.Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga, pemeriksaan Radiologi berupa radiologi konvensional/posisi schuller, pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau audiometric, pemeriksaan darah lengkap (DL), BT, CT dan GDS.

Pada pasien direncanakan terapi dengan memberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung yaitu diberikan Ofloxacin 0.3% dengan aturan pakai 2 kali sehari 3-6 tetes pada telinga kiri. Rencana dilakukannya timpanoplasti untuk telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap. Selain pengobatan dengan medikamentosa perlu juga untuk memberikan edukasi kepada pasien berupa anjuran untuk makan, minum dan istirahat yang cukup, menjaga hygiene daerah telinga, tidak mengorek telinga terlalu dalam, menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang, segera berobat bila menderita ISPA, kontrol jika obat habis dan bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera kontrol kembali, memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kanan, dan juga pada telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap setelah pengobatan.DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 1996. Prevention of Hearing Impairment from Chronic Otitis Media. Available from : http://www.who.int/ (Accessed at April, 12th 2011)2. Askaroellah, Aboet. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Available from : http://www.usu.ac.id/ (Accessed at April, 12th 2011)3. Zainul, A., Djaafar, Z.A., Helmi dan Restuti, R.D. Kelainan Telinga Tengah. Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI

4. Snow, J.B. and Ballenger, J.J. 2003. Ballenger Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery sixteenth edition. United States: BC Decker Inc5. Luran, R. dan Wajdi, F. 2001. Pemakaian Antibiotika Topikal pada Otitis Media Supuratif Kronis Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No.1326. Djaafar, Z.A. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi Efiaty Arsyad, dkk. 2001. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher Edisi kelima. Jakarta: FKUI7. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi Efiaty Arsyad, dkk. 2001. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher Edisi kelima. Jakarta: FKUI