status omsk

30
LAPORAN KASUS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN Oleh : SAIFUL BAHRI ( H1A 005 045 ) DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA 1

Upload: nanda-rizky-fathiya

Post on 08-Feb-2016

66 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

status OMSK

TRANSCRIPT

Page 1: Status OMSK

LAPORAN KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD

AKTIF TIPE AMAN

Oleh :

SAIFUL BAHRI

( H1A 005 045 )

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT THT

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

1

Page 2: Status OMSK

2010

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Anak ”A”

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Sakra, Lombok Timur

II. Anamnesa

Keluhan utama : Os dikeluhkan keluar cairan melalui telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien seorang anak berumur 6 tahun, perempuan dikeluhkan oleh orang tuanya

keluar cairan melalui telinga kanan sejak lebih kurang 1minggu yang lalu. Cairan

tersebut berbau, bewarna kuning kehijauan, agak kental dan bersifat hilang timbul.

Menurut orang tua os cairan tersebut dikeluhkan keluar jika menderita pilek atau

batuk. Menurut pengakuan orang tua os rasa nyeri (-), demam (-), rewel (-), riwayat

berenang di kali (+) 1 minggu yang lalu. Keluhan pendengaran menurun tidak ada,

gejala di hidung dan di tenggorok disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Orang tua os mengaku pernah menderita keluhan serupa

pada ke dua telinga os lebih kurang 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut pasien tidak ada keluarga yang mempunyai

keluhan yang serupa dengan pasien.

Riwayat Pengobatan : Orang tua pasien membawa os ke dokter 4 hari yang lalu dan

diberikan obat (pasien lupa dengan nama obatnya).

Riwayat Alergi : Riwayat alergi disangkal oleh pasien.

2

Page 3: Status OMSK

III.Pemeriksaan Fisik

KU : Baik Kesadaran : CM

Nadi : 98x/m Suhu : 36,1°C R : 20x/m

Status Lokalis

Bagian Telinga Telinga Kanan Telinga KiriAurikula :

- Deformitas- Hiperemis- Edema

(-)(-)(-)

(-)(-)(-)

Daerah preaurikula :- Hiperemis- Edema- Fistula- Nyeri tekan

(-)(-)(-)(-)

(-)(-)(-)(-)

Daerah retroaurikula :- Hiperemis- Edema- Fistula- Nyeri tekan

(-)(-)(-)(-)

(-)(-)(-)(-)

MAE :- Serumen- Edema- Hiperemis- Furunkel- Otore

(-)(-)(-)(-)

(+) kuning kehijauan

(+)(-)(-)(-)(-)

Membran timpani :- Intak- Cone of light

(-)(-)

(+)(-)

Gambar :

3

Page 4: Status OMSK

Rinoskopi Anterior Kavum Nasi Dekstra Kavum Nasi SinistraMukosa Edema (-), hiperemi (-) Edema (-), hiperemi (-)

Septum :- Deviasi- Deformitas- Hematoma

(-)(-)(-)

(-)(-)(-)

Konka media & inferior :- Hipertrofi- Hiperemis

(-)(-)

(-)(-)

Meatus media & inferior - Sekret serous- Polip

(-)(-)

(-)(-)

Gambar :

BagianKeterangan

Mukosa bukal Warna mukosa merah muda, hiperemis (-), massa (-)Mukosa Gigi Warna mukosa merah muda, hiperemis (-), karies (-)

Palatum durum & palatum mole Hiperemis (-), massa (-)Mukosa Faring Hiperemis (-), edema (-),massa (-), granul (-), ulkus (-)

Tonsil Hiperemis (-), ukuran (T1-T1), dedritus (-)

4

Page 5: Status OMSK

Gambar :

Pembesaran kelenjar getah bening (-)

IV. Diagnosis

Otitis media supuratif kronik AD aktif tipe aman

V. Diagnosis Banding :

Otitis media akut AD

VI. Usulan Pemeriksaan

- Kultur uji sensitivitas

- Foto rontgen mastoid

VII. Penatalaksanaan

- Antibiotik

- Cuci telinga dengan H2O2

- KIE

5

Page 6: Status OMSK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pendahuluan

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2

bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah

dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa

nanah. Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal

dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK

menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh

sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah

terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna

seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala

suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe bening pun dapat

menyebabkan suatu komplikasi.1

Di seluruh dunia prevalensi OMSK 65330 juta jiwa, 60% (39200 juta jiwa)

mengalami gangguan pendengaran yang sangat klinis bermakna. Diperkirakan 28000

mengalami kematian dan < 2juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di negara

berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,8%.12 Pasien OMSK

merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT RS Dr Sardjito

Yogyakarta tahun 2004.2

Pada dasarnya keberhasilan pengobatan penyakit infeksi bakteri dengan antibiotik

merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan antibiotika. Hal ini

disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi klinik dari interaksi antara

penderita dan bakteri. Adapun untuk pengobatan infeksi dibutuhkan antibiotika yang

tepat dan daya tahan tubuh penderita itu sendiri. Memilih antibiotika yang tepat dapat

dilakukan berdasarkan sekurang-kurangnya mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit

dan akan lebih baik lagi apabila disertai dengan adanya hasil uji kepekaan pemeriksaan

mikrobiologi. Ketidak patuhan penderita dalam perawatan, kuman yang resisten, bentuk

anatomi telinga, adanyakomplikasi, menyebabkan kesulitan dalam hal pengobatan dan

perawatan penderita OMSK.3

6

Page 7: Status OMSK

3.2. Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut4:

- Batas luar: membrane timpani

- Batas depan: tuba eustachius

- Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)

- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis

- Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)

- Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,

kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window)

dan promontorium.

Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane timpani

dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta

penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan

dari dunia luar oleh suatu membrane timpani dengan diameter kurang lebig setengah

inci.5

Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinnga. Bagian atas disebut pars flaksida

(membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars

flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan

bagian dalam dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa

mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan

sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian

dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu

pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.

Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk

menyatakan letak perforasi membrane timpani.

7

Page 8: Status OMSK

Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari

luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah

saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat

pada inkus, dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang

berhubungan dengan koklea. Hibungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan

persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah

nasifaring dengan telinga tengah.4

Gambar 1. Anatomi Telinga

3.3. Definisi

Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga

tengah dengan perfirasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus

menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening atau

berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis

media supuratif kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang

dari 2 bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1

3.4. Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.

Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada

anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan

8

Page 9: Status OMSK

refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika

Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah

defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-

mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai

sekresi telinga kronis.3

Penyebab OMSK antara lain3:

1. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,

dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi

sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet,

tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.

Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum

diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media

akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang

menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan

kronis.

4. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak

bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur

yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram-

negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.

Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya

9

Page 10: Status OMSK

daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga

tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap

otitis media kronis.

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding

yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi

terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini

belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi

apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.

Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi

fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin

mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap

pada OMSK :

· Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

· Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan

pada perforasi.

· Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

mekanisme migrasi epitel.

· Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah

penutupan spontan dari perforasi.

·

3.5. Patofisiologi

Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga

tengah ini (otitis media, OM).1

10

Page 11: Status OMSK

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan

akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan

tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi

tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan

posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak

akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM

daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring

melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari

telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan

pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit,

dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi

tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran

sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin

kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan

terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu

lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium

dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai

sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah.

Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke

bentuk lapisan epitel sederhana.

Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak

normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan

tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.6

3.6. Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe

benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).

Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan

OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum

11

Page 12: Status OMSK

timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya

terlihat basah atau kering.

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan

biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman

jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat

kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel

(keratin).

Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan

kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.

Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat

juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang

berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.1

Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,

kadang-kadang sub total.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.

Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.

Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

3.7. Gejala Klinis 3

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)

tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas

kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan

yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi

iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat

12

Page 13: Status OMSK

disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar

setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret

yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma

dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,

mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah

berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang

bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga

dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang

encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan

pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena

daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif

ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20

db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan

fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih

dari 30 db.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya

rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya

labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

menggambarkan sisa fungsi kohlea.

13

Page 14: Status OMSK

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin

oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif

keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang

akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.

Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan

yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan

mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin

berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif

pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga

tengah.

3.8. Diagnosis

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6

1. Anamnesis (history-taking)

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita

seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang

paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada

14

Page 15: Status OMSK

tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak

berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit,

berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka

sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan

keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

2. Gejala klinis

Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan

kesehatan, antara lain:

- Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid

(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.

- Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang

pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat

campuran.

- Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila

ada merupakan suatu tanda yang serius.

- Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

3. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi

dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

4. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran

tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan

untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai

‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki

pendengaran.

Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya

gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran

dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech

audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce audiometry) bagi

pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.

15

Page 16: Status OMSK

5. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk

menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif

menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK

Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada

media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh

manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan

teknik kultur murni.

7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.

3.9. Penatalaksanaan 1

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.

Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain

disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani

yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber

infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan

patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa.

Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa

larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan

ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes

resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap

ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2

bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan

untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang

perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat,

serta memperbaiki pendengaran.

16

Page 17: Status OMSK

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya

infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga

perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,

bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan

mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika

mentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila

terdapat abses periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri

sebelum mastoidektomi.

Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus

dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun

demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun

terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan.7

3.10. Komplikasi

Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5,6

1. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese n. Fasial

dan labirinitis.

2. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses ekstradural,

abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak, hidrosefalus

otitis.

Pada radang telinga tengah menahun ini walaupun telinga berair sudah bertahun-

tahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai

demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke

intrakranial.

17

Page 18: Status OMSK

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diperoleh informasi yang dapat mendukung diagnosis baik dari

anamnesa maupun pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari hasil anamnesa didapatkan:

Pasien datang ke Poli THT diantar orang tuanya dikeluhkan keluar cairan melalui telinga

kanan. Cairan keluar sejak 1 minggu yang lalu, cairan tersebut bersifat bau, warna kuning

kehijauan, agak kental dan keluarnya hilang timbul.Menurut orang tua os cairan tersebut

dikeluhkan keluar jika menderita pilek atau batuk. Menurut pengakuan orang tua os rasa

nyeri (-), demam (-), rewel (-), riwayat berenang di kali (+) 1 minggu yang lalu. Keluhan

pendengaran menurun tidak ada, gejala di hidung dan di tenggorok disangkal. Orang tua

os mengaku pernah menderita keluhan serupa pada ke dua telinga os lebih kurang 1 tahun

yang lalu. Orang tua pasien membawa os ke dokter 4 hari yang lalu dan diberikan obat

(pasien lupa dengan nama obatnya).

Dari hasil pemeriksaan klinis pada telinga didapatkan adanya otore pada telinga

kanan, otore tersebut bersifat mukopurulen dan dari pemeriksaan otoskop terlihat

membran timpani perforasi sentral, ukuran kecil, dan terletak pada kuadran

posterosuperior. Sedangkan pada telinga kiri hasil pemeriksaan dengan otoskop

didapatkan serumen, membran timpani intak, cone of light yang minimal. Pada

pemeriksaan hidung dengan menggunakan spekulum tidak ditemukan adanya kelainan

seperti peradangan dan kelainan yang lainya. Begitu pula dengan pemeriksaan

tenggorokan tidak tampak adanya peradangan pada mukosa dinding faring serta tonsil

dalam batas normal.

Berdasarkan data pasien diatas dapat mengarahkan diagnosis yaitu Otitis media

supuratif kronik AD aktif tipe aman. Diagnosis kronis dapat dilihat dari hasil anamnesis

dimana orang tua os mengaku pernah menderita keluhan serupa pada ke dua telinga os

lebih kurang 1 tahun yang lalu sehingga untuk diagnosis banting otitis media akut dapat

disingkirkan. Dikatakan aktif karena terlihat adanya otore dari telinga kanan dan tampak

adanya perforsai sentral pada membran timpani dengan ukuran sedang pada kuadran

posterosuperior. Pasien didiagnosis dengan OMSK tipe aman karena perforasinya

letaknya sentral, hal ini berdasarkan teori mengatakan bahwa pada OMSK tipe aman

18

Page 19: Status OMSK

terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi letaknya di

sentral.1

Dari data pasien diatas dapat ditemukan bahwa faktor predisposisi terjadinya

OMSK pada pasien ini adalah pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa. Hal

ini berdasarkan teori mengatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis

media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang

menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.3

Selain itu riwayat os berenang di kali merupakan salah satu faktor higiene yang

berpengaruh.

Oleh karena itu dapat diberikan KIE pada orang tua pasien untuk menjaga kondisi

kesehatan anaknya agar infeksi saluran napas atas yang merupakan faktor predisposisi

OMSK dapat dihindari serta melarang anaknya untuk tidak mandi ke kali sehingga

keadaan membran timpani selalu kering.

Untuk terapi medikamentosa pada pasien ini dapat diberikan obat cuci telinga

(H2O2 3%) pada telinga yang otore aktif. Dan dapat diberikan antibiotik golongan

ampisilin atau eritromisin (bila alergi terhadap penisilin) sebelum ada hasil kultur.

idealnya adalah memberikan antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya, ileh kerena itu

diperlukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi antibiotika dari sekret telinga.1

19

Page 20: Status OMSK

Daftar Pustaka

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI,

Jakarta. 2006: p. 64-77.

2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies

Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran

No. 155, 2007

3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap

Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003

4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai

Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22

5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994:

p. 392-412.

6. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera Utara:

Medan.2007

7. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis

Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran

UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari

http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 20 september

2010.

20