omsk

43
LONG CASE OMSK dan Kolesteatoma disertai Parese Nervus Fasialis Perifer Sinistra Ringan DISUSUN OLEH: Almirazada Zhes Putri NIM: 030 10 022 PEMBIMBING: Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RUMAH SAKIT OTORITA-BP BATAM PERIODE 07 JULI 2014 – 16 AGUSTUS 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Upload: almirazada-zhes-putri

Post on 26-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: omsk

LONG CASE

OMSK dan Kolesteatoma disertai Parese Nervus Fasialis Perifer

Sinistra Ringan

DISUSUN OLEH:

Almirazada Zhes Putri

NIM: 030 10 022

PEMBIMBING:

Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN

TENGGOROKAN

RUMAH SAKIT OTORITA-BP BATAM

PERIODE 07 JULI 2014 – 16 AGUSTUS 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: omsk

Universitas Trisakti

Fakultas Kedokteran

Rumah Sakit Otorita Batam

STATUS PASIEN THT

STATUS DOKTER MUDA

Tanggal : 07-Juli-2014

Medical Record : 35-16-27

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ana Sahroni Sirait Pekerjaan : Karyawan Swasta

Umur : 21 tahun Pendidikan : SMA

Jenis Kel. : Perempuan Alamat : Perum.Bida Ayu Blok O No.51

Agama : Protestan Status : Lajang

Suku : Batak

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 08 juli 2014 pukul

07.00 WIB.

A. Keluhan Utama:

Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan:

Pasien juga mengeluh keluar cairan kadang kental,encer bahkan berdarah pada telinga

kirinya, juga terdapat nanah pada belakang telinga kirinya. Pasien juga merasa telinga

kiri mengalami penurunan pendengaran dibandingkan telinga kananya.

B. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien

berobat ke klinik perusahaan karena keluhan pusing berputar serta adanya demam,flu,

nyeri pada telinga kiri serta keluarnya cairan yang cair, encer, kental dan kadang

1

Page 3: omsk

berdarah pada telinga kiri. Nyeri telinga dirasakan sekitar 6 bulan yang lalu. Sekitar 2

bulan yang lalu pasien juga merasa terdapat bisul yang pecah pada belakang telinga

kirinya. Di klinik Perusahaan tersebut pasien diberi obat salep dan oral. Kemudian

dirasa bengkak berkurang, tetapi keluhan pusing dan nyeri telinga tak kunjung hilang,

Setelah itu oleh dr. klinik perusahaan pasien di sarankan berobat ke RSUD Batu Aji.

Disana pasien tidak diberi obat namun pasien kemudian dirujuk ke ahli THT di RSOB.

Pasien lalu diberikan obat tetes telinga dan oral. Pasien juga disarankan untuk

melakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan melakukan uji tes pendengaran (Uji

Audiometri) di RS Awal Bros Batam. Setelah hasil test keluar pasien kembali ke

RSOB pada tanggal 6 juli 2014 untuk persiapan melakukan operasi telinga kirinya

(mastoidektomi radikal) yang dijadwaklan pada tanggal 8 juli 2014. Keluhan Demam,

batuk,pilek, penurunan berat badan, gangguan makan, BAB/BAK disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mengaku pernah mengalami hal serupa, keluar cairan pada liang telinga kiri

sekitar 7 tahun yang lalu keluhan dirasa hilang timbul dan pada kelas 3 SMK keluar

cairan pada belakang telinga kirinya. Saat kelas 3 SMK pasien mengaku hanya berobat

ke bidan lalu diberi salep dan obat minum, awalnya luka bengkak dan kemudian pecah

hingga keluar nanah lalu luka mengering, kemudian luka dirasa membaik. Pasien

mengaku juga sering mengalami batuk pilek kurang lebih 1 minggu setiap kali terjadi

dan biasanya pasien mengobatinya dengan obat warung. Riwayat hipertensi, asma,

penyakit jantung, kencing manis, dan alergi disangkal.

D. Riwayat Pengobatan:

Pada saat masih kecil pasien mengalami hal yang sama, pasien hanya berobat ke bidan

dan bila dirasa membaik pasien membiarkannya saja. Sekitar satu bulan yang lalu

pasien berobat ke rumah sakit perusahaan, kemudian pasien diberi obat oral dan salep

telinga untuk mengobati bengkak pada belakang telinga kirinya, pasien meminum dan

menggunakan obat secara teratur dan hasilnya dirasa bengkak berkurang dan keluhan

sakit sedikit membaik.

E. Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa. Ibu pasien penderita Hipertensi

dan Diabetes Mellitus

F. Riwayat Kebiasaan:

2

Page 4: omsk

Pasien sering membersihkan kedua telingannya dengan cotton bud ± 2 kali sehari.

Pasien mengaku jarang berolahraga.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis:

Keadaan Umum : Kesadaran : Compos mentis

: Kesan sakit : Tampak sakit ringan

: Kesan gizi : Cukup

Tanda Vital : Tekanan darah : 120/85 mmHg

: Nadi : 80 x/menit,regular

: Pernapasan : 16x/menit

: Suhu : 36 °C

Kepala : Normosefali, rambut hitam dengan distribusi merata dan tidak

mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+,

refleks cahaya tidak langsung +/+. Pada inspeksi mata kiri terlihat

susah menutup sempurna.

Leher : Trakea terletak lurus ditengah, tidak teraba adanya massa, tidak

teraba pembesaran KGB, JVP tidak naik.

Thoraks : Jantung : BJ I-II reguler, murmur -, gallop -

: Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan -, bising usus 3 x/menit

Ekstremitas : Keempat akral teraba hangat, edema -

B. Status THT:

a. Pemeriksaan Telinga:

Telinga Kanan Yang Diperiksa Telinga Kiri

Normotia Bentuk telinga luar Normotia

Fistula preaurikula -, abses

-, hematoma -, meatus

akustikus eksternus tampak,

nyeri tarik auricula -, nyeri

tekan tragus -

Daun telinga

Fistula preaurikula -, abses -,

hematoma -, meatus

akustikus eksternus tampak,

nyeri tarik auricula +, nyeri

tekan tragus +

Nyeri tekan mastoid -, Retroaurikuler Nyeri tekan mastoid +,

3

Page 5: omsk

sikatriks -sikatriks +

Fistel postaurikular +abses+

Lapang

Tidak hiperemis

-

-

Liang telinga

a) Lapang/sempit

b) Warna epidermis

c) Sekret

d) Serumen

e) Kelainan lain

Lapang

Tidak hiperemis

purulen

-

Intak Membrana timpani Tidak terlihat

b. Pemeriksaan Hidung:

Hidung Kanan Yang Diperiksa Hidung Kiri

Bentuk hidung normal Bentuk hidung luar Bentuk hidung normal

Tidak tampak Deformitas Tidak tampak

- Nyeri tekan -

- Krepitasi -

Rinoskopi Anterior

Lapang, vibrissae + Vestibulum Lapang, vibrissae +

Tidak hiperemis, eutrofi,

permukaan rataKonka inferior

Tidak hiperemis, eutrofi,

permukaan rata

Tidak hiperemis, eutrofi,

permukaan rataKonka media

Tidak hiperemis, eutrofi,

permukaan rata

Sulit dinilai Konka superior Sulit dinilai

Sulit dinilai Meatus nasi Sulit dinilai

Sekret -, darah - Kavum nasi Sekret -, darah -

4

Page 6: omsk

Tidak hiperemis Mukosa Tidak hiperemis

- Sekret -

Deviasi - Septum Deviasi -

Sekret -, krusta - Dasar hidung Sekret -, krusta -

c. Pemeriksaan Tenggorok:

Trismus : -

Palatum : Tidak ditemukan kelainan

Mukosa faring : Hiperemis -

Arkus faring : Simetris kanan dan kiri, hiperemis -

Uvula : Di tengah, edema -, hiperemis -

Tonsila palatina : Besar : T1-T1

: Warna : Hiperemis -

: Kripta : Tidak melebar

: Detritus : -/-

Dinding posterior faring : Hiperemis -, permukaan rata, post nasal drip -

Lidah : Normoglossia

Gusi dan gigi-geligi : Oral hygiene cukup, karies gigi -

d. Pemeriksaan Maksilofasial:

Wajah Kanan Yang Diperiksa Wajah Kiri

- Deformitas -

-Nyeri tekan dahi/

pertengahan alis-

-Nyeri tekan pangkal

hidung-

- Nyeri tekan pelipis -

- Nyeri tekan pipi -

- Paresis N VII +, Grade II

e. Pemeriksaan Leher:

5

Page 7: omsk

Deformitas : -

Pergerakan : Baik atas-bawah serta kanan-kiri

Massa : Tidak tampak dan tidak teraba

KGB : Tidak teraba membesar, nyeri tekan -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium (06 Juli dan 7 juli 2014):

Parameter Hasil Pasien Nilai Rujukan Kesimpulan

Hb 13.3 g/dl 11.0-16.5 g/dl Normal

Eritrosit 5.00 x 106/ ul 3.8-5.8 x 106/ ul Normal

Ht 38.4 % 35.0-50.0 % Normal

MCV 76.8 Fl 80.0-97.0 Fl Normal

MCH 26.6 pg 26.5-33.5 pg Normal

MCHC 34.6 g/dl 31.5-35.0 g/dl Normal

Leukosit 9.75 x 103/ ul 4-11 x 103/ ul Normal

Eosinofil 8.6 % 0-5 % Meningkat

Basofil 0.04 % 0-1 % Normal

Neutrofil 60.0 % 46-75 % Normal

Limfosit 26.4 % 17-48 % Normal

Monosit 4.6 % 4-10 % Normal

LED 7 mm/jam < 5 mm/jam Normal

Golongan Darah O - -

HbsAg Negatif Negatif Normal

Ureum 9.5 mg/dl 10-50 mg/dl Menurun

Kreatinin 0.53 mg/dl 0.7-1.2 mg/dl Menurun

Gula Darah sewaktu 84 mg/dl 70-150 mg/dl Normal

CT 7 menit 5-15 menit

BT 2 menit 1-6 menit

SGOT 9 Up to :32 U/l Normal

SGPT 7 Up to: 31 U/l Normal

6

Page 8: omsk

Total Protein 8,1 6.6-8.7 g/dl Normal

Albumin 4.5 3.4-4.8 g/dl Normal

Na 142 135-147 meq/l Normal

Kalium 4.1 3.5-5.0 meq/l Normal

Chlor 105 94-111 meq/l Normal

Kesan : eosinofil meningkat, ureum dan kreatinin menurun

B. Pemeriksaan Radiografi Mastoid Bilateral (schuller) pada tanggal 28 juni 2014 : Pada

hasil pemeriksaan fisik serta interpretasi gambar didapatkan kesan Mastoiditis Kronis

bilateral dengan suspek Cholesteatoma kiri, namun pada hasil pemeriksaan Radiografi

didapatkan kesan Matoiditis Kronis bilateral dengan suspek Cholesteatoma kanan.

7

Page 9: omsk

CT-Scan Mastoid tanpa kontras (07 Juli 2014):

Mastoid air cell kiri kanan tampak sklerotik, tampak bayangan masa hypodermis yang

tampak meluas sampai telinga tengah dan CAE kiri, tampak destruksi pada temporalis

mastoid kiri sampai sinus sigmoid kiri, ossicle dan cochlea kiri tampak terobliterasi

bayangan massa,choclea dan ossicle kanan tampak baik, tampak bayangan lusen kecil

pada antrum mastoid kanan, tegmen timpani kiri kanan intak, CAE kanan cerah.

8

Page 10: omsk

a. CT-Scan Potongan Aksial :

b. CT-Scan Potongan Koronoal :

9

Page 11: omsk

Kesimpulan: otomastoiditis kiri dan mastoiditis kanan susp. massa pada mastoiditis

kiri yang meluas ke telinga tengah dan CAE sampai sinus sigmoid kiri dengan

destruksi pada temporalis mastoid kiri; susp.ec kolesteatom maligna. kolesteatom

kanan.

10

Page 12: omsk

C. Audiometri :

AD: Ambang dengar 20 dB

AS: Gangguan hantaran udara 80 dB, test hantaran tulang sulit dilakukan.

V. RESUME

Ana perempuan berusia 21 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 tahun yang

lalu,diawali dengan demam, flu, nyeri dan bengkak pada telinga kiri, serta terdapat nanah

pada belakang telinga kiri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan kadang kental, encer

bahkan berdarah pada telinga kirinya ± sejak usia 7 tahun hilang timbul. Nyeri pada telinga

kiri dirasa pasien ± 6 bulan yang lalu dan sekitar 2 bulan yang lalu ada bisul yang pecah

dibelakang telinga kirinya. Pasien juga merasa telinga kiri mengalami penurunan

pendengaran. Pasien mengaku sewaktu kelas 3 SMK pernah mengalami hal serupa, namun

dirasa membaik setelah berobat ke bidan. Pada pemeriksaan liang telinga kiri terdapat nyeri

tarik auricular, nyeri tekan tragus, nyeri tekan mastoid, serta sikatriks pada RA sinistra.

Selain itu juga terdapat fistel dan abses paada post auricular. Pemeriksaan foto rontgen

11

Page 13: omsk

Schuller didapat gambaran mastoiditis bilateral dengan suspek cholesteatoma kanan, CT-scan

mastoid didapat gambaran otomastoiditis kiri dan mastoiditis kanan. Pemeriksaan audiometri

menunjukkan gangguan hantaran udara 80 dB.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Otomasastoiditis kronis sinistra dengan kolesteatoma.

Parese nervus fasialis perifer grade II sinistra

VII. RENCANA PENGOBATAN

A. Medikamentosa:

a. Levofloxacin drip 1x1, 1 jam pre op dilanjutkan post operasi: antibiotik

diberikan untuk mengatasi otomastoiditis.

b. Pronalges supp 2x1 : merupakan obat golongan NSAID sebagai anti

inflamasi,analgetik serta antipiretik yang juga yang bertujuan untuk

mengurangi nyeri setelah operasi

c. Mecobalamin 3x500 mg : merupakan metabolit dari vitamin B12 yang

berperan dalam pemeliharaan fungsi saraf.

d. Dexametason 3x1 amp : merupakan obat golongan glukokortikoid yang

bekerja sebagai anti inflamasi.

e. Omeprazole 2x1 kap I jam sebelum makan. : merupakan obat golongan proton

pump inhibitor (ppi) untuk menghindari radang pada lambung.

B. Tindakan operatif mastoidektomi radikal sinistra : merupakan prinsip terapi OMSK

tipe bahaya dengan tujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

C. Tindakan dekompresi nervus fasialis : merupakan prinsip terapi kelumpuhan nervus

fasialis dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi dari nervus fasialis.

VIII. LAPORAN OPERASI

Pada hari Sabtu tanggal 8 juli 2014, dilakukan tindakan operatif dengan laporan

operasi sebagai berikut:

Operator : Dr. Teppy Hartubi Djohar, Sp.THT

Assisten Operator : Rosmiar

Ahli Anastesi : Dr. Marshel, Sp.An

Assisten Anastesi : Rosmiar

Teknik Anastesi : GA-OTK

12

Page 14: omsk

ASA : II

Nama Pembedahan : Mastoidektomi radikal sinistra dan dekompresi nervus fasialis.

Sifat Pembedahan : Elektif

Jam Mulai/ Selesai : 10.20 WIB

Lama Pembedahan : 240 menit

Uraian Pembedahan : Setelah pasien dalam keadaan anastesi dilakukan tindakan

aseptik dan antiseptik dengan larutan betadine dan alcohol pada

daerah telinga dan sekitarnya. Dilakukan evaluasi CAE dengan

menggunakan mikroskop. Ditemukan jaringan granulasi

memenuhi CAE, fistel retroaurikula,dan sikatrik bekas fistel

lama. Dilakukan batas garis insisi kira-kira 3mm dibelakang

plika retroaurikular, mulai dari superior hingga mendekati titik

mastoid. Kemudian dilakukan infiltrasi cairan Aqua yang

mengandung Adrenalin 1/100.000 di beberapa titik. Kemudian

dilakukan insisi lapis demi lapis kearah CAE. Dilakukan

pengambilan fasia muskulus temporalis profunda kira-kira d=

15 mm x 20mm. Dilakukan separasi dengan memasang

retraktor mastoid hingga tampak planum mastoid. Kemudian

dilakukan pengeluaran bagian anteriornya ternyata dinding

sudah tipis, rapu, tampak didalamnya kolesteatoma memenuhi

antrum mastoid. Kemudian kolesteatom dibuang ternyata

kolesteatom sampai kearah cavum timpani. Dinding posterior

CAE sudah hancur, sehingga tampak nervus fasialis yang

terbuka. Rongga mastoid, cavum timpani, dan mastoid saling

berhubungan. Ketiga kanalis semisirkularis masih utuh, n.

korda timpani sudah tidak ada, osikel sudah hancur, kecuali

foot plate stapes. Sinus sigmoid terbuka kira-kira 15x10 mm.

tegmen timpani dan tegmen mastoid masih utuh. Tuba tertutup

oleh jaringan granulasi dan kolesteatom.

Dilakukan pembersihan kolesteatom dan jaringan granulasi

diseluruh kavum mastoid dan timpani semaksimal mungkin.

Kemudian dilakukan tindakan pembersihan dengan H202 3%

kemudian dibilas dengan Aqua san terakhir dibersihkan dengan

13

Page 15: omsk

betadin. Defek pada sigmoid plate di tutup dengan graft fasia ,

kemudian diatasnya ditampon oleh sponge gel. Kemudian

dibuat plate superior dan inferior untuk obliterans rongga

mastoid dan dibuat flap kÖrner agar dinding CAE terbuka

lebar.

Keadaan Pre-Op : Kesadaran CM, TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, S 36°C, RR

22x/menit, Sat 100%

Keadaan Post-Op : Keadaan umum lemah, CM, TD 92/51 mmHg, N 66x/menit,

Tatalaksana Post-Op : Awasi tanda-tanda vital

: Bed Rest

: makan bubur terlebih dahulu

: Terapi obat : Levofloxacin drip 1 x 1

: pronalges supp 2 x 1

IX. FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 09-07-2014 10-07-2014 11-07-2014

Subjective Pasien mengaku setelah

operasi muntah satu

kali dan merasa pusing,

kemudian daerah pipi

kiri,sekitar mata kiri

terasa “nyut-nyutan”.

Luka bekas operasi

masih terasa berdenyut.

Pada pendengaran

sebelah kiri pasien

merasa tidak

membaik.BAK+, BAB

post op -

Pasien merasa kedutan

yang dirasakan kemarin

sudah mulai

menghilang, hanya

terasa sedikit di area

sekitar mata kiri. Luka

bekas operasi masi

berdenyut.

Pada telinga kiri

dirasakan masih sakit,

kemarin sore pasien

mengaku merasa keluar

cairan pada belakang

telinga kirinya.

Pendengaran tidak

membaik. BAK +,

Pasien mengaku luka

bekas operasi masih

sedikitberdenyutt tetapi

terasa lebih baik. “nyut-

nyutan diarea wajah

sudah tidak dirasakan

lagi. Pendengaran dirasa

tetap tidak membaik.

BAB+, BAB post op +

14

Page 16: omsk

BAB post op -

Objective Status generalis:

Kesadaran CM

Tampak sakit sedang

Kesan gizi cukup

TTV: TD 110/80

mmHg, N 80x/m, S

36.8°C, RR 16x/m

Status lokalis:

Telinga: tampak

darah yang

merembes pada luka

beks operasi di

perban. Oedem pada

area sekitar luka

operasi.

Pada inspeksi mata

tampak mata kiri

yang tidak dapat

menutup dengan

sempurna.

Pada pemeriksaan

dahi terlihat kerutan

dahi sebelah kiri

sedikit menghilang

Hidung: DBN

Tenggorokan: DBN

Maksilofasial: Nyeri

tekan –

Leher: DBN

Status generalis:

Kesadaran CM

Tampak sakit ringan

Kesan gizi cukup

TTV: TD 110/70

mmHg, N 76x/m, S

35.2°C, RR 18x/m

Status lokalis:

Telinga: sama

dengan hari

sebelumnya.

Pada inspeksi mata

dan dahi juga terlihat

belum membaik.

Hidung: DBN

Tenggorokan: DBN,

PND berupa darah –

Maksilofasial: Nyeri

tekan –

Leher: DBN

Status generalis:

Kesadaran CM

Tampak sakit ringan

Kesan gizi cukup

TTV: TD 110/70

mmHg, N 60x/m, S

36.5°C, RR 16x/m

Status lokalis:

Telinga: verban telah

diganti. Tidak tampak

lagi darah yang

merembes pada luka

bekas operasi. Hidung:

Sekret -/-, darah

mengalir -/-, bekuan

darah +/-

Tenggorokan: DBN,

PND berupa darah –

Maksilofasial: Nyeri

tekan –

Leher: DBN

Assessment Post-operasi

Mastoidektomi radikal

sinistra

Post-operasi

Mastoidektomi radikal

sinistra,komplikasi +,

Post-operasi

Mastoidektomi radikal

sinistra,komplikasi +,

15

Page 17: omsk

perbaikan + perbaikan +

Planning Verban telinga

dipertahankan

Terapi obat

dilanjutkan sesuai

instruksi post-

operasi

Ganti verban

Terapi obat

dilanjutkan

Tambahan obat:

Mecobalamin 3x50

mg post operasi

Dexametason inj 3x1

amp (iv)

Omeprazole 2x1 kap

1 jam ac

Pasien rawat jalan

karena sudah tidak ada

perdarahan

Terapi obat rawat

jalan: Levofloxacin

500 mg tablet 1 x 1

Kontrol 5 hari

X. RESUME PERAWATAN

07 juli 2014 :Pasien dirawat dengan diagnosis masuk OMSK sinistra suspek

kolesteatoma sinistra dan paresis nervus fasialis perifer sinistra ringan. Rencana

operasi mastoidektomi radikal. Persetujuan tindakan operasi ada dan telah

ditandatangani.

08 juli 2014 :Dilakukan operasi mastoidektomi radikal di kamar pembedahan

dilanjutkan dengan pemberian obat sesuai instruksi post operasi.

09 juli 2014 :Pasien post-operasi Mastoidektomi radikal tanpa komplikasi. Terapi

dilanjutkan dan mendapatkan tambahan terapi.

10 juli 2014 :Dilakukan pencabutan verban telinga yang dipasang pada telinga kiri.

11 juli 2014 :Pasien dipulangkan dengan obat Levofloxacin 500 mg tablet 1 x

1,serta instruksi kontrol 5 hari pasca perawatan.

XI. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Ad Bonam.

Quo ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam.

Quo ad Sanationam : Dubia Ad Malam.

TINJAUAN PUSTAKA

16

Page 18: omsk

I. Otitis Media Supuratif Kronis

I.1 Definisi

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah (otorea) terus

menerus dan hilang timbul. Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah.

Dimaksud dengan kronis ialah infeksi pada telinga tengah sudah lebih dari 2 bulan bila

kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.1

I.2 Epidiomologi

Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap Negara. Secara umum dipengaruhi oleh

kondisi sosial, ekonomi, tempat tinggal yang padat, hygine, dan nutria yang jelek. Lebih dari

90 % beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah

pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi

yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor

yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang

berkembang.2

Pada tahun 1994-1996 diadakan survey kesehatan indra penglihatan dan pendengaran

pada 7 provinsi di Indonesia oleh Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI.

Survey tersebut mendapat hasil prevalensi untuk OMSK di Indonesia adalah 3.9% dan pasien

OMSK Merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di

Indonesia.3

World Health Organization juga mengadakan survey pada tahun 1996 dan

menemukan prevalensi OMSK di Indonesia sekitar 3.8% atau diperkirakan 6.6 juta penduduk

Indonesia.4 Hasil penelitian ini termasuk tinggi menurut WHO karena ada di kisaran 2-4

persen.

I.3 Etilogi

Etiologi omsk dapat dibagi menjadi :

1. Omsk tanpa kolesteatoma

Penyebabnya dapat berupa kuman Aerob seperti : Pseudomonas aeroginosa,

Staphylococcus aureus, A. Anitratus, Proteus Mirabilis, Difteroid, Steptococcus

epidermidis , Klabsiella pneumonia, Sterptococcus b-haemolyticus, p.Alkalifasies,

17

Page 19: omsk

Steptococcus anhaemolyticus,serta kuman Anaerob seperti : Bacterioides Frogilis,

Clostridium sporogenes, Clostredium perfrigens, Clostridium noyvi.6

I.4 Perjalanan Penyakit OMSK

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif

kronik apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,

disebut otitis media supuratif sub-akut.1 Biasanya hal ini dimulai dari keadaan disfungsi dari

Tuba Eustachius. Pada keadaan normal, berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka

bila kita menelan. Tuba eutachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udaraa

telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum

sempurna, tuba yang pendek, penampang yang relative besar, dan posisi tuba yang mendatar

menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran pernafasan atas pada adan lebih mudah menjalar

ketelinga tengah sehingga sering menimbulkan Otitis Media dibandingkan orang dewasa.1

Beberapa faktor yang menyebabkan otitis media akut (OMA) menjadi OMSK ialah

terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya

tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.1

I.5 Klasifikasi OMSK

OMSK bisa diklasifikasikan berdasarkan letak perforasi dan juga berdasarkan

aktivitas sekret sebagai berikut:

Berdasarkan letak perforasi:

1. OMSK tipe aman/ tipe mukosa/ tipe benigna

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan

biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya OMSK tipe

aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak

terdapat kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi

deskuamasi epitel (keratin).1

2. OMSK tipe bahaya/ tipe tulang/ tipe maligna

OMSK tipe bahaya, ialah OMSK yang disertai kolesteatoma. Perforasi pada OMSK

tipe bahaya letaknya marginal atau di atik dan khasnya dengan terbentuk kantong

retraksi tempat bertumpuknya deskuamasi keratin yang terus menerus sampai

menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom bermasa amorf, konsistensi seperti mentega,

berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel yang telah nekrosis.

18

Page 20: omsk

Pathogenesis kolesteatom antara lain adalah teori invaginasi, teori migrasi,

teori metaplasia,dan teori implantasi. Teori tersebut akan lebih mudah dipahami jika

diperhatikan definisi dari kolestatom, epitel yang berada pada tempat yang salah atau

terperangkap. Seperti yang kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing

stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi terbuka atau

terpapar dunia luar. Epitel telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga

apabila terdapat serumen pada liang telingadalam waktu yang lama maka dari epitel

kulit yang berada medial dari serumen tersebut akan terperangkap sehingga terbentuk

kolesteatoma.

Kadang – kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi

sub-total. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK

tipe bahaya1 OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya

pula, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat

ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman

akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau atik. Sedangkan

kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses fistula retroaurikuler (di belakang

telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga

tengah, sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat

kolesteatoma pada telinga tengah, serta pada foto rontgen mastoid.1

Berdasarkan aktivitas sekret:

1. OMSK aktif: OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.(1)

2. OMSK tenang: OMSK dimana sekret tidak mengalir keluar dari kavum timpani.

Kavum timpani dapat terlihat basah atau kering.(1)

I.6 Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama

pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan

pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan

pemeriksaan audiometri nada murni, audiometric tutu (speech audiometry) dan pemeriksaan

BERA (brainstem evoked response audiometri), bagi pasien/ anak yang tidak kooperatif

dengan pemeriksaan audiometri nada murni.1 Pemeriksaan penunjang lain berupa foto

rontgen mastioid, CT-scan yang menunjukan adanya gambaran kolestatoma, serta kultur dan

uji resistensi kuman dari sekret telinga.1

19

Page 21: omsk

I.7 Tatalaksana OMSK

Tatalaksana OMSK berbeda antara OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya.Terapi

OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang – ulang. Sekret yang

keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Hal ini bisa terjadi karena satu atau

beberapa keadaan, yaitu:1

Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah

berhubungan dengan dunia luar.

Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.

Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid.

Gizi dan higienis yang kurang

Prinsip OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret

yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan hydrogen

peroksida 3% selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang dilanjutkan terapi dengan

memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.Secara oral

diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau dapat diberikan eritromisin jika pasien

alergi penisilin.Pada infeksi yang dicurigai bakterinya dicurigai telah resisten terhadap

ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,

maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,

mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

memperbaiki pendengaran.1

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan infeksi masih tetap ada, atau

terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin

juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi, atau tonsilektomi.1

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi, dengan

atau tanpa timpanoplasti.Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan

terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal

retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.1

20

Page 22: omsk

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad

antrum.Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya

disertai infeksi kronis di rongga mastoid.Infeksi rongga mastoid dikenal dengan

mastoiditis.Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.1

Berikut pedoman tatalaksana OMSK :

I.8 Jenis Pembedahan Pada OMSK

21

Page 23: omsk

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1

Mastoidektomi sederhana

Mastoidektomi radikal

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Miringoplasti

Timpanoplasti

Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach timpanoplasty)

Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi, atau kolesteatom,

sarana yang tersedia serta pengalaman operator.1

Mastoidektomi sederhana dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan

konservatif tidak sembuh.Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid

dari jaringan patologik.Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.1

Mastoidektomi radikal dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau

kolesteatoma yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani

dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga

tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi

satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan

mencegah komplikasi ke intrakranial.Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy) dilakukan pada OMSK

dengan kolesteatoma di bagian atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga

mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah

untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan

pendengaran yang masih ada.1

Miringoplasti merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan.Rekonstruksi hanya

dilakukan pada membran timpani.Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya

infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.1

Timpanoplasti adalah operasi yang dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan

kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan

pengobatan medikamentosa.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta

22

Page 24: omsk

memperbaiki pendengaran.Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali

harus rekonstruksi tulang pendengaran.1

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined approach tympanoplasty)

merupakan operasi timpanolasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK

tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan

penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal

( tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga)1

I.9 Penatalaksanaan Baku OMSK dari WHO :

Ditujukan terutama untuk pegangan dokter di lini pertama pelayanan kesehatan.

Pelayanan dimuali sejak ditemukan pasien dengan riwayat otorea 2 minggu atau lebih.

Perhatikanlah keberadaan komplikasi OMSK yaitu demam, nyeri telinga hebat,sakit kepala,

sempoyongan(vertigo), bengkak disekitar telinga. Rujuk pasien ke spesialis THT untuk

kemungkinan Mastoidektomi segera. Mullai antibiotic dosis tinggi, serta eradikasi infeksi

sampai rekonstruksi telinga tengah. Pasien otorea aktof tanpa komplikasi perika dengan teliti

terhadap tanda bahaya. Bersihkan dan keringkan liang telinga, atau pasang tampon

longgar,ajari pasien/ pengantar cara membersihkan telinga. Apabila otorea hilang setelah 2

minggu pengobatan dan bila otorea tidak kambuh lagi paling sedikit dalam waktu 1

tahuntetapi dengan pendengaran berkurang, tawarkan operasi rekonstruksi atau alat bantu

dengar. Bila otorea tidak berhenti waspada bahaya, anjurkan segera untuk kemungkinan

operasi.7

II. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer

II.1 Definisi

Kelumpuhan nervus fasialis (n. VII) merupakan kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien

tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah tampak tidak

simetris. Dalam menggerakkan otot ketika menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi

tampak sekali wajah pasien tidak simetris.5

II.2 Anatomi

Nervus fasialis merupakan saraf cranial terpanjang yang berjalan di dalam tulang,

sehingga sebagian besar kelainan nervus fasialis terletak di dalam tulang temporal. Nervus

23

Page 25: omsk

fasialis terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen motoris, sensoris dan parasimpatis.

Komponen motoris mensarafi otot wajah, kecuali m. levator palpebra superior. Selain otot

wajah nervus fasialis juga mensarafi m. stapedius dan venter posterior m. digastrikus.

Komponen sensoris mensarafi duapertiga anterior lidah untuk mengecap, melalui nervus

korda timpani. Komponen parasimpatis memberikan persarafan pada glandula lakrimalis,

glandula submandibula dan glandula lingualis. Nevus fasialis mempunyai dua inti, yaitu inti

superior dan inti inferior. Inti superior mendapat persarafan dari korteks motor secara

bilateral, sedangkan inti inferior hanya mendapat persarafan dari satu sisi. Serabut dari kedua

inti berjalan mengelilingi ini (nucleus) nervus abdusen (n. VI), kemudian meninggalkan pons

bersama-sama dengan n. VIII (nervus koklea) dan nervus intermedius (Whrisberg), masuk ke

dalam tulang temporal melalui porus akustikus interus. Setelah masuk ke dalam tulang

temporal, n. VII (n. fasialis) akan berjalan dalam suatu saluran tulang yang disebut kanal

Fallopi.2Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, n. VII dibagi 3 segmen, yaitu segmen

labirin, segmen timpani dan segmen mastoid.2Segmen labirin terletak antara akhir kanal

akustik internus dan ganglion genikulatum.Panjang segmen ini 2-4 milimeter.5

Segmen timpani (segmen vertical) terletak diantara bagian distal ganglion

genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap

lonjong (fenestra ovalis) dan stapes, lalu turun dan kemudian terletak sejajar dengan kanal

semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.2 Segmen mastoid

(segmen vertical), mulai dari dinding medial dan superior kavum timpani.Perubahan posisi

dari segmen timpani menjadi segmen mastoid, disebut segmen pyramidal atau genu eksterna.

Bagian ini merupakan bagian paling posterior dari n. VII, sehingga mudah terkena trauma

pada saat operasi.Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah kaudal menuju foramen

stilomastoid. Panjang segmen ini 15-21 milimeter.5

Setelah keluar dari dalam tulang mastoid, n. VII menuju ke glandula parotis dan

membagi dini untuk untuk mensarafi otot-otot wajah. Di dalam tulang temporal, n. VII

memberikan tiga cabang penting, yaitu nervus petrosus superior mayor, nervus stapedius dan

korda timpani. Nervus petrosus superior mayor yang keluar dari ganglion genikulatum.Saraf

memberikan rangsang untuk sekresi pada kelenjar lakrimalis.Nervus stapedius yang

mensarafi muskulsu stapedius dan berfungsi sebagai peredam suara.Korda timpani yang

memberikan serabut perasa pada duapertiga lidah bagian depan.5

Beikut gambaran perjalanan nervus fasialis :

24

Page 26: omsk

II.3 Etiologi Kelumpuhan Nervus Fasialis

Penyebab kelumpuhan n. fasialis mungkin congenital, infeksi, tumor, trauma,

gangguan pembuluh darah, dan idiopatik. Biasanya kelumpuhan yang didapat sejak lahir

(congenital) bersifat irreversible dan terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan

tulang pendengaran.5

Sebagai akibat proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah, dapat

menyebabkan kelumpuhan n.fasialis. infeksiintrakranial yang menyebabkan kelumpuhan ini

sindrom Ramsey-Hunt, herpes optikus, dan infeksi telinga tengah yang dapat menyebabkan

kelumpuhan n. fasialis adalah otitis media supuratif kronis yang telah merusak kanal fallopi.5

Selain itu nervus fasialis juga dapat terkena oleh karena penyebaran infeksi langsung

ke kanalis fasialis pada otitis media akut.Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi

tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis

fasialis tersebut.5

Pada otitis media akut operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan.Perlu

diberikan antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya, serta menghilangkan tekanan

di dalam kavum timpani dengan drainase.Bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada

perbaikan setelah diukur dengan elektrodiagnostik, barulah dipikirkan untuk melakukan

dekompresi.6

Pada otitis media supuratif kronis, tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa

harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik.3Selain itu fraktur pars petrosa os temporal

oleh karena trauma kepala dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis.2 Etiologi

kelumpuhan nervus fasialis ini kadang-kadang tidak jelas (idiopatik).Kelumpuhan ini disebut

juga bell’s palsy.2

25

Page 27: omsk

II.4 Penatalaksanaan

Pengobatan terhadap kasus parese nervus fasialis dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:5

1. Pada kasus dengan gangguan hantaran ringan dan fungsi motor masih baik

pengobatan ditujukan untuk menghilangkan edema saraf dengan menggunakan obat –

obatan sepert anti edem, vasodilatansia, dan neurotro-nika.

2. Pada kasus dengan gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi total

tindakan operatif segera harus dilakukan dengan teknik dekompresi nervus fasialis

transmastoid.

KESIMPULAN

OMSK (otitis media Supuratif Kronis) atau yang biasa disebut di masyarakat sengan

istilah congek adalah suatu infeksi telingan tengah dengan perforasi membrane timpani dan

riwayat keluar sekret dari telinga tengah (otorea) lebih dari dua bulan , baik terus menerus

atau hilang timbul.

26

Page 28: omsk

Omsk merupakan penyakit yang sering dijumpai pada negara yang sedang

berkembang . secara umum ras dan faktor sosial ekonomi mempengaruhi kejadian OMSK

pada negara yang sedang berkembang. Indonesia merupakan negara dengan prevalensi tinggi

untuk kasus OMSK.

OMSK berpotensi untuk menjai serius karena komplikasinya yang dapat mengancam

kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Komplikasi intracranial yang paling sering

ditemukan adalah meningitis.

Penatalaksanakaan OMSK harus didasari pada faktor-faktor penyebabnya dan

stadium penyakitnya. Terapi dibutuhkan lama dan berulang-ulang. Seringkai sekret yang

keluar tidak cepat kering dan kambuh lagi. Bila sudah di diagnosis kolesteatom, maka mutlak

harus dilakukan operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi

sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 29: omsk

1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi Efiaty A,

Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6 th

ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.69-74.

2. Juan L. Anatomi telinga. Available at :

http://depts.washington.edu/sphcs461/inner_ear/inner

%20Ear20anatomy.pdf.Accessed on: Sept 7, 2013.

3. Ditjen pembinaan kesehatan mayarakat Depkes RI. Survey Kesehatan indra

penglihatan dan pendengaran pada 7 propinsi di Indonesia tahun 1994-1996. Depkes

RI;1997.

4. Whorld Health Organization.1996.prevention of Hearing Impairment from Chronic

Otitis Media. Available at: http://www.who Accessed on july 2014.

5. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. In:

Soepardi Efiaty A, Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.114-117.

6. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi Otitis Media Supuratif. In: Soepardi

Efiaty A, Iskandar Nurbaiti; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.80

7. WHO. Chtonic suppurative otitis media burden of illness and management options.

Child and Adolescent Helath and Developmet Preventionof Blindess and

Deafness.WHO Geneva, Switerland 2004.

28