oleh: dr. drh. kisman a. rasyid, mm (medik veteriner utama). mkti_kisman_angkutan ternak...

1

Upload: duongtu

Post on 06-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Oleh:

Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM

(Medik Veteriner Utama)

PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI

BADAN KARANTINA PERTANIAN

Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca

Panen Hingga Karkas Yang H-A-S ( Halal-Aman-Sehat)” Diselenggarakan

oleh MKTI, 30 Juli 2015 di Hotel Grand City Convex, Surabaya.

Page 2: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Definisi• Kesejahteraan Hewan adalah suatu upaya untuk

memberikan kondisi lingkungan dan derajat kehidupanyang baik , agar hewan dapat tumbuh kembang secaraalami dan tanpa tekanan fisik dan stress.

• ’’MANUSYA MRIGA SATWA SEWAKA’’, semboyan dokterhewan ini dapat diartikan sebagai mengabdi kepadasesama lewat kesejahteraan hewan. Dengan demikiantugas seorang dokter hewan secara konkret adalah menjagakesejahteraan manusia dengan jalan memuliakan hewan, menjaga kelayakan sumber protein hewani, mencegahberbagai penyakit yang dapat menular dari hewan sertamenjaga kesehatan lingkungan tempat hewan/ternakmenjalani perkembangan kehidupannya.

Page 3: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 Pasal 66 menyatakan bahwa ketentuan mengenai KesejahteraanHewan, meliputi :

1. Penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai denganketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;

2. Penempatan dan pengandangan dilkukan dengan sebaik-baiknya sehinggamemungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya;

3. Pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukandengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasasakit, penganiayaan dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;

4. Pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehinggahewan bebas dari rasa takut dan tertekan serta bebas daripenganiayaan;

5. Penggunaan dan pemamfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknyasehingga hewan bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan;

6. Pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknyasehingga hewan bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiayaan,dan penyalahgunaan; dan

7. Perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiyaan danpenyalahgunaan.

Page 4: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Konsep Kesejahteraan HewanWorld Society for Protection of Animals (WSPA)

1. Bebas dari rasa lapar dan haus(Freedom from hunger and thristy)

2. Bebas dari sasa sakit, luka danpenyakit (Freedom from pain, injury and disease)

3. Bebas dari rasa penyalahgunaan dan salahpemanfaatan (Freedom from abused and misused)

4. Bebas untuk melakukanperilaku alaminya (Freedom to express normal behavior)

5. Bebas dari rasa takut dantertekan (Freedom form fear and distress)

Page 5: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Perkembangan Lingkungan Strategis

• Perkembangan pertumbuhan penduduk dunia,menyebabkan kebutuhan akan pangan dan protein hewanijuga meningkat dengan pesat, sehingga munculindustrialisasi dan pemanfaatan hewan untuk mencapaitujuan tersebut;

• Industri sandang (pakaian) juga memacu kebutuhan akanproduk-produk yang berasal dari hewan,

• Ilmu pengetahuan kedokteran juga berkembang pesatsehingga membutuhkan “laboratorium hidup” sebagai ujicoba potensi dan efektifitas sediaan farmasetik dan bahanbiologik;

• Hubungan sosial masyarakat juga berkembang sejalandengan kebutuhan akan hewan olahraga, hewankesayangan, hewan pertunjukan, hewan adu.

Page 6: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Industri Pangan• Kebutuhan pangan asal hewan, memacu pertumbuhan

industri ternak skala besar agar dapat memenuhikebutuhan daging, susu, telur;

• Skala produksi yang besar menyebabkan kebutuhan benihdan bibit juga besar sehingga proses seleksi bibit sangatketat;

• Persaingan kebutuhan pangan nabati dengan pakannabati antara manusia dan hewan;

• Penyumbang pemanasan global industri ternak karenamenyerap oksigen, mengeluarkan emisi CO2 dan methan(kotoran ternak);

• Munculnya banyak kasus kesehatan manusia akibatkeamanan pangan.

Page 7: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Industri Sandang Kebutuhan akan sandang (pakaian) yang berasal dari

hewan, memunculkan banyaknya industri ternakyang menghasilkan kulit, bulu, wool;

Keunikan/kekhasan (eksklusif) menyebabkanpenggunaan bahan sandang yang berasal dari hewan-hewan langka (dilindungi);

Munculnya praktek-praktek pencukuran danpengambilan kulit, bulu dan wool secara kasar;

Terjadinya gangguan-gangguan kesehatan akibatalergi penggunaan bahan yang berasal dari hewan.

Page 8: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Industri Pharmasi Banyaknya penggunaan hewan percobaan untuk

menguji suatu produk pharmasetik dan biologik;

Pemanfaatan hewan untuk diambil sebagian organatau jaringannya untuk keperluan pengobatan dantransplantasi;

Munculnya berbagai penangkapan hewan-hewanpercobaan, dengan berkedok penangkaran danpemeliharaan;

Banyaknya terjadi kasus dan wabah penyakit(emerging dan re-emerging diseases);

Munculnya berbagai penyakit zoonosis.

Page 9: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Transportasi, Pekerja dan Hiburan Perpindahan hewan dan ternak demikian pesat,

banyak kematian hewan selama perjalanan karenapenggunaan sarana transportasi yang kurangmemadai;

Penggunaan hewan sebagai pekerja di pertanian,perkebunan, kehutanan dan perhubungan:

Penggunaan hewan liar (dilindungi) sebagai hewanpeliharaan, hewan pertunjukan, hewan olahraga,hewan aduan;

Munculnya hewan-hewan asing yang berbahaya(Invasive Alien Species)

Banyaknya hewan-hewan yang terlantar ditinggalpemiliknya;

Page 10: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Pedoman Kesejateraan HewanKesejahteraan Hewan dapat diterapkan sesuaiperuntukan hewan, yaitu :

• Farm Animals, adalah hewan ternak yang dikonsumsiseperti : sapi, kambing, ayam, dll

• Working Animals, adalah hewan yang dimanfaatkantenaga seperti : kuda, kerbau, anjing penarik keretasalju, dll

• Companion Animals, adalah hewan kesayangan yangdipelihara seperti : anjing, kucing, hewan eksotik lain

• Laboratory Animals, adalah hewan yangdimanfaatkan untuk penelitian.

• Genetic Manipulation and Genetic Engineering,adalah hewan yang telah dimanipulasi genetik

Page 11: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Wild Animals, adalah satwa liar yang hidup bebas dialam seperti orang utan, badak, dll

Animals Used In Sport Or Entertainment, adalahhewan yang digunakan untuk kepentingan olahragadan hiburan seperti kuda/anjing balap,dll

Marine Animals, adalah hewan-hewan yang hidupdi laut

Fur and Trapping, yaitu pemanfaatan bulu/kulithewan dan penangkapan hewan

Conservation, adalah hewan-hewan yang terancampunah dan dipelihara untuk pelestarian/konservasi.

Page 12: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Perlindungan Hewan

Gerakan menentang penggunaan hewan untuk tujuanapapun (Animal Liberation) : Vegetarian (tidak mengkonsumsi pangan yang berasal dari

hewan);

Kampanye perlakuan pemotongan hewan tanpa kekerasan(stunning, pemingsanan, electrical shock);

Fashion without animal produk (tidak menggunakan mantel,jaket, topi, sepatu, sabuk, dompet yang terbuat dari kulit, bulu,wool);

Kampanye anti pemusnahan hewan secara massal;

Kampanye anti penggunaan hewan percobaan dalam duniakedokteran serta industri obat dan vaksin;

Munculnya berbagai tempat penitipan/penampungan hewanterlantar, setelah hewan tidak dimanfaatkan lagi.

Page 13: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

ORGANISASI KESEHATAN HEWAN DUNIA/ OIE / WAHO DAN KESRAWAN

Kesrawan telah menjadi isu penting di dunia dan

dijadikan sebagai persyaratan perdagangan setelah

berbagai negara anggotanya menyepakati hal ini.

Pada April 2002, OIE melalui Kelompok Ad Hoc nya

baru menyusun rekomendasi-rekomendasi.

Dan masih mengembangkannya hingga saat ini.

Page 14: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Konsep Rekomendasi Ini Menggaris Bawahi Adanya Hubungan Penting Antara Kesehatan Hewan Dan Kesrawan.

OIE kemudian mengelompokkan cakupan isu kesrawan sebagai berikut :

a. Kategori kelompok hewan

pada hewan yang digunakan dalam pertanian dan aquakultur untuk produksi,breeding dan hewan kerja

hewan kesayangan termasuk hewan kesayangan eksotik (tangkapan liar maupun spesies non tradisional)

hewan yang dipergunakan untuk research/penelitian,pengujian (testing) dan pengajaran (teaching purposes)

Page 15: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

hewan liar di alam termasuk isu perburuannya,jenis jebakan hewan yang digunakan serta penggunaan jenis pestisida untuk vertebratahewan yang digunakan untuk olah raga,rekreasi dan

hiburan termasuk pula hewan dalam sirkus dan kebun binatang

b. Perkandangan (housing)c. Manajemend. Transportasie. Penyembelihanf. Cara mematikan hewan untuk kontrol penyakit

(penyembelihan yang manusiawi, eutanasia individu hewan, eliminasi/ pembunuhan massal untuk kontrol penyakit)

Page 16: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Pengaturan lainnya adalah dalam hal :

a. Modifikasi genetik dan cloning

b. Seleksi genetik untuk hewan produksi dan hewan hobby

c. Penanganan dengan prinsip-prinsip veteriner

Page 17: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Hingga saat ini OIE masih terus membahas dan

menyempurnakan berbagai Standard dengan

aspek kesrawan.

Pada OIE Code atau Terrestrial Animal Health Code

2006 telah mengatur transportasi hewan dan akan

mengeluarkan berbagai standard lagi berasaskan

kesrawan

Page 18: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

GUIDELINES/PEDOMAN UNTUK KESRAWAN( APENDIX 3.7.1. OIE TERRESTRIAL CODE 2006)

Prinsip-prinsip Kesrawan :1. Ada hubungan yang kritikal antara keswan dan

kesrawan2. Bahwa 5 Kebebasan (5 F) yang terkenal di dunia

internasional yaitu : Bebas lapar ,haus dan malnutrisi Bebas dari ketakutan dan stress Bebas dari ketidak nyamanan fisik dan suhu udara Bebas dari kesakitan,kecederaan dan penyakit Bebas untuk mengekspresikan pola perilaku normal

Adalah dapat menjadi acuan yang berguna dalam mengukur kesrawan

Page 19: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

3. Dunia internasional juga mengenal “ tiga R” yang dipergunakan sebagai ukuran bersama 5 F pada hewan-hewan coba untuk penelitian ilmiah

Tiga R :

Reduction = pengurangan jumlah hewan yang digunakan/seperlunya saja

Refinement of experimental methods = penggunakan metode yang tidak menyiksa hewan

Replacement = menggantikan tehnik dengan hewan menjadi tehnik tanpa hewan

Page 20: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

4. Penilaian kesrawan secara ilmiah melibatkan beragam elemen yang harus dipertimbangkan bersama, dimana menimbang dan menyeleksi elemen-elemen ini seringkali membuat penilaian berdasarkan asumsi maka harus diupayakan dapat dijelaskan secara rinci .

5. Penggunaan hewan pada pertanian dan keperluan ilmiah serta untuk kesayangan, rekreasi dan hiburan memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia.

6. Dalam menggunakan hewan apapun tujuannya menuntut adanya tanggung jawab yang etikal untuk memastikan kesejahteraan hewan sangat dimungkinkan untuk dipraktekkan/diberikan.

Page 21: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

7. Memperbaiki kesrawan pada hewan pangan

seringkali memperbaiki produktifitas dan

keamanan pangan yang membawa kepada

keuntungan ekonomi.

8. Hasil yang memadai dari penerapan kesrawan

(dikriteriakan sebagai tampilan yang baik) yang

menjadi dasar perbandingan untuk standard

dan pedoman dalam kesrawan dan bukan

standard dengan sistem-sistem ( kriteria

disain/pola) yang diseragamkan.

Page 22: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Pemeliharaan di peternakan

Transportasi lalulintas hewan - Unggas

Pengangkutan ke pasar hewan atau RPH - U

Loading/Unloading

Pemeliharaan di kandang istirahat

Penanganan ternak menjelang prosespenyembelihan

Proses penyembelihan

Proses penyelesaian penyembelihan

Titik Kritis Kesrawan Pada TernakPotong

Page 23: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen
Page 24: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen
Page 25: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen
Page 26: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen
Page 27: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

“ANGKUTAN TERNAK UNGGAS DI INDONESIA” SUDAHKAH MEMPERTIMBANGKAN KESRAWAN DAN TANGGUNGJAWAB PENGAWASANNYA

Page 28: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Alat angkut berpotensi menularkan

HPHK karena berhubungan langsung

dengan media pembawa melalui

sekreta yang menempel di alat

angkut

Alat angkut ini juga dapat berasal

dari negara/area wabah penyakit

maupun tertular HPHK

Alat angkut harus memperhatikan

aspek Kesrawan

Peningkatan arus lalu lintas MP baik

hewan, bahan asal hewan, hasil bahan

asal hewan dan benda lain untukimpor, ekspor maupun antar area,

Kesehatan Hewan bagian daripada

Kesrawan

Page 29: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

DASAR HUKUM

UU Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan dan Tumbuhan

Pasal 21 : bahwa terhadap orang, alat angkut,

peralatan, air, atau pembungkus yang diketahui

atau diduga membawa hama dan penyakit

hewan karantina, hama dan penyakit ikan

karantina, atau organisme pengganggu

tumbuhan karantina, dapat dikenakan tindakankarantina.

Page 30: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan

Pasal 1 ayat 19 disebutkan bahwa alat angkut

adalah alat angkutan dan sarana yang

dipergunakan untuk mengangkut yang langsung

berhubungan dengan media pembawa.

Pasal 9 ayat 1 Pemeriksaan dilakukan untuk

mengetahui kelengkapan dan kebenaran isidokumen dan mendeteksi HPHK, status kesehatan dan sanitasi media pembawa, ataukelayakan sarana prasarana karantina danalat angkut

Page 31: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan pasal 53

Ayat (1) tindakan karantina dilakukan jika

laporan penangungjawab alat angkut dan atau

dari hasil pemeriksaan alat angkut tersebut di

duga berpotensi membawa dan meyebarkan

HPHK

Ayat (3) menyatakan tata cara perlakuan

terhadap alat angkut, penumpang dan muatan

lainnya diatur lebih lanjut dengan keputusanMenteri

Page 32: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

ayat (1) : Untuk mencegah terjadinya rudapaksa, stres dan

terganggunya kesejahteraan hewan , kerusakan dan

pencemaran pada bahan asal hewan, hasil bahan asal

hewan dan benda lain; dan atau penularan hama penyakit

hewan karantina sebagai akibat pengangkutan, diperlukan

persyaratan teknis alat angkut dan keamanan media

pembawa.

Ayat (3) : Jika dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) ditemukan alat angkut dan atau kemasan

media pembawa yang tidak memenuhi persyaraan teknis,

maka pemuatan media pembawa harus dibatalkan atau

ditunda sampai dengan persyaratan teknisnya dipenuhi

PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewanpasal 55

Page 33: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Pasal 55, ayat (4) : Persyaratan teknis alat angkut dan

kemasan media pembawa, ditetapkan dengan

Keputusan Menteri, setelah berkonsultasi dengan

Menteri yang bertanggung jawab di bidang

perhubungan.

Penjelasan :

Persyaratan teknis alat angkut dan kemasan dalam ayat ini

hanya mengatur aspek kesejahteraan hewan untuk

keselamatan hewan selama dalam perjalanan antara lain

seperti ventilasi, penyediaan pakan dan air, kapasitas

tampung, serta ukuran

kemasan

PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan

Page 34: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Pasal 1 angka 42 : Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia

Pasal 66 ayat (1) : bahwa untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar.

UU Nomor 18 Tahun 2009 ,juncto UU No. 41

Tahun 2014,Tentang Peternakan dan KesehatanHewan

Page 35: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Pasat 1 angka 2 : bahwa Kesejahteraan hewan didefinisikan sebagai segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Artinya suatu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi hewan sehingga berdampak ada peningkatan sistem psikologi dan fisiologi hewan.

Pasal 83 ayat (2) : bahwa Kesejahteraan Hewan dilakukan dengan cara menerapkan 5 prinsip kebebasan dalam kaedah Kesrawan yang meliputi bebas: a). dari rasa lapar dan haus; b). dari rasa sakit, cidera, dan penyakit; c). dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan; d). dari rasa takut dan tertekan; dan e). untuk mengekspresikan perilaku alaminya

PP Nomor 95 Tahun 2012 ,Tentang KesehatanMasyarakat Veteriner dan Kesrawan

Page 36: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Isu utama Kesejahteraan Hewan terkait alat angkut adalah stres, panas dan dingin; cedera akibat tepi-tepi yang tajam dan tonjolan-tonjolan di alat angkut serta lantai yang licin; ketidakmampuan untuk memisahkan hewan menggunakan kompartemen; kelaparan, dehidrasi dan kehausan selama perjalanan; kepadatan di atas alat angkut serta mabuk perjalanan.

Aspek kesejahteraan hewan harus diperhatikan dalam tahap-tahap transportasi hewan mulai dari penyediaan sarana dan fasilitas, sumber daya manusia yang terlatih dalam menangani hewan serta regulasi untuk mendukung penerapan aspek kesejahteraan hewan (kesrawan).

Pengiriman hewan yang tidak dilakukan dengan prinsip Kesrawan tentu saja merupakan hal yang memberikan banyak keburukan bagi hewan itu sendiri. Efek buruk dari transportasi hewan di Indonesia yang tidak mengimplementasikan kesrawan telah dibuktikan melalui beberapa penelitian diantaranya ditemukannya stress, hilangnya pengendalian diri dari ternak (distress), sesak napas, dehidrasi, keracunan, kelelahan, luka akibat kondisi transportasi yang kurang baik atau perkelahian antar sesama hewan, hingga gagal jantung.

Page 37: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

KONDISI SAAT INI

Alat angkut Hewan maupun produknya belum semua

memenuhi atau menerapkan standar teknis, baik tranportasi

darat, udara maupun perairan.

Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut hewan

belum dirancang khusus untuk ternak

tidak diatur sekat pemisah antara jenis hewan

Sering dijumpai sejak awal pemuatan di pelabuhan

keberangkatan sampai pembongkaran di pelabuhan tujuan

tidak tersedianya fasilitas tangga khusus pemutan dan

pembongkaran hewan

Tempat penyajian pakan dan minum hewan belum memadai

Pembongkaran sapi di pelabuhan masih ada yang

mengunakan crank

Page 38: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

KONDISI SAAT INI

Page 39: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Alat angkut dan kemasan masih memiliki potensi untukpenyebaran HPHK, maka :

1. Alat angkut untuk hewan wajib mempertimbangkanaspek kesejahteraan hewan, keterkaitan dengan fisiologishewan dengan penyakit yang dapat ditimbulkan selamaproses pengangkutan, risiko penularan HPHK, dankeselamatan dalam perjalanan

2. Alat angkut untuk mengangkut BAH, HBAH dan BendaLain wajib mempertimbangkan aspek higiene dansanitasi sehingga dalam perjalanan dapat dijaminkebersihan dan tidak terjadinya pencemaran pada mediapembawa HPHK.

Page 40: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Page 41: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Tahun 2015 Pusat Karantina Hewan dan Keamanan HayatiHewani sedang Menyususn Kajian Teknis / KonsepPeraturan Menteri Pertanian tentang persyaratan teknis danperlakuan terhadap alat angkut

Peraturan tersebut merupakan dasar hukum bagi petugaskarantina dalam melaksanakan tindakan karantina terhadapalat angkut berupa penilaian persyaratan teknis sertatindakan perlakuan terhadap alat angkut yang digunakanuntuk melalulintaskan media pembawa HPHK.

Peraturan tersebut bertujuan untuk mencegah masuk dantersebarnya HPHK yang dapat terbawa melalui alat angkut,baik alat angkut perairan, darat, dan udara. selain itupersyaratan teknis alat angkut bertujuan untuk menjaminmedia pembawa diangkut sesuai dengan keselamatandan kesejahteraan untuk hewan dan keamanan untukbahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan bendalain.

Page 42: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

RUANG LINGKUP PENGATURAN

Jenis Alat Angkut

Persyaratan Teknis Alat Angkut untuk Hewan, BAH, HBAH dan Benda Lain

Persyaratan Teknis Kemasan MP untuk BAH, HBAH dan Benda Lain

Perlakuan terhadap Alat Angkut

Perlakuan Terhadap Penumpang dan Muatan Lainnya

Penutup

Page 43: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Persyaratan Teknis Alat Angkut Untuk Hewan: wajib mempertimbangkan kesejahteraan hewan, resiko penularan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan keselamatan Hewan dan Petugas dalam perjalanan.

Persyaratan Teknis Alat Angkut Untuk BAH, HBAH dan Benda Lain wajib mempertimbangkan aspek sanitasi, higiene, dan risiko penularan penyakit selama dalam perjalanan.

Page 44: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Alat Angkut Untuk Hewan

Persyaratan teknis :1. Alat angkut untuk hewan wajib mempertimbangkan aspek kesejahteraan hewan,

risiko penularan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan keselamatan hewan

dan petugas selama dalam perjalanan.

2. Alat angkut dan sarana wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Terbuat dari bahan yang tidak membahayakan kesehatan atau kesejahteran

hewan;

2) Lantai wajib kuat, tidak licin, aman, dan mudah dibersihkan;

3) Dinding kuat dan aman bagi hewan dan sesuai dengan ukuran spesies

hewan;

4) Penyekat untuk memisahkan dan menahan hewan atau antar kelompok

hewan harus kuat;

5) Jumlah ruang sekat wajib sesuai dengan jumlah dan berat hewan yang

diangkut;

6) Kapasitas tidak melebihi daya angkut maksimum sesuai dengan ketentuan;

7) Atap wajib dapat melindungi hewan dari panas dan hujan;

Page 45: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Alat Angkut Untuk Hewan

8) Kerangka atap terbuat dari besi atau kayu yang kuat dan aman;

9) Konstruksi atap wajib mampu menahan beban yang dipikul dan ukuran sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

10)Pintu harus kuat, tidak licin dan aman bagi hewan;

11)Sanitasi cukup bersih dan meminimalkan risiko sebagai sumber pencemaran

penyakit;

12)Ventilasi cukup menjamin kelancaran sirkulasi udara di dalam ruangan;

13)Tersedia tempat pakan dan minum yang cukup;

14)Tempat pakan dan minum harus terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak bocor,

mudah dibersihkan;

15)Ukuran serta jumlah tempat pakan dan minum wajib sesuai ketentuan yang ada;

16)Tempat penyimpanan pakan dan wadah pakan wajib tersedia;

17)Tempat obat-obatan dan perawatan wajib tersedia; dan

18)Tempat penampungan kotoran wajib tersedia dan terbuat dari bahan yang kuat

dan tidak bocor.

19)Pencahayaan yang cukup dan wajib tersedia alat pendeteksi kebakaran di alat

angkut.

Page 46: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Alat Angkut BAH, HBAH dan Benda Lain

Persyaratan teknis : Harus tertutup untuk mencegah terjadi pencemaran pada

Media Pembawa HPHK atau menjadi sumber pencemaran.

Bahan dasar : terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik,

tidak bocor, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan &

mudah didisinfeksi.

Untuk Media Pembawa HPHK yang membutuhkan suhu

tertentu harus dilengkapi alat pendingin dengan suhu

sesuai ketentuan yg ada dalam etiket sesuai

peruntukannya.

Menjamin kebersihan alat angkut dan personal

Kendaraan pengangkut Media Pembawa dari produk non

halal (babi) dan produknya harus terpisah dan khusus

Page 47: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

PERSYARATAN TEKNIS KEMASAN

Persyaratan Teknis Kemasan BAH & HBAH

Kemasan BAH, HBAH terbuat dari bahan kuat tidak mudah

rusak, tidak mudah bocor, tidak merubah sifat, tidak

mencemari dan tidak mempengaruhi, khusus utk BAH dan

HBAH pangan terbuat dari bahan yang aman untuk pangan

(food grade) dan tidak bersifat toksik

Kemasan harus diberi segel yang berupa gambar atau

tulisan yang menjamin keaslian BAH, HBAH dari negara/area

asal dan tujuan

BAH dan HBAH untuk keperluan bahan pakan hewan diberi

label bertuliskan “tidak layak dikonsumsi manusia”

Setiap kemasan harus diberi label sesuai ketentuan yang

berlaku dengan benar dan mudah dibaca

Page 48: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Persyaratan teknis Kemasan Benda Lain

Kemasan Benda Lain terbuat dari bahan kuat tidak mudah

rusak, tidak mudah bocor dan pecah

Untuk yang berupa cairan (liquid) terdapat bahan penyerap

yang diletakkan diantara lapis pertama dan lapisan kedua

sehingga jika terjasi kebocoran tidak sampai ke lapisan

terluar

Kemasan harus diberi segel yang berupa gambar atau

tulisan yang menjamin keaslian Benda Lain dari

negara/area asal dan tujuan

Benda Lain untuk keperluan bahan pakan hewan diberi

label bertuliskan “tidak layak dikonsumsi manusia”

Setiap kemasan harus diberi label sesuai ketentuan yang

berlaku dengan benar dan mudah dibaca

Page 49: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

PERLAKUAN TERHADAP ALAT ANGKUT

Kondisi dilakukannya Perlakuan:

• berasal dari negara/area yang berbeda status

dan situasi hama penyakit hewan karantina

dengan negara/area tujuan

• berasal dari tempat-tempat transit yang belum

ditetapkan

• terindikasi muatan alat angkut tertular HPHK

melalui vektor yang kemungkinan ditemukan

selama perjalanan

• setelah digunakan dan/atau akan digunakan

kembali untuk mengangkut media pembawa

Page 50: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

• Alat angkut disucihamakan dengan cara

didesinfeksi, didesinsektisasi dan fumigasi.

• Metode pelaksanaan desinfeksi dan desinsektisasi

dilakukan dengan cara:

Spraying (Penyemprotan)

Dipping (Perendaman)

• Spraying (penyemprotan) dilakukan dengan

mengunakan alat semprot mesin baik tenaga

listrik/disel, dapat disemprotkan pada alat angkut,

kandang dan kontainer.

• Dipping (perendaman) dilakukan untuk

mendesinfeksi roda alat angkut darat.

• Fumigasi dilakukan apabila teknis desinfeksi tidak

memungkinkan dilakukan karena sifat dan

material alat angkut.

Metode Perlakuan

Page 51: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Dilakukan pada saat alat angkut sudah kosong atau

muatan sudah diturunkan;

Diberi penandaan terhadap alat angkut yang sedang

dilakukan desinfeksi dengan label ”Sedang Dilakukan

Tindakan Karantina Perlakuan Pensucihamaan, Selain

Petugas Karantina Dilarang Masuk”;

Desinfeksi dilakukan terhadap ruang muat hewan antara

lain kandang, tempat pakan/ minum, dinding, lantai,

atap, bahan dan peralatan lainnya;

Desinfeksi dilakukan terhadap bahan atau peralatan

yang pernah berhubungan dengan MP HPHK tersebut

yang tidak mungkin atau tidak bisa dimusnahkan.

Prosedur perlakuan terhadap alat angkut

Page 52: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Persyaratan Desinfektan

Jenis bahan desinfeksi dan fumigasi harus efektif

membunuh penyakit hewan sasaran dan toksisitasnya

rendah.

Dapat bekerja pada rentang pH dan suhu yang luas.

Tidak merusak lingkungan.

Tidak membahayakan /aman bagi petugas pelaksana.

Waktu paparan/kerja yang cukup singkat.

Daya larut dan stabilitas yang tinggi.

Tidak mudah membentuk ikatan kimia dengan zat organik

lainnya.

Mudah digunakan dilapangan.

Biaya terjangkau dan relatif murah.

Page 53: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Toksisitas terhadap mikroorganisme, bahan kimia

tersebut harus mempunyai daya kerja berspektrum

luas pada konsentrasi rendah.

Kelarutan, desinfektan harus larut dalam air agar

penggunaannya efektif.

Stabilitas, perubahan desinfektan selama

penyimpanan tidak menyebabkan hilangnya daya

germisidalnya.

Tidak beracun bagi hewan dan manusia.

Homogenitas dan kemampuan untuk mencegah

pencampuran dengan bahan organik.

Kemampuan berpenetrasi.

Tidak korosif dan tidak menimbulkan bau.

Ketersediaan, dan desinfektan harus mampu

tersedia dalam jumlah yang banyak.

Page 54: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

A. Jenis Alat Angkut Untuk Media Pembawa Hewan, BAH, HBAH Dan Benda Lain

1. Alat angkut di darat antara lain berupa mobil bak terbuka, truk, mobil box.

2. Alat angkut di perairan berupa kapal motor yang ruangan di dalamnya dirancang khusus digunakan untuk mengangkut ternak lewat laut / sungai / penyeberangan sehingga dapat menjamin kesejahteraan ternak dan keselamatan kapal.

3. Alat angkut di udara berupa pesawat udara yang mengangkut kargo

4. Kereta api yang mengangkut kargo

Page 55: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

B. PERSYARATAN TEKNIS ALAT ANGKUT DAN SARANANYA

Persyaratan teknis alat angkut harus memenuhi aspek kesejahteraan hewan. Apabila alat angkut tidak dapat memenuhi aspek kesejahteraan hewan maka dapat dilakukan penolakan untuk pemuatan media pembawa yang akan dilalulintaskan dan tidak dapat dilalulintaskan. Terhadap media pembawa yang dilakukan penolakanuntuk dimuat ke atas alat angkut, petugas karantina dapat menyampaikan Laporan kepada Penanggungjawab alatangkut untuk mencegah pemuatan kembali media pembawa tersebut. Sedangkan bagi media pembawa yang diimpor dapat disampaikan pelaporan ketidaksesuaian (certificate of non compliance).

Page 56: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Transportasi Hewan/Persyaratan Teknis Melalui Alat Angkut Perairan

a. Desain Kapal dan Kandang

1) Alat Angkut Perairan yang digunakan untuk mengangkut hewan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan jenis hewan, ukuran dan berat hewan yang akan diangkut. Bahan harus aman, halus, tidak ada tonjolan serta lantai tidak licin.

2) Alat Angkut Perairan harus dilengkapi dengan alat penerangan yang cukup sehingga hewan dapat diamati dan diperiksa.

3) Alat Angkut Perairan harus dirancang agar dapat dibersihkan dan didesinfeksi secara menyeluruh, serta terdapat sistem pengelolaan feses dan urin.

4) Alat Angkut Perairan dan alat kelengkapannya harus dalam kondisi mesin dan struktur yang baik.

5) Alat Angkut Perairan harus memiliki ventilasi yang cukup untuk mengantisipasi perbedaan suhu dan pengaturan suhu hewan yang diangkut. Sistem ventilasi harus berfungsi ketika alat angkut berhenti. Perangkat mesin cadangan harus tersedia agar ventilasi masih dapat difungsikan apabila mesin utama rusak.

Page 57: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

6) Tempat pemberian pakan dan minum harus dirancang agar pemberian pakan dan minum sesuai dengan jenis hewan, ukuran danberat hewan, serta dapat meminimalkan kandang kotor.

7) Sistem sanitasi feses dan urin pada alat angkut perairan harusdirancang sedemikian sehingga feses atau urin dari hewan di tingkatatas tidak mengotori hewan pada tingkat yang lebih rendah.

8) Pakan dan alas kandang harus disimpan di tempat penyimpananyang aman untuk memberikan perlindungan dari bahaya kebakaran, kontaminasi dan bahan-bahan lain.

9) Apabila diperlukan, diberi alas kandang yang cocok ke lantai alatangkut perairan, seperti jerami atau serbuk gergaji. Pemberian alas kandang berguna untuk membantu penyerapan urin dan feses. Pemberian alas kandang juga berguna untuk memberikan pijakanyang lebih baik untuk hewan dan melindungi hewan (terutamahewan muda) dari permukaan lantai yang keras atau kasar dankondisi cuaca buruk.

10) Prinsip-prinsip di atas berlaku juga untuk kandang yang digunakanuntuk pengangkutan hewan.

11) Bagi kapal niaga yang digunakan menjadi kapal pengangkut ternak harus telah ditetapkan sebagai kapal pengangkut ternak oleh Kementerian Perhubungan Laut.

Page 58: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

b. Ketentuan Khusus Untuk Transportasi Pada Kapal Ro-Ro (Roll On/Roll-Off) Atau Kandang

1) Alat angkut darat dan kandang didalamnya yang dimuat pada kapalRo-Ro harus disusun dengan baik dan diikatkan ke kapal sehinggamencegah adanya pergeseran akibat kapal bergerak.

2) Alat angkut perairan harus memiliki ventilasi yang cukup untukmenyesuaikan perbedaan suhu dan keperluan pengaturan suhuhewan yang diangkut, terutama untuk hewan yang diangkut dalamkendaraan sekunder/kandang yang ditempatkan pada di dektertutup.

3) Untuk mencegah risiko yang timbul akibat terbatasnya aliran udarapada dek kapal, maka tempat kendaraan atau kandang perlu sistemventilasi yang memadai menggunakan kipas angin (blower) dengankapasitas yang lebih besar.

Page 59: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

c. Lama Perjalanan

1) Lama perjalanan maksimum harus ditentukan denganmempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan kesejahteraanhewan, seperti:

2) kemampuan hewan untuk mengatasi stres selama transportasi(seperti terlalu muda, tua, menyusui atau hewan bunting);

3) pengalaman transportasi hewan sebelumnya;

4) adanya kemungkinan kelelahan;

5) perlunya perhatian khusus;

6) kebutuhan pakan dan air;

7) peningkatan kerentanan terhadap cedera dan penyakit;

8) ruang cadangan dan desain kapal;

9) kondisi cuaca;

10) tipe kapal yang digunakan dan risiko yang terkait dengan kondisi lauttertentu.

Page 60: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

d. Kebutuhan Ruangan

1) Jumlah hewan yang harus diangkut pada kapal dan pengalokasiankandang yang berbeda pada kapal harus ditentukan sebelum dimuat.

2) Luas tempat dan volume ruangan yang dibutuhkan termasuk ruanguntuk kepala hewan harus disesuaikan dengan jenis hewan dan harusmemungkinkan adanya pengaturan suhu. Setiap hewan harus dapatmengekspresikan posisi alami selama diangkut (termasuk saatbongkar dan muat) tanpa bersentuhan dengan atap atau dek ataskapal. Ketika hewan berbaring, harus ada ruang yang cukup padasetiap hewan untuk melakukan postur berbaring normal.

3) Perhitungan ruang untuk setiap jenis hewan harus mengacu padaketentuan nasional atau internasional yang relevan. Ukuran kandangakan mempengaruhi jumlah hewan di setiap kandang.

4) Prinsip yang sama berlaku ketika hewan diangkut dalam kandang.

Page 61: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

e. Kemampuan Untuk Mengamati Hewan SelamaPerjalanan

Hewan harus diposisikan sedemikian rupa sehinggamemungkinkan setiap hewan dapat diamati secara teraturuntuk memastikan keselamatan dan kesejahteraannyaselama dalam perjalanan.

f. Prosedur Tanggap Darurat

Harus ada rencana manajemen keadaan darurat yang mungkin ditemui selama perjalanan, prosedur pengelolaanaktivitas dan tindakan yang akan diambil dalam keadaandarurat. Untuk setiap peristiwa penting, rencana tersebutharus mendokumentasikan tindakan yang akan dilakukandan pihak yang bertanggung jawab, termasuk komunikasidan pencatatan.

Page 62: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

g. Pengendalian Penyakit

1) Transportasi hewan sering merupakan faktor pentingdalam penyebaran infeksi penyakit, perencanaanperjalanan harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

2) Apabila memungkinkan dan disetujui oleh OtoritasVeteriner dari negara pengimpor, hewan divaksinasiterhadap penyakit yang mungkin terkena di tempattujuan. (pemberian vaksin tergantung status dan situasiHPHK di negara/area asal dan tujuan, diberikan olehdokter hewan karantina)

3) Obat yang digunakan sebagai profilaksis atau terapi harusdiberikan oleh dokter hewan.

4) Pencampuran hewan dari sumber yang berbeda padaruang yang sama harus diminimalkan.

Page 63: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Persyaratan Teknis Alat Angkut Hewan melalui Pesawat Udara

1.1 Persyaratan Kandang Pengangkutan Hewan SecaraUmum:

a) Memenuhi ukuran standard pallet di pesawat yang akandigunakan untuk mengangkut hewan disesuaikan denganjenis dan ukuran hewan, serta jenis pesawat.

b) Tidak menggunakan material/bahan kandang yang dapatmembahayakan kesehatan atau kesejahteraan hewan(animal welfare).

c) Memungkinkan dilakukan observasi terhadap hewan dandiberi tanda pada sisi yang berhadapan menggunakansimbol IATA untuk mengindikasikan adanya hewan dandalam posisi yang tegak.

d) Dapat menjaga hewan dari cuaca yang ekstrim.

Page 64: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

e) Memastikan hewan berdiri di lantai yang aman untuk menghindariterjadinya kecelakaan atau tergelincir.

f) Cukup kuat untuk memastikan keselamatan hewan dan menghindariterlepasnya hewan.

g) Pintu dipastikan dapat dibuka dan ditutup dengan mudah, namunmenjamin hewan tidak dapat membuka pintu.

h) Bebas dari benda tajam yang dapat menyebabkan luka.

i) Didesain ada ruang/space agar hewan tidak ada risiko terjepit.

j) Jika kandang akan digunakan kembali, maka kandang harus terbuatdari bahan yang mudah dibersihkan dan didesinfeksi.

k) Pastikan feses dan urin tidak keluar dari kandang, tersedia tempatpenampungan dibawah kandang, serta tidak menutup lubangventilasi.

l) Jika kandang disusun bertumpuk, posisi harus stabil dan tidakmenutup ventilasi kandang dibawahnya.

m) Tersedia pakan dan minum untuk perjalanan yang lebih dari 6 jam.

n) Tersedia ruang yang cukup untuk istirahat/tidur untuk spesiestertentu dan anak hewan.

Page 65: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

1.2.Persyaratan Ventilasi Pada Kandang Hewan

1) Kandang pengangkutan harus :

2) Dilengkapi ventilasi yang layak dengan mempertimbangkan kepadatanjumlah hewan, suhu maksimum dan kelembaban di tempat kedatangan, keberangkatan dan titik pemberhentian sementara lainnya.

3) Memastikan ada sirkulasi udara selama pengiriman di dalam kandang.

4) Terdapat ventilasi di dinding kandang minimal 16% dari luas dinding.

5) Untuk kandang dengan bertingkat dua, ventilasi pada sisi sampingternak kurang lebih seluas 20% permukaan di tiap lantai dan untuk babidan kambing 40% dari luas permukaan di tiap lantainya.

6) Sekat pada bagian dalam kandang dipastikan tidak menutupi ventilasi.

7) Memiliki ventilasi khusus untuk jenis hewan yang mulutnya selalumengarah ke bawah (lantai), jarak ventilasi dengan kepalanya minimal 25 cm untuk sirkulasi udara.

8) Memastikan ventilasi tidak tertutup serta ada ruang atau jarak antarakandang dan palet.

Page 66: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Untuk Unggas Kandang yang berisi unggas harus ditangani dan dibawa dengan hati-

hati dan tidak miring. Unggas umumnya diangkut dalam box yang dirancang supaya udara mengalir melalui segala arah agar mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Berikut jenis unggas yang dimaksud dalam naskah akademis ini antara lain :

a. Untuk Burung : bahan kandang dari kayu atau bahan lain yang kuat, memiliki tempat untuk bertengger, permukaan dalam kandang tidak boleh ada yang tajam dan kasar. Berikut merupakan ilustrasi kandang unggas dewasa :

Page 67: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

b. Untuk DOC :

1) bahan kotak/kandang dari kardus karton atau plastik, dan memiliki ventilasi yang cukup.

2) DOC dengan jenis kelamin jantan dengan betinadiletakkan pada kotak yang terpisah.

3) Kotak pengangkutan DOC ini disusun dengan diberikanjarak yang cukup untuk sirkulasi udara dan dijagakestabilannya. Kotak disusun diatas pallet yang bersihdan kering dengan bantalan styrofoam pada dasar pallet.

4) Suhu yang disarankan dalam kotak sekitar 28-320C dandihindari perubahan suhu yang ekstrim.

5) DOC dimuat menjelang keberangkatan.

Page 68: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

pemuatan DOC dalam pesawat

kandang DOC dari bahan kardus karton dan plastik

Page 69: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

6) Seluruh kotak/kandang diberi tanda nama perusahaan, alamat, Daerah penerima/Negara penerima, jumlah, jenisDOC dan nomor alat angkut udara.

7) Kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan DOC menuju alat angkut udara harus dirancang untuk dapatmelindungi DOC dari lingkungan yang ekstrim.

8) Pemuatan DOC tidak boleh digabungkan dengan jenisunggas lainnya, kecuali jika memiliki biosekuriti yang sama/ status kesehatannya memenuhi persyaratan dalamsertifikat kesehatan. Pemuatan DOC dengan jenis unggaslainnya dapat dilakukan, namun tidak diletakkanberdekatan.

Page 70: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Persiapan untuk Pengangkutan Hewan MelaluiTransportasi Udara

1. Persyaratan kesehatan, hewan harus :

bebas dari HPHK;

layak untuk diberangkatkan;

dilengkapi sertifikat kesehatan hewan dari pejabatyang berwenang di negara asal bila dari Luar Negeriatau dari dokter hewan karantina di tempatpengeluaran untuk yang berasal dari dalam wilayahRepublik Indonesia.

Page 71: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

2. Kondisi suhu, kelembaban dan Lingkungan

Kondisi hewan dipengaruhi oleh temperatur yang ekstrim terutamasuhu tinggi yang diperparah dengan kelembaban yang tinggi. Sehinggasuhu dan kelembaban harus dipertimbangkan ketika merencanakanpengiriman.

Suhu transportasi sebaiknya sekitar 25°C. Di tempat pemasukansetelah pesawat mendarat apabila suhu di luar di bawah 25°C, makapintu pesawat harus dibuka untuk memastikan ventilasi yang cukup. Ketika suhu di luar pada saat pendaratan melebihi 25°C, diperlukan AC yang cukup.

3. Fasilitas dan peralatan

Pengaturan khusus harus dilakukan untuk memastikan bahwa fasilitasholding dan pemuatan termasuk ramps (jalan landai untuk pemuatanhewan), truk, dan AC tersedia di keberangkatan, semua bandara transit dan kedatangan.

4. Persiapan hewan

Memastikan telah dilakukan vaksinasi jauh sebelum jadwalkeberangkatan. Hewan memerlukan penyesuaian dengan keadaanlingkungan sebelum diangkut.

Page 72: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Transportasi Hewan Melalui Alat Angkut Darat

Desain Dan Pemeliharaan Kendaraan Dan Kandang

1) Alat angkut darat dan kandang yang digunakan untuk mengangkuthewan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan jenis hewan, ukuran dan berat hewan yang akan diangkut. Bahan harus amandan tidak ada tonjolan tajam.

2) Alat angkut darat dan kandang harus dirancang yang memberikanperlindungan terhadap cuaca buruk serta untuk meminimalkanpeluang bagi hewan untuk melarikan diri.

3) Alat angkut darat harus dirancang agar dapat dibersihkan dandidesinfeksi secara menyeluruh, serta terdapat sistem pengelolaanfeses dan urin.

4) Alat Angkut darat dan alat kelengkapannya harus dalam kondisimesin dan struktur yang baik

Page 73: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

5) Alat Angkut darat dan kandang harus memiliki ventilasi yang cukup untuk mengantisipasi perbedaan suhu dan pengaturan suhuhewan yang diangkut. Sistem ventilasi harus berfungsi ketika alatangkut berhenti. Perangkat mesin cadangan harus tersedia agar ventilasi masih dapat difungsikan apabila mesin utama rusak.

6) Sistem sanitasi feses dan urin pada alat angkut darat harusdirancang sedemikian sehingga feses atau urin dari hewan ditingkat atas tidak mengotori hewan pada tingkat yang lebihrendah.

7) Ketika Alat Angkut darat diangkut pada kapal feri, fasilitaspengamanan yang memadai harus tersedia.

8) Fasilitas untuk pakan dan air dalam kendaraan harus tersedia.

9) Apabila diperlukan, diberi alas kandang yang cocok ke lantai alatangkut darat, seperti jerami atau serbuk gergaji. Pemberian alas kandang berguna untuk membantu penyerapan urin dan feses. Pemberian alas kandang juga berguna untuk memberikan pijakanyang lebih baik untuk hewan dan melindungi hewan (terutamahewan muda) dari permukaan lantai yang keras atau kasar dankondisi cuaca buruk.

Page 74: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

b. Ketentuan Khusus Untuk Alat Angkut Darat yang Dimuat dalamKapal Ro-Ro

1) Alat angkut darat dan kandang didalamnya yang dimuat pada kapal Ro-Ro harus disusun dengan baik dan diikatkan ke kapal sehingga mencegahadanya pergeseran akibat kapal bergerak.

2) Untuk mencegah risiko yang timbul akibat terbatasnya aliran udara padadek kapal, maka tempat kendaraan atau kandang perlu sistem ventilasiyang memadai menggunakan kipas angin (blower) dengan kapasitas yang lebih besar.

c. Kebutuhan Ruangan

1) Jumlah hewan yang harus diangkut pada kendaraan ataudalam kontainer dan alokasi untuk kompartemen harus ditentukansebelum diangkut.

Page 75: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

2) Ruang yang dibutuhkan pada kendaraan atau kandang tergantungpada kebutuhan hewan berbaring (misalnya, sapi, domba, babi, unta dan unggas), atau berdiri (kuda). Hewan yang biasa berbaringbiasanya berdiri saat pertama kali dinaikkan ke alat angkut atauketika kendaraan terlalu banyak gerakan lateral atau pengeremanmendadak.

3) Ketika hewan berbaring, hewan harus dapat berbaring normal, tanpa bertumpuk satu sama lain, serta memungkinkan adanyapengaturan suhu.

4) Ketika hewan berdiri, hewan harus memiliki ruang yang cukupuntuk dapat berdiri seimbang yang disesuaikan dengan iklim/cuacadan jenis hewan yang diangkut.

Page 76: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

5) Besarnya ruangan yang diperlukan tergantung pada jenis hewan. Setiap hewan harus dapat berdiri alami selama transportasi(termasuk saat bongkar dan muat) tanpa bersentuhan dengan atapatau dek atas dari kendaraan, dan harus ada ruang kepala yang cukupyang memungkinkan aliran udara yang memadai. Kondisi inibiasanya tidak berlaku untuk unggas kecuali untuk DOC. Namun, dalam kondisi tropis dan subtropis unggas harus memiliki ruangyang memadai untuk memungkinkan pendinginan.

6) Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kebutuhan ruangmeliputi:

Desain kendaraan/kandang;

Lama perjalanan;

Persediaan pakan dan air pada kendaraan;

Kualitas jalan;

Perkiraan kondisi cuaca; dan

Kategori dan jenis kelamin hewan.

Page 77: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

d. Waktu Istirahat, serta Ketersediaan Air dan Pakan

1) Air dan pakan harus tersedia sesuai dengan spesies, umur, dan kondisi hewan, serta lama perjalanan, kondisiiklim, dan lain-lain.

2) Hewan harus diberikan waktu untuk beristirahatdi tempat istirahat dengan interval waktu yang tepatselama perjalanan. Jenis transportasi, umur dan spesieshewan yang diangkut, serta kondisi iklim menentukanfrekuensi istirahat dan pertimbangan apakah hewanharus dibongkar. Air dan pakan harus tersedia selamaistirahat.

Page 78: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

e. Kemampuan untuk Mengamati Hewan Selama Perjalanan

1) Hewan harus diposisikan sedemikian rupa sehinggamemungkinkan setiap hewan dapat diamati secara teraturuntuk memastikan keselamatan dan kesejahteraannya selamadalam perjalanan. Kondisi ini biasanya tidak berlakuuntuk unggas. Namun, harus ada prosedur yang sesuai untukmengamati kondisi unggas dalam box.

2) Jika hewan dalam box atau kendaraan bertingkat yang tidakmemungkinkan dilakukan pengamatan, misalnya tinggi atapterlalu rendah, hewan tidak dapat diperiksa secara memadai, cedera serius atau penyakit tidak dapat terdeteksi. Dalamkeadaan seperti ini, lama perjalanan dapat diperpendek, dandurasi maksimum bervariasi sesuai dengan tingkat masalahyang muncul pada hewan selama transportasi.

Page 79: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

f. Pengendalian Penyakit

1) Transportasi hewan sering menjadi faktor penting dalampenyebaran penyakit, sehingga perencanaan perjalananharus dilakukan sebagai berikut:

2) Pencampuran hewan dari sumber peternakan yang berbeda harus diminimalkan;

3) Kontak antara hewan dari sumber yang berbeda di tempatistirahat harus dihindari;

4) Apabila memungkinkan, hewan harus divaksinasiterhadap penyakit yang dapat terkena di tempat tujuan;

5) Obat yang digunakan sebagai profilaksis atau terapi haruspejabat yang berwenang dari Negara pengekspor dannegara pengimpor dan hanya diberikan oleh dokterhewan atau orang lain yang diperintahkan oleh dokterhewan.

Page 80: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

g. Prosedur Tanggap Darurat

Harus ada rencana manajemen darurat yang mungkin ditemui selama perjalanan, prosedur pengelolaan aktivitas dan tindakan yang akan diambil dalam keadaan darurat. Untuk setiap peristiwa penting, rencana tersebut harus mendokumentasikan tindakan yang akan dilakukan dan pihak yang bertanggung jawab, termasuk komunikasi dan pencatatan.

h. Pertimbangan Lain

Kondisi cuaca ekstrim yang berbahaya bagi hewan selama transportasi dan membutuhkan kendaraan dengan desain untuk meminimalkan risiko. Tindakan pencegahan khusus harus diambil untuk hewan yang belum dapat beradaptasi atau yang tidak cocok pada kondisi panas atau dingin. Pada beberapa kondisi ekstrim baik pada kondisi panas atau dingin, hewan tidak boleh diangkut sama sekali.

Page 81: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

i. Dalam beberapa keadaan, transportasi pada malam hari dapat mengurangi stress thermal atau efek samping dari rangsangan eksternal lainnya.

Gambar Alat Angkut Darat

Page 82: Oleh: Dr. Drh. Kisman A. Rasyid, MM (Medik Veteriner Utama). MKTI_Kisman_Angkutan Ternak Unggas.pdf · Seminar Nasional “ Kesejahteraan Hewan pada Unggas di Indonesia Pasca Panen

Sekian dan Terima Kasih