obstetri emergency.2 ppt
DESCRIPTION
materiTRANSCRIPT
PELAYANANOBSTETRI EMERGENSI
PELAYANANOBSTETRI EMERGENSI
Sub Bagian Obginsos FK Undip – RSUP Dr Kariadi SemarangP2KS- Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
Sub Bagian Obginsos FK Undip – RSUP Dr Kariadi SemarangP2KS- Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
SETIAP KEHAMILAN BERISIKO
PENDEKATAN TERBARU UNTUK MENURUNKAN KEMATIAN IBU
SETIAP KEHAMILAN BERISIKO
PENDEKATAN TERBARU UNTUK MENURUNKAN KEMATIAN IBU
Kendala Kesehatan Maternal
Kendala Kesehatan Maternal
●Keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan:• hampir 40% wanita melahirkan tanpa
pertolongan tenaga kesehatan terampil dan
• 70% tidak mendapatkan pelayanan pasca persalinan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
●Keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan:• hampir 40% wanita melahirkan tanpa
pertolongan tenaga kesehatan terampil dan
• 70% tidak mendapatkan pelayanan pasca persalinan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Tiga terlambat penyebab kematian ibu
Tiga terlambat penyebab kematian ibu
●Terlambat satu : terlambat memutuskan untuk mencari pertolongan baik secara individu, keluarga atau keduanya.
●Terlambat dua : terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
●Terlambat tiga : terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat.
●Terlambat satu : terlambat memutuskan untuk mencari pertolongan baik secara individu, keluarga atau keduanya.
●Terlambat dua : terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
●Terlambat tiga : terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat.
Empat TERLALUEmpat TERLALU
●Terlalu muda untuk menikah (< 20 tahun)
●Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun)●Terlalu sering untuk hamil (< 2 tahun)●Terlalu banyak melahirkan (> 4 anak)
• disamping mempunyai pengaruh terhadap angka kematian ibu, juga mempunyai dampak terhadap angka kematian bayi dan pertumbuhan & perkembangan bayi
●Terlalu muda untuk menikah (< 20 tahun)
●Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun)●Terlalu sering untuk hamil (< 2 tahun)●Terlalu banyak melahirkan (> 4 anak)
• disamping mempunyai pengaruh terhadap angka kematian ibu, juga mempunyai dampak terhadap angka kematian bayi dan pertumbuhan & perkembangan bayi
MERUJUKMERUJUK
●KERJASAMA TIM RUJUKAN
●STABILISASI
●KOMUNIKASI
●TRANSPORTASI
●KERJASAMA TIM RUJUKAN
●STABILISASI
●KOMUNIKASI
●TRANSPORTASI
MENGENALI MERUJUK MENANGGAPI
MENGENALI ● Ibu A, 22 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, dengan riwayat preeklampsia ringan pada kunjungan 1 minggu y.l. dengan hasil pemr.:• Tensi 140/90 mmHg, Nadi 84/menit,
keluhan pusing (-), nyeri epigastrium (-), gangguan penglihatan (-).
● Klien mengeluhkan adanya pusing dan nyeri pada daerah epigastrium• Tensi 150/110 mmHg, Nadi 84/menit,
terdapat keluhan pusing (+), nyeri pada daerah epigastrium (+) dan tidak didapatkan adanya gangguan penglihatan.
• Pemeriksaan laboratorium: Proteinuria 2+• His teratur 3 kali dalam 10 menit 40-50
detik. Bagian terbawah janin kepala dengan penurunan 3/5, pembukaan serviks 4 cm, kulit ketuban masih utuh.
● Ibu A, 22 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, dengan riwayat preeklampsia ringan pada kunjungan 1 minggu y.l. dengan hasil pemr.:• Tensi 140/90 mmHg, Nadi 84/menit,
keluhan pusing (-), nyeri epigastrium (-), gangguan penglihatan (-).
● Klien mengeluhkan adanya pusing dan nyeri pada daerah epigastrium• Tensi 150/110 mmHg, Nadi 84/menit,
terdapat keluhan pusing (+), nyeri pada daerah epigastrium (+) dan tidak didapatkan adanya gangguan penglihatan.
• Pemeriksaan laboratorium: Proteinuria 2+• His teratur 3 kali dalam 10 menit 40-50
detik. Bagian terbawah janin kepala dengan penurunan 3/5, pembukaan serviks 4 cm, kulit ketuban masih utuh.
MENGENALI KEPUTUSAN KLINIK● G1P0A0, 22 tahun, hamil 38 minggu● Anak 1 hidup intrauterin, Letak
kepala sudah masuk ke panggul● Inpartu kala I, fase aktif● Preeklampsia beratSIKAP (Upaya stabilisasi)● Pasang infus Ringer Laktat dan
pemberian MgSO4 40% dosis inisial 4 gram, dosis pemeliharaan 6 gr MgSO4 / 6 jam
● Rujuk, pertimbangkan jarak ke RS Rujukan
● Komunikasi dengan RSUD/RS SWASTA/Puskesmas
KEPUTUSAN KLINIK● G1P0A0, 22 tahun, hamil 38 minggu● Anak 1 hidup intrauterin, Letak
kepala sudah masuk ke panggul● Inpartu kala I, fase aktif● Preeklampsia beratSIKAP (Upaya stabilisasi)● Pasang infus Ringer Laktat dan
pemberian MgSO4 40% dosis inisial 4 gram, dosis pemeliharaan 6 gr MgSO4 / 6 jam
● Rujuk, pertimbangkan jarak ke RS Rujukan
● Komunikasi dengan RSUD/RS SWASTA/Puskesmas
RUJUKAN
●Tenaga kesehatan terampil (Bidan)
●Alat●Keluarga●Surat rujukan●Obat●Kendaraan /
Transportasi●Uang
●Tenaga kesehatan terampil (Bidan)
●Alat●Keluarga●Surat rujukan●Obat●Kendaraan /
Transportasi●Uang
TANGGAP●Response time●Pengawasan keadaan
umum●Pengawasan
persalinan dengan partograf
●Koordinasi dengan Dr Spes. Anak / disiplin lain
●Tindakan●Jawaban Rujukan●Kontrasepsi
●Response time●Pengawasan keadaan
umum●Pengawasan
persalinan dengan partograf
●Koordinasi dengan Dr Spes. Anak / disiplin lain
●Tindakan●Jawaban Rujukan●Kontrasepsi
PREEKLAMPSIAEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIAEKLAMPSIA
PENDAHULUANPENDAHULUAN
● 50,000 kematian ibu / tahun● Insidens Eklampsia di negara
berkembang 1:100 – 1:1700● Pergeseran penyebab kematian
utama di Jawa Tengah 31,29% tahun 2011
● MAGNESIUM SULFAT ditetapkan sebagai OBAT PALING EFEKTIF untuk mengatasi kejang eklampsia (Cochrane Database Syst Rev 2010)
● 50,000 kematian ibu / tahun● Insidens Eklampsia di negara
berkembang 1:100 – 1:1700● Pergeseran penyebab kematian
utama di Jawa Tengah 31,29% tahun 2011
● MAGNESIUM SULFAT ditetapkan sebagai OBAT PALING EFEKTIF untuk mengatasi kejang eklampsia (Cochrane Database Syst Rev 2010)
PRINSIP DASARPRINSIP DASAR
WANITA HAMIL ATAU BARU MELAHIRKAN MENGELUH NYERI
KEPALA HEBAT ATAU PENGLIHATAN KABUR
WANITA HAMIL ATAU BARU MELAHIRKAN MENDERITA KEJANG ATAU KEHILANGAN KESADARAN /
KOMA
WANITA HAMIL ATAU BARU MELAHIRKAN MENGELUH NYERI
KEPALA HEBAT ATAU PENGLIHATAN KABUR
WANITA HAMIL ATAU BARU MELAHIRKAN MENDERITA KEJANG ATAU KEHILANGAN KESADARAN /
KOMA
PENILAIAN KLINIKPENILAIAN KLINIKTEKANAN DARAH TEKANAN DARAH
MENINGKAT MENINGKAT
(( 140/90 140/90 mmHg)mmHg)
TEKANAN DARAH TEKANAN DARAH MENINGKAT MENINGKAT
(( 140/90 140/90 mmHg)mmHg)
NYERI KEPALA NYERI KEPALA GANGGUAN GANGGUAN
PENGLIHATAN PENGLIHATAN HIPERREFLEKSIA HIPERREFLEKSIA
PROTEINURIA PROTEINURIA KOMAKOMA
NYERI KEPALA NYERI KEPALA GANGGUAN GANGGUAN
PENGLIHATAN PENGLIHATAN HIPERREFLEKSIA HIPERREFLEKSIA
PROTEINURIA PROTEINURIA KOMAKOMA
HAMIL > 20 MGHAMIL > 20 MG
SUPERIMPOSESUPERIMPOSED D
PREECLAMPSIPREECLAMPSIAA
SUPERIMPOSESUPERIMPOSED D
PREECLAMPSIPREECLAMPSIAA
EKLAMPSIAEKLAMPSIAEKLAMPSIAEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERATA BERAT
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERATA BERAT
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA RINGANA RINGAN
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA RINGANA RINGAN
HIPERTENSIHIPERTENSIHIPERTENSIHIPERTENSI
KEJANG +KEJANG +KEJANG +KEJANG +
KEJANG KEJANG ––KEJANG KEJANG ––
HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIKKRONIK
HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIKKRONIK
HAMIL < 20 MG HAMIL < 20 MG
PENILAIAN KLINIKPENILAIAN KLINIK
TEKANAN TEKANAN DARAH DARAH
NORMALNORMAL
TEKANAN TEKANAN DARAH DARAH
NORMALNORMAL
KEJANG KEJANG RIWAYAT RIWAYAT
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM (-) KAKU (-) KAKU KUDUK (-)KUDUK (-)
KEJANG KEJANG RIWAYAT RIWAYAT
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM (-) KAKU (-) KAKU KUDUK (-)KUDUK (-)
MALARIA MALARIA SEREBRAL SEREBRAL
MENINGITIS MENINGITIS ENSEFALITISENSEFALITIS
MALARIA MALARIA SEREBRAL SEREBRAL
MENINGITIS MENINGITIS ENSEFALITISENSEFALITIS
TETANUSTETANUSTETANUSTETANUS
MIGRAINEMIGRAINEMIGRAINEMIGRAINE
EPILEPSIEPILEPSIEPILEPSIEPILEPSI
DEMAM DEMAM NYERI KEPALA NYERI KEPALA
KAKU KUDUK (+) KAKU KUDUK (+) DISORIENTASIDISORIENTASI
DEMAM DEMAM NYERI KEPALA NYERI KEPALA
KAKU KUDUK (+) KAKU KUDUK (+) DISORIENTASIDISORIENTASI
TRISMUS TRISMUS SPASME OTOT SPASME OTOT
MUKAMUKA
TRISMUS TRISMUS SPASME OTOT SPASME OTOT
MUKAMUKA
NYERI KEPALA NYERI KEPALA GANGGUAN GANGGUAN
PENGLIHATAN PENGLIHATAN MUNTAH MUNTAH
RIWAYAT GEJALA RIWAYAT GEJALA SERUPASERUPA
NYERI KEPALA NYERI KEPALA GANGGUAN GANGGUAN
PENGLIHATAN PENGLIHATAN MUNTAH MUNTAH
RIWAYAT GEJALA RIWAYAT GEJALA SERUPASERUPA
LEBIH SERING PADA PRIMIGRAVIDARISIKO MENINGKAT PADA
MASSA PLASENTA BESAR (GEMELI, PENYAKIT TROFOBLAS) HIDRAMNION DIABETES MELLITUS ISOIMUNISASI RHESUS FAKTOR HEREDITER MASALAH VASKULER
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN HIPERTENSI TANPA PROTEINURIA ATAU EDEMA PREEKLAMPSIA RINGAN PREEKLAMPSIA BERAT EKLAMPSIA
LEBIH SERING PADA PRIMIGRAVIDARISIKO MENINGKAT PADA
MASSA PLASENTA BESAR (GEMELI, PENYAKIT TROFOBLAS) HIDRAMNION DIABETES MELLITUS ISOIMUNISASI RHESUS FAKTOR HEREDITER MASALAH VASKULER
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN HIPERTENSI TANPA PROTEINURIA ATAU EDEMA PREEKLAMPSIA RINGAN PREEKLAMPSIA BERAT EKLAMPSIA
HIPERTENSI KARENA KEHAMILANHIPERTENSI KARENA KEHAMILAN
TEKANAN DARAH DIASTOLIK > 110 mmHg PROTEINURIA 2+ OLIGURIA < 400 ml/24 JAM EDEMA PARU: NAFAS PENDEK, SIANOSIS, RONKHI NYERI EPIGASTRIUM/KUADRAN ATAS KANAN GANGGUAN PENGLIHATAN: SKOTOMA NYERI KEPALA HEBAT HIPERREFLEKSIA MATA: SPASME ARTERIOLER, EDEMA, ABLASIO
RETINA KOAGULASI: KOAGULASI INTRAVASKULER DISSEMI-
NATA, SINDROM HELLP PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT OTAK: EDEMA SEREBRI JANTUNG: GAGAL JANTUNG
TEKANAN DARAH DIASTOLIK > 110 mmHg PROTEINURIA 2+ OLIGURIA < 400 ml/24 JAM EDEMA PARU: NAFAS PENDEK, SIANOSIS, RONKHI NYERI EPIGASTRIUM/KUADRAN ATAS KANAN GANGGUAN PENGLIHATAN: SKOTOMA NYERI KEPALA HEBAT HIPERREFLEKSIA MATA: SPASME ARTERIOLER, EDEMA, ABLASIO
RETINA KOAGULASI: KOAGULASI INTRAVASKULER DISSEMI-
NATA, SINDROM HELLP PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT OTAK: EDEMA SEREBRI JANTUNG: GAGAL JANTUNG
DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERATDIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERATDIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERATDIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERAT
KEJANG DAPAT TERJADI TANPATERGANTUNG PADA BERATRINGANNYA HIPERTENSI
SIFAT KEJANG TONIK-KLONIK KOMA TERJADI SETELAH KEJANG DAN
DAPAT BERLANGSUNG LAMA
KEJANG DAPAT TERJADI TANPATERGANTUNG PADA BERATRINGANNYA HIPERTENSI
SIFAT KEJANG TONIK-KLONIK KOMA TERJADI SETELAH KEJANG DAN
DAPAT BERLANGSUNG LAMA
EKLAMPSIAEKLAMPSIA
ISKEMIA UTEROPLASENTERSPASME ARTERIOLARKEJANG DAN KOMAPENANGANAN TIDAK TEPAT
ISKEMIA UTEROPLASENTERSPASME ARTERIOLARKEJANG DAN KOMAPENANGANAN TIDAK TEPAT
KOMPLIKASIKOMPLIKASI
PEMBATASAN KALORI, CAIRAN dan DIIT RENDAH GARAM TIDAK MENCEGAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN BAHKAN MEMBAHAYAKAN JANIN
MANFAAT ASPIRIN, KALSIUM DLL. BELUM TERBUKTI
DETEKSI DINI DAN PENANGANAN CEPAT-TEPAT
PEMBATASAN KALORI, CAIRAN dan DIIT RENDAH GARAM TIDAK MENCEGAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN BAHKAN MEMBAHAYAKAN JANIN
MANFAAT ASPIRIN, KALSIUM DLL. BELUM TERBUKTI
DETEKSI DINI DAN PENANGANAN CEPAT-TEPAT
PENCEGAHANPENCEGAHAN
ALUR TERAPIALUR TERAPI
HIPERTENSI HIPERTENSI KARENA KARENA
KEHAMILAN KEHAMILAN TANPA TANPA
PROTEINURIAPROTEINURIA
HIPERTENSI HIPERTENSI KARENA KARENA
KEHAMILAN KEHAMILAN TANPA TANPA
PROTEINURIAPROTEINURIAHAMIL < 37 MGHAMIL < 37 MG
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIAA
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIAA
PEMANTAUAN PEMANTAUAN TEKANAN TEKANAN DARAHDARAH
PEMANTAUAN PEMANTAUAN TEKANAN TEKANAN DARAHDARAH
TERMINASI TERMINASI KEHAMILANKEHAMILANTERMINASI TERMINASI KEHAMILANKEHAMILAN
HAMIL > 37 MG HAMIL > 37 MG
MENINGKATMENINGKATMENINGKATMENINGKAT
CATATAN: PEMANTAUAN &TERMINASI KEHAMILAN DI RUMAH SAKIT
ALUR TERAPIALUR TERAPIPREEKLAMPSIPREEKLAMPSI
A RINGANA RINGANPREEKLAMPSIPREEKLAMPSI
A RINGANA RINGANHAMIL < 37 MGHAMIL < 37 MG
RAWAT INAPRAWAT INAP RAWAT INAPRAWAT INAP
PEMANTAUAN PEMANTAUAN TEKANAN DARAH, TEKANAN DARAH,
PROTEINURIA, PROTEINURIA, REFLEKS, KONDISI REFLEKS, KONDISI
JANINJANIN
PEMANTAUAN PEMANTAUAN TEKANAN DARAH, TEKANAN DARAH,
PROTEINURIA, PROTEINURIA, REFLEKS, KONDISI REFLEKS, KONDISI
JANINJANIN
TERMINASI TERMINASI KEHAMILANKEHAMILANTERMINASI TERMINASI KEHAMILANKEHAMILAN
HAMIL > 37 MG HAMIL > 37 MG
KENAIKAN KENAIKAN TEKANAN TEKANAN DARAHDARAH
KENAIKAN KENAIKAN TEKANAN TEKANAN DARAHDARAH
KENAIKAN KENAIKAN PROTEINURIAPROTEINURIA
KENAIKAN KENAIKAN PROTEINURIAPROTEINURIA
GANGGUAN GANGGUAN PERTUMBUHAPERTUMBUHA
N JANINN JANIN
GANGGUAN GANGGUAN PERTUMBUHAPERTUMBUHA
N JANINN JANIN
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIAA
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIAA
TERMINASI TERMINASI KEHAMILANKEHAMILANTERMINASI TERMINASI KEHAMILANKEHAMILAN
CATATAN: RUJUK DI RUMAH SAKIT
JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK TERJADI PERBAIKAN, LAKUKAN PENILAIAN 2 KALI/MG RAWAT JALAN DI RUMAH SAKITPEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR,
PROTEINURIA 1X/HR & KONDISI JANINBANYAK ISTIRAHATDIIT BIASATIDAK PERLU PENGOBATAN
JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK TERJADI PERBAIKAN, LAKUKAN PENILAIAN 2 KALI/MG RAWAT JALAN DI RUMAH SAKITPEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR,
PROTEINURIA 1X/HR & KONDISI JANINBANYAK ISTIRAHATDIIT BIASATIDAK PERLU PENGOBATAN
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGANPENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGAN
JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK MEMUNGKINKAN RAWAT JALAN, RAWAT DI RS PEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR, PROTEINURIA 1X/HR &
KONDISI JANIN BANYAK ISTIRAHAT DIIT BIASA TIDAK PERLU PENGOBATAN TIDAK PERLU DIURETIK, KECUALI TERDAPAT EDEMA PARU,
DEKOMPENSASI KORDIS & GAGAL GINJAL AKUT PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT PERTIMBANGKAN
TERMINASI PROTEINURIA KELOLA SEBAGAI PREEKLAMPSIA BERAT
TEKANAN DIASTOLIK TURUN SAMPAI NORMAL PASIEN DIPULANGKAN ISTIRAHAT & PERHATIKAN TANDA PREEKLAMPSIA
BERAT TEKANAN DIASTOLIK NAIK RAWAT
JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK MEMUNGKINKAN RAWAT JALAN, RAWAT DI RS PEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR, PROTEINURIA 1X/HR &
KONDISI JANIN BANYAK ISTIRAHAT DIIT BIASA TIDAK PERLU PENGOBATAN TIDAK PERLU DIURETIK, KECUALI TERDAPAT EDEMA PARU,
DEKOMPENSASI KORDIS & GAGAL GINJAL AKUT PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT PERTIMBANGKAN
TERMINASI PROTEINURIA KELOLA SEBAGAI PREEKLAMPSIA BERAT
TEKANAN DIASTOLIK TURUN SAMPAI NORMAL PASIEN DIPULANGKAN ISTIRAHAT & PERHATIKAN TANDA PREEKLAMPSIA
BERAT TEKANAN DIASTOLIK NAIK RAWAT
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGANPENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGAN
ALUR TERAPI PELAYANAN DASARALUR TERAPI PELAYANAN DASAR
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERAT DAN A BERAT DAN EKLAMPSIAEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERAT DAN A BERAT DAN EKLAMPSIAEKLAMPSIA ANTI KONVULSAN ANTI KONVULSAN ANTI HIPERTENSI ANTI HIPERTENSI
PASANG INFUS PASANG INFUS KESEIMBANGAN CAIRAN KESEIMBANGAN CAIRAN PENGAWASAN PENGAWASAN OBSERVASI TANDA VITAL, OBSERVASI TANDA VITAL,
REFLEKS, DJJ, EDEMA PARUREFLEKS, DJJ, EDEMA PARU
ANTI KONVULSAN ANTI KONVULSAN ANTI HIPERTENSI ANTI HIPERTENSI PASANG INFUS PASANG INFUS KESEIMBANGAN CAIRAN KESEIMBANGAN CAIRAN PENGAWASAN PENGAWASAN OBSERVASI TANDA VITAL, OBSERVASI TANDA VITAL,
REFLEKS, DJJ, EDEMA PARUREFLEKS, DJJ, EDEMA PARU
ANTI KONVULSANANTI KONVULSAN (MgSO4) (MgSO4)ANTI KONVULSANANTI KONVULSAN (MgSO4) (MgSO4)
GAWAT JANINGAWAT JANIN//
KEJANG/KEJANG/SESAKNAFASSESAKNAFAS
GAWAT JANINGAWAT JANIN//
KEJANG/KEJANG/SESAKNAFASSESAKNAFAS
KOMUNIKASIKOMUNIKASI
TRANSPORTATRANSPORTASISI
KOMUNIKASIKOMUNIKASI
TRANSPORTATRANSPORTASISI
15 MENIT MgSO415 MENIT MgSO4
KEJANGKEJANG
15 MENIT MgSO415 MENIT MgSO4
KEJANGKEJANG
RUJUKRUJUKRUJUKRUJUKKEJANGKEJANGKEJANGKEJANG
OKSIGENOKSIGENOKSIGENOKSIGEN
CATATAN: SESAK NAFAS TIDAK BOLEH DIBERI MgSO4
MgSO4MgSO4MgSO4MgSO4
ALUR TERAPI PELAYANAN RSALUR TERAPI PELAYANAN RS
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERAT DAN A BERAT DAN EKLAMPSIAEKLAMPSIA
PREEKLAMPSIPREEKLAMPSIA BERAT DAN A BERAT DAN EKLAMPSIAEKLAMPSIA
ANTI KONVULSAN ANTI KONVULSAN ANTI HIPERTENSI ANTI HIPERTENSI PASANG INFUS PASANG INFUS KESEIMBANGAN CAIRAN KESEIMBANGAN CAIRAN PENGAWASAN PENGAWASAN OBSERVASI TANDA VITAL, OBSERVASI TANDA VITAL,
REFLEKS, DJJ, EDEMA PARU, UJI REFLEKS, DJJ, EDEMA PARU, UJI PEMBEKUAN DARAHPEMBEKUAN DARAH
ANTI KONVULSAN ANTI KONVULSAN ANTI HIPERTENSI ANTI HIPERTENSI PASANG INFUS PASANG INFUS KESEIMBANGAN CAIRAN KESEIMBANGAN CAIRAN PENGAWASAN PENGAWASAN OBSERVASI TANDA VITAL, OBSERVASI TANDA VITAL,
REFLEKS, DJJ, EDEMA PARU, UJI REFLEKS, DJJ, EDEMA PARU, UJI PEMBEKUAN DARAHPEMBEKUAN DARAH
ANTI KONVULSANANTI KONVULSANANTI KONVULSANANTI KONVULSAN
GAWAT JANINGAWAT JANINGAWAT JANINGAWAT JANINOLIGURIA OLIGURIA SINDROM SINDROM
HELLPHELLP
KOMAKOMA
OLIGURIA OLIGURIA SINDROM SINDROM
HELLPHELLP
KOMAKOMA
PERSALINAN 12 PERSALINAN 12 JAM (EKLAMPSIA) JAM (EKLAMPSIA)
/ 24 JAM / 24 JAM (PREEKLAMPSIA)(PREEKLAMPSIA)
PERSALINAN 12 PERSALINAN 12 JAM (EKLAMPSIA) JAM (EKLAMPSIA)
/ 24 JAM / 24 JAM (PREEKLAMPSIA)(PREEKLAMPSIA)
RUJUKRUJUKRUJUKRUJUKPARTUS PARTUS
PERVAGINAMPERVAGINAMPARTUS PARTUS
PERVAGINAMPERVAGINAM
KEJANGKEJANGKEJANGKEJANG
BEDAH BEDAH CAESARCAESARBEDAH BEDAH
CAESARCAESAR
PENGELOLAAN KEJANGANTI KONVULSANPERLENGKAPAN PENGELOLAAN KEJANGLINDUNGI DARI TRAUMAASPIRASI MULUT DAN TENGGOROKBARINGKAN PADA SISI KIRI, TRENDELENBURGO2 4-6 LITER/MEN
PENGELOLAAN KEJANGANTI KONVULSANPERLENGKAPAN PENGELOLAAN KEJANGLINDUNGI DARI TRAUMAASPIRASI MULUT DAN TENGGOROKBARINGKAN PADA SISI KIRI, TRENDELENBURGO2 4-6 LITER/MEN
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA
PENGELOLAAN UMUM JIKA DIASTOLIK ≥ 110 mmHg BERIKAN ANTI HIPERTENSI
SAMPAI DIASTOLIK ANTARA 90-100 mmHgPASANG INFUS RINGER LAKTATUKUR KESEIMBANGAN CAIRANKATETERISASI URIN JIKA JUMLAH URIN < 300 ML/JAM PANTAU EDEMA
PARUPENGAWASANOBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS & DJJ TIAP 1 JAM
PENGELOLAAN UMUM JIKA DIASTOLIK ≥ 110 mmHg BERIKAN ANTI HIPERTENSI
SAMPAI DIASTOLIK ANTARA 90-100 mmHgPASANG INFUS RINGER LAKTATUKUR KESEIMBANGAN CAIRANKATETERISASI URIN JIKA JUMLAH URIN < 300 ML/JAM PANTAU EDEMA
PARUPENGAWASANOBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS & DJJ TIAP 1 JAM
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIAPENGELOLAANPREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis awal
Sediaan MgSO440% : 10gr 25 cc 1gr = 2,5 cc
20% : 5gr 25 cc 1gr = 5cc
MgSO4 4 g IV selama 5 menit40% 10cc diencerkan 10cc20% 20cc
Segera dilanjutkan dengan MgSO4 6 g 40%(15cc) atau 20%(30cc) dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 20%/ (40%) diencerkan 2 g IV selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan
MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam postpartum
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif II Dosis awal
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% (diencerkan)/20% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan:
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menitRefleks patella (+)Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhirFrekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Hentikan pemberian MgSO4, jika:
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:Bantu pernafasan dengan ventilatorBerikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Pengelolaan antihipertensiPengelolaan antihipertensi
●Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
● Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual.
●Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
● Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual.
PENGELOLAAN DIASEPAMDOSIS AWAL Diasepam 10 mg IV selama 2 menit
DOSIS PEMELIHARAAN
Diasepam 40 mg / 500 ml Ringer LaktatTidak melebihi 100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum
Diasepam 20 mg dalam semprit 10 mlJika masih ada kejang dosis tambahan 10 mg/jamDapat diberikan melalui kateter urin ke dalam rektum
Prosedur RujukanProsedur Rujukan● Rawat jalan dengan pengawasan pada kasus
preeklampsia ringan.● Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke
Puskesmas PONED pada kasus preeklampsia ringan yang tidak menunjukkan perbaikan dengan istirahat.
● Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus dengan hipertensi kronis dengan/tanpa tanda klinis preeklampsia.
● Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan preeklampsia berat / eklampsia setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4 g iv) maupun dosis pemeliharaan (6 g / 6 jam dalam 500 ml RL).
● Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kejang dan kegawatdaruratan medis.
● Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
● Rawat jalan dengan pengawasan pada kasus preeklampsia ringan.
● Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke Puskesmas PONED pada kasus preeklampsia ringan yang tidak menunjukkan perbaikan dengan istirahat.
● Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus dengan hipertensi kronis dengan/tanpa tanda klinis preeklampsia.
● Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan preeklampsia berat / eklampsia setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4 g iv) maupun dosis pemeliharaan (6 g / 6 jam dalam 500 ml RL).
● Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kejang dan kegawatdaruratan medis.
● Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
DEMAM NIFASDEMAM NIFAS
PRINSIP DASAR PRINSIP DASAR
●Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan
●Suhu ≥ 38C antara hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiding puerperalis.
●Kenaikan suhu tubuh di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab ekstragenital lain
●Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan
●Suhu ≥ 38C antara hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiding puerperalis.
●Kenaikan suhu tubuh di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab ekstragenital lain
FAKTOR PREDISPOSISIFAKTOR PREDISPOSISI
● kurang gizi atau malnutrisi● anemia● higiene● kelelahan● proses persalinan bermasalah:
• partus lama/macet• korioamnionitis• persalinan traumatik• kurang baiknya proses pencegahan
infeksi• periksa dalam yang berlebihan
● kurang gizi atau malnutrisi● anemia● higiene● kelelahan● proses persalinan bermasalah:
• partus lama/macet• korioamnionitis• persalinan traumatik• kurang baiknya proses pencegahan
infeksi• periksa dalam yang berlebihan
Pemberian cairanPemberian cairan
●Suhu Basal kebutuhan cairan 2000 ml/24 jam
●Tambahan 500 ml untuk setiap peningkatan suhu 1 C
●Rujuk dengan pemberian cairan pada demam nifas
●Suhu Basal kebutuhan cairan 2000 ml/24 jam
●Tambahan 500 ml untuk setiap peningkatan suhu 1 C
●Rujuk dengan pemberian cairan pada demam nifas
Gejala dan tanda yang selalu
didapat
Gejala lain yang mungkin didapat
Kemungkinan diagnosis
●Nyeri perut bagian bawah
●Lokhia purulen dan berbau
●Uterus tegang dan subinvolusi
●Perdarahan pervaginam●Syok●Peningkatan sel darah
putih, terutama polimorfonuklear
Metritis (Endometritis / Endomiometriti
s)
●Nyeri perut bagian bawah
●Pembesaran perut bawah
●Demam terus menerus
●Dengan antibiotik tidak membaik
●Pembengkakan pada adneksa atau kavum Douglas
Abses pelvik
●Nyeri perut bagian bawah
●Bising usus tidak ada
●Perut yang tegang (rebound tenderness)
●Anoreksia/muntahPeritonitis
Gejala dan tanda yang
selalu didapat
Gejala lain yang mungkin didapat
Kemungkinan diagnosis
Nyeri payudara dan tegang
Payudara yang mengeras dan membesar (pada kedua payudara) Biasanya terjadinya antara hari 3-5 pascapersalinan
Bendungan pada
payudara
Nyeri payudara dan tegang/bengkak
Ada inflamasi yang didahului bendungan Kemerahan dengan batas jelasBiasanya hanya satu payudaraBiasanya terjadi antara 3 – 4 minggu pascapersalinan
Mastitis
Payudara yang tegang dan padat kemerahan
Pembengkakan dengan adanya fluktuasi Mengalir nanah
Abses payudara
Gejala dan tanda yang selalu
didapat
Gejala lain yang mungkin didapat
Kemungkinan diagnosis
Nyeri pada luka / irisan dan tegang/indurasi
Luka/irisan pada perut dan perineal yang mengeras/indurasiKeluar pusKemerahan
Selulitis pada luka (perineal / Abdominal)
Luka yang mengeras disertai pengeluaran cairan serous atau kemerahan dari luka; tidak ada / sedikit erithema dekat luka insisi
Abses atau hematoma pada luka insisi
Gejala dan tanda yang
selalu didapat
Gejala lain yang mungkin didapat
Kemungkinan diagnosis
Disuria
Nyeri dan tegang pada daerah pinggangNyeri suprapublikUterus tidak mengerasMenggigil
Infeksi pada traktus urinarius
Demam yang tinggi walau mendapat antibiotikamenggigil
Ketegangan pada otot kaki Komplikasi pada paru, ginjal, persendian, mata dan jaringan subkutan
Thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis)Thromboflebitis:-pelviotrombo-flebitis-Femoralis
Gejala dan tanda yang selalu
didapat
Gejala lain yang mungkin didapat
Kemungkinan diagnosis
KonsolidasiBatukPeningkatan frekuensi nafas
Kerongkongan yang terasa penuhKeluar dahakKesukaran bernafasNyeri dada
Pneumonia
Mengigil Pembesaran liverPembesaran limpaKuningNyeri epigastrium
MalariaTifoid (b)Hepatitis (c)
METRITIS METRITIS
●Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan, merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
●Dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
●Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan, merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
●Dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
PengelolaanPengelolaan
● RUJUK KE RUMAH SAKIT● DI RUMAH SAKIT:
- Transfusi bila dibutuhkan- Antibiotika spektrum luas dosis tinggi.- Antitetanus profilaksis.- Bila dicurigai ada sisa plasenta, lakukan
pengeluaran (digital atau dengan kuret
tumpul besar).
● RUJUK KE RUMAH SAKIT● DI RUMAH SAKIT:
- Transfusi bila dibutuhkan- Antibiotika spektrum luas dosis tinggi.- Antitetanus profilaksis.- Bila dicurigai ada sisa plasenta, lakukan
pengeluaran (digital atau dengan kuret
tumpul besar).
BENDUNGAN PAYUDARA BENDUNGAN PAYUDARA
●Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
●Bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi
●Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
●Bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi
Bila ibu menyusuiBila ibu menyusui● Susukan sesering mungkin.● Kedua payudara disusukan.● Kompres hangat payudara sebelum
disusukan.● Bantu dengan memijat payudara untuk
permulaan menyusui.● Sangga payudara.● Kompres dingin pada payudara di antara
waktu menyusui.● Bila demam tinggi berikan Parasetamol
500 mg per oral setiap 4 jam.● Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk
mengetahui hasilnya
● Susukan sesering mungkin.● Kedua payudara disusukan.● Kompres hangat payudara sebelum
disusukan.● Bantu dengan memijat payudara untuk
permulaan menyusui.● Sangga payudara.● Kompres dingin pada payudara di antara
waktu menyusui.● Bila demam tinggi berikan Parasetamol
500 mg per oral setiap 4 jam.● Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk
mengetahui hasilnya
Bila ibu tidak menyusuiBila ibu tidak menyusui
●Sangga payudara.●Kompres dingin payudara untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
●Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
●Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
●Pompa dan kosongkan payudara
●Sangga payudara.●Kompres dingin payudara untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
●Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
●Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
●Pompa dan kosongkan payudara
INFEKSI PAYUDARAINFEKSI PAYUDARA
MastitisMastitis
● Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
● Kloksasilin 500 mg / 6 jam selama 10 hari.
● Sangga payudara.● Kompres dingin.● Bila diperlukan Parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam.● Ibu harus didorong menyusui bayinya
walau ada pus.● Pantau 3 hari setelah pengobatan.
● Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
● Kloksasilin 500 mg / 6 jam selama 10 hari.
● Sangga payudara.● Kompres dingin.● Bila diperlukan Parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam.● Ibu harus didorong menyusui bayinya
walau ada pus.● Pantau 3 hari setelah pengobatan.
Abses payudaraAbses payudara● Terdapat masa padat, mengeras di
bawah kulit yang kemerahan.
● Pengelolaan rujuk rumah sakit
● Di RS diperlukan anestesi umum (ketamin) untuk insisi radial
● Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
● Pengelolaan rujuk rumah sakit
● Di RS diperlukan anestesi umum (ketamin) untuk insisi radial
Abses payudaraAbses payudara
●Sangga payudara.●Kompres dingin.●Berikan Parasetamol 500 mg
setiap 4 jam bila diperlukan.●Ibu dianjurkan tetap memberikan
ASI walau ada pus.●Follow up selama 3 hari.
●Sangga payudara.●Kompres dingin.●Berikan Parasetamol 500 mg
setiap 4 jam bila diperlukan.●Ibu dianjurkan tetap memberikan
ASI walau ada pus.●Follow up selama 3 hari.
Abses pelvis & PeritonitisAbses pelvis & Peritonitis
● RUJUK RUMAH SAKIT● DI RUMAH SAKIT:
Bila ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan
kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi Fowler.Antibiotika spektrum luas dalam dosis
yang tinggi
● RUJUK RUMAH SAKIT● DI RUMAH SAKIT:
Bila ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan
kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi Fowler.Antibiotika spektrum luas dalam dosis
yang tinggi
INFEKSI LUKA PERINEAL DAN LUKA ABDOMINALINFEKSI LUKA PERINEAL DAN LUKA ABDOMINAL
● Akibat kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
● Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serous atau kemerahan dan tidak ada/sedikit erithema sekitar luka insisi.
● Wound cellulitis didapatkan erithema dan edema meluas mulai dari tempat insisi.
● Akibat kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
● Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serous atau kemerahan dan tidak ada/sedikit erithema sekitar luka insisi.
● Wound cellulitis didapatkan erithema dan edema meluas mulai dari tempat insisi.
INFEKSI LUKA PERINEAL DAN LUKA ABDOMINALINFEKSI LUKA PERINEAL DAN LUKA ABDOMINAL
RUJUK RS, DI RUMAH SAKIT DILAKUKAN TINDAKAN:●Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan pengeluaran serta kompres antiseptik.●Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakukan debridemen.●Antibiotika.
RUJUK RS, DI RUMAH SAKIT DILAKUKAN TINDAKAN:●Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan pengeluaran serta kompres antiseptik.●Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakukan debridemen.●Antibiotika.
TROMBOFLEBITISTROMBOFLEBITIS
●Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis
●Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis
KLASIFIKASIKLASIFIKASI
●Pelviotromboflebitis●Tromboflebitis femoralis
●Pelviotromboflebitis●Tromboflebitis femoralis
PELVIOTROMBOFLEBITIS PELVIOTROMBOFLEBITIS
● Nyeri, perut bagian bawah dan/atau perut samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
● Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:• Menggigil berulang. Menggigil inisial sangat
berat (30 – 40 menit) dengan interval beberapa jam dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
• Suhu badan naik turun secara tajam (36C menjadi 40C), diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
● Nyeri, perut bagian bawah dan/atau perut samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
● Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:• Menggigil berulang. Menggigil inisial sangat
berat (30 – 40 menit) dengan interval beberapa jam dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
• Suhu badan naik turun secara tajam (36C menjadi 40C), diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
PELVIOTROMBOFLEBITIS PELVIOTROMBOFLEBITIS
● Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.
● Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke paru-paru.
● Gambaran darah:• Leukositosis (setelah endotoksin
menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
• Kultur darah diambil pada saat yang tepat sebelum mulainya menggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur sukar dibuat karena bakterinya anaerob.
● Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.
● Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke paru-paru.
● Gambaran darah:• Leukositosis (setelah endotoksin
menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
• Kultur darah diambil pada saat yang tepat sebelum mulainya menggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur sukar dibuat karena bakterinya anaerob.
PELVIOTROMBOFLEBITIS PELVIOTROMBOFLEBITIS
●Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar dicapai pada pemeriksaan.
●Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar dicapai pada pemeriksaan.
KomplikasiKomplikasi
●Komplikasi paru: infark, abses, pneumonia
●Komplikasi ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria
●Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan
●Komplikasi paru: infark, abses, pneumonia
●Komplikasi ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria
●Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan
Pengelolaan di RSPengelolaan di RS
● Rawat inap• Tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakit dan mencegah emboli pulmonum.
● Terapi medik• Pemberian antibiotika dan heparin jika
terdapat tanda / dugaan emboli pulmonum.
● Terapi operatif• Pengikatan vena kava inferior dan vena
ovarika jika emboli septik terus berlangsung.
● Rawat inap• Tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakit dan mencegah emboli pulmonum.
● Terapi medik• Pemberian antibiotika dan heparin jika
terdapat tanda / dugaan emboli pulmonum.
● Terapi operatif• Pengikatan vena kava inferior dan vena
ovarika jika emboli septik terus berlangsung.
TROMBOFLEBITIS FEMORALIS
TROMBOFLEBITIS FEMORALIS
● Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 – 20, yang disertai menggigil dan nyeri.
● Kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:• Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke
luar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
• Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
● Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 – 20, yang disertai menggigil dan nyeri.
● Kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:• Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke
luar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
• Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
TROMBOFLEBITIS FEMORALIS
TROMBOFLEBITIS FEMORALIS
● Nyeri hebat pada lipat paha dan paha.● Reflektorik akan terjadi spasmus arteria
sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun.
● Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering mulai dari jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
● Nyeri pada betis, terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan)
● Nyeri hebat pada lipat paha dan paha.● Reflektorik akan terjadi spasmus arteria
sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun.
● Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering mulai dari jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
● Nyeri pada betis, terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan)
Prosedur RujukanProsedur Rujukan● Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke
Puskesmas PONED pada kasus infeksi nifas setelah pemberian antibiotika yang sesuai.
● Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten ditentukan di puskesmas PONED setelah komunikasi konsultasi dengan rumah sakit kabupaten pada kasus dengan infeksi nifas setelah pemberian antibiotika yang sesuai.
● Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kegawatdaruratan medis.
● Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
● Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke Puskesmas PONED pada kasus infeksi nifas setelah pemberian antibiotika yang sesuai.
● Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten ditentukan di puskesmas PONED setelah komunikasi konsultasi dengan rumah sakit kabupaten pada kasus dengan infeksi nifas setelah pemberian antibiotika yang sesuai.
● Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kegawatdaruratan medis.
● Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
PERDARAHAN POSTPARTUMPERDARAHAN POSTPARTUM
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
● Definisi: Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
● Perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital (ibu mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 100/menit, Hb < 8 g%)
● Definisi: Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
● Perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital (ibu mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 100/menit, Hb < 8 g%)
MASALAHMASALAH
● Perdarahan post partum dini yaitu perdarahan setelah bayi lahir dalam 24 jam pertama persalinan dan perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24 jam persalinan.
● Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah.
● Perdarahan post partum dini yaitu perdarahan setelah bayi lahir dalam 24 jam pertama persalinan dan perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24 jam persalinan.
● Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah.
PENGELOLAAN UMUMPENGELOLAAN UMUM● PENGELOLAAN SYOK● Selalu siapkan tindakan gawat darurat● Tata laksana persalinan kala III secara aktif● Minta pertolongan pada petugas lain untuk
membantu bila dimungkinkan● Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu
meliputi kesadaran nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu
● Jika terdapat syok lakukan segera penanganan ● Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan● Cari penyebab perdarahan dan lakukan
pemeriksaan untuk menentukan penyebab perdarahan
● PENGELOLAAN SYOK● Selalu siapkan tindakan gawat darurat● Tata laksana persalinan kala III secara aktif● Minta pertolongan pada petugas lain untuk
membantu bila dimungkinkan● Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu
meliputi kesadaran nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu
● Jika terdapat syok lakukan segera penanganan ● Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan● Cari penyebab perdarahan dan lakukan
pemeriksaan untuk menentukan penyebab perdarahan
GEJALA & TANDA TANDA & GEJALA LAINDIAGNOSIS
KERJA
● Uterus tidak berkontraksi dan lembek
● Perdarahan segera setelah anak lahir
● Syok● Bekuan darah pada
serviks / posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar
Atonia uteri
● Darah segar yang meng-alir segera setelah bayi lahir
● Uterus kontraksi dan keras
● Plasenta lengkap
● Pucat● Lemah● Menggigil Robekan
jalan lahir
● Plasenta belum lahir setelah 30 menit
● Perdarahan segera (P3)● Uterus berkontraksi dan
keras
● Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
● Inversio uteri akibat tarikan
● Perdarahan lanjutan
Retensio plasenta
GEJALA & TANDATANDA & GEJALA
LAINDIAGNOSIS KERJA
● Plasenta / sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
● Perdarahan segera (P3)
● Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Tertinggalnya sebagian plasenta
atau ketuban
● Uterus tidak teraba● Lumen vagina terisi
masa● Tampak tali pusat
(bila plasenta belum lahir)
● Neurogenik syok● Pucat dan limbung Inversio uteri
● Sub-involusi uterus● Nyeri tekan perut
bawah dan uterus● Perdarahan ● Lokhia mukopurulen
dan berbau
● Anemia● Demam
Endometritis atau sisa fragmen
plasenta Late postpartum
hemorrhagePerdarahan
postpartum sekunder
ATONIA UTERIATONIA UTERI
● Terjadi bila miometrium tidak berkontraksi
● Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar
● Penyebab tersering perdarahan postpartum (2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri)
● Terjadi bila miometrium tidak berkontraksi
● Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar
● Penyebab tersering perdarahan postpartum (2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri)
Faktor risikoFaktor risiko
● Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal :• Polihidramnion• Kehamilan kembar• Makrosomia
● Persalinan lama● Persalinan terlalu cepat● Persalinan dengan induksi atau
akselerasi oksitosin● Infeksi intrapartum● Paritas tinggi
● Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal :• Polihidramnion• Kehamilan kembar• Makrosomia
● Persalinan lama● Persalinan terlalu cepat● Persalinan dengan induksi atau
akselerasi oksitosin● Infeksi intrapartum● Paritas tinggi
MANAJEMEN AKTIF KALA IIIMANAJEMEN AKTIF KALA III
Suntikan Oksitosin 10 IU imPeregangan Tali Pusat Terkendali
Masase Uterus
Suntikan Oksitosin 10 IU imPeregangan Tali Pusat Terkendali
Masase Uterus
●Suntikan Oksitosin• Periksa fundus uteri untuk
memastikan kehamilan tunggal.• Suntikan Oksitosin 10 IU IM.
●Peregangan Tali Pusat Terkendali• Klem tali pusat 5-10 cm dari vulva /
gulung tali pusat• Tangan kiri di atas simfisis menahan
bagian bawah uterus, tangan kanan meregang tali pusat 5-10 cm dari vulva
• Saat uterus kontraksi, tegangkan tali pusat sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso-kranial
●Suntikan Oksitosin• Periksa fundus uteri untuk
memastikan kehamilan tunggal.• Suntikan Oksitosin 10 IU IM.
●Peregangan Tali Pusat Terkendali• Klem tali pusat 5-10 cm dari vulva /
gulung tali pusat• Tangan kiri di atas simfisis menahan
bagian bawah uterus, tangan kanan meregang tali pusat 5-10 cm dari vulva
• Saat uterus kontraksi, tegangkan tali pusat sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso-kranial
● Mengeluarkan plasenta• Jika tali pusat terlihat bertambah panjang dan
terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir.
• Bila tali pusat bertambah panjang tetapi belum lahir, dekatkan klem ± 5-10 cm dari vulva.
• Bila plasenta belum lepas setelah langkah diatas selama 15 menitSuntikan ulang 10 IU Oksitosin i.m.Periksa kandung kemih, lakukan
kateterisasi bila penuhTunggu 15 menit, bila belum lahir
lakukan tindakan plasenta manual
● Mengeluarkan plasenta• Jika tali pusat terlihat bertambah panjang dan
terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir.
• Bila tali pusat bertambah panjang tetapi belum lahir, dekatkan klem ± 5-10 cm dari vulva.
• Bila plasenta belum lepas setelah langkah diatas selama 15 menitSuntikan ulang 10 IU Oksitosin i.m.Periksa kandung kemih, lakukan
kateterisasi bila penuhTunggu 15 menit, bila belum lahir
lakukan tindakan plasenta manual
●Masase Uterus• Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
• Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinanKelengkapan plasenta dan ketubanKontraksi uterusPerlukaan jalan lahir
●Masase Uterus• Segera setelah plasenta lahir,
melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
• Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinanKelengkapan plasenta dan ketubanKontraksi uterusPerlukaan jalan lahir
Masase fundus uteriSegera sesudah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)
Uterus kontraksi ?
Tidak
Uterus kontraksi ?
● Ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)● Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati● Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m● Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin, guyur● Lakukan lagi KBI
● Pertahankan KBI selama 1-2 menit● Keluarkan tangan secara hati-hati● Lakukan pengawasan kala IV
Evaluasi rutin
Tidak
Ya
Ya
● Evaluasi / bersihkan bekuan darah / selaput ketuban● Kompresi Bimanual Interna (KBI) maks. 5 menit
Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrikaB-Lynch method
● Rujuk siapkan laparotomi● Lanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin
minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat rujukan
● Selama perjalanan dapat dilakukan Kompresi Aorta Abdominalis atau Kompresi Bimanual Eksternal
Histerektomi
Perdarahan berlanjut
Tidak
Pengawasan kala IV
Ya
Pertahankan uterus
Perdarahan berhenti
Uterus kontraksi ?
KOMPRESI BIMANUAL INTERNALKOMPRESI BIMANUAL INTERNAL
Kondom diikat dgn kateter Kondom diikat dgn kateter
Cek sudah tidak bocor?Cek sudah tidak bocor?
INVERSIO UTERIINVERSIO UTERI
PRESDISPOSISI●Meningkat pada Atonia uteri (saat tidak
kontraksi)●Meningkat bila tekanan intraabdominal
atau Traksi Tali Pusat
TINDAKAN:●Reposisi●Penanganan atonia uteri
PRESDISPOSISI●Meningkat pada Atonia uteri (saat tidak
kontraksi)●Meningkat bila tekanan intraabdominal
atau Traksi Tali Pusat
TINDAKAN:●Reposisi●Penanganan atonia uteri
PERLUKAAN JALAN LAHIRPERLUKAAN JALAN LAHIR
Robekan PerineumHematomaVulva
Robekan dinding vaginaRobekan serviks
Ruptura uteri
Robekan PerineumHematomaVulva
Robekan dinding vaginaRobekan serviks
Ruptura uteri
Robekan perineumRobekan perineum
● Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum
● Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani
● Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani
● Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum
● Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum
● Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani
● Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani
● Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum
● Robekan perineum tingkat I• dengan catgut secara jelujur atau
jahitan angka delapan (figure of eight).● Robekan perineum tingkat II
• Ratakan dahulu pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi.
• Pinggir robekan kiri dan kanan dijepit dengan klem, kemudian digunting.
• Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Jahitan mukosa vagina mulai dari puncak robekan, sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
● Robekan perineum tingkat III & IV• Lakukan Rujukan
● Robekan perineum tingkat I• dengan catgut secara jelujur atau
jahitan angka delapan (figure of eight).● Robekan perineum tingkat II
• Ratakan dahulu pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi.
• Pinggir robekan kiri dan kanan dijepit dengan klem, kemudian digunting.
• Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Jahitan mukosa vagina mulai dari puncak robekan, sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
● Robekan perineum tingkat III & IV• Lakukan Rujukan
Hematoma vulvaHematoma vulva
● LAKUKAN RUJUKAN● Bergantung pada lokasi dan besar
hematoma. ● Hematoma kecil cukup dilakukan
kompres.● Hematoma besar dilakukan sayatan di
sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang.
● LAKUKAN RUJUKAN● Bergantung pada lokasi dan besar
hematoma. ● Hematoma kecil cukup dilakukan
kompres.● Hematoma besar dilakukan sayatan di
sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang.
Robekan dinding vaginaRobekan dinding vagina
●Robekan dinding vagina harus dijahit.
●Kasus kolporeksis dan fistula vesikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.
●Robekan dinding vagina harus dijahit.
●Kasus kolporeksis dan fistula vesikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.
Robekan serviksRobekan serviks
RETENSIO PLASENTARETENSIO PLASENTA
Plasenta adhesivaPlasenta akreta
Plasenta inkarserata
Plasenta adhesivaPlasenta akreta
Plasenta inkarserata
PENILAIAN KLINIK RETENSIO PLASENTAPENILAIAN KLINIK RETENSIO PLASENTA
GEJALASEPARASI /
AKRETA PARSIALPLASENTA
INKARSERATAPLASENTA AKRETA
KONSISTENSI UTERUS
KENYAL KERAS CUKUP
TFU PUSAT 2 JR < PUSAT PUSAT
BENTUK UTERUS DISKOID AGAK GLOBULER DISKOID
PERDARAHAN SEDANG-BANYAK SEDANGSEDIKIT - TIDAK
ADA
TALI PUSAT TERJULUR TERJULUR # TERJULUR
OSTIUM UTERI SEBAG TERBUKA KONSTRIKSI TERBUKA
SEPARASI PLASENTA
LEPAS SEBAGIAN SUDAH LEPASMELEKAT
SELURUHNYA
SYOK SERING JARANG JARANG
Plasenta manualPlasenta manual● Lakukan rujukan untuk
manual:● Prosedur dengan narkosis di
tempat rujukan● Pasang infus NaCl 0,9% ● Evaluasi perdarahan dan
tanda syok
● Lakukan rujukan untuk manual:
● Prosedur dengan narkosis di tempat rujukan
● Pasang infus NaCl 0,9% ● Evaluasi perdarahan dan
tanda syok
SISA PLASENTASISA PLASENTA
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (6 – 10 hari
pasca persalinan).
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat (6 – 10 hari
pasca persalinan).
Pengeluaran sisa plasentaPengeluaran sisa plasenta
● Pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
● Dalam memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
● Kuretase harus dilakukan di rumah sakit.● Setelah tindakan pengeluaran,
dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
● Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.
● Pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
● Dalam memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
● Kuretase harus dilakukan di rumah sakit.● Setelah tindakan pengeluaran,
dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
● Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.
Prosedur RujukanProsedur Rujukan● Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke
Puskesmas PONED pada kasus sisa plasenta yang memerlukan tindakan kuretase.
● Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan pendarahan pasca persalinan karena atonia uteri setelah tindakan stabilisasi dengan kompresi bimanual maupun pemberian uterotonika, retensio plasenta dan robekan porsio serta jalan lahir derajat III/IV.
● Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kegawatdaruratan medis.
● Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
● Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke Puskesmas PONED pada kasus sisa plasenta yang memerlukan tindakan kuretase.
● Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan pendarahan pasca persalinan karena atonia uteri setelah tindakan stabilisasi dengan kompresi bimanual maupun pemberian uterotonika, retensio plasenta dan robekan porsio serta jalan lahir derajat III/IV.
● Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kegawatdaruratan medis.
● Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
TERIMAKASIHTERIMAKASIH