pembahasan obstetri

28
BAB I PENDAHULUAN 1. 1Latar Belakang Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir disebut Persalinan spontan. Sebaliknya bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan operasi SC maka disebut persalinan buatan. Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar , tapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. Keadaan ini disebut persalinan anjuran. 1. 2Rumusan Masalah a. Apa saja penyebab mekanisme persalinan dan bagaimana penanganan persalinan kala I dan II? b. Bagaimana distosia kelainan tenaga, letak dan bentuk janin? c. Bagaimana distosia kelainan panggul dan dan traktus genetalia ? Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 1

Upload: pekton-windari

Post on 02-Jul-2015

389 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: pembahasan obstetri

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi

yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu.

Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan

lahir disebut Persalinan spontan. Sebaliknya bila persalinan dibantu dengan tenaga

dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan operasi SC maka disebut

persalinan buatan.

Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup

diluar , tapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam

persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

Keadaan ini disebut persalinan anjuran.

1. 2 Rumusan Masalah

a. Apa saja penyebab mekanisme persalinan dan bagaimana penanganan

persalinan kala I dan II?

b. Bagaimana distosia kelainan tenaga, letak dan bentuk janin?

c. Bagaimana distosia kelainan panggul dan dan traktus genetalia ?

1. 3 Tujuan

a. Untuk mengetahui apa saja penyebab mekanisme persalinan dan penenganan

persalinan kala I dan kala II.

b. Untuk mengetahui distosia pada persalinan.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 1

Page 2: pembahasan obstetri

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Penyebab Mekanisme Persalinan Dan Penanganan Persalinan Kala I Dan

Kala II

a. Gerakan –gerakan anak pada persalinan ( mekanisme persalinan )

Yang paling sering dijumpai ialah persentasi belakang kepala dan

kebanyakan persentasi ini masuk dalam pintu atas panggul dan sutura sagitalis

melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering dari pada ubun-ubun

kecil kanan melintnang. Beberapa pergerakan anak dalam persentasi belakang

kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang. Pada pemeriksaan kita

mendapatkan :

1. Leopold I

Fundus terisi oleh bokong, bagian yang lunak kurang melenting dan

kurang bundar.

2. Leopold II

Punggung terdapat sebelah kiri ( tahanan yang terbesar sebelah kiri ).

Bagian-bagian kecil terdapat sebelah kanan.

3. Leopold III

Kepala ( bagian yang keras bundar dan melenting) masih dapat

digerakkan di atas symphysis kecuali kalau kepala sudah masuk dalam

pintu atas penggul.

4. Auscultasi

Bunyi jantung terdengar sebelah kiri sedikit dibawah pusat.

5. Toucher

Sutura sagitalis teraba melintang kira-kira ditengah-tengah jalan lahir,

ubun-ubun kecil terdapat kiri melintang, sedangkan ubun-ubun besar

teraba kanan melintang.

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu, sedangkan ukuran-

ukuran kepala anak hampir sama besarnya dengan ukuran-ukuran dalam

panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah panggul dan pada pintu

bawah panggul supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 2

Page 3: pembahasan obstetri

dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan

mempersukar persalinan , karena diameter antero posterior adalah ukuran yang

terkecil dari pintu atas panggul.

Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka

belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah

panggul ialah diameter antero posterior. Maka untuk kemungkinan kelahiran

anak kita lihat bawah anak dan terutama depan anak akan melakukan gerakan-

gerakan tertentu.

Gerakan utama ialah :

1. Turunnya kepala

2. Fleksi

3. Putaran fraksi dalam

4. Ekstensi

5. Putaran paksi luar

6. Expulsi.

b. Mekanisme Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :

Kala I : waktu pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm

Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan His ditambah

kekuatan mengejan mendorong janin keluar hingga lahir.

Kala III : waktu untuk pelepasans dan pengeluaran uri

Kala IV : mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam

c. Penanganan persalinan kala I dan kala II

1) Kala I (Pembukaan)

Inpartu mulai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks

mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah

kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan

terbuka kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :

1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat ; sampai

pembukaan 3 cm Berlangsung dalam 7-8 jam.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 3

Page 4: pembahasan obstetri

2. Fase aktif di bagi 3 fase yaitu :

- Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm

- Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

- Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Untuk mengetahui apakah persalinan dalam kala I maju sebagaimana mestinya

sebagai pegangan kita ambil : Kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan

2 cm sejam bagi multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya kurang tepat.

Penyulit Kala I

a. Persalinan lama

Masalah :

Fase laten lebih dari 8 jam

Persalinan telah berlangsung selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi

Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.

Penanganan Umum

- Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk

tanda vital dan tingkat hidrasinya).

- Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam

persalinan

- Nilai frekuensi dan lamanya His

- Perbaiki keadaan umum dengan :

- Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan persalinan

normal)

- Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun

parenteral dan upayakan buang air kecil (kateter bila perlu).

- Berikan analgesic ® tramadol atau petidin 25 mg IM (maximum 1

mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri.

Penanganan Khusus

- Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)

- Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan adanya

infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 4

Page 5: pembahasan obstetri

b. Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)

- Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his

berhenti. Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin

teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk

dalam fase laten

- Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan

lekukan penilaian ulang terhadap serviks

- Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan

tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.

- Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan

amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

- Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

- Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian

oksitosin selama 8 jam, lakukan SC

- Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam, cairan, berbau)

- Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin

- Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:

- Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

- Ditambah Gentaisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

- Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan

- Jika dilakukan SC, lanjutkan pemberian antibiotika ditambah

Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama

48 jam

c. Fase Aktif Memanjang

- Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih utuh,

pecahkan ketuban

- Nilai His

- Jika his tidak adekuat

- Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya > 40 detik)

pertimbangkan disproporsi, obstruksi, malposisi/mal presentasi

- Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan mempercepat

kemajuan persalinan

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 5

Page 6: pembahasan obstetri

Faktor-faktor Penyebab Persalinan Lama:

- His Tidak Efisien

- Faktor Janin

- Faktor Jalan Lahir

2) Kala II (Pengeluaran Janin)

Pada kala II His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3

menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk ke ruang

panggul. Maka His dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

rektroktoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada

rectum dan hendak buang air besar, perenium menonjol dan jadi lebar, anus

membuka bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di

luar His, dengan His dan kekuatan mengedan max kepala janin dilahirkan dengan

suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perenium. Setelah

istirahat badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II : 1,5 jam Pada

multipara : 05 jam

2. 2 Distosia Kelainan Tenaga

Distosia Kelainan Tenaga (His)

1. Pengertian

Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan

tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga

menghambat kelancran persalinan. Dibawah ini dikemukakan lagi ringkasan dari

his normal. :

a. Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada

waktu his. Pada kala pmbukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif

yang digambarkan pada srvikogram menurut friedman.

b. Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau

kiri, lalu menjalar keseluruh otot rahim.

c. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari

bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih

singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen

bawah rahim)dan servik tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.

d. Sifat-sifat his :lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan

relaksasinya, serta sakitnya.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 6

Page 7: pembahasan obstetri

2. Etiologi

Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uterisering

dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin

memegang pula peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan)

mempengaruhi kelainan his. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his

inersia uteri, ialah apabila bahwa janin tidak berhubungan rampat dengan segmen

bawah rahim ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi

sefalopelvik. Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti

oksitosin dan obat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis

unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his.

3. Penanganan

Dalam menghadapi persalinan lama dilakukan evaluasi secara keseluruhan untuk

mencari sebab-sebabnya. Tekanan darah diukur tiap emat jam. Pemeriksaan ini

perlu dilakukan lebih sering apabia ada gejala pre-eklmpsia, denyut jantung janin

dicatat tiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.

Kemungkinan juga dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya.

Pada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindkan

pembedahan dengan narcosis, hendaknya jangan diberikan maknan biasa

melainkan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5%

dan larutan NaCl isotonic secara intravena berganti-ganti. Bila his mengebabkan

rasa sakit yang berlebihan diberikan injeksi pethidin 50 mg, pada pemulaan kala I

dapat diberikan 10 mg morvin. Berikan antibiotic secukupnya,apalagi kalau

ketuban sudah lama pecah.

4. Jenis-Jenis Kelainan His

a. Inersia uteri

Adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang

dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan:

1) Inersia uteri primer

Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Hal ini harus

dibedakan dengan his pendahulu yang juga lemah dan kadang-kadang

menjadi hilang (false labour).

2) Inersia uteri sekunder

Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat dan kuat

teratur dan dalam waktu yang lama.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 7

Page 8: pembahasan obstetri

Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang

teliti terhadap persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit,

tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his)yang kuat dan lama,

maka diagnosis inersia uteri sekunder akan lebih mudah.

Inersia uteri menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan

akibat-akibatnya.Terhadap ibu dan janin.

Penanganan

Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian

terbawah janin dan keadaan panggul kemudian buat rencana untuk

menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan, misalnya pada

letak kepala :

a) berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dektrosa 5%

dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikan setiap 10-15 menit

sampai 40-50 tetes permenit. Maksud dari pemberian oksitosin

adalah supaya servik dapat membuka

b) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak

memperkuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan

dulu dan ibu dianjurkan beristirahat. Pada malam hari berikan

obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat

diulang lagi pemberian oksitosin drips.

c) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka

sebaiknya dilakukan seksio sesarea.

d) Bila semua his kuat tetapi kemudianterjadi inersia uteri

sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24

jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada ginanya

memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera

diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi

obstetric lainnya (ekstraksi vakum atau forsep, atau seksio

sesarea.

b. Tetania Uteri

Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada

relaksasi rahim. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus

yang dapat mengakibatkan persalinan diatas kendaran, dikamar mandi, dan

tidak sempat dilakukan pertolongan. Akibatnya terjadilah luka-luka jalan

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 8

Page 9: pembahasan obstetri

lahir yang luas pada servik, vagina pada perineum, dan pada bayi dapat

terjadi perdarahan intracranial.Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi

rupture uteri mengancam, dan bila tidak segera ditangani akan berlanjut

menjadi rupture uteri.

Penanganan

a) Berikn obat seperti morfin, luminal dan sebagiannya, asal janin tidak

akan lahir dlam waktu dekat 4-6 jam

b) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan

dengan seksio sesarea.

c) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena

janin lahir tiba-tiba dan cepat.

d) Aksi Uterus Inkoordinasi (Incoordinate Uterine Action)

Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronasi antar

kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam

mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada

bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak,

sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang

mengakibatkan persalinan tidak dapat maju.

Penanganannya:

- Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-

obatan anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti

morfin, petidin dan valium.

- Apabila persalinan sudan berlangsung lama dan berlarut-larut,

selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan

evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forsep, atau seksio sesarea.

2. 3 Distosia Letak dan Bentuk Janin

1) Letak Janin

a. Letak sungsang

1. Letak bokong

Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas

2. Letak sungsang sempurna

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 9

Gambar 2.1 : Letak Sungsang Letak bokong

Page 10: pembahasan obstetri

Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong

3. Letak sungsang tidak sempurna

Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau

lutut, terdiri dari :

- Kedua kaki = letak kaki sempurna

- Satu kaki = letak kaki tidak sempurna

- Kedua lutut = letak lutut sempurna

- Satu lutut = letak lutut tidak sempurna

Penanganan

- Sikap sewaktu hamil

Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka

usahakan merubah letak janin dengan VERSI LUAR

Tujuannya untuk merubah letak menjadi kepala, dilakukan pada primi

dengan kehamilan 34 minggu, multi dengan usia kehamilan 36 minggu,

dan tidak ada panggul sempit

b. Letak lintang

- Menurut letak kepala terbagi atas :

a. LLI 1 : kepala dikiri

b. LLI 2 : kepala dikanan

- Menurut posisi punggung terbagi atas :

a. Dorso anterior

b. Dorso posterior

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 10

Gambar 2.3 : Letak Sungsang Tidak Sempurna

Gambar 2.3 : Letak Sungsang Sempurna

Page 11: pembahasan obstetri

c. Dorso superior

d. Dorso inferior

Gambar 2.2 : Letak Sungsang Sempurna

2) Bentuk Janin

a. Pertumbuhan Janin Yang Berlebih

Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi

bayi yang lahir berat badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih

dari 4500 gram adalah 4,0%. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervagina 10,8-

11,3 kg.

1. Diagnosis

Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini

dapat diperkirakan dengan cara :

a) Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya

dan adanya diabetes militus.

b) Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edema

dll.)

c) Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvis dalam hal

ini dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi.

2. Prognosis

Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram

umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh

bila janin lebih besar dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras

(postmaturitas) dan pada bahu yang lebar (bayi kingkong). Apabila disproporsi

sefalo feto-pelvis ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun

pada janin.

3. Penanganan

a) Pada disproporsi sefalo feto-pelvis yang sudah diketahui dianjurkan untuk

SC

b) Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi

yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan

melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral. Setelah dilahirkan dijahit

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 11

Gambar 2.4 : Letak Lintang

Page 12: pembahasan obstetri

kembali dengan baik dan untuk cedra postkleidotomonya konsulkan pada

bagian bedah.

c) Apabila janin meninggal lakukan embriotomi.

1) Hidrosefalus

Penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala

menjadi besar serta ubun-ubun jadi lebar. Jumlah ciran beasr biasa 1,5 liter

bahkan ada yang sampai 5 liter. Sering dijumpai kelainan lain seperti

spinabifida dan cacat bawaan

lain pada janin.

a) Diagnosis

Pada janin letak kepala adanya hidrosefalus dapat dikenali dengan :

- Palpasi

Teraba ukuran kepala yang besar diatas simfisis dan kepala tidak

memasuki pintu atas panggul.

- Pemeriksaan dalam

Teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam dan ubun-

ubun yang luas, tulang kepala terasa tipis sekali sehingga dapat ditekan

kedalam seperti menekan bola pingpong.

- Rontgen foto akan memberikan bayangan tengkorak kepala yang besar

sekali.

- Ultrasonografi

Tampak kepala yang besar dan ukuran diameter biparieatalis yang lebar.

b) Prognosa

Partus akan berjalan sulit dan bila tidak segera dotolong dapat terjadi

ruptura uteri, disebabkan kepala yang besar meregang segmen bawah

rahim. Prognosa untuk janin jelek.

c) Penenganan

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 12

Gambar 2.5 : Bayi dengan Hidrosefalus

Page 13: pembahasan obstetri

- Kepala janin yang besar diperkecilkan dengan jalan melakukan fungsi

sisterna pada pembukaan 3-4 cm.

Caranya adalah dengan menggunakan jarum pungsi spinal yang besar,

cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dari dalam ventrikel. Jarum

dimasukan dengan tuntunan tangan supaya tidak salah jalan atau

melukai jalan lahir.

- Kalau pembukaan lengkap kerjakan perforasi atu kranioklasi.

- Pada letak sungsang akan terjadi after coming head, dilakukan

perforasi dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan. Biasanya

sesudah kepala jadi kecil janin akan mudah dilahirkan.

2) Monster ( Kelainan Bentuk Janin)

Bayi monster terdiri dari :

a) Kembar siam ( double monster), yaitu penyatuan dua janin kembar (janin

kembar melekat), ini bisa berupa :

- Kraniofagus ; yang melekat kedua kepala

- Pigofagus : kedua panggul melekat

- Diprofagus atau difagus : bila kedua janin berhubungan tidak

lengkap

Sebagian di badan atas dan sebagian lagi di badan bawah.

- Torakofagus : penyatuan pada bagian dada

- Omfalofagus : penyatuan pada bagian perut

- Disefalus : penyatuan seluruh tubuh dengan kedua kepala

- Sinsefalus ; Penyatuan tubuh dengan satu kepala

b) Akardiakus : bayi yang tidak memiliki jantung atau memiliki diameter

(holoakardiakus) dan hemiakardiakus

c) Anesefalus atau hemisefalus : badan ada tetapi pembentukan otak dan

tengkorak kepala tidak ada atau terkebelakang.

3) Janin Dengan Perut Besar

Dapat berupa asites, tumor hati, tumor limpa, atau tumor ginjal

a) Penanganan

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 13Gambar 2.6 : Bayi dengan perut

membesar

Gambar 2.7 : Bayi dengan Kelainan Panggul

Page 14: pembahasan obstetri

Kadang –kadang masih dapat diusahakan kelahiran pervagina baik secara

biasa ataupun dengan vaginal operatif, tapi bila usaha ini tidak berhasil

atau ada indikasi obstetrik lainnya, dapat dilakukan seksio sesarea.

2. 4 Distosia Kelainan Panggul

a. Klasifikasi panggul

Bermacam-macam klasifikasi panggul

telah dikemukakan berbagai sarjana,

namun masih kurang memuaskan.

Deventer membuat pembagian :

a) too large ( besar )

b) too small ( kecil)

c) too flat (picak)

Klasifikasi yang banyak dipakai adalah menurut (1933). Mereka

membagi pelvis menurut bentuk arsitekturnya menjadi :

1. False ( anterior)

2. Hind (posterior)

3. Bentuk kombinasi, yaitu geniko-anteriopoid, andro-platipeloid,dll.

b. Kelainan Bentuk Panggul

1) Kongenital

- Just minor pelvis : sempit , kecil

- Simpel flat pelvis

- Male type pelvis

- Funnel pelvis (outlet sempit)

- Panggul asimilasi

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 14

Page 15: pembahasan obstetri

2) Kelainan penyakit tulang panggul

- Rachitis

- Osteomalasia

- TBC tulang

3) Kelainan tulang belakang

- Lordosis

- Skoliosis

- Kiposis

- Spondilolistesis

2. 5 Distosia Kelainan Traksus Genetalis

1. Kelainan Pada Vulva

a. Edema vulva

Dijumpai pada pre-eklamsia dan gangguan gizi atau malnutrisi atau

pada persalinan yang lama atau persalinan terlantar.

b. Stenosis vulva

Dijumpai sebagian akibat perlukaan atau infeksi dengan parut-parut

yang kaku atau dapat mengecilkan vulva (stenosis). Dengan episiotomi

persalinan akan berjalan lancar.

c. Tumor vulva

Dapat berupa abses bartholini atau kista atau suatu kondilomata.

Karena tidak terlalu besar tidak akan menghalangi persalinan.

2. Kelainan Vagina

a. Stenosi vagina kongenital

Walaupun jarang hal ini dapat menghalangi jalan lahir. Kalau stenosis

agak tinggi dan kaku dianjurkan untuk melakukan seksio sesarea dalam janin.

b. Tumor vagina

Berupa kista gardner yang kalau besar dapat menghalangi jalannya

persalinan. Apakah dapat ditunggu persalinan pervagina atau seksio sesarea

tergantung pada besarnya tumor.

3. Kelainan Serviks

Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks

uteri, walau pun his normal dan baik. Kadang-kadang pembukaan serviks macet

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 15

Page 16: pembahasan obstetri

karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak mau membuka.Ada 4 jenis

kelainan pada serviks uteri yaitu :

a. Serviks kaku

Suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku. Keadaan ini sering dijumpai pada

primigravida tua, atau karena adanya parut-parut bekas luka atu bekas infeksi

atau pada karsinoma serviks.

Kejang atau serviks kaku dibagi 2 yaitu :

- Primer : karena takut atau primigravida tua

- Skunder : karena bekas luka-luka dan infeksi yang sembuh dan

meninggalkan parut.

b. Serviks gantung

Suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar, sedangkan

ostium uteri internum tidak mau membuka. Serviks akan tergantung seperti

corong.

c. Serviks konglumer

Suatu keadaan diman ostium uteri internum dapat terbuka sampai lengkap,

sedangkan ostium eksternum tidak mau membuka.

d. Edema serviks

Bila dijumpai edema yang hebat pada serviks dan disertai hematoma serta

nekrosis, maka ini merupakan tanda adanya obstruksi.

2. 6 Kelainan Lain Pada Jalan Lahir Lunak Yang Mengganggu Persalinan

1. Tumor jalan lahir lunak, seperti kista vagina , polip serviks, mioma

uteri, kista ovari,dsb

2. Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar

3. Rektum yang penuh skibala atau tumor

4. Kelainan letak serviks, seperti dijumpai pada multipara dengan perut gantung

5. Ginjal yang turun kedalam rongga pelvis

6. Kelainan-kelainan bentuk uterus, seperti uterus bikornis, uterus septus, uterus

arkuaktus ,dsb

7. Dasar panggul atau perinium yang ketat tegang dan tidak elastis, penanganannya

dengan episiotomi.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 16

Page 17: pembahasan obstetri

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar , tapi tidak

sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-

kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah

pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. Kelahiran bayi meskipun

sudah cukup usia banyak penyulit-penyulit yang bisa menghambat kelahiran bayi

tersebut.

Penyulit-penyulit tersebut sudah disebutkan dalam makalah ini seperti

kelainan letak, kelainan bentuk, kelainan panggul dan kelainan lainnya yang sudah

disebutkan. Disamping itu juga dituliskan beberapa penangananya.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 17

Page 18: pembahasan obstetri

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG et al : Dystocia-Abnormal Labor , Williams Obstetrics 22nd ed McGraw Hill, 2005

__________________: Obstetri Williams E/18. Jakarta, EGC, 2005

Ferguson JE, Newberry YG, DeAngelis GA et al: The fetal-pelvic index has minimal utility in predicting fetal-pelvic disproportion.Am J Obstet Gynecol 179;1186, 1998

Prawiroharjo, Sarwono : Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1997.

Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaanya 18