obat-obatan dalam bidang obstetri

45
BAB I PENDAHULUAN Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan oleh dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan. Dalam hal ini, pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman. 1

Upload: yusi-yukiss-finie

Post on 06-Aug-2015

461 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

hasil diskusi sama temen-temen di SGD dengan bolak-balik buku sama browsing.

TRANSCRIPT

Page 1: obat-obatan dalam bidang obstetri

BAB I

PENDAHULUAN

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat

adalah alat utama terapi yang digunakan oleh dokter untuk mengobati klien yang memiliki

masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat

menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila

tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang

ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien

menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus memahami masalah kesehatan

klien saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan.

Dalam hal ini, pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.

1

Page 2: obat-obatan dalam bidang obstetri

BAB II

PEMBAHASAN

1. Cari bahan pertimbangan yang melatar belakangi mengapa pemberian obat-obatan

pada wanita hamil dan menyusui perlu kehati-hatian!

Pembahasan :

Pemberian obat saat hamil dan laktasi (menyusui) memerlukan perhatian yang seksama

mengingat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan pembentukan organ janin yang dapat

menimbulkan kecacatan, growth retardation, dan kemunduran pertumbuhan mental.

Perlu dipahami istilah:

a. Teratogenik, yaitu kelainan congenital yang terjadi akibat bahan eksogenik saat

pembentukan organ intrauterine. Dengan adanya peristiwa menggemparkan di tahun

1960-an, saat pemakaian talidomid yang disangka aman sebagai obat penenang pada

wanita hamil muda ternyata telah menimbulkan ratusan bayi lahir dengan cacat bawaan

(phocomelia). Oleh karena itu, pemberian obat pada wanita hamil, terutama pada

trimester pertama kehamilan tidak dianjurkan, kecuali pada keadaan yang sangat

memerlukan, dan hanya diberikan obat-obat yang telah diketahui aman untuk janin.

b. Dismorfogenik, mengandung pengertian yang lebih luas, meliputi semua pengaruh yang

merugikan dari exogenic agent dalam bentuk morfologis, fungsional yang dijumpai saat

kelahiran atau ditemukan kemudian.

Mekanisme dismorfogenik exogenic agent dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Berpengaruh langsung pada janin, tergantung pada konsentrasi obat dalam darah dan

jaringan, sifat dan struktur, dan sifat kimianya.

b. Berpengaruh pada perubahan fungsi plasenta. fungsi plasenta sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine. oleh karena itu, setiap obat yang

dapat mempengaruhi fungsi plasenta akan berpengaruh juga terhadap perkembangan dan

pertumbuhan janin.

2

Page 3: obat-obatan dalam bidang obstetri

c. Berpengaruh pada perubahan metabolism maternal. Setiap exogenic agent sebagian atau

seluruhnya diolah dulu melalui berbagai bentuk metabolism pada organ maternal

sehingga fungsinya dapat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang

diharapkan.

Pemberian obat pada wanita hamil

Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat memengaruhi struktur janin pada saat

terpapar. Thalimoid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada perkembangan anggota

badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek pada saat

waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke empat sampai minggu ke

tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek teratogenik belum

diketahui dan mungkin sebabkan oleh multifaktor.

a. Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung

memengaruhi jaringan janin.

b. Obat mungkin juga mengganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga

memengaruhi jaringan janin.

c. Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin, misalnya

vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal. Dervat

vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang potensial.

d. Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada abnormalitas.

Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat menurunkan insiden kerusakan

pada selubung saraf, yang menyebabkan timbulnya spina bifida.

Pemberian obat pada saat menyusui

Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi di dalam ASI, untungnya

konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor

utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI selain dari faktor-faktor fisiko-kimia

obat. Volume darah dan cairan tubuh/cairan tubuh dan curah jantung yang meningkat pada

kehamilan akan kembali normal setelah kurang lebih satu bulan melahirkan. Karena itu,

pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis.

3

Page 4: obat-obatan dalam bidang obstetri

Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah melewati

membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan

mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma tidak

dapat melewati membran. Jadi, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.

Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu, obat yang bersifat basa lemah di

plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran

alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI, obat yang bersifat basa tersebut akan mudah

terionisasi sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali ke plasma. Fenomena ini

dikenal dengan ion trapping. Meskipun demikian, telah diketahui bahwa toksisitas pada bayi

dapat ditemukan.

Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu. Rasio M:P

yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI, sebaliknya rasio M:P <1

menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.

Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu minum obat.

Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada

kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap

bayinya, maka untuk sementara ASI tidak diberikan tetapi harus dipompa. ASI dapat

diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat.

Edukasi yang dapat diberikan pada wanita yang sedang menyusui mengenai pemakaian obat

adalah sebelum sang ibu pergi ke dokter untuk berobat, kita sarankan agar ibunya

menyediakan asi tampung, yang setidaknya bisa bertahan sampai dengan 2 minggu jika di

taruh dalam pendingin.

2. Apa yang dimaksud dengan bahan teratogen? Bahan apa saja yang dimaksud? Apa

saja contohnya?

Pembahasan :

Bahan teratogenik adalah bahan-bahan yang dapat menimbulkan terjadinya kecacatan pada

janin selama dalam kehamilan ibu. Bahan-bahan yang secara kedokteran dikenal mampu

4

Page 5: obat-obatan dalam bidang obstetri

memberikan efek gangguan pada janin dan menimbulkan kecacatan dikenal sebagai bahan

teratogenik.

Bahan teratogenik dapat menimbulkan bayi lahir dengan cacat lahir berupa cacat fisik yang

nampak maupun tidak nampak. Contoh kecacatan fisik yang nampak misalnya bibir

sumbing, keanehan bentuk anggota gerak, kelainan bentuk kepala, tubuh maupun organ lain

yang nampak dari luar. Sedangkan cacat lahir yang tidak nampak misalnya kelainan otak,

penurunan kecerdasan/IQ, kelainan bentuk jantung, pembentukan sekat jantung yang tidak

sempurna, gangguan reaksi metabolisme tubuh, kelainan ginjal atau bahkan kelainan organ

reproduksi.

Proses pembentukan jaringan dan organ tubuh selama janin dalam kandungan dikenal dengan

istilah organogenesis. Proses ini berlangsung terutama pada saat kehamilan trisemester

pertama dan akan selesai pada awal trisemester ke dua atau sekitar 16 minggu. Adanya

bahan-bahan yang bersifat teratogenik akan menimbulkan gangguan pada sel-sel tubuh janin

yang sedang melakukan proses pembentukkan organ tersebut. Akibat adanya gangguan

tersebut, maka sel tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana seharusnya dan

menimbulkan berbagai cacat lahir yang dapat terjadi pada organ luar maupun organ dalam.

Bahan teratogenik tidak hanya dapat menyebabkan kecacatan fisik. Bahan tersebut juga dapat

menimbulkan kelainan dalam hal psikologis dan kecerdasan. Hal ini berhubungan dengan

adanya gangguan pada pembentukan sel-sel otak bayi selama ia dalam kandungan. Bila bayi

terlahir dengan cacat fisik yang nampak dan mungkin diperbaiki atau diterapi dengan cara

pembedahan (misalnya bibir sumbing dan kelainan katub jantung) maka mungkin kecacatan

anak dapat tertutup begitu anak menginjak dewasa dan mencegah terjadinya gangguan-

gangguan yang mungkin muncul saat bayi dewasa.

Hingga kini belum ditemukan cara untuk mengobati efek yang timbul akibat paparan bahan

teratogenik pada ibu hamil. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang dapat dilakukan oleh ibu

hamil dalam mencegah efek bahan teratogenik adalah dengan menghindari paparan bahan

tersebut pada dirinya. Untuk itu perlu bagi ibu hamil untuk mengetahui dan memahami

bahan-bahan apa saja yang dapat memberikan efek teratogenik.

5

Page 6: obat-obatan dalam bidang obstetri

Bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongannya yakni bahan teratogenik

fisik, kimia dan biologis.

a. Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik

misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi

nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajang dengan agen fisik tersebut, maka

janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu

pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik

karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpajan agen teratogen

fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil.

Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu

dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.

b. Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila

masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat

menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah

bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit

tertentu juga memiliki efek teratogenik.

c. Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah

TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen

teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi

TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai

kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit

sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik. Ada baiknya bila ibu sebelum

kehamilannya melakukan pemeriksaan laboratorium pendahuluan untuk menentukan

apakah ia sedang menderita infeksi TORCH, infeksi virus atau bakteri lain yang

berbahaya bagi dirinya maupun kehamilannya. Bila dari hasil dinyatakan positif, ada

baiknya bila ibu tidak hamil lebih dulu sampai penyakitnya disembuhkan dan telah

dinyatakan fit untuk hamil.

Beberapa obat yang terbukti teratogenik adalah antikonvulsan, warfarin, alkohol, antagonis

asam folat (metotreksat, aminopterin), dietilstilbestrol, androgen, dan thalidomide. Kecuali

6

Page 7: obat-obatan dalam bidang obstetri

fenitoin, obat-obat yang terbukti teratogenik tidak diperlukan dalam masa kehamilan. Obat-

obat yang terduga bersifat teratogenik adalah agen-agen alkilasi, nikotin, sulfonil urea,

isotretinoin (13-cis-asam retinoid), asam valproat dan benzodiazepin.

Obat-obat yang Diketahui atau Dicurigai Mempunyai Efek Teratogenik

Obat Efek teratogenik

Diketahui teratogen

Antikonvulsan

(fenitoin, trimetadion)

Antikoagulan

(warfarin dan sejenis)

Alkohol

Antagonis asam folat

(metotreksat, aminopterin)

Hormon

Dietilstilbestrol

dan sejenisnya

Androgen

Metil merkuri

Thalidomide

Asam valproat

Isotretinoin 13-cis-asam retinoid

Terduga teratogen

Agen-agen alkilasi

Litium karbonat

Dismorfogenesis fasialis, retardasi ringan

pada mental, retardasi pertumbuhan, cacat

jantung.

Hipoplasia nasalis, kerusakan epifisis, atrofi

optik, retardasi mental.

Sindrom alkohol pada janin-retardasi

pertumbuhan, retardasi ringan pada

mental, anomali bertambah.

Abortus, malformasi ganda.

Adenosis vagina, karsinogenesis, anomali

serviks dan uterus, kelainan epididimis.

Maskulinisasi janin wanita.

Kerusakan susunan saraf pusat, retardasi

pertumbuhan.

Fokomelia.

Defek tabung saraf terbuka (Open neural

tube defects).

Hidrosefalus, cacat jantung, cacat telinga dan

pendengaran.

Abortus, anomali

Anomali Ebstein (?)

7

Page 8: obat-obatan dalam bidang obstetri

Nikotin

Sulfonilurea

Karbamazepin

Terlambat pertumbuhan

Anomali (?)

Defek tabung saraf terbuka

3. Sebutkan tiga fase krusial kontak obat dengan janin; pre organogenesis; fase embrio

dan fase fetal. Apa dampaknya ?

Pembahasan :

a. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat

dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh

buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).

b. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada

fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh

teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain:

- Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul

kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya

pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbukti

berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di

kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa).

- Pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus. Pengaruh sub-letal,

yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ, seperti

misalnya fokolemia karena talidomid.

c. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi

maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing

terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi, tetapi mungkin dapat

berupa gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi

organ-organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami janin,

meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah terjadinya depresi

pernafasan neonatus karena selama masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat

seperti analgetika-narkotik; atau terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal

setelah pemakaian fenotiazin.

8

Page 9: obat-obatan dalam bidang obstetri

4. Bagaimana pembagian klasifikasi obat berdasarkan Food and Drugs Administration ?

Dan berikan obat-obat contohnya!

Pembahasan :

Food and Drug Administration (FDA), atau BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)

Amerika Serikat, membuat sebuah sistem klasifikasi tingkat keamanan sebuah obat. Sistem

klasifikasi ini dibuat agar memudahkan para dokter memahami risk benefit ratio sebuah obat

sesuai kategori klasifikasinya.

a. Kategori A

Studi terkontrol pada ibu hamil tidak menunjukkan adanya peningkatan resiko untuk

terjadinya kelainan janin apabila diberikan selama kehamilan. Dibawah 1% dari seluruh

obat-obatan yang termasuk dalam kategori ini diantaranya levotiroksin, suplemen kalium,

dan vitamin prenatal, jika diminum sesuai dosis yang direkomendasikan.

Obat/bahan obat yang berdasarkan penelitian (pada manusia) tidak menunjukkan

terjadinya risiko terhadap janin. Beberapa jenis vitamin dan multivitamin yang diberikan

semasa hamil termasuk dalam kategori ini kecuali "megavitamins". Diantaranya juga

Nystatin vaginal (mycostatin atau obat anti jamur)

b. Kategori B

Studi pada binatang percobaan tidak menunjukkan adanya resiko pada janin, tetapi tidak

ada studi terkontrol pada ibu hamil. Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan

menunjukkan adanya efek samping, tetapi penelitian pada ibu hamil tidak menunjukkan

adanya resiko pada janin pada trisemester I kehamilan dan tidak ada bukti beresiko pada

trisemester berikutnya. Contohnya, antibiotik golongan Penisilin (amoksilin, ampisilin),

makrolid (eritromisin, claritromisin, azitromisin), dan sebagian besar golongan

sefalosporin (cefadroksil, cefixime, ceftriakson, cefotaxim).

c. Kategori C

Studi pada binatang menunjukkan adanya efek samping (teratogenik atau embriosidal

atau memiliki efek lain), dan tidak ada studi terkontrol pada ibu hamil. Atau belum ada

studi terhadap wanita dan binatang percobaan. Obat ini hanya boleh diberikan jika

besarnya manfaat yang diperoleh melebihi besarnya resiko terhadap janin. Hampir dua

pertiga dari selurruh obat termasuk dalam kategori ini. Beberapa obat yang digunakan

9

Page 10: obat-obatan dalam bidang obstetri

untuk terapi kondisi yang mengancam nyawa seperti albuterol (asma), zidovudine dan

lamivudine (HIV/AIDS), dan obat antihipertensi golongan penyekat beta dan penyekat

kalsium.

d. Kategori D

Adanya bukti positif mengenai resiko obat ini terhadap janin, tetapi obat ini masih

diperbolehkan untuk diberikan pada wanita hamil, jika besarnya manfaat yang diperoleh

melebihi besarnya resiko terhadap janin (misalnya jika obat ini diperlukan untuk

mengatasi keadaan yang mengancam jiwa atau penyakit serius apabila obat yang lebih

aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif). Contohnya seperti kortikosteroid

sistemik, azatioprine, phenytoin, carbamazepine, asam valproat, dan lithium.

e. Kategori X

Studi pada binatang percobaan atau manusia memperlihatkan abnormalitas pada janin

atau tidak terbukti beresiko pada janin dan besarnya resiko obat ini pada wanita hamil

jelas-jelas melebihi manfaat yang diharapkan. Dilarang penggunaannya pada wanita

hamil atau yang memiliki kemungkinan untuk hamil. Contohnya adalah sejenis obat

untuk jerawat yang dikenal sebagai isotretinoin, yang dapat menyebabkan kelainan

multipel pada sistem saraf, wajah, maupun kardiovaskuler.

5. Sebutkan golongan obat uterotonika dan bagaimana cara kerjanya ?

Pembahasan :

Uterotonika adalah zat yang digunakan untuk meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik

banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan

perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan

penanganan aktif pada kala III persalinan.

Jenis-jenis obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

a. Metergin

Metergin merupakan obat yang termasuk dalam golongan alkaloid ergot yang bersumber

dari jamur gandum Clavicus purpurea dan mengandung karbohidrat, gliserida, steroid,

asam amino, amin, basa amonium kuaterner.

- Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat

10

Page 11: obat-obatan dalam bidang obstetri

- Nama paten    : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin

Yang termnasuk obat golongan alkaloid lainnya adalah Ergotamin (alkaloid asam

amino), Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino), Ergonovin (alkaloid amin).

Mekanisme

Mekaniske kerja metergin

- Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala

III.

- Menstimulasi otot-otot polos terutama dari pembuluh darah perifer dan rahim.

- Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi

efek oksitosuk pada kandungan mature.

- Bio Tranformasi dalam hati.

- Ekskresi melalui hati dan ginjal.

- Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna.

- Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam.

- Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat

- Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan lambat

→reaksi perlu waktu 20 menit.

11

Golongan Vasokontriksi dan

Kerusakan Endotel

Oksitosik

Ergotamin Sensitif Sangat Aktif, Kerja

Lambat, Tidak Efektif

per Oral

Dehidroergotamin Kurang Aktif Aktif Pada Uterus

Hamil

Ergonovin Sangat Kurang Aktif Sangat Aktif, Kerja

Cepat dan Efektif Per

Oral

Page 12: obat-obatan dalam bidang obstetri

- Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5 menit.

- Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine.

- Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan

dieliminasi lebih lambat.

Efek pada uterus:

-Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata

-Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani

-Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan

- Sediaaan ergot paling kuat: ergonovin

Indikasi

- Uterotonika dan pengobatan Migren

- Migren → etiologinya multifaktor (emosi, stress fisik, diet, hormonal)

- Pemberian analgesik perlu dicoba dulu sebelum ergotamin (toksik)

- Ergotamin menghilangkan 95% migren dan 15% sakit kepala lainya

- Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM

Kontraindikasi

- Dapat menyebabkan ganggan → tidak boleh diberikan pada penderita:

- Sepsis

- Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis)

- Penyakit pembuluh darah koroner

- Tromboflebitis

- Penyakit hati dan ginjal

Cara pakai dan dosis

- Oral, mulai kerja setelah sepuluh menit, dosisnya 0,2-0,4 mg, 2-4 kali sehari selama 2

hari

-Injeksi intravena

12

Page 13: obat-obatan dalam bidang obstetri

-Mulai kerja 40 detik, dosisnya 0,2 mg

-IM, mulai kerja 7-8 menit, dosisnya 0,2 mg dan boleh diulang 2 kali. Hal ini lebih

menguntungkan karena efek samping lebih sedikit.

Efek samping

- Kontraksi dapat terjadi begitu kuat sehingga resiko retensio plasenta akan meningkat.

Keadaan ini disebabkan oleh kontraksi segmen bawah uterus yang terjadi berurutan

sehingga perlepasan plasenta terhalang.

- Diare dan muntah , Kerja metergin menyerupai kerja dopamine yang kerap kali

menimbulkan mual dan muntah pada 20-30 % ibu melahirkan.

- Gejala keracunan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat,

bingung dan tidak sadar, pengliatan kabur, sakit kepala, kejang, koma, meninggal.

- Toksik → keracunan akut dan kronik

- Paling toksik → ergotamine

- Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-

1,5 mg parenteral

- Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan

dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris,

bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah

- Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

- Terapi ergotisme , Penghentian pengobatan  Pemberian terapi simptomatis :

mempertahankan aliran darah ke jaringan : antikoagulan, na nitroprusid (vasodilator

kuat) Atropin atau antiemetik gol fenotiazin untuk menghilangkan mual dan muntah

Kalsium glukonat untuk menghilangkan nyeri otot.

b. Oksitosin

Oksitosin diproduksi dan disimpan oleh hipofisis posterior. Rangsangan dari

serviks, vagina dan payudara secara refleks melepaskan oksitosin, hal tersebut berkaitan

dg semakin sensitivnya uterus terhadap oksitosin, sehingga pada akhir kehamilan kadar

oksitosin meninggi dimana berikatan dg reseptor oksitosin yg terletak di dlm miometrium

13

Page 14: obat-obatan dalam bidang obstetri

yaitu dlm membran plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah golongan obat yang

digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses

persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan ,

Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat

Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior

melepaskan oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan.

Nama Paten: Piton S., Syntocinon, Hypophysi, Piroglandol.

Oksitosin diabsorsi dengan cepat melalui mukosa mulut sehingga memungknkan

oksitosin diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap

did/cadangan untuk penggunaan pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino

peptidase dalam plama (oksitosin atau vasopresinase) meniongkat 10x dan menurun

setelah persalinan. Enzim mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan

peptida enzim meregulasi kosentrasi oksitosin. Meskipun sudah lazim di gunakan di

banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah sakit, namun potensi oksitoksin dalam

mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah membuat obat ini tidak tepat untuk

digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau penyakit kardiovaskuler atau pada

ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun. Pemberian infuse oksitoksin merupakan

kontraindikasi pada ibu hamil yang menghadapi resiko karena melahirkan pervaginam,

misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio plasenta atau denagn resiko rupture

uteri yang tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus pada kasus dengan

resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.

Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen.

Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan

ini mungkin terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat

sehingga pemberian oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini

lebih cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit

pengaruhn ya terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.

Sediaan Oksitosin

- Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV

14

Page 15: obat-obatan dalam bidang obstetri

- Semua sediaan sintetis, yang alam mahal

- Semprot hidung: 40 unit USP/ml

- Tablet sublingual: 200 unit USP

Mekanisme kerja

Efek pada Uterus:

- Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus

- Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun

- Uterus imatur kurang peka thd oksitosin

- Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus meningkat 8 x

lipat pada usia kehamilan 39 minggu

Efek pada mamae:

- Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksi susu)

- Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi

pembengkakan payudara pasca persalina

Efek Kardiovaskuler:

- Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)

- Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun,

takikardi dan curah jantung menurun

- Hasil baik pada pemakaian parenteral

- Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian tablet isap

- Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil aminopeptidase →

berfungsi mengaktifkan oksitoksin → enzim tersebut berkurang setelah melahirkan,

diduga dibuat oleh plasenta

Bersama dengan faktor-faktor lainnya, oksitoksin memainkan peranan yang sangat

penting dalam persalinan dan injeksi ASI. Oksitoksin bekerja pada reseptor oksitoksik

untuk menyebabkan :

- Kontraksi uterus kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos

maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin.

- Konstriksi pembuluh darah umbilicus  Kontraksi sel-sel miopitel (refleks ejeksi ASI)

15

Page 16: obat-obatan dalam bidang obstetri

Oksitoksin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik (ADH)  untuk menyebakan:

- Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah (khususnya

diastolic) karena terjadinya vasodilatasi.

- Retensi air

Kerja oksitoksin yang meliputi : kontraksi tuba uterine (fallopi) untuk membantu

pengangkutan sperma; luteolisis (involusi korpus luteum); perana neurotransmitter yang

lain dalam system saraf pusat. Oksitoksindisintesis I dalam hipotalamus, kelenjar gonad,

plasenta dan uterus. Mulai dari usia kehamilan 32 minggu dan selanjutnya, konsentrasi

oksitoksin dan demikian pula aktivitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya.

Pelepasan oksitoksin endogenus di tingkatkan oleh:

- Persalinan, di mana pelepasanendogenus oksitoksin bersifat pulsatil, control umpan

balik yang positif dari persalinan akan mencapai puncaknya pada saat terjadi

gelombang pelepasan oksitoksin

- Stimulasi serviks, vagina atau payudara

- Estrogen yang beredar dalam darah

- Peningkatan osmolalitas/ konsentrasi plasma (glosarium)

- Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

- Stress, dalam persalinan dapat memicu partus prespitatus yang di kenal dengan istilah

‘refleks ejeksi fetus’. Sters yang disebabkan oleh tangisan bayi menstimulasi produksi

ASI.

Pelepasan oksitoksin di supresi oleh:

- Alcohol (hal ini menggangu awal pemberian asi)

- Relaksin

- Penurunan osmolalitas (konsentrasi) plasma

- Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

- Oksitosik dan  mengurangi pembengkakan payudara

Kontra indikasi

16

Page 17: obat-obatan dalam bidang obstetri

- Kontraksi uterus hipertonik

- Distress janin

- Prematurisasi dan gawat janin

- Letak bati tidak normal

- Disporposi sepalo pelvis

- Predisposisi lain untuk pecahnya rahim

- Obstruksi mekanik pada jalan lahir

- Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35 tahun

- Resistensi dan mersia uterus

- Uterus yang starvasi

Cara pakai dan dosis

Untuk induksi persalinan intravena 1-4 mU permenit dinaikkan menjadi 5-20

mU/menit sampai terjadi pola  kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca

partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi

untuk mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat

diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran

susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi

duduk 2-3 menit sebelum menyusui.

Efek samping

- Spasme uterus ( pada dosis rendah )

- Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin: kerusakan jaringan lunak/uterus

- Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)

- Mual, muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.

- Kontraksipembuluh darah tali pusat

- Kerja antidiuretik

- Reaksi hipersensitifitas

- Reaksi anafilaktik

17

Page 18: obat-obatan dalam bidang obstetri

- Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak / rupture

uterus

- Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )

- Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.

- Kontraksi pembuluh darah tali pusat

- Aritmia jantung

- Hematoma panggul

c. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan senyawa yg dibuat dari fosfolipid pada membran sel dalam

jaringan tubuh. Senyawa tersebut merupakan substansi yg penting sebagai hormon lokal

Prostaglandin di dalam tubuh sangat penting dlm membantu proses melahirkan :

- Pematangan serviks

- Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin)

Pembentukan prostaglandin oleh amnion akan meningkat pd saat menjelang akhir

kehamilan sehingga menaikkan kadar prostaglandin.  Prostaglandin Ditemukan dalam

ovarium, miometrium, darah menstruasi juga pada saat Post coitus ditemukan

prostaglandin di vagina, Prostaglandin terbagai dua jenis yaitu: 

- PGF → merangsang uterus hamil dan tidak hamil

- PGE → merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus hamil.

Sensitivitas uterus terhadap prostaglandin akan meningkat secara progresif sepanjang

kehamilan. Dalam bulan terakhir kehamilan, serviks menjadi matang (pengaruh PGE2) yg

meningkatkan produksi enzim yg memecah dan melonggarkan kolagen serviks . Ada 4

tipe prostaglandin yg mempunyai peranan penting dlm proses melahirkan, yaitu:

- PGE1   : Mematangkan serviks

- PGE2   : Meningkatkan kontraksi uterus dan mematangkan serviks

-PGI2 : Aliran darah darah dari ibu  ke janin

-PGI2a : Menimbulkan kontraksi uterus  segala waktu

Prostaglandin tersedia dalam bentuk sediaan sebagai berikut:

- Karbopros trometamin : 15-metil PGF2α tersedia dalam bentuk suntikan 250 µg/ml.

18

Page 19: obat-obatan dalam bidang obstetri

-Dinoproston : PGE2 tersedia dalam suppositoria vaginal 20 mg.

-Gmeprost : analog alprostadil yang berefek oksitosik.

-Sulproston : derivat dinoproston.

Contoh :

-  Dinoproston

Obat               :Dinoproston (PGE2) pervaginal

Sediaan           :Tablet dan jelly

Indikasi           :Pematangan serviks dan induksi persalinan

Aksi                 :10 menit setelah dimasukkan ke  dalam vagina

Absorpsi          :Dinding vagina

- Misoprostol

Obat               :Misoprostol (PGE1)    pervaginal

Sediaan           :Tablet

Indikasi           :Induksi dan penguatan persalinan penatalaksanaan kala tiga 

persalinan

Mekanisme Kerja

Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan. Substansi ini

mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek samping.

Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi:

- Induksi partus aterm

- Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan

- Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya

- Induksi abortus terapeutik

- Uji oksitosin

- Menghilangkan pembengkakan mamae

Kontraindikasi

- Terdapat ruptura membran amnion

19

Page 20: obat-obatan dalam bidang obstetri

- Adanya riwayat sikatris

- Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina selama

kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan,

prostaglandin tidak digunakan.

- Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma

- Jika ada infeksi pada jalan lahir

- Pada kehmilan melintang sungsang atau miring

Dosis dan cara pakai

- Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml

- Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg

- Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)

- Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

6. Sebutkan obat-obat yang termasuk dalam obat tokolitik dan bagaimana cara

kerjanya?

Pembahasan :

Obat-obat yang termasuk dalam obat tokolitik, yaitu sebagai berikut:

1. Peranan β agonis sebagai tokolitik

Agonis beta merupakan obat yang sering digunakan dan terbukti efektif menurunkan

terjadinya persalinan dalam 24, 48 jam dan 7 hari terapi dibanding plasebo. β Agonis

adalah golongan tokolitik yang secara struktur sama dengan katekolamin endogen,

epinefrin dan nor-epinefrin. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor β.adrenergik

pada uterus. Isoxuprine adalah obat pertama dari golongan ini yang digunakan sebagai

tokolitik kurang lebih 45 tahun yang lalu. Terbutalin dan Ritodrin sekarang yang paling

banyak digunakan sebagai tokolitik pada golongan ini di Amerika Serikat dibandingkan

dengan Hexoprenalin, Fenoterol, Salbutamol dan lain-lain, tetapi hanya Ritodrin yang

direkomendasikan oleh FDA sebagai tokolitik dari golongan ini.

2. Peranan obat anti inflamasi non steroid sebagai tokolitik.

20

Page 21: obat-obatan dalam bidang obstetri

Prostaglandin sebagai salah satu pencetus proses persalinan (kontraksi uterus) yang

penting maka para peneliti menganggap bahwa prostaglandin synthetase inhibitor dalam

hal ini Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dapat digunakan sebagai tokolitik.

Salah satu obat-obat golongan ini yang dapat dipakai tokolitik adalah Indomethacin

Farmakokinetik

OAINS bekerja primer sebagai penghambat cyclooxygenase. Indomethacin adalah obat

dari golongan ini yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai tokolitik. Obat ini

dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin. Indomethacin secara cepat dapat

menembus plasenta, dalam 2 jam kadar dalam darah bayi 50% dari kadar dalam darah ibu

dan akan menjadi sama dalam 6 jam. Waktu paruh indomethacin pada fetus adalah 14,7

jam yang lebih lama dibanding pada ibu yang hanya 2,2 jam, hal inilah yang dapat

mengakibatkan gangguan hati ada fetus.

3. OAINS lain sebagai tokolitik

Seperti yang kita ketahui OAINS bekerja primer sebagai penghambat

cyclooxygenase (COX) yang mempunyai 2 tipe yaitu COX-1 dan COX-2. Indomethacin

adalah OAINS yang bekerja pada kedua tipe ini. Pada manusia peningkatan kadar COX

tipe 2 diyakini lebih bermakna terhadap terjadinya persalinan prematur dibanding COX

tipe 1. Contoh obat-obat yang dapat digunakan sebagai tokolitik dari golongan ini adalah

Nimesulid dan Celecoxib.

Nimesulid dapat dipakai sebagai tokolitik tetapi juga dapat menyebabkan

terjadinya gagal ginjal stadium akhir pada manusia sehingga hal inilah yang membatasi

penggunaannya Sedangkan celecoxib dengan dosis 50, 10, 1 mg/kgbb dapat digunakan

sebagai tokolitik yang dapat menunda persalinan dibandingkan tanpa celecoxib dengan

efek samping penutupan dini dari duktus arteriosus yang lebih kecil dibanding

indomethacin.

4. Peranan Magnesium Sulfat (MgSO4) sebagai tokolitik

MgSO4 sudah lama dikenal dan dipakai sebagai anti kejang pada penderita

preeklamsia sebagai anti kejang yang juga bersifat sebagai tokolitik. Obat ini dipakai

sebagai obat tokolitik utama karena murah, mudah cara pemakaiannya dan resiko

terhadap sistem kardiovaskuler yang rendah serta hanya menghasilkan efek samping yang

21

Page 22: obat-obatan dalam bidang obstetri

minimal terhadap ibu, janin dan neonatal. Kerugian terbesar yang signifikan dari

penggunaan magnesium sulfat sebagai obat tokolitik adalah harus diberikan secara

parenteral.

Farmakokinetik

Jumlah total magnesium dalam tubuh manusia adalah 24 gr yang sebagian besar

terdapat pada tulang dan ruang intraseluler dan hanya 1% pada ekstraseluler. Konsentrasi

magnesium pada serum wanita normal berkisar antara 1,83 mEq/l dan turun menjadi

1,39 mEq/l pada wanita hamil.

Magnesium dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal oleh karena itu konsentrasi

magnesium plasma ditentukan oleh jumlah pemberian melalui infuse dan kecepatan filtrai

glomerulus. MgSO4 mempunyai dua cara yang memungkinkannya bekerja sebagai

tokolitik, yang pertama peningkatan kadar MgSO4 menurunkan pelepasan asetilkoin oleh

motor and plates pada neuromuscular junction sehingga mencegah masuknya kalsium,

cara yang kedua adalah MgSO4 berperan sebagai antagonis kalsium pada sel dan

ekstrasel.

Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik

Intoksikasi MgSO4 dapat dihindari dengan memastikan bahwa pengeluaran urin

memadai, reflex patella ada dan tidak ada depresi pernapasan. Reflex patella menghilanga

menghilang pada kadar 10 mEq/l (antara 9-13 mg/dl) dan pada kadar plasma lebih dari 10

mEq/l akan timbul depresi pernapasan dan henti napas dapat terjadi pada kadar plasma 12

mEq/l atau lebih. MgSO4 sebagai terapi tokolitik dimulai dengan dosis awal 4-6 gr secara

intravana yang diberikan selama 15-30 menit dan diikuti dengan dosis 2-4 gr/jam selama

24 jam. Selama terapi tokolitik dilakukan konsentrasi serum ibu biasanya dipelihara

antara 4-9 mg/dl. Untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya intoksikasi seperti hal

di atas maka perlunya disediakan kalsium glukonas 1 gr sebagai anti dotum dari

magnesium sulfat.

22

Page 23: obat-obatan dalam bidang obstetri

7. Sebutkan obat-obat yang lazim diberikan saat hamil!

Pembahasan :

Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan kadang

dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada jaringan

tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya

curah jantung atau aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita

hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil. Contohnya glikosida

jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung

pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada

diabetes yang diinduksi oleh kehamilan.

Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan pesat,

yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan

janin walaupun mekanismenya masih belum jelas diketahui. Contohnya kortikosteroid

diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur.

Contoh lainnya adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme

bilirubin sehingga insidens jaundice (bayi kuning) akan berkurang. Selain itu, fenobarbital

juga dapat menurunkan resiko perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Selain itu, anti

aritmia juga diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia

jantung.

8. Obat-obat khusus : kapan dipakai; untuk apa dan apa istimewanya/harus berhati-hati?

Pembahasan:

a. Magnesium Sulfat

Magnesium sulfat penting untuk mencegah kejang pada pada pasien-pasien

dengan pre-eklampsia berat atau eklampsia (hipertensi yang timbul saat kehamilan atau

setelah persalinan). Dalam dosis farmakologik, obat ini bekerja di susunan saraf pusat.

Kerja yang menyerupai kurare pada sambungan neuromuskular jelas mengganggu

pelepasan asetilkolin pada terminal saraf motoris. Magnesium bisa juga menggantikan

23

Page 24: obat-obatan dalam bidang obstetri

kalsium pada sambungan neuromuskular, sehingga mengubah potensial membran dan

transmisi neuromuskular dan eksitasi.

Sekalipun magnesium menurunkan resistensi intrinsik di dalam pembuluh darah

rahim, pengaruh hipotensi biasanya tidak terjadi atau terjadi hanya sementara. Dengan

menggunakan dosis pencegahan serangan, magnesium sulfat diperkirakan tidak punya

pengaruh besar terhadap kontraksi rahim yang akan datang. Dosis yang digunakan untuk

maksud tokolisis biasanya dua kali dosis untuk mencegah kejang. Terapi magnesium

harus diteruskan selama bedah sesar. Perelaksasi otot biasanya diberikan dalam dosis

yang lebih rendah.

b. Methotrexate

Methotrexate : imunosupresan , untuk obat kanker (kemoterapi).

- Metotreksat ialah analog 4-amino, N10-metil asam folat. Metotreksat sangat efektif

pada koriokarsinoma, korioadenomadestruens dan mola hidatidosa.

- Kombinasi metotreksat dengan klorambusil dan daktinomisin efektif terhadap

karsinoma testis, limfoma limfositik stadium III dan IV terutama pada anak, dan

memberikan remisi temporer pd mikosisfungoides.

- Dalam kombinasi dengan berbagai antikanker, metotreksat digunakan pada

karsinoma mama, paru dan ovarium, timfoma Burkitt dan limfoma non-Hodgkin.

- Pada leukemia limfoblastik akut pada anak, metotreksat sebagaiobat tunggal

memberikan remisi lengkap pada 20% pasien; dlmkombinasi dg prednison remisi

lengkap mencapai 80%.

- Untuk terapi penunjang leukemia limfositik akut, metotreksat dalam kombinasi

dengan markaptopurin merupakan obat terpilih. Metotreksat ialah obat primer untuk

limfoma sel T kulit dan meduloblastoma

c. Kortikosteroid

Pemakaian kortikosteroid menjadikan pematangan paru-paru dipercepat bilamana

ada kemungkinan terjadi persalinan pretern. Sesuai dengan laporan kesepakatan Institusi

Kesehatan Nasional dewasa ini, umumnya penelitian yang melibatkan pemakaian

24

Page 25: obat-obatan dalam bidang obstetri

betametason dan deksametason memperlihatkan penurunan insidensi yang amat jelas dari

gangguan kesukaran pernapasan, perdarahan intraventrikuler, dan kematian neonatus

bilamana telah diberikan kortikosteroid sebelum persalinan diperkirakan terjadi, terutama

pada kehamilan antara 26 sampai 34 minggu. Evaluasi pertumbuhan dari janin-janin yang

diobati demikian yang sekarang telah menjadi anak-anak berusia sekolah tidak

menunjukkan pengaruh jelek apapun dari pengobatan jangka pendek yang demikian.

Pemberian kortikosteroid benar-benar memperlihatkan kegunaannya pada

kehamilan yang berkomplikasi dengan ketuban pecah dini. Umumnya para peneliti

berkesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara infeksi maternal dan neonatal dengan

pemakaian terapi kortikosteroid jangka pendek. Kortikosteroid bisa meningkatkan hitung

butir darah putih (terutama netrofil), jadi untuk menapis infeksi diperlukan kriteria klinik

dan kultur yang sewajarnya.

Kortikosteroid bisa menurunkan toleransi terhadap glukosa karena kenaikan

kebutuhan insulin yang terjadi pada inhibisi penggunaan glukosa, mobilisasi asam amino

untuk dikonversi menjadi glukosa dan glikogen, dan induksi enzim-enzim hati untuk

glukoneogenesis. Dengan begitu terapi kortikosteroid tidak dianjurkan bilamana

diperkirakan akan terjadi persalinan prematur pada penderita diabetes yang kurang

terkendali.

Kontraindikasi terapi kortikosteroid

Kontraindikasi absolut terapi kortikosteroid jarang. Kontraindikasi di pihak ibu

meliputi penyakit-penyakit febris, tuberkulosis, herpes yang aktif, atau infeksi lain.

Kortikosteroid juga merupakan kontraindikasi jika terdapat infeksi intraamnion, ancaman

partus, hasil uji coba kematangan paru yang positif, atau tidak berkemampuan memonitor

keadaan janin.

Steroid dapat diberikan pada kehamilan yang berkomplikasi hipertensi ringan,

diabetes yang terkendali dengan baik, hipertiroidisme, insufisiensi plasenta, perdarahan

uterus yang sedikit, partus prematurus yang mendapat obat-obat tokolitik yang

mencukupi, atau ketuban pecah dini. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

25

Page 26: obat-obatan dalam bidang obstetri

mengevaluasi risiko dan faedah dari pemakaian kortikosteroid pada wanita dengan KPD,

dan keamanan pemberian ulang.

d. Misoprostol

Misoprostol dapat diberikan secara oral, sublingual, vaginal maupun rektal.

Misoprostol sangat mudah diserap, dan menjalani de-esterifikasi cepat menjadi asam

bebas, yang berperan dalam aktivitas kliniknya dan tidak seperti senyawa asalnya,

metabolit aktifnya ini dapat dideteksi di dalam plasma. Rantai samping alfa dari asam

misoprostol menjalani oksidasi beta dan rantai samping beta menjalani oksidasi omega

yang diikuti dengan reduksi keton untuk menghasilkan analog prostaglandin F.

Pada keadaan normal, misoprostol dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian

secara oral. Konsentrasi asam misoprostol didalam plasma mencapai puncak setelah kira-

kira 30 menit dan akan menurun dengan cepat. Bioavailibilitas misoprostol menurun

apabila diberikan bersamaan dengan makanan atau pada pemberian antasid.1 Setelah

pemberian per oral, asam misoprostol mencapai kadar puncak setelah 12±3 menit

dengan waktu paruh 20-40 menit. Misoprostol terutama mengalami metabolisme di hati

tetapi tidak menginduksi sistem enzim sitokrom hepatik P-450 sehingga interaksinya

dengan obat-obat lain dapat diabaikan.2 Misoprostol diekskresikan melalui ginjal sekitar

80% dan melalui feses 15%. Sekitar 1% dari metabolit aktif akan diekskresikan juga di

dalam urin.

Misoprostol : menggugurkan implantasi zigot (6 hari setelah senggama)

9. Sebutkan bahan obat yang diberikan sebagai kontrasepsi, bahan yang dipakai dan cara

pemberiannya!

Pembahasan :

Bahan obat yang diberikan sebagai kontrasepsi, bahan yang dipakai dan cara pemberiannya,

yaitu :

a. Hormonal

- Kontrasepsi oral (pil pengendali kelahiran) merupakan gabungan estrogen sintesis

dan progesteron sintesis yang dikonsumsi perempuan selama 21 hari siklus

26

Page 27: obat-obatan dalam bidang obstetri

menstruasi. Pil ini menghalangi ovulasi dengan menekan LH (dalam dosis besar) dan

memiliki efek perubahan transpor tubal dan perubahan endometrial yang

menghalangi implamasi (dosis rendah).

- Norplant merupakan implan progesteron sintesis subdermal yang memberikan

kontrasepsi selama 5 tahun.

- Depoprovera adalah kontrasepsi yang dapat diinjeksikan. Injeksi tunggal progesteron

sintesis 150 mg memberikan kontrasepsi selama 3 bulan. Simana efeksampingnya

adalah perdarahan ireguler, berat badan turun, sakit kepala atau mual.

b. Seterilisasi bedah.

Pada perempuan dilakukan dengan ligasi yubal, kauterisasi atau pengikatan tuba uterin

sedangkan pada laki-laki dilakukan dengan pemotongan, kauterisasi atau pengikatan

duktus vas diverens yang disebut dengan vasektomi.

c. Intra Uterin Device (IUD)

Intra Uterin Device (IUD) dimasukkan kedalam rongga uterus. Mekanisme jelasnya

dalam mencegah kehamilan tidak diketahui. Alat ini dipercaya mampu mengganggu

implantasi ovum yang telah dibuahi dengan cara mengubah lingkungan uterus.

d. Kontrasepsi barier, menghalangi sperma menyatu dengan oosit.

- Barier fisik secara mekanis mengobstruksi aliran sperma melalui serviks.

Diafragma vagina yang menutupi serviks dan alan ini harus dipakai bersama

dengan spermisida.

Kondom melapisi penis pada saat ereksi untuk menangkap semen yang

terejakulasi dan mencegah memasuki vagina juga dapat mencegah penyakit

menular seksual.

- Barier kimia. Foam (busa), jeli, krim, supositori, dan spons vagina mengandung

spermisida yang secara kimia dapat menghancurkan sperma dalam vagina.

27

Page 28: obat-obatan dalam bidang obstetri

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Informasi terkait keamanan penggunaan obat pada saat kehamilan tentunya menjadi salah

satu kebutuhan dan hak konsumen/klien. Obat pada dasarnya merupakan senyawa toksik

bila dosis dan penggunaanya tidak disesuaikan dengan kondisi badan pasien maupun

penyakitnya. Penggunaan obat untuk ibu hamil harus sangat diperhatikan. Pada ibu hamil,

jantung dan ginjal bekerja lebih keras, sehingga beberapa perjalanan obat di dalam tubuh

berlangsung lebih cepat dari biasanya. Beberapa obat dapat membahayakan janin di

beberapa stage kehamilan tertentu saja, namun ada juga yang membahayakan di seluruh

stage kehamilan. Beberapa obat dapat menembus dinding plasenta, sehingga dapat

membahayakan kondisi janin. Plasenta ini dapat menjadi organ tempat pertukaran beberapa

zat antara ibu dan fetus, termasuk obat. Dengan mengacu pada ketentuan yang digunakan

oleh FDA (Food and Drag Administration) US, terdapat lima kategori keamanan obat

untuk kehamilan. Pembagian kategori ini didasarkan pada resiko obat terhadap system

reproduksi, resiko efek samping, dan perbandingan manfaat dengan resiko.

3.2 Saran

Bukan hanya obat-obat keras saja yang mungkin berbahaya bagi ibu hamil maupun kondisi

janin, obat bebas yang dijual di pasaran (Over the Counter, OTC) juga dapat

membahayakan.

Dalam kasus obat keras, penggunaannya lebih dapat terkendali karena obat ini hanya dapat

ditebus apabila terdapat resep dokter. Untuk obat OTC/bebas, perlu ada pengetahuan dari

pasien, penggalian informasi oleh pasien, edukasi, maupun konseling dari tenaga medis

yang berperan.

28

Page 29: obat-obatan dalam bidang obstetri

DAFTAR PUSTAKA

Rayburn, Wiliam F dan J. Christopher Carey. 1995. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya

Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Edisi 2.

Jakarta: EGC.

29