obat kumur
DESCRIPTION
praktikumTRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin hari kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut
bertambah rendah. Kebanyakan masyarakat mulai kurang menjaga kebersihan
mulut dan giginya dan ini mengakibatkan bertambahnya kasus bau mulut di suatu
kelompok masyarakat. Kebanyakan masyarakat menggunakan obat kumur untuk
mengurangi bau mulut tersebut. Obat kumur seringkali berkaitan dengan
kedokteran gigi. Dokter gigi sering member resep terhadap pasiennya berupa obat
kumur untuk pencegahan dan pengobatan lesi-lesi ringan di dalam mulut agar
didapat jaringan gusi dan mulut yang sehat. Banyaknya jenis obat kumur yang
beredar di pasaran saat ini menimbulkan berbagai pertanyaan oleh masyarakat
mengenai manfaat obat kumur mana yang sebaiknya digunakan. Pertama kali
pemakaian obat kumur lebih ditujukan untuk mengatasi bau mulut atau halitosis.
Tapi tetap perlu diperhatikan bahwa ppenggunaan obat kumur ini hanyalah
merupakan suplemen bukan merupakan pengganti prosedur pembersihan secara
mekanis dengan sikat gigi atau alat mekanis lainnya.
Bau mulut yang dikenal juga sebagai bad breath, malodor atau halitosis,
yang biasanya disebabkan oleh bakteri di dalam rongga mulut dan mengandung
unsur kimia sulfur. Bau mulut seringkali menyebabkan seseorang malas berbicara
dengan orang lain karena orang lain merasa terganggu bila berbicara dengannya.
Akibat lebih lanjut seseorang menjadi menjadi enggan bergaul dan bekerja karena
berkurangnya rasa percaya diri dan berujung kepada stress/tertekan atau bahkan
depresi. Beberapa kelompok masyarakat menggunakan obat kumur sebagai
penghilang bau mulut seperti obat kumur betadine atau povidone iodine. Obat
kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi
atau setelah perawatan bedah.. Efek betadine terhadap bakteri rongga mulut
sangat cepat dan pada konsentrasi yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga
mu1ut. Dan ada juga kelompok masyarakat yang menggunakan obat kumur herbal
seperti enkasari. Obat kumur ini dikenal sebagai obat kumur herbal yang dapat
menghilangkan bau mulut dan juga dapat menyegarkan nafas.
1.2 Tujuan
1. Menghitung jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah menggunakan
obat kumur
2. Membandingkan jumlah koloni bakteri antara kelompok obat kumur
Herbal dan obat kumur Povidone Iodine
1.3 Manfaat
1. Mampu mengetahui perbedaan jumlah koloni yang terbentuk sebelum dan
sesudah menggunakan obat kumur
2. Mampu mengetahui perbandingan jumlah koloni bakteri antara kelompok
obat kumur Herbal dan obat kumur Povidone
3. Mampu mengetahui efektivitas penggunaan obat kumur terhadap
berkurangnya jumlah bakteri.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat kumur
Dalam pengertian sehari-hari obat kumur dimaksudkan bahan yang dapat
membantu kesegaran mulut dan nafas serta menghilangkan dan membersihkan
mulut dari mikroorganisme penyebab kelainan dan penyakit di dalam mulut, serta
mengobati lesi-lesi mukosa mulut. Obat kumur merupakan larutan atau cairan
yang digunakan untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain
untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk
menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi
atau mencegah karies gigi. (Akande etc, 2004)
Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan
spray. Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel
dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut. (Akande
etc, 2004). Beberapa jenis obat kumur dapat memberikan rasa segar saja setelah
pemakaian, sedangkan yang lain dapat memberikan kesembuhan akibat infeksi di
dalam rongga mulut, bila bahan tersebut digunakan sesuai dengan indikasi dan
aturan pakainya.
Beberapa obat kumur dapat memeberikan rasas segare saja setelah
pemakaian , sedangkan yang lain dapat memeberikan kesembuhan infeksi dalam
rongga mulut bila bahan tersebut digunakan sesuai dengan indikasi dan
pemakaiannya.
Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman
sebagai timbulnya plak, radang gusi, dan bau mulut. Namun, tindakan berkumur
tidak mengeliminir perlunya penyikatan gigi. Obat kumur juga dapat menjadi
penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan.
Obat Kumur Ada beberapa jenis obat kumur yang ada di pasaran yaitu:
Obat kumur berflouride
Obat kumur yang mengandung fluoride dapat memperkuat gigi dan
mencegah karies gigi.
Obat kumur antiseptic
Obat kumur kombinasi
Obat kumur kombinasi merupakan kombinasi obat kumur berfluoride dan obat
kumur antiseptik. Obat kumur ini dapat mencegah karies gigi dan menyegarkan
nafas.
Obat kumur antiseptik dapat membunuh bakteri dan juga menghilangkan
bau mulut. Obat kumur antiseptik digunakan sebelum dan sesudah pembedahan
untuk menghilangkan bakteri dan mencegah infeksi.
Komposisi yang terkandung dalam obat kumur:
Hampir semua obat kumur mengandung lebih dari satu bahan aktif dan
hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna.
Masing-masing obat kumur merupakan kombinasi unik dari senyawa-senyawa
yang dirancang untuk mendukung higiena rongga mulut. Bahan kimia yang
terkandung di dalam sebuah obat kumur dengan produk lainnya sangat beragam,
tergantung tujuan yang ingin dicapai. Kebanyakan obat kumur berbentuk cair dan
sebagian besarnya mengandunng etil alcohol. Beberapa bahan-bahan aktif beserta
fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain
a) Bahan antibakteri dan antijamur,
Obat kumur yang memilikji anti microbial mempunyai efek pada flora
supragingival sehingga dapat mengurangi dan mencegah akumulasi
plak mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, contoh:
hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium
chloride, boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid
b) Bahan oksigenasi,
c) Bahan ini melepaskan O2 dimana dsalam proses oksidasi dapat
menimbulkan efek bakterisidal.
d) secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan
busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh:
hidrogen peroksida, perborate
c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan
dan juga dapat menyebabkan prespitasi dan pengendapan protein dinding
sel bakteri. Bahan ini juga dapat memberikan rasa yang menyenangkan
bagi pengguna. contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan
asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol,
minyak eukaliptol, minyak watergreen
e) Buffer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari
fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate
f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang
dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil
g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian
menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga
dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis.
Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci
mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis,
seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin merupakan bahan pemanis
yang dapat digunakan untuk memeberi rasa manis pada obat kumur seperti
halnya pada pasta gigi
c. Bahan pewarna
bahan ini diberikan agar lebih menarik dan dapat mendorong konsumen
untuk membelinya.
d. Flavoring Agents (bahan pemberi rasa)
zat pemberi rasa yang terkandung di dalam obat kumur memeberikan
perasaan subjektif seperti rasa segar pada rongga mulut. Salah satu
sebabnya adalah minyak essensial khususnya peppermint dan spearmint.
Fungsi obat kumur:
Pada umumnya fungsi onbat kumur sama dengan pasta gigi yang dapat
dikategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya. Obat kumur kosmetik
digunakan untuk tujuan membantu menghilangkan debris sebelum dan sesudah
menyikat gigi, setalah flossing atau setelah prosedur kontrol plak. Kemudian obat
kumur kosmetik dapat memberikan rasa yang menyenangkan pada rongga mulut,
rasa yang nyaman dan segar pada mulut dan nafas, mencegah dengan cepat
jumlah bakteri atau flora normal rongga mulut dan mengurangi bau mulut dengan
cepat. Bau mulut atau halitosis didefinisikan sebagai bau nafas yang tidak
menyenangkan yang dapat berasal dari mulut sendiriatau dari tempat lain seperti
saluran pernapasan atau paru-paru. (Amtha, 1997). Obat kumur ini memiliki
kandungan minyak essensial yang berfungsi sebagai anti bakteri.
Fungsi kedua obat kumur sebagai terapeutik, dimana obat kumur ini
memiliki kandungan bahan aktif tambahan yang dapat mencegah, menghentikan
atau membantu menyembuhkan proses penyakit atau lesi-lesi di dalam mulut.
Contoh obat kumur terpeutik ini adalah chloreksidin. Obat kumur ini memiliki
kombinasi antara aktifitas antimicrobial dan memiliki masa perlekatan yang
panjang ke permukaan gigi. Obat menjadi aktif di dalam saliva bahkan setelah 24
jam, sehinggak khloreksidin mampu mencegah pembentukan plak dan gingivitis
pada rongga mulut yang sehat untuk batas periode waktu tertentu tanpa
melakukan prosedur control plak secara mekanis.
Obat kumur terapeutik dapat memiliki keuntungan sebagai kosmetik, tapi
juga mengandung bahan akjtif tambahan yang dapat melindungi dari beberapa
penyakit mulut.
2.1.1 Betadine (Povidone Iodine)
Betadine adalah obat antiseptik yang unggul dengan bahan aktif
Mundidone yang terbukti secara klinis mampu membasmi berbagai jenis kuman
dalam waktu singkat. Betadine terpilih sebagai antiseptik yang digunakan NASA
dalam penerbangan luar angkasa. Selain sebagai obat luka serbaguna (solution),
Betadine juga tersedia dalam berbagai produk seperti obat kumur, shampoo,
vaginal douche, salep dan sabun cair. Betadine kini berkembang menjadi obat
bebas terbatas tanpa resep dokter. Khusus bagi kalangan medis, dipasarkan
Isodine sebagai pengganti. (Suyanto, 2007)
Povidone Iodine 1 % sebagai obat kumur yang dipasarkan dengan merek
dagang Betadine sebagai antiseptik mempunyai sifat antibakteri. Obat kumur ini
dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi atau setelah
perawatan bedah. Efek betadine terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan
pada konsentrasi yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga mu1ut. Bila
dibandingkan dengan chlorhexidine, betadine hanya sedikit mempunyai sifat anti
plak (Prijantojo, 2006).
Tahun 1955, povidone iodine mulai di perdagangkan setelah banyak
diminati sebagai desinfektan. Povidone iodine merupakan antiseptik eksternal
dengan spektrum mikrobisidal untuk pencegahan atau perawatan pada infeksi
topikal yang berhubungan dengan operasi, luka sayat, lecet, mengurangi iritasi
mukosa ringan. Povidone iodine terdiri dari polyvinylpyrrolidone (povidone,
PVP) dan elemen iodine sekitar 9-12%. PVP-I adalah suatu bahan yang dapat
larut dalam air dingin, alkohol, polyethylene glycol dan glycerol. (Prijantojo,
2006).
Povidone iodine adalah suatu bahan organik dari bahan aktif polivinil
pirolidon yang merupakan kompleks iodine yang larut dalam air. Bekerja sebagai
bakterisida yang juga membunuh spora, jamur, virus dan sporozoa. povidone
iodine diabsorbsi secara sistemik sebagai iodine, jumlahnya tergantung
konsentrasi, rute pemberian dan karakter kulit. Selain sebagai obat kumur yang
digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle digunakan untuk mengatasi
infeksi mulut dan tenggorokan seperti gingivitis dan sariawan. (Prijantojo, 2006).
Betadine gargle mempunyai nama generik povidone iodine yang
merupakan antiseptik. Povidone iodine adalah kompleks iodin, yang membunuh
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan spora bakteri. Oleh
karena itu dapat digunakan untuk mengobati infeksi oleh karena mikroorganisme.
(Paulson, 2005)
Obat kumur povidone iodine digunakan untuk mengobati infeksi mulut
dan tenggorokan, seperti gingivitis (radang gusi) dan tukak mulut. Hal ini juga
digunakan untuk menjaga kebersihan mulut, untuk membunuh mikroorganisme
sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut yang bertujuan mencegah
infeksi. (Paulson, 2005)
Indikasi dari betadine gargle adalah untuk pengobatan infeksi akut mukosa
mulut dan faring, misalnya radang gusi dan luka pada mukosa mulut dan juga
untuk kebersihan mulut sebelum, selama dan setelah operasi gigi dan mulut.
Betadine gargle ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Untuk dewasa dan
anak lebih dari 6 tahun dapat digunakan sebagai obat kumur dengan cara kumur
atau bilas hingga 10 ml selama 30 detik tanpa ditelan. Perlu diperhatikan bahwa
penggunaan betadine tidak boleh digunakan untuk orang-orang yang alergi
terhadap yodium dan tidak digunakan untuk ibu hamil dan menyusui.
(Anonymous, 2011)
2.1.2 Enkasari
Enkasari adalah obat kumur herbal produksi pabrik Kimia Farma. Obat ini
dapat diindikasikan sebagai pencegahan dan pengobatan sariawan (Anonim,
2006).
1. Kandungan Enkasari
Dalam setiap dosis dewasa atau sekitar 45 ml cairan enkasari
mangandung:
Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius folia) yang setara dengan
serbuk daun yang telah dikeringkan sebanyak 75 mg atau sekitar
0,167 %
Ekstrak Akar Kayu Manis (Liquiritae radix) yang setara dengan
serbuk akar kering sebanyak 20 mg atau sekitar 0,044 %
Ekstrak Daun Sirih (Piper betle folia) yang setara dengan daun
segar 450 mg atau sekitar 1,00 %
Mentol 10 mg yang setara dengan 0,022 %
Saga (Abrus Precatorius f.) merupakan tanaman yang banyak digunakan
secara tradisional sebagai obat di banyak negara, diantaranya untuk mengobati
epilepsi, batuk dan sariawan (Juniarti dkk, 2009). Penelitian Wahyuningsih
(2006) menunjukkan bahwa kandungan kimia dari daun saga yaitu saponin dan
flavonoid, dimana salah satu fungsi dari saponin dan flavonoid adalah kerjanya
sebagai antibakteri. Wahyuningsih (2006) menyebutkan juga bahwa nilai kadar
bunuh minimum (KBM) dari ekstrak etanol daun saga untuk bakteri S. aureus
sebesar 0,63% dan E. coli sebesar 2,50%. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak
etanol daun saga mempunyai kandungan kimia yang aktivitasnya lebih baik pada
bakteri gram positif (S. aureus) daripada gram negatif (E. coli). Setiap jaringan
atau alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S. aureus dan menyebabkan timbulnya
penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan dan pembentukan abses.
Sedangkan sariawan merupakan salah satu bentuk peradangan yang terjadi di
dalam mulut, sehingga saga dapat menjadi alternatif pada pengobatan sariawan.
(Solihah, 2009)
Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan
antara gugus fenol dan terpena. Fenol merupakan salah satu senyawa aktif dari
antibakteri. Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri adalah meracuni
protoplasma , merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel
bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim
essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Fenol dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein,
menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel (Moeljantoro, 2004). Hal
ini membuktikan bahwa daun sirih dapat efektif membunuh bakteri S. aureus
sebagai salah satu vektor sariawan.
Salah satu kandungan aktif dari akar kayu manis adalah flavonoid.
Kandungan flavonoid ini juga berguna sebagai antibakteri yang sama saja dimiliki
oleh daun saga. Sehingga kayu manis ini juga efektif dalam membunuh bakteri S.
aureus (Prasetyono, 2003).
2. Kemasan
Dalam pasaran enkasari dijual dalam bentuk larutan yang tersimpan
dalam botol bervolume 120 mL (Anonim, 2008)
Gambar 1. Kemasan Dagang Enkasari
3. Dosis
Dewasa: 3-4 kali sehari 3 sendok makan dikumur-kumur dan ditelan
Anak-anak: 2 kali sehari 1 sendok makan dikumur-kumur dan ditelan
2.2 Media penanaman bakteri
2.2.1 Media BHIB ( Brain Heart Infusion Broth)
BHIB adalah media cair yang digunakan untuk budidaya fastidious dan
non-fastidious mikroorganisme termasuk bakteri aerobik dan anaerobik, dari
berbagai bahan klinis dan non klinis. Ini tersedia untuk dasar suplemen media
yang mengandung agar 0.1%, natrium klorida. Media ini direkomendasikan
terutama untuk budidaya bakteri anaerob. BHIB selain digunakan untuk budidaya
berbagai mikroorganisme, bisa juga untuk bakteri, ragi dan jamur. BHIB dibuat
dari sediaan potongan jaringan otak dalam kaldu daging sapi atau extractdextrose.
Formulasi ini mirip dengan NF Brain Heart Infusion Broth (BHIB), tetapi
komponen brain infusion yang dihasilkan dari pengeringan bahan cair dan
komponen heart infusion telah diganti dengan pepton dari organ pencernaan
hewan. 0,5 mL per tabung BHIB, untuk kultur bakteri yang digunakan dalam
penyusunan inokulum untuk MIC (microdilution minimal inhibitory
concentration) dan identifikasi (ID) uji panel. Ketika sejumlah besar sel
diinokulasi ke dalam volume kecil kaldu, kultur bakteri akan cepat mencapai fase
stasioner pertumbuhan. BHIB yang mengandung natrium klorida 6,5% digunakan
untuk membedakan kelompok enterococcus dari kelompok D streptocoocus non
enterococcus dengan toleransi garam 6,5%. BHIB tanpa Dextrose digunakan
dengan medium basal untuk studi fermentasi karbohidrat. BHIB adalah nutrisi
media yang tersimpan dalam buffer yang mengandung infus dari jaringan otak
dan jantung serta Peptones yang merupakan pasokan protein dan nutrisi lainnya
yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme fastidious dan
nonfastidious.
Gambar 1. Media BHIB
2.2.2 Media Blood agar
Blood agar adalah media steril yang biasa digunakan untuk membiakkan
koloni bakteri yang biasanya diletakkan pada cawan petri. Blood agar adalah
media umum yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi dan mikologi
untuk pertumbuhan, isolasi, dan pemeliharaan bakteri. Dengan adanya media ini
dapat diketahui adanya sifat hemolisis atau tidak dari bakteri. Komposisi dari
blood agar adalah daging 450 gram, peptone 10 gram, Na2HPO4 2 gram, aquadest
1000cc dan darah.
Gambar 2. Media Blood agar
3. METODE KERJA
3.1 Alat
a. tabung reaksi
b. spiritus brander
c. petridish
d. mikropipet
e. spreader
f. korek api
3.2 Bahan
a. obat kumur herbal (enkasari)
b. obat kumur povidon iodine (betadine kumur)
c. aqua steril
d. media cair BHIB
e. media blood agar
3.3 Cara kerja
a. Siapkan dua mahasiswa coba. Kedua orang tersebut berkumur dengan aqua
steril selama 30 detik lalu hasil kumuran ditampung kembali dalam
masing-masing tabung reaksi (diberi tanda “sb”)
b. Mahasiswa coba I berkumur dengan obat kumur herbal selama 30 detik.
Mahasiswa coba II berkumur dengan obat kumur povidon iodine selama
30 detik. Kemudian hasil kumuran dibuang.
c. Kedua mahasiswa coba beristirahat selama 10 menit dengan tanpa makan
atau minum agar rongga mulut kondisinya tetap terjaga dan tidak
terkontaminasi.
d. Setelah 10 menit, kedua mahasiswa coba berkumur dengan aqua steril lagi
selama 30 detik dan hasil kumuran ditampung kembali dalam masing-
masing tabung reaksi (diberi tanda “sd”)
e. Dari tabung yang bertanda “sb” diambil sampel sebanyak 0,1ml dengan
mikropipet kemudian dipindahkan ke tabung I media BHIB lalu
dihomogenisasi
f. Lalu diambil 0,5ml dari tabung I media BHIB dan dimasukkan ke tabung
II media BHIB lalu dihomogenisasi
g. Dari tabung II media BHIB diambil 0,5ml dan dimasukkan ke tabung III
media BHIB lalu dihomogenisasi
h. Dari tabung III media BHIB diambil 0,5ml dan dimasukkan ke tabung IV
media BHIB lalu dihomogenisasi
i. Setelah pengenceran sampel 1/10000 diambil 0,1ml dan diletakkan pada
media blood agar dan diratakan dengan spreader.
j. Perlakukan tabung yang bertanda “sd” sama seperti poin e-i
k. Media blood agar diinkubasi selama 1x24 jam kemudian pertumbuhan
bakteri diamati
4. HASIL DAN INTERPRETASI
Tabel 1: Hasil pengamatan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah kumur betadine dan enkasari
Kelompok Enkasari Betadine
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Rabu E1 64 12 B1 46 7
E2 - - B2 51 11
Kamis E1 64 14 B1 - -
E2 132 36 B2 19 5
Rata2 E 87 21 B 39 8
Pada tabel hasil pengamatan di atas menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada kelompok sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Pada
kelompok enkasari, didapatkan rata-rata hasil 87 koloni pada kelompok sebelum
dan 21 koloni pada kelompok sesudah perlakuan. Pada kelompok betadine,
didapatkan rata-rata hasil 39 koloni pada kelompok sebelum dan 8 koloni pada
kelompok sesudah perlakuan. Penurunan jumlah koloni pada kelompok enkasari
lebih besar (66 koloni) bila dibandingkan dengan kelompok betadine (31 koloni).
Gambar 1 Koloni sebelum (kiri) dan sesudah perlakuan (kanan)
6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni
rongga mulut sesudah menggunakan obat kumur, baik povidone iodine maupun
enkasari sama-sama mengalami penurunan. Penurunan jumlah koloni bakteri pada
penggunaan obat kumur enkasari mengalami penurunan yang lebih besar bila
dibandingkan dengan povidone iodine. Enkasari memiliki sifat antibakteri yang
berasal dari ekstrak daun sirih. Sedangkan povidone iodine adalah kompleks
iodin, yang membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan
spora bakteri.
6.2 Saran Obat kumur adalah bahan yang dapat membantu kesegaran mulut dan
nafas serta menghilangkan dan membersihkan mulut dari mikroorganisme
penyebab kelainan dan penyakit di dalam mulut, serta mengobati lesi-lesi mukosa
mulut. Obat kumur ini biasanya digunakan setelah menyikat gigi. Penggunaan
povidine iodine dimaksudkan untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan
gigi atau setelah perawatan bedah. Povidine iodine tidak boleh digunakan setiap
hari dan dalam jangka waktu yang lama karena pada konsentrasi tinggi dapat
mematikan semua bakteri dalam rongga mulut. Povidone iodine tidak
direkomendasikan untuk anak-anak. Untuk penggunaan sehari-hari sebaiknya
memakai obat kumur berbahan dasar herbal yang alami seperti enkasari. Di dalam
enkasari terdapat ekstrak kayu manis dan daun saga yang mengandung flavonoid
dan etanol. Kedua zat ini bersifat antibakteri dan dapat membunuh bakteri S.
aureus, sebagai salah satu vektor penyebab terjadinya sariawan. Selain itu
penggunaan enkasari dapat menyegarkan bau mulut karena mengandung ekstrak
daun sirih.
7. DAFTAR PUSTAKA
Akande OO, Alada ARA, Aderinokun GA, et al. 2004. Efficacy of diferent brands of mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of Biomedical Research 7: 125-6
Amtha, R. 1997. Kelainan Mukosa Rongga Mulut Akibat Penggunaan Obat Kumur. MI kedokteran gigi FKG USAKTI 35;71
Anonymous. Available from: http://www.betadineina.com/Indonesia/CompanyProfile.html. Accessed October 21,2011.
Anonim. 2008. Available on: http://medicastore.com/obat/1964/ENKASARI.html Accesed on 20 October 2011
Anonim. 2006. Available on: http://www.kimiafarma.co.id/?page=product_detail &cat=1&subcat=101&prod=249 Accesed on 20 October 2011Juniarti. Osmeli, Delvi. Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Dan Antioksidan (1,1-Diphenyl-2-Pikrilhydrazyl) Dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.). Journal of Sains vol. 13 no. I. hal : 50-54
Moeljantoro, 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih. Jakarta : Agromedia Pustaka , hal 57- 59
Paulson, Daryl. Handbook of Topical Antimicrobials: Industrial Applications in Consumer. New York: Marcel Dekker. 2005. Hal 81-82
Prasetyono, Budi. 2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari akar kayu manis (Liquiritae radix) pada Fase Etil Asetat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Prijantojo. 2006. Antiseptik Sebagai Obat Kumur - Peranannya terhadap Pembentukan Plak Gigi dan Radang Gusi. Cermin Dunia Kedokteran No. 113
Putri, Nur Syamsi Elza. 2011. Perbandingan Efektifitas Obat Kumur Bebas Alkohol yang Mengandung Cetylpyridinium Chloride (CPC) dengan Chlorhexidine (CHX) terhadap Streptococcus mutans (Penelitian In Vitro). Available at http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25049
Solihah, Roikhanatus. 2009. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.) dengan Gelatin sebagai Bahan Pengikat Menggunakan Metode Granulasi Basah. Available on http://etd.eprints.ums.ac.id/3345/1/K100040169.pdf accesed on 21 October 2011
Suyanto. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. 2007. Hal 209.
Yuliharsini,Sri. 2005. Kegunaan dan Efek Samping Obat Kumur Dalam Rongga Mulut. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8229/1/010600100.pdf