obat anastesi

7
 Propofol Merup akan derivat fenol denga n ma,a kimia di-iso profil fenol yang bany ak dipak ai sebagai obt anastesia intraven a. Obat ini relatif baru dan lebih dikenal dengan nama dagang DIPRIV!. Pertama kali dipergunakan dalam praktik anastesi pada tahun "#$$ sebagai obat induksi. %ekarang sudah ada beberapa ma&am merek lain seperti safol, fresofol, trivam, re&ofol. %ifat fisik dan kimia serta kemasan 'erupa &airan ber(arna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul, beris i )* ml+ampul, yang mengandung "* mg+ml. fek farmakologi e rhadap susunan saraf pusat. %ebagai obat induksi, mula keranya &epat. Penurunan kesadaran segera teradi setela h pe mb er ian ob at ini se&a ra in tr avena. Pa da pemberi an do si s indu ks i /)mg+ kg''0, pemul ihan kedaran berlan gsung &epat, pasien akan bangun setelah 1-2 menit tanpa disertai efek samping seperti misalnya 3 mual muntah, sakit kepala dan lain-lainnya.

Upload: maulidaangraini

Post on 01-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obat anastesi

TRANSCRIPT

Propofol

Merupakan derivat fenol dengan ma,a kimia di-iso profil fenol yang banyak dipakai sebagai obt anastesia intravena. Obat ini relatif baru dan lebih dikenal dengan nama dagang DIPRIVAN. Pertama kali dipergunakan dalam praktik anastesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Sekarang sudah ada beberapa macam merek lain seperti safol, fresofol, trivam, recofol. Sifat fisik dan kimia serta kemasanBerupa cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul, berisi 20 ml/ampul, yang mengandung 10 mg/ml.Efek farmakologi Terhadap susunan saraf pusat.Sebagai obat induksi, mula kerjanya cepat. Penurunan kesadaran segera terjadi setelah pemberian obat ini secara intravena. Pada pemberian dosis induksi (2mg/kgBB), pemulihan kedaran berlangsung cepat, pasien akan bangun setelah 4-5 menit tanpa disertai efek samping seperti misalnya : mual muntah, sakit kepala dan lain-lainnya.Khasiat farmakologinya adalah hipnotik murni, tidak mempunyai efek analgetik maupun relaksasi otot. Walaupun terjadi penurunan tonus rangka, hal ini disebabkan karena efek sentralnya. Terhadap sistem respirasi.Menimbulkan depresi pernafasan yang beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada beberapa pasien, bisa disertai dengan henti nafas sesaat. Dibandingkan dengan tiopenton, kejadian henti nafas lebih sering terjadi pada pemberian diprivan ini.Terhadap sistem kardiovaskular.Depresi pada sistem kardiovaskular yang ditimbulkannya sesuai dengan dosis yang diberikan. Tekanan darah turun yang segera diikuti dengan kompensasi peningkatan denyut nadi. Tehadap sistem organ lain.Tidak menimbulkan depresi sintesa hormon steroid adrenal dan tidak menimbulkan pelepasan histamin, baik di tempat suntikan maupun sistemik. Penggunaan klinik dan dosis.1. Induksi anastesia, dosisnya 2,0-2,5 mg/kgBB. Pada lansia dan bayi dosis ini harus disesuaikan2. suplemen anastesia umum dan analgesik regional.3. anastesia tunggal pada prosedur singkat, misal : reposisi4. sedasi di Unit Terapi Intensif

FentanilMerupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan dalam oraktik anastesiologi. Mempunyai potensi 1000 kali lebih kuat dibandingkan dengan petidin dan 50-100 kali lebih kuat dari morfin. Mulai kerjanya cepat dan masa kerjanya pendek. Pada walnya digunakan sebagai obat analgesia neurolept yang dikombinasikan dengan droperidol yang dikenal dengan nama inovarEfek farmakologi Terhadap susunan saraf pusatSeperti halnya preparat opioid yang lain, fentanil bersifat depresan terhadap susunan saraf pusat sehingga menurunkan kesadaran pasien. Pada dosis lazim, kesadaran pasien menurun dan khasiat analgetiknya sangat kuat. Pada dosis tinggi akan terjadi depresi psat pernafasan dan kesadaran pasien menurun sampai koma.

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi pusat pernafasan. Pa dosis 1-2 ug/kg BB, menimbulkan depresi frekuensi nafas sedangkan dosis diatas 3 ug/ Kg BB menimbulkan depresi frekuensi dan volume nafas. Terhadap sistem kardiovaskularSistem kardiovaskular tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung maupun tonus pembuluh darah. Terhadap sistem endokrinFentanil mampu menekan respon sistem hormon dan metabolik akibat stres anastesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif stabil. Metabolisme dan ekskresinyaDimetabolisme dalam hati menjadi norfentanil dan hidroksipropionil fentanil dan hidroksipropionil norfentanil, selanjutnya dibuang lewat empedu dan urin. Penggunaan klinik dan dosis, digunakan sebagai :1. komponen analgesia pada anastesia umum balans2. komponen analgesia pada analgesia neurolept3. induksi anstesia

Dosis 1. Untuk analgesia, 1-2 ug/Kg BB, diberikan im2. Untuk induksi anastesia, 100-200 ug/kg BB iv3. Untuk suplemen analgesia : 1-2 ug/kg BB

ISOFLURAN

Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relatif tidak larut dalam darah tapi cukup iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada saat induksi inhalasi sering menimbulkan batuk dan tahan nafas. Proses induksi dan pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obat obat anastes inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan Sefofluran.

Efek farmakologiTerhadap sistem saraf pusat Efek depresinya pada SSP sesuai dengan dosis yang diberi isoflurane tidak menimbulikan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh Enflurane. Pada dosis anastesia tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan sirkulasi serebral serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran adalah penurunan konsumsi oksigen otak. Sehingga dengan demikian isoflurane merupakan obat pilihan untuk anastesia pada kraniotomi, karena tidak berpengaruh pada tekanan intrakranial, mempunyai efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang mnenguntungkan pada teknik hipotensi kendali.

Terhadap sistem kardiovaskular.Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan dibanding dengan obat anastesi volatil yang lain. Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama anstesia. Dengan demikian merupakan obat pilihan untuk anastesia pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler.

Terhadap sistem respirasi. Seperti halnya dengan obat asnatesia inhalasi yang lain, isoflurane juga menimbulkan depresi nafas yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan.

Terhadap otot rangkaMenurunkan tonus otot skelet melalui mekanisme depresi pusat motoris pada serebrum, sehingga dean demikian berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. Walaupun demikian masih diperlukan obat pelumpuh otot untuk mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal terutama pada operasi laparotomi.

Terhadap ginjal .Pada dosis anastesia, isoflurane menurunkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glumelurus menurun sehingga produksi urin berkurang, akan tetapi masih dalam batas normal.

Terhadap hatiIsofluran tidak menimbulkan oeruban fungsi hati. Sampai saat ini belum ada laporan hasil penelitian yang menyatakan bahwa isoflurane hepatotoksik.

Biotransformasi.Hampir seluruhnya dikeluarkan untuk melalui udara ekspirasi, hanya 0,2 % dimetabolisme dalam tubuh. Konsentrasi metabolitnya sangat rendah, tidak cukup untuk menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

Dosis 1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara adalah 2,0 -3,0 % bersama-sama dengan N20. 2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1,0-2,5 % sedangkan untuk naafas kendali, berkisar antara 0,5-1,0 %

Keuntungan dan kelemahan1. Keuntungannya adalah :a. induksi cepat dan lancar, tetapi cukup iritatif terhadap mukosa jalan nafas,b. pemulihannya lebih cepat dengan halotan dan enfluran, c. tidak menimbulkan mual atau muntah, dan tidak menimbulkan menggigil pasca anastesia d. dak mudah meledak atau terbakar. e. Sangat sedikit yang mengalami metabolisme dalam tubuhf. Tidak menimbulkan efek eksitasi dalam tubuh.

2. Kelemahannya adalah :a. Batas keamaanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis)b. Analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.Sumber : Mangku, Gde, 2009, Obat Anastesi, Buku Ajar Anastesia dan Reanimasi, Permata Puri Media, Jakarta Barat, pp 60-63.